PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LEVERAGE OPERASI TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).
INDONESIA (BEI)
SKRIPSI
Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Akuntansi
Oleh:
Aan Aprianto
0513010352/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(2)
SKRIPSI
Oleh:
Albertus Mario Hertanto
0513010198/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(3)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan oleh :
Oleh:
Albertus Mario Hertanto
0513010198/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
(4)
menimba ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi. Berkat rahmatNya pula
memungkinkan saya untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH
UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LEVERAGE OPERASI
TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN
OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”.
Sebagaimana diketahui bahwa penulisan skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE). Walaupun dalam
penulisan skripsi ini penulis telah mencurahkan segenap kemampuan yang
dimiliki, tetapi penulis yakin tanpa adanya saran dan bantuan maupun dorongan
dari beberapa pihak maka skripsi ini tidak akan mungkin dapat tersusun
sebagaimana mestinya.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada:
1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2.
Bapak. Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Surabaya.
3.
Bapak. Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Surabaya
4.
Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, MSi selaku Ketua Progdi Akuntansi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
(5)
ii
6.
Kedua orang tuaku yang telah memberikan doa, kasih sayang, dukungan dan
bantuannya secara moril maupun materiil yang telah diberikan selama ini
sehingga mampu menghantarkan penulis menyelesaikan studinya.
7.
Keluarga besar dari kedua orang tuaku, teman – teman Mudika St. Yusup dan
sahabat-sahabatku, serta orang terdekat lainnya yang tak bisa saya sebutkan
satupersatu yang telah memberikan doa, semangat dan dukungan dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi.
8.
Para Dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis
selama menjadi mahasiswa di Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran”
Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan
skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi
perbaikan di masa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini
memberikan manfaat bagi pembaca.
Surabaya, Mei 2010
(6)
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAKSI ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1.
Latar Belakang Masalah ... 1
1.2.
Rumusan Masalah ... 6
1.3.
Tujuan Penelitian ... 6
1.4.
Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ... 8
2.1.
Penelitian Terdahulu ... 8
2.2.
Landasan Teori ... 13
2.2.1.
Laporan Keuangan ... 13
2.2.1.1.
Tujuan Laporan Keuangan ... 16
2.2.1.2.
Pemakai Laporan Keuangan ... 17
2.2.2.
Pengertian Laba ... 18
2.2.3.
Perataan Laba ... 19
2.2.3.1.
Pengertian Perataan Laba ... 19
2.2.3.2.
Teori Keagenan (Agency Theory) ... 20
(7)
2.2.4.
Faktor – faktor yang Berpengaruh Terhadap Praktik
Perataan Laba ... 24
2.2.4.1.
Ukuran Perusahaan ... 24
2.2.4.2.
Teori Yang Membahas Pengaruh Ukuran
Perusahaan Terhadap Perataan Laba ... 25
2.2.4.3.
Profitabilitas ... 26
2.2.4.4.
Teori Yang Membahas Pengaruh
Profitabilitas Terhadap Perataan Laba ... 27
2.2.4.5.
Leverage Operasi ... 28
2.2.4.6.
Teori Yang Membahas Pengaruh Leverage
Operasi Terhadap Perataan Laba ... 28
2.3.
Diagram Kerangka Pikir ... 29
2.4.
Hipotesis ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 31
3.1.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 31
3.1.1.
Variabel Bebas (X) ... 31
3.1.2.
Variabel Terikatnya (depedent variabel) ... 32
3.2.
Teknik Penentuan Sampel ... 34
3.3.
Teknik Pengumpulan Data ... 36
3.3.1.
Jenis Data ... 36
(8)
3.4.1.
Regresi Logit ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39
4.1.
Deskripsi Obyek Penelitian ... 39
4.1.1.
Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia ... 39
4.1.2.
Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia ... 40
4.1.3.
Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia ... 42
4.1.4.
Sejarah PT. Astra International Tbk ... 43
4.1.5.
Sejarah PT. Astra Otoparts Tbk ... 44
4.1.6.
PT. Prima Alloy Steel Tbk ... 45
4.1.7.
PT. Gajah Tunggal Tbk ... 45
4.1.8.
PT. Goodyear Indonesia Tbk ... 46
4.1.9.
PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk ... 46
4.1.10.
PT. Indospring Tbk ... 47
4.1.11.
PT. Multi Prima Sejahtera Tbk ... 48
4.1.12.
PT. Nipress Tbk ... 49
4.1.13.
PT. Selamat Sempurna Tbk ... 49
4.2.
Deskripsi Hasil Penelitian ... 50
4.2.1.
Deskripsi Mengenai Variabel Ukuran Perusahaan
(X
1) ... 50
4.2.2.
Deskripsi Mengenai Variabel Profitabilitas (X
2) ... 51
(9)
4.3.1.
Hasil Pengujian Hipotesis ... 55
4.4.
Hasil Pengujian Regresi Logistic ... 57
4.5.
Pembahasan ... 59
4.5.1.
Implikasi Hasil Penelitian ... 63
4.5.2.
Perbedaan Penelitian Yang Dilakukan Sekarang
Dengan Penelitian Terdahulu ... 64
4.6.
Keterbatasan Penelitian ... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67
5.1.
Kesimpulan ... 67
5.2.
Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
(10)
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008 ... 4
Tabel 2.1
Perbedaan Antara Penelitian Terdahulu dengan Penelitian
Sekarang ... 12
Tabel 3.1
Seleksi Sampel ... 35
Tabel 4.1
Data Ukuran Perusahaan (X
1) Perusahaan Otomotif di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2006 – 2008 ... 50
Tabel 4.2
Data Profitabilitas (X
2) Perusahaan Otomotif di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2006 – 2008 ... 51
Tabel 4.3 Data Leverage (X
3) Perusahaan Otomotif di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2006 – 2008 ... 53
Tabel 4.4
Data Perataan Laba (Y) Perusahaan Otomotif di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2006 – 2008 ... 54
Tabel 4.5
Hasil Pengujian Model Summary ... 55
Tabel 4.6
Hasil Pengujian Hosmer and Lemeshow ... 56
Tabel 4.7
Hasil Pengujian Regresi Logistik Metode Enter ... 57
Tabel 4.8
Perbedaan Penelitian ... 64
(11)
(12)
ix
Lampiran 2
Rekapitulasi Data Variabel Profitabilitas (X
2)
Lampiran 3
Rekapitulasi Data Variabel Leverage (X
3)
Lampiran 4
Rekapitulasi Data Variabel Perataan Laba (Y)
Lampiran
5 Hasil Perhitungan Keofisien Indeks Eckel Pada Perusahaan
Otomotif Yang Go Publik Tahun 2006-2008
(13)
Lampiran 2
Rekapitulasi Data Variabel Profitabilitas (X
2)
Lampiran 3
Rekapitulasi Data Variabel Leverage (X
3)
Lampiran 4
Rekapitulasi Data Variabel Perataan Laba (Y)
Lampiran
5 Hasil Perhitungan Koefisien Indeks Eckel Pada Perusahaan
Otomotif Yang Go Publik Tahun 2006-2008
(14)
Albertus Mario Hertanto
Abstrak
Krisis ekonomi global yang melanda perekonomian dunia sekarang ini
memberikan dampak dalam dunia perinvestasian. Hal ini pula yang mendorong
manajemen perusahaan untuk meningkatkan kinerja. Salah satu parameter yang
digunakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba. Kecenderungan
investor yang berpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan prosedur yang
digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut disadari oleh manajemen.
Sehingga mendorong timbulnya perilaku menyimpang (disfunctional behaviour)
yang salah satu bentuknya adalah praktik perataan laba (Income Smoothing).
Perataan laba digunakan untuk menciptakan laba yang stabil, mengurangi
fluktuasi yang dilaporkan dan meningkatkan kemampuan investor untuk
meramalkan arus kas di masa yang akan datang. Tujuan dalam penelitian ini
adalah untuk untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas dan
leverage operasi terhadap praktik perataan laba pada perusahaan otomotif yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Variabel penelitian adalah ukuran perusahaan (Xı), profitabilitas (X
2),
leverage (X
3) dan perataan laba (Y) Sampel penelitian ini 10 perusahaan otomotif
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006-2008 sedangkan Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling yaitu teknik penarikan sampel non-probabilitas yang menyeleksi
responden-responden berdasarkan ciri-ciri atau sifat khusus yang dimiliki oleh
sampel. Teknik analisis dan uji hipotesis menggunakan analisis regresi logistik.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan bahwa hipotesis yang diajukan yang menyatakan bahwa diduga
ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, leverage operasi perusahaan
mempunyai pengaruh terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan otomotif
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak dapat terbukti kebenarannya..
Keywords: ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage,perataan laba
(15)
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Krisis ekonomi global yang melanda perekonomian dunia sekarang ini memberikan dampak dalam dunia perinvestasian. Hal ini pula yang mendorong manajemen perusahaan untuk bekerja lebih efektif dan efisien agar aktivitas operasi perusahaan tetap terjaga sekaligus meningkatkan kinerja manajemen untuk mendapatkan hasil yang optimal sehingga dapat mengurangi dampak dari krisis ekonomi global.
Kinerja manajemen tercermin atau terlihat dari laporan keuangan yang dibuat. Laporan keuangan perusahaan menggambarkan kondisi dan perkembangan keuangan perusahaan yang dapat digunakan oleh pihak–pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal yaitu : manajemen, karyawan perusahaan, pemegang saham atau pemilik perusahaan, kreditor dan Pemerintah.
Menurut Jin dan Machfoedz (1998) diantara pihak–pihak tersebut, terdapat pertentangan kepentingan antara pihak internal dan pihak eksternal yang dapat mendorong timbulnya pihak–pihak yang bertentangan tersebut. Pertentangan yang dapat terjadi diantara pihak–pihak tersebut antara lain : 1. Manajemen berkeinginan meningkatkan kesejahteraan sedangkan
(16)
2. Manajemen berkeinginan memperoleh kredit sebesar mungkin dengan bunga yang rendah sedangkan kreditor hanya ingin memberi kredit sesuai dengan kemampuan perusahaan.
3. Manajemen ingin membayar pajak sekecil mungkin sedangkan pemerintah ingin memungut pajak setinggi mungkin.
Salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen adalah laba. Informasi laba merupakan pusat perhatian utama dari pihak–pihak yang berkepentingan tersebut karena informasi laba dapat membantu pihak–pihak tersebut untuk menaksir kelangsungan usaha (going concern) perusahaan di masa yang akan datang.
Kecenderungan investor yang berpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut disadari oleh manajemen. Sehingga mendorong timbulnya perilaku menyimpang (disfunctional behaviour) yang salah satu bentuknya adalah praktik perataan laba (Income Smoothing).
Dalam penelitian sebelumnya diketahui tindakan perataan laba cenderung dilakukan oleh perusahaan yang profitabilitasnya rendah dan perusahaan dalam industri yang berisiko karena perusahaan tersebut ingin memperlihatkan bahwa laporan keuangannya lebih baik dan tingkat fluktuasinya tidak terlalu tinggi sehingga dapat menarik investor.
Penelitian lain yang dilakukan di Indonesia oleh Illmainir (1993), Zuhrich (1997) dalam Jin dan Machfoedz (1998), memperoleh bukti bahwa praktek perataan laba telah terdapat pada perusahaan yang terdaftar di Bursa
(17)
Efek Jakarta dan mengindikasikan bahwa faktor–faktor yang mendorong praktek perataan laba diantaranya adalah leverage operasi, ukuran perusahaan, keberadaan perencanaan bonus dan sektor industri. Penelitian dari Albretch dan Richardson (1990) dalam Suwito dan Herawaty (2005) yang menyatakan bahwa perusahaan–perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan–perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan yang lebih besar diteliti dan dipandang dengan lebih kritis oleh para investor.
Adapun motivasi manajer melakukan perataan laba yaitu : a. Mengurangi total pajak.
b. Meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan karena penghasilan yang stabil mendukung kebijakan dividen yang stabil pula. c. Meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan, karena pelaporan
penghasilan yang meningkat tajam memberikan kemungkinan munculnya tuntutan kenaikan gaji dan upah.
Praktik perataan laba yang dikenal sebagai praktik yang logis dan rasional. Oleh manajemen, perataan laba digunakan untuk menciptakan laba yang stabil, mengurangi fluktuasi yang dilaporkan dan meningkatkan kemampuan investor untuk meramalkan arus kas di masa yang akan datang. Praktik perataan laba memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi nilai saham serta penilaian kinerja manajemen. Namun bila dilakukan dengan sengaja dan dibuat–buat dapat menyebabkan pengungkapan laba yang tidak memadai/menyesatkan. Sebagai akibatnya, investor tidak dapat memperoleh
(18)
informasi yang akurat tentang laba yang dihasilkan oleh mereka. Penelitian yang tidak menyetujui adanya praktek perataan laba antara lain dilakukan oleh Hector (1989) dalam Jin dan Machfoedz (1998) yang menyatakan bahwa perataan laba sebagai penyalahgunaan yang umum dalam pelaporan keuangan seharusnya diwaspadai oleh pemakainya dan McHugh (1992) menjelaskan bahwa perataan laba merupakan manipulasi atas laporan keuangan (Jatingrum, 2006)
Tabel 1.1 Data Laba (jutaan Rupiah) pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008
LABA PERUSAHAAN AVERAGE
No NAMA PERUSAHAAN
2006 2007 2008
1 PT. Astra Internasional, Tbk 3,712,097 6,519,273 9,191,000 6,474,123 2 PT. Astra Otoparts, Tbk 282,058 454,907 566,025 434,330 3 PT. Prima Alloy Steel, Tbk -2,761 2,773 -14,813 -4,933 4 PT. Gajah Tunggal, Tbk 118,401 90,841 -624,788 -415,546 5 PT. Goodyear Indonesia, Tbk 25,397 42,399 512 22,769 6 PT. Indomobil Sukses Internasional, Tbk 1,248 1,382 40,830 14,827
7 PT. Indospring, Tbk 2,172 9,888 31,827 14,809
8 PT. Multi Prima, Tbk -939 18,034 4,763 7,286
9 PT. Nipress, Tbk 7,650 6,394 1,550 5,198
10 PT. Selamat Sempurna, Tbk 66,175 80,324 91,471 79,323
Rata-rata 421,150 722,621 928,863
Sumber : Indonesian capital Market Directory dan LPM GiKA
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa laba perusahaan setiap tahun mengalami fluktuasi. Laba tertinggi adalah sebesar Rp. 6.474.123.000.000 milik PT. Astra International, Tbk, sedangkan PT. Gajah Tunggal, Tbk memperoleh laba terendah yaitu sebesar Rp.- 415,546,000,000.
(19)
Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dan berusaha menganalisis bagaimana pengaruh faktor ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage operasi perusahaan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006–2008. Variabel ukuran perusahaan dipilih karena dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nasser dan Herlina (2003 dalam Juniarti dan Corolina (2005) menyimpulkan bahwa perusahaan besar lebih cenderung melakukan perataan laba karena ingin menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis, sebab kenaikan laba yang drastis akan mengakibatkan kanaikan pajak dan penurunan laba yang drastis akan menimbulkan persepsi yang kurang baik dari pihak eksternal.
Variabel profitabilitas dipilih karena variabel ini memungkinkan manajemen melakukan perataan laba jika profitabilitas yang dilaporkan memiliki fluktuasi yang tinggi. Variabel leverage operasi dipilih karena hutang yang besar berarti rasio leverage yang besar, jadi semakin besar leverage maka risiko yang ditanggung pemodal juga semakin meningkat, dengan demikian investor akan semakin takut untuk menginvestasikan modalnya ke perusahaan karena risikonya tinggi. Hal inilah yang menyebabkan manajemen melakukan perataan laba.
(20)
Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi mengenai faktor-faktor yang diduga mendorong manajemen melakukan praktik perataan laba, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :
“PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LEVERAGE OPERASI TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA PADA
PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”
1.2.Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan otomotif di Bursa Efek Indonesia ?”
1.3.Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage operasi terhadap praktik perataan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Bagi peneliti lain
Menambah wawasan dan memberi masukan yang berguna bagi peneliti lain yang berminat untuk mempelajari permasalahan yang sama.
(21)
2. Bagi investor
Memberikan informasi kepada para investor dalam mengambil keputusan mengenai investasi saham atau menanamkan modalnya, terutama dalam menilai kualitas laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
3. Bagi kreditor
Memberikan informasi kepada para kreditor dalam mengambil keputusan memberikan pinjaman setelah mengetahui adanya kecenderungan manajemen perusahaan melakukan praktik perataan laba.
(22)
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan salah satu acuan bagi penyusunan skripsi yang akan datang. Yang mana penelitian yang sama sebelumnya telah dilakukan. Hanya saja yang membedakan adalah waktu dan objek penelitiannya. Dan penelitian ini sebelumnya telah dilakukan oleh
a. Juniarti dan corolina (2005)
Judul : “Analisa Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Surabaya”.
Rumusan Masalah :
Apakah besaran perusahaan, profitabilitas, sektor industri perusahaan memiliki pengaruh terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan go public di BES ?
Hipotesis :
1. Tidak terdapat perbedaaan yang signifikan antara besaran perusahaan, profitabilitas, sektor industri perusahaan perata laba dengan perusahaan bukan perata laba.
2. Besaran perusahaan, profitabilitas, sektor industri perusahaan tidak berpengaruh terhadap terjadinya perataan laba.
(23)
Kesimpulan :
1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel profitabilitas memiliki perbedaan yang signifikan antara perusahaan perata dengan bukan perata laba, sedangkan variabel total aktiva dan sektor industri tidak memiliki perbedaan yang signifikan.
2. Faktor besaran perusahaan, profitabilitas, dan sektor industri perusahaan tidak berpengaruh terhadap terjadinya tindakan perataan laba.
3. Hasil pengujian hipotesis kedua (H02) diperkuat dengan hasil pengujian multivariate kedua dan multivariate ketiga yang menunjukkan nilai signifikan diatas 5%, berarti variabel independen TA, PRFT, dan DSI konsisten dengan pengujian multivariate pertama, yaitu tidak berpengaruh terhadap terjadinya tindakan perataan laba.
b. Tuty dan Indrawaty (2007)
Judul : “Faktor-Faktor Penentu Indeks Perataan Laba Selama Periode Krisis Ekonomi”.
Rumusan Masalah :
Apakah ukuran perusahaan, profitabilitas, financial leverage perusahaan, merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi praktek perataan laba selama periode krisis ekonomi.
Hipotesis :
1. Praktek perataan laba lebih besar pada kondisi sesudah krisis dibandingkan sebelum krisis ekonomi.
(24)
2. Ukuran perusahaan mempengaruhi indeks perataan laba selama periode krisis ekonomi.
3. Profitabilitas perusahaan tidak mempengaruhi indeks perataan laba selama periode krisis ekonomi.
4. Financial leverage mempengaruhi indeks perataan laba selama krisis ekonomi.
Kesimpulan :
1. Perhitungan statistik menunjukkan indeks perataan laba sebelum krisis periode 1994-1997 tidak berbeda dengan indeks perataan laba selama krisis ekonomi periode 1998-2001.
2. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap indeks perataan laba selama krisis ekonomi periode 1998-2001
3. Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap indeks perataan laba selama krisis ekonomi periode 1998-2001. Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap indeks perataan laba selama krisis ekonomi periode 1998-2001. Ini dibuktikan dari t hitung sebesar -5,126.. Dengan koefisien regresi -0,0553 , berarti bahwa setiap kenaikan sebesar 1% akan mengakibatkan penurunan indeks perataan laba selama krisis ekonomi sebesar 0,052 %.
4. Financial leverage berpengaruh negatif terhadap indeks perataan laba selama krisis ekonomi periode 1998-2001. Ini dibuktikan dari t hitung sebesar 3,688.
(25)
Dengan koefisien regresi 0.06, berarti bahwa leverage sebesar 1% akan mengakibatkan kenaikan indeks perataan laba selama krisis ekonomi sebesar 0,06%.
c. Suwito dan Herawaty (2005)
Judul : “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”.
Rumusan Masalah :
Apakah terdapat pengaruh jenis usaha, ukuran perusahaan, rasio profitabilitas perusahaan, rasio leverage operasi perusahaan, net profit margin perusahaan terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di BEJ ?
Hipotesis :
Ada pengaruh jenis usaha, ukuran perusahaan, rasio profitabilitas perusahaan, rasio leverage operasi perusahaan, net profit margin perusahaan terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di BEJ ?
Kesimpulan :
Tidak ada pengaruh jenis usaha, ukuran perusahaan, rasio profitabilitas perusahaan, rasio leverage operasi perusahaan, net profit margin perusahaan terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di BEJ.
(26)
Tabel 2.1 Perbedaan Antara Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang
Nama Judul Variabel
Tahun
Penelitian Sample
1. Juniarti dan Corolina (2005)
" Analisa Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba Perusahaan Go Public di Bursa
Efek Surabaya "
X1 = Ukuran Perusahaan X2 = Profitabilitas X3 = Sektor Industri
Y = Perataan Laba 1994-2001 tidak termasuk tahun 1997dan1998 54 perusahaan 2. Tuty dan Indrawaty (2007) " Faktor-Faktor Penentu Indeks Perataan Laba Selama Periode Krisis Ekonomi "
X1 = Ukuran Perusahaan X2 = Profitabilitas X3 = Financial Leverage Perusahaan Y = Perataan Laba 1994-2001 170 perusahaan 3. Suwito dan Herawaty (2005)
" Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba Yang
Dilakukan Oleh Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Jakarta "
X1 = Jenis Usaha X2 = Ukuran Perusahaan X3 = Profitabilitas X4 = Leverage Operasi X5 = Net Profit Margin
Y = Perataan Laba 2000-2002 60 perusahaan 4. Hertanto (2009)
" Pengaruh Ukuran Perusahaan, profitabilitas, Leverage Operasi Terhadap
Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
X1 = Ukuran Perusahaan X2 = Profitabilitas X3 = Leverage Operasi
Y = Perataan Laba 2006-2008 10 perusahaan
(27)
2.2 Landasan Teori
2.2.1. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, dan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan (Baridwan, 1997:17). Laporan keuangan yang utama bagi perusahaan perorangan meliputi
laporan laba rugi, laporan ekuitas pemilik, neraca, dan laporan arus kas.urut urutan penyusunan dan sifat data yang terdapat dalam laporan-laporan tersebut adalah :
1. Laporan laba rugi adalah laporan yang melaporkan pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu berdasarkan konsep penandingan (matching concept). Konsep ini diterapkan dengan menandingkan beban dan pendapatan yang dihasilkan selama periode terjadinya beban tersebut. Laporan laba rugi juga melaporkan kelebihan pendapatan terhadap beban-beban yang terjadi. Kelebihan ini disebut laba bersih atau keuntungan (net income atau net profit). Jika beban melebihi pendapatan maka disebut rugi bersih (net loss).
2. Laporan ekuitas pemilik, melaporkan ekuitas pemilik dalam jangka waktu tertentu. Laporan tersebut disiapkan setelah laporan laba rugi, karena dalam laba bersih atau rugi bersih periode berjalan harus dilaporkan dalam laporan ini. Demikian juga, laporan ekuitas
(28)
pemilik dibuat sebelum mempersiapkan neraca, karena jumlah ekuitas pemilik pada akhir periode harus dilaporkan di neraca. 3. Neraca adalah suatu daftar aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik
pada tanggal tertentu. Seksi aktiva biasanya disusun berdasarkan urutan cepat lambatnya aktiva tersebut dikonversi menjadi kas atau digunakan dalam operasi. Kas berada dalam urutan pertama, diikuti oleh piutang, perlengkapan, asuransi dibayar dimuka, dan aktiva lainnya. Kemudian disajikan aktiva yang sifatnya tetap, seperti tanah, bangunan, dan peralatan. Dan pada seksi kewajiban utang usaha merupakan satu-satunya kewajiban.
4. Laporan arus kas, laporan ini terdiri dari tiga seksi atau bagian a) arus kas dari aktivitas operasi, seksi ini melaporkan ikhtisar
penerimaan dan pembayaran kas yang menyangkut perusahaan b) arus kas dari aktivitas investasi, seksi ini melaporkan transaksi
kas untuk pembelian dan penjualan aktiva tetap atau permanen c) arus kas dari aktivitas pendanaan, seksi ini melaporkan transaksi
kas yang berhubungan dengan investasi pemilik, peminjam dana, dan pengambilan uang oleh pemilik .
Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan
untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya oleh para pemilik perusahaan dan memberikan informasi mengenai posisi keuangan dan hasil-hasil yang dicapai perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
(29)
Laporan keuangan akan memberikan banyak manfaat kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai informasi keuangan. Menurut Baridwan (1997), informasi keuangan akan bermanfaat bila dipenuhi ketujuh kualitas berikut :
1. Relevan
Relevansi suatu informasi harus dihubungkan dengan maksud penggunaannya. Bila informasi tidak relevan untuk keperluan para pengambil keputusan, informasi demikian tidak akan ada gunanya, betapapun kualitas-kualitasnya terpenuhi.
2. Dapat Dimengerti
Informasi harus dimengerti oleh pemakainya, dan dinyatakan dalam bentuk dan dengan istilah yang disesuaikan dengan batas pengertian para pemakai.
3. Daya Uji
Pengukuran tidak dapat sepenuhnya lepas dari pertimbangan-pertimbangan dan pendapat yang subyektif. Hal ini berhubungan dengan keterlibatan manusia di dalam proses pengukuran dan penyajian informasi, sehingga proses tersebut tidak lagi berlandaskan pada realita obyektif semata.
4. Netral
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak-pihak tertentu.
(30)
5. Tepat Waktu
Informasi harus di sampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut.
6. Daya Banding
Informasi dalam laporan keuangan akan lebih berguna bila dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya dari perusahaan yang sama, maupun dengan laporan keuangan perusahaan-perusahaan lainnya pada periode yang sama.
7. lengkap
Informasi akuntansi yang lengkap meliputi semua data akuntansi keuangan yang dapat memenuhi secukupnya enam tujuan kualitatif diatas, dapat juga diartikan sebagai pemenuhan standar pengungkapan yang memadai dalam pelaporan keuangan.
2.2.1.1. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai prinsip akuntansi berlaku umum posisi keuangan, hasil operasi, dan perubahan lain dalam posisi keuangan.
Tujuan umum laporan keuangan menurut Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PABU) dalam (Baridwan, 1997:4) yaitu :
(31)
1) Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal perusahaan.
2) Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi dan kewajiban, seperti informasi mengenai aktivitas pembelanjaan.
3) Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan keuangan di dalam mengestimasi potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
2.2.1.2. Pemakai Laporan Keuangan
Informasi laporan keuangan disusun sebagai alat untuk mengakomodasi berbagai kepentingan dari para pemakai informasi keuangan. Pihak-pihak pemakai informasi keuangan antara lain terdiri dari pihak internal (manajemen perusahaan) dan pihak eksternal perusahaan (pemerintah, kreditor, investor, masyarakat umum, dan profesi akuntansi).
Menurut Munawir (1997:2), pihak-Pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan yaitu :
1. Perusahaan (Manajer) : Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan pada periode yang lalu, sehingga dapat menyusun
rencana yang lebih baik, dapat memperbaiki sistem
pengawasannya dan menentukan kebijaksanan-kebijaksanaannya yang lebih tepat.
(32)
2. Kreditur : untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan yang bersangkutan sebelum mengambil keputusan memberi atau menolak permintaan kredit dari suatu perusahaan.
3. Investor : memerlukan laporan keuangan perusahaan dimana mereka akan menanamkan modal.
4. Pemegang saham : agar dapat menilai baik atau buruknya manajer dalam menjalankan perusahaan yang dinilai dari laba yang diperoleh.
5. Pemerintah : memerlukan laporan keuangan perusahaan untuk menentukan besarnya pajak.
6. Karyawan : untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
memberikan balas jasa manfaat pensiun dan kesempatan kerja. 7. Masyarakat : memperoleh kontribusi (sumbangan) dari perusahaan
mengenai jumlah orang yang diperkejakan dan perlindungan pada penanaman modal domestik serta rangkaian aktivitas lainnya.
2.2.2. Pengertian Laba
Secara teknis akuntansi, laba adalah selisih antara pendapatan ditambah utang dan biaya ditambah rugi. Dengan kata lain, laba adalah selisih bersih penghasilan dikurangi rugi.
Laba sebenarnya mengandung makna bersih atau netto yaitu sebagai net income atau penghasilan bersih untuk suatu periode. Laba yang diakumulasikan selama beberapa periode disebut dengan
(33)
(penghasilan bersih) dalam beberapa periode (jangka panjang). Oleh karena itu, earnings untuk satu periode disebut juga laba (Suwardjono, 2002 :74)
2.2.3. Perataan Laba
2.2.3.1. Pengertian Perataan Laba
Perataan laba atau income smoothing merupakan salah satu pola dalam manajemen laba (earnings management). Manajemen laba dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan dengan sengaja, dalam batasan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PABU), untuk mengarah pada suatu tingkat laba yang diinginkan atas laba yang dilaporkan. Menurut Belkaoui (1993), perataan laba merupakan normalisasi laba yang dilakukan secara sengaja untuk mencapai trend atau level laba tertentu (Chariri dan Ghozali, 2003:231).
Menurut Beidlemen (1973) dalam Chariri dan Ghozali (2003:231), definisi perataan laba adalah usaha yang disengaja untuk meratakan atau mengurangi fluktuasi tingkat laba sehingga pada saat sekarang dianggap normal bagi suatu perusahaan. Dalam hal ini, perataan laba menunjukkan suatu usaha manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi abnormal laba dalam batas–batas yang diijinkan dalam praktik akuntansi dan prinsip manajemen yang wajar. Manajemen melakukan perataan laba untuk menciptakan suatu aliran laba yang stabil.
(34)
2.2.3.2. Teori Keagenan (Agency Theory)
Praktik perataan laba merupakan salah satu pola dalam manajemen laba. Sementara itu, teori keagenan menjadi dasar timbulnya manajemen laba (earnings management), sehingga praktik perataan laba didasari oleh teori keagenan.
Menurut Anthony dan Govindarajan (2003:153-154), konsep keagenan adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent Principal mempekerjakan agent. Di dalam perusahaan, pemegang saham bertidak sebagai principal dan CEO (Chief Executive Officer)sebagai
agent mereka. Pemegang saham mempekerjakan dan mengharapkan CEO
untuk bertindak sesuai dengan kepentingan principal. Salah satu elemen kunci dari teori keagenan adalah bahwa principal dan agent mempunyai perbedaan preferensi dan tujuan.
Teori keagenan mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri sehingga menimbulkan kepentingan anatara principal dan agent . Pihak principal termotivasi mengadakan kontrak untuk menyejahterakan dirinya dalam profitabilitas yang selalu meningkat. Agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman maupun kontrak kompensasi. Konflik kepentingan semakin meningkat terutama karena principal tidak dapat memonitor aktivitas CEO sehari–hari untuk memastikan bahwa CEO bekerja sesuai
(35)
dengan keinginan pemegang saham. Tanpa pemonitoran, hanya agent
yang mengetahui apakah dia bekerja atas kepentingan terbaik principal. 2.2.3.3. Motivasi Melakukan Perataan Laba
Beberapa alasan yang digunakan untuk menjelaskan mengapa manajer melakukan perataan laba. Dalam Chariri dan Ghozali (2003:231), Heyworth (1953) menyatakan bahwa motivasi yang mendorong dilakukannya perataan laba adalah untuk memperbaiki hubungan dengan kreditor, investor dan karyawan serta meratakan siklus bisnis melalui proses pskiologis, misalnya mengurangi pajak terutang, meningkatkan hubungan antara manajer dengan karyawan karena
pelaporan penghasilan meningkat tajam memberi kemungkinan
munculnya tuntutan gaji dan upah, meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan karena penghasilan yang stabil mendukung kebijakan dividen yang stabil pula dan meningkatkan nilai perusahaan.
Beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi/alasan adanya perataan laba adalah bagi manajer perusahaan, perataan laba dilakukan dengan tujuan agar kinerja perusahaan tersebut terlihat baik dan untuk mengurangi konflik di antara manajer dengan karyawan dan pemilik perusahan, Sedangkan bagi pemilik perusahaan adanya praktik perataan laba maka mereka akan lebih mudah untuk dapat memperhitungkan resiko, return dan arus kas masa depan perusahaan.
(36)
2.2.3.4. Dimensi Perataan Laba
Dimensi perataan laba pada dasarnya merupakan cara untuk mencapai perataan angka income. Dasher dan Malcolm (1970) dalam Belkaoui (2001:107) membedakan perataan laba ke dalam dua tipe, yaitu :
1. Perataan Riil (Real Smoothing)
Perataan riil menunjuk pada transaksi aktual yang dilakukan atas dasar pengaruh perataannya terhadap income.
2. Perataan Artifisial (Artificial Smoothing)
Perataan artifisial menunjuk pada prosedur akuntansi yang diimplementasikan untuk memindahkan cost atau revenue dari satu periode ke periode yang lain.
Barnea et.al. (1976) dalam Belkaoui (2001:107-108) membagi perataan laba ke dalam tiga dimensi, yaitu :
1. Perataan melalui waktu terjadinya transaksi atau pengakuan transaksi. Artinya, manajemen dapat menentukan waktu terjadinya transaksi sedemikian rupa sehingga pengaruhnya terhadap income yang dilaporkan akan cenderung memperkecil variasinya antar waktu atau mengendalikan waktu transaksi melalui kebijakan manajemen sendiri, misalnya pengeluaran biaya riset dan pengembangan. Selain itu banyak
perusahaan yang mengharapkan kebijaksanaan diskon dan kredit sehingga hal ini menyebabkan peningkatan jumlah piutang dan
(37)
penjualan pada bulan terakhir tiap kuartal, sehingga laba kelihatan stabil pada periode tertentu.
2. Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu.
Artinya, manajer memiliki kewenangan untuk mengalokasikan pendapatan atau beban untuk periode tertentu. Misalnya, jika penjualan meningkat maka manajemen dapat membebankan biaya riset dan pengembangan serta amortisasi goodwill pada periode tertentu untuk menstabilkan laba.
3. Perataan melalui klasifikasi
Artinya, ketika statistik laporan keuangan selain net income (selisih bersih semua revenue dan expenses) merupakan obyek perataan, manajemen dapat mengklasifikasi item–item laporan income untuk mengurangi variasi antar waktu dalam statistik tersebut. Manajemen memiliki kewenangan dan kebijakan sendiri untuk mengklasifikasikan pos–pos laba rugi dalam kategori yang berbeda. Misalnya, jika pendapatan non-operasi sulit untuk didefinisikan maka manajer dapat mengklasifikasikan pos itu pada pendapatan operasi atau pendapatan non operasi. Hal ini dapat digunakan sewaktu–waktu untuk meratakan laba dengan melihat kondisi pendapatan periode itu.
2.2.3.5. Tujuan Perataan Laba
Dwiatmini dan Nurkholis (2001:29) dalam Sherlin (2005:16) mengungkapkan bahwa tujuan perataan laba adalah sebagai berikut :
(38)
1. Memperbaiki citra perusahaan di mata pihak luar bahwa perusahaan tersebut memiliki resiko rendah,
2. memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba di masa yang akan datang,
3. meningkatkan kepuasan relasi bisnis,
4. meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajemen dan
5. meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen.
2.2.4. Faktor – faktor yang Berpengaruh Terhadap Praktik Perataan Laba
Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap praktik perataan laba dalam penelitian ini antara lain :
2.2.4.1. Ukuran Perusahaan
Chariri dan Ghozali (2003:231), Gordon (1964) mengajukan proposisi yang berkaitan dengan perataan laba, yaitu kriteria yang digunakan manajemen dalam memilih metode akuntansi adalah untuk memaksimumkan kepuasannya yang merupakan fungsi dari salah satu tingkat pertumbuhan besaran atau ukuran (size) perusahaan.
Jin dan Machfoedz (1998:188), Moses (1987) berhasil membuktikan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataaan laba yang dilakukan oleh perusahaan. Jin dan Machfoedz (1998:189) dalam analisis deskriptifnya, dan Narsa et.al. (2003:143) yang menyebutkan bahwa perusahaan–perusahaan yang melakukan praktik perataan laba memiliki rata–rata total aset besar.
(39)
Menurut Suwardjono (2005:252), Financial Accounting Standards Board (FASB) menyatakan bahwa “ Assets are probable future economic benefit obtained or controlled by partycular entity as a result of past transactions or events. “ Artinya, aset adalah manfaat ekonomi di masa mendatang yang cukup pasti yang diperoleh atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu. Aset merepresentasi kemampuan badan usaha untuk menyediakan barang dan jasa serta menghasilkan laba.
2.2.4.2. Teori Yang Membahas Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba
Moses (1987) menemukan bukti bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil, karena perusahaan-perusahaan yang lebih besar menjadi subjek pemeriksaan (pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat umum/general public).
Pengaruh ukuran perusahaan terhadap perataan laba dilandasi oleh Teori keputusan yang dikemukakan oleh Revered Thomas (1763) dalam Siagian (1987:202) yang dikenal dengan Teori Bayes mengatakan dengan tindakan atau alternatif yang ada maka kita dapat memperkirakan resiko yang akan muncul (untung atau rugi) atau tindakan dari tiap keadaan yang akan terjadi dimasa depan. Maksud dari teori ini adalah manajer terdorong untuk melakukan tindakan perataan laba karena nilai
(40)
aktiva perusahaan yang menjadi ukuran perusahaan tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh manajer, sehingga manajer menaikkan atau menurunkan nilai aktiva agar sesuai dengan yang diinginkannya.
Ukuran perusahaan yang sering digunakan adalah nilai aktiva perusahaan. Nilai aktiva dipakai sebagai ukuran perusahaan karena selama ini masih terdapat compounding effect yang timbul karena perusahaan yang besar selalu diidentikan dengan nilai aktiva yang besar pula. Keadaan ini membuat manajer termotivasi untuk melakukan perataan laba, karena manajer percaya bahwa para pemakai laporan keuangan masih mendasarkan salah satu penilaiannya mengenai perusahaan pada angka nilai aktiva.
Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi yang mendorong manajer untuk melakukan perataan laba adalah anggapan bahwa manajer percaya para pemakai laporan keuangan masih mendasarkan salah satu penilaiannya mengenai perusahaan pada angka nilai aktiva.
2.2.4.3. Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Hanafi dan Halim (2003:83) menuliskan ada tiga rasio yang sering dibicarakan, yaitu profit margin, return on total asset (ROA) dan return on equity (ROE). Profit margin dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada tingkat penjualan tertentu (Hanafi dan Halim ,2003:84). ROA adalah rasio yang mengukur
(41)
kemampuan aset perusahaan memperoleh laba dari aktivitas perusahaan (Hanafi dan Halim, 2003:84). ROE adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu (Hanafi dan Halim, 2003:85). ROE yang diteliti dalam penelitian ini karena rasio tersebut merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Jin dan Machfoedz (1998:189) menemukan bahwa adanya kecenderungan perusahaan yang memiliki rata–rata profitabilitas rendah untuk melakukan praktik perataan laba, namun profitabilitas bukan faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba.
2.2.4.4. Teori Yang Membahas Pengaruh Profitabilitas Terhadap Perataan Laba
Teori pengharapan (expectancy theory) menyatakan bahwa individu mengubah perilaku mereka berdasarkan hasil yang diharapkan dari suatu kejadian. Manfaat yang diturunkan dari suatu hasil yang diharapkan dapat berupa intrisic (seperti penghargaan atau harga diri) maupun ekstrinsik (upah atau promosi) (Victor H. Vroom, 1964 dalam Robbins, 2003:229).
Profitabilitas diduga mempengaruhi perataan laba, karena sesuai dengan teori pengharapan diatas, pihak manajemen berusaha menampilkan suatu tingkat profitabilitas yang tinggi agar kinerja manajemen terlihat baik. Dalam hubungan profitabilitas dengan perataan laba Ashari et.al. (1994) dalam Suwito dan Herawaty (2005:138) menyatakan bahwa tingkat profitabilitas rendah mempunyai
(42)
kecenderungan lebih besar untuk melakukan perataan laba. Hal ini dapat terjadi dikarenakan perataan laba merupakan suatu fenomena umum yang bertujuan untuk mengurangi variabilitas atas laba perusahaan yang akan dilaporkan guna mengurangi resiko pasar atas saham perusahaan.
2.2.4.5. Leverage Operasi
Leverage dapat didefinisikan sebagai penggunaan aktiva atau dana di mana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap atau membayar beban tetap (Riyanto, 1995:375).Rasio leverage digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.
Perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi mempunyai resiko rugi lebih besar tetapi juga memiliki kesempatan untuk memperoleh laba yang tinggi. Sedangkan perusahaan dengan rasio leverage yang rendah memiliki resiko rugi yang lebih kecil jika kondisi ekonomi sedang menurun, tetapi juga memiliki hasil pengembalian yang lebih rendah jika kondisi ekonomi membaik.
2.2.4.6. Teori Yang Membahas Pengaruh Leverage Operasi Terhadap Perataan Laba
Teori akuntansi positif (positive accounting theory) beranggapan bahwa perilaku manajer atau pembuat laporan keuangan dalam proses pembuatan laporan keuangan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor perilaku manajer dalam pengaturan tingkat keuntungan dikenal dengan 3 hipotesis, yaitu : hipotesis model bonus (bonus scheme
(43)
hypothesis), hipotesis biaya politis (political cost hypothesis), dan hipotesis rasio hutang terhadap aktiva (leverage hypothesis) (Watts dan Zimmerman dalam Gumanti, 2001:167).
Leverage operasi juga mempengaruhi praktik perataan laba. Perusahaan dengan leverage operasi rendah memiliki kecenderungan lebih besar untuk melakukan praktik perataan laba. Leverage operasi timbul pada saat perusahaan menggunakan aktiva yang menimbulkan biaya tetap (Atmini, 2000). Manajer ingin perusahaannya memiliki
leverage operasi rendah karena risikonya rendah. Di samping itu, perusahaan yang leverage operasinya rendah berarti memiliki proporsi biaya tetap yang rendah dan proporsi biaya variabel yang tinggi. Kondisi ini memberi peluang bagi manajer untuk melakukan perataan laba.
2.3. Diagram Kerangka Pikir
Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pikir
Uji Statisitik Regresi Logistic
sahaan UkuranPeru X1:
an asPerusaha ofitabilit
X2:Pr
rusahaan LeveragePe
X3:
(44)
2.4. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut :
Ha : Diduga ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, leverage operasi perusahaan mempunyai pengaruh terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
(45)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diberikan untuk mengukur konstrak variabel tersebut.
Untuk memperjelas konsep yang akan diteliti serta menghindari kesalahan persepsi terhadap variabel yang digunakan dalam penelitian ini, maka akan dijelaskan definisi operasional dan cara pengukuran variabel sebagai berikut :
3.1.1.Variabel Bebas (X)
a) Ukuran perusahaan (X1)
Ukuran perusahaan merupakan besar atau kecilnya perusahaan yang diukur dari total aktiva berdasarkan nilai buku yang dinyatakan dalam satuan rupiah dan skala pengukurannya adalah rasio.
UP = Total Aktiva
(Jin dan Machfoedz, 1998) b) Profitabilitas (X2)
Profitabilitas merupakan ukuran penting perusahaan untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan yang mempengaruhi investor untuk membuat keputusan.
(46)
Variabel ini diukur menggunakan Net Profit Margin (NPM) dengan skala pengukuran adalah skala rasio.
Penjualan Total
Pajak Setelah Bersih
Laba NPM =
(Suwito dan Herawaty, 2005) c) Leverage operasi (X3)
Leverage operasi terjadi setiap waktu dimana suatu perusahaan mempunyai biaya tetap yang harus ditutup betapapun besar volume kegiatannya. Dengan kata lain, Leverage operasi bersangkutan dengan penggunaan aktiva atau operasinya perusahaan yang disertai dengan biaya tetap. skala pengukurannya adalah skala rasio dengan rumus :
Leverage =
Aktiva Total
g Hu
Total tan
(Riyanto, 1995:333)
3.1.2.Variabel Terikatnya (depedent variabel)
a. Perataan Laba (Y)
Perataan laba adalah cara yang digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan.Variabel terikat dalam penelitian ini adalah “Perataan Laba”. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal. Kelompok perusahaan yang melakukan tindakan perataan laba diberi nilai 1, sedangkan kelompok perusahaan yang tidak melakukan perataan laba diberi nilai 0. Tindakan perataan laba diuji dengan menggunakan indeks Eckel (1981). Maka digunakan rumus sebagai berikut :
(47)
Indeks Perataan Laba = S CV I CV ∆ ∆ Dimana :
∆I : Perubahan laba dalam suatu periode ∆S : Perubahan penjualan dalam suatu periode
CV : Koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan.
Apabila : CV ∆I > CV ∆S , Maka perusahaan tidak digolongkan sebagai perusahaan yang melakukan perataan laba.
CV ∆I : koefisien variasi untuk perubahan laba. CV ∆S : Koefisien variasi untuk perubahan penjualan.
Dimana CV ∆I dan CV ∆S dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
CV∆I dan CV∆S =
value ected iance exp var atau
CV ∆ I dan CV ∆ S =
− − ∆ − ∆ − ∆ ∑ x n x x : 1 2 Dimana :
∆x : Perubahan penghasilan bersih atau laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n dengan n-1
∆X : Rata–rata perubahan penghasilan bersih atau laba (I) penjualan (S) antara tahun n dengan n – 1
n : Banyaknya tahun yang diamati.
(48)
3.2. Teknik Penentuan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah himpunan individu, unit, unsur atau elemen yang memiliki cara atau karakteristik yang sama. Populasi yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah 14 perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode pengamatan tahun 2006 hingga 2008. b. Sampel
Sampel merupakan elemen dari populasi yang dijadikan objek penelitian (Indriantora dan Supomo, 2002 : 115). Sampel yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan telah dipilih berdasarkan metode
purposive sampling (pemilihan sampling bertujuan). Metode purposive sampling yaitu suatu metode pengumpulan sampling berdasarkan data yang sudah diketahui sebelumnya dari suatu populasi yang dapat menjadi sumber data yang diinginkan dan diperlukan serta berdasarkan ketersediaan data yang sangat terbatas.
Pada penelitian ini pemilihan sampel didasarkan pada tipe pertimbangan (judgement sampling), yaitu tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya di peroleh dengan menggunakan pertimbangan dan kriteria tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2002 : 131).
Kriteria pemilihan sampel penelitian ini sebagai berikut : 1) Perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
(49)
2) Perusahaan otomotif yang sahamnya masih aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.
3) Perusahaan otomotif yang menerbitkan laporan keuangan secara kontinyu selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 di Bursa Efek Indonesia.
4) Perusahaan otomotif yang tidak didelisting selama periode 2006-2008. Tabel 3.1 Seleksi Sampel
Kriteria Jumlah
Perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI sampai tahun 2008.
Perusahaan otomotif yang yang didelisting sampai dengan tahun 2008.
Perusahaan otomotif yang sahamnya sudah tidak aktif di perdagangkan di BEI.
14 perusahaan
(3) perusahaan
(1) perusahaan
Jumlah sampel akhir 10 perusahaan
Berdasarkan kualifikasi diatas diperoleh 10 perusahaan yang akan dijadikan sampel penelitian, perusahaan tersebut adalah sebagai berikut : PT. Astra Internasional, PT. Astra Otoparts, PT. Prima Alloy Steel , PT. Gajah Tunggal, PT. Goodyear Indonesia, PT. Indomobil Sukses International, PT. Indospring, , PT. Multi Prima Sejahtera, PT. Nipress, PT. Selamat sempurna .
(50)
3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data
Seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber–sumber yang telah ada.. berupa neraca per 31 desember 2006–31 desember 2008,
laporan laba rugi untuk periode yang berakhir 31 desember 2006– 31 desember 2008 dan catatan atas laporan keuangan tahunan untuk periode yang berakhir 31 desember 2006–31 desember 2008 perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory, juga dari perpustakaan Bursa Efek Indonesia (BEI). Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data total aktiva (total asset), laba bersih setelah pajak (earning after tax), penjualan bersih (net sales), harga penutupan saham, dan jumlah saham yang beredar.
3.3.3. Pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan dengan jalan mencatat dokumen-dokumen yang ada di BEI yang berhubungan dengan data yang diperlukan dalam penelitian ini.
(51)
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Regresi Logistik
Analisis Regresi logistik digunakan untuk melihat pengaruh sejumlah variabel independen x1, x2, … , xkterhadap variabel dependen y yang berupa variabel kategorik (binomial, multinomial atau ordinal) atau juga memprediksi nilai suatu variabel dependen y (yang berupa variabel kategorik) berdasarkan nilai variabel-variabel independen x1, x2, … , xk.
SPSS menyediakan tiga prosedur regresi logistik yaitu :
1. Regresi Logistik Biner, adalah regresi logistik di mana variabel dependennya berupa variabel biner. Contohnya adalah : sukses–gagal, ya-tidak, benar-salah, hidup-mati, pria-wanita dan seterusnya.
2. Regresi Logistik Multinomial, adalah regresi logistik di mana variabel dependennya berupa variabel kategorik yang terdiri dari dua nilai seperti : merah, biru, kuning, Kristen, Islam dan seterusnya.
3. Regresi Logistik Ordinal, adalah regresi logistik di mana variabel dependennya berupa variabel dengan skala ordinal seperti : sangat setuju, setuju, netral, tak setuju, sangat tidak setuju.
Model logit yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Logistik Biner dengan bentuk sebagai berikut.
Logit (π j)=Ln j j
π π
−
(52)
Dimana : β 0 = konstanta
β
1 = koefisien xi = predikator ke-i
π
= probabilitasTahap pengujian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukan Hipotesis (H0)
H0 = tidak terdapat pengaruh antara X1,X2,X3terhadap Y. Hi = Terdapat pengaruh antara X1,X2,X3 terhadap Y.
2. Menentukan kriteria penerimaaan atau penolakan H0 dimana akan didasarkan pada signifikansi (probabilitas).
• Jika probabilitas >0,05 H0 diterima • Jika probabilitas <0,05 H0 ditolak
Untuk pengujian analisis dengan statistik deskriptif digunakan program Microsoft Excel untuk menghitung rata-rata dan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel independen. Sedangkan untuk pengujian hipotesis dengan statistik inference yaitu multivariate digunakan program statistik SPSS 16 for windows.
(53)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia
Pasar Modal di Indonesia yang sekarang ini kita kenal sebenarnya sudah ada sejak zaman pemerintahan kolonial Belanda. Tujuan pemerintah kolonial Belanda mendirikan pasar modal pada waktu itu adalah untuk menghimpun dana guna menunjang ekspansi usaha perkebunan milik orang-orang Belanda di Indonesia. Para investor yang berkecimpung di bursa efek pada waktu itu adalah orang-orang Hindia Belanda dan Eropa lainnya. Munculnya pasar modal di Indonesia secara resmi diawali dengan didirikannya Vereniging woor de Efefectenhandel di Jakarta pada tanggal 14 Desember 1912. Perkembangan pasar modal di Jakarta pada waktu itu cukup menggembirakan, sehingga pemerintahan kolonial Belanda terdorong untuk membuka bursa efek dikota lain, yaitu di Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925, dan di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925.
Pada awal tahun 1939 terjadi gejolak politik di Eropa yang mempengaruhi perdagangan efek di Indonesia. Melihat situasi yang tidak menguntungkan ini, pemerintah kolonial Belanda menutup bursa efek di Surabaya maupun di Semarang yang kemudian memusatkan perdagangan efek di Jakarta. Kemudian, pada tanggal 10 Mei 1940 bursa efek di Jakarta
(54)
juga ditutup, yang disebabkan oleh Perang Dunia II. Dengan penutupan ketiga bursa efek tersebut, maka kegiatan perdagangan efek di Indonesia menjadi terhenti.
Tanggal 1 September 1951, setelah adanya pengakuan kedaulatan dari pemerintah Hindia Belanda, pemerintah mengeluarkan Undang-undang darurat No. 13 tentang bursa untuk mengaktifkan kembali bursa efek di Indonesia. Berdasarkan Undang-undang tersebut, kemudian ditetapkan sebagai Undang-undang No. 15 tahun 1952. Sejak itu, bursa efek dibuka kembali, dengan memperdagangkan efek yang dikeluarkan sebelum PD II. Namun, keadaan ini hanya berlangsung sampai dengan tahun 1958. Pada tanggal 10 Agustus 1977, Presiden Republik Indonesia secara resmi membuka kembali pasar modal di Indonesia yang ditandai dengan go public
PT. Semen Cibinong.
Sejak diaktifkan kembali kegiatan pasar modal Indonesia pada tanggal 10 Agustus 1977, bursa efek mulai terus berkembang. Pemerintah memberi beberapa kemudahan yang mengatur operasional tentang pelaksanaan bursa efek.
4.1.2. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia
Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa Efek Indonesia diswastakan dan mulai menjalankan pasar saham di Indonesia, sebuah awal pertumbuhan baru setelah terhenti sejak didirikan pada awal abad ke-19. pada tahun 1912, dengan bantuan Kolonial Belanda, Bursa efek pertama di Indonesia
(55)
didirikan di Batavia, pusat pemerintahan kolonial Belanda yang dikenal sebagai Jakarta saat ini.
Bursa Batavia sempat ditutup selama Perang Dunia pertama dan kemudian dibuka lagi pada tahun 1925. Selain Bursa Batavia, pemerintahan kolonial juga mengkeuangkan bursa pararel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan bursa saham ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia.
Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, bursa saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum perang dunia. Kegiatan bursa saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintahan meluncurkan program nasionalisasi pada tahun 1956.
Sebelum tahun 1977, bursa saham dibuka kembali dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru dibawah Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar saham pun mulai meningkat seiring dengan perkembangan pasar financial dan sektor swasta. Puncak perkembangannya pada tahun 1990. pada tahun 1991, bursa saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa Efek Jakarta dan menjadi salah satu bursa saham yang dinamis di Asia. Swastanisasi bursa saham menjadi PT. Bursa Efek Indonesia ini mengakibatkan beralihnya fungsi BAPEPAM menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).
(56)
Tahun 1995 adalah tahun Bursa Efek Indonesia memasuki babak baru. Pada 22 Mei 1995 Bursa Efek Jakarta meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS), sebuah sistem perdagangan otomatisasi yang menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan ftrekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibanding sistem perdagangan manual.
Pada Juli 2000, Bursa Efek Indonesia menerapkan perdagangan tanpa warkat (Scripless Trading) dengan tujuan untuk meningkatkan likuiditas pasar dan menghindari peristiwa saham hilang dan pemalsuan saham dan juga untuk mempercepat proses penyelesaian transaksi.
Tahun 2002, Bursa Efek Indonesia mulai menerapkan perdagangan jarak jauh (Remote Trading) sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan.
4.1.3. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia
a. Visi
Bursa Efek Indonesia menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia. Bursa yang kompetitif adalah bursa yang memiliki kinerja baik sehingga mampu bersaing dengan bursa-bursa lain di tingkat internasional, serta dapat menciptakan suatu perdagangan yang wajar, teratur dan efisien.
(57)
b. Misi
Menjadikan Bursa Efek Indonesia sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional serta menjadi gerbang investasi bagi investor lokal maupun asing. Menjadi lembaga bursa yang berwibawa, trasparan, memiliki integritas yang tinggi serta institusi yang dinamis dan tanggap terhadap perubahan pasar dan teknologi dengan tetap memperhatikan perlindungan investor.
4.1.4. Sejarah PT. Astra International Tbk
PT. Astra Internasional Tbk. (“Perseroan”) didirikan pada tahun 1957 dengan nama PT. Astra International Incorporated, berdasarkan Akta Notaris Sie Khwan Djioe No. 67 tanggal 20 Februari 1957. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. J.A.5/53/5 tanggal 1 Juli 1957. Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan seluruh anggaran dasar agar sesuai dengan Undang-undang Perseroan Terbatas No.1 Tahun 1995 dilakukan dengan akta Notaris Benny Kristianto No. 61 tanggal 11 Juni 1997. Perubahan ini disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-6452HT.01.04.Th.97 tanggal 9 Juli 1997. Perubahan terakhir dilakukan dengan Akta Notaris P.S.A. Tampubolon, S.H. No. 30 tanggal 25 Maret 1999. Perubahan tersebut meliputi pemberian wewenang kepada direksi Perseroan untuk melakukan penerbitan saham dan / atau efek bersifat ekuitas tanpa memberikan hak kepada para pemegang saham untuk memesan terlebih dahulu saham yang
(58)
diterbitkan menurut peraturan pasar modal yang berlaku saat itu dan dengan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham. Perubahan Anggaran Dasar ini telah dilaporkan kepada Menteri Kehakiman Republik Indonesia dan telah diterima dan dicatat berdasarkan Surat Keputusan No. C2-5625.HT.01.04.Th.99 tanggal 30 Maret 1999.
Perseroan berdomisili di Jakarta, Indonesia dengan kantor pusat berlokasi di Jl. Gaya Motor Raya No. 8, Sunter II, Jakarta. Perseroan memulai kegiatan komersilnya pada tahun 1957.
4.1.5. Sejarah PT. Astra Otoparts Tbk
PT. Astra Otoparts Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan akta notaris No. 50 tanggal 20 September 1991 dari Rukmasanti Hardjasatya, S.H., notaris di Jakarta, dengan nama PT. Federal Adiwiraserasi. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusan No. C2-1326.HT.01.01.TH.92 tanggal 11 Pebruari 1992 dan diumumkan dalam Berita Negara No. 39 Tambahan No. 2208 tanggal 15 Mei 1992. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta notaris No. 50 tanggal 11 Mei 2000 dari Sutjipto, S.H., notaris di Jakarta , terutama mengenai pengeluaran saham dan efek ekuitas. Perubahan anggaran tersebut memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Perundangan dengan surat keputusan No. C-11916.HT.01.04.TH.2000 tanggal 13 Juni 2000 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 26 Tambahan No. 118 tanggal 30 Maret 2001.
(59)
Perusahaan ini bergerak dalam perdagangan suku cadang kendaraan bermotor baik impor maupun ekspor dan menjalankan usaha dalam bidang industri logam, suku cadang kendaraan bermotor dan industri plastik. Perusahaan ini mulai kegiatan komersialnua pada tahun 1991 dan memiliki divisi perdaganga yang beroperasi di Singapura.
4.1.6. PT. Prima Alloy Steel Tbk
PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk (Perusahaan) didirikan dengan akta Notaris M.M. Lomanto, S.H. No. 22 tanggal 20 Februari 1984, yang disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-2315-HT.1985 tanggal 25 April 1985 dan diumumkan dalam Berita Negara No. 27 tanggal 3 April 1987.
Kegiatan perusahaan meliputi industri rim, stabilizer dan peralatan lain dari alloy aluminium dan baja, serta perdagangan umum untuk produk-produk tersebut. Perusahaan berlokasi di Jl. Muncul No. 1, Gedangan , Sidoarjo, Jawa Timur. Perusahaan mulai beroperasi tahun 1986 dan berstatus PMDN pada tanggal 12 September 1986.
4.1.7. PT. Gajah Tunggal Tbk
PT. Gajah Tunggal Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan akta notaris No. 54 tanggal 24 Agustus 1951 dari Raden Meester Soewandi, SH, dan disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. J.A.5/69/23 tanggal 29 Mei 1952, serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 63 tanggal 5 Agustus 1952.
(60)
Perusahaan tersebut bergerak dalam bidang produksi Ban kendaraan bermotor baik roda empat maupun roda dua. Perusahaan ini memiliki kantor pusat di Wisma Hayam Wuruk, Jl. Hayam Wuruk No. 8 Jakarta 12120.
4.1.8. PT. Goodyear Indonesia Tbk
PT. Goodyear Indonesia Tbk. (“Perusahaan”) semula didirikan dengan nama “NV The Goodyear Tire & Rubber Company Limited” pada tanggal 26 Januari 1917 berdasarkan akta notaris Benjamin ter Kuile No. 199, yang kemudian berubah nama menjadi “PT Goodyear Indonesia” berdasarkan akta notaris Eliza Pondaag No. 73 tanggal 31 Oktober 1977 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/250/7 tanggal 25 Juli 1978.
Perusahaan bergerak dalam bidang industri ban untuk kendaraan bermotor dan pesawat terbang serta komponen lain yang terkait, penyalur dan ekspor ban. Perusahaan mulai beroperasi dalam bidang usaha perdagangan ban pada tahun 1917. Pabrik perusahaan dibangun pada tahun 1935 di Bogor sebagai pabrik ban pertama di Indonesia. Kantor pusat Perusahaan berdomisili di Bogor.
4.1.9. PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk
PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan hasil penggabungan usaha antara PT. Indomulti Inti Industri Tbk (IMII) dan PT. Indomobil Investment Corporation (IIC). IMII didirikan berdasarkan akta notaris Benny Kristianto, SH., No. 128 tanggal 20 Maret 1987, dan disahkan oleh Menteri Kehakiman Repblik
(61)
Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-10924.HT.01.01.TH.88 tanggal 30 November 1988, diumumkan dalam Lembaran Berita Negara No. 32, tanggal 20 April 1990. Pada tanggal 6 November 1997. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perusahaan menyetujui penggabungan usaha IMII dengan IC dengan metode penatuan kepentingan (pooling-of-interest)
Setelah penggabungan usaha, nama IMII berubah menjadi PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk dan mengkonsentrasikan bidang usahanya dalam industri otomotif, antara lain pembuatan, perakitan dan distribusi kendaraan bermotor roda empat, bis dan truk dan/atau kendaraan bermotor roda dua beserta suku cadangnya, perbengkelan, jasa keuangan dan jasa yang berhubungan, dan melakukan penyertaan saham dalam perusahaan-perusahaan atau kegiatan lainnya yang terkait dengan industri otomotif.
Perusahaan berlokasi di Wisma Indomobil, Jl. MT. Haryono Kav. 8, Jakarta. Perusahaan mulai beroperasi tahun 1990.
4.1.10.PT. Indospring Tbk
PT. Indospring Tbk (Perusahaan) berlokasi di Gresik, didirikan berdasarkan akta notaris No. 10 tanggal 5 Mei 1978 dari Notaris Stefanus Sindunatha, SH dengan status PMDN. Akta tersebut disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia No YA.5/324/1 tanggal 14 Desember 1979 dan dimuat dalam Berita Negara Republik Indonesia No.
(62)
71 tanggal 2 September 1980, dan telah didaftarkan di Pengadilan Negeri Gresik, tanggal 11 Maret 1980.
Perusahaan berlokasi di Jalan Mayor Jenderal Sungkono No. 10 Desa Segoro Madu, PO Box 12 Gresik. Jawa Timur – Indonesia. Dan memiliki bisnis Leat Spring And Coil Spring.
4.1.11.PT. Multi Prima Sejahtera Tbk
PT. Lippo Enterprises Tbk (Perusahaan) didirikan pada tanggal 7 Januari 1982 berdasarkan akta No. 9 dari Notaris Misahardi Wilamarta, S.H., dan disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No. C2302.H.T.01.01-TH.84 tanggal 14 Januari 1984 dan diumumkan dalam Lembaran Berita Negara No. 82, tanggal 13 Oktober 1989. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta No. 137 tanggal 27 Juni sehubungan dengan perubahan nama Perusahaan menjadi PT. Multi Prima Sejahtera Tbk.
Kegiatan perusahaan meliputi manufaktur busi dan suku cadang kendaraan bermotor. Perusahaan berokasi di Jl. Boulevard Palem Raya, Menara Matahari, Lippo Karawaci, Tangerang, dan pabriknya di Jl. Kabupaten No. 454, Desa Tlanjung Udik, Kecamatan Gunung Putri, Jawa Barat.
(63)
4.1.12.PT. Nipress Tbk
PT. Nipress (Perusahaan) didirikan dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1968 yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 12 tahun 1970 berdasarkan akta No. 295 tanggal 24 April 1975 dari Ridwan Suselo SH, di Jakarta. Akta tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/271/22 tanggal 19 Agustus 1975 dan diumumkan dalam Lembaran Berita Negara R.I. No. 42 tanggal 25 Mei 1976.
Perusahaan bergerak di bidan usaha industri accu lengkap untuk segala keperluan dan usaha-usaha lainnya yang berhubungan dengan ini. Perusahaan berlokasi di Jl. Narogong Raya Km 26 Cileungsi, Bogor, Jawa Barat. Perusahaan mulai beroperasi sejak tahun 1975.
4.1.13.PT. Selamat Sempurna Tbk
PT. Selamat Sempurna Tbk (Perusahaan) didirikan pada tanggal 19 Januari 1976 berdasarkan akta notaris Ridwan Suselo, S.H. No. 207, dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/96/5 tanggal 22 Maret 1976.
Perusahaan bergerak di bidang industri alat-alat perlengkapan (suku cadang) dari berbagai macam alat-alat mesin pabrik dan kendaraan dan sejenisnya. Perusahaan berlokasi di Wisma ADR, Jl. Pluit Raya I No. 1, Jakarta utara. Perusahaan ini memiliki pabrik di Jalan Kapuk Kamal Raya No. 88 Jakarta 14470. Dan di Jalan Raya LPPU Carug No. 88 Tangerang Banten. Desa Kedujaya- Belitung, Banten. Perusahaan mulai beroperasi tahun 1980.
(64)
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.1. Deskripsi Mengenai Variabel Ukuran Perusahaan (X1)
Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai ukuran perusahaan Otomotif yang terdaftar pada PT. Bursa Efek Indonesia diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.1. Data Ukuran Perusahaan (X1) Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006 – 2008
No Nama Perusahaan Tahun Ukuran
Perusahaan
2006 7,76
2007 7,80
1 PT. Astra International Tbk.
2008 7,91
2006 6,48
2007 6,54
2 PT. Astra Otoparts Tbk.
2008 6,60
2006 5,77
2007 5,74
3 PT. Prima Alloy Steel Tbk.
2008 5,75
2006 6,86
2007 6,93
4 PT. Gajah Tunggal Tbk.
2008 6,94
2006 5,66
2007 5,76
5 PT. Goodyear Indonesia Tbk.
2008 6,01
2006 6,65
2007 6,69
6 PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk.
2008 6,73
2006 5,69
2007 5,78
7 PT. Indospring Tbk.
2008 5,96
2006 5,04
2007 5,14
8 PT. Multi Prima Sejahtera Tbk.
2008 5,26
2006 5,34
2007 5,46
9 PT. Nipress Tbk.
2008 5,51
2006 5,86
2007 5,92
10 PT. Selamat Sempurna Tbk.
2008 5,97
(65)
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui nilai ukuran perusahaan yang dicapai oleh 10 perusahaan Otomotif yang diamati selama periode tahun 2006 hingga tahun 2008. Dari tabel di atas nampak bahwa perusahaan otomotif yang memiliki nilai ukuran perusahaantertinggi adalah PT. Astra International Tbk. pada tahun 2008, yakni sebesar 7,907. Nilai tersebut menunjukkan besarnya kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Sedangkan pada tahun 2006, PT. Multi Prima Sejahtera Tbk. mencapai nilai ukuran perusahaan terkecil yakni sebesar 5,036. Hal menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban atau hutang perusahaan sangat kecil sehingga keadaan perusahaan menjadi semakin buruk.
4.2.2. Deskripsi Mengenai Variabel Profitabilitas (X2)
Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai profitabilitas perusahaan Otomotif yang terdaftar pada PT. Bursa Efek Indonesia diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.2. Data Profitabilitas (X2) Perusahaan Otomotifdi Bursa Efek Indonesia Tahun 2006 – 2008
No Nama Perusahaan Tahun Profitabilitas
2006 6,66
2007 9,29
1 PT. Astra International Tbk.
2008 9,47
2006 8,36
2007 10,87
2 PT. Astra Otoparts Tbk.
2008 10,60
2006 -0,37
2007 0,42
3 PT. Prima Alloy Steel Tbk.
(1)
Nama Judul Variabel Penelitian Tahun Kesimpulan 2. Tuty dan Indrawaty (2007) " Faktor-Faktor Penentu Indeks Perataan Laba Selama Periode Krisis Ekonomi "
X1 = Ukuran Perusahaan X2 = Profitabilitas
X3 = Financial Leverage Perusahaan Y = Perataan Laba
1994-2001
Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
indeks perataan laba selama krisis ekonomi
periode 1998-2001, profitabilitas dan financial
leverage berpengaruh negatif terhadap indeks perataan laba selama krisis
ekonomi periode 1998-2001 3. Suwito dan Herawaty (2005) " Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba Yang Dilakukan Oleh Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta "
X1 = Jenis Usaha X2 = Ukuran
Perusahaan X3 = Profitabilitas
X4 = Leverage Operasi X5 = Net Profit
Margin Y = Perataan Laba
2000-2002
Tidak ada pengaruh jenis usaha, ukuran perusahaan,
rasio profitabilitas perusahaan, rasio leverage
operasi perusahaan, net profit margin perusahaan terhadap tindakan perataan
laba yang dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar
di BEJ. 4. Hertanto (2009) " Pengaruh Ukuran Perusahaan, profitabilitas, Leverage Operasi Terhadap Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia
X1 = Ukuran Perusahaan X2 = Profitabilitas
X3 = Leverage Operasi Y = Perataan Laba
2006-2008
Ketiga variabel yaitu Ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap perataan laba.
Sumber: Penelitian Terdahulu
4.6. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dirasakan oleh peneliti telah dilakukan secara optimal namun demikian peneliti merasa dalam hasil penelitian ini masih adanya keterbatasan antara lain :
1. Sampel yang diambil cukup kecil hanya 10 perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memiliki saham masih
(2)
66
aktif, sehingga tidak dapat digeneralisasikan bagi perusahaan-perusahaan otomotif lainnya yang nilai sahamnya sudah tidak aktif lagi. 2. Variabel yang digunakan hanya ukuran perusahaan, profitabilitas dan
leverage sehingga tidak dapat memberikan hasil yang sempurna, maka hendaknya ditambahkan variabel-variabel seperti Growth dan Likuiditas.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan serta pembahasan hasil penelitian pada bab terdahulu dapat diambil beberapa kesimpulan dari penelitian, yaitu sebagai berikut:
Hipotesis yang diajukan yang menyatakan bahwa diduga ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, leverage operasi perusahaan mempunyai pengaruh terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak dapat terbukti kebenarannya. Tidak terbuktinya hipotesis yang diajukan dikarenakan besar kecilnya perusahaan akan sangat berpengaruh terhadap pendanaannya, serta semua variabel tersebut hanya menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan perusahaan.
5.2. Saran
Dari penelitian yang dilakukan maupun kesimpulan dari hasil penelitian yang diperoleh dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut : a. Bagi Perusahaan
Dari hasil penelitian ini disarankan kepada perusahaan agar lebih lebih memperhatikan faktor-faktor ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage, karena dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa kesemua
(4)
68
variabel tidak berpengaruh terhadap perataan laba, sehingga perlu kiranya diadakan evaluasi banyaknya hutang, karena penggunaan hutang tinggi meningkatkan risiko kebangkrutan. Pada kondisi ini diperlukan pembatasan terhadap penggunaan hutang untuk mengurangi masalah keagenan.
b. Bagi Penelitian Selanjutnya
Disarankan agar mengembangkan hasil penelitian yang sekarang, dengan menambah variabel yang diteliti seperti solvabilitas, produktivitas dan growth maupun penambahan jumlah sampel pengamatan yang diamati.
(5)
Baridwan, Zaki, 1997, Intermediate Accounting. BPFE, Yogykarta.
Belkoui, A.R, 2000, Accounting Theory. London, UK: Business Press, Thomson
Learning.
Hendrikson, Eldons, 1995, Teori Akuntansi, Edisi Keempat, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Munawir, 2002, Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat, Cetakan Ketiga belas,
Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Riyanto, Bambang 1995, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi
Keempat,BPFE, Yogyakarta.
Robbins, Stephen P, 2003 Teori Akuntansi. Jilid 1, Penerbit PT. Indek Kelompok
Gramedia.
Supranto, J. 1981, Statistik Teori dan Aplikasi. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Soemarso, 1999. Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Keempat, Jilid 1, Penerbit
Rineka Cipta.
Sumarsono, 2004. Metode Penelitian Akuntansi : Hasil Pengolahan Data Beserta
Contoh Interpretasiny., Surabaya.
Weston, J, Fred and Brigham, Eugene, 1994, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.
Jilid 2, Edisi Kesembilan, Terjemahan Alfonsus Sirait, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Jurnal
Tuty dan Titik Indrawati, 2000, “Faktor-Faktor Penentu Indeks Perataan Laba
Selama Periode Krisis Ekonomi”.Jurnal Akuntansi dan KeuanganVol 1, No 2.
(6)