DOCRPIJM c5ebe983b9 BAB IIRPIJM Kota Batu Bab II min
                                                                                RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
BAB II
GAMBARAN UMUM DAN KONDISI UMUM WILAYAH
KOTA BATU
2.1. KONDISI UMUM
2.1.1 Profil Topografi
2.1.1.1 Letak, Batas dan Luas Wilayah Kota Batu
A. Letak Kota Batu
Secara astronomis, Kota Batu terletak pada posisi
122°17’-122º57’ Bujur Timur dan 7°44’-8º26’ Lintang
Selatan, dengan luas wilayah 19.908,72 Ha atau 0,42 % dari
total luas Jawa Timur.
B. Batas Wilayah
Bentang wilayahnya berupa bukit, gunung, jurang terjal
dan daerah dataran dengan batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara
: Kabupaten
Mojokerto
dan
Kabupaten Pasuruan
- Sebelah Timur
: Kabupaten Malang
- Sebelah Selatan : Kabupaten Blitar dan Kabupaten
Malang
- Sebelah Barat
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
: Kabupaten Malang
Bab II - 1
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
C. Luas Wilayah
Secara administratif, Kota Batu dibagi
menjadi
3
(tiga) Kecamatan yaitu Kecamatan Batu, Kecamatan Junrejo
dan Kecamatan Bumiaji yang terinci 20 Desa, 4 Kelurahan,
226 RW dan 1.059 RT. Dari wilayah seluas 19.908,72 Ha
tersebut, terbagi Kecamatan Batu seluas 4.545,81 Ha,
Kecamatan Junrejo seluas 2.565,02 Ha dan Kecamatan
Bumiaji 12.797,89 Ha. Luas wilayah yang paling luas adalah
Kecamatan
Bumiaji
dengan
luas
wilayah
12.797,89
sedangkan luas wilayah yang paling kecil adalah Kecamatan
Junrejo.
Sedangkan untuk jumlah Kelurahan dan Desa
terdapat 24, dengan jumlah RW 220, dan RT 1017. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.1, dan Grafik 2.1
Tabel 2.1
Luas Wilayah Per Kecamatan di Kota Batu Tahun 2007
N0
A.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Desa/Kelurahan
KECAMATAN BATU
Oro-Oro Ombo
Temas
Sisir
Nggalik
Pesanggrahan
Songgokerto
Sumberejo
Sidomulyo
KECAMATAN JUNREJO
Tlekung
Junrejo
Mojorejo
Torongrejo
Beji
Pendem
Dadaprejo
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Luas Wilayah
(Ha)
1,691,63
461.05
263.40
320.27
699,40
566.86
291.84
251,36
872.70
352.04
193.17
339.40
241.24
360,09
260.38
Bab II - 2
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
C.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
KECAMATAN BUMIAJI
Pandanrejo
Bumiaji
Bulukerto
Gunungsari
Punten
Tulungrejo
Sumbergondo
Giripurno
TOTAL
682,16
844.82
1,007.05
688.43
245.72
7,023.92
1,379.23
980.56
19,908.72
Sumber : Kota Batu Dalam Angka 2008
Grafif 2.1
Persentase Luas Wilayah menurut Kecamatan
The Percent Area by District (Ha)
2006
Sumber : BPS Kota Batu Tahun 2007
2.1.1.2 Ketinggian Kota Batu
Berdasarkan ketinggiannya, Kota Batu diklasifikasikan
kedalam 6(enam) kelas, yaitu :
a. 600-1000 DPL dengan luas 6.019,21 Ha
 Kecamatan Batu (terutama Desa Sidomulyo secara
keseluruhan, sebagian besar Kelurahan Temas,Kelurahan
Sisir, Kelurahan Nggalik dan Desa Sumberejo serta
sebagian kecil Desa Oro-Oro Ombo, Desa Pesanggrahan
dan Kelurahan Songgokerto
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 3
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
 Kecamatan Junrejo (terutama Desa Junrejo, Torongrejo,
Pendem, Beji, Mojorejo, Dadaprejo dan sebagian desa
Tlekung)
 Kecamatan Bumiaji terutama pada sebagian kecil desadesa yang ada di wilayah Kecamatan Bumiaji
b. 1000-1500 DPL dengan luas 6.493,64
Wilayah yang termasuk dalam ketinggian ini adalah :
sebagian besar desa-desa yang ada di Kecamatan Bumiaji
dan sebagian dari desa-desa yang ada di Kecamatan Batu
(terutama wilayah Kelurahan Songgokerto, Desa Oro-Oro
Ombo dan Desa Pesanggrahan) serta di sebagian kecil Desa
Tlekung yang berada di wilayah Kecamatan Junrejo.
c. 1500-2000 DPL dengan luas 4.820,40 Ha
Wilayah yang termasuk dalam ketinggian ini adalah :
sebagian kecil Desa Tlekung Kecamatan Junrejo. Sebagian
itu juga terdapat di sebagaian kecil Desa Oro-Oro Ombo dan
Desa Pesanggarahan, terutama di sekitar kawasan Gunung
Panderman, Gunung Bokong serta Gunung Punukwari.
Sedangkan di wilayah Kecamatan Bumiaji seluruh bagian
desa mempunyai ketinggian ini, terutama kawasan-kawasan
disekitar
Gunung
Rawung,
Gunung
Tunggangan,
Gunung Pusungkutuk.
d. 2000-2.500 DPL dengan luas 1789,81 Ha
Wilayah yang termasuk dalam ketinggian ini relatif sedikit,
yaitu di sekitar Gunung Srandil serta diujung Desa OroOro Ombo Kecamatan Batu yang berbatasan dengan
Kecamatan Wagir. Untuk Kecamatan Bumiaji, ketinggian
ini berada disekitar Gunung Anjasamoro dan pada sebagian
kecil di wilayah Desa Giripurno, Desa Bumiaji , Desa
Sumbergondo dan Desa Torongrejo
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 4
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
e. 2.500-3000 DPL dengan luas 707,32 Ha
Wilayah yang termasuk dalam ketinggian ini adalah
sebagian kecil desa-desa yang berada di wilayah Kecamatan
Bumiaji, terutama pada wilayah-wilayah yang berbatasan
dengan Kecamatan Prigen.
f. 3000 DPL dengan luas 78,29 Ha
Wilayah
yang termasuk dalam ketinggian
ini adalah
beberapa desa di Kecamatan Bumiaji, khususnya di sekitar
Gunung Arjuno (Desa Sumbergondo). Gunung Kembar dan
Gunung Welirang (Desa Tulungrejo).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta Ketinggian.
2.1.1.3 Kemiringan Lahan
Sedangkan kemiringan lahan (slope) di Kota Batu 0-8%
merupakan kegiatan budidaya pertanian tanaman holtikultura dan
tanaman pangan selain kegiatan terbangun, kemiringan 8-15%
merupakan kawasan yang layak untuk dikembangkan pertanian
perkebunan, kemiringan 15-40% sebagian besar merupakan
kawasan yang dikembangkan hutan produksi dan hutan lindung
dan kemiringan kurang 40% merupakan kawasan lindung.
Kemiringan lahan (slope) di Kota Batu berdasarkan
data dari
peta kontur Bakosurtanal 2001 diketahui bahwa,
sebagian besar wilayah perencanaan Kota Batu mempunyai
kemiringan lahan sebesar 25 – 40% dan kemiringan > 40. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel 2.2, tabel 2.3 dan Peta
Kemiringan Lahan. Rincian mengenai kemiringan ini adalah :
- 0 – 8 % seluas 2.207,21 Ha.
- 8 – 15 % seluas 2.223,73 Ha.
- 15-25 % seluas 1.799,37 Ha.
- 25 – 40 % seluas 4.529,85 Ha.
- > 40 % seluas 4.493, 33 Ha.
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 5
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
Tabel 2.2
Kemiringan Lahan Kota Batu
Tahun 2007
1.
2.
3.
Kemiringan
Lahan
0-8 %
8-15 %
15-40%
4.
>40 %
N0
Kriteria
Budidaya Pertanian
Pertanian Perkebunan
Hutan Produksi dan Hutan
Lindung
Kawasan Lindung Mutlak
Luas Lahan
(Ha)
2.207,21 Ha
2.2223,73 Ha
6.329,22 Ha
4.493,33 Ha
Sumber : Kota Batu Dalam Angka Tahun 2008
Tabel 2.3
Letak Geografis , Jarak ke Kecamatan dan Ke /Kota Batu
Tahun 2007
Letak
Geografis
Topogra
fi
Jarak(Km)
Kec
Kota
KEC. BATU
Oro-Oro Ombo
Lereng/Bukit
2.00
18.00
2.
3.
Temas
Sisir
Pantai
Lereng/Bukit
1.00
2.00
18.00
20.00
4.
Nggalik
Lereng/Bukit
2.00
18.00
5.
6.
Pesanggrahan
Songgokerto
Dataran
Lereng/Bukit
1.00
5.00
18.00
21.00
7.
Sumberejo
Lereng/Bukit
Berbukit
-bukit
Datar
Berbukit
-bukit
Berbukit
-bukit
Datar
Berbukit
-bukit
Datar
0.40
21.00
B.
1.
KEC JUNREJO
Tlekung
Lereng/Bukit
3.00
19.00
2.
3.
4.
Junrejo
Mojorejo
Torongrejo
Dataran
Dataran
Lereng/Bukit
0.50
2.50
5.00
15.00
15.00
18.00
N0
Desa/Kelurahan
A.
1.
Berbukit
-bukit
Datar
Datar
Berbukit
-bukit
Datar
Datar
Datar
5.
Beji
Dataran
3.50
6.
Pendem
Dataran
2.50
7.
Dadaprejo
Dataran
2.00
C.
KEC. BUMIAJI
1.
Lereng/Bukit
Datar
4.00
Pandanrejo
2.
Bumiaji
Lereng/Bukit
Berbukit 3.00
3.
Bulukerto
Lereng/Bukit
Berbukit 0.70
4.
Gunungsari
Lereng/Bukit
Berbukit 5.00
5.
Punten
Lereng/Bukit
Berbukit 0.20
6.
Tulungrejo
Lereng/Bukit
Berbukit 3.00
7.
Sumbergondo
Lereng/Bukit
Berbukit 1.00
8.
Giripurno
Lereng/DAS
Berbukit 5.00
Sumber:Statistik Desa dan Kelurahan Kota Batu (Hasil Sensus 2007)
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
16.00
15.00
11.00
8.00
8.00
8.00
8.00
8.00
8.00
8.00
6.00
Bab II - 6
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 7
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
Bentang geografi Kota Batu berupa perbukitan dan
pegunungan, dengan ketinggian + 800 meter di atas permukaan
laut dan berada di lingkungan Gunung Panderman (2.010 m) dan
Gunung Welirang atau Gunung Kemukus (3.156 m).
Desa Oro-oro Ombo dan Kelurahan Songgokerto
Kecamatan
Batu,
Desa
Tlekung
dan
Desa
Torongrejo
Kecamatan Junrejo serta hampir seluruh desa di Kecamatan
Bumiaji merupakan areal perbukitan. Desa Bumiaji, Desa
Bulukerto,
Desa
Gunungsari,
Desa
Tulungrejo,
Desa
Sumbergondo dan Desa Giripurno berelief terjal. Sedangkan
Desa/Kelurahan
lainnya relatif datar.
Kondisi demikian,
menjadikan Kota Batu berhawa sejuk dengan suhu udara
berkisar antara 17°- 25° Celcius.
2.1.1.4 Kondisi Geologi
Kota Batu dapat dibagi menjadi 4 jenis tanah, yaitu
andosol, kambisol, alluvial dan latosol. Jenis tanah Andosol,
berupa lahan tanah yang paling subur meliputi Kecamatan Batu
seluas 1.831,04 ha, Kecamatan Junrejo seluas 1.526,19 ha dan
Kecamatan Bumiaji seluas 2.873,89 ha. Jenis tanah Kambisol,
berupa jenis tanah yang cukup subur meliputi Kecamatan Batu
seluas 889,31 ha, Kecamatan Junrejo 741,25 ha dan Kecamatan
Bumiaji 1395,81 ha. Jenis tanah alluvial, berupa tanah yang
kurang subur dan mengandung kapur meliputi Kecamatan Batu
seluas 239,86 ha, Kecamatan Junrejo 199,93 ha dan Kecamatan
Bumiaji 376,48 ha. Jenis tanah Latosol meliputi Batu seluas
260,34 ha, Kecamatan Junrejo 217,00 ha dan Kecamatan
Bumiaji 408,61 ha.Untuk lebih jelasnya dapat dilahat pada tabel
2.4
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 8
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
Tabel 2.4
Luas Kecamatan Kota Batu Menurut Jenis Tanah 2007
Andosol Kambisol Aluvial Latosol Jumlah
No Kec
239.86 260.34 3,220.55
1. Batu
1,831.04 889.31
199.93 217.00 2,684.37
2. Junrejo 1,526.19 741.25
3. Bumiaji 2,873.89 1,395.81 376.48 408.61 5,054.79
Jumlah
6,231.12 3,026.37 816.27 885.95 10,959.69
Sumber : BPS Kota Batu Tahun 2007
Keadaan geologi/tanah di Kota Batu secara umum
diklasifikasikan menjadi 4 jenis tanah yaitu:
 Regosol Kelabu . Tanah ini terbentuk dari dua bahan induk
abu vulkanik intermedie, fisiografi vulkanik ,bentuk wilayah
bergunung ,kedalaman tanah dalam sedang dan drainase
agak cepat.Jenis tanah ini terdapat didaerah pegunungan di
Kecamatan Batu dan Kecamatan Bumiaji
 Andosol coklat. Tanah ini terbentuk dari abu dan tufa
vulkanik ,intermerdie, drainase tanah yang baik,menepati
punggung gunung/puncak gunung
serta terdapat di
Kecamatan Bumiaji
 Latosol Coklat kekuningan. Tanah ini hampir mendomonasi
seluruh Kota Batu fisiografi dataran vulkanik dan lereng
bawah /tengah tanah terbentuk dari bahan induk abu dan tufa
vulkan intermedie , drainase baik agar terhambat
 Litosol. Tanah ini merupakan asosiasi dengan litosol coklat
menempati fisiografi vulkan. Kedalaman tanah dangkal
sampai dengan 20-50 cm,
Dilihat dari kondisi geologi Kota Batu merupakan wilayah
subur untuk pertanian . Kota Batu secara geologi tersusun atas
endapan gunung api yang aktif terdiri dari batuan gunung api
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 9
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
anjasmoro tua, Kwarter Bawah, kwarter tengah, kwarter
wilirang dan kwarter atas, dapat dilihat pada Peta Geologi.
2.1.1.5 Klimatologi
Kota Batu merupakan daerah pegunungan dengan
hawa yang dingin dengan suhu udara antara 17°C hingga
25,6 ºC. Sedangkan rata-rata kelembaban nisby udara sebesar
86 % dengan kecepatan angin mencapai 10,73 km/jam.
Temperatur rata-rata Kota Batu tahun 2001 yang dicatat enam
statiun klimatoliogi adalah 21,5ºC dengan temperatur tertinggi
sebesar 27,2 ºC
dan termperatur sebesar 14,9 ºC. Tingkat
temperatur udara Kota Batu rata–rata yang paling tertinggi di
bulan Desember dan terendah temperatur udara bulan Juli
hampir sama dengan rata-rata daerah lainnya di Jawa Timur,
yaitu berkisar 30% (minimum) pada bulan Oktober dan bulan
Januari, sedangkan pada bulan Februari dan bulan Agustus
tingkat kelembabannya sebesar 98 % (maksimum).Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.5
Tabel 2.5
Temperatur Udara dirinci Menurut Bulan di Kota Batu
Tahun 2007
N0
BULAN
Minimum
Maksimum
Rata-Rata
1
Januari
20,7
29,4
23,5
2
Pebruari
21,4
28,3
23,9
3
Maret
20,4
28,8
23,6
4
April
20,6
27,8
24,1
5
Mei
19,4
29,3
24,2
6
Juni
18,8
27,9
22,9
7
Juli
18,2
27,6
21,6
8
Agustus
17,2
27,3
22,9
9
September
18,3
28,7
22,9
10
Oktober
19,3
32,8
26,5
11
November
21,4
33,3
27,2
12
Desember
21,3
34,2
28,1
Sumber : Dinas Sumber Daya Air dan Energi Kota Batu
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 10
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
Kecepatan angin di Kota Batu yang paling tinggi di
bulan Juli 46,50 sedangkan kecepatan angin yang terendah di
bulan 34,30. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.6 ,
tabel 2.7 dan Peta Klimatologi.
Tabel 2.6
Kecepatan Angin Dirinci Menurut Bulan Di Kota Batu
Tahun 2007
N0
BULAN
Minimum
Maksimum
Rata-Rata
1
Januari
0
34,20
5,50
2
Pebruari
0
35,50
5,90
3
Maret
0
43,10
6,30
4
April
0
35,10
7,50
5
Mei
0
46,60
7,30
6
Juni
0
38,40
7,80
7
Juli
0
46,50
10,80
8
Agustus
0
43,60
11,40
9
September
0
37,50
9,30
10
Oktober
0
37,50
9,30
11
November
0
43,70
6,20
12
Desember
0
46,30
3,90
Sumber: Meterologi dan Geogfisika Balai Wilayah III Karangploso
Tabel 2.7
Lembah Nisbi Udara dirinci Menurut Bulan di Kota Batu
Tahun 2007
No
Bulan
Minimum
Maksimum
Rata-Rata
1
Januari
30
96
82
2
Pebruari
52
95
78
3
Maret
52
97
79
4
April
45
64
76
5
Mei
41
89
70
6
Juni
36
94
69
7
Juli
34
94
70
8
Agustus
39
91
69
9
September
37
92
74
10
Oktober
35
89
68
11
November
36
94
78
12
Desember
39
95
81
Sumber: Meterologi dan Geogfisika Balai Wilayah III Karangploso
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 11
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
2.1.1.6 Hidrologi
Kondisi Hidrologi Kota Batu banyak di pengaruhi
oleh sungai-sungai yang mengalir di bagian pusat kota, sehingga akan
berpengaruh juga terhadap perkembangan
Kota Batu. Kondisi
Hidrologi di Kota Batu dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu air
permukaan, air tanah dan sumber mata air. Untuk Kota Batu air
permukaan yang ada adalah air Sungai Brantas beserta anak-anak
sungainya yang menjadi alternatif sumber air permukaan. Untuk air
tanah, Kota Batu secara geologis memiliki daerah yang memiliki air
tanah yang cukup berlimpah terutama
Kecamatan Junrejo yang
merupakan zona air tanah produktif tinggi–sedang. Selanjutnya
potensi ketersediaan air di Kota Batu dapat dijelaskan sebagai Kota
Batu mengikuti perubahan putaran 2 (dua) iklim yaitu musim
penghujan dan musim kemarau. Pada Tahun 2007, musim hujan
dimulai bulan September diakhiri bulan Juni dengan kondisi cuaca
relatif lebih kering dibanding tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan
jumlah curah hujan maupun hari hujan mengalami penurunan.
Menurut sumber dari Dinas Sumber Daya Air dan Energi Kota Batu,
rata-rata curah hujan mencapai 97,5 mm/bulan dari hari hujan per
tahun sebanyak 128 kali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
2.8
Selanjutnya potensi ketersediaan air di Kota Batu
dapat dijelaskan sebagai berikut :
 Ketersedian air aliran permukaan (air hujan dan air sungai )
Ketersedian air hujan dapat dihitung dari ketersediaan air
sungai berdasarkan curah hujan mencapai 10.361 liter/detik
, mengalami peningkatan 37,5 % dari keadaan kemarau.
Ketersediaan air sungai diperoleh dari 5 buah sungai yang
keseluruhnya bermuara pada Sungai Brantas yang mampu
mengairi daerah-daerah sekitarnya.
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 12
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
 Ketersediaan
sumber-sumber mata air
cukup potensial,
dimana mata air tersebut dikonsumsi oleh masyarakat
Kota Batu maupun wilayah sekitarnya
seperti wilayah
Malang Raya.
Tabel 2.8
Banyaknya Hari Hujan dan Curah Hujan
N0
BULAN
HARI HUJAN
CURAH HUJAN
1
Januari
10
153
2
Pebruari
17
325
3
Maret
23
236
4
April
19
247
5
Mei
1
5
6
Juni
2
4
7
Juli
0
0
8
Agustus
0
0
9
September
1
5
10
Oktober
5
36
11
November
14
184
12
Desember
17
322
Sumber : Sumber Daya Air dan Energi
Kota Batu memiliki sumber mata air sejumlah
111 (seratus sebelas)
titik, dengan debet mata air dalam
kondisi normal 44 titik atau 39,64 %, debet mata air dalam
kondisi sedang
28 titik atau 25,22 % dan dalam kondisi
rendah 39 atau 35,13 %. Dari sumber tersebut kurang lebih
menghasilkan
rata–rata
16.950.600m3/tahun
dan
yang
dimanfaatkan oleh PDAM sebesar 2.168.148 m3/tahun atau
hanya 13%, sedangkan sisanya dipakai pengairan pertanian
dan juga terbuang kesungai. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 2.9
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 13
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
Tabel 2.9
Jumlah Dan Sumber Mata Produktif Air Di Kota Batu
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
NAMA MATA AIR
Sumber Brantas I
Sumber Brantas II
Sumber Brantas III
Nget
Sumber Rejeki
Petung Amplok I
Petung Amplok II
Jeblokan
Kalong
Dompyong
Jobranti I & II
Sumbersari
Krecek
Biru
Mulyo
Ngesong I
Ngesong II
Ngesong III
Lodengkol
Bletok
Banyuning
Preteng
Gemulo
Gringsing
Belik Bel
Petung Kobong
Sumberan
Gabes
Pusung Lading
Brukan
Watu Gupit
Cinde
Bakgede
Areng-areng
Ketohan
Torongmiri
Binangun
Miriampel I
Bungkaji
Wuluh/ Crh. Krikil
Royan
Dandang II
Bendo
Slayur/ Kiyan
Kerto
Kuriah
Gambiran
Pakisan
Dolo
Kolo
Abdul Muntalib
Torongdadap
Watugudik
Coban Petak
Bulu
DESA/KELURAHAN
Tulungrejo
Tulungrejo
Tulungrejo
Tulungrejo
Tulungrejo
Tulungrejo
Tulungrejo
Tulungrejo
Tulungrejo
Tulungrejo
Tulungrejo
Tulungrejo
Tulungrejo
Tulungrejo
Tulungrejo
Punten
Punten
Punten
Punten
Punten
Punten
Punten
Punten
Gunungsari
Gunungsari
Gunungsari
Gunungsari
Sumbergondo
Bulukerto
Bulukerto
Bulukerto
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Pandanrejo
Giripurno
Giripurno
Giripurno
Giripurno
Giripurno
Giripurno
Sidomulyo
Sidomulyo
Sidomulyo
Sidomulyo
Songgokerto
Songgokerto
Songgokerto
Songgokerto
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
KECAMATAN
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Batu
Batu
Batu
Batu
Batu
Batu
Batu
Batu
DEBIT AIR (L/DET)
PASANG
SURUT
2
1
20
15
25
17
15
10
15/20*
10/18*
30
20
12
8
27
18
65
39
30
18
18/17*
13/15*
6/2*
4/1*
8/5*
6/4*
8
5
60
40
30
21
71
51
65
59
39
25
179/250*
160/199*
35
23
179
160
40
28
5
3
20
12
15
10
2
1
1
0,4
1,5/2*
0,5/1*
2
1
69/67*
56
30
26
89
70
38
29
35
30
190/440*
180/430*
33
29
5
3
3
2
30
28
33
24
10
7
30
25
3
1
6
3
6
4
20
15
17
12
4
1
10
7
14
11
47
35
2
1
3
1
Bab II - 14
RPIJM
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
TorongBelok
TorongJeruk
Kasinan
Srebet I &II
Seruk
Panderman
Belik Tunjung I
Belik Tunjung II
Belik
Torongsisir I
Torongsisir II
Tenggulun
Genengan
Reco
Sumber Andong
Sumber Darmi
Jurangjeru
Jambe
Ngemplak
Dok
JedingI &II
Kasin
Tempur I &II
PerengGedek
Urip
Pandan
Kembang
Sukaton
Songgokerto
Batu
41
33
Songgokerto
Batu
14
11
Pesanggrahan
Batu
30
18
Pesanggrahan
Batu
4
3
Pesanggrahan
Batu
Pesanggrahan
Batu
12
8
Ngaglik
Batu
19
13
Ngaglik
Batu
2
1
Sisir
Batu
2
1
Sisir
Batu
52
23
Sisir
Batu
2
2
Temas
Batu
27
24
Temas
Batu
40
35
Temas
Batu
5
4
Oro-oroOmbo
Batu
50
40
Oro-oroOmbo
Batu
120
90
Beji
Junrejo
50
40
Beji
Junrejo
6
5
Beji
Junrejo
7
5
Junrejo
Junrejo
8
6
Junrejo
Junrejo
8
6
Junrejo
Junrejo
50
40
Junrejo
Junrejo
10
7
Tlekung
Junrejo
10
8
Tlekung
Junrejo
8
6
Tlekung
Junrejo
7
5
Tlekung
Junrejo
8
6
Mojorejo
Junrejo
6
5
Sumber : Studi Penyediaan Air Bersih Kota Batu Tahun 2007
2.1.1.7 Pola Penggunaan Tanah
Pola Penggunaan tanah di wilayah perencanaan Kota
Batu untuk lahan terbangun hanya sekitar 9,57 % atau sekitar
1.906,40 Ha dari seluruh pola penggunaan lahan yang ada.
Sisanya merupakan lahan non terbangun. Hal ini disebabkan
karena wilayah perencanaan dengan topografi yang cenderung
berbukit dan terjal,sehingga penggunaan lahan didominasi oleh
kegiatan terbangun non terbangun seperti hutan dan pertanian.
Konsentrasi penggunaan lahan terbesar, berada di wilayah
Kecamatan
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Batu.
Keadaan
ini
disebabkan karena
Bab II - 15
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
Kecamatan Batu merupakan pusat kegiatan dan aktivitas kota.
Untuk mengetahui jenis penggunaan lahan di Kota Batu secara
keseluruhan dapat dilihat pada tabel :2.10,dan grafik 2.2
Tabel 2.10
Pola Penggunaan Lahan (Ha)Kota Batu
Tahun 2007
N0
Peruntukan Lahan
Luas (Ha)
Ratio (%)
1.
2.
Sawah
Pekarangan
2.528,00
1.573,83
12,70
7,90
3.
Tegal
2.557,74
12,85
4.
Hutan
11.227,40
56,40
5.
Lain-Lain
1.476,18
10,15
Jumlah
19,908,72
100
Sumber : Kota Batu Dalam Angka 2007
Grafik 2.2
Tata Guna Lahan Kota Batu Tahun 2007
Sawah
10,15%
12,7%
7,9%
Pekarangan
Kebun/Tegal
12,85%
56,4%
Hutan
Lain-lain
2.1.2 Profil Demografi
Dalam pembangunan manusia, penduduk adalah central dari
sasaran pembangunan, sehingga data tentang kependudukan menjadi
sangat
vital
berorientasikan
dalam
penentuan
manusia
kebijakan
sebagai
sasaran
pembangunan
utamanya.
yang
Data
Kependudukan merupakan salah satu data pokok yang sangat
diperlukan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan karena
penduduk merupakan obyek sekaligus subyek pembangunan. Fungsi
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 16
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
obyek bermakna penduduk menjadi target dan sasaran pembangunan
yang dilakukan oleh penduduk, dan fungsi subyek bermakna penduduk
adalah pelaku tunggal dari sebuah pembangunan. Kedua fungsi tadi
diharapkan berjalan seiring dan sejalan secara integral.
Jumlah Penduduk yang besar memang merupakan potensi yang
besar, namun peningkatan jumlah penduduk harus diimbangi dengan
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Agar peningkatan kualitas
SDM terpenuhi. Maka kebutuhan akan sarana maupun prasarana
pendidikan,kesehatan, perumahan perlu diupayakan secara optimal. Jika
pertumbuhan penduduk dan kualitas sumberdaya manusia tidak
mendapat pertumbuhan penduduk dan kualitas sumberdaya manusia
tidak mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah Kota Batu dapat
mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk dan kualitas sumber daya
manusia tidak mendapat perhatian dari Pemerintah Kota Batu dapat
mengakibatakn laju pertumbuhan penduduk yang tidak terkontrol. Ini
dikwatirkan akan menambah jumlah pengangguran dan penduduk
miskin, sehingga mengganggu program-program yang berjalan.
2.1.2.1 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan
Struktur Umur
Berdasarkan Data Kependudukan Kota Batu berdasarkan
Jenis Kelamin di Kecamatan Batu 81.065 jiwa, Kecamatan
Junrejo 40.910 jiwa sedangkan di Kecamatan Bumiaji 51.320
jiwa. Hal ini menyebabkan bahwa jumlah penduduk banyak
terdapat di pusat kota semua fasilitas yang memadai terletak di
wilayah Kecamatan Batu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 2.11 dan grafik 2.3
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 17
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
Tabel 2.11
Penduduk Kota Batu Dirinci Menurut Kecamatan dan Kewarganegaraan
Kota Batu Tahun 2007
WNI
WNA
No Kecamatan
Jumlah
Laki
Perempuan
Laki laki Perempuan
laki
1. Batu
40,718
40,285
43
19
81,065
2. Junrejo
20,668
20,241
1
0
40,910
3. Bumiaji
25,538
25,782
51,320
Jumlah
86,924
86,308
44
19
173,295
Sumber : Kota Batu dalam angka 2007
Grafik 2.3.
Piramida Penduduk Kota Batu Tahun 2007
Sumber : Kota Batu Dalam Angka Tahun 2007
Informasi struktur umur penduduk sangat bermanfaat
sebagai estimasi indikator kependudukan lainnya. Bila struktur
umur mengarah pada kelompok penduduk berusia muda, maka
intervensi pembangunan didominasi oleh pelaksanaan program
dibidang kesehatan ibu dan anak, pendidikan, dan pengendalian
kelahiran. Sedangkan bila struktur umur mengarah pada
kelompok penduduk berusia tua, maka intervensi pembangunan
diarahkan pada pelaksanaan program dibidang jaminan hari tua.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.12 dan grafik 2.4
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 18
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
Tabel
2.12
Penduduk Kota Batu Dirinci
Menurut
Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin
dan Jenis Kelamin Tahun 2007
Kelompok Umur
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
0-4
7,385
6,647
14,032
5-9
9,010
8,015
17,025
10 - 14
7,599
7,661
15,260
15 - 19
6,845
8,364
15,209
20 - 24
7,358
7,542
14,900
25 - 29
8,159
9,477
17,636
30 - 34
8,368
7,905
16,273
35 - 39
40 - 44
45 - 49
8,679
8,021
8,729
7,145
17,408
15,166
5,982
6,415
12,397
50 - 54
5,452
5,339
10,791
55 - 59
4,214
3,675
7,889
60 - 64
2,765
3,151
5,916
65 +
6,205
7,275
13,480
Sumber : Kota Batu Dalam Angka 2008
Dari Piramida Penduduk diketahui bahwa kelompok umur
yang dominan adalah kelompok usia produktif. Keadaan
piramida yang seperti ini akan sangat mendukung tercapainya
sasaran pembangunan, karena sumber daya manusia yang
produktif sebagai modal dasar pembangunan banyak tersedia.
Struktur umur penduduk cenderung mengarah pada kelompok
berusia
muda,
ini
ditunjukkan
dengan
angka
beban
ketergantungan penduduk muda sebesar 34,15 persen. Dengan
demikian angka beban ketergantungan secara keseluruhan
mencapai 44,23 persen atau dengan angka absolut dikatakan
bahwa setiap seratus penduduk usia produktif akan menanggung
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 19
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
sekitar 44 orang bukan usia produktif (0 – 14 tahun) dan 64
tahun ke atas) .
GRAFIK 2.4 Piramida Penduduk
60 - 64
K
elom
pokU
m
ur
50 - 54
40 - 44
30 - 34
20 - 24
10 - 14
0 - 4
-10.000
-5.000
0
5.000
10.000
Jumlah Penduduk
Laki-Laki
Perempuan
Sumber : Berdasarkan Hasil Susenas 2007 Kota Batu
2.1.2.2 Laju Pertumbuhan Penduduk
Perkembangan penduduk Kota Batu dari waktu ke waktu
mengakami peningkatan sebagai akibat dari Perumbuhan Alami
yaitu terjadi pertambahan penduduk dari selisih kelahiran dan
kematian, juga diakibatkan oleh adanya migraso netto anntara
penduduk yang datang dan yang keluar . Hal tersebut mengingat
bahwa Kota Batu mempunyai potensi sebagai Kota Pariwisata
dan merupakan kota tujuan wisata bagai para wisatawan
domestik maupun mancanegara.
Dengan kekhasan yang dimiliki Kota Batu tersebut,
akhirnya mempengaruhi perkembangan jumlah penduduk
dimana motivasi utama perpindahan penduduk
kedalam
Kota Batu tersebut adalah untuk mengadu nasib dengan
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 20
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
melakukan kegiatan ekonomi yang bersimbiosis terhadap
potensi wisata yang ada .
Berdasarkan hasil Susenas Tahun 2007 jumlah Penduduk
Kota Batu, tercatat
sebesar
173.295 jiwa dengan tingkat
kepadatan 866 orang/km. Komposisi penduduk menurut jenis
kelamin menunjukkan bahwa penduduk laki-laki 86.968 jiwa
adalah penduduk perempuan 86.327 jiwa dengan angka sex ratio
sebesar 101,74 persen
Berikut ini tabel pertumbuhan penduduk Kota Batu
berdasar hasil registrasi penduduk akhir tahun 2005-2007.
Jumlah penduduk Kota Batu dari tahun ke tahun meningkat.
Terlihat dari tahun 2005 dari hasil Susenas jumlah penduduk
Kota Batu sebesar 170.697 jiwa sampai sebesar 173.295 jiwa
pada tahun 2007. Sex Ratio pada tahun 2004 adalah 100,08 dan
100,74 pada tahun 2007. Artinya jika ada 100 penduduk lakilaki maka terdapat 99 penduduk perempuan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.13
Tabel 2.13
Penduduk Kota Batu
Berdasarkan Hasil Susenas Tahun 2005-2007
Tahun
2005
2006
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
85.381
85.818
85.316
86.510
170.697
172.328
2007
86.968
86.327
173.295
Sumber : Hasil Susenas Tahun 2005 - 2007
Rasio
Jenis
Kelamin
100,08
99,20
100,74
Kota Batu terbagi menjadi 3 Kecamatan dengan luas
wilayah
masing-masing:
Kecamatan
Junrejo
Kecamatan.
dengan
luas
Batu
25,65
45,46
ha
ha;
dan
Kecamatan Bumiaji sebesar 127,981 ha. Wilayah yang paling
padat adalah Kecamatan Batu, yaitu 1.783 penduduk/ha, dengan
jumlah penduduk sebesar 81.065 jiwa disusul Kecamatan
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 21
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
Junrejo yaitu 1.595 penduduk/ ha,dengan jumlah penduduk
sebanyak 40.910 jiwa dan Kecamatan Bumiaji 401 penduduk/ha
dengan jumlah penduduk sebanyak 51.320 jiwa.Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.14
Tabel 2.14
Luas Wilayah , Penduduk dan Kepadatan
Menurut Kecamatan Tahun 2007
N0
KEC
LUAS
WILAYAH
%
Pdkk
%
Kepadatan
1.
BATU
45.46
22.83
81.065
46.78
1,783
2.
JUNREJO
25.65
12.88
40.910
23.61
1,595
3
BUMIAJI
127.98
64.28
51.320
29.61
401
199.087
100.00
173.295
100.0
0
870
KOTA BATU
Sumber : Kota Batu dalam Angka Tahun 2007
Jumlah Penduduk Kota Batu secara umum dari tahun
ke tahun terjadi peningkatan sehingga berpengaruh terhadap
kepadatan penduduk di setiap wilayah. Kepadatan Penduduk
Kota Batu pada tahu 2007 sebesar 870 jiwa/ha dengan tingkat
kepadatan
tertinggi
penduduk
Kecamatan
Batu
sebesar
relatif
1,783
Kecamatan Junrejo sebesar 1.595 jiwa/ha
memusat
jiwa/ha,
di
disusul
dan terendah di
Kecamatan Bumiaji sebesar 401 jiwa/ha.
Data tersebut di atas menunjukkan bahwa rata-rata
peningkatan jumlah penduduk per tahun sebesar 1,05% yang
penyebarannya tidak merata.
Jumlah Penduduk yang besar memang merupakan potensi
yang besar pula, namun demikian peningkatan jumlah penduduk
harus diimbangi dengan peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Agar peningkatan kualitas SDM terpenuhi, maka
kebutuhan akan sarana maupun prasarana pendidikan, kesehatan,
perumahan dan sebagainya perlu diupayakan secara optimal. Jika
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 22
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
pertumbuhan penduduk dan kualitas sumber daya manusia tidak
mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah Kota Batu dapat
mengakibatkan
terkontrol.
Ini
laju
pertumbuhan
dikhawatirkan
penduduk
akan
yang
menambah
tidak
jumlah
pengangguran dan penduduk miskin, sehingga mengganggu
program-program yang berjalan.
Dari data Susenas Jumlah Penduduk Kota Batu tahun
2004 sebesar 167.862 jiwa dan pada tahun 2007sebesar 173.295
jiwa.
Berdasarkan
hasil
penghitungan
laju
pertumbuhan
penduduk di Kota Batu untuk tahun 2004 – 2007 sebesar 2,18
artinya bahwa selama kurun waktu tersebut setiap tahunnya
penduduk Kota Batu bertambah sebesar 2,18 persen. Laju
pertumbuhan penduduk
Kota Batu ini
termasuk tinggi
dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Jawa Timur, hal ini
tidaklah mengherankan karena sebagai wilayah administrasi
relatife baru, tentunya Kota Batu akan menawarkan berbagai
peluang bagi pendatang. Apalagi ditunjang dengan wilayahnya
berada di pegunungan yang sejuk dan memiliki berbagai tempat
tujuan wisata, telah menjadikannya sebagai daerah yang bagus
untuk tempat tinggal maupun membangun usaha.Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada
tabel 2.15
Tabel 2.15
Jumlah dan Tingkat Kepadatan Penduduk Kota Batu
Tahun 2005 – 2007
(per-km²)
2005
No
Kec
Jml. Pddk
2006
Kepa-
Jml. Pddk
datan
2007
Kepa-
Jml. Pddk
datan
Kepadatan
1.
Batu
79.252
1.743
80.450
1.770
81.065
1,783
2.
Bumiaji
51.244
400
51.120
399
40.910
1,595
3.
Junrejo
40.201
1.567
40.758
1.589
51.320
401
170.697
857
172.328
866
173.295
870
Jumlah
Sumber Data : BPS Kota Batu
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 23
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
2.1.2.3 Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Dalam rangka penyediaan sumber daya manusia yang
berkualitas peran pendidikan sangat penting dan menentukan.
Tingkat produktifitas dan kompentensi seseorang sangat
ditentukan oleh kualitas manusia yang cerdas dan terampil
didukung rasa percaya diri, sikap dan perilaku yang inovatif.
Persoalan yang mendasar dalam pendidikan di Kota Batu adalah
kualitas pendidikan yang belum memenuhi pasar kerja.
Merujuk data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari
Badan Pusat Statistik Kota Batu Tahun 2007, gambaran mengenai
peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dapat dilihat dari
kualitas tingkat pendidikan penduduk usia 15 tahun keatas.
Semakin besar persentase penduduk yang tamat pada jenjang
pendidikan tinggi, dapat dikategorikan semakin tinggi tingkat
intelektualnya. Sebagian besar penduduk Kota Batu tamat SMA
dan yang sederajat. Hal tersebut dapat dilihat bahwa padat tahun
2007 jumlah penduduk yang tamat SMA dan Sederajat sebesar
641 pada tahun 2006 sebesar 21.80 Secara umum penduduk yang
berusia 15 tahun keatas yang tidak/belum pernah sekolah,
tidak/belum tamat SD dan tamat SD persentasenya mengalami
penurunan bila dibanding dengan tahun sebelumnya. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat tabel 2.17
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 24
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
Tabel 2.17
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Keatas
Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan
Kota Batu Tahun 2005-2007
Tahun
No
Tingkat Pendidikan
2005
2006
2007
1.
Tidak belum tamat sekolah
7.41
5.29
-
2.
Tidak belum tamat SD
13.03
12.70
-
3.
Tamat SD
33.48
38.34
66
4.
Tamat SMP
22.23
24.38
121
5.
Tamat SMA
20.20
21.80
641
6.
Tamat PT
7.06
4.26
587
Sumber : Hasil Susenas 2005-2007
Kondisi ini menggambarkan bahwa dalam lima tahun
terakhir jumlah penduduk yang berpendidikan rendah rationya
mengalami penurunan, sedangkan penduduk yang berpendidikan
lebih tinggi rationya mengalami kenaikan.
Selanjutnya, data penduduk usia sekolah dijadikan dasar
untuk
memperkirakan
kebutuhan
prasarana
dan
sarana
pendidikan seperti gedung sekolah, kelas, guru dan kebutuhan
lainnya dalam upaya menunjang proses pendidikan. Berdasarkan
hasil Susenas tahun 2005 Kota Batu, pengelompokan usia
sekolah yang terinci usia pra sekolah, sekolah dasar, SLTP dan
SLTA dapat dilihat pada tabel 2.18.
Tabel 2.18
Jumlah Penduduk Kota Batu berdasarkan Usia Sekolah
Tahun 2007
Kelompok Umur
(tahun)
Laki-laki
(orang)
Perempuan
(orang)
Jumlah
(orang)
0-4
7.385
6.647
14.032
5-9
9.010
8.015
17.025
10 - 14
7.599
7.661
15.259
15 - 19
6.845
8.364
15.209
Sumber Data : Berdasarkan Susenas 2007 Kota Batu
Bab II - 25
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
Berdasarkan data pada tabel 2.18 tersebut di atas
menunjukkan bahwa penduduk kelompok umur 5-9 tahun 2007
merupakan populasi terbesar dari penduduk usia sekolah. Secara
umum kondisi ini sama dengan Kabupaten/Kota di Jawa Timur,
yaitu
penduduk
usia
pendidikan
Sekolah
Dasar
yang
komposisinya lebih besar dibandingkan penduduk usia sekolah
lainnya.
Pemenuhan kebutuhan pendidikan di Kota Batu
tahun 2007, baik sekolah negeri maupun swasta pada jenjang
pendidikan dasar dan pra sekolah yang meliputi, Taman KanakKanak 76 lembaga, setingkat SD 87 lembaga, setingkat SMP
sebanyak 28 lembaga dan setingkat SMA sebanyak 21 lembaga,
secara umum dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Komposisi jumlah siswa masing-masing TK sebanyak 6.153
setingkat SD 19.120 setingkat SMP sebanyak 8.005 dan setingkat
SMA sebanyak 5.202 siswa, berarti dari tahun ke tahun juga
meningkat.
2.1.2.4 Struktur
Penduduk
Berdasarkan
Mata
Pencaharian/Tingkat Kesejahteraan
Data tentang jumlah menurut mata pencaharian
diperlukan untuk mengetahui tingkat perekonomian penduduk
di wilayah perencanaan, terutama tingkat perekonomian
penduduk di wilayah perencanaan, terutama dari mata
pencaharian yang didominan .
Dilihat dari sturuktur mata pencahariannya sebagian
besar di wilayah perencanaan
sebagian besar penduduk di
wilayah perencanaan bekerja di sektor pertanian. Kondisi ini
ditunjang oleh faktor potensi alam yang sangat cocok untuk
kegiatan pertanian. Hampir separuh
lebih penduduk
di
Kota Batu bekerja di sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat
Bab II - 26
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
mata pencaharian pertanian 34.546 jiwa sedangkan mata
pencaharian non pertanian 112.521 jiwa.Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 2.19 dan Grafik 2.5
Tabel 2.19
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Kota Batu Tahun 2007
N0
JENIS PEKERJAAN
1.
Pertanian
2.
Penggalian
3.
Industri
4.
Listrik dan Air Bersih
5.
Kontruksi
6.
Perdagangan
7.
Transportasi dan Komunikasi
8.
Keuangan
9
Jasa dan Lain-lain
KOTA BATU
LAKILAKI
PEREMPUAN
JML
24.539
339
2.454
58
5.685
11.604
5.773
871
20.727
72.049
10.007
139
2.548
0
59
7.265
208
416
54.376
75.018
34.546
477
5.002
58
5.744
18.869
5.981
1.287
75.104
147.067
Sumber Data : BPS Kota Batu
Grafik 2.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
PENGGALIAN
1000
800
600
400
200
0
LAKI-LAKI
Jasa dan
Transpor
Kontruksi
Industri
INDUSTRI
Pertanian
PER EM PU AN
JUMLAH PENDUDUK
BERDASARKAN MATA
PENCAHARIAN PERTANIAN
LISTRIK DAN AIR
BERSIH
KONTRUKSI
PERDAGANGAN
TRANSPORTASI
KEUANGAN
JASA-JASA DAN LAIN-
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 27
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
Struktur penduduk menurut ketenagakerjaan dapat
digolongkan berdasarkan penduduk usia kerja yaitu penduduk
yang berumur 15 (lima belas) tahun ke atas. Masing-masing
jumlah angkatan kerja tingkat pertumbuhannya rata-rata per
tahun 0,036% untuk angkatan kerja, 0,365% untuk jumlah orang
kerja dan jumlah pengangguran peningkatannya sebesar 7,61%.
Gambaran mengenai kondisi penduduk menurut ketenagakerjaan
di Kota Batu tahun 2003-2007 dapat dilihat pada tabel 2.19
Tabel 2.19
Tingkat Perkembangan Ketenagakerjaan
Kota Batu Tahun 2005-2007
TAHUN
Ratio
No.
URAIAN
1.
Jumlah Angkatan Kerja
90.439
93.578
93.612
0,036
2.
Jumlah Orang Kerja
83.208
85.952
85.406
0,635
3.
Jumlah Pengangguran
7.231
7.626
8.206
7,61
PDRB Konstan (dlm
848.669,97
852.545,24
1.018.209,86
6,89
2005
4.
2006
(%)
2007
jutaan)
Sumber Data : BPS Kota Batu 2007
2.1.3 Profil Ekonomi
2.1.3.1 Produk Domestik Bruto Tahun Dasar Baru
Sejalan dengan perkembangan tersebut, angka PDRB
Kota Batu juga mengalami fenomena perubahan struktur yang
cukup nyata. Sebagai Kota Agro Wisata,
Kota Batu sangat
mengandalkan perekonomiannya pada sektor-sektor
yang
sejalan dengan bidang kepariwisataan seperti pertanian (tanaman
hias), industri pengolahan (souvenir dan makanan ringan),
perdagangan, hotel dan restauran, angkutan, serta jasa-jasa.
Dalam kaitan dengan ini, sangat relevan bahwa perubahan
struktural dan pergeseran tahun dasar perhitungan PDRB segera
dilakukan. Secara serentak, di 38 Kabupaten/Kota, perubahan
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 28
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
tahun dasar perhitungan PDRB dari tahun 1993 ke tahun 2000
dilakukan dalam tahun 2007.
Ditinjau dari pendekatan produksi, PDRB Atas Dasar
Harga Berlaku (ADHB) Kota Batu yang dihitung dengan
menggunakan tahun 2007 dasar baru mencapai 2 milyar.
Pendukung utama PDRB ADHB Kota Batu tahun 2007 adalah
sektor perdagangan, hotel dan restauran, sektor pertanian dan
sektor jasa-jasa yang masing-masing mencapai 919,74 milyar,
408,45 milyar dan 206,701 milyar. Hal ini sejalan dengan posisi
Kota Batu sebagai Kota Agro Wisata dan Agropolitan. Sebagai
daerah tujuan wisata, multiplier effect yang
ditimbulkan
pariwisata terhadap besaran PDRB cukup besar, luas dan
berantai. Seperti kita ketahui, belanja wisatawan di daerah tujuan
wisata merupakan penerimaan daerah tersebut. Semakin besar
belanja tersebut, akan makin meningkatkan pendapatan di daerah
tersebut. Dari segi lain pemerintah daerah dapat penambahan
pendapatan dari penerimaan pajak-pajak dari sektor usaha yang
bersangkutan dengan kepariwisataan. Di samping itu belanja
wisatawan ini dapat pula merangsang pertumbuhan berganda
sektor-sektor lain. Industri hotel yang memerlukan daging, telur,
sayuran, alat-alat dekorasi dan lain sebagainya. Hal ini
merangsang tumbuhnya usaha-usaha peternakan, perkebunan,
industri ringan, dekorasi, angkutan dan lain-lain. Untuk lebih
jelasnya lihat pada grafik 2.6
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 29
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
Grafik 2.6
Produk Domestik Regional Bruto ADHB Tahun 2001-2007
(Dalam Milyar)
2.500.000
Milyar
2.000.000
1.500.000
1.000.000
500.000
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Tahun
PDRB ADHB
PDRB ADHK
Berdasarkan harga konstan 2001, laju pertumbuhan
PDRB pada tahun 2007 digerakkan oleh semua sektor. Laju
pertumbuhan sektor PDRB tertinggi yaitu sektor bangunan
dimana tahun 2007 meningkat sebesar 12,89 persen dibanding
dengan tahun sebelumnya. Berikutnya sektor jasa-jasa sebesar
9,45 persen, Listrik dan air bersih sebesar 8,16 persen dan
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 7,61 persen.
Selanjutnya industri pengolahan dan perdagangan, hotel dan
restauran merupakan sektor yang laju pertumbuhannya rendah
yaitu masing-masing sebesar 6,06 persen dan sebesar 6,07
persen.
2.1.3.2 Struktur Perekonomian
Struktur ekonomi suatu daerah merupakan bagian dari
struktur ekonomi nasional. Apabila struktur ekonomi nasional
berubah, maka hal tersebut akan mempengaruhi struktur
ekonomi di daerah. Kontribusi sektoral terhadap PDRB sangat
tergantung dari sektor-sektor andalan yang menyumbang cukup
besar terhadap PDRB. Apabila sektor tersebut mengalami
kemunduran, maka secara otomatis total perekonomian juga
akan mengalami kontraksi karena sumbangannya yang cukup
Bab II - 30
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
besar. Berdasarkan klasifikasinya, pembagian PDRB sektoral
dianalisis dengan membedakan tiga sektor yaitu sektor primer,
sektor sekunder dan sektor tersier. Di mana sektor primer
mencakup sektor pertanian, dan sektor pertambangan dan
penggalian.
Sektor
sekunder
meliputi
sektor
industri
pengolahan, sektor listrik dan air bersih serta sektor bangunan.
Sedangkan sektor tersier mencakup sektor perdagangan, hotel
dan restauran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa.
Dari sisi penawaran, transformasi struktural dapat
dideteksi dengan karakteristik turunnya pangsa sektor primer
yang tradisional. Pada saat yang bersamaan sektor sekunder
meningkat dan selanjutnya diikuti oleh peningkatan sektor
tersier. Dalam proses ini, pergeseran pangsa tetap harus diikuti
oleh pertumbuhan dari masing-masing sektor meskipun dengan
laju yang berbeda. Lebih lanjut, laju percepatan dari suatu
proses transformasi akan berbeda untuk masing-masing daerah,
tergantung dari karakteristik daerah yang bersangkutan. Untuk
daerah yang kaya sumber daya alam, seperti Kota Batu, proses
transformasinya cenderung lebih lambat dibandingkan dengan
daerah yang perekonomiannya relatif tidak tergantung pada
sumber daya alam. Perbedaan ini karena untuk daerah-daerah
yang kaya sumber daya alam cenderung masih membutuhkan
pertumbuhan yang relatif tinggi pada sektor primer untuk
mendukung percepatan pertumbuhan pada sektor lainnya.Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.20
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 31
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
Tabel 2.20
Struktur Ekonomi Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan
Tahun 2000 dan 2007
Sektor
Berlaku
Konstan
(%)
(%)
2000
2007
2000
2007
(2)
(3)
( 4)
(5)
24,64
21,55
22,64
21,33
24,43
20,34
22,43
21,12
0,21
0,21
0,21
0,21
11,95
10,92
11,95
10,81
a. Industri Pengolahan
9,54
7,61
9,54
7,76
b. Listrik Gas dan Air
1,32
1,61
1,32
1,54
c. Bangunan
1,09
1,70
1,09
1,51
3. Sektor Tersier
65,41
68,53
65,41
67,86
a. Perdagangan, Hotel, dan
Restoran
47,21
45,79
47,21
46,18
b. Angkutan dan Komunikasi
3,17
3,52
3,17
3,14
c. Keuangan, Persewaan&Jasa
Perusahaan
4,20
4,38
4,20
4,67
10,83
14,85
10,83
13,60
(1)
1. Primer
a. Pertanian
b.Pertambangan dan Penggalian
2. Sekunder
d. Jasa-jasa
Sumber : Kota Batu Dalam Angka tahun 2007
Dari Tabel 2.20 mengenai perubahan pangsa
terhadap PDRB Kota Batu terlihat dari tahun 2000 sampai
tahun 2007, pangsa sektor tersier terus meningkat. Pada tahun
2000, pangsa sektor tersier masih mencapai 65,41 persen dan
secara konsisten naik hingga mencapai 68,55
persen pada
tahun 2007. Sementara itu, pangsa sektor sekunder yang
sebelumnya
diharapkan
menjadi
motor
penggerak
perekonomian Kota Batu bersama sektor tersier, justru
mengalami penurunan yaitu dari 10,87 persen pada tahun 2006
menjadi 10,92 persen pada tahun 2007. Fenomena ini ditandai
dengan menurunnya peranan sektor industri pengolahan pada
periode tersebut yang merupakan penyumbang output terbesar
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 32
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
pada pangsa sektor sekunder Kota Batu. Penurunan pangsa
sektor sekunder memang tidak terlalu dratis karena masih
tertolong oleh peningkatan pangsa industri makanan, minuman
dan tembakau, pangsa sektor listrik dan air bersih, serta pangsa
sektor bangunan. Namun secara keseluruhan pangsa sektor
industri Kota Batu selama periode tersebut terus mengalami
penurunan, terutama pangsa dari industri tekstil, kulit dan alas
kaki.
Tabel 2.21
Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB )
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2004 – 2007
(dalam juta rupiah)
No.
Sektor/ Sub-sektor
2004*)
2005*)
2006*)
2007*)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
I
Pertanian
1.1. Tanaman Bahan Makanan
1.2. Tanaman Perkebunan
1.3. Peternakan
1.4. Kehutanan
1.5. Perikanan
Pertambangan Dan Penggalian
2.1. Pertambangan Migas
2.2. Pertambangan Non Migas
2.3. Penggalian
Industri Pengolahan
3.1. Makanan, Minuman &
Tembakau
3.2. Tekstil, Kulit & Alas Kaki
3.3. Barang dari Kayu & Hasil
Hutan Lain
3.4. Kertas & Barang Cetakan
3.5. Pupuk Kimia & Barang dari
Karet
3.6. Semen & Barang Galian Non
Logam
3.7. Logam Dasar Besi & Baja
3.8. Alat Angkutan, Mesin &
Peralatan
3.9. Barang-barang Lainnya
Listrik Dan Air Bersih
4.1. Listrik
4.2. Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel Dan
Restoran
6.1. Perdagangan
6.2. Hotel
186,196.76
163,669.13
2,195.45
19,589.27
487.21
255.70
1,716.44
0.00
0.00
1,716.44
70,497.53
194,918.18
170,246.50
2,336.41
21,567.17
503.99
264.11
1,825.59
0.00
0.00
1,825.59
71,379.50
204,389.72
178,546.89
2,167.37
22,865.26
517.11
293.09
1,945.66
0.00
0.00
1,945.66
74,822.84
216,307.49
189,009.74
1,930.61
24,526.35
525.21
315.58
2,082.19
0.00
0.00
2,082.19
79,571.67
27,485.27
10,830.36
31,275.49
5,571.86
33,952.35
5,923.88
36,963.92
6,537.59
10,510.24
2,106.50
11,192.36
2,297.98
10,087.67
2,449.60
9,721.49
2,630.14
6,132.38
6,518.06
6,874.05
7,141.25
10,852.81
0.00
11,736.23
0.00
12,688.28
0.00
13,613.26
0.00
927.69
1,652.28
12,317.34
11,488.24
829.10
10,413.98
995.24
1,792.28
13,045.74
11,900.67
1,145.07
11,541.30
960.21
1,886.80
14,140.04
12,868.83
1,271.21
12,925.10
972.31
1,991.71
15,362.83
13,931.01
1,431.82
14,580.88
400,561.55
271,697.37
112,688.47
420,351.14
282,983.37
119,648.04
440,828.90
293,988.71
127,729.46
460,132.60
304,552.42
135,214.41
II
III
IV
V
VI
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 33
RPIJM
VII
VIII
IX
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
6.3. Restoran
Pengangkutan Dan Komunikasi
a. Angkutan
1. Angkutan Rel
2. Angkutan Jalan Raya
3. Angkutan Laut
4. Angkutan Penyebrangan
5. Angkutan Udara
6. Jasa Penunjang Angkutan
b. Komunikasi
1. Pos dan Telekomunikasi
2. Jasa Penunjang Komunikasi
Keuangan, Persewaan Dan
Jasa Perusahaan
8.1. Bank
8.2. Lembaga Keuangan Bukan
Bank
8.3. Jasa Penunjang Keuangan
8.4. Sewa Bangunan
8.5. Jasa Perusahaan
Jasa - Jasa
a. Pemerintahan Umum
b. Swasta
1. Sosial Kemasyarakatan
2. Hiburan dan Kebudayaan
3. Perorangan & Rumahtangga
Produk Domestik Regional
Bruto
Ratio Kenaikan PDRB
16,175.71
27,677.82
13,465.40
0.00
13,027.38
0.00
0.00
0.00
438.02
14,212.42
13,335.35
877.07
17,719.73
30,342.77
14,121.96
0.00
13,627.78
0.00
0.00
0.00
494.18
16,220.81
15,238.62
982.19
19,110.73
32,069.10
14,575.00
0.00
14,027.61
0.00
0.00
0.00
547.39
17,494.10
16,433.33
1,060.77
20,365.78
34,513.11
15,365.93
0.00
14,778.09
0.00
0.00
0.00
587.84
19,147.18
17,977.26
1,169.92
37,238.86
2,189.11
39,843.49
2,590.36
43,463.31
3,695.59
47,218.08
4,338.47
6,696.66
0.00
25,451.80
2,901.29
102,049.68
34,251.36
67,798.32
9,804.90
13,963.90
44,029.52
7,096.42
0.00
27,010.64
3,146.07
112,014.23
39,751.83
72,262.40
10,942.95
15,299.79
46,019.66
7,643.59
0.00
28,742.15
3,381.98
122,960.57
46,593.10
76,367.47
11,944.34
16,392.41
48,030.72
8,641.07
0.00
30,592.11
3,646.43
135,441.00
53,963.83
81,477.17
13,768.70
17,194.56
50,513.91
848,669.97
-
895,261.94
5.48%
947,545.24
5,84%
1,005,209.85
6.08%
Sumber Data : BPS Kota Batu Tahun 2007
Dipihak lain, pangsa sektor primer yang pada tahun
2007 sempat berubah arah dengan meningkatnya kembali
pangsanya untuk PDRB harga konstan, sejalan dengan
terkontraksinya sektor-sektor lain akibat adanya krisis ekonomi
kembali
mengalami
penurunan
peranannya.
Ternyata
peningkatan pangsa sektor primer di Kota Batu ini hanya
berlangsung satu tahun dan pada periode berikutnya arah
pergerakan telah kembali ke pola transformasi struktural yang
normal. Penurunan peranan sektor ini terlihat dari terus
menurunnya pangsa primer yaitu dari 22,64 persen pada tahun
2000 menjadi 20,55 persen pada tahun 2007. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada grafik 2.7.
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 34
                                            
                Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
BAB II
GAMBARAN UMUM DAN KONDISI UMUM WILAYAH
KOTA BATU
2.1. KONDISI UMUM
2.1.1 Profil Topografi
2.1.1.1 Letak, Batas dan Luas Wilayah Kota Batu
A. Letak Kota Batu
Secara astronomis, Kota Batu terletak pada posisi
122°17’-122º57’ Bujur Timur dan 7°44’-8º26’ Lintang
Selatan, dengan luas wilayah 19.908,72 Ha atau 0,42 % dari
total luas Jawa Timur.
B. Batas Wilayah
Bentang wilayahnya berupa bukit, gunung, jurang terjal
dan daerah dataran dengan batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara
: Kabupaten
Mojokerto
dan
Kabupaten Pasuruan
- Sebelah Timur
: Kabupaten Malang
- Sebelah Selatan : Kabupaten Blitar dan Kabupaten
Malang
- Sebelah Barat
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
: Kabupaten Malang
Bab II - 1
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
C. Luas Wilayah
Secara administratif, Kota Batu dibagi
menjadi
3
(tiga) Kecamatan yaitu Kecamatan Batu, Kecamatan Junrejo
dan Kecamatan Bumiaji yang terinci 20 Desa, 4 Kelurahan,
226 RW dan 1.059 RT. Dari wilayah seluas 19.908,72 Ha
tersebut, terbagi Kecamatan Batu seluas 4.545,81 Ha,
Kecamatan Junrejo seluas 2.565,02 Ha dan Kecamatan
Bumiaji 12.797,89 Ha. Luas wilayah yang paling luas adalah
Kecamatan
Bumiaji
dengan
luas
wilayah
12.797,89
sedangkan luas wilayah yang paling kecil adalah Kecamatan
Junrejo.
Sedangkan untuk jumlah Kelurahan dan Desa
terdapat 24, dengan jumlah RW 220, dan RT 1017. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.1, dan Grafik 2.1
Tabel 2.1
Luas Wilayah Per Kecamatan di Kota Batu Tahun 2007
N0
A.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Desa/Kelurahan
KECAMATAN BATU
Oro-Oro Ombo
Temas
Sisir
Nggalik
Pesanggrahan
Songgokerto
Sumberejo
Sidomulyo
KECAMATAN JUNREJO
Tlekung
Junrejo
Mojorejo
Torongrejo
Beji
Pendem
Dadaprejo
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Luas Wilayah
(Ha)
1,691,63
461.05
263.40
320.27
699,40
566.86
291.84
251,36
872.70
352.04
193.17
339.40
241.24
360,09
260.38
Bab II - 2
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
C.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
KECAMATAN BUMIAJI
Pandanrejo
Bumiaji
Bulukerto
Gunungsari
Punten
Tulungrejo
Sumbergondo
Giripurno
TOTAL
682,16
844.82
1,007.05
688.43
245.72
7,023.92
1,379.23
980.56
19,908.72
Sumber : Kota Batu Dalam Angka 2008
Grafif 2.1
Persentase Luas Wilayah menurut Kecamatan
The Percent Area by District (Ha)
2006
Sumber : BPS Kota Batu Tahun 2007
2.1.1.2 Ketinggian Kota Batu
Berdasarkan ketinggiannya, Kota Batu diklasifikasikan
kedalam 6(enam) kelas, yaitu :
a. 600-1000 DPL dengan luas 6.019,21 Ha
 Kecamatan Batu (terutama Desa Sidomulyo secara
keseluruhan, sebagian besar Kelurahan Temas,Kelurahan
Sisir, Kelurahan Nggalik dan Desa Sumberejo serta
sebagian kecil Desa Oro-Oro Ombo, Desa Pesanggrahan
dan Kelurahan Songgokerto
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 3
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
 Kecamatan Junrejo (terutama Desa Junrejo, Torongrejo,
Pendem, Beji, Mojorejo, Dadaprejo dan sebagian desa
Tlekung)
 Kecamatan Bumiaji terutama pada sebagian kecil desadesa yang ada di wilayah Kecamatan Bumiaji
b. 1000-1500 DPL dengan luas 6.493,64
Wilayah yang termasuk dalam ketinggian ini adalah :
sebagian besar desa-desa yang ada di Kecamatan Bumiaji
dan sebagian dari desa-desa yang ada di Kecamatan Batu
(terutama wilayah Kelurahan Songgokerto, Desa Oro-Oro
Ombo dan Desa Pesanggrahan) serta di sebagian kecil Desa
Tlekung yang berada di wilayah Kecamatan Junrejo.
c. 1500-2000 DPL dengan luas 4.820,40 Ha
Wilayah yang termasuk dalam ketinggian ini adalah :
sebagian kecil Desa Tlekung Kecamatan Junrejo. Sebagian
itu juga terdapat di sebagaian kecil Desa Oro-Oro Ombo dan
Desa Pesanggarahan, terutama di sekitar kawasan Gunung
Panderman, Gunung Bokong serta Gunung Punukwari.
Sedangkan di wilayah Kecamatan Bumiaji seluruh bagian
desa mempunyai ketinggian ini, terutama kawasan-kawasan
disekitar
Gunung
Rawung,
Gunung
Tunggangan,
Gunung Pusungkutuk.
d. 2000-2.500 DPL dengan luas 1789,81 Ha
Wilayah yang termasuk dalam ketinggian ini relatif sedikit,
yaitu di sekitar Gunung Srandil serta diujung Desa OroOro Ombo Kecamatan Batu yang berbatasan dengan
Kecamatan Wagir. Untuk Kecamatan Bumiaji, ketinggian
ini berada disekitar Gunung Anjasamoro dan pada sebagian
kecil di wilayah Desa Giripurno, Desa Bumiaji , Desa
Sumbergondo dan Desa Torongrejo
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 4
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
e. 2.500-3000 DPL dengan luas 707,32 Ha
Wilayah yang termasuk dalam ketinggian ini adalah
sebagian kecil desa-desa yang berada di wilayah Kecamatan
Bumiaji, terutama pada wilayah-wilayah yang berbatasan
dengan Kecamatan Prigen.
f. 3000 DPL dengan luas 78,29 Ha
Wilayah
yang termasuk dalam ketinggian
ini adalah
beberapa desa di Kecamatan Bumiaji, khususnya di sekitar
Gunung Arjuno (Desa Sumbergondo). Gunung Kembar dan
Gunung Welirang (Desa Tulungrejo).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta Ketinggian.
2.1.1.3 Kemiringan Lahan
Sedangkan kemiringan lahan (slope) di Kota Batu 0-8%
merupakan kegiatan budidaya pertanian tanaman holtikultura dan
tanaman pangan selain kegiatan terbangun, kemiringan 8-15%
merupakan kawasan yang layak untuk dikembangkan pertanian
perkebunan, kemiringan 15-40% sebagian besar merupakan
kawasan yang dikembangkan hutan produksi dan hutan lindung
dan kemiringan kurang 40% merupakan kawasan lindung.
Kemiringan lahan (slope) di Kota Batu berdasarkan
data dari
peta kontur Bakosurtanal 2001 diketahui bahwa,
sebagian besar wilayah perencanaan Kota Batu mempunyai
kemiringan lahan sebesar 25 – 40% dan kemiringan > 40. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel 2.2, tabel 2.3 dan Peta
Kemiringan Lahan. Rincian mengenai kemiringan ini adalah :
- 0 – 8 % seluas 2.207,21 Ha.
- 8 – 15 % seluas 2.223,73 Ha.
- 15-25 % seluas 1.799,37 Ha.
- 25 – 40 % seluas 4.529,85 Ha.
- > 40 % seluas 4.493, 33 Ha.
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 5
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
Tabel 2.2
Kemiringan Lahan Kota Batu
Tahun 2007
1.
2.
3.
Kemiringan
Lahan
0-8 %
8-15 %
15-40%
4.
>40 %
N0
Kriteria
Budidaya Pertanian
Pertanian Perkebunan
Hutan Produksi dan Hutan
Lindung
Kawasan Lindung Mutlak
Luas Lahan
(Ha)
2.207,21 Ha
2.2223,73 Ha
6.329,22 Ha
4.493,33 Ha
Sumber : Kota Batu Dalam Angka Tahun 2008
Tabel 2.3
Letak Geografis , Jarak ke Kecamatan dan Ke /Kota Batu
Tahun 2007
Letak
Geografis
Topogra
fi
Jarak(Km)
Kec
Kota
KEC. BATU
Oro-Oro Ombo
Lereng/Bukit
2.00
18.00
2.
3.
Temas
Sisir
Pantai
Lereng/Bukit
1.00
2.00
18.00
20.00
4.
Nggalik
Lereng/Bukit
2.00
18.00
5.
6.
Pesanggrahan
Songgokerto
Dataran
Lereng/Bukit
1.00
5.00
18.00
21.00
7.
Sumberejo
Lereng/Bukit
Berbukit
-bukit
Datar
Berbukit
-bukit
Berbukit
-bukit
Datar
Berbukit
-bukit
Datar
0.40
21.00
B.
1.
KEC JUNREJO
Tlekung
Lereng/Bukit
3.00
19.00
2.
3.
4.
Junrejo
Mojorejo
Torongrejo
Dataran
Dataran
Lereng/Bukit
0.50
2.50
5.00
15.00
15.00
18.00
N0
Desa/Kelurahan
A.
1.
Berbukit
-bukit
Datar
Datar
Berbukit
-bukit
Datar
Datar
Datar
5.
Beji
Dataran
3.50
6.
Pendem
Dataran
2.50
7.
Dadaprejo
Dataran
2.00
C.
KEC. BUMIAJI
1.
Lereng/Bukit
Datar
4.00
Pandanrejo
2.
Bumiaji
Lereng/Bukit
Berbukit 3.00
3.
Bulukerto
Lereng/Bukit
Berbukit 0.70
4.
Gunungsari
Lereng/Bukit
Berbukit 5.00
5.
Punten
Lereng/Bukit
Berbukit 0.20
6.
Tulungrejo
Lereng/Bukit
Berbukit 3.00
7.
Sumbergondo
Lereng/Bukit
Berbukit 1.00
8.
Giripurno
Lereng/DAS
Berbukit 5.00
Sumber:Statistik Desa dan Kelurahan Kota Batu (Hasil Sensus 2007)
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
16.00
15.00
11.00
8.00
8.00
8.00
8.00
8.00
8.00
8.00
6.00
Bab II - 6
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 7
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
Bentang geografi Kota Batu berupa perbukitan dan
pegunungan, dengan ketinggian + 800 meter di atas permukaan
laut dan berada di lingkungan Gunung Panderman (2.010 m) dan
Gunung Welirang atau Gunung Kemukus (3.156 m).
Desa Oro-oro Ombo dan Kelurahan Songgokerto
Kecamatan
Batu,
Desa
Tlekung
dan
Desa
Torongrejo
Kecamatan Junrejo serta hampir seluruh desa di Kecamatan
Bumiaji merupakan areal perbukitan. Desa Bumiaji, Desa
Bulukerto,
Desa
Gunungsari,
Desa
Tulungrejo,
Desa
Sumbergondo dan Desa Giripurno berelief terjal. Sedangkan
Desa/Kelurahan
lainnya relatif datar.
Kondisi demikian,
menjadikan Kota Batu berhawa sejuk dengan suhu udara
berkisar antara 17°- 25° Celcius.
2.1.1.4 Kondisi Geologi
Kota Batu dapat dibagi menjadi 4 jenis tanah, yaitu
andosol, kambisol, alluvial dan latosol. Jenis tanah Andosol,
berupa lahan tanah yang paling subur meliputi Kecamatan Batu
seluas 1.831,04 ha, Kecamatan Junrejo seluas 1.526,19 ha dan
Kecamatan Bumiaji seluas 2.873,89 ha. Jenis tanah Kambisol,
berupa jenis tanah yang cukup subur meliputi Kecamatan Batu
seluas 889,31 ha, Kecamatan Junrejo 741,25 ha dan Kecamatan
Bumiaji 1395,81 ha. Jenis tanah alluvial, berupa tanah yang
kurang subur dan mengandung kapur meliputi Kecamatan Batu
seluas 239,86 ha, Kecamatan Junrejo 199,93 ha dan Kecamatan
Bumiaji 376,48 ha. Jenis tanah Latosol meliputi Batu seluas
260,34 ha, Kecamatan Junrejo 217,00 ha dan Kecamatan
Bumiaji 408,61 ha.Untuk lebih jelasnya dapat dilahat pada tabel
2.4
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 8
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
Tabel 2.4
Luas Kecamatan Kota Batu Menurut Jenis Tanah 2007
Andosol Kambisol Aluvial Latosol Jumlah
No Kec
239.86 260.34 3,220.55
1. Batu
1,831.04 889.31
199.93 217.00 2,684.37
2. Junrejo 1,526.19 741.25
3. Bumiaji 2,873.89 1,395.81 376.48 408.61 5,054.79
Jumlah
6,231.12 3,026.37 816.27 885.95 10,959.69
Sumber : BPS Kota Batu Tahun 2007
Keadaan geologi/tanah di Kota Batu secara umum
diklasifikasikan menjadi 4 jenis tanah yaitu:
 Regosol Kelabu . Tanah ini terbentuk dari dua bahan induk
abu vulkanik intermedie, fisiografi vulkanik ,bentuk wilayah
bergunung ,kedalaman tanah dalam sedang dan drainase
agak cepat.Jenis tanah ini terdapat didaerah pegunungan di
Kecamatan Batu dan Kecamatan Bumiaji
 Andosol coklat. Tanah ini terbentuk dari abu dan tufa
vulkanik ,intermerdie, drainase tanah yang baik,menepati
punggung gunung/puncak gunung
serta terdapat di
Kecamatan Bumiaji
 Latosol Coklat kekuningan. Tanah ini hampir mendomonasi
seluruh Kota Batu fisiografi dataran vulkanik dan lereng
bawah /tengah tanah terbentuk dari bahan induk abu dan tufa
vulkan intermedie , drainase baik agar terhambat
 Litosol. Tanah ini merupakan asosiasi dengan litosol coklat
menempati fisiografi vulkan. Kedalaman tanah dangkal
sampai dengan 20-50 cm,
Dilihat dari kondisi geologi Kota Batu merupakan wilayah
subur untuk pertanian . Kota Batu secara geologi tersusun atas
endapan gunung api yang aktif terdiri dari batuan gunung api
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 9
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
anjasmoro tua, Kwarter Bawah, kwarter tengah, kwarter
wilirang dan kwarter atas, dapat dilihat pada Peta Geologi.
2.1.1.5 Klimatologi
Kota Batu merupakan daerah pegunungan dengan
hawa yang dingin dengan suhu udara antara 17°C hingga
25,6 ºC. Sedangkan rata-rata kelembaban nisby udara sebesar
86 % dengan kecepatan angin mencapai 10,73 km/jam.
Temperatur rata-rata Kota Batu tahun 2001 yang dicatat enam
statiun klimatoliogi adalah 21,5ºC dengan temperatur tertinggi
sebesar 27,2 ºC
dan termperatur sebesar 14,9 ºC. Tingkat
temperatur udara Kota Batu rata–rata yang paling tertinggi di
bulan Desember dan terendah temperatur udara bulan Juli
hampir sama dengan rata-rata daerah lainnya di Jawa Timur,
yaitu berkisar 30% (minimum) pada bulan Oktober dan bulan
Januari, sedangkan pada bulan Februari dan bulan Agustus
tingkat kelembabannya sebesar 98 % (maksimum).Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.5
Tabel 2.5
Temperatur Udara dirinci Menurut Bulan di Kota Batu
Tahun 2007
N0
BULAN
Minimum
Maksimum
Rata-Rata
1
Januari
20,7
29,4
23,5
2
Pebruari
21,4
28,3
23,9
3
Maret
20,4
28,8
23,6
4
April
20,6
27,8
24,1
5
Mei
19,4
29,3
24,2
6
Juni
18,8
27,9
22,9
7
Juli
18,2
27,6
21,6
8
Agustus
17,2
27,3
22,9
9
September
18,3
28,7
22,9
10
Oktober
19,3
32,8
26,5
11
November
21,4
33,3
27,2
12
Desember
21,3
34,2
28,1
Sumber : Dinas Sumber Daya Air dan Energi Kota Batu
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 10
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
Kecepatan angin di Kota Batu yang paling tinggi di
bulan Juli 46,50 sedangkan kecepatan angin yang terendah di
bulan 34,30. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.6 ,
tabel 2.7 dan Peta Klimatologi.
Tabel 2.6
Kecepatan Angin Dirinci Menurut Bulan Di Kota Batu
Tahun 2007
N0
BULAN
Minimum
Maksimum
Rata-Rata
1
Januari
0
34,20
5,50
2
Pebruari
0
35,50
5,90
3
Maret
0
43,10
6,30
4
April
0
35,10
7,50
5
Mei
0
46,60
7,30
6
Juni
0
38,40
7,80
7
Juli
0
46,50
10,80
8
Agustus
0
43,60
11,40
9
September
0
37,50
9,30
10
Oktober
0
37,50
9,30
11
November
0
43,70
6,20
12
Desember
0
46,30
3,90
Sumber: Meterologi dan Geogfisika Balai Wilayah III Karangploso
Tabel 2.7
Lembah Nisbi Udara dirinci Menurut Bulan di Kota Batu
Tahun 2007
No
Bulan
Minimum
Maksimum
Rata-Rata
1
Januari
30
96
82
2
Pebruari
52
95
78
3
Maret
52
97
79
4
April
45
64
76
5
Mei
41
89
70
6
Juni
36
94
69
7
Juli
34
94
70
8
Agustus
39
91
69
9
September
37
92
74
10
Oktober
35
89
68
11
November
36
94
78
12
Desember
39
95
81
Sumber: Meterologi dan Geogfisika Balai Wilayah III Karangploso
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 11
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
2.1.1.6 Hidrologi
Kondisi Hidrologi Kota Batu banyak di pengaruhi
oleh sungai-sungai yang mengalir di bagian pusat kota, sehingga akan
berpengaruh juga terhadap perkembangan
Kota Batu. Kondisi
Hidrologi di Kota Batu dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu air
permukaan, air tanah dan sumber mata air. Untuk Kota Batu air
permukaan yang ada adalah air Sungai Brantas beserta anak-anak
sungainya yang menjadi alternatif sumber air permukaan. Untuk air
tanah, Kota Batu secara geologis memiliki daerah yang memiliki air
tanah yang cukup berlimpah terutama
Kecamatan Junrejo yang
merupakan zona air tanah produktif tinggi–sedang. Selanjutnya
potensi ketersediaan air di Kota Batu dapat dijelaskan sebagai Kota
Batu mengikuti perubahan putaran 2 (dua) iklim yaitu musim
penghujan dan musim kemarau. Pada Tahun 2007, musim hujan
dimulai bulan September diakhiri bulan Juni dengan kondisi cuaca
relatif lebih kering dibanding tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan
jumlah curah hujan maupun hari hujan mengalami penurunan.
Menurut sumber dari Dinas Sumber Daya Air dan Energi Kota Batu,
rata-rata curah hujan mencapai 97,5 mm/bulan dari hari hujan per
tahun sebanyak 128 kali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
2.8
Selanjutnya potensi ketersediaan air di Kota Batu
dapat dijelaskan sebagai berikut :
 Ketersedian air aliran permukaan (air hujan dan air sungai )
Ketersedian air hujan dapat dihitung dari ketersediaan air
sungai berdasarkan curah hujan mencapai 10.361 liter/detik
, mengalami peningkatan 37,5 % dari keadaan kemarau.
Ketersediaan air sungai diperoleh dari 5 buah sungai yang
keseluruhnya bermuara pada Sungai Brantas yang mampu
mengairi daerah-daerah sekitarnya.
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 12
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
 Ketersediaan
sumber-sumber mata air
cukup potensial,
dimana mata air tersebut dikonsumsi oleh masyarakat
Kota Batu maupun wilayah sekitarnya
seperti wilayah
Malang Raya.
Tabel 2.8
Banyaknya Hari Hujan dan Curah Hujan
N0
BULAN
HARI HUJAN
CURAH HUJAN
1
Januari
10
153
2
Pebruari
17
325
3
Maret
23
236
4
April
19
247
5
Mei
1
5
6
Juni
2
4
7
Juli
0
0
8
Agustus
0
0
9
September
1
5
10
Oktober
5
36
11
November
14
184
12
Desember
17
322
Sumber : Sumber Daya Air dan Energi
Kota Batu memiliki sumber mata air sejumlah
111 (seratus sebelas)
titik, dengan debet mata air dalam
kondisi normal 44 titik atau 39,64 %, debet mata air dalam
kondisi sedang
28 titik atau 25,22 % dan dalam kondisi
rendah 39 atau 35,13 %. Dari sumber tersebut kurang lebih
menghasilkan
rata–rata
16.950.600m3/tahun
dan
yang
dimanfaatkan oleh PDAM sebesar 2.168.148 m3/tahun atau
hanya 13%, sedangkan sisanya dipakai pengairan pertanian
dan juga terbuang kesungai. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 2.9
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 13
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
Tabel 2.9
Jumlah Dan Sumber Mata Produktif Air Di Kota Batu
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
NAMA MATA AIR
Sumber Brantas I
Sumber Brantas II
Sumber Brantas III
Nget
Sumber Rejeki
Petung Amplok I
Petung Amplok II
Jeblokan
Kalong
Dompyong
Jobranti I & II
Sumbersari
Krecek
Biru
Mulyo
Ngesong I
Ngesong II
Ngesong III
Lodengkol
Bletok
Banyuning
Preteng
Gemulo
Gringsing
Belik Bel
Petung Kobong
Sumberan
Gabes
Pusung Lading
Brukan
Watu Gupit
Cinde
Bakgede
Areng-areng
Ketohan
Torongmiri
Binangun
Miriampel I
Bungkaji
Wuluh/ Crh. Krikil
Royan
Dandang II
Bendo
Slayur/ Kiyan
Kerto
Kuriah
Gambiran
Pakisan
Dolo
Kolo
Abdul Muntalib
Torongdadap
Watugudik
Coban Petak
Bulu
DESA/KELURAHAN
Tulungrejo
Tulungrejo
Tulungrejo
Tulungrejo
Tulungrejo
Tulungrejo
Tulungrejo
Tulungrejo
Tulungrejo
Tulungrejo
Tulungrejo
Tulungrejo
Tulungrejo
Tulungrejo
Tulungrejo
Punten
Punten
Punten
Punten
Punten
Punten
Punten
Punten
Gunungsari
Gunungsari
Gunungsari
Gunungsari
Sumbergondo
Bulukerto
Bulukerto
Bulukerto
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Pandanrejo
Giripurno
Giripurno
Giripurno
Giripurno
Giripurno
Giripurno
Sidomulyo
Sidomulyo
Sidomulyo
Sidomulyo
Songgokerto
Songgokerto
Songgokerto
Songgokerto
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
KECAMATAN
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Bumiaji
Batu
Batu
Batu
Batu
Batu
Batu
Batu
Batu
DEBIT AIR (L/DET)
PASANG
SURUT
2
1
20
15
25
17
15
10
15/20*
10/18*
30
20
12
8
27
18
65
39
30
18
18/17*
13/15*
6/2*
4/1*
8/5*
6/4*
8
5
60
40
30
21
71
51
65
59
39
25
179/250*
160/199*
35
23
179
160
40
28
5
3
20
12
15
10
2
1
1
0,4
1,5/2*
0,5/1*
2
1
69/67*
56
30
26
89
70
38
29
35
30
190/440*
180/430*
33
29
5
3
3
2
30
28
33
24
10
7
30
25
3
1
6
3
6
4
20
15
17
12
4
1
10
7
14
11
47
35
2
1
3
1
Bab II - 14
RPIJM
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
TorongBelok
TorongJeruk
Kasinan
Srebet I &II
Seruk
Panderman
Belik Tunjung I
Belik Tunjung II
Belik
Torongsisir I
Torongsisir II
Tenggulun
Genengan
Reco
Sumber Andong
Sumber Darmi
Jurangjeru
Jambe
Ngemplak
Dok
JedingI &II
Kasin
Tempur I &II
PerengGedek
Urip
Pandan
Kembang
Sukaton
Songgokerto
Batu
41
33
Songgokerto
Batu
14
11
Pesanggrahan
Batu
30
18
Pesanggrahan
Batu
4
3
Pesanggrahan
Batu
Pesanggrahan
Batu
12
8
Ngaglik
Batu
19
13
Ngaglik
Batu
2
1
Sisir
Batu
2
1
Sisir
Batu
52
23
Sisir
Batu
2
2
Temas
Batu
27
24
Temas
Batu
40
35
Temas
Batu
5
4
Oro-oroOmbo
Batu
50
40
Oro-oroOmbo
Batu
120
90
Beji
Junrejo
50
40
Beji
Junrejo
6
5
Beji
Junrejo
7
5
Junrejo
Junrejo
8
6
Junrejo
Junrejo
8
6
Junrejo
Junrejo
50
40
Junrejo
Junrejo
10
7
Tlekung
Junrejo
10
8
Tlekung
Junrejo
8
6
Tlekung
Junrejo
7
5
Tlekung
Junrejo
8
6
Mojorejo
Junrejo
6
5
Sumber : Studi Penyediaan Air Bersih Kota Batu Tahun 2007
2.1.1.7 Pola Penggunaan Tanah
Pola Penggunaan tanah di wilayah perencanaan Kota
Batu untuk lahan terbangun hanya sekitar 9,57 % atau sekitar
1.906,40 Ha dari seluruh pola penggunaan lahan yang ada.
Sisanya merupakan lahan non terbangun. Hal ini disebabkan
karena wilayah perencanaan dengan topografi yang cenderung
berbukit dan terjal,sehingga penggunaan lahan didominasi oleh
kegiatan terbangun non terbangun seperti hutan dan pertanian.
Konsentrasi penggunaan lahan terbesar, berada di wilayah
Kecamatan
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Batu.
Keadaan
ini
disebabkan karena
Bab II - 15
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
Kecamatan Batu merupakan pusat kegiatan dan aktivitas kota.
Untuk mengetahui jenis penggunaan lahan di Kota Batu secara
keseluruhan dapat dilihat pada tabel :2.10,dan grafik 2.2
Tabel 2.10
Pola Penggunaan Lahan (Ha)Kota Batu
Tahun 2007
N0
Peruntukan Lahan
Luas (Ha)
Ratio (%)
1.
2.
Sawah
Pekarangan
2.528,00
1.573,83
12,70
7,90
3.
Tegal
2.557,74
12,85
4.
Hutan
11.227,40
56,40
5.
Lain-Lain
1.476,18
10,15
Jumlah
19,908,72
100
Sumber : Kota Batu Dalam Angka 2007
Grafik 2.2
Tata Guna Lahan Kota Batu Tahun 2007
Sawah
10,15%
12,7%
7,9%
Pekarangan
Kebun/Tegal
12,85%
56,4%
Hutan
Lain-lain
2.1.2 Profil Demografi
Dalam pembangunan manusia, penduduk adalah central dari
sasaran pembangunan, sehingga data tentang kependudukan menjadi
sangat
vital
berorientasikan
dalam
penentuan
manusia
kebijakan
sebagai
sasaran
pembangunan
utamanya.
yang
Data
Kependudukan merupakan salah satu data pokok yang sangat
diperlukan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan karena
penduduk merupakan obyek sekaligus subyek pembangunan. Fungsi
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 16
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
obyek bermakna penduduk menjadi target dan sasaran pembangunan
yang dilakukan oleh penduduk, dan fungsi subyek bermakna penduduk
adalah pelaku tunggal dari sebuah pembangunan. Kedua fungsi tadi
diharapkan berjalan seiring dan sejalan secara integral.
Jumlah Penduduk yang besar memang merupakan potensi yang
besar, namun peningkatan jumlah penduduk harus diimbangi dengan
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Agar peningkatan kualitas
SDM terpenuhi. Maka kebutuhan akan sarana maupun prasarana
pendidikan,kesehatan, perumahan perlu diupayakan secara optimal. Jika
pertumbuhan penduduk dan kualitas sumberdaya manusia tidak
mendapat pertumbuhan penduduk dan kualitas sumberdaya manusia
tidak mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah Kota Batu dapat
mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk dan kualitas sumber daya
manusia tidak mendapat perhatian dari Pemerintah Kota Batu dapat
mengakibatakn laju pertumbuhan penduduk yang tidak terkontrol. Ini
dikwatirkan akan menambah jumlah pengangguran dan penduduk
miskin, sehingga mengganggu program-program yang berjalan.
2.1.2.1 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan
Struktur Umur
Berdasarkan Data Kependudukan Kota Batu berdasarkan
Jenis Kelamin di Kecamatan Batu 81.065 jiwa, Kecamatan
Junrejo 40.910 jiwa sedangkan di Kecamatan Bumiaji 51.320
jiwa. Hal ini menyebabkan bahwa jumlah penduduk banyak
terdapat di pusat kota semua fasilitas yang memadai terletak di
wilayah Kecamatan Batu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 2.11 dan grafik 2.3
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 17
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
Tabel 2.11
Penduduk Kota Batu Dirinci Menurut Kecamatan dan Kewarganegaraan
Kota Batu Tahun 2007
WNI
WNA
No Kecamatan
Jumlah
Laki
Perempuan
Laki laki Perempuan
laki
1. Batu
40,718
40,285
43
19
81,065
2. Junrejo
20,668
20,241
1
0
40,910
3. Bumiaji
25,538
25,782
51,320
Jumlah
86,924
86,308
44
19
173,295
Sumber : Kota Batu dalam angka 2007
Grafik 2.3.
Piramida Penduduk Kota Batu Tahun 2007
Sumber : Kota Batu Dalam Angka Tahun 2007
Informasi struktur umur penduduk sangat bermanfaat
sebagai estimasi indikator kependudukan lainnya. Bila struktur
umur mengarah pada kelompok penduduk berusia muda, maka
intervensi pembangunan didominasi oleh pelaksanaan program
dibidang kesehatan ibu dan anak, pendidikan, dan pengendalian
kelahiran. Sedangkan bila struktur umur mengarah pada
kelompok penduduk berusia tua, maka intervensi pembangunan
diarahkan pada pelaksanaan program dibidang jaminan hari tua.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.12 dan grafik 2.4
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 18
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
Tabel
2.12
Penduduk Kota Batu Dirinci
Menurut
Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin
dan Jenis Kelamin Tahun 2007
Kelompok Umur
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
0-4
7,385
6,647
14,032
5-9
9,010
8,015
17,025
10 - 14
7,599
7,661
15,260
15 - 19
6,845
8,364
15,209
20 - 24
7,358
7,542
14,900
25 - 29
8,159
9,477
17,636
30 - 34
8,368
7,905
16,273
35 - 39
40 - 44
45 - 49
8,679
8,021
8,729
7,145
17,408
15,166
5,982
6,415
12,397
50 - 54
5,452
5,339
10,791
55 - 59
4,214
3,675
7,889
60 - 64
2,765
3,151
5,916
65 +
6,205
7,275
13,480
Sumber : Kota Batu Dalam Angka 2008
Dari Piramida Penduduk diketahui bahwa kelompok umur
yang dominan adalah kelompok usia produktif. Keadaan
piramida yang seperti ini akan sangat mendukung tercapainya
sasaran pembangunan, karena sumber daya manusia yang
produktif sebagai modal dasar pembangunan banyak tersedia.
Struktur umur penduduk cenderung mengarah pada kelompok
berusia
muda,
ini
ditunjukkan
dengan
angka
beban
ketergantungan penduduk muda sebesar 34,15 persen. Dengan
demikian angka beban ketergantungan secara keseluruhan
mencapai 44,23 persen atau dengan angka absolut dikatakan
bahwa setiap seratus penduduk usia produktif akan menanggung
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 19
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
sekitar 44 orang bukan usia produktif (0 – 14 tahun) dan 64
tahun ke atas) .
GRAFIK 2.4 Piramida Penduduk
60 - 64
K
elom
pokU
m
ur
50 - 54
40 - 44
30 - 34
20 - 24
10 - 14
0 - 4
-10.000
-5.000
0
5.000
10.000
Jumlah Penduduk
Laki-Laki
Perempuan
Sumber : Berdasarkan Hasil Susenas 2007 Kota Batu
2.1.2.2 Laju Pertumbuhan Penduduk
Perkembangan penduduk Kota Batu dari waktu ke waktu
mengakami peningkatan sebagai akibat dari Perumbuhan Alami
yaitu terjadi pertambahan penduduk dari selisih kelahiran dan
kematian, juga diakibatkan oleh adanya migraso netto anntara
penduduk yang datang dan yang keluar . Hal tersebut mengingat
bahwa Kota Batu mempunyai potensi sebagai Kota Pariwisata
dan merupakan kota tujuan wisata bagai para wisatawan
domestik maupun mancanegara.
Dengan kekhasan yang dimiliki Kota Batu tersebut,
akhirnya mempengaruhi perkembangan jumlah penduduk
dimana motivasi utama perpindahan penduduk
kedalam
Kota Batu tersebut adalah untuk mengadu nasib dengan
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 20
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
melakukan kegiatan ekonomi yang bersimbiosis terhadap
potensi wisata yang ada .
Berdasarkan hasil Susenas Tahun 2007 jumlah Penduduk
Kota Batu, tercatat
sebesar
173.295 jiwa dengan tingkat
kepadatan 866 orang/km. Komposisi penduduk menurut jenis
kelamin menunjukkan bahwa penduduk laki-laki 86.968 jiwa
adalah penduduk perempuan 86.327 jiwa dengan angka sex ratio
sebesar 101,74 persen
Berikut ini tabel pertumbuhan penduduk Kota Batu
berdasar hasil registrasi penduduk akhir tahun 2005-2007.
Jumlah penduduk Kota Batu dari tahun ke tahun meningkat.
Terlihat dari tahun 2005 dari hasil Susenas jumlah penduduk
Kota Batu sebesar 170.697 jiwa sampai sebesar 173.295 jiwa
pada tahun 2007. Sex Ratio pada tahun 2004 adalah 100,08 dan
100,74 pada tahun 2007. Artinya jika ada 100 penduduk lakilaki maka terdapat 99 penduduk perempuan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.13
Tabel 2.13
Penduduk Kota Batu
Berdasarkan Hasil Susenas Tahun 2005-2007
Tahun
2005
2006
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
85.381
85.818
85.316
86.510
170.697
172.328
2007
86.968
86.327
173.295
Sumber : Hasil Susenas Tahun 2005 - 2007
Rasio
Jenis
Kelamin
100,08
99,20
100,74
Kota Batu terbagi menjadi 3 Kecamatan dengan luas
wilayah
masing-masing:
Kecamatan
Junrejo
Kecamatan.
dengan
luas
Batu
25,65
45,46
ha
ha;
dan
Kecamatan Bumiaji sebesar 127,981 ha. Wilayah yang paling
padat adalah Kecamatan Batu, yaitu 1.783 penduduk/ha, dengan
jumlah penduduk sebesar 81.065 jiwa disusul Kecamatan
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 21
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
Junrejo yaitu 1.595 penduduk/ ha,dengan jumlah penduduk
sebanyak 40.910 jiwa dan Kecamatan Bumiaji 401 penduduk/ha
dengan jumlah penduduk sebanyak 51.320 jiwa.Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.14
Tabel 2.14
Luas Wilayah , Penduduk dan Kepadatan
Menurut Kecamatan Tahun 2007
N0
KEC
LUAS
WILAYAH
%
Pdkk
%
Kepadatan
1.
BATU
45.46
22.83
81.065
46.78
1,783
2.
JUNREJO
25.65
12.88
40.910
23.61
1,595
3
BUMIAJI
127.98
64.28
51.320
29.61
401
199.087
100.00
173.295
100.0
0
870
KOTA BATU
Sumber : Kota Batu dalam Angka Tahun 2007
Jumlah Penduduk Kota Batu secara umum dari tahun
ke tahun terjadi peningkatan sehingga berpengaruh terhadap
kepadatan penduduk di setiap wilayah. Kepadatan Penduduk
Kota Batu pada tahu 2007 sebesar 870 jiwa/ha dengan tingkat
kepadatan
tertinggi
penduduk
Kecamatan
Batu
sebesar
relatif
1,783
Kecamatan Junrejo sebesar 1.595 jiwa/ha
memusat
jiwa/ha,
di
disusul
dan terendah di
Kecamatan Bumiaji sebesar 401 jiwa/ha.
Data tersebut di atas menunjukkan bahwa rata-rata
peningkatan jumlah penduduk per tahun sebesar 1,05% yang
penyebarannya tidak merata.
Jumlah Penduduk yang besar memang merupakan potensi
yang besar pula, namun demikian peningkatan jumlah penduduk
harus diimbangi dengan peningkatan kualitas sumber daya
manusia. Agar peningkatan kualitas SDM terpenuhi, maka
kebutuhan akan sarana maupun prasarana pendidikan, kesehatan,
perumahan dan sebagainya perlu diupayakan secara optimal. Jika
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 22
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
pertumbuhan penduduk dan kualitas sumber daya manusia tidak
mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah Kota Batu dapat
mengakibatkan
terkontrol.
Ini
laju
pertumbuhan
dikhawatirkan
penduduk
akan
yang
menambah
tidak
jumlah
pengangguran dan penduduk miskin, sehingga mengganggu
program-program yang berjalan.
Dari data Susenas Jumlah Penduduk Kota Batu tahun
2004 sebesar 167.862 jiwa dan pada tahun 2007sebesar 173.295
jiwa.
Berdasarkan
hasil
penghitungan
laju
pertumbuhan
penduduk di Kota Batu untuk tahun 2004 – 2007 sebesar 2,18
artinya bahwa selama kurun waktu tersebut setiap tahunnya
penduduk Kota Batu bertambah sebesar 2,18 persen. Laju
pertumbuhan penduduk
Kota Batu ini
termasuk tinggi
dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Jawa Timur, hal ini
tidaklah mengherankan karena sebagai wilayah administrasi
relatife baru, tentunya Kota Batu akan menawarkan berbagai
peluang bagi pendatang. Apalagi ditunjang dengan wilayahnya
berada di pegunungan yang sejuk dan memiliki berbagai tempat
tujuan wisata, telah menjadikannya sebagai daerah yang bagus
untuk tempat tinggal maupun membangun usaha.Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada
tabel 2.15
Tabel 2.15
Jumlah dan Tingkat Kepadatan Penduduk Kota Batu
Tahun 2005 – 2007
(per-km²)
2005
No
Kec
Jml. Pddk
2006
Kepa-
Jml. Pddk
datan
2007
Kepa-
Jml. Pddk
datan
Kepadatan
1.
Batu
79.252
1.743
80.450
1.770
81.065
1,783
2.
Bumiaji
51.244
400
51.120
399
40.910
1,595
3.
Junrejo
40.201
1.567
40.758
1.589
51.320
401
170.697
857
172.328
866
173.295
870
Jumlah
Sumber Data : BPS Kota Batu
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 23
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
2.1.2.3 Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Dalam rangka penyediaan sumber daya manusia yang
berkualitas peran pendidikan sangat penting dan menentukan.
Tingkat produktifitas dan kompentensi seseorang sangat
ditentukan oleh kualitas manusia yang cerdas dan terampil
didukung rasa percaya diri, sikap dan perilaku yang inovatif.
Persoalan yang mendasar dalam pendidikan di Kota Batu adalah
kualitas pendidikan yang belum memenuhi pasar kerja.
Merujuk data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari
Badan Pusat Statistik Kota Batu Tahun 2007, gambaran mengenai
peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dapat dilihat dari
kualitas tingkat pendidikan penduduk usia 15 tahun keatas.
Semakin besar persentase penduduk yang tamat pada jenjang
pendidikan tinggi, dapat dikategorikan semakin tinggi tingkat
intelektualnya. Sebagian besar penduduk Kota Batu tamat SMA
dan yang sederajat. Hal tersebut dapat dilihat bahwa padat tahun
2007 jumlah penduduk yang tamat SMA dan Sederajat sebesar
641 pada tahun 2006 sebesar 21.80 Secara umum penduduk yang
berusia 15 tahun keatas yang tidak/belum pernah sekolah,
tidak/belum tamat SD dan tamat SD persentasenya mengalami
penurunan bila dibanding dengan tahun sebelumnya. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat tabel 2.17
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 24
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
Tabel 2.17
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Keatas
Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan
Kota Batu Tahun 2005-2007
Tahun
No
Tingkat Pendidikan
2005
2006
2007
1.
Tidak belum tamat sekolah
7.41
5.29
-
2.
Tidak belum tamat SD
13.03
12.70
-
3.
Tamat SD
33.48
38.34
66
4.
Tamat SMP
22.23
24.38
121
5.
Tamat SMA
20.20
21.80
641
6.
Tamat PT
7.06
4.26
587
Sumber : Hasil Susenas 2005-2007
Kondisi ini menggambarkan bahwa dalam lima tahun
terakhir jumlah penduduk yang berpendidikan rendah rationya
mengalami penurunan, sedangkan penduduk yang berpendidikan
lebih tinggi rationya mengalami kenaikan.
Selanjutnya, data penduduk usia sekolah dijadikan dasar
untuk
memperkirakan
kebutuhan
prasarana
dan
sarana
pendidikan seperti gedung sekolah, kelas, guru dan kebutuhan
lainnya dalam upaya menunjang proses pendidikan. Berdasarkan
hasil Susenas tahun 2005 Kota Batu, pengelompokan usia
sekolah yang terinci usia pra sekolah, sekolah dasar, SLTP dan
SLTA dapat dilihat pada tabel 2.18.
Tabel 2.18
Jumlah Penduduk Kota Batu berdasarkan Usia Sekolah
Tahun 2007
Kelompok Umur
(tahun)
Laki-laki
(orang)
Perempuan
(orang)
Jumlah
(orang)
0-4
7.385
6.647
14.032
5-9
9.010
8.015
17.025
10 - 14
7.599
7.661
15.259
15 - 19
6.845
8.364
15.209
Sumber Data : Berdasarkan Susenas 2007 Kota Batu
Bab II - 25
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
Berdasarkan data pada tabel 2.18 tersebut di atas
menunjukkan bahwa penduduk kelompok umur 5-9 tahun 2007
merupakan populasi terbesar dari penduduk usia sekolah. Secara
umum kondisi ini sama dengan Kabupaten/Kota di Jawa Timur,
yaitu
penduduk
usia
pendidikan
Sekolah
Dasar
yang
komposisinya lebih besar dibandingkan penduduk usia sekolah
lainnya.
Pemenuhan kebutuhan pendidikan di Kota Batu
tahun 2007, baik sekolah negeri maupun swasta pada jenjang
pendidikan dasar dan pra sekolah yang meliputi, Taman KanakKanak 76 lembaga, setingkat SD 87 lembaga, setingkat SMP
sebanyak 28 lembaga dan setingkat SMA sebanyak 21 lembaga,
secara umum dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Komposisi jumlah siswa masing-masing TK sebanyak 6.153
setingkat SD 19.120 setingkat SMP sebanyak 8.005 dan setingkat
SMA sebanyak 5.202 siswa, berarti dari tahun ke tahun juga
meningkat.
2.1.2.4 Struktur
Penduduk
Berdasarkan
Mata
Pencaharian/Tingkat Kesejahteraan
Data tentang jumlah menurut mata pencaharian
diperlukan untuk mengetahui tingkat perekonomian penduduk
di wilayah perencanaan, terutama tingkat perekonomian
penduduk di wilayah perencanaan, terutama dari mata
pencaharian yang didominan .
Dilihat dari sturuktur mata pencahariannya sebagian
besar di wilayah perencanaan
sebagian besar penduduk di
wilayah perencanaan bekerja di sektor pertanian. Kondisi ini
ditunjang oleh faktor potensi alam yang sangat cocok untuk
kegiatan pertanian. Hampir separuh
lebih penduduk
di
Kota Batu bekerja di sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat
Bab II - 26
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
mata pencaharian pertanian 34.546 jiwa sedangkan mata
pencaharian non pertanian 112.521 jiwa.Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 2.19 dan Grafik 2.5
Tabel 2.19
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Kota Batu Tahun 2007
N0
JENIS PEKERJAAN
1.
Pertanian
2.
Penggalian
3.
Industri
4.
Listrik dan Air Bersih
5.
Kontruksi
6.
Perdagangan
7.
Transportasi dan Komunikasi
8.
Keuangan
9
Jasa dan Lain-lain
KOTA BATU
LAKILAKI
PEREMPUAN
JML
24.539
339
2.454
58
5.685
11.604
5.773
871
20.727
72.049
10.007
139
2.548
0
59
7.265
208
416
54.376
75.018
34.546
477
5.002
58
5.744
18.869
5.981
1.287
75.104
147.067
Sumber Data : BPS Kota Batu
Grafik 2.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
PENGGALIAN
1000
800
600
400
200
0
LAKI-LAKI
Jasa dan
Transpor
Kontruksi
Industri
INDUSTRI
Pertanian
PER EM PU AN
JUMLAH PENDUDUK
BERDASARKAN MATA
PENCAHARIAN PERTANIAN
LISTRIK DAN AIR
BERSIH
KONTRUKSI
PERDAGANGAN
TRANSPORTASI
KEUANGAN
JASA-JASA DAN LAIN-
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 27
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
Struktur penduduk menurut ketenagakerjaan dapat
digolongkan berdasarkan penduduk usia kerja yaitu penduduk
yang berumur 15 (lima belas) tahun ke atas. Masing-masing
jumlah angkatan kerja tingkat pertumbuhannya rata-rata per
tahun 0,036% untuk angkatan kerja, 0,365% untuk jumlah orang
kerja dan jumlah pengangguran peningkatannya sebesar 7,61%.
Gambaran mengenai kondisi penduduk menurut ketenagakerjaan
di Kota Batu tahun 2003-2007 dapat dilihat pada tabel 2.19
Tabel 2.19
Tingkat Perkembangan Ketenagakerjaan
Kota Batu Tahun 2005-2007
TAHUN
Ratio
No.
URAIAN
1.
Jumlah Angkatan Kerja
90.439
93.578
93.612
0,036
2.
Jumlah Orang Kerja
83.208
85.952
85.406
0,635
3.
Jumlah Pengangguran
7.231
7.626
8.206
7,61
PDRB Konstan (dlm
848.669,97
852.545,24
1.018.209,86
6,89
2005
4.
2006
(%)
2007
jutaan)
Sumber Data : BPS Kota Batu 2007
2.1.3 Profil Ekonomi
2.1.3.1 Produk Domestik Bruto Tahun Dasar Baru
Sejalan dengan perkembangan tersebut, angka PDRB
Kota Batu juga mengalami fenomena perubahan struktur yang
cukup nyata. Sebagai Kota Agro Wisata,
Kota Batu sangat
mengandalkan perekonomiannya pada sektor-sektor
yang
sejalan dengan bidang kepariwisataan seperti pertanian (tanaman
hias), industri pengolahan (souvenir dan makanan ringan),
perdagangan, hotel dan restauran, angkutan, serta jasa-jasa.
Dalam kaitan dengan ini, sangat relevan bahwa perubahan
struktural dan pergeseran tahun dasar perhitungan PDRB segera
dilakukan. Secara serentak, di 38 Kabupaten/Kota, perubahan
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 28
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
tahun dasar perhitungan PDRB dari tahun 1993 ke tahun 2000
dilakukan dalam tahun 2007.
Ditinjau dari pendekatan produksi, PDRB Atas Dasar
Harga Berlaku (ADHB) Kota Batu yang dihitung dengan
menggunakan tahun 2007 dasar baru mencapai 2 milyar.
Pendukung utama PDRB ADHB Kota Batu tahun 2007 adalah
sektor perdagangan, hotel dan restauran, sektor pertanian dan
sektor jasa-jasa yang masing-masing mencapai 919,74 milyar,
408,45 milyar dan 206,701 milyar. Hal ini sejalan dengan posisi
Kota Batu sebagai Kota Agro Wisata dan Agropolitan. Sebagai
daerah tujuan wisata, multiplier effect yang
ditimbulkan
pariwisata terhadap besaran PDRB cukup besar, luas dan
berantai. Seperti kita ketahui, belanja wisatawan di daerah tujuan
wisata merupakan penerimaan daerah tersebut. Semakin besar
belanja tersebut, akan makin meningkatkan pendapatan di daerah
tersebut. Dari segi lain pemerintah daerah dapat penambahan
pendapatan dari penerimaan pajak-pajak dari sektor usaha yang
bersangkutan dengan kepariwisataan. Di samping itu belanja
wisatawan ini dapat pula merangsang pertumbuhan berganda
sektor-sektor lain. Industri hotel yang memerlukan daging, telur,
sayuran, alat-alat dekorasi dan lain sebagainya. Hal ini
merangsang tumbuhnya usaha-usaha peternakan, perkebunan,
industri ringan, dekorasi, angkutan dan lain-lain. Untuk lebih
jelasnya lihat pada grafik 2.6
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 29
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
Grafik 2.6
Produk Domestik Regional Bruto ADHB Tahun 2001-2007
(Dalam Milyar)
2.500.000
Milyar
2.000.000
1.500.000
1.000.000
500.000
0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Tahun
PDRB ADHB
PDRB ADHK
Berdasarkan harga konstan 2001, laju pertumbuhan
PDRB pada tahun 2007 digerakkan oleh semua sektor. Laju
pertumbuhan sektor PDRB tertinggi yaitu sektor bangunan
dimana tahun 2007 meningkat sebesar 12,89 persen dibanding
dengan tahun sebelumnya. Berikutnya sektor jasa-jasa sebesar
9,45 persen, Listrik dan air bersih sebesar 8,16 persen dan
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 7,61 persen.
Selanjutnya industri pengolahan dan perdagangan, hotel dan
restauran merupakan sektor yang laju pertumbuhannya rendah
yaitu masing-masing sebesar 6,06 persen dan sebesar 6,07
persen.
2.1.3.2 Struktur Perekonomian
Struktur ekonomi suatu daerah merupakan bagian dari
struktur ekonomi nasional. Apabila struktur ekonomi nasional
berubah, maka hal tersebut akan mempengaruhi struktur
ekonomi di daerah. Kontribusi sektoral terhadap PDRB sangat
tergantung dari sektor-sektor andalan yang menyumbang cukup
besar terhadap PDRB. Apabila sektor tersebut mengalami
kemunduran, maka secara otomatis total perekonomian juga
akan mengalami kontraksi karena sumbangannya yang cukup
Bab II - 30
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
besar. Berdasarkan klasifikasinya, pembagian PDRB sektoral
dianalisis dengan membedakan tiga sektor yaitu sektor primer,
sektor sekunder dan sektor tersier. Di mana sektor primer
mencakup sektor pertanian, dan sektor pertambangan dan
penggalian.
Sektor
sekunder
meliputi
sektor
industri
pengolahan, sektor listrik dan air bersih serta sektor bangunan.
Sedangkan sektor tersier mencakup sektor perdagangan, hotel
dan restauran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa.
Dari sisi penawaran, transformasi struktural dapat
dideteksi dengan karakteristik turunnya pangsa sektor primer
yang tradisional. Pada saat yang bersamaan sektor sekunder
meningkat dan selanjutnya diikuti oleh peningkatan sektor
tersier. Dalam proses ini, pergeseran pangsa tetap harus diikuti
oleh pertumbuhan dari masing-masing sektor meskipun dengan
laju yang berbeda. Lebih lanjut, laju percepatan dari suatu
proses transformasi akan berbeda untuk masing-masing daerah,
tergantung dari karakteristik daerah yang bersangkutan. Untuk
daerah yang kaya sumber daya alam, seperti Kota Batu, proses
transformasinya cenderung lebih lambat dibandingkan dengan
daerah yang perekonomiannya relatif tidak tergantung pada
sumber daya alam. Perbedaan ini karena untuk daerah-daerah
yang kaya sumber daya alam cenderung masih membutuhkan
pertumbuhan yang relatif tinggi pada sektor primer untuk
mendukung percepatan pertumbuhan pada sektor lainnya.Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.20
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 31
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
Tabel 2.20
Struktur Ekonomi Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan
Tahun 2000 dan 2007
Sektor
Berlaku
Konstan
(%)
(%)
2000
2007
2000
2007
(2)
(3)
( 4)
(5)
24,64
21,55
22,64
21,33
24,43
20,34
22,43
21,12
0,21
0,21
0,21
0,21
11,95
10,92
11,95
10,81
a. Industri Pengolahan
9,54
7,61
9,54
7,76
b. Listrik Gas dan Air
1,32
1,61
1,32
1,54
c. Bangunan
1,09
1,70
1,09
1,51
3. Sektor Tersier
65,41
68,53
65,41
67,86
a. Perdagangan, Hotel, dan
Restoran
47,21
45,79
47,21
46,18
b. Angkutan dan Komunikasi
3,17
3,52
3,17
3,14
c. Keuangan, Persewaan&Jasa
Perusahaan
4,20
4,38
4,20
4,67
10,83
14,85
10,83
13,60
(1)
1. Primer
a. Pertanian
b.Pertambangan dan Penggalian
2. Sekunder
d. Jasa-jasa
Sumber : Kota Batu Dalam Angka tahun 2007
Dari Tabel 2.20 mengenai perubahan pangsa
terhadap PDRB Kota Batu terlihat dari tahun 2000 sampai
tahun 2007, pangsa sektor tersier terus meningkat. Pada tahun
2000, pangsa sektor tersier masih mencapai 65,41 persen dan
secara konsisten naik hingga mencapai 68,55
persen pada
tahun 2007. Sementara itu, pangsa sektor sekunder yang
sebelumnya
diharapkan
menjadi
motor
penggerak
perekonomian Kota Batu bersama sektor tersier, justru
mengalami penurunan yaitu dari 10,87 persen pada tahun 2006
menjadi 10,92 persen pada tahun 2007. Fenomena ini ditandai
dengan menurunnya peranan sektor industri pengolahan pada
periode tersebut yang merupakan penyumbang output terbesar
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 32
RPIJM
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
pada pangsa sektor sekunder Kota Batu. Penurunan pangsa
sektor sekunder memang tidak terlalu dratis karena masih
tertolong oleh peningkatan pangsa industri makanan, minuman
dan tembakau, pangsa sektor listrik dan air bersih, serta pangsa
sektor bangunan. Namun secara keseluruhan pangsa sektor
industri Kota Batu selama periode tersebut terus mengalami
penurunan, terutama pangsa dari industri tekstil, kulit dan alas
kaki.
Tabel 2.21
Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB )
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2004 – 2007
(dalam juta rupiah)
No.
Sektor/ Sub-sektor
2004*)
2005*)
2006*)
2007*)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
I
Pertanian
1.1. Tanaman Bahan Makanan
1.2. Tanaman Perkebunan
1.3. Peternakan
1.4. Kehutanan
1.5. Perikanan
Pertambangan Dan Penggalian
2.1. Pertambangan Migas
2.2. Pertambangan Non Migas
2.3. Penggalian
Industri Pengolahan
3.1. Makanan, Minuman &
Tembakau
3.2. Tekstil, Kulit & Alas Kaki
3.3. Barang dari Kayu & Hasil
Hutan Lain
3.4. Kertas & Barang Cetakan
3.5. Pupuk Kimia & Barang dari
Karet
3.6. Semen & Barang Galian Non
Logam
3.7. Logam Dasar Besi & Baja
3.8. Alat Angkutan, Mesin &
Peralatan
3.9. Barang-barang Lainnya
Listrik Dan Air Bersih
4.1. Listrik
4.2. Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel Dan
Restoran
6.1. Perdagangan
6.2. Hotel
186,196.76
163,669.13
2,195.45
19,589.27
487.21
255.70
1,716.44
0.00
0.00
1,716.44
70,497.53
194,918.18
170,246.50
2,336.41
21,567.17
503.99
264.11
1,825.59
0.00
0.00
1,825.59
71,379.50
204,389.72
178,546.89
2,167.37
22,865.26
517.11
293.09
1,945.66
0.00
0.00
1,945.66
74,822.84
216,307.49
189,009.74
1,930.61
24,526.35
525.21
315.58
2,082.19
0.00
0.00
2,082.19
79,571.67
27,485.27
10,830.36
31,275.49
5,571.86
33,952.35
5,923.88
36,963.92
6,537.59
10,510.24
2,106.50
11,192.36
2,297.98
10,087.67
2,449.60
9,721.49
2,630.14
6,132.38
6,518.06
6,874.05
7,141.25
10,852.81
0.00
11,736.23
0.00
12,688.28
0.00
13,613.26
0.00
927.69
1,652.28
12,317.34
11,488.24
829.10
10,413.98
995.24
1,792.28
13,045.74
11,900.67
1,145.07
11,541.30
960.21
1,886.80
14,140.04
12,868.83
1,271.21
12,925.10
972.31
1,991.71
15,362.83
13,931.01
1,431.82
14,580.88
400,561.55
271,697.37
112,688.47
420,351.14
282,983.37
119,648.04
440,828.90
293,988.71
127,729.46
460,132.60
304,552.42
135,214.41
II
III
IV
V
VI
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 33
RPIJM
VII
VIII
IX
Rencana Program InvestasiJangka Menengah Daerah Kota Batu
6.3. Restoran
Pengangkutan Dan Komunikasi
a. Angkutan
1. Angkutan Rel
2. Angkutan Jalan Raya
3. Angkutan Laut
4. Angkutan Penyebrangan
5. Angkutan Udara
6. Jasa Penunjang Angkutan
b. Komunikasi
1. Pos dan Telekomunikasi
2. Jasa Penunjang Komunikasi
Keuangan, Persewaan Dan
Jasa Perusahaan
8.1. Bank
8.2. Lembaga Keuangan Bukan
Bank
8.3. Jasa Penunjang Keuangan
8.4. Sewa Bangunan
8.5. Jasa Perusahaan
Jasa - Jasa
a. Pemerintahan Umum
b. Swasta
1. Sosial Kemasyarakatan
2. Hiburan dan Kebudayaan
3. Perorangan & Rumahtangga
Produk Domestik Regional
Bruto
Ratio Kenaikan PDRB
16,175.71
27,677.82
13,465.40
0.00
13,027.38
0.00
0.00
0.00
438.02
14,212.42
13,335.35
877.07
17,719.73
30,342.77
14,121.96
0.00
13,627.78
0.00
0.00
0.00
494.18
16,220.81
15,238.62
982.19
19,110.73
32,069.10
14,575.00
0.00
14,027.61
0.00
0.00
0.00
547.39
17,494.10
16,433.33
1,060.77
20,365.78
34,513.11
15,365.93
0.00
14,778.09
0.00
0.00
0.00
587.84
19,147.18
17,977.26
1,169.92
37,238.86
2,189.11
39,843.49
2,590.36
43,463.31
3,695.59
47,218.08
4,338.47
6,696.66
0.00
25,451.80
2,901.29
102,049.68
34,251.36
67,798.32
9,804.90
13,963.90
44,029.52
7,096.42
0.00
27,010.64
3,146.07
112,014.23
39,751.83
72,262.40
10,942.95
15,299.79
46,019.66
7,643.59
0.00
28,742.15
3,381.98
122,960.57
46,593.10
76,367.47
11,944.34
16,392.41
48,030.72
8,641.07
0.00
30,592.11
3,646.43
135,441.00
53,963.83
81,477.17
13,768.70
17,194.56
50,513.91
848,669.97
-
895,261.94
5.48%
947,545.24
5,84%
1,005,209.85
6.08%
Sumber Data : BPS Kota Batu Tahun 2007
Dipihak lain, pangsa sektor primer yang pada tahun
2007 sempat berubah arah dengan meningkatnya kembali
pangsanya untuk PDRB harga konstan, sejalan dengan
terkontraksinya sektor-sektor lain akibat adanya krisis ekonomi
kembali
mengalami
penurunan
peranannya.
Ternyata
peningkatan pangsa sektor primer di Kota Batu ini hanya
berlangsung satu tahun dan pada periode berikutnya arah
pergerakan telah kembali ke pola transformasi struktural yang
normal. Penurunan peranan sektor ini terlihat dari terus
menurunnya pangsa primer yaitu dari 22,64 persen pada tahun
2000 menjadi 20,55 persen pada tahun 2007. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada grafik 2.7.
PEMERINTAH KOTA BATU
BA P P EDA
Bab II - 34