Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural di SMK N 3 Salatiga Tahun 2016 - Test Repository

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERWAWASAN MULTIKULTURAL

  

SMK N 3 Salatiga Tahun Ajaran 2015/2016

SKRIPSI

Disusun Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

  

Oleh :

FITRIYANINGSIH

NIM: 111-12-032

  

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

  

MOTTO

“Wahai manusia! Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki

dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan

bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara

kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha

  

Mengetahui, Maha Teliti.

  

(QS. AL-Hujurat 49: 13)

  

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT

  skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1.

  Ibu Mutini dan Bapak Subandi yang senantiasa memberikan nasehat dan telah mendidikku dari kecil sampai menikmati kuliah S1 di IAIN Salatiga ini, serta tidak lelah mendoakan tanpa henti untuk menjadi pribadi yang bermanfaat untuk sesama.

  2. Adik tersayang Muhammad Fatkhur Rozak yang selalu memberikan semangat untuk terus menjadi pribadi yang tangguh.

  3. Seluruh teman yang membantu dalam skripsi ini.

  4. Keluarga PAI A, Keluarga PPL SMK N 3 Salatiga dan Kelompok KKN yang telah memberikanku pengalaman hidup yang luar biasa.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul

  “ PENDIDIKAN AGAMA

  

ISLAM BERWAWASAN MULTIKULTURAL SMK N 3 SALATIGA

2015/2016

  Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1.

  Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

  4. Bapak Fatchurrohman, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  5. Bapak Agus Ahmad Suaidi, Lc,. M.A. selaku pembimbing akademik.

  6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.

  7. Kepala sekolah, guru, dan siswa SMK N 3 Salatiga yang telah memberikan ijin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian di sekolah tersebut.

  8. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.

  Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.

  Salatiga, 05 September 2016 Penulis

  Fitriyaningsih NIM 111-12-032

  

ABSTRAK

  Fitriyaningsih. Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural di SMK N 3

  Salatiga Tahun 2016 . Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  Pembimbing: Fatchurrohman, M.Pd.

  Kata Kunci: Pendidikan, Multikultural

  Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan agama Islam berwawasan multikultural dan keberagaman kultur siswa di SMK N

  3 Salatiga. Pertanyaan utama yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana keberagaman multikultural yang ada di SMK N 3 Salatiga? (2) Bagaimana pelaksanaan pendidikan agama Islam berwawasan multikultural di SMK N 3 Salatiga? (3) Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pendidikan multikultural di SMK N 3 Salatiga?

  Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti medapatkan data menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Subyek penelitian adalah Siswa, Kepala Sekolah, dan Guru PAI.

  Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) keberagam multikultural yang ada yaitu Agama Islam, Kristen, Khatolik, ada siswa yang berasal dari kota maupun dari kabupaten , selain itu keberagaman yang adapun dari berbagai latar belakang sosial ekonomi, budaya, dan gender. (2) Pelaksanaan pendidikan agama Islam berwawasan multikultural sudah sesuai dengan kurikulum yang digunakan.

  a) siswa yang non Islam saat proses pembelajaran berlangsung ternyata banyak yang tinggal didalam kelas sebagai siswa pasif daripada keluar kelas, b) dalam penyampaian materinya pun melalui metode baik itu metode diskusi, ceramah, TIK, sebab akibat, maupun yang lainnya. c) Selain itu proses pembelajaran tidak hanya dilakukan di dalam kelas melainkan diluar kelas pun di adakan kegiatan. (3) Faktor pendukung dan penghambat pendidikan agama Islam berwawasan multikultural yaitu : a) faktor pendukung : sudah menyediakan tenaga guru sesuai dengan agamanya masing-masing, sarana prasarana cukup memadai, dan adanya dukungan dari pihak sekolah memberi kebijakan bagi siswa yang beragama non Islam diberi kebebasan untuk tinggal di kelas atau keluar kelas saat pembelajaran agama Islam berlangsung. b) faktor penghambat : kurang komunikasi antara siswa dengan wali kelas ketika ada sebuah masalah, ada sebagian siswa yang belum bisa baca Al-

  Qur‟an dengan baik, dari sisi pembiayaan masih kurang, dari pihak guru belum ada persepsi yang sama mengenai nilai-nilai kultural, serta tidak ada dukungan dari orang tua.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i HALAMAN BERLOGO .................................................................................... ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING .................................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................... v MOTTO ............................................................................................................. vi PERSEMBAHAN .............................................................................................. vii KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii ABSTRAK .......................................................................................................... x DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................

  1 A.

  1 Latar Belakang .................................................................................

  B.

  5 Rumusan Masalah ............................................................................

  C.

  5 Tujuan Penelitian..............................................................................

  D.

  5 Manfaat Penelitian............................................................................

  E.

  6 Penegasan Istilah .............................................................................

  F.

  8 Metode Penelitian .............................................................................

  G.

  15 Sistematika Penulisan .......................................................................

  BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................

  17 A.

  17 Pendidikan Agama Islam .................................................................

  B.

  24 Pendidikan Multikultural..................................................................

  BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ...........................

  37 A.

  37 Paparan Data SMK N 3 Salatiga .......................................................

  B.

  50 Temuan Penelitian .............................................................................

  1.

  50 Keberagaman Multikultural SMK N 3 Salatiga ..........................

  2. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural SMK N 3 Salatiga .......................................................................

  51 3. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural SMK N 3 Salatiga ..................

  55 BAB IV PEMBAHASAN ...................................................................................

  57 A. Keberagaman Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural SMK N 3 Salatiga .............................................................................

  57 B. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural SMK N 3 Salatiga .............................................................................

  60 C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pendidikan Agama Islam Berwawasan Multikultural SMK N 3 Salatiga ..................................

  69 BAB V PENUTUP ..............................................................................................

  72 A.

  72 KESIMPULAN .................................................................................

  B.

  74 SARAN-SARAN .............................................................................. DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

  75

  RIWAYAT HIDUP PENULIS ...........................................................................

  77 LAMPIRAN – LAMPIRAN .............................................................................

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia

  (Yaqin, 2005: 3). Berbagai macam adat istiadat dengan beragam ras, suku bangsa, agama, dan kaya akan bahasa itulah bangsa Indonesia. Kekayaan dan keanekaragaman agama, etnik, dan kebudayaan, ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi kekayaan ini merupakan khazanah yang patut dipelihara dan memberi nuansa dan dinamika bagi bangsa, dan dapat pula merupakan titik pangkal perselisihan, konflik vertikal dan horizontal. Krisis multidimensi yang berawal sejak pertengahan 1997 dan ditandai dengan kehancuran perekonomian nasional, sulit di jelaskan secara mono-kausal (Baidhawy, 2005: 21). Keragaman ini diakui atau tidak, banyak menimbulkan berbagai persoalan sebagaimana yang kita lihat saat ini.

  Kurang mampunya individu-individu di Indonesia untuk menerima perbedaan itu mengakibatkan hal yang negatif. Sudah banyak kasus-kasus kekerasan di Indonesia yang akarnya pada perbedaan tersebut.

  Bila bangsa ini ingin kuat, maka diperlukan adanya sikap saling menghargai, menghormati, memahami, dan sikap saling menerima dari tiap individu yang beragam itu, seehingga dapat saling membantu bekerjasama dalam membangun negara menjadi lebih baik.

  Untuk mempunyai individu-individu yang bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan menghormati individu lainnya diperlukan adanya pemahaman, bahwa perbedaan bukanlah menjadi satu persoalan. Yang lebih penting adalah bagaimana menjadikan perbedaan-perbedaan itu menjadi indah, dinamis, dan membawa berkah.

  Multikulturalisme adalah proses pembudayaan. Dan oleh sebab itu proses pendidikan adalah proses pembudayaan, maka masyarakat multikulturalisme hanya dapat diciptakan melalui proses pendidikan (Tilaar, 2004: xxvii).

  Pendidikan mempunyai peran penting dalam membentuk kehidupan publik, selain itu juga diyakini mampu memainkan peranan yang signifikan dalam membentuk politik dan kultural. Dengan demikian pendidikan sebagai media untuk menyiapkan dan membentuk kehidupan sosial, sehingga akan menjadi basis intuisi pendidikan yang menjadi sarat akan nilai-nilai idealisme (Nuryanto, 2008: 81).

  Menurut para ahli sosiologi pendidikan, terdapat relasi resiprokal (timbal balik) antara dunia pendidikan dengan kondisi sosial masyarakat.

  Relasi ini bermakna bahwa apa yang berlangsung dalam dunia pendidikan merupakan gambaran dari kondisi yang sesungguhnya di dalam kehidupan masyarakat yang komplek (Naim, 2008: 13). Dengan demikian, sekolah adalah epitome (skala kecil) dari masyarakat dalam norma prosedural, kode perilaku, susunan struktural, distribusi kekuasaan, keistimewaan dan tanggung jawab, sekolah mencerminkan nilai-nilai kultural masyarakat.

  Guru, administrator sekolah, dan para pembuat kebijakan (policy maker) membawa pengalaman dan perspektif kultural sendiri dan memberikan pengaruh terhadap setiap keputusan dan tindakan pendidikan. Demikian pula siswa dari berbagai latar belakang etnik dan budaya tak dapat dielakkan. Berbagai sistem budaya yang berbeda ini berjumpa dalam sekolah dan ruang kelas yang pluralistik dan dapat menimbulkan konflik budaya, yang hanya dapat dimediasi dan direkonsiliasi melalui efektifitas proses intruksional yang mencerahkan, membuka batasan-batasan kultural (cultural boundaries) yang kaku dan tidak cair (Baidhawy, 2005: 31).

  Guru merupakan faktor penting dalam mengimplikasikan nilai-nilai keberagaman yang inklusif dan moderat (seperti yang disaratkan pendidikan multikultural) di sekolah. Guru mempunyai peran penting dalam pendidikan multikultural karena dia merupakan salah satu target dari strategi pendidikan ini. Memiliki keberagaman yang inkluisif dan moderat, maksudnya guru memiliki pemahaman keberagaman yang humanis, deologis-persuasif, kontekstual, substantif dan aktif sosial. Apabila guru mempunyai paradigma tersebut, dia akan mampu untuk mengajarkan dan mengimplementasikan nialai-nilai keberagaman di sekolah.

  Bagi pendidikan agama Islam gagasan multikultural bukanlah sesuatu yang baru dan ditakuti setidaknya ada tiga alasan untuk itu.

  

Pertama, bahwa Islam mengajarkan menghormati dan mengakui keberadaan

  orang lain. Kedua, konsep persaudaraan Islam tidak hanya terbatas pada satu sekte atau golongan saja. Ketiga, dalam pandangan Islam bahwa nilai tertinggi seorang hamba adalah terletak pada integralitas taqwa dan kedekatannya dengan Tuhan. Oleh karena itu seorang guru PAI diharapkan mampu memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai multikultural dalam tugasnya sehingga mampu melahirkan peradapan yang toleransi, demokrasi, tenggang rasa, keadilan, harmonis serta nilai-nilai kemanusiaan lainnya.

  Dengan adanya keberagaman dan perbedaan kultural ini rentan terjadinya perselisihan dalam interaksi di lingkungan sekolah. Namun hal ini bisa menjadi permasalahan ketika mereka tidak menerima perbedaan- perbedaan itu.

  Contoh kasus ketika di sekolah pernah terjadi persaingan- persaingan yang dilakukan siswa, baik masalah akademis maupun non- akademis. Selain itu juga adanya indikasi bahwa, ada siswa yang kurang senang ketika ada guru yang pilih kasih atau membeda-bedakan dengan sesama murid.

  Guru pendidikan agama Islam dituntut tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan yang terdapat di lembaga tersebut. Selain itu, guru agama tidak hanya terbatas pada penyampaian materi kepada siswa, tetapi guru juga mempunyai tanggung jawab dalam membimbing, mengarahkan, membina siswa dan mampu memberikan suasana yang damai dan harmonis pada semua warga sekolah.

  Karena keberagaman yang ada dengan sikap tetap menghargai dan menghormati inilah yang menjadi ketertarikan peneliti untuk melakukan penelitian tentang PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERWAWASAN

  MULTIKULTURAL DI SMK NEGERI 3 SALATIGA TAHUN 2015 / 2016.

  B. Rumusan Masalah 1.

  Bagaimana keberagaman multikultural yang ada di SMK Negeri 3 Salatiga ? 2. Bagaimana pelaksanaan PAI berwawasan multikultural di SMK Negeri

  3 Salatiga ? 3. Apa faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pendidikan multikultural di SMK Negeri 3 Salatiga ?

  C. Tujuan Penelitian 1.

  Mengetahui realitas keberagaman multikultural yang ada di lingkungan SMK Negeri 3 Salatiga.

2. Mengetahui pelaksanaan Pendidikan Agam Islam berwawasan multikultural di SMK Negeri 3 Salatiga.

  3. Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam berwawasan multikultural di SMK Negeri 3 Salatiga.

D. Manfaaat penelitian

  Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas dan diharapkan dapat memberi manfaat secara praktis maupun teoritis, antara lain:

  1. Bersifat Teoritis a.

  Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan teoritis dalam mengintregasikan pembentukan rasa toleransi antar umat beragama disekolah atau suatu pendidikan.

  b.

  Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran, yang dapat digunakan sebagai alternatif informasi bagi yang berminat mengadakan penelitian tentang pelaksanaan pendidikan agama Islam berwawasan multikultural di SMK N 3 Salatiga.

  2. Bersifat Praktis a.

  Bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai masukan atau gagasan baru bagi para pendidik dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam berwawasan multikultural.

  b.

  Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan dan pengetahuan dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan sekolah.

  c.

  Bagi pembaca pada umumnya, penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran tentang bagaimana sebuah sekolah dapat menerapkan pendidikan agama Islam berwawasan multikultural.

E. Penegasan Istilah

  Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan supaya terhindar dari timbulnya kesalah pahaman terhadap apa yang terkandung dalam skripsi ini, maka perlu kiranya diperjelas dan dibatasi pengertiannya sebagai berikut:

  1. Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar-umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (Baharuddin, 2010:192).

  Menurut Majid Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terancam dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, meghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhak mulia dalam mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya kitab suci Al- qur‟an dan Al-hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman (Majid, 2014:11).

  Pendidikan agama Islam adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dengan tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah secara potensi (sumber daya) insani menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil). Lebih ringkasnya lagi pendidikan adalah proses kegiatan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan, seirama dengan perkembangan subjek didik (Achmadi, 1992: 16).

  2. Pendidikan Multikultural Pendidikan multikultural dapat didefinisikan sebagai pendidikan utuh tentang keberagaman kebudayaan dalam merespon perubahan demografis dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan (Sukmadinata, 1999: 61`).

  Pendidikan multikultural hadir sebagai respon terhadap keanekaragaman yang terjadi di masyarakat . ketimpangan ekonomi, pertikaian antar suku, sampai dengan perdebatan antar agama yang terjadi, justru membuat masyarakat menjadi semakin terpecah-pecah.

  (Soyomukti, 2008 : 76).

F. Metode Penelitian

  Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian adalah suatu cara bertindak menurut sistem aturan atau tatanan yang bertujuan agar kegiatan praktis terlaksana secara rasional dan terarah sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian

  Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) karena peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang sesuatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah (Moleong, 2008:26). Peneliti terjun ke lapangan penelitian yaitu SMK N 3 Salatiga untuk mengamati fenomena yang berhubungan dengan siswa, guru, dan kepala sekolah dalam pendidikan agama Islam berwawasan multikultural.

  Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Moleong (2008:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

  Dalam penelitian ini akan dikaji lebih mendalam mengenai keberagaman multikultural, pelaksanaan pendidikan agama Islam bwawasan multikutural, dan faktor pendukung serta faktor penghambat pendidikan agama Islam berwawasan multikultural SMK N 3 Salatiga.

  Pada pelaksanaannya dilakukan pencarian gambaran dan data deskriptif di lingkungan SMK N 3 Salatiga yang dijadikan subjek penelitian.

  2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan alat data utama.

  Peneliti berperan serta pada situs penelitian dan mengikuti secara aktif kegiatan dan mengumpulkan data dari pengamatannya selama mengikuti kegiatan (Moleong, 2011:3).

  3. Lokasi Penelitian Sesuai judul penelitian, lokasi penelitian dilaksanakan di SMK

  Negeri 3 Salatiga, Jln Ja‟far Sodiq, Kel. Kalibening, Kec. Tingkir Telp (0298) 3418850 Salatiga 50744 Jawa Tengah.

  4. Sumber Data a.

  Data Primer Sumber data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya (Arikunto, 2010:22). Sumber data langsung yang peneliti dapatkan berasal dari siswa, guru PAI, kepala sekolah SMK N 3 Salatiga.

  b.

  Data Sekunder Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen- dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS, dan lain-lain), foto-foto, film, rekaman video, dan benda-benda yang dapat memperkaya data primer (Arikunto, 2010:22). Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara dan observasi.

  5. Prosedur Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah cara yang ditempuh penelitian untuk mendapatkan data dan fakta-fakta yang ada pada subyek maupun obyek penelitian. Untuk memperoleh data yang valid, dalam penelitian penulis menggunakan beberapa metode yang diantaranya adalah sebagai berikut : a.

  Metode Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan suatu obyek dengan sistematika fenomena yang diselidiki (Sukandarrumidi, 2004: 69).

  Observasi atau disebut juga dengan pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunkan segala indra dan dilakukan tanpa mengajukan pertanyaan (Supranto, 2003:85).

  Berdasarkan definisi diatas maka yang dimaksud metode observasi adalah suatu cara pengumpulan data melalui pengamatan panca indra yang kemudian diadakan pencatatan-pecatatan. Penulis menggunkan metode ini untuk mengamati secara langsung, terutama data tentang : letak geografis serta keadaan fisik SMK Negeri 3 Salatiga, kurikulum yang ada di SMK Negeri 3 Salatiga, sarana/prasarana pendidikan yang ada di SMK Negeri 3 Salatiga.

  b.

  Metode Wawancara Wawancara adalah suatu cara menggali data. Hal ini harus dilakukan secara mendalam untuk mendapatkan data yang detail dan valid (Asmani, 2011:122). Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan dengan wawancara terbuka dan terstruktur karena informan atau narasumber mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai dan tahu pula tujuan dari wawancara. Selain itu pada saat wawancara, peneliti sudah menetapkan dan menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang tersusun secara sistematis.

  Wawancara akan dilakukan kepada narasumber diantaranya adalah siswa, guru PAI, kepala sekolah SMK N 3 Salatiga. Peneliti menggunakan teknik ini untuk mencari data terkait keberagaman multikultural, pelaksanaan pendidikan agama Islam berwawasan multikultural, dan faktor pendukung serta faktor penghambat pendidikan agama Islam berwawasan multikultural.

  c.

  Metode Dokumentasi Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274). Peneliti mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan dengan objek penelitian berupa foto terkait proses pembelajaran pendidikan agama Islam berlangsung, buku pedoman yang digunakan, dan visi misi SMK N 3 Salatiga.

6. Analisis Data Tahapan akhir dari prosedur penelitian ini adalah analisis data.

  Analisis data menurut Patton (Kasiram, 2010: 288) adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Analisis data bermaksud pertama- tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel. Analisis dalam hal ini mengatur urutan data, memberikan kode dan mengkategorikannya.

  Dalam penelitian ini yang digunakan dalam menganalisis data yang sudah diperoleh adalah dengan cara deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan menggambarkan data yang diperoleh dengan kata-kata atau kalimat yang dipisahkan untuk kategori untuk memperoleh kesimpulan. Yang bermaksud mengetahui keadaan sesuatu mengenai apa dan bagaimana, berapa banyak, sejauh mana, dan sebagainya.

7. Pengecekan Keabsahan Data

  Dalam tulisan Meleong (2011 : 324) untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).

  Teknik pengujian validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan dengan memanfaatkan suatu yang lain dari data tersebut sebagai bahan pembanding atau pengecekan dari data itu sendiri (Meleong, 2009: 330). Dalam penelitian ini teknik triangulasi yang digunakan yaitu : a.

  Triangulasi sumber yaitu mengumpulkan data yang sejenis dari beberapa sumber data yang berbeda. b.

  Triangulasi metode dilakukan dengan menggali data yang sama dengan metode yang berbeda.

8. Tahap-tahap Penelitian a.

  Tahap Pra Lapangan Dalam tahap ini, yang dilakukan peneliti adalah menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, serta menyiapkan perlengkapan penelitian.

  b.

  Tahap Pekerjaan Lapangan Pada tahap ini peneliti harus mempersiapkan diri dengan menjaga kesehatan fisik, berpenampilan rapi dan sopan saat melakukan penelitian. Ketika memasuki lapangan, hendaknya peneliti berbaur menjadi satu dan menjaga keakraban dengan subyek agar tidak ada dinding pemisah antara keduanya. Selain itu peneliti juga harus berbahasa yang baik dan jelas agar dalam mencari informasi subyek mudah untuk menjawabnya. Sambil berperan serta, peneliti juga mencatat data yang diperlukan.

  c.

  Tahap Analisi Data Pada tahap ini peneliti mulai mengorganiasasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan dan tanggapan peneliti, gambar, foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya.

  Pekerjaan analisis data dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan mengkategorisasikannya (Meleong, 2011 : 281).

G. Sistematika Penulisan

   Dalam penyusunan skripsi ini secara menyeluruh terdapat lima bab untuk membahas pendidikan agama Islam berwawasan multikultural.

  Sistematika penulis disusun sebagai berikut :

  BAB I PENDAHULUAN Dalam pendahuluan ini memuat tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Metode Penelitian, Penegasan Istilah, dan Sistematika Penelitian. BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini berisi tentang : A. pengertian pendidikan agama Islam, tujuan dan fungsi pendidikan Islam, dan ruang lingkup pendidikan Islam. B. Pendidikan berbasis multikultural, pengertian multikultural, dimensi-

  dimensi pendidikan multikultural, dan pendidikan agama berwawasan multikultural.

  BAB III : PAPARAN DATA DAN PENEMUAN PENELITIAN Pada bab ini berisi tentang : A. gambaran umum SMK N 3 Salatiga seperti

  diskripsi daerah penelitian, visi misi dan tujuan sekolah, sejarah singkat SMK N 3 Salatiga, struktur organisasi sekolah, data guru, karyawan, dan siswa, tata tertib sekolah, dan data- data lainnya yang terkait. B. Penyajian

  Data yang ditemukan mengenai kebergaman pendidikan agama Islam berwawasan Multikultural, pelaksanaan pendidikan agama Islam berwawasan Multikultural, faktor pendukung dan faktor penghambat pendidikan agama Islam berwawasan multikultural SMK N 3 Salatiga.

  BAB IV:PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Pada bab ini akan menguraikan pembahasan hasil penelitian tentang

  keberagaman pendidikan agama Islam berwawasan multikultural, pelaksanaan pendidikan agamaaa Islam berwawasan multikultura, faktor pendukung dan faktor penghambat pendidikan agama Islam berwawasan multikultural SMK Negeri 3 Salatiga.

  BAB V: KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP Berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran yang berhubungan dengan pihak terkait (subyek penelitian).

BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Islam adalah ketetapan Allah yang diturunkan melalui nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada umatnya di muka bumi agar

  mereka beribadah kepada-Nya. Penanaman kepada Tuhan hanya bisa dilakukan melalui proses pendidikan di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, Pendidikan Agama Islam berperan penting dalam mendukung kebutuhan manusia sehingga melahirkan manusia yang menjadi khalifah di bumi ini.

  Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa, dan berakhak mulia dalam mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya kitab suci Al- qur‟an dan Al-hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman (Majid,2014:11).

  Daradjat mengemukakan dalam Majid (2014:12) Pendidikan Agama Islam adalah suatu untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami kandungan ajaran Islam secara menyeluruh, menghayati, makna tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup (way of life).

  Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar-umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (Baharuddin, 2010:192).

  Berdasarkan pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha yang dilakukan untuk membentuk manusia sesuai kodratnya sebagaimana yang terkandung dalam Al-quran yaitu sebagai kholifah dimuka bumi sesuai dengan ajaran Agama Islam serta untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar-umat beragama. Dan lebih ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan dan sumber daya insani lainnya agar lebih mampu memahami, menghayati dan dan mengamalkan ajaran suatu agama.

2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam

  Tujuan pendidikan agama Islam adalah sama dengan tujuan manusia diciptakan, yakni untuk berbakti kepada Allah SWT sebenar- benarnya bakti atau dengan kata lain untuk membentuk manusia yang bertaqwa, berbudi luhur, serta memahami, meyakini, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama atau membentuk kepribadian muslim. Adapun tujuan pendidikan agama Islam antara lain : a.

  Membentuk manusia Muslim yang dapat melaksanakan ibadah mahdah. b.

  Membentuk manusia Muslim yang disamping dapat melaksanakan ibadah mahdah, juga dapat melaksanakan ibadah muamalah dalam kedudukannya sebagai anggotanya masyarakat.

  c.

  Membentuk warga negara yang bertanggung jawab kepada Allah, penciptanya.

  d.

  Membentuk mengembangkan tenaga profesional yang siap dan terampil atau setengah terampil untuk memungkinkan memasuki teknostruktur masyarakat.

  e.

  Mengembangkan tenaga ahli di bidang ilmu (agama dan ilmu-ilmu Islami lainnya (Bahruddin, 2010 : 192-193).

  Menurut Majid (2014:16) fungsi Pendidikan Agama Islam disekolah/ madrasah bertujuan menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan menumpukkan pengetahuan, penghayatan, pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang lebih tinggi.

  Pendidikan Agama Islam untuk sekolah/ madrasah berfungsi sebagai berikut: a.

  Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah Swt. Yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarganya. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangan.

  b.

  Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup mencari kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

  c.

  Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.

  d.

  Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan- kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

  e.

  Pencegahan, yaitu menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

  f.

  Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan yang secara umum, sistem dan fungsionalnya. Dapat dikatakan bahwa pentingnya kedudukan pendidikan agama dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Dapat dibuktikan dengan ditempatkannya unsur agama dalam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Sila pertama dalam Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, yang memberikan makna bahwa bangsa kita adalah bangsa yang beragam. Untuk membina bangsa yang beragam.

  Pendidikan agama dipisahkan dalam sistem pendidikan nasional kita. g.

  Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.

  Oleh karena itu, pendidikan agama Islam sangat penting keberadaanya karena pendidikan agama Islam merupakan suatu upaya atau proses, pencarian, pembentukan, dan pengembangan sikap dan perilaku untuk mencari, mengembangkan, memelihara, serta menggunakan ilmu dan perangkat teknologi atau keterampilan demi kepentingan manusia sesuai ajaran Islam.

3. Ruang Lingkup PAI

  Ruang lingkup pendidikan agama Islam menekankan pada keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah Swt, hubungan manusia dengan manusia, hubugan manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitar.

  Dari uraian diatas dapat dikatakan ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a.

  Al-Qur‟an dan Hadist Al-

  Qur‟an dan Hadist adalah sumber pokok ajaran-ajaran dalam agama Islam. Tujuan manusia adalah mencari kebahagiaan baik di dunia dan akhirat, dan di dalam Al-

  Qur‟an dan Hadist itu terdapat petunjuk untuk mencapai kebahagiaan tersebut. b.

  Aqidah Menurut bahasa aqidah berarti keyakinan atau kepercayaan. Menurut istilah, aqidah yaitu suatu kepercayaan yang diyakini kebenarannya di dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan dan tingkah laku sehari-hari. Aqidah atau keyakinan yang harus dipercayai dan diyakini yaitu iman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, para rasul; dan hari akhir (Budihardjo, 2012:5).

  c.

  Akhlak Menurut Asmaran As. ( 2002: 1), Akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya.

  Namun akhlak yang ada pada seseorang belum sempurna dan perlu diadakan pembinaan untuk membentuk akhlak yang mulia. Untuk itu, manusia seharusnya mengikuti akhlak beliau Nabi Muhammad SAW, sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S. al-Ahzab: 21 Artinya :“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)

  Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” d.

  Fiqh Kata “fiqh” secara etimologis berarti paham yang mendalam. Fiqh berarti ilmu tentang hukum-huk um syar‟i yang bersifat amaliah yang digali dan ditemukan dari dalil-dalil yang tafsili. Dengan demikian, secara ringkas dapat dikatakan fiqh adalah dugaan kuat yang dicapai seorang mujtahid dalam usahanya menemukan hukum Allah (Syarifuddin, 1997: 4).

  e.

  Tarikh dan Kebudayaan Islam Tarikh dan kebudayaan Islam meliputi sejarah arab pra-Islam, kebangkitan nabi yang di dalamnya menjelaskan keberadaan nabi sebagai pembawa risalah, pengaruh Islam dikalangan bangsa Arab, khulafaur Rasyidin, pergerakan politik dan agama serta berbagai motifnya yang sangat berpengaruh terhadap politik, agama, kemasyarakatan, kebudayaan, dan lain-lain (Hasan, 2002 : vvi) .

  Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulam bahwa pada dasarnya ruang lingkup pendidikan agama Islam (PAI) berpusat pada sumber utama ajaran Islam, yaitu Al-

  Qur‟an dan Sunnah. Sebagaimana dalam firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 2 dan Surat Al- Isra‟ ayat 9:

  Artinya : “ Kitab (Al-Qur‟an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”

  Artinya : “ Sesungguhnya Al-Qur‟an ini memberi petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang- orang mu‟min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala besar.”

  Seringkali manusia menemui kesulitan dalam memahami Al- Qur‟an dan hal ini juga dialami oleh para sahabat Rasulullah SAW sebagai generasi pertama penerima Al-

  Qur‟an. Oleh karena itu, mereka meminta penjelasan kepada Rasulullah SAW, yang memang diberi otoritas oleh Allah SWT. Otoritas ini dinyatakan dalam firman Allah dalam Al-

  Qur‟an Surat An-Nahl ayat 44: Artinya : “ Keterangan-keterangan (Mukjizat) dan kitab-kitab, dan Kami turunkan Al-

  Qur‟an, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.”

  Dari kedua sumber tersebut, As-Sunnah berfungsi sebagai penjelasan terhadap Al- Qur‟an dan sekaligus dijadikan sebagai sumber pokok ajaran Islam serta dijadikan pijakan atau landasan dalam lapang pembahasan pendidikan agama Islam.

  Dari kedua sumber tersebut, baik pada jenjang pendidikan dasar maupun menengah kemampuan yang diharapkan adalah sosok siswa yang beriman dan berakhlak. Hal tersebut tentunya selaras dengan tujuan pendidikan agama Islam seperti tersebut diatas. Yaitu sosok siswa yang secara terus menerus membangun pengalaman belajarnya, baik pada ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.

B. Pendidikan Multikultural 1.

  Pendidikan Berbasis Multikultural Sejak kemunculannya sebagai sebuah disiplin ilmu pada dekade

  1960-an dan 1970-an, pendidikan berbasis multikulturalisme, selanjutnya disingkat (MBE), telah didefinisikan dalam banyak cara dan dari berbagai perspektif. Dalam terminologi ilmu-ilmu pendidikan dikenal dengan peristilahan yang hampir sama dengan MBE, yakni pendidikan multikultural seperti yang dipakai dalam konteks kehidupan multikultural negara-negara Barat. Sejumlah definisi terikat dalam disiplin ilmu tertentu, seperti pendidikan antropologi, sosiologi, psikologi dan lain sebagainya.

  Dalam buku Multicultural Education: A Teacher Guide to Linking

  

Context, Process, and Content, karya seorang pakar pendidikan

  multikultural dari California State University, Amerika Serikat, Hilda Hernandez, telah diungkap dua definisi „klasik‟ untuk menekankan dimensi konseptual MBE yang penting bagi para didik. Definisi pertama menekankan esensi MBE sebagai perspektif yang mengakui realitas politik, sosial, dan ekonomi yang dialami oleh masing-masing individu dalam pertemuan manusia yang kompleks dan beragam (plural) secara kultur.

  Definisi ini juga bermaksud merefleksikan pentingnya budaya, ras, gender, etnisitas, agama, status sosial, ekonomi, dan pengecualian-pengecualian dalam proses pendidikan. Definisi kedua yaitu definisi operasional tentang MBE. Dalam konseptualisasinya, MBE adalah sebuah kegiatan pendidikan yang bersifat empowering. Oleh karenanya, MBE menurut Hernandez, adalah sebuah visi tentang pendidikan yang selayaknya dan seharusnya bisa untuk semua anak didik.

  Berkaitan dengan anak didik, MBE membahas tentang etnisitas, gender, kelas, bahasa, agama, dan perkecualian-perkecualian yang mempengaruhi, membentuk, dan mempola tiap-tiap individu sebagai makhluk budaya.