Strategi Mempertahankan Hidup Oleh Buruh Harian Kemenyan di Desa Lumban Tobing Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan

(1)

STRATEGI MEMPERTAHANKAN HIDUP OLEH BURUH

HARIAN KEMENYAN DI DESA LUMBAN TOBING

KECAMATAN DOLOKSANGGUL KABUPATEN HUMBANG

HASUNDUTAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Sosial Universitas Sumatera Utara

OLEH :

EVI TAMALA MUNTHE 110902005

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini Disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Evitamala Munthe Nim : 110902005

Judul : Strategi Mempertahankan Hidup Oleh Buruh Harian Kemenyan di Desa Lumban Tobing Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.

Medan, 27 Juli 2015

DOSEN PEMBIMBING

Drs.Matias Siagian.M.Si, Ph,D NIP : 19630319 199303 1 001

KETUA DEPARTEMEN

Hairani Siregar S.Sos, M.SP NIP : 19710927 1998101 20 001

DEKAN FISIP USU

Prof. Dr. Badaruddin M,Si NIP : 19680525 199203 1 003


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Evitamala Munthe

Nim : 110902005

ABSTRAK

Strategi Bertahan Hidup Oleh Buruh Harian Kemenyan di Desa Lumban Tobing Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang

Hasundutan

Buruh harian kemenyan di Desa Lumban Tobing merupakan pekerjaan yang dengan upah yang rendah. Oleh karena upah rendah tersebut buruh dengan segala upaya harus mempunyai strategi untuk mempertahankan hidup. Melihat hal tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui strategi bertahan hidup oleh buruh harian kemenyan di Desa Lumban Tobing Kecamatan Doloksanggul kabupaten Humbang Hasundutan.

Tipe penelitian ini tergolong deskriptif yang bertujuan menggambarkan strategi mempertahankan hidup oleh buruh harian kemenyan. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah 40 orang buruh harian kemenyan di Desa Lumban Tobing, dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah buruh yang mata pencaharian utamanya sebagai buruh harian kemenyan, dengan menggunakan metode penarikan sampel menggunakan metode purposive sampling atau teknik penarikan sampel bertujuan. Sementara itu, teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan tabel tunggal.

Kesimpulan yang diperoleh dari analisis data adalah strategi mempertahankan hidup oleh buruh harian kemenyan di Desa Lumban Tobing diantaranya strategi aktif yaitu melakukan ekspansi ke sektor lain sebagai sumber mata pencaharian tambahan seperti bertani, berdagang, dan buruh tani, melibatkan seluruh anggota keluarga dalam aktivitas kegiatan utama dan tambahan. Selain itu mereka juga memanfaatkan lahan yang tersedia untuk menanam tanaman yang bisa dikomsumsi sehari-hari dan untuk menekan biaya pengeluaran. Strategi pasif diantaranya menghemat pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari seperti untuk makanan yang dikomsumsi setiap harinya. Frekuensi makan nasi dalam sehari tetap 3 kali sehari tetapi dengan lauk yang sederhana seperti ikan asin mengomsumsi telur hanya satu kali dalam seminggu, hampir tidak pernah mengomsumsi daging dalam seminggu, komsumsi buah dua kali dalam seminggu. Seluruh anggota keluarga hanya membeli pakaian baru dan bekas masing-masing hanya satu kali dalam setahun dan berobat hanya pada saat sakit parah. Strategi jaringan oleh buruh harian kemenyan adalah menjalin relasi sosial baik secara formal, maupun secara imformal dengan lingkungan sosialnya, memanfaatkan program pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan oleh pemerintah, Pemanfaatan jaringan ini terlihat jelas ketika menghadapi masalah ekonomi, mereka lebih memilih meminjam uang kepada tetangga dan mengutang di warung terdekat.


(4)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Nama : Evitamala Munthe Nim : 110902005

ABSTRACT

Strategies to Survive By Labor Day in the village of Lumban Tobing Frankincense District of Doloksanggul Humbang Hasundutan

Frankincense day laborers in the village of LumbanTobing is a job with low wages. Because of the low wage workers in all efforts must have a strategy for

survival . Seeing that researchers interested in conducting research that aims to find a survival strategy by day laborers in the village of LumbanTobing frankincense District of HumbangHasundutanDoloksangguldistrict .

This type of research is classified as descriptive which aims to describe the strategy of survival by day laborers incense. The population in this study is 40 people a day laborer in the village of Lumban Tobing frankincense, and the sample in this study is the main livelihood of workers as day laborers incense, using the method of sampling using purposive sampling method or technique of sampling aims. Meanwhile, the techniques of data analysis in this research is descriptive using a single table.

Conclusion of the data analysis is a strategy of survival by day laborers in the village of Lumban Tobing incense among active strategy is to expand into other sectors as additional sources of livelihood such as farming, trade, and agricultural laborers, involve all family members in the activity of the main activities and additional. In addition they also take advantage of the available land to grow crops that can be consumed daily to reduce costs and expenses. Such a passive strategy to save expenses for daily needs such as for food are consumed each day. Frequency of eating rice a day fixed 3 times a day but with simple dishes such as salted fish eggs consumption only one time in a week, almost never consumption meat in a week, consumption of fruit twice a week. The whole family just bought new clothes and used each only once a year and only seek treatment when ill. Network strategy by day laborers frankincense is to establish social relations either formally, or in imformal with the social environment, utilizing the poverty alleviation program implemented by the government, network utilization is seen clearly when faced with economic problems, they prefer to borrow money from neighbors and borrow in the nearest shop.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan hikmat, pengetahuan, kekuatan serta kesempatan, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Strategi Mempertahankan Hidup Oleh Buruh Harian Kemenyan Di Desa Lumban Tobing Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan”

Skrpsi ini merupakan karya ilmiah yang disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih, diantaranya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Drs. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos., M.Sp selaku Ketua Jurusan Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Matias Siagian, Drs., M.Si., PhD. selaku Dosen Pembimbing. Terimakasih atas waktu, bimbingan, arahan, saran dan kritik yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh Staff edukatif dan administratif Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(6)

5. Kepada Orangtua Penulis yang telah membesarkan, mendoakan, mendidik dengan penuh kasih sayang yang tak terhingga hingga penulis mendapatkan gelar sarjana seperti saat ini. terkusus buat My Single Mom yang berjuang sendiri dengan harapan masa depan yang lebih baik untuk saya. D. Br. Purba adalah mama sekaligus papa yang luar biasa bagi saya.

6. Buat keluarga besar penulis yang telah banyak membantua dalam Doa, Dukungan bahkan materi yang semua itu tak ternilai harganya. Terkhusus buat kedua Bou-Ku Marsaulina Munthe dan Rodinauli Munthe yang menjadi orangtua bagiku selama di Medan. Banyak hal yang bisa aku belajar dari hidup kalian. Terimakasih yang sebesar-besarnya buat kasih kalian yang telah membantku sampai sejauh ini. Buat Ito sekaligus adek, sahabat bagi ku Leonardo Munthe yang banyak menemani hari-hari ku dalam keadaan apapun dan telah membantu dalam doa dan pengorbanan, terimakasih telah memberiku semua itu.

7. Buat teman-teman seperjuangan mahasiswa ilmu kesejahteraan sosial stambuk 2011, terimakasih telah menjadi bagian dari perjalanan hidup ku, dan banyak hal yang tak akan pernah terlupakan dari setiap moment yang kita lewati bersama. Terkhusus buat Desrina, Irawati, Eka Khaparistia, Loling, Amel, Nancy, dan semua yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

8. Buat saudara/i ku Hendra Munthe, Edy Munthe (dan keluarga kecilnya) dan terkhusus buatmu adekku Elisabet N Munthe. Bersyukur telah memiliki kalian, walaupun tidak pernah ada waktu untuk kita habiskan bersama layaknya saudara, tapi aku beriman Tuhan telah sediakan waktu terbaik untuk kita bisa saling berbagi canda dan tawa. Dan buat kakak ku Missy Julianty


(7)

dan keluarga kecilnya, berharap ke depan kita bisa lebih dekat lagi dan sering bercanda bersama.

9. Buat sahabat seperjuangan yang sama-sama jauh dari orang tua, sahabat dari kecil, sahabat tempat berbagi semua jenis cerita Kristina A Purba, terimakasih telah menjadi tempat ku cerita, terimakasih telah menjadi sahabat ku sampai sejauh ini, terimakasih untuk semua perhatian, masukan mu selama ini, walaupun ada masa kita salah paham tapi itu semua sangat indah. 10.Kepada Kepala Desa Lumban Tobing yang telah banyak membantu dalam

urusan administrasi dan pendekatan kepada masyarakat kususnya buruh harian kemenyan, Terimakasi yang sebanyak-banyaknya. Dan kepada seluruh buruh harian kemenyan di Desa Lumban Tobing, trimakasih untuk kesediaan waktu, pemekiran dan tenaga yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

11.Buat teman seperdopingan, Bang David F Siregar yang udah banyak membantu dalam motivasi, saran, masukan. Semoga ke depan dilancarkan apapun yang menjadi impian abang yah..

12.Keluargabesar IMIKS (IkatanMahasiswaIlmuKesejahteraanSosial) untuksemakinmenciptakanmahasiswa yang tinggiakanpngetahuan, keterampilandanterlebihdisiplin.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu, pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman menulis. oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dengan harapan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua yang membaca, untuk semua orang yang mengasihi saya.


(8)

Medan, Juli 2015 Penulis


(9)

DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ... 18

1.2 Rumusan Masalah ... 27

1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan Penelitian ... 27

1.3.2 Manfaat penelitian ... 28

1.4 Sistematika Penulis ... 29

BAB II DAFTAR PUSTAKA 2.1 Buruh di Indonesia Secara Umum 2.1.1 Pengertian Buruh ... 30

2.1.2 Standar Kebutuhan Hidup Layak ... 31

2.1.3 KebIjakan Pemerintah Tentang Perburuhan di Indonesia ... 37

2.1.4 Sejarah Peringatan Hari Buruh ... 39

2.2 Kemiskinan 2.2.1 Pengertian Kemiskinan ... 43

2.2.2 Faktor Penyebab Kemiskinan Secara Sistematis ... 45

2.2.3 Ciri-Ciri Kemiskinan ... 47

2.2.4 Aspek-Aspek Kemiskinan ... 49

2.3 Kesejahteraan Sosial ... 54

2.4 Strategi Bertahan Hidup ... 61

2.5 Kerangka Pemikiran ... 64

2.6 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.6.1 Defenisi Konsep ... 68

2.6.2 Defenisi Operasional ... 69

BAB II METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 71

3.2 Lokasi Penelitian ... 71

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi ... 72


(10)

3.3.2 Sampel ... 72

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 73

3.5 Teknik Analisis Data ... 74

BAB IV DESKRIPSI LOKsASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa ... 75

4.2 Kondisi Demografis ... 76

4.3 Struktur Pemerintahan Desa ... 85

4.4 Bagan Kelembagaan Desa ... 85

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Kharakteristik Umum Responden ... 87

5.2 Strategi Mempertahankan Hidup Oleh Buruh harian Kemenyan 5.2.1 Strategi Aktif ... 90

5.2.2 Strategi Pasif ... 94

5.2.3 Strategi Jaringan ... 119

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 120

6.2 Saran ... 121


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komponen Standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL) Tabel 4.1 Penduduk berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.2 Penduduk Berdasarkan Usia Tabel 4.3 Penduduk Berdasarkan Agama

Tabel 4.4 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 4.5 Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tabel 4.6 Potensi Desa Lumban Tobing

Tabel 4.7 Sarana dan Prasarana

Tabel 4.8 Klasifikasi Buruh Harian Kemenyan Di DesaLumban Tobing Berdasarkan Status Pekerjaan

Tabel 4.9 Distribusi Buruh Harian Kemenyan BerdasarkanStatus Kepemilikan Rumah

Tabel 4.10 Distribusi Buruh Harian Kemenyan Berdasarkan Bangunan Rumah Tabel 4.11 Distribusi Buruh Harian Kemenyan Berdasarkan Tingkat

Pendidikan

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Agama Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Waktu Bekerja Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan

Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan MemilihBekerja Sebagai Buruh Harian Kemenyan


(12)

Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Jenis Pekerjaan Tambahan

Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Rata-RataJumlah Pendapatan Perbulan Dari Pekerjaan Tambahan

Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Anggota Keluarga Yang Terlibat Pada Sumber Pendapatan Utama

Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Keterlibatan Anggota Keluarga Pada Sumber Pendapatan Tambahan

Tabel 5.13 Distribusi Responden Yang Menggunakan Lahan YangTersedia Untuk Membudidayakan Tanaman Untuk Dikomsumsi Sehari-Hari Sekaligus Mengurangi Pengeluaran

Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Menu Manakan (Lauk) Yang Paling Sering Disajikan Dalam Keluarga

Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi KeluargaMakan Telur Dalam Seminggu

Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Frekunsi Keluarga Makan Daging Seminggu

Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Minun Susu Dalam Seminggu

Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan Buah Dalam Seminggu

Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Buah Yang Dikomsumsi Keluarga

Tabel 2.20 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Membeli Pakaian Baru Untuk Anak Perempuan Dalam Setahun


(13)

Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Membeli Pakaian Baru Untuk Anak Laki-Laki Dalam Setahun

Tabel 2.22 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Membeli Pakaian Baru Untuk Ibu/Istri Dalam Keluarga Dalam Setahun

Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Membeli Pakaian Baru Untuk Ayah/Suami Dalam Keluarga dalam Setahun Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Membeli Pakaian

Bekas Untuk Anak Perempuan Dalam Setahun

Tabel 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Membeli Pakaian Bekas Untuk Anak Laki-laki Dalam Setahun

Tabel 5.26 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Membeli Pakaian Bekas Untuk Istri/Ibu Dalam Keluarga Dalam Setahun

Tabel 5.27 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Membeli Pakaian Bekas Untuk Ayah/Suami Dalam Keluarga Dalam Setahun

Tabel 5.28 Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Anak Yang Putus Sekolah

Tabel 5.29 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak Yang Putus Sekolah

Tabel 5.30 Distribusi Responden Berdasarkan Pilihan Penanganan Pada Saat Sakit

Tabel 5.31 Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Fasilitas Kesehatan

Tabel 5.32 Distribusi Responden Berdasarkan Pelayanan Kesehatan Yang Paling Sering Dikunjungi Saat Sakit


(14)

Tabel 5.33 Distribusi Responden Berdasarkan Keterlibatan Dalam Perkumpulan Sosial

Tabel 5.34 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Keterlibatan Secara Kontiniu Mengikuti Perkumpulan Sosial

Tabel 5.35 Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan Merimaan BLT (Bantuan Langsung Tunai)

Tabel 5.36 Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan Dalam Program Keluarga Harapan (PKH)

Tabel 5.37 Distribusi Responden Berdasarkan Alternatif Meminjam Uang Ketika Tidak Punya Uang

Tabel 5.38 Distribusi Responden Pernah Tidaknya Meminjam Uang ke Rentenir

Tabel 5.39 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Meminjam Uang Ke Rentenir

Tabel 5.40 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya Mengutang di Warung


(15)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Bagan Alir Pikir

Bagan 4.1 Struktur Pemerintahan Desa Bagan 4.2 Kelembagann Desa


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Buruh Berdasarkan Jenis Pekerjaan 2. Surat Keputusan Komisi Pembimbing

3. Cover ACC Lapangan 4. Surat Ijin Penelitian 5. Surat Balasan Penelitian 6. Berita Acara Seminar Proposal 7. Angket/Kuesioner


(17)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Evitamala Munthe

Nim : 110902005

ABSTRAK

Strategi Bertahan Hidup Oleh Buruh Harian Kemenyan di Desa Lumban Tobing Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang

Hasundutan

Buruh harian kemenyan di Desa Lumban Tobing merupakan pekerjaan yang dengan upah yang rendah. Oleh karena upah rendah tersebut buruh dengan segala upaya harus mempunyai strategi untuk mempertahankan hidup. Melihat hal tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui strategi bertahan hidup oleh buruh harian kemenyan di Desa Lumban Tobing Kecamatan Doloksanggul kabupaten Humbang Hasundutan.

Tipe penelitian ini tergolong deskriptif yang bertujuan menggambarkan strategi mempertahankan hidup oleh buruh harian kemenyan. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah 40 orang buruh harian kemenyan di Desa Lumban Tobing, dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah buruh yang mata pencaharian utamanya sebagai buruh harian kemenyan, dengan menggunakan metode penarikan sampel menggunakan metode purposive sampling atau teknik penarikan sampel bertujuan. Sementara itu, teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan tabel tunggal.

Kesimpulan yang diperoleh dari analisis data adalah strategi mempertahankan hidup oleh buruh harian kemenyan di Desa Lumban Tobing diantaranya strategi aktif yaitu melakukan ekspansi ke sektor lain sebagai sumber mata pencaharian tambahan seperti bertani, berdagang, dan buruh tani, melibatkan seluruh anggota keluarga dalam aktivitas kegiatan utama dan tambahan. Selain itu mereka juga memanfaatkan lahan yang tersedia untuk menanam tanaman yang bisa dikomsumsi sehari-hari dan untuk menekan biaya pengeluaran. Strategi pasif diantaranya menghemat pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari seperti untuk makanan yang dikomsumsi setiap harinya. Frekuensi makan nasi dalam sehari tetap 3 kali sehari tetapi dengan lauk yang sederhana seperti ikan asin mengomsumsi telur hanya satu kali dalam seminggu, hampir tidak pernah mengomsumsi daging dalam seminggu, komsumsi buah dua kali dalam seminggu. Seluruh anggota keluarga hanya membeli pakaian baru dan bekas masing-masing hanya satu kali dalam setahun dan berobat hanya pada saat sakit parah. Strategi jaringan oleh buruh harian kemenyan adalah menjalin relasi sosial baik secara formal, maupun secara imformal dengan lingkungan sosialnya, memanfaatkan program pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan oleh pemerintah, Pemanfaatan jaringan ini terlihat jelas ketika menghadapi masalah ekonomi, mereka lebih memilih meminjam uang kepada tetangga dan mengutang di warung terdekat.


(18)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Nama : Evitamala Munthe Nim : 110902005

ABSTRACT

Strategies to Survive By Labor Day in the village of Lumban Tobing Frankincense District of Doloksanggul Humbang Hasundutan

Frankincense day laborers in the village of LumbanTobing is a job with low wages. Because of the low wage workers in all efforts must have a strategy for

survival . Seeing that researchers interested in conducting research that aims to find a survival strategy by day laborers in the village of LumbanTobing frankincense District of HumbangHasundutanDoloksangguldistrict .

This type of research is classified as descriptive which aims to describe the strategy of survival by day laborers incense. The population in this study is 40 people a day laborer in the village of Lumban Tobing frankincense, and the sample in this study is the main livelihood of workers as day laborers incense, using the method of sampling using purposive sampling method or technique of sampling aims. Meanwhile, the techniques of data analysis in this research is descriptive using a single table.

Conclusion of the data analysis is a strategy of survival by day laborers in the village of Lumban Tobing incense among active strategy is to expand into other sectors as additional sources of livelihood such as farming, trade, and agricultural laborers, involve all family members in the activity of the main activities and additional. In addition they also take advantage of the available land to grow crops that can be consumed daily to reduce costs and expenses. Such a passive strategy to save expenses for daily needs such as for food are consumed each day. Frequency of eating rice a day fixed 3 times a day but with simple dishes such as salted fish eggs consumption only one time in a week, almost never consumption meat in a week, consumption of fruit twice a week. The whole family just bought new clothes and used each only once a year and only seek treatment when ill. Network strategy by day laborers frankincense is to establish social relations either formally, or in imformal with the social environment, utilizing the poverty alleviation program implemented by the government, network utilization is seen clearly when faced with economic problems, they prefer to borrow money from neighbors and borrow in the nearest shop.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Indonesia dapat dikatakan tengah menghadapi dilema, yaitu dilema antara memenuhi kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan dan memenuhi kebutuhan pekerja untuk mendapatkan upah yang sesuai. Hal mana yang sebenarnya yang harus diprioritaskan? Setidaknya, ketika program pembangunan kurang mampu menyediakan peluang kerja bagi angkatan kerja, sektor informal dengan segala kekurangannya mampu berperan sebagai penampung dan alternatif peluang kerja bagi para pencari kerja.

Gelombang ketidakpuasan kaum miskin dan para penganggur terhadap ketidakmampuan pembangunan menyediakan peluang kerja, untuk sementara dapat diredam lantaran tersedia peluang kerja di sektor informal. Begitupun ketika kebijakan pembangunan cenderung menguntungkan usaha skala besar, sektor informal kendati tanpa dukungan fasilitas sepenuhnya dari negara, dapat memberikan subsidi sebagai penyedia barang dan jasa murah untuk mendukung kelangsungan hidup para pekerja usaha skala besar.

Peran sektor informal ini telah berlangsung sejak lama dalam pasang surut perkembangan masyarakat dan dinamika perkembangan ekonomi. Bahkan takkala perekonomian nasional mengalami kemunduran akibat resesi, sektor informal mampu bertahan, sehingga roda perekonomian masyarakat tetap bertahan.

Sulit untuk merumuskan secara tegas batasan-batasannya, akan tetapi sektor informal sering ditandai beberapa kharakteristik khas seperti sangat bervariasinya bidang kegiatan produksi barang dan jasa, berskala kecil, unit-unit produksinya dimiliki secara perorangan atau keluarga, banyak menggunakan tenaga kerja dan


(20)

tekneologi yang dipakai relatif sederhana, para pekerja yang menciptakan sendiri lapangan kerjanya, bahan baku usaha kebanyakan memanfaatkan sumber daya lokal, sebagian besar melayani kebutuhan rakyat kelas menengah ke bawah.

Karakteristik yang melekat pada sektor informal bisa merupakan sebuah kelebihan atau kekuatan yang potensional, diantaranya: a). Daya tahan : terbukti selama krisis ekonomi sektor informal tidak hanya dapat bertahan, bahkan berkembang pesat. Hal ini disebabkan faktor permintaan dan faktor penawaran. Dari sisi permintaan, akibat krisis ekonomi pendapatan riil rata-rata masyarakat masyarakat turun drastis dan terjadi pergeseran permintaan masyarakat, dari barang-barang sektor formal atau impor (yang harganya relatif mahal) ke barang-barang-barang-barang sederhana buatan sektor informal (yang harganya relatif murah). b). Padat karya : Dibandingkan sektor formal, khususnya usaha skala besar, sektor informal yang umumnya adalah usaha skala kecil bersifat padat karya. Sementara itu persediaan tenaga kerja di Indonesia sangat banyak, sehingga upahnya relatif lebih murah jika dibandingkan dengan negara negara lain dengan jumlah penduduk yang kurang dari Indonesia. Dengan asumsi faktor-faktor lain mendukung (seperti kualitas produk yang dibuat baik dan tingkat efisiensi usaha serta produktivitas pekerja tinggi), maka upah murah merupakan salah satu keunggulan komparatif yang dimiliki usaha kecil di Indonesia. c). Keahlian khusus (Tradisional) : Bila dilihat dari jenis-jenis produk yang dibuat di industri kecil (IK) dan industri rumah tangga (IRT) di Indonesia, dapat dikatakan bahwa produk yang mereka buat umumnya sederhana dan tidak terlalu membutuhkan pendidikan formal, tetapi membutuhkan keahlian khusus. Disinilah keunggulan lain, yang selama ini bisa membuat sektor informal dan keahlian khusus tersebut biasanya dimiliki pekerja atau pengusaha secara turun-temurun, dari generasi ke generasi. d). Permodalan: kebanyakan pengusaha di sektor


(21)

informal menguntungkan diri pada uang (tabungan) sendiri, atau dana pinjaman dari sumber-sumber informal (di luar sektor perbankan/keuangan) untuk kebutuhan modal kerja dan investasi mereka. Walaupun banyak juga pengusaha-pengusaha kecil yang memakai fasilitas kredit khusus dari pemerintah.

Selain faktor kekuatan tersebut di atas, Disisi lain pada kekuatan tersebut tersirat kekurangan atau kelemahan yang justru menjadi penghambat perkembangannya sektor informal, masa depan perkembangan sektor informal sangat ditentukan kemampuan sektor tersebut . Dengan kata lain, mampu tidaknya sektor informal bersaing dengan sektor formal atau barang-barang impor, juga tergantung pada seberapa serius dan sifat serta bentuk dari kelemahan-kelemahan yang dimiliki sektor informal. Kelemahan sektor informal tercermin pada kendala-kendala yang dihadapi tersebut, diantaranya yang sering terjadi adalah keterbatasan modal (khususnya modal kerja), kesulitan pemasaran, penyediaan bahan baku, keterbatasan sumber daya manusia, pengetahuan minim mengenai bisnis, dan kurangnya penguasaan tekneologi (BAPPENAS, 2004: 29).

Sektor informal ini memiliki banyak keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian pedesaan,perkotaan bahkan nasional keseluruhan. Misalnya dalam hal ini sektor informal di pedesaan, individu atau keluarga yang membuka usaha dengan dibantu oleh beberapa karyawan yang berasal dari lingkungan sekitar dan selanjutnya akan disebut buruh tergantung kelancaran usaha tersebut, begitupun kaitannya dengan lingkup perkotaan dan nasional (BAPPENAS, 2004: 24-25).

Buruh terlepas bekerja pada sektor formal maupun sektor informal, data BPS melalui Sakernas menunjukkan persentase masyarakat indonesia yang berprofesi sebagai buruh pada tahun 2011mengalami peningkatan sebesar 4,52% dari tahun


(22)

sebelumnya, pada tahun 2012 menurun menjadi 3,68%, tahun 2013 menurun kembali pada 0,22% tahun 2014 meningkat kembali ssebesar 1,11% (BPS, 2014).

Bagi buruh, upah adalah alasan utama bekerja. Upah digunakan untuk menanggung kebutuhannya dan kebutuhan keluarganya.Upah merupakan hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang atas jasa yang telah dilakukan. Upah, termasuk tunjangan bagi pekerja dan keluarganya, dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan.

Upah menjadi salah satu sumber penghasilan utama memenuhi kebutuhan hidup keluarga, seperti kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan), pendidikan anak, serta biaya sosial yang harus dibayar. Besar kecilnya upah sangat menentukan kelangsungan hidup sekaligus menentukan ukuran kepuasan dan kesejahteraan mereka. Tiadanya jaminan kerja yang tepat dan pasti, tingginya jam kerja dan beban kerja serta tekanan upah yang dialami oleh buruh umumnya, khususnya memaksa mereka untuk bekerja melebihi kemampuan rasional manusia.

Keadaan ini menuntut buruh berjuang keras memutar otak untuk mencukupi kebutuhan hidup ditengah mahalnya biaya hidup. Tidak hanya itu lapangan pekerjaan dan sumber penghidupan lainnya juga semakin sempit termakan besarnya tingkat populasi penduduk Indonesia. Hal ini membuat orang menempuh berbagai cara untuk tetap bertahan hidup ditengah himpitan ekonomi, ditengah sulitnya kondisi perekonomian negara saat ini.

Dengan persentase jumlah buruh tersebut, data BPS menunjukkanrata-rata upah minimum regional provinsi di Indonesia pada tahun 2010 senilai Rp 908.800,- tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 8,81% tahun 2012 naik sebesar 13,17% tahun 2013 naik sebesar 19,06% kenaikan upah tersebut dipengaruhi oleh laju inflasi, pengetatan kebijakan moneter di AS, penyesuaian terhadap kebijakan perdagangan,


(23)

ketidakpastian fiskal dan tekanan terhadap harga konsumen dalam negri yang terkait dengan penyesuaian harga BBM, sementara tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 19,77% (BPS, 2014).

Sementara upah minimum regional untuk provinsi Sumatera Utara pada tahun 2010 senilaiRp 965.000,- pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 7,30% pada tahun 2012 meningkat sebesar 15,88% pada tahun 2013 meningkat sebesar 14,58% dan tahun 2014 meningkat sebesar 9,25% (BPS, 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh BPS menunjukkan bahwa, perbandingan upah dan hasil kapital masih sangat rendah yaitu 20% : 80%. Seharusnya dari keseluruhan output yang dihasilkan, upah mendapatkan porsi 40% dan 60% sisanya dialokasikan untuk hasil kapital. Perbandingan tersebut sudah proporsional, artinya upah yang diperoleh buruh tidak terlalu rendah dan biaya produksi yang ditanggung perusahaan juga tidak terlalu tinggi

(http://www.academia.edu/8185657/memperbaiki_kesejahteraan_buruh_melalui_ke bijakan_upah_minimum diakses pada 25 Maret 2015 pukul 13:51 WIB).

Upah minimum yang diterima oleh buruh tidak sebanding dengan apa yang harus dikerjakan. Fakta yang terjadi selama ini, perusahaan memeras keringat buruh untuk bekerja semaksimal mungkin.

Hal yang lebih menarik lagi adalah masalah upah buruh yang tidak layak di Indonesia juga diexpose dalam film dokumenter tentang globalisasi yang berjudul

“The New Rules of The World”, karya produser John Pilger. Film tersebut

menceritakan betapa buruh Indonesia dihargai atau bisa dikatakan dijual dengan harga sangat murah kepada para investor asing. Investor asing yang dipaparkan dalam film tersebut adalah investor produk garmen GAP, Nike, dan Old Navy.

Pada bagin awal ditampilkan sebuah tayangan tentang sepasang kekasih dari golongan bangsawan yang dipertemukan dan sedang menjalani resepsi pernikahan


(24)

yang megah. Dijelaskan dalam film, saking mahalnya biaya pernikahan sepasang bangsawan ini, seorang pelayan yang melayani para tamu pada resepsi itu membutuhkan waktu 400 tahun untuk bisa menyelenggarakan resepsi pernikahan yang sama. Jika diambil rata-rata umur penduduk indonesia adalah 70 tahun , empat generasi dari pelayan itu pun tidak sanggup untuk mengumpulkan uang untuk menyelenggarakan pesta yang serupa. Sementara tidak jauh dari tempat pernikahan tersebut terdapat suatu perkampunganh kumuh yang sebaagian warganya ada yang bekerja di pabrik pabrik kapitalis global yang membuat barang seperti Nike,adidas, reebok dan GAP. Warga disini banyak yang tidak terpenuhi hak untuk kesehatan dan pendidikannya.

Produk GAP dan Nike yang selama ini terpampang manis sebagai brand

mahal dan terkenal di dunia, ternyata dibuat oleh para buruh Indonesia. Dibalik harganya yang selangit, ternyata menyimpan berjuta cerita bersama buruh-buruh yang dibayar murah oleh perusahaan. Seperti contoh produk sepatu olah raga yang berlabel Nike dijual dengan harga 1,4 juta rupiah, dari harga yang selangit itu buruh di Indonesia hanya mendapatkan upah Rp 5.000,- saja. Belum lagi ketika GAP menjual produknya seharga Rp 112.000,- dengan memberikan upah Rp 500,- kepada buruh perusahannya. Mereka ditargetkan memproduksi minimal 3000 produk dalam satu hari. Konsekuensinya, para buruh ini harus bekerja extra keras selama 36 jam dengan 2 kali istirahat.

Pada tahun 2008, satu tahun sebelum film tersebut dibuat, ada data yang menyebutkan bahwa perusahaan GAP memperoleh keuntungan sebesar 38 milyar dolar dari penjualannya selama satu tahun. Sementara dirut GAP memperoleh gaji sebesar 5,5 juta dolar. Adapun Nike, membayar pegolf Tiger Woods lebih tinggi dari upah para buruhnya, hanya untuk mempromosikan produk olah raganya. Sungguh


(25)

fantastis sekali perbandingan besaran angka tersebut jika dibandingkan dengan upah yang diterima oleh para buruh yang memproduksinya (https://gatotkacamuda.wordpress.com/2013/03/10/review-film-dokumenter-the-new-rules-of-the-world-john-pilger/ diakses pada 03 Maret 2015 pukul 11:04 WIB).

Penelitian yang dilakukan oleh Nining Sumarsih, mahasiswa program studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta tentang strategi survive buruh bangunan di masyarakat pegunungan Prambanan, dusun Mlakan, desa Sambirejo, kabupaten Sleman Yogyakarta menyimpulkan bahwa buruh bangunan di dusun Mlakan mempunyai cara yang beragam untuk mempertahankan hidupnya. Diantaranya yaitu dengan menjalani pekerjaan sampingan serta menghemat pengeluaran. barang-barang yang dapat diperoleh secara cuma-cuma maka mereka akan mengusahakannya walaupun dengan cara yang sulit, misalnya saja mengambil air di mata air untuk menghemat pengeluaran. Selain itu mereka juga mempunyai pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan, misalnya dengan mencari kayu bakar serta memelihara ternak. Dari pekerjaan tambahan tersebut mereka memperoleh pekerjaan tambahan untuk mencukupi kebutuhan keluarga (Sumarsih, Nining.Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta).

Bagi buruh harian kemenyandi Desa Lumban Tobing Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan yang dominasi oleh perempuan-perempuan janda yang menjadi batang punggung keluarga dalam mencari nafkah. Walaupun pendapatannya jauh dari di bawah UMR, akan tetapi mereka tetap bertahan dalam melakukan pekerjaan tersebut seolah tidak memiliki pilihan lain. Selain karena pekerjaan yang cukup mudah untuk dipelajari dan dekat dengan tempat tinggal mereka.


(26)

Di Desa Lumban Tobing sekitar 40 0rang berprofesi sebagai buruh harian kemenyan. Mereka dibayar dengan upah senilai Rp 30.000 per hari, akan tetapi mereka tidak bekerja selama satu hari penuh, mereka hanya bekerja setengah hari dari jam 08.00 WIB sampai 13.00 WIB dan upah yang mereka dapatkanpun hanya Rp 15.000 per hari. Hanya waktu tertentu saja mereka bekerja satu hari penuh di gudang milik toke, misalnya saat kemenyan akan di kirim ke pembeli.

Jika dibandingkan apa yang didapatkan oleh buruh harian kemenyan dengan harga jual kemenyan, sangat berbanding terbalik. Kemenyan yang notabene adalah komoditi unggulan dari Kabupaten Humbang Hasundutan yang memiliki manfaat yang sangat besar seperti bahan baku untuk kosmetik, rokok, dupa, obat-obatan, sabun, parfum dan pangan, dan banyak kegunaan lainnya, tentunya dijual dengan harga yang cukup mahal apalagi setelah disortir akan menghasilkan kemenyan yang lebih bagus dengan harga yang cukup mahal juga, walaupun terkadang harga kemenyan menurun drastis karena beberapa faktor lainnya. .

Dengan manfaat yang multiguna, negara-negara asingpun sangat banyak yang meminatinya. Seperti Singapura, Malaysia, Hongkong, Taiwan, China, Jepang, , Switzerland, Perancis, dan USA. Diantara negara-negara ini, yang paling banyak mengimpor kemenyan dari provinsi Sumatera Utara adalah Singapura, yaitu sebanyak 461.982 Kg senilai US 545,996 (http://hutanb2011.blogspot.com/2013/06/budidaya-dan-pemasaran-kemenyan-di.html diakses pada 03 maret 2015 pukul 11:45 WIB).

Berbeda dengan buruh pada umumnya, buruh harian kemenyan selain memiliki semangat yang tinggi juga memiliki motivasi dan keinginan yang kuat untuk meningkatkan taraf hidup keluarganya, beberapa dari antar mereka berjuang untuk menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi, walaupun dengan


(27)

keadaan ekonomi yang sangat pas-pasan. Sehingga ketika menjalani masa kuliah tidak banyak dari anak mereka harus tinggal dengan sanak saudaranya dengan harapan meringankan biaya hidupnya.

Buruh harian kemenyan hanya dibayar dengan upah senilai Rp 30.000 per hari, akan tetapi mereka tidak bekerja selama satu hari penuh, mereka hanya bekerja setengah hari dari jam 08.00 WIB sampai 13.00 WIB dan upah yang mereka dapatkanpun hanya Rp 15.000 per hari. Akan tetapi pemilik modal (toke) tempat mereka bekerja mengijinkan mereka untuk membawa kemenyan ke tempat tinggal mereka untuk disortir, selain menambah pendapatan juga bisa dikerjakan bersama anggota keluarga. Dengan syarat kemenyan yang di bawa pulang harus dikembalikan dengan timbangan yang sama dan tidak boleh rusak. Sistem pembayaran telah disepakati bersama, biasanya kemenyan yang dibawa ke rumah untuk disortir di bayar perkilogramnya, tergantung tingkat kesulitan kemenyan untuk disortir. Biasanya jenis kemenyan yang mudah untuk disortir akan dibayar dengan harga Rp 30.000 per 30 Kg.

Jika kemenyan yang di bawa ke rumah oleh buruh, berkurang timbangannya maka biasanya akan dikenakan denda uang oleh toke atau pemilik modal, dengan harga sesuai dengan harga awal atau harga beli kemenyan dari petani kemenyan, dan akan dipotong langsung dari akumulasi gaji per minggu, dan Jika kemenyan kondisinya rusak, biasanya sanksi yang diterima adalah jatah kemenyan untuk dikerjakan di rumah keesok harinya dikurangi oleh toke ditambah lagi sanksi sosial.

Permasalahan yang sering mereka hadapi adalah, ketika harga kemenyan merendah dan pasokan kemenyanmerosot. Para buruh tersebut terpaksa tidak bekerja sama sekali dalam rentan waktu lima sampai tujuh hari. Disanalah mereka bisa melakukan aktivitas lain seperti ke ladang atau ke sawah bagi mereka yang memiliki


(28)

lahan, atau mereka yang menggarap lahan milik sanak saudara atau tetangga. Dan bagi mereka yang tidak memiliki lahan, biasanya mereka beralih menjadi buruh tani oleh kerabat atau tetangga yang membutuhkan.

Kondisi yang sebaliknya, ketika pasokan kemenyan banyak atau permintaan pasar yang tinggi, para buruh tersebut dengan semangat membawa pulang kemenyan dengan jumlah yang lebih banyak, terkadang mencapai 150 Kg atau lebih dengan anggapan untuk menambah pendapatan, dan kemenyan tersebut dikerjakan bersama setelah pulang dari gudang milik toke sampai selesai, bahkan untuk menyelesaikan kemenyan tersebut mereka rela tidak tidur atau hanya tidur dalam 2 atau 3 jam saja. Semua itu mereka lakukan agar keesok harinya bisa membawa kemenyan dalam jumlah yang banyak pula.

Selain dari pekerjaan ini, para buruh harian kemenyan mempunyai aktivitas lain seperti bertani. Penghasilan dari kerja sebagai buruh kemenyan mereka gunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Tidak hanya untuk kebutuhan konsumtif keluarga namun juga untuk mencukupi kebutuhan sosial mereka, seperti menjenguk orang sakit, menghadiri acara pernikahan keluarga, tetangga, iuran untuk kelompok-kelompok sosial yang diikuti.

Hal lain yang dilakukan buruh harian kemenyan pada umumnya adalah memanfaatkan program kemiskinan dari pemerintah seperti BLT (Bantuan Langsung Tunai), bantuan raskin yang dapat meringankan sedikit biaya hidupnya, selain itu mereka juga sering membentuk kelompok-kelompok seperti arisan dengan tujuan uang yang mereka dapatkan ketika giliran tiba bisa dipergunakan untuk keperluan yang besar. Misalnya untuk biaya kuliah anak, bagi yang memiliki anak yang duduk di perguruan tinggi, membantu modal usaha anak, dan lain-lain.


(29)

Beranjak dari apa yang sudah dipaparkan sebelumnya, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam lagi untuk melihat bagaimana strategi buruh harian kemenyan dalam mempertahankan hidup. Untuk itu peneliti membuat dalam suatu kajian ilmiah dengan judul “Strategi Mempertahankan Hidup Oleh Buruh Harian Kemenyandi Desa Lumban Tobing Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:Bagaimana strategi yang dilakukan oleh buruh harian kemenyandi Desa Lumban Tobing Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan dalam mempertahankan hidup.

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi buruh harian kemenyandi Desa Lumban Tobing Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan dalam mempertahankan hidup.


(30)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan atau referensi untuk:

1. Pengembangan teori-teori strategi mempertahankan hidup oleh buruh harian kemenyan pada khususnya dan teori tentang ilmu kesejahteraan sosial pada umumnya.

2. Bahan masukan bagi pemerintah setempat untuk lebih memperhatikan kesejahteraan buruh harian kemenyan secara khusus yang secara jumlah sangat kecil.


(31)

1.4Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan secara singkat gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang mendukung penelitian ini.

BAB V : ANALISIS DATA

Berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Berisikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian sehubungan dengan penelitian yang dilakukan.


(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Buruh di Indonesia 2.1.1 Pengertian Buruh

Buruh, Pekerja, Tenaga Kerja atau Karyawan pada dasarnya adalah manusia yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik berupa uang maupun bentuk lainya kepada Pemberi Kerja atau Pengusaha atau majikan(http://www.wikipedia.org diakses pada 21 Januari 2015 pukul 11:20 WIB)

Pada dasarnya, Buruh, Pekerja, Tenaga Kerja maupun karyawan adalah sama. namun dalam kultur Indonesia, "Buruh" berkonotasi sebagai pekerja rendahan, hina, kasaran dan sebagainya. Sedangkan pekerja, Tenaga kerja dan Karyawan adalah sebutan untuk buruh yang lebih tinggi, dan diberikan cenderung kepada buruh yang tidak memakai otot tapi otak dalam melakukan kerja. akan tetapi pada intinya sebenarnya keempat kata ini sama mempunyai arti satu yaitu Pekerja. Hal ini terutama merujuk pada Undang-undang Ketenagakerjaan, yang berlaku umum untuk seluruh pekerja maupun pengusaha di Indonesia.

Buruh merupakan orang yang bekerja untuk orang lain yang mempunyai suatu usaha kemudian mendapatkan upah atau imbalan sesuai dengan kesepakatan sebelumnya.upah biasanya diberikan secara harian maupun bulanan tergantung dari hasil kesepakatan yang telah disetujui.

Buruh terdiri dari berbagai macam, yaitu:

a. Buruh harian, buruh yang menerima upah berdasarkan hari masuk kerja. b. Buruh kasar, buruh yang menggunakan tenaga fisiknya karena tidak


(33)

c. Buruh musiman buruh yang bekerja hanya pada musim-musim tertentu (misalnya buruh tebang tebu).

d. Buruh pabrik buruh yang bekerja di pabrik-pabrik. e. Buruh tambang buruh yang bekerja di pertambangan.

f. Buruh tani buruh yang menerima upah dengan bekerja di kebun atau di sawah orang lain

g. Buruh terampil buruh yang mempunyai keterampilan di bidang tertentu. h. Buruh terlatih buruh yang sudah dilatih untuk keterampilan tertentu.

2.1.2 Standar Kebutuhan Hidup Layak di Indonesia

Di Indonesia yang menjadi dasar dalam penetapan upah minimum adalah standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL). KHL adalah standar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat hidup layak baik secara fisik, non fisik dan sosial, untuk kebutuhan satu bulan.

Sejak diluncurkannya UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pemerintah menetapkan standar KHL sebagai dasar dalam penetapan Upah Minimum seperti yang diatur dalam pasal 88 ayat 4.

Komponen Kebutuhan Hidup Layak (KHL) merupakan komponen-komponen pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari yang dibutuhkan oleh seorang pekerja lajang selama satu bulan.

Sebelumnya menetapkan Upah Minimum Provinsi, Dewan Pengupahan yang terdiri dari perwakilan serikat pekerja, pengusaha, pemerintah, dan pihak netral dari akademisi akan melakukan survey Kebutuhan Hidup Layak (KHL).

Komponen Yang Termasuk Dalam Standar KHL Standar KHL terdiri dari beberapa komponen yaitu :


(34)

1. Makanan dan Minuman

2. Sandang

3. Perumahan

4. Pendidikan

5. Kesehatan

6. Transportasi

7. Rekreasi dan Tabungan

Tabel 2.1

Selengkapnya mengenai komponen-komponen standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL) berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 13 tahun 2012 :

No Komponen Kualitas/Kriteria Jumlah

Kebutuhan

I MAKANAN DAN MINUMAN

1 Beras Sedang Sedang 10 kg 2 Sumber Protein : a. Daging Sedang 0.75 kg b. Ikan Segar Baik 1.2 kg c. Telur Ayam Telur ayam ras 1 kg

3 Kacang-kacangan : tempe/tahu Baik 4.5 kg 4 Susu bubuk Sedang 0.9 kg 5 Gula pasir Sedang 3 kg 6 Minyak goreng Curah 2 kg

7 Sayuran Baik 7.2 kg

8 Buah-buahan (setara pisang/pepaya)

Baik 7.5 kg

9 Karbohidrat lain (setara tepung terigu)


(35)

10 Teh atau Kopi Celup/Sachet 2 Dus isi 25 = 75 gr 11 Bumbu-bumbuan Nilai 1 s/d 10 15%

JUMLAH

II SANDANG

12 Celana panjang/ Rok/Pakaian muslim

Katun/sedang 6/12 potong 13 Celana pendek Katun/sedang 2/12 potong 14 Ikat Pinggang Kulit sintetis, polos,

tidak branded

1/12 buah 15 Kemeja lengan pendek/blouse Setara katun 6/12 potong 16 Kaos oblong/ BH Sedang 6/12 potong 17 Celana dalam Sedang 6/12 potong 18 Sarung/kain panjang Sedang 1/12 helai 19 Sepatu Kulit sintetis 2/12 pasang 20 Kaos Kaki Katun, Polyester, Polos,

Sedang

4/12 pasang 21 Perlengkapan pembersih sepatu a. Semir sepatu Sedang 6/12 buah b. Sikat sepatu Sedang 1/12 buah 22 Sandal jepit Karet 2/12 pasang 23 Handuk mandi 100cm x 60 cm 2/12 potong 24 Perlengkapan ibadah a. Sajadah Sedang 1/12 potong b. Mukena Sedang 1/12 potong c. Peci,dll Sedang 1/12 potong

JUMLAH


(36)

25 Sewa kamar dapat menampung jenis KHL lainnya

1 bulan 26 Dipan/ tempat tidur No.3 polos 1/48 buah 27 Perlengkapan tidur a. Kasur busa Busa 1/48 buah b. Bantal busa Busa 2/36 buah 28 Sprei dan sarung bantal Katun 2/12 set 29 Meja dan kursi 1 meja/4 kursi 1/48 set 30 Lemari pakaian Kayu sedang 1/48 buah 31 Sapu Ijuk sedang 2/12 buah 32 Perlengkapan makan a. Piring makan Polos 3/12 buah b. Gelas minum Polos 3/12 buah c. Sendok garpu Sedang 3/12 pasang

33 Ceret aluminium Ukuran 25 cm 1/24 buah 34 Wajan aluminium Ukuran 32 cm 1/24 buah 35 Panci aluminium Ukuran 32 cm 2/12 buah 36 Sendok masak Alumunium 1/12 buah 37 Rice Cooker ukuran 1/2 liter 350 watt 1/48 buah 38 Kompor dan perlengkapannya a. Kompor 1 tungku SNI 1/24 buah b. Selang dan regulator SNI 10 liter c. Tabung Gas 3 kg Pertamina 1/60 buah

39 Gas Elpiji masing-masing 3 kg 2 tabung 40 Ember plastik Isi 20 liter 2/12 buah


(37)

41 Gayung plastik Sedang 1/12 buah 42 Listrik 900 watt 1 bulan 43 Bola lampu hemat energi 14 watt 3/12 buah 44 Air Bersih Standar PAM 2 meter kubik 45 Sabun cuci pakaian Cream/deterjen 1.5 kg 46 Sabun cuci piring (colek) 500 gr 1 buah 47 Setrika 250 watt 1/48 buah 48 Rak portable plastik Sedang 1/24 buah 49 Pisau dapur Sedang 1/36 buah 50 Cermin 30 x 50 cm 1/36 buah

JUMLAH

IV PENDIDIKAN

51 Bacaan/radio Tabloid/4 band 4 buah/ (1/48) 52 Ballpoint/pensil Sedang 6/12 buah

JUMLAH

V KESEHATAN

53 Sarana Kesehatan

a. Pasta gigi 80 gram 1 tube b. Sabun mandi 80 gram 2 buah c. Sikat gigi Produk lokal 3/12 buah d. Shampo Produk lokal 1 botol 100 ml e. Pembalut atau alat cukur Isi 10 1 dus/set

54 Deodorant 100ml/g 6/12 botol 55 Obat anti nyamuk Bakar 3 dus


(38)

56 Potong rambut Di tukang cukur/salon 6/12 kali

57 Sisir Biasa 2/12 buah

JUMLAH

VI TRANSPORTASI

58 Transportasi kerja dan lainnya Angkutan umum 30 hari (PP)

JUMLAH

VII REKREASI DAN TABUNGAN

59 Rekreasi Daerah sekitar 2/12 kali 60 Tabungan (2% dari nilai 1 s/d 59) 2%

JUMLAH

JUMLAH (I + II + III + IV + V + VI + VII)

Mekanisme Proses Penetapan Upah Minimum Berdasarkan Standar KHL

a. Ketua Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota membentuk tim survey yang anggotanya terdiri dari unsur tripartit: perwakilan serikat pekerja, pengusaha, pemerintah, dan pihak netral dari akademisi.

b. Standar KHL ditetapkan dalam Kepmen No. 13 tahun 2012, berdasarkan standar tersebut, tim survey Dewan Pengupahan melakukan survey harga untuk menentukan nilai harga KHL yang nantinya akan diserahkan kepada Gubernur Provinsi masing-masing.

c. Survey dilakukan setiap satu bulan sekali dari bulan Januari s/d September , sedang untuk bulan Oktober s/d Desember dilakukan prediksi dengan membuat metode least squareatau metode kuadrat terkecil. Hasil survey tiap bulan tersebut kemudian diambil rata-ratanya untuk mendapat nilai KHL.


(39)

d. Nilai KHL ini akan digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam penetapan upah minimum yang berlaku bagi pekerja/buruh dengan masa kerja kurang dari satu tahun. Upah bagi pekerja dengan masa kerja satu tahun atau lebih dirundingkan secara bipartit antara pekerja atau serikat pekerja dengan pengusaha di perusahaan yang bersangkutan.

e. Berdasarkan nilai harga survey tersebut, Dewan Pengupahan juga mempertimbangkan faktor lain : produktivitas, pertumbuhan ekonomi, usaha yang paling tidak mampu, kondisi pasar kerja dan saran/pertimbangan dari Dewan Pengupahan Provinsi/Kabupaten/Kotamadya.

f. Gubernur nantinya akan menetapkan besaran nilai upah minimum. Penetapan Upah Minimum ini dilakukan 60 hari sebelum tanggal berlakunya yaitu setiap tanggal 1 Januari (http://www.gajimu.com/main/gaji/gaji-minimum/komponen-khl diakses pada 02 Maret 2015 pukul 10:43 WIB).

2.1.3 Kebijakan Pemerintah Tentang Perburuhan di Indonesia

Negara Indonesia adalah negara yang sistem ketatanegaraannya menitik beratkan pada kesejahteraan warga negaranya yang disebut dengan Walfare State

atau negara kesejahteraan yang secara langsung mengurusi kesejahteraan rakyatnya mulai dari bidang pendidikan, jaminan kesehatan, jaminan sosial dan sebagainya yang mengupayakan untuk memperkecil jurang pemisah antara mereka yang kaya dan yang miskin melalui berbagai uasaha pelayanankesejahteraan warga negaranya.

Sebagai negara kesejahteraan pemerintah harus mampu membuat program pembangunan yang mampu menyerap angkatan kerja sehingga tidak terjadi permasalahan kemiskinan dan pengangguran di negara tersebut. Akan tetapi, ketika program pembangunan kurang mampu menyediakan peluang kerja bagi angkatan


(40)

kerja, sektor informal dengan segala kekurangannya mampu berperan sebagai penampung kerja dan alternatif peluang kerja bagi para pencari kerja.

Sehingga gelombang ketidakpuasan kaum miskin dan para penganggur terhadap ketidakmampuan pembangunan menyediakan peluang kerja, untuk sementara dapat diredam lantaran tersedia peluang kerja di sektor informal . terutama menampung angkatan kerja muda yang masih belum berpengalaman atau angkatan kerja yang pertama kali masuk pasar kerja.

Untuk mewujudkan kesejahteraan sosial sebagai tujuan negara Republik

Indonesia dilaksanakan berbagai upaya, program dan kegiatan yang disebut “Usaha Kesejahteraan Sosial” baik yang dilaksanakan pemerintah maupun masyarakat. UU No. 11 Tahun 2009 bagian II pasal 25 juga menjelaskan secara tegas tugas serta tanggung jawab pemerintah dalam menyelenggarakan kesejahteraan sosial meliputi :

1. Merumuskan kebijakan dan program penyelenggaraan kesejahteraan sosial; 2. Menyediakan akses penyelenggaraan kesejahteraan sosial;

3. Melaksanakan rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 4. Memberikan bantuan sosial sebagai stimulan kepada masyarakat yang

menyelenggarakan kesejahteraan sosial;

5. Mendorong dan menfasilitasi masyarakat serta dunia usaha dalam melaksanakan tanggung jawab sosialnya;

6. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia di bidang kesejahteraan sosial;

7. Menetapkan standar pelayanan, registrasi, akreditasi, dan sertifikasi pelayanan kesejahteraan sosial;


(41)

8. Melaksanakan analisis dan audit dampak sosial terhadap kebijakan dan aktivitas pembangunan;

9. Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian kesejahteraan sosial;

10.Melakukan pembinaan dan pengawasan serta pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan kesejahteraan sosial;

11.Mengembangkan jaringan kerja dan koordinasi lintas pelaku penyelenggaraan kesejahteraan sosial tingkat nasional dan internasional;

12.Memelihara taman makam pahlawan dan makam pahlawan nasional; 13.Melestaikan nilai kepahlawanan, keperintisan, dan kesetiakawanan sosial; 14.Mengalokasikan anggaran untuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

2.1.4 Sejarah Peringatan Hari Buruh

Peringatan Hari Buruh sudah mulai dilakukan tanggal 1 Mei tahun 1920 di Indonesia. Bahkan tercatat sebagai negara Asia pertama yang merayakan 1 Mei sebagai hari buruh. Melalui UU Tenaga Kerja No. 12 Tahun 1948 pada pasal 15 ayat

2, dinyatakan bahwa “Pada tanggal 1 Mei buruh dibebaskan dari kewajiban kerja”. Berdasarkan peraturan tersebut, kaum buruh di Indonesia, selalu memperingati MayDay setiap tahunnya. Ini berarti sudah sejak lebih dari 90 tahun yang lalu MayDay telah diakui sebagai harinya kaum buruh di Indonesia.

Namun, sejak masa pemerintahan Orde Baru, hari Buruh tidak lagi diperingati di Indonesia. Dan sejak itu, 1 Mei bukan lagi merupakan hari libur untuk memperingati peranan buruh dalam masyarakat dan ekonomi. Hal ini disebabkan karena gerakan buruh dihubungkan dengan gerakan dan paham komunis yang sejak terjadinya G30 SPKI pada 1965 yang ditabukan di Indonesia.


(42)

Semasa Soeharto berkuasa, aksi untuk peringatan MayDay masuk kategori aktivitas subversif atau upaya pemberontakan dalam merobohkan struktur kekuasaan termasuk negara, karena MayDay selalu dikonotasikan dengan ideologi komunis. Konotasi ini jelas tidak tepat, karena mayoritas negara-negara di dunia ini (yang sebagian besar menganut ideologi nonkomunis, bahkan juga yang menganut prinsip antikomunis), menetapkan tanggal 1 Mei sebagai Labour Day dan menjadikannya sebagai hari libur nasional.

Orde Baru kemudian melarang buruh untuk memperingati MayDay, karena Orde Baru memiliki ketakutan tersendiri terhadap kesolidan buruh di Indonesia, terutama perayaan MayDay yang bisa mengkonsolidasikan ribuan buruh.Namun pada tanggal 1 Mei 1994, Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) kembali merayakan MayDaydi Medan, walaupun di bawah represifitas pemerintahan Orde Baru. Hal ini kemudian dilanjutkan oleh Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) dan Pusat Perjuangan Buruh Indonesia (PPBI) dalam merayakan

MayDay pada tahun 1995.Aksi yang digalang oleh SMID dan PPBI ini ditujukan ke Kantor Departemen Tenaga Kerja dan kantor Gubernur Jawa Tengah, sebagai simbol pusat kekuasaan.

Setelah era Orde Baru berakhir, walaupun bukan hari libur, setiap tanggal 1 Mei kembali marak dirayakan oleh buruh di Indonesia dengan demonstrasi di berbagai kota.Kekhawatiran bahwa gerakan massa buruh yang dimobilisasi setiap tanggal 1 Mei membuahkan kerusuhan, ternyata tidak pernah terbukti. Sejak peringatan MayDay tahun 1999 hingga 2006 tidak pernah ada tindakan destruktif yang dilakukan oleh gerakan massa buruh yang masuk kategori "membahayakan ketertiban umum".


(43)

Yang terjadi justru, tindakan represif aparat keamanan terhadap kaum buruh, karena mereka masih berpedoman pada paradigma lama yang menganggap peringatan MayDay adalah subversif dan didalangi gerakan komunis.

Sepanjang tahun 1998-2012, aksi-aksi peringatan MayDay banyak di lakukan di pusat-pusat kekuasaan, seperti Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kantor Gubernur, Istana Negara, Depnaker, Disnaker, Gedung DPR/MPR, dan lain-lain.

Namun menariknya, direntang waktu tersebut terjadi perubahan tujuan aksi dari pusat kekuasaan ke kawasan industri, yakni pada rentang tahun 1997-2000.Pada rentang waktu tersebut, aksi-aksi MayDay banyak dilakukan di kawasan-kawasan industri, seperti kawasan industri Tandes Surabaya, kawasan Industri di Sidoarjo, Gresik, Ungaran Jawa Tengah, dan Sukoharjo.

Perubahan pola aksi ke kawasan industri ini dilakukan karena kawasan industri merupakan jantung kapitalisme. Dengan dilakukannya aksi di kawasan industri, maka produksi di pabrik akan berhenti dan pemilik modal akan mengalami kerugian besar.Perubahan pola aksi ke pusat kekuasaan kembali marak terjadi pada kurun waktu 2001-2007. Namun isu MayDay yang diangkat pada rentang waktu ini mulai menjadi sangat politis karena mengusung lawan neoliberalisme dan kapitalisme.

Isu MayDay pada tahun-tahun ini pun bukan hanya mengangkat isu normatif saja. Isu tersebut masih didominasi dengan isu MayDay sebagai hari libur nasional dan kenaikan upah 100 persen.

Sementara walaupun direntang waktu 2008-2012 masih diwarnai aksi-aksi ke pusat kekuasaan, namun yang berbeda dikurun waktu ini ialah serikat buruh kuning


(44)

mulai ikut aksi memperingati MayDay. Pada tahun-tahun ini, isu yang mendominasi adalah isu upah, tolak PHK, hapus sistem kerja kontrak dan outsourcing.

Perubahan pola aksi ke pusat kekuasaan ini, pada awalnya ditanggapi sangat keras oleh rezim penguasa. Upaya untuk melarang kaum buruh untuk aksi ke pusat kekuasaan sangat gencar dilakukan oleh rezim penguasa melalui aparat keamanan. Bahkan sempat muncul pelarangan dan intimidasi terhadap pengemudi truk agar tidak mengangkut buruh aksi ke pusat-pusat kekuasaan.

Namun seiring dengan waktu, respons dari rezim penguasa semakin melunak terhadap aksi-aksi buruh ke pusat kekuasaan. Dalam akhir-akhir tahun ini, pihak penguasa hanya mengimbau agar aksi buruh tidak rusuh serta mengawal secara ketat aksi-aksi yang dilakukan oleh buruh ke pusat kekuasaan.

Selama tahun 2012, selain peringatan MayDay, buruh kembali banyak melakukan aksi di kawasan industri. Pada periode Oktober-November saja, aksi yang dilakukan di berbagai kawasan industri ini menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi pengusaha

(https://helmysyamza.wordpress.com/2014/03/31/ironis-menelusuri-sejarah-may-day-di-indonesia-01/ diakses pada 03 Maret 2015 pukul 10:35 WIB).

Sementara pada tahun 2013, Hari Buruh kembali dijadikan hari libur nasional yang akan dimulai pada tahun 2014. Rencana tersebut disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika bertemu para pimpinan konfederasi dan serikat pekerja di Istana Negara, Jakarta, Senin (29/4/2013). Walaupun demikian, para buruh tetap melakukan aksi unjuk rasa untuk menuntut haknya seperti yang dilakukan selama ini, dan sekitar 600.000 buruh yang berunjuk rasa di seluruh Indonesia pada saat itu (http://nasional.kompas.com/read/2013/04/29/18432615/Hari.Buruh.1.Mei.Akan.Jadi .Libur.Nasional diakses pada 4 Maret 2015 pukul 8:53 WIB).


(45)

Dan yang lebih menarik pada tahun 2014, dimana tahun ini dijuluki dengan istilah tahun politik. Karena semua moment bisa dikaitkan dengan politik, diantaranya pemilihan presiden, pemilihan anggota DPR yang akan menempati 560 kursi jabatan, dan tak luput juga adalah hari buruh. Yang istimewa dari demo buruh yang dikoordinir KSPI (Konfederasi Serikat pekerja Indonesia) kali ini, adalah agenda diumumkannya calon presiden RI pilihan kaum buruh. ada 10 kriteria Presiden RI pilihan buruh, diantaranya : mampu membangkitkan ekonomi Indonesia, mampu menjadikan Indonesia sebagai negara mandiri yang bebas dari tekanan dan dominasi asing, serta berani menghapus sistem kerja alih daya.

Yang jelas, kaum pekerja mencoba merilis pesan untuk disampaikan pada para calon penghuni Senayan yang baru dan calon pemimpin negeri ini. Siapapun nanti yang akan diumumkan KPU pada 9 Mei 2014 menjadi pemilik sah 560 kursi DPR, siapapun nanti yang dipilih rakyat pada 9 Juli 2014, mereka hendaknya mulai memikirkan mana dari 10 tuntutan itu yang kira-kira akan jadi program kerjanya, sehingga tak melulu hanya memberi janji namun gagal mewujudkan bukti (http://metro.kompasiana.com/2014/05/01/yang-istimewa-pada-peringatan-hari-buruh-2014-hari-ini-652950.html diakses pada 4 Maret 2015 pukul 8:42 WIB).

2.2 Kemiskinan

2.2.1 Pengertian Kemiskinan

Tidak mudah untuk mendefenisikan kemiskinan, karena kemiskinan itu mengandung unsur ruang dan waktu. Menurut Sejarah, keadaan kaya dan miskin secara berdampingan tidak merupakan masalah sosial sampai saatnya perdagangan berkembang pesat dan timbulnya nilai-nilai sosial yang baru. Dengan berkembangnya perdagangan ke seluruh dunia dan ditetapkannya taraf kehidupan


(46)

tertentu sebagai kebiasaan suatu masyarakat, kemiskinan muncul sebagai masalah sosial. Pada waktu itu individu sadar akan kedudukan ekonominsnya sehingga mereka mampu untuk mengatakan apakah dirinya kaya atau miskin. (Soerjono 2006: 320)

Konsep kemiskinan pada jaman perang akan berbeda dengan konsep kemiskinan pada jaman merdeka dan modern sekarang ini. Seseorang dikatakan miskin atau tidak miskin pada zaman penjajahan dahulu akan berbeda dengan saat ini. Demikian juga dari sisi tempat, konsep kemiskinan di negara maju tentulah berbeda dengan konsep kemiskinan di negara berkembang dan terbelakang. Mungkin keluarga yang tidak memiliki televisi atau kulkas, seseorang yang tidak dapat membayar asuransi kesehatan, anak-anak yang bermain tanpa alas kaki, seseorang yang tidak memiliki telepon genggam, akses internet dan lainnya di negara-negara Eropa dapat dikatakan miskin. Namun tidak demikian di negara kurang berkembang seperti negara-negara di Afrika.

Kemiskinan di sebahagian negara justru ditandai dengan kelaparan, kukurangan gizi, ketiadaan tempat tinggal, mengemis, tidak dapat sekolah, tidak punya akses air bersih dan listrik. Defenisi kemiskinan biasanya sangat bergantung dari sudut mana konsep tersebut dipandang.

Menurut Badan Pusat Statistik, kemiskinan adalah ketidakmampuan memenuhistandar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bank Dunia mendefenisikan bahwa kemiskinan berkenaan dengan ketiadaan tempat tinggal, sakit dan tidak mampu untuk berobat ke dokter, tidak mampu untuk sekolah dan tidak tahu baca tulis. Kemiskinan adalah bila tidak memiliki pekerjaan sehingga takut menatap masa depan, tidak memiliki akses akan sumber air bersih.


(47)

Pada dasarnya definisi kemiskinan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu: a) Kemiskinan absolut

Kemiskinan yang dikaitkan dengan perkiraan tingkat pendapatan dan kebutuhan yang hanya dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang untuk hidup secara layak. Dengan demikian kemiskinan diukur dengan membandingkan tingkat pendapatan orang dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasarnya yakni makanan, pakaian dan perumahan agar dapat menjamin kelangsungan hidupnya.

b) Kemiskinan relatif

Kemiskinan dilihat dari aspek ketimpangan sosial, karena ada orang yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya tetapi masih jauh lebih rendah dibanding masyarakat sekitarnya (lingkungannya). Semakin besar ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan atas dan golongan bawah maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat dikategorikan miskin, sehingga kemiskinan relatif erat hubungannya dengan masalah distribusi pendapatann (http://www.repository.usu.ac.id diakses pada tangaal 21 Januari 2015 pukul 11: 12 WIB).

2.2.2 Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan

Menurut Matias Siagian (2012: 114) secara umumfaktor-faktor penyebab kemiskinan secara kategoris dengan menitikberatkan kajian pada sumbernya terdiri dari dua bagian besar, yaitu:


(48)

1. Faktor Internal, yang dalam hal ini berasal dari dalam diri individu yang mengalami kemiskinan itu yang secara substansial adalah dalam bentuk kekurangmampuan, yang meliputi:

a. Fisik misalnya cacat, kurang gizi, sakit-sakitan.

b. Intelektual, seperti: kurangnya pengetahuan, kebodohan, miskinnya informasi.

c. Mental emosional atau temperamental, seperti: malas, mudah menyerah dan putus asa.

d. Spritual, seperti: tidak jujur, penipu, serakah dan tidak disiplin. e. Sosial psikologis, seperti kurang motovasi, kurang percaya diri.

depresi, stres, kurang relasi dan kurang mampu mencari dukungan. f. Keterampilan, seperti: tidak memiliki keahlian yang sesuai dengan

tuntutan lapangan kerja.

g. Aset, seperti: tidak memiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah, tabungan, kendaraan dan modal kerja.

2. Faktor eksternal, yakni bersumber dari luar diri individu dan keluarga yang mengalami dan menghadapi kemiskinan itu, sehingga pada suatu titik waktu menjadikannya miskin, meliputi:

a. Terbatasnya pelayanan sosial dasar.

b. Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah sebagai asset dan alat memenuhi kebutuhan hidup.

c. Terbatasnya pekerjaan formal dan kurang terlindunginya usaha-usaha sektor informal.

d. Kebijakan perbankan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat bunga yang tidak mendukung sektor usaha mikro.


(49)

e. Belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan dengan prioritas sektor riil masyarakat banyak.

f. Sistem mobilisasi dan pendayagunaan dana sosial masyarakat yang belum optimal, seperti zakat.

g. Dampak sosial negatif dari program penyesuaian program struktural (structural adjusment program).

h. Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan. i. Kondisi Geografis yang sulit, tandus, terpencil atau daerah

bencana.

j. Pembangunan yang lebih berorientasi fisik material. k. Pembangunan ekonomi antar daerah yang belum merata.

l. Kebijakan publik yang belum berpihak kepada penduduk miskin.

2.2.3 Ciri- Ciri Kemiskinan

Sulit memperoleh informasi secara jelas dan akurat berkaitan dengan indikasi-indikasi seperti apa yang dapat digunakan sebagai penanganan untuk menytakan secara akurat, bahwa orang-orang seperti inilah yang disebut orang miskin, sementara orang-orang yang seperti itu disebut tidak miskin. Namun suatu studi menunjukkan adanya lima ciri-ciri kemiskinan yaitu:

a. Mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri seperti tanah yang cukup luas, modal yang memadai ataupun keterampilan untuk melakukan suatu aktivitas ekonomi sesuai dengan mata pencahariannya. Sebagai contoh kemiskinan itu bercirikan antara lain bahwa faktor produksi yang dimiliki pada umumnya sedikit atau bahkan tidak ada, sehingga kemampuan untuk mempertahankan apalagi


(50)

meningkatkan produksipun tidak mungkin. Lebih menyesakkan lagi faktor-faktor produksi yang dimiliki justru digunakan untuk kebutuhan komsumsi, bukan untuk kebutuhan produksi, misalnya modal atau danatidak digunakan untuk investasi melainkan hanya untuk komsumsi demi mempertahankan hidup. Kondisi seperti ini mengakibatkan banyak kasus berhentinya usaha karena kekurangan atau ketiadaan modal.

b. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk memperoleh aset produksi karena kekuatan sendiri. Sebagai contoh, keluarga petani dengan perolehan pendapatan hanya untuk komsumsi. Mereka tidak berpeluang untuk memperoleh tanah garapan, benih, ataupun pupuk sebagai faktor-faktor produksi.

c. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah. Kondisi seperti ini akan berpengaruh terhadap wawasan mereka. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa waktu mereka pada umumnya habis tersita semata-mata hanya untuk mencari nafkahsehingga tidak ada waktu untuk belajar atau meningkatkan keterampilan. Demikian juga dengan anak-anak mereka, tidak dapat menyelesaikan sekolahnya karena harus membantu orang tua mencari tambahan pendapatan. Artinya bagi mereka, anak tersebut memiliki nilai ekonomis.

d. Pada umumnya mereka yang masuk ke dalam kelompok penduduk dengan kategori setengah menganggur. Pendidikan dan keterampilan yang sangat rendah mengakibatkan akses masyarakat miskin ke dalam berbagai sektor formalbagaikan tertutup rapat. Akibatnya mereka terpaksa memasuki sektor-sektor informal. bahkan pada umumnya mereka bekerja serabutan maupun musiman. Jika dikaji secara totalitas, mereka sesungguhnya bukan bekerja


(51)

sepenuhnya, bahkan mereka justru lebih sering tidak bekerja. Sekilas mereka tidak menganggur, namun jika digunakan indikator jam kerja, mereka justru masuk ke dalam kategori pengangguran tidak kentara. Kondisi demikian mengakibatkan mereka memperoleh pendapatan yang rendah pula.

e. Banyak diantara mereka yang hidup di kota masih berusia muda, tetapi tidak memiliki keterampilan atau pendidikan yang memadai. Sementara itu, kota tidak siap menampung gerak urbanisasi dari desa yang semakin keras. Artinya laju investasi di perkotaan tidak sebanding dengan laju pertumbuhan tenaga kerja sebagai akibat langsung dari derasnya arus urbanisasi. Kondisi ini tentu tidak terlepas dari sifat statis desa dalam mendukung kehidupan penduduknya, Dalam keadaan demikian, masyarakat desa cenderung melakukan migrasi ke kota karena dianggap sebagai alternatif dalam upaya mengubah nasib (Siagian, 2012: 20).

2.2.4 Aspek - Aspek Kemiskinan

Adapun aspek-aspek kemiskinan menurut Matias Siagian, yaitu: a. Kemiskinan bersifat multidimensi

Sifat kemiskinan sebagai suatu konsep yang multi dimensi berakar dari kondisi kebutuhan manusia yang beraneka ragam. ditinjau dari segi kebijakan umum, maka kemiskinan itu meliputi aspek-aspek primer seperti miskin akan aset, organisasi sosial, kelembagaan sosial berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dianggap dapat mendukung kehidupan manusia. Sedangkan aspek sekunder dari kemiskinan adalah miskinnya informasi, jaringan sosial dan sumber keuntungan yang semuanya merupakan faktor-faktor yang dapat digunakan sebagai jembatan memperoleh suatu fasilitas


(52)

yang dapat mendukung upaya mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas hidup.

b. Aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

Sebagai konsekwensi logisnya kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat mengakibatkan kemajuan atau kemunduran pada aspek lainnya. Justru kondisi seperti inilah yang mengakibatkan tidak mudahnya menganalisis kemiskinan itu menuju pada pemahaman yang komprehensif. Hal lain yang juga harus dipahami sebagai konsekwensi logis dari kondisi kemiskinan seperti ini adalah, pemahaman tentang kemiskinan hanya dapat diperoleh jika kita menganalisis kemiskinan secara agregat. menganalisis kemiskinan secara parsial akan membawa kita pada pemahaman yang salah tentang kemiskinan itu sendiri. Bahkan, kemiskinan hanya dapat dipahami melalui pendekatan interdisiplinear.

c. Kemiskinan itu adalah fakta yang terukur.

Fenomena yang sering kita temui adalah, pendekatan yang diperoleh sekelompok yang bermukin di tempat yang sama, namun kualitas individu atau keluarga yang dimiliki mungkin saja berbeda. Keadaan yang demikian sering mengondisikan kita untuk mengidentifikasi kemiskinan sebagai sesuatu yang serba abstrak dan tidak mungkin diukur. Ada pula yang cenderung menyatakan kemiskinan itu sebagai abstraksi dari perasaan sehingga mustahil untuk diukur cara berfikir seperti ini harus dicegah karena akan menjauhkan kita dari pemahaman yang benar dan holistik tentang kemiskinan itu sehingga kita pun mustahil dapat menemukan solusi (Siagian, 2012: 13).


(53)

Karena kemiskinan adalah fakta yang terukur, maka kemiskinan dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai tingkatan (Siagian, 2012: 14), seperti: 1. Miskin

2. Sangat miskin 3. Sangat miskin sekali

Demikian halnya dengan BKKBN sering mengklasifikasi kondisi kehidupan masyarakat ke dalam berbagai tingkat seperti:

1. Prasejahtera 2. Sejahtera 1 3. Sejahtera 2

Berbagai klasifikasi yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa, kemiskinan merupakan fakta yang terukur.

a. Bahwa yang miskin adalah manusianya, baik secara individual maupun kolektif.

Kita sering mendengar istilah kemiskinan pedesaan (rural poverty), kemiskinan perkotaan (urban poverty), dan sebagainya. berbagai istilah tersebut bukanlah berarti bahwa yang mengalami kemiskinan itu adalah desa atau kota secara an sich. Kondisi desa atau kota itu merupakan penyebab kemiskinan bagi manusia. Dengan demikian pihak yang menderita miskin hanyalah manusia, baik secara individual maupun kelompok dan bukan wilayah.

Sementara itu menurut Drewnoski (dalam Siagian, 2012) mengemukakan adanya sembilan komponen yang harus disertakan dalam kajian kebutuhan pokok dalam rangka penentuan indikator kemisinan. kesembilan indikator tersebut adalah:


(54)

2. Sandang

3. Tempat berlindung 4. Kesehatan

5. Pendidikan 6. Waktu terluang 7. Ketenagan hidup 8. Lingkungan sosial 9. Lingkungan fisik

Dengan indikator kemiskinan tersebut juga merupakan indikator kesejahteraan sosial ekonomi suatu masyarakat. Pendekatan terbaru, yaitu pendekatan yang dilakukan BPS terhadap sekelsi 30 variabel kemiskinan yang menghasilkan delapan variabel sensitif dalam mengidentifikasi kemiskinan, yaitu:

1. Luas lantai perkapita <8m persegi. 2. Jenis lantai dari tanah (tanah terluas).

3. Air minum dari air hujan atau sumur tak terlindung. 4. Tidak memiliki jamban atau WC sendiri.

5. Tidak memiliki aset.

6. Tidak mengomsumsi lauk pauk (daging, ikan, ayam, telur) dalam seminggu yang lalu atau tidak bervariasi.

7. Setiap anggota rumah tangga tidak pernah beli pakaian (bukan pakaian seragam) minimal satu stel setahun yang lalu.

8. Tidak hadir dalam rapat RT/Desa, arisan, undangan maupun acara sosial dalam tiga bulan terakhir (BPS, dalam Siagian, 2012).

Dalam rangka pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebagai salah satu program nasional penanggulangan pogram kemiskinan, BPS menetapkan 14


(55)

kriteria keluarga miskin. Adapun 14 kriteria yang juga disebut ciri-ciri rumah tangga miskin tersebut adalah:

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m² per orang

2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tana/bambu/kayu murahan.

3. Jenis dingding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/ tembok tanpa diplester.

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar sendiri/ kepemilikan fasilitas buang air besar bersama-sama dengan rumah tangga lain.

5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6. Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindungi/ sungai/ air hujan.

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak tanah.

8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/telur satu kali dalam seminggu. 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

10.Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

11.Tidak sanggup membayar biaya perobatan di puskesmas/poliklinik. 12.Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas

lahan 0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp 600.000 per bulan.

13.Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/ tidak tamat SD/ hanya SD.


(56)

14.Tidak memiliki tabungan/ barang yang muda dijual dengan nilai Rp 500.000, seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya (BPS, dalam Siagian, 2012).

2.3 Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial sering diidentikkan dengan kesejahteraan masyarakat atau kesejahteraan umum. Namun ada baiknya jika kata tersebut dipilah, yaitu kesejahteraan dan sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah sejahtera berarti aman, sentosa, maknur, selamat (terlepas dari segala macam gangguan dan kesusahan). Sedangkan kesejahteraan artinya keamanan, keselamatan, ketentraman dan keselamatan hidup, dan kemakmuran. Di dalam kamus ilmu kesejahteraan sosial disebutkan bahwa kesejahteraan sosial adalah keadaan sejahtera yang meliputi keadaan jasmaniah, rohaniah dan sosial tertentu saja.

Dalam undang-Undang No.11 tahun 2009 tentang Kesejateraan Sosial menyebutkan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

PBB mendefenisikan kesejahteraan sosial sebagai suatu kegiatan-kegiatan yang terorganisir dengan tujuan membantu penyesuaian timbal balik antara individu-individu dengan lingkungan sosial mereka. Tujuan ini dicapai secara seksama melalui teknik-teknik dan metode-metode dengan maksud supaya memungkinkan individu-individu, kelompok-kelompok, maupun komunitas-komunitas untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan memecahkan masalah-masalah penyesuaian diri mereka terhadap perubahan pola-pola masyarakat serta melalui tindakan kerja sama untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan sosial.


(57)

Tujuan kesejahteraan sosial adalah untuk memenuhi kebutuhan sosial, keuangan, kesehatan, rekreasi semua individu dan masyarakat. Kesejahteraan sosial berupaya meningkatkan keberfungsian semua kelompok usia, tanpa memandang status sosial setiap individu. Ketika institusi lain dalam masyarakat, seperti ekonomi pasar atau keluarga pada suatu waktu gagal memenuhi kebutuhan dasar individu atau kelompok masyarakat, maka dibutuhkan bentuk pelayanan sosial untuk membantu mereka.

Istilah kesejahteraan sosial telah lama dikenal di Indonesia, bahkan konsep kesejahteraan sosial telah ada dalam sistem ketatanegaraan indonesia. Kesejahteraan sosial memiliki beberapa makna yang relatif berbeda walaupun substansinya tetap sama dan mencakup tiga konsepsi, yaitu:

1. Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan-kenutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial.

2. Institusi, bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang meyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial.

3. Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan usaha yang terorganisir untuk mencapai kondisi sejahtera.

Kesejahteraan sosial dapat diukur dari ukuran-ukuran seperti tingkat kehidupan (levels of livings), pemenuhan kebutuhan pokok (basic needs fulfillment),kualitas hidup (quality of life), dan pembangunan manusia (human development). Dari beberapa defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan sosial adalah berbagai uasaha yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, baik secara fisik, mental, emosional, sosial, ekonomi, kehhidupan spritual agar terwujud kehidupan yang layak dan bermartabat.


(1)

a. Ya b. Tidak

57.Jika bapak/ibu membutukan uang, sementara anda tidak memiliki kemana anda meminjam?

a. Keluarga b. Tetangga c. Koperasi d. Bank

58.Apakah bapak/ibu pernah meminjam uang ke rentenir ? a. Ya

b. Tidak

59. Jika bapak/ibu menjawab “Ya” pada pertanyaan nomor 55, seberapa sering? a. Sangat Sering

b. Sering c. Jarang

60.Apakah bapak/ibu pernah mengutang di warung terdekat dengan tempat tinggal bapa/ibu?

a. Ya b. Tidak

61. Jika bapak/ibu menjawab “Ya” pada pertanyaan nomor 57, Seberapa sering a. Sangat Sering

b. Sering c. Jarang

TERIMAKASIH


(2)

133

Kharakteristik Umum Keluarga Buruh Harian Kemenyaan

Kondisi Sosial Ekonomi

1. Berapakah jumlah keseluruhan pendapatan keluarga anda ? 2. Bagaimana status kepemilikan rumah yang anda tempati?

milik sendiri (warisan), milik sendiri (hasil keringat sendiri), menyewa, menumpang.

3. Bagaimana tipe rumah ? (permanen, semin permanen, papan, tepas) 4. Apakah rumah yang bapak/ibu tempati memiliki ventilasi untuk keluar

masuknya udara dan cahaya ?

5. Berapa luas rumah dan pekarangan tempat bapak/ibu tinggal? 6. Berapa ukuran rumah bapak/ibu ? m...X...m = m²

7. Berapa jumlah anggota keluarga yang menempatinya? 8. Apakah keluarga bapak/ibu memiliki lahan kering ? 9. Kira-kira berapa luas lahan kering yang dimiliki ? 10.Apakah keluarga bapak/ibu memiliki lahan basah? 11.Kira-kira berapa luas lahan basah yang dimiliki?

12.Apakah keluarga tersebut memiliki alat angkutan? (seperti roda 4, roda 2) 13.Dari mana keluarga tersebut mendapatkan sumber air?

14.Apa alat penerangan yang digunakan? (Listrik, lampu teplok, petromaks) 15.Apakah keluarga tersebut memiliki MCK? (tersedia, hanya kamar mandi,

tidak ada)

16.Apakah keluarga tersebut tergolong rumah tangga miskin? 17.Berapa jumlah anak yang sekolah dalam keluarga anda?

SD= SMP= SMA= PT=

18.Apakah anak yang masih sekolah dikeluarga anda ikut membantu pendapatan keluarga ?


(3)

(4)

134

DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA BURUH BERDASARKAN JENIS PEKERJAAN Nomor

Sampel

Sumber Pendapatan Keterangan

Buruh Harian Kemenyan (Rp) Petani (Rp) Pedagang (Rp) Buruh Tani (Rp)

Buruh Harian Kemenyan Sebagai Sumber Mata

Pencaharian Utama

Buruh Harian Kemenyan Sebagai Sumber Mata Pencaharian Tambahan

1 800.000 500.000 Ya

2 600.000 500.000 Ya

3 600.000 400.000 Ya

4 500.000 600.000 Ya

5 550.000 400.000 Ya

6 600.000 200.000 Ya

7 500.000 400.000 Ya

8 600.000 700.000 Ya

9 600.000 400.000 Ya

10 900.000 400.000 Ya

11 600.000 400.000 Ya

12 800.000 300.000 Ya

13 900.000 400.000 Ya

14 500.000 300.000 Ya


(5)

15 550.000 300.000 Ya

16 800.000 400.000 Ya

17 500.000 300.000 Ya

18 700.000 400.000 Ya

19 600.000 400.000 Ya

20 500.000 400.000 Ya

21 500.000 200.000 Ya

22 600.000 300.000 Ya

23 450.000 Ya

24 600.000 400.000 Ya

25 500.000 400.000 Ya

26 500.000 Ya

27 700.000 300.000 Ya

28 500.000 400.000 Ya

29 500.000 300.000 Ya

30 450.000 1.200.000 Ya

31 500.000 400.000 Ya

32 700.000 400.000 Ya


(6)

136

34 500.000 300.000 Ya

35 600.000 300.000 Ya

36 600.000 1.100.000 Ya

37 500.000 300.000 Ya

38 550.000 300.000 Ya

39 600.000 300.000 Ya

40 900.000 400.000 Ya