PERANAN HULA – HULA DALAM PELAKSANAAN PERKAWINAN MENURUT ADAT BATAK TOBA DI DESA LUMBAN PURBA SAITNIHUTA KECAMATAN DOLOKSANGGUL KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN.

(1)

PERANAN HULA HULA DALAM PELAKSANAAN PERKAWINAN MENURUT ADAT BATAK TOBA DI DESA LUMBAN PURBA

SAITNIHUTA KECAMATAN DOLOKSANGGUL KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Sartika Salome Purba NIM.309111065

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

i ABSTRAK

Sartika Salome Purba, NIM.309111065. Peranan Hula hula dalam pelaksanaan perkawinan menurut adat Batak Toba di Desa Lumban Purba Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan hula – hula dalam pelaksanaan perkawinan menurut adat Batak Toba di Desa Lumban Purba Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu cara atau metode yang menggambarkan keadaan atau objek penelitian di lapangan yang digunakan untuk memecahkan dan menjawab permasalahan yang dihadapi pada situasi sekarang. Teknik Pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, angket, studi dokumentasi dan wawancara. Penelitian ini dilakukan di Desa Lumban Purba Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 283 Kepala Keluarga, maka yang menjadi sampel dalam penelitian adalah diambil secara random sampling (acak sederhana) 20% dari jumlah populasi yaitu sebanyak 56 Kepala Keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hula – hula sangat berperan penting dalam pelaksanaan upacara perkawinan menurut adat Batak Toba. Hula – hula adalah salah satu unsur sosial yang memiliki kedudukan tertinggi atau lebih istimewa dalam struktur dalihan na tolu yaitu kelompok masyarakat tempat asal usul ibu yang melahirkan kita dan merupakan kelompok orang – orang yang posisinya sangat dihormati, adanya ungkapan yang mengatakan somba marhula – hula yang berarti hormat kepada pihak hula – hula agar memperoleh keselamatan dan kesejahteraan. Didalam pelaksanaan perkawinan yang ada di masyarakat Batak Toba hula – hula mempunyai kedudukan tertinggi yang merupakan sumber datangnya doa restu, berkah (pasu – pasu). Perkawinan bagi masyarakat Batak Toba adalah Perkawinan mengikat dua belah pihak dalam suatu ikatan kekerabatan yang baru, artinya membentuk satu dalihan na tolu yang baru.


(5)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi sebagai syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan PP-Kn Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Adapun judul skripsi ini menjelaskan tentang bagaimana Peranan Hula – hula dalam Pelaksanaan Perkawinan Menurut adat Batak Toba di Desa Lumban Purba Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada keluarga besar penulis, teristimewa kedua orang tua penulis yaitu Pdt. J Purba / Ayah dan L Hutasoit / Mama, sebagai motivator dan malaikat penolong dalam hidup penulis, yang banyak memberikan semangat, doa serta bantuan moril dan materiil kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan kuliah serta skripsi ini dapat tersusun dengan baik. Serta kepada Bapak Drs. Buha Simamora, SH, MH selaku dosen pembimbing skripsi yang sudah banyak memberi arahan dan bimbingan serta kritik dan saran terhadap penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir penyelesaian skripsi ini..

Serta kepada semua pihak yang dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri Medan 2. Bapak Dr. H. Restu MS, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial.

3. Ibu Dra. Yusna Melianti, MH, selaku Ketua jurusan PP-Kn.

4. Bapak Parlaungan G Siahaan, SH, M.Hum, selaku sekretaris jurusan dan penguji skripsi penulis.

5. Ibu Dra. Rosnah Siregar, SH, M.Si, selaku dosen Pembimbing Akademik dan penguji skripsi penulis.


(6)

iii

6. Ibu Sri Hadiningrum, SH, M.Hum, selaku dosen penguji skripsi penulis. 7. Bapak Joni selaku bagian tata usaha Jurusan PP-Kn yang banyak

membantu dalam kelengkapan berkas yang dibutuhkan penulis.

8. Bapak Ojak Purba sebagai Kepala Desa dan Bapak Marton M. Purba sebagai Sekretaris Desa Lumban Purba Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.

9. Penatua adat / Raja adat ( Bapak St. M Purba, Bapak St. K Simamora, Bapak M Purba, Bapak S Simamora, Bapak J Purba dan seluruh masyarakat Desa Lumban Purba Saitnihuta yang ikut berperan dan mau meluangkan waktunya dalam melengkapi data dalam penyusunan skripsi ini.

10.Adik – adik penulis (Jos Elia Purba, Sarya Purba dan Julu Purba) yang turut mendukung penulis, memberi semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

11.Kakak dan Abang penulis (kel. Mak Dika, kel. Pak Ridho, kel. Pak Obed dan kel. Pak Harapan/ Bg Joel) yang bukan hanya sekedar keluarga tapi juga sahabat dan penyemangat hidup yang selalu mendukung penulis secara moral, spritual maupun material mulai dari penulis kuliah hingga selesainya.

12.Semua keponakanku (Herlina Purba, Meki Purba, Ridho Purba, Rambo Purba, Obed Purba, Oktavia Purba dan Osnita Purba) dan anak - anakku (Dika Sidauruk, Rosa Sidauruk, Natasya Sidauruk, Imel Sidauruk dan Glori Sidauruk) yang menjadi sumber kebahagiaan dan senyum dalam suka maupun duka.

13.Teman-teman dekat penulis (Santi, Iyuslina, Naomas, Ronika, Dianse, Berlina, Eva, Rio, Angelius, Helrista, Napra, Dina Fianty dan yang lainnya) yang selalu memberi semangat dan doa, penulis akan selalu merindukan kalian semua.


(7)

iv

14.Satu kelas Reguler B 2009, yang terus saling memotivasi dalam penyusunan skripsi ini.

15.Tak lupa buat Bg Benget Simanullang, Bg Giovani Simamora, kk Tarulina Simamora, Lisa Sembiring dan yang lainnya yang telah memberi dukungan, motivasi dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

16.Buat jemaat GPdI Elshadday Lumban Nauli Doloksanggul yang selalu memberikan dukungan dan motivasi melalui doa.

17.Serta semua pihak dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang ikut serta memberi saran dalam penyelesaian skripsi ini. Sebagai manusia, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu penulis meminta saran dan kritikan yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, 8 Juli 2013 Penulis

Sartika Salome Purba NIM. 309111065


(8)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN…………..………viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis ... 7

1. Pengertian Peranan ... 7

2. Pengertian Hula – hula ... 7

3. Pengertian Perkawinan ... 11

4. Arti perkawinan menurut adat Batak Toba ... 12

4.1Perkawinan Taruhon jual ... 15


(9)

vi

5. Tahap - tahap Pelaksanaan Perkawinan menurut adat

Batak Toba ... 16

6. Peranan Hula – hula dalam pelaksanaan perkawinan menurut adat Batak Toba ... 21

B. Kerangka Berpikir ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 25

B. Populasi dan Sampel ... 26

C. Variabel Penelitian Defenisi Operasional ... 27

D. Tehnik Pengumpulan Data ... 27

E. Tehnik Analisis Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 30

B. Pembahasan ... 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62 LAMPIRAN ...


(10)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

Tabel 1. Jumlah penduduk di Desa Lumban Purba April 2013....………31

Tabel 2. Jumlah penduduk di Desa Lumban Purba April 2013 Sesuai dengan Pendidikan……….32

Table 3. Kedudukan hula – hula ………. ....34

Tabel 4. Hula – hula disebut sebagai Debata Na Niida ... 35

Tabel 5. Kewajiban boru kepada hula – hula ... 36

Tabel 6. Pemberian tudu – tudu nisi panganon... 38

Tabel 7. Pemberian dengke simudur – udur ... 39

Tabel 8. Pelaksanaan upacara adat perkawinan ... 40

Tabel 9. Tempat pelaksanaan adat perkawinan... 42

Tabel 10. Undangan pesta perkawainan... 45

Tabel 11. Peranan hula – hula ... 47

Tabel 12. Marhata Sinamot ... 48

Tabel 13. Acara mangulosi ... 50

Tabel 14. Jambar hula – hula ... 51

Tabel 15. Pengaturan tempat duduk ... 53

Tabel 16. Marhata ... 54

Tabel 17. Pemberian Pauseang ... 55


(11)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Angket 2. Daftar Wawancara 3. Nota Tugas

4. Surat Ijin Penerbitan Penelitian dari Jurusan

5. Surat Keterangan Ijin Mengadakan Penelitian dari Fakultas

6. Surat Keterangan Mengadakan Penelitian dari Desa Lumban Purba Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.

7. Surat Keterangan Perpustakaan Jurusan PP-Kn 8. Surat Keterangan Perpustakaan UNIMED 9. Kartu Kendali Bimbingan Skripsi

10.Daftar Peserta Seminar Proposal Penelitian 11.Pernyataan Keaslian Tulisan


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hula - hula dalam adat Batak Toba adalah keluarga laki-laki dari pihak istri atau ibu, yang lazim disebut tunggane oleh suami dan tulang oleh anak. Hula - hula merupakan kelompok orang – orang yang posisinya sangat dihormati keluarga marga pihak istri. Sehingga dalam kehidupan sehari - hari kita dapati juga istilah yang disebut somba marhula – hula yang berarti hormat kepada pihak istri agar memperolah keselamatan dan kesejahteraan.

Disebutkan, Naso somba marhula - hula, siraraon ma gadong na. Gadong dalam masyarakat Batak dianggap salah satu makanan pokok pengganti nasi, khususnya sebagai sarapan pagi atau bekal/makan selingan waktu kerja (tugo). Siraraon adalah kondisi ubi jalar (gadong) yang rasanya hambar seakan-akan busuk dan isi nya berair. Pernyataan itu mengandung makna, pihak yang tidak menghormati hula - hula akan menemui kesulitan mencari nafkah.

Sistem kekerabatan orang Batak menempatkan posisi seseorang secara pasti sejak dilahirkan hingga meninggal dalam tiga posisi yang disebut Dalihan Na Tolu. Dalihan dapat diterjemahkan sebagai “tungku” dan “sahundulan” sebagai “posisi duduk”. Keduanya mengandung arti yang sama, tiga posisi penting dalam kekerabatan orang Batak. Dari ketiga susunan masyarakakat Batak Toba tersebut yang paling dominan adalah hula – hula. Disebut pihak


(13)

2

yang dominan, karena hula – hula yang sangat menentukan dalam segala kegiatan adat masyarakat Batak Toba.

Dalam adat perkawinan itu merupakan peristiwa penting bagi mereka yang masih hidup dan perkawinan juga merupakan peristiwa yang sangat berarti serta yang sepenuhnya mendapat perhatian dan diikuti oleh kedua belah pihak. Oleh karena perkawinan mempunyai arti yang demikian pentingnya, maka pelaksanaannya senantiasa dimulai dan seterusnya disertai dengan upacara upacara adat.

Adat bagi masyarakat Batak Toba pada awalnya adalah kebiasaan, dan seterusnya prilaku peran kelompok memunculkan kebiasaan – kebiasaan kelompok tersebut dan dilakukan seluruh anggota masyarakat akhirnya menjadi adat. Dengan demikian adat istiadat adalah suatu kebiasaan masyarakat yang bersangkutan yang dilakukan dalam upacara perkawinan. Adat – istiadat yang digunakan mendorong kehidupan yang teratur dalam mengadakan hubungan sosial masyarakat Batak Toba yang memandang adat sebagai kebiasaan dalam kehidupan sehari – hari.

Menurut Hutajulu (2008:1) yang mengatakan bahwa:

Dalam tradisi perkawinan, masyarakat Batak Toba menganut konsep bahwa sebuah ikatan perkawinan merupakan penyatuan unsur Dalihan Na Tolu dari dua keluarga luas individu yang akan menikah. Benda benda ritual yang sering dipakai dalam tradisi upacara adat perkawinan Batak Toba sebagai sebuah proses transaksional adalah beras, ulos (selendang tenunan khas Batak), jambar (daging) dan uang, setiap individu yang menghadiri suatu upacara harus dibawanya dan yang akan diterimanya dalam upacara tersebut. Dengan kata lain, perkawinan merupakan sistem transaksi tukar menukar yang mana hal ini ditandai dengan tradisi tuhor atau pemberian mahar dari pihak laki – laki.


(14)

3

Di dalam suatu pelaksanaan perkawinan yang ada di masyarakat Batak Toba hula – hula mempunyai kedudukan tertinggi yang merupakan sumber datangnya doa restu, berkah (pasu – pasu). Pesta perkawinan adalah pelaksanaan upacara adat yang terpenting bagi orang Batak. Pelaksanaan upacara adat perkawinan bagi orang Batak bukanlah merupakan persoalan pribadi suami istri saja, termasuk orang tua dan saudara kandung masing – masing tetapi juga merupakan ikatan dari marga orang tua si suami dan dengan marga orang tua si istri, ditambah lagi dengan boru serta hula – hula dari masing masing pihak.

Pelaksanaan peranan hula – hula dalam perkawinan adat Batak Toba tidak dapat berjalan dengan baik, apabila seseorang yang posisinya dalam pesta perkawinan tersebut adalah sebagai hula – hula tetapi belum melaksanakan adat na gok sesuai dengan ketentuan adat perkawinan Batak Toba. Karena masih ada diantara masyarakat Batak Toba yang menikah tetapi belum melakukan adat istiadat secara resmi (adat na gok). Hal itu bisa terjadi karena faktor ekonomi yang tidak mampu, karena dalam pelaksanaan upacara perkawinan membutuhkan biaya yang cukup banyak.

Karena demikian berpengaruhnya hula - hula dalam proses acara adat perkawinan dalam masyarakat Batak Toba, sehingga penulis merasa terdorong dan tertarik untuk membahas dan meneliti “Peranan Hula – hula dalam pelaksanaan perkawinan menurut adat Batak Toba di Desa Lumban Purba Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan”.


(15)

4

B. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan uraian latar belakang yang ada dalam penelitian perlu ditentukan identifikasi masalah yang diteliti agar penelitian menjadi terarah dan jelas tujuannya sehingga tidak menimbulkan kesimpangsiuran dalam penelitian dan membahas masalah yang ada. Dengan demikian yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Keikutsertaan hula – hula dalam perkawinan adat masyarakat Batak Toba.

2. Kedudukan hula – hula dalam perkawinan masyarakat Batak Toba. 3. Pelaksanaan perkawinan dalam kehidupan masyarakat adat Batak

Toba.

4. Tata cara perkawinan menurut adat masyarakat Batak Toba.

5. Peranan hula – hula dalam pelaksanaan perkawinan adat masyarakat Batak Toba

6. Bentuk sinamot dalam perkawinan masyarakat Batak Toba. C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah mutlak dilakukan dalam setiap penelitian, agar terfokus pada masalah yang akan diteliti. Untuk menghindari kesimpangsiuran dari penelitian ini, serta mengingat keterbatasan kemampuan penulis, maka perlu adanya pembatasan masalah untuk memberi arah pada pembatasan penelitian ini terbatas pada :

1. Peranan hula – hula dalam pelaksanaan perkawinan adat masyarakat Batak Toba.


(16)

5

2. Tata cara perkawinan menurut adat masyarakat Batak Toba. D. Perumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka selanjutnya dapat dirumuskan permasalahannya yang akan diteliti adalah :

1. Bagaimana peranan hula – hula dalam pelaksanaan perkawinan adat masyarakat adat Batak Toba ?

2. Bagaimana tata cara perkawinan menurut adat masyarakat Batak Toba?

E. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui maksud dari suatu penelitian maka perlu adanya tujuan penelitian menurut Ali (2002:7) mengatakan bahwa :

Tujuan penelitian sangat besar pengarunhya terhadap komponen atau elemen generalisasi lain, terutama metode tehnik alat maupun generalisasi yang diperoleh. Oleh karena itu diperlukan ketajaman seseorang dalam merumuskan tujuan penelitian yang akan dilakukan karena tujuan penelitian pada dasarnya titik anjak dan titik unjuk yang akan dicapai seseorang melalui kegiatan penelitian yang dilakukan.

Maka yang menjadi tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui peranan hula – hula dalam pelaksanaan perkawinanan adat masyarakat Batak Toba.

2. Untuk mengetahui tata cara perkawinan menurut hukum adat masyarakat Batak Toba.


(17)

6

F. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian hendaknya memberikan manfaat agar apa yang diteliti tidak sia-sia. Adapaun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai informasi ilmiah untuk dikaji lebih mendalam demi kelestarian kebudayaan Adat Batak Toba.

2. Memberikan pengetahuan tentang bagaimana sebenarnya peranan hula

– hula di dalam perkawinan adat Batak Toba.

3. Untuk menambah wawasan bagi penulis khususnya dalam bidang adat perkawinan Batak Toba.


(18)

59

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang terdapat didalam penelitian ini penulis bertitik tolak pada hasil observasi, angket, wawancara dan dokumentasi maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hula – hula adalah kelompok masyarakat tempat asal usul ibu yang melahirkan kita dan merupakan kelompok orang – orang yang posisinya sangat dihormati, dalam kehidupan sehari - hari kita dapati juga istilah yang disebut somba marhula – hula yang berarti hormat kepada pihak hula – hula agar memperolah keselamatan dan kesejahteraan.

2. Hula – hula memiliki peranan penting dalam pelaksanaan perkawinan menurut adat Batak Toba salah satu diantaranya adalah untuk memberika ulos kepada pihak pengantin dan keluarganya. Ulos dalam hal ini adalah sebagai simbol adat Batak Toba yang mempunyai arti tertentu. Manfaat ulos yang diberikan oleh hula – hula kepada boru yaitu Ulos yang diberikan oleh hula – hula merupakan tanda kasih sayang terhadap boru yang berfungsi untuk melindungi boru dan pada waktu memberikan ulos tersebut hula – hula menyampaikan dengan disertai pantun – pantun yang mempunyai makna tertentu. Jadi


(19)

60

mangulosi artinya hula – hula memberikan pasu – pasu kepada borunya asa horas jala gabe.

3. Hula – hula sangat berperan dalam pelaksanaan adat mulai dari awal hingga berakhirnya suatu adat perkawinan. Tanpa kehadiran hula – hula dalam pesta perkawinan maka pesta tersebut tidak berjalan dengan baik. Sehingga Untuk mengakhiri suatu pesta perkawinan hula

– hula juga sangat berperan artinya sebelum selesai pesta maka hula – hula tidak boleh meninggalkan pesta tersebut.

4. Perkawinan bagi masyarakat Batak Toba adalah Perkawinan mengikat kedua belah pihak tersebut dalam suatu ikatan kekerabatan yang baru, yang juga berarti membentuk satu dalihan na tolu yang baru. Dalihan na tolu muncul karena perkawinan yang menghubungkan dua keluarga besar, dimana akan terbentuk sistem kekerabatan baru.

5. Tahapan – tahapan pelaksanaan upacara adat perkawinan di taruhon jual yaitu sebagai berikut:

a. Mangan sibuha – buhai

b. Acara Pamasu – masuon (Pemberkatan Nikah)

c. Marsipanganon dialaman (makan bersama – sama dengan para undangan)

d. Papungu Tumpak (mengumpulkan sumbangan) e. Marbagi Jambar


(20)

61

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Kepada masyarakat khususnya yang lebih muda disarankan untuk lebih aktif dalam kegiatan adat istiadat sehingga semakin paham mengenai adat dan budaya Batak Toba untuk melestarikan adat Batak Toba secara turun temurun.

2. Kepada para penatua adat atau raja adat yang lebih mengatahui tentang adat sebaiknya bersedia mengajari yang lebih muda tentang adat istiadat sebagai genarasi penerus. Sehingga adat itu tidak punah dan setiap orang dalam masyarakat Batak Toba dapat mengetahui fungsi dan peranannya berdasarkan struktur sosial dalam dalihan na tolu.

3. Dalam melaksanankan upacara – upacara adat khususnya pelaksanaan perkawinan hendaknya dilaksanakan berdasarkan ketentuan adat, dan setiap orang menjalankan kewajibannya sesuai dengan peranannya.


(21)

62

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2006. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Gultom, Raja Marpodang. 2001. Dalihan Natolu Nilai Budaya Suku Batak Toba. Medan : CV.Amanda

Marbun. BN. 2003. Tata Cara Perkawinan Adat Batak Toba. Jakarta : Sinar Grafika

Nainggolan, Togar. 2006. Batak Toba Komunitas dan Perubahan Identitas. Medan: Bina Media

Pardede, SM, 2005. Manajemen Dalihan Natolu, Jakarta : Gramedia

Poerwardarminta, WJS. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika

Siahaan Nalom. 2002. Adat Dalihan Natolu. Jakarta : Grafaka Persada

Sihombing, TM. 2005. Jambar Hata Dongan Tubu Ulaon Adat Batak Toba. Jakarta : BPK Gunung Batu

Situmeang, Doangsa PL. 2009. Sistem Kekerabatan Masyarakat Batak Toba. Jakarta : TransmDjambatan

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Subekti, P. 2001. Asas Asas dan dalam susunan Hukum adat. Jakarta : PT. Pramaja Paramita

Simanjuntak, Bungaran. 2009. Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

2012. Konsepku Membagun Bangso Batak. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Tambunan, EH.2002. Sekelumit Mengenai Masyarakat Batak Toba dan Kebudayaannya. Bandung: Tarsito


(22)

63

Media Internet

Hutajulu, Thany. Uang dan adat perkawinan Batak Toba. http:// Hutajulu

rthany.wordpress.com./Hutajulu. Html. Diakses tanggal 24 Januari 2013. Online


(1)

F. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian hendaknya memberikan manfaat agar apa yang diteliti tidak sia-sia. Adapaun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai informasi ilmiah untuk dikaji lebih mendalam demi kelestarian kebudayaan Adat Batak Toba.

2. Memberikan pengetahuan tentang bagaimana sebenarnya peranan hula – hula di dalam perkawinan adat Batak Toba.

3. Untuk menambah wawasan bagi penulis khususnya dalam bidang adat perkawinan Batak Toba.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang terdapat didalam penelitian ini penulis bertitik tolak pada hasil observasi, angket, wawancara dan dokumentasi maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hula – hula adalah kelompok masyarakat tempat asal usul ibu yang melahirkan kita dan merupakan kelompok orang – orang yang posisinya sangat dihormati, dalam kehidupan sehari - hari kita dapati juga istilah yang disebut somba marhula – hula yang berarti hormat kepada pihak hula – hula agar memperolah keselamatan dan kesejahteraan.

2. Hula – hula memiliki peranan penting dalam pelaksanaan perkawinan menurut adat Batak Toba salah satu diantaranya adalah untuk memberika ulos kepada pihak pengantin dan keluarganya. Ulos dalam hal ini adalah sebagai simbol adat Batak Toba yang mempunyai arti tertentu. Manfaat ulos yang diberikan oleh hula – hula kepada boru yaitu Ulos yang diberikan oleh hula – hula merupakan tanda kasih sayang terhadap boru yang berfungsi untuk melindungi boru dan pada waktu memberikan ulos tersebut hula – hula menyampaikan dengan disertai pantun – pantun yang mempunyai makna tertentu. Jadi


(3)

mangulosi artinya hula – hula memberikan pasu – pasu kepada borunya asa horas jala gabe.

3. Hula – hula sangat berperan dalam pelaksanaan adat mulai dari awal hingga berakhirnya suatu adat perkawinan. Tanpa kehadiran hula – hula dalam pesta perkawinan maka pesta tersebut tidak berjalan dengan baik. Sehingga Untuk mengakhiri suatu pesta perkawinan hula – hula juga sangat berperan artinya sebelum selesai pesta maka hula – hula tidak boleh meninggalkan pesta tersebut.

4. Perkawinan bagi masyarakat Batak Toba adalah Perkawinan mengikat kedua belah pihak tersebut dalam suatu ikatan kekerabatan yang baru, yang juga berarti membentuk satu dalihan na tolu yang baru. Dalihan na tolu muncul karena perkawinan yang menghubungkan dua keluarga besar, dimana akan terbentuk sistem kekerabatan baru.

5. Tahapan – tahapan pelaksanaan upacara adat perkawinan di taruhon jual yaitu sebagai berikut:

a. Mangan sibuha – buhai

b. Acara Pamasu – masuon (Pemberkatan Nikah)

c. Marsipanganon dialaman (makan bersama – sama dengan para undangan)

d. Papungu Tumpak (mengumpulkan sumbangan) e. Marbagi Jambar


(4)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Kepada masyarakat khususnya yang lebih muda disarankan untuk lebih aktif dalam kegiatan adat istiadat sehingga semakin paham mengenai adat dan budaya Batak Toba untuk melestarikan adat Batak Toba secara turun temurun.

2. Kepada para penatua adat atau raja adat yang lebih mengatahui tentang adat sebaiknya bersedia mengajari yang lebih muda tentang adat istiadat sebagai genarasi penerus. Sehingga adat itu tidak punah dan setiap orang dalam masyarakat Batak Toba dapat mengetahui fungsi dan peranannya berdasarkan struktur sosial dalam dalihan na tolu.

3. Dalam melaksanankan upacara – upacara adat khususnya pelaksanaan perkawinan hendaknya dilaksanakan berdasarkan ketentuan adat, dan setiap orang menjalankan kewajibannya sesuai dengan peranannya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2006. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Gultom, Raja Marpodang. 2001. Dalihan Natolu Nilai Budaya Suku Batak Toba. Medan : CV.Amanda

Marbun. BN. 2003. Tata Cara Perkawinan Adat Batak Toba. Jakarta : Sinar Grafika

Nainggolan, Togar. 2006. Batak Toba Komunitas dan Perubahan Identitas. Medan: Bina Media

Pardede, SM, 2005. Manajemen Dalihan Natolu, Jakarta : Gramedia

Poerwardarminta, WJS. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Sinar Grafika

Siahaan Nalom. 2002. Adat Dalihan Natolu. Jakarta : Grafaka Persada

Sihombing, TM. 2005. Jambar Hata Dongan Tubu Ulaon Adat Batak Toba. Jakarta : BPK Gunung Batu

Situmeang, Doangsa PL. 2009. Sistem Kekerabatan Masyarakat Batak Toba. Jakarta : TransmDjambatan

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Subekti, P. 2001. Asas Asas dan dalam susunan Hukum adat. Jakarta : PT. Pramaja Paramita

Simanjuntak, Bungaran. 2009. Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

2012. Konsepku Membagun Bangso Batak. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Tambunan, EH.2002. Sekelumit Mengenai Masyarakat Batak Toba dan Kebudayaannya. Bandung: Tarsito


(6)

Media Internet

Hutajulu, Thany. Uang dan adat perkawinan Batak Toba. http:// Hutajulu

rthany.wordpress.com./Hutajulu. Html. Diakses tanggal 24 Januari 2013. Online