Peningkatan kualitas Virgin Coconut Oil (VCO) Dengan Metode Membran Ultrafiltrasi.

(1)

Metode Membran Ultrafiltrasi

PENELITIAN

OLEH :

YUDHA PERMANA

NPM. 0731010050

GRESI NILANSARI

NPM. 0731010060

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA


(2)

Peningkatan kualitas Virgin Coconut Oil (VCO) Dengan

Metode Membran Ultrafiltrasi

Disusun Oleh :

YUDHA PERMANA

(0731010050)

GRESI NILANSARI

(0731010060)

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Dosen Penguji Pada tanggal : 14 Maret 2011

PENGUJI I PEMBIMBING

Prof. Dr. Ir. Sri Redjeki, MT Ir. Nur Hapsari., M.T. NIP. NIP.

PENGUJI II

Ir. Tjatoer Welasih., MT NIP.

Mengetahui

Dekan Fakultas Teknologi Industri


(3)

HASIL PENELITIAN

Peningkatan kualitas Virgin Coconut Oil (VCO) Dengan Metode

Membran Ultrafiltrasi

Disusun oleh:

1.

YUDHA PERMANA

NPM. 0731010050

2.

GRESI NILANSARI

NPM. 0731010060

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. NUR HAPSARI., M.T. NIP.


(4)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “PROSES PENGAMBILAN TEMBAGA DARI BATUAN MINERAL”.

Adapun tugas Penelitian ini dilaksanakan untuk melengkapi persyaratan akademis dalam menempuh program sarjana Teknik Kimia di Fakultas Teknologi Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penyusun menyadari tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, tidaklah mungkin semua itu dapat terlaksana dan tersusun sedemikian rupa, untuk itulah, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih atas bantuan dan bimbingan selama pelaksanaan penyusunan Penelitian ini kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahNya kami bisa menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan ini dengan tepat.

2. Bapak Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Ir. Retno Dewati, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Ir.Siswanto selaku Dosen Pembimbing dalam penyusunan Penelitian ini.


(5)

5. Orang tuaku tercinta serta saudaraku tersayang yang telah banyak memberikan dorongan moril, materiil serta do’a selama penyusunan Penelitian ini.

6. Partnerku Nina Yulia Rosita yang membantu untuk menyelesaikan penelitian ini.

7. Sahabat-sahabatku Tekkim’07B yang telah banyak memberikan bantuan.

Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan Penelitian ini.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pelaksanaan dan penyusunan Penelitian ini, oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Penelitian ini.

Akhir kata, semoga Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Surabaya, Agustus 2010


(6)

Kata Pengantar ………. i

Daftar isi ……… iii

Daftar Tabel ……….. v

Daftar Gambar ………. vi

Daftar Grafik ……… vii

Intisari ……….. viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ……… 1

1.2. Tujuan Penelitian ……… 2

1.3. Manfaat Penelitian ……….. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Secara Umum ……….. 3

2.2. Batuan Logam ………. 5

2.3. Landasan Teori ………. 6

2.4. Hipotesa ……… 8

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Bahan yang digunakan……...……… 9

3.2. Alat yang digunakan……… 9

3.3. Kondisi yang digunakan ………. 9

3.4. Prosedur penelitian ………. 10

3.5. Gambar Alat ……… 11


(7)

4.1. Hasil Penelitian ………. 15 4.2. Pembahasan ……….. 16

BAB V KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Kesimpulan ……….. 22 5.2. Saran ……… 22 Daftar Pustaka

Lampiran


(8)

Tabel 1. Pengaruh Kosentrasi Asam Nitrat Terhadap Kadar Tembaga Dalam Batuan Mineral

Tabel 2. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 2 N

Table 3. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 4 N

Table 4. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 6 N

Table 5. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 8 N

Table 6. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 10 N


(9)

1. Gambar 1: rangkaian alat ekstraksi


(10)

Grafik 1. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 2 N.

Grafik 2. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 4 N.

Grafik 3. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 6 N.

Grafik 4. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 8 N.

Grafik 5. Pengaruh Kecepatan Pengadukan Terhadap Kadar Tembaga dalam Batuan Mineral pada Konsentrasi Nitrat 10 N.


(11)

Ores adalah batuan/rock yang mengandung berbagai mineral. Bisa terdiri dari satu atau lebih mineral . Logam-logam yang terdapat dalam batuan dapat berupa logam murni atau suatu senyawa dan campuran dengan logam lain yang disebut amalgam. Proses Pengambilan logam ini dilakukan dengan proses ekstraksi padat cair menggunakan pelarut asam nitrat.

Penelitian ini untuk mempelajari perolehan tembaga dengan proses ekstraksi dalam batuan mineral, melalui variable kecepatan pengadukan, dan konsentrasi nitrat serta mendapatkan kondisi yang terbaik dalam proses tersebut.

Batuan mineral yang telah dihaluskan lolos 200 mesh ditimbang seberat 100 gram. Dilakukan pencucian untuk menghilangkan kotoran, dan retorting untuk menghilangkan senyawa kimia yang terikat dalam logam.Setelah itu batuan di ekstraksi menggunakan asam nitrat sebagai pelarut dengan variable kosentrasi asam nitrat dan kecepatan pengadukkan. Dari proses tersebut didapat larutan dan endapan. Selanjutnya endapan kita pisahkan dari larutannya.Berikut pada larutan kita masukkan logam besi (Fe) sebagai pengendap. Endapan yang dihasilkan dicuci beberapa kali dengan air bersih yang terakhir dicuci dengan air aquades.Kemudian kita lakukan proses retorting pada suhu 800 oC dan proses terakhir adalah kita lebur dengan furnace pada suhu 1070 oC selanjutnya kita timbang tembaga yang didapat.

Dari hasil analisa diperoleh hasil terbaik pada kosentrasi asam nitrat 10N dan kecepatan pengadukkan 200rpm dengan hasil sebanyak 36,989 ppm.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan tumbuhan kelapa. Sejak bertahun – tahun kelapa banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Ibu rumah tangga membuatnya menjadi santan untuk bahan memasak. Saat ini, pemanfaatan kelapa lebih berkembang. Salah satunya dengan membuatnya menjadi minyak kelapa murni (Virgin coconut oil/ VCO).

Virgin coconut oil (VCO) adalah minyak yang dihasilkan dari buah kelapa segar. Berbeda dengan minyak kelapa biasa, virgin coconut oil (VCO) dihasilkan tidak melalui penambahan kimia atau proses yang menggunakan panas tinggi. Virgin coconut oil (VCO) bermanfaat bagi kesehatan tubuh, hal ini disebabkan Virgin Coconut Oil (VCO) mengandung banyak asam lemak rantai menengah (Medium Chain Fatty Acid/ MCFA) (ht t p:/ / healt h.kom pas.com). MCFA yang paling banyak terkandung dalam Virgin Coconut Oil adalah asam laurat (Lauric Acid). Sifat MCFA yang mudah diserap akan meningkatkan metabolisme tubuh. Penambahan energi yang dihasilkan oleh metabolisme ini menghasilkan efek stimulasi dalam seluruh tubuh manusia sehingga meningkatkan tingkat energi yang dihasilkan.

Virgin Coconut Oil (VCO) juga memiliki sejumlah sifat fisik yang menguntungkan. Diantaranya, memiliki kestabilan secara kimia, bisa disimpan dalam jangka


(13)

panjang dan tidak cepat tengik, serta tahan terhadap panas. Komponen utama dari Virgin Coconut Oil (VCO) adalah asam lemak jenuh dan memiliki ikatan ganda dalam jumlah kecil, Virgin Coconut Oil (VCO) relativ tahan terhadap panas, cahaya dan oksigen . Kandungan paling besar dalam minyak kelapa adalah asam laurat.

VCO berperan membantu mencegah penyakit jantung, kanker, diabetes dan penyakir degenerative lainnya, memperbaikki pencernaan, meningkatkat sistem kekebalan tubuh, mencegah infeksi virus (HIV) dan SARS. (www.VirginNatural.com). VCO dapat mengobati penyakit leukimia atau AIDS (Acquired Immunodeficiency Sindrome) dan HIV (Human Immunodeficiency Virus). (www.ajangkita.com). Selain itu juga ada yang menyatakan bahwa : VCO sembuhkan Osteoartritis. (www.Trubus.com).

Virgin Coconut Oil (VCO) hasil produksi secara centrifugasi masih mengandung banyak kadar air dan kadar protein. Oleh karena itu tingkat kemurnian dan kualitasnya masih rendah. Dengan berkembangya teknologi membran pada saat ini memberikan alternative untuk memurnikan atau meningkatkan kualitas Virgin Coconut Oil (VCO).

Didalam Virgin Coconut Oil (VCO) masih mengandung protein yang tidak menggumpal. Oleh karena itu penelitian ini praktikan mencoba melakukan proses pemisahan protein dengan menggunakan teknologi membrane. Teknik pemisahan dengan menggunakan membran sisntesis menjadi salah atu alternatif pemisahan protein yang terkandung dalam VCO.

Teknologi membrane sudah banyak digunakan dalam proses pengambilan minyak dari berbagai tumbuhan seperti kacang tanah dan bunga matahari (R Subramanian, 1999). Teknologi ini mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian. Keuntungan – keuntungan


(14)

dalam proses pemisahan dengan menggunakan membrane antara lain, pemisahan dilakukan pada suhu kamar tanpa perubahan fase, sehingga penghematan energy bila dibandingkan dengan proses distilasi. Pada pemisahan tidak terdapat akumulasi produk didalam membrane. Pada pemisahan dapat dilakukan tanpa penambahan bahan aditif kima seperti pemurnian air dengan pengendapan atau sedimentasi, sehingga kualitas produk tetap terjaga dan limbah tidak banyak mengandung polutan. Dalam proses ini dilakukan secara tertutup sehingga terjaga kesterilannya (Google, 2005). Kerugian dari teknologi membrane adalah biaya operasi mahal. Selain itu terjadi foulingatau kotoran membran, yaitu perubahan yang bersifat irreversibel yang disebabkan oleh interaksi secara fisik dan kimiawi antara membrane dan partikel yang terdapat dalam proses pemisahan.

Salah satu metode yang digunakan dalam proses pemisahan dengan menggunakan teknologi membrane dalah ultrafiltrasi. Teknologi membrane ultrafiltrasi ini merupakan salah satu penerapan yang dapat digunakan untuk memisahkan protein dengan minyak berdasarkan ukuran partikel dengan driving force perbedaan tekanan.

I.2 Tujuan Penelitian

Penelitian peningkatan kualitas Virgin Coconut Oil (VCO) dengan teknologi membran ultrafiltrasi ini bertujuan untuk menghasilkan produk VCO yang berkualitas tinggi yaitu VCO yang memiliki kadar protein dan kadar air yang rendah dengan proses pemisahan dengan menggunakan teknologi membran ultrafiltrasi.


(15)

I.3 Manfaat Penelitian

I.3.1 Manfaat Umum

Penelitian ini diharapkan dapat memanfaatkan teknologi membran ultrafiltrasi dengan menggunakan selulosa nitrat untuk memisahkan protein dengan VCO.

I.3.2 Manfaat Khusus

1. Menaikkan tingkat kualitas Virgin Coconut Oil

2. Menaikkan nilai tambah fungsional dari kelapa


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

2.1.1 Kelapa

Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO) adalah buah kelapa (Cocos nucifera) dengan kulit sabut berwarna coklat dan berdaging tebal. Varietas hibrida local merupakan varietas yang paling tepat untuk pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO) karena memiliki kadar air lebih sedikit dibanding varietas buah kelapa lainnya serta menghasilkan minyak lebih banyak.

Kelapa terdiri dari sabut (35%), tempurung (12%), daging buah (28%), dan air buah (25%). Daging buah kelapa merupakan bagian dari buahyang paling banyak dimanfatkan untuk bahan makanan dan bahan baku industry karena daging buah kelapa mengandung minyak.

Bagian buah kelapa yang menghasilkan Virgin Coconut Oil adalah daging buahnya, karena Virgin Coconut Oil (VCO) dibuat dari santan yang dihasilkan dari daging buah kelapa.


(17)

Tabel 2.1 Komposisi Kimia Dalam Santan Kelapa

Sumber : S.Ketaren,2005

2.1.2 Virgin Coconut Oil (VCO)

Minyak kelapa adalah minyak yang berwarna kuning sampai tidak berwarna atau lemak semi padat berwarna putih yang diperoleh dari daging buah kelapa, digunakan secara luas dalam industry makanan dan produksi kosmetik serta sabun. Sedangkan kamus elektronik wilkipedia menggambarkan bahwa minyak kelapa adalah lemak yang terdiri dari 90% lemak jenuh yang diekstrak dari buah kelapa dan digunakan dalam kosmetik dan sebagai minyak goreng. Minyak kelapa yang tidak mengalami hidrogenasi disebut minyak kelapa virgin (murni) dan bebas dari lemak trans. Minyak kelapa murni (Virgin Coconut oil) kaya dengan asam laurat, asam lemak rantai medium. Minyak kelapa murni mencair pada suhu20 – 25oC. Minyak kelapa merupakan minyak yang paling stabil diantara seluruh minyak nabati, dan memiliki titik didih moderat mirip seperti mentega.

Macam Zat Santan Kelapa (%)

Air 86

Zat padat 13 – 14

Lemak 4 – 5

Karbohidrat 4 – 5

Protein 3 - 4


(18)

Minyak kelapa mengandung asam lemak rantai pendek sampai medium sekitar 57%, merupakan asam kaprat (C8) dan asam Laurat (C12). Minyak kelapa mengandung sekitar 50% asam laurat. Asam laurat ini memiliki fungsi lain, yakni diubah menjadi monolaurin didalam tubuh manusia. Monolaurin adalah monogliserida antiviral, antibacterial, dan anti-protozoal yang digunakan oleh system kekebalan tubuh manusia dan hewan untuk menghancurkan virus-virus berjaket lemak seperti HIV, Herpes, Influenza, berbagai bakteri pathogen seperti Listeria monocytogen dan Heliobacter Pylori, serta protozoa seperti Giardia lamblia.

Tabel 2.2 data Standar Mutu Virgin Coconut Oil menurut SNI 2008

No. Jenis Uji Satuan Persyaratan

1. 2. 3. 4. 5. Keadaan: 1.1 Bau 1.2 Rasa 1.3 Warna

Air dan senyawa yang menguap Bilangan iod

Asam lemak bebas (dihitung sebagai asam laurat)

Bilangan peroksida Asam lemak :

5.1 Asam kaproat (C6 : 0) 5.2 Asam kaprilat (C8 : 0) 5.3 Asam kaprat (C10 : 0) 5.4 Asam laurat (C12 : 0) 5.5 Asam miristat (C14 : 0)

% g iod/100 g

% mg ek/kg % % % % %

Khas kelapa segar,tidak tengik Normal, khas minyak kelapa Tidak berwarna hingga kuning

pucat Maks 0,2 4,1 – 11,0 Maks 0,2

Maks 2,0

ND – 0,7 4,6 – 10,0 5,0 – 8,0 45,1 – 53,2


(19)

6.

7.

5.6 Asam palmitat (C16 : 0) 5.7 Asam stearat (C18) 5.8 Asam oleat (C18 : 1) 5.9 Asam linoleat (C18 : 2) 5.10 Asam linolenat (C18:3)

Cemaran mikroba 6.1 Angka lempeng total Cemaran Logam : 7.1 Timbal (Pb) 7.2 Tembaga (Cu) 7.3 Besi (Fe) 7.4 Cadmium (Cd)

Cemaran Arsen (As)

% % % % % koloni/ml mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg

7,5 – 10,2 2,0 – 4,0 5,0 – 10,0 1,0 – 2,5 ND – 0,2

Maks 10 Maks 0,1 Maks 0,4 Maks 5,0 Maks 0,1 Maks 0,1

CATATAN ND = No detection (tidak terdeteksi)

Sifat Kimia Fisika VCO

Berikut ini adalah sifat-sifat kimia dan fisika dari minyak kelapa:

• Penampakan : tidak berwarna, Kristal seperti jarum.

• Aroma : ada sedikit berbau asam ditambah harum caramel. • Kelarutan : tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alcohol (1:1). • Berat jenis : 0,883 pada suhu 20 oC.

• pH : tidak terukur karena tidak larut dalam air, namun karena termasuk dalam senyawa asam maka dipastikan memiliki pH dibawah 7. • Presentase penguapan : tidak menguap pada suhu 21 oC (0%).


(20)

• Titik cair : 20-25 oC. • Titik didih : 225 oC.

(Winarno,2006)

2.1.3 Proses Pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO)

Proses pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO) yang banyak dilakukan, diantaranya adalah

a. Pengasaman

Prinsip cara pengasaman adalah asam ditambahkan kedalam krim santan untuk memecahkan emulsi krim sehingga didapatkan minyak dan protein kelapa.

Cara ini memiliki keunggulan antara lain minyak yang dihasilkan memiliki warna jernih sangat menarik, aroma sedap dan harum serta rasa yang enak jika digunakan untuk menggoreng. Disamping itu cara ini memiliki kelemahan yaitu limbahnya menimbulkan pencemeran karena Ph yang terlalu rendah.

b. Penggaraman

Prinsip cara penggaraman adalah menambahkan garam – garam tertentu kedalam krim santan sehingga krim tersebut setelah beebrapa hari waktu keluar minyak dan proteinnya. Cara ini memiliki kekurangan limbahnya juga menimbulkan pencemaran karena pH karena yang tinggi .


(21)

Cara ini lebih aman dari kedua cara diatas karena tidak ada asam dan garam yang digunakan sehingga limbahnya tidak mencemari lingkungan. Prinsip cara pancingan adalah menambahkan minyak ke dalam krim santan dan menunggu krim santan tersebut samapai keluar minyaknya (M. Yahya, 1990). Menurut Berlina Rindengan, campuran tersebut didiamkan selama 12 jam sehingga terbentuk tiga lapisan yaitu : minyak, blondo, dan air.

d. Centrifugasi

Daging buah kelapa yang telah diparut diberi air, kemudian diperas dan disaring sehingga menghasilkan santan. Santan ditampung dalam tempat atau wadah, proses selanjutnya santan dicentrifugasi sehingga diperoleh 3 (tiga) lapisan, yaitu lapisan protein, air , dan minyak . Ketiga lapisan tersebut tersebut merupakan komposisi di dalam santan yang terpisah karena perbedaan berat jenis. Lapisan paling atas yang berupa minyak merupakan produk Virgin Coconut Oil (VCO).

e. Fermentasi

Pengolahan awalnya sama seperti pengolahan seperti sentrifugasi, hanya berbeda pada teknik pengambilan minyaknya. Setelah dihasilkan santan, Kemudian ditampung didalam suatu wadah atau tempat yang transparan lalu ditutup dan didiamkan. Satu jam berselang krim yang terbentuk pada santan dipisahkan dari air. Air dibuang, sementara krim ditambah dengan mikroba dan diaduk secara merata. Mikroba berfungsi untuk membantu pengumpalan protein agar terpisah dengan minyak . Setelah itu krim didiamkan selama 10 jam sehingga diperoleh minyak.


(22)

2.1.3 Protein

Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.

Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, seperti misalnya protein yang membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem kekebalan (imun) sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon, sebagai komponen penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam transportasi hara. Sebagai salah satu sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino bagi organisme yang tidak mampu membentuk asam amino tersebut (heterotrof).

Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain polisakarida, lipid, dan polinukleotida, yang merupakan penyusun utama makhluk hidup. Selain itu, protein merupakan salah satu molekul yang paling banyak diteliti dalam biokimia. Protein ditemukan oleh Jöns Jakob Berzelius pada tahun 1838.

Biosintesis protein alami sama dengan ekspresi genetik. Kode genetik yang dibawa DNA ditranskripsi menjadi RNA, yang berperan sebagai cetakan bagi translasi yang dilakukan ribosom.[1] Sampai tahap ini, protein masih "mentah", hanya tersusun dari asam


(23)

amino proteinogenik. Melalui mekanisme pascatranslasi, terbentuklah protein yang memiliki fungsi penuh secara biologi.

2.1.3.1 Struktur Protein

Gambar2. 1, struktur protein

Struktur tersier protein. Protein ini memiliki banyak struktur sekunder beta-sheet dan alpha-helix yang sangat pendek. Model dibuat dengan menggunakan koordinat dari Bank Data Protein (nomor 1EDH).

Struktur protein dapat dilihat sebagai hirarki, yaitu berupa struktur primer (tingkat satu), sekunder (tingkat dua), tersier (tingkat tiga), dan kuartener (tingkat empat).[4] Struktur primer protein merupakan urutan asam amino penyusun protein yang dihubungkan melalui ikatan peptida (amida). Sementara itu, struktur sekunder protein adalah struktur tiga dimensi lokal dari berbagai rangkaian asam amino pada protein yang distabilkan oleh ikatan hidrogen. Berbagai bentuk struktur sekunder misalnya ialah sebagai berikut:


(24)

alpha helix (α-helix, "puntiran-alfa"), berupa pilinan rantai asam-asam amino berbentuk seperti spiral;

beta-sheet (β-sheet, "lempeng-beta"), berupa lembaran-lembaran lebar yang tersusun dari sejumlah rantai asam amino yang saling terikat melalui ikatan hidrogen atau ikatan tiol (S-H);

beta-turn, (β-turn, "lekukan-beta"); dan

gamma-turn, (γ-turn, "lekukan-gamma").[4]

2.1.3.2 Kekurangan Protein

Protein sendiri mempunyai banyak sekali fungsi di tubuh kita. Pada dasarnya protein menunjang keberadaan setiap sel tubuh, proses kekebalan tubuh. Setiap orang dewasa harus sedikitnya mengkonsumsi 1 g protein pro kg berat tubuhnya. Kebutuhan akan protein bertambah pada perempuan yang mengandung dan atlet-atlet.

Kekurangan Protein bisa berakibat fatal:

• Kerontokan rambut (Rambut terdiri dari 97-100% dari Protein -Keratin)

• Yang paling buruk ada yang disebut dengan Kwasiorkor, penyakit kekurangan protein.[6] Biasanya pada anak-anak kecil yang menderitanya, dapat dilihat dari yang namanya busung lapar, yang disebabkan oleh filtrasi air di dalam

pembuluh darah sehingga menimbulkan odem.Simptom yang lain dapat dikenali adalah:

o hipotonus


(25)

o hati lemak

• Kekurangan yang terus menerus menyebabkan marasmus dan berkibat kematian.

2.1.3.3 Keuntungan Protein

• Sumber energi

• Pembetukan dan perbaikan sel dan jaringan

• Sebagai sintesis hormon,enzim, dan antibodi

• Pengatur keseimbangan kadar asam basa dalam sel

(Google, 2004)

2.1.5 Membran

Membran ialah sebuah penghalang selektif antara dua fasa. Membran memiliki ketebalan yang berbeda-beda, ada yang tebal dan ada juga yang tipis sertaada yang homogen dan ada juga ada heterogen. Ditinjau dari bahannya membranterdiri dari bahan alami dan bahan sintetis. Bahan alami adalah bahan yang berasaldari alam misalnya pulp dan kapas, sedangkan bahan sintetis dibuat dari bahan kimia, misalnya polimer.

Membran berfungsi memisahkan material berdasarkan ukuran dan bentuk molekul, menahan komponen dari umpan yang mempunyai ukuran lebih besar dari pori- pori membran dan melewatkan komponen yang mempunyai ukuran yang lebihkecil. Larutan yang mengandung komponen yang tertahan disebut konsentrat dan larutan yang mengalir disebut permeat. Filtrasi dengan menggunakan membran selain berfungsi


(26)

sebagai sarana pemisahan juga berfungsi sebagai sarana pemekatan dan pemurnian dari suatu larutan yang dilewatkan pada membran tersebut.

Teknik pemisahan dengan membran umumnya berdasarkan ukuran partikel dan berat molekul dengan gaya dorong berupa beda tekan, medan listrik dan beda konsentrasi. Proses pemisahan dengan membran yang memakai gaya dorong berupa beda tekan umumnya dikelompokkan menjadi empat jenis diantaranya mikromembran, ultramembran, nanomembran dan reverse osmosis.

Teknologi membran memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan proses lain, antara lain :

• Pemisahan dapat dilakukan secara kontinu • Konsumsi energi umumnya relatif lebih rendah

• Proses membran dapat mudah digabungkan dengan proses pemisahan lainnya ( hybrid processing)

• Pemisahan dapat dilakukan dalam kondisi yang mudah diciptakan • Mudah dalam scale up

• Tidak perlu adanya bahan tambahan

• Material membrane bervariasi sehingga mudah diadaptasikan pemakaiannya.

Kekurangan teknologi membran antara lain : fluks dan selektifitas karena pada proses membran umumnya terjadi fenomena fluks berbanding terbalik dengan selektifitas. Semakin tinggi fluks seringkali berakibat menurunnya selektifitas dan sebaliknya. Sedangkan hal yang diinginkan dalam proses berbasiskan membran adalah mempertinggi fluks dan selektifitas.


(27)

2.1.6. Proses Pemisahan Menggunakan Membran

Operasi membran dapat didefinisikan sebagai pemisahan yang aliran feednya dibagi menjadi dua aliran yaitu permeat, berisi material yang lolos seprti melalui membrane dan rententat, berisi material yang tidak lolos, seperti yang terlihat pada gambar 2.6. Operasi membrane dapat digunakan untuk pemeketan atau pemurnian larutan atau suspense (pemisahan solvent – solute atau pemisahan partikel) dan pemisahan campuran (pemisahan solute - solute).

Gambar 2.2 Skema pemisahan oleh membrane membran

Proses perpindahan suatu molekul atau partikel di dalam membran disebabakan karena adanya gaya yang bekerja pada molekul atau partikel tersebut yang disebut gaya dorong (driving force). Gaya dorong didefinisikan sebagai besarnya beda potensial pada membran dibagi dengan


(28)

ketebalan membran. Beda potensial terjadi akibat adanya perbedaan tekanan, konsentrasi, dan temperatur. Keuntungan – keuntungan proses pemisahan dengan menggunakan membran, antara lain:

1. Pemisahan dilakukan pada suhu kamar tanpa perubahan fase, sehingga terdapat penghematan energy bila dibandingkan dengan proses distilasi.

2. Pada pemisahan tidak terdapat akumulasi produk di dalam membran. Membran dapat digunakan secara terus - menerus tanpa regenerasi seperti pada resain pertukaran ion. 3. Pemisahan dapat dilakukan tanpa penambahan bahan addiktif kimia seperti pemurnian air

dengan pengendapan / sedimentasi. Sehingga kualitas produk tetap terjaga dan limbah tidak banyak mengandung polutan.

2.1.7 Klasifikai membran

Berdasrkan perbedaan tekanan 1. Mikrofiltrasi

Mikrofiltrasi merupakan pemisahan partikel berukuran micron atau submicron. Bentuknya lazim berupa cartridge, gunanya untuk menghilangkan partikel dari air yang berukuran 0,04 sampai 100 mikron. Asalkan kandungan pdatan total terlaruttidak melebihi 100 ppm. Filtrasi cartridge merupakan filtrasi mutlak. Artinya partikel padat akan tertahan, terkadang cartridge yang berbentuk silinder itu dapat dibersihkan. Cartridge tersebut diletakkan di dalam wadah tertentu (housing). Bahan cartridge beraneka : katun, wool, rayon, selulosa, fiberglass, poly propilen, akrilik, nilon, asbes, ester-ester selulosa, polimer hidrokarbon terfluorinasi.


(29)

(1) Cartridge leletan

(2) Cartridge rajut-lekatan-terjurai

(3) Cartridge lembar – berpori (kertas saring khusus, media nirpintal,membran, berkarbon).

Membran mikrofiltrasi memiliki ukuran pori antara 0,05 sampai 10 µm (I G. Wenten) mikrofiltrasi digunakan pada berbagai macam aplikasi di industri, terutama untuk pemisahan partikel berukuran > 0,1 µm dari larutannya. Tekanan operasinya sekitar 0,5 – 5 atm (Google, 2004).

2. Osmosis Balik (RO)

Membran RO dibuat dari berbagai bahan seperti selulosa asetat (CA), poliamida (PA), poliamida aromatis, polieteramida,polieteramina, polieterurea, polifelilene oksida, polifenilen bibenzimidazol,dsb. Membran komposit film tipis terbuat dari berbagai bahan polimer untuk substratnya ditambah polimer lapisan fungsional diatasnya

Membran mengalami perubahan karena memampat dan fouling (sumbat). Pemampatan atau fluks-merosot itu serupa dengan perayapan plastic/logam bila terkena beban tegangan kompresi. Makin besar tekanan dan suhu, biasanya tak reversible dan membran makin mampat. Normalnya, membran bekerja pada suhu 21- 35 derajat celcius. Fouling membran itu diakibatkan oleh zat-zat dalam air baku misalnya kerak, pengendapan koloid, oksida logam, organic dan silica. Berdasarkan kajian ekonomi menunjukkan osmosis balik mempunyai keuntungan sebagai berikut:


(30)

merupakan perlakuan yang murah.

2. Untuk umpan padatan total terlarut di ats 400 ppm, dengan penurunan padatan total terlarut 10% semula, osmosis balik sangat menguntungkan dibanding dengan deionisasi

3. Untuk umpan berapapun konsentrasi padatan total terlarut, disertai kandungan organic lebih daripada 15 g/liter, osmosis balik sangat baik untuk praperlakuan deionisasi.

4. Osmosis balik sedikit berhubungan dengan bahan kimia, sehingga lebih praktis.

3. Ultrafiltrasi

Membran ultrafiltrasi adalah teknik proses pemisahan (menggunakan) membran untuk menghilangkan berbagai zat terlarut BM (berat molekul) tinggi, aneka koloid, mikroba sampai padatan tersuspensi dari air larutan. Membran semipermeabel dipakai untuk memisahkan makromolekul dari larutan. Ukuran dan bentuk molekul terlarut merupakan faktor penting.

Dalam teknologi pemurnian air, membran ultrafiltrasi dengan berat molekul membrane (MWC) 1000 – 20000 lazim untuk penghilangan pirogen, sedangkan berat molekul membrane (MWC) 80.000- 100.000 untuk pemakaian penghilangan koloid. Terkadang pirogen (BM 10.000- 20.0000) dapat dihilangkan oleh membrane 80.000 karena adanya membrane dinamis.

Tekanan sistem ultrafiltrasi biasanya rendah, 10-100 psi (70-700 kPa), maka dapat menggunakan pompa sentrifugal biasa. Membran ultrafiltrasi sehubungan


(31)

dengan pemurnian air dipergunakan untuk menghilangkan koloid (penyebab fouling) dan penghilangan mikroba, pirogen dan partikel dengan modul higienis.

Membran ultrafiltrasi dibuat dengan mencetak polimer selulosa acetate (CA) sebagai lembaran tipis. Fluks maksimum bila membrannya anisotropic, ada kulit tipis rapat dan pengemban berpori. Membran selulosa acetate (CA) mempunyai sifat pemisahan yang bagus namun sayangnya dapat dirusak oleh bakteri dan zat kimia, rentan pH. Adapula membrane dari polimer polisulfon, akrilik, juga polikarbonat, PVC, poliamida, piliviniliden fluoride, kopolimer AN-VC, poliasetal, poliakrilat, kompleks polielektrolit, PVA ikat silang. Juga dapat dibuat membrane dari keramik, aluminium oksida, zirconium oksida, dsb.

Dalam pengolahan air, ultrafiltrasi dapat didefinisikan sebagai operasi penjernihan dan disinfeksi dengan menggunakan membran. Membran UF porous dan dapat menahan solute dengan ukuran makromolekul, mikroorganisme seperti virus dan bakteri, dan segala macam partikel. Tekanan operasinya sekitar 1 – 10 atm dan memiliki ukuran pori 5 – 20 nm.

4. Nanofiltrasi

Proses nanofiltrasi merejeksi kesadahan, menghilangkan bakteri dan virus, menghilangkan warna karena zat organik tanpa menghasilkan zat kimia berbahaya seperti hidrokarbon terklorinisasi. Nanofiltrasi cocok bagi air padatan total terlarut rendah, dilunakkan dan dihilangkan organiknya.


(32)

daripada yang ekavalen, sesuai saat membrane itu diproses, formulasi bak pembuat, suhu, waktu annealing, dan lain-lain. Formulasi dasarnya mirip osmosis balik tetapi mekanisme operasionalnya mirip ultrafiltrasi. Jadi nanofiltrasi itu gabungan antara osmosisi balik dan ultrafiltrasi.

Tabel 2.3 proses membran berdasarkan gaya dorong tekanan Peoses Membran Struktur Membran Ukuran

Pori

Prinsip Pemisahan

Kegunaan Driving forse 1. Mikrofiltrasi 2. Ultrafiltrasi 3. Nanofiltrasi 4. Reverse Osomosis Asimetris berpori Asimetris berpori Komposit Asimetris/komposit

0,05-10 µm

1-100 µm

< 2 µm

< 2 µm

Penyaringan Penyaringan Pelarutan Pelarutan Sterilisasi kedokteran Fermentasi makanan Desalinasi air payau Desalinasi air laut 0,5-5 atm 1-10 atm 7-30 atm 20-100 atm

2.1.8 Modul membran

Unit terkecil membran yang memiliki luas tertentu adalah modul membran. Modul membran merupakan bagian inti dari suatu instalasi membran. Dekade terakhir pengembangan membran dan modul telah mengurang, akibat kontak fisik secara langsung dan telah membawa modul spiral keempat dapat beroperasi pada tekanan keluaran sebesar 800 Psig (55,2 bar).


(33)

Tabel 2.4 Perbandingan Susunan Modul-modul Membran

Jenis modul Keuntungan Kerugian

Tubular • Mudah dibersihkan

dengan bahan kimia atau secara mekanik jika membran dicemari. • Dapat diproses pada

umpan tertutup dengan pengolahan minimal. • Kontrol hydrodinamik

yang bagus.

• Pipa yang dapat dipindahkan sendiri.

• Dibutuhkan volume yang tinggi untuk per unit area membran (secara relatif)

• Relatif mahal

Spiral Wound • Padat, permukaan membran yang bagus/ rasio volume.

• Sedikit mahal dari modul tubular

• Gampang dimasukkan dengan partikel-partikel.

• Membran yang

tercemar panas sulit dibersihkan.


(34)

membran yang sangat bagus/ rasio volume. • Ekonomis

dimasukkan dengan partikel-partikel.

• Sangat sulit dibersihkan Plate and frame • Permukaan membran

yang bagus/ rasio volume.

• Perlengkapan yang bagus

• Gampang dimasukkan pada aliran dengan titik semu.

• Sulit dibersihkan. • Mahal.

2.1.8.1 Tubular

Modul tubular merupakan membran lurus yang dikelilingi oleh lapisan pendukung berpori (porous sublayer) dan tube penyangga. Umpan mengalir dibagian dalam sepanjang tube dan permeate melalui membran ke dalam lapisan pendukung berpori (porous support tube) dan lubang-lubang pada porous support tube. Diameter dalam tube ini berkisar antara 6-40 mm.


(35)

Modul ini tidak memerlukan prefiltrasi pada feed dan mudah dibersihkan serta mudah beradaptasi dengan fluida yang sangat kental. Kerugian dari pemakaian modul ini adalah packing density-nya rendah sehingga menaikkan capital cost.

2.1.8.2 Spiral Wound

Modul spiral wound merupakan hasil pengembangan dari modul plate and frame. Modul ini pertama kali dikembangkan pada pertengahan tahun 1960-an oleh Gulf General Atomies untuk diaplikasikan pada proses desalinasi. Desain modul ini menyerupai susunan sandwich yang terdiri dari beberapa membran datar (flat sheet), spacer, dan material berpori yang dililitkan mengelilingi suatu saluran pengumpul permeate (permeate collecting tube). Larutan umpan mengalir sepanjang modul dalam celah yang terbentuk antara spacer dan membran atau masuk pada permukaan silindris dari elemen dan keluar secara aksial.

Gambar 2.4 Struktur Modul Spiral Wound

Modul spiral wound ini terdiri dari susunan dua membran flat sheet yang dipisahkan oleh plat penyangga berpori, yaitu suatu mesh permeabel. Membran di segel pada ketiga tepinya sehingga membentuk suatu pocket (kantong) dengan menggunakan epoxy atau polyurethane. Pada tepi satunya lagi (open end) ditempelkan pada suatu tube central yang


(36)

berlubang yang digunakan lagi oleh fiberglass untuk menambah kekuatan mekanik dari membran.

Gambar 2.5 Aliran Spiral Wound

2.1.8.3 Hollow Fiber

Modul hollow fiber merupakan konfigurasi modul yang memiliki packing density paling tinggi yaitu sekitar 1000-10.000 m2/m3. Modul ini terdiri dari susunan serat yang sangat halus yang disusun menjadi suatu bundel dalam suatu shell silindris, dimana dalam satu bundel terdapat 5 - 10.000 serat. Diameter luar serat berada dalam kisaran 80 – 200 µm.


(37)

Modul hollow fiber dapat dioperasikan dengan aliran umpan kedalam serat (inside-out) atau aliran umpan dari luar serat (outside-in). Pada umumnya dioperasikan dengan aliran umpan kedalam serat dengan permeate mengalir secara radikal keluar melalui dinding serat (inside-out), dan hal ini memungkinkan alat untuk dioperasikan pada tekanan lintas membran yang lebih tinggi karena membran jenis MF dan UF memiliki stabilitas struktural yang tinggi.

Keuntungan lain dari modul ini ini adalah pada pengolahan air dengan proses ultrafiltrasi memungkinkan dilakukan backflushing dengan cara mendorong permeate masuk ke dalam membran dengan tekanan yang lebih besar daripada tekanan feed. Perubahan arah aliran melalui dinding serat akan melepaskan cake partikel yang tertahan pada permukaan serat, keluar dari modul mengikuti aliran fluida.

2.1.7.4 Plate and Frame


(38)

Modul ini terdiri atas lembaran membran dan plat penyangga (support plate). Membran dan plate disegel dengan menggunakan gasket atau dapat juga direkatkan langsung dengan heating seal (menggunakan panas) atau perekat tertentu untuk membentuk suatu elemen membran yang menyatu. Beberapa elemen / plat ini kemudian disusun membentuk suatu tumpukan (stack) dan membentuk suatu modul yang lengkap. Jarak antar plat biasanya sekitar 0,5 – 3 mm.

Gambar 2.8 Skema Aliran Modul Plate & Frame

2.1.8 Jenis Bahan Membran

Bahan yang secara komersil tersedia dipasaran, dapat dilihat di bawah ini : Tabel 2.5 Bahan membran komersil yang tersedia dipasaran

No Proses Membran Material

1 Reverse Osmosis Cellulosa acetat, Polyamide, Thin film Composite

2 Nanofiltrasi Cellulosa acetat, Polyamide, Thin film Composite

3 Ultrafiltrasi

Cellulosa acetat, Regenerated cellulosa, Polyamide, Poly acrilonitril, polysulfon, Polyvinilideneflouride, Thin film composite.


(39)

1. Membran Selulose Asetat

Selulosa asetat adalah suatu senyawa kimia buatan yang digunakan dalam film fotografi dan merupakan komponen dalam bahan perekat,serta sebagai serat sintetik.Secara kimia, selulosa asetat adalah ester dari asam asetat dan selulosa. Senyawa ini pertama kali dibuat pada tahun 1865. Selulosa asetat atau acetate rayon fiber (1924) merupakan salah satu serat sintetik yang pertama diproduksi berdasarkan pada cotton or tree pulp cellulose ("biopolymers"). Selulosa asetat merupakan serat dengan kualitas bagus yang diproduksi dengan biaya rendah (murah).Sifatnya halus, lembut, kering, ulet, rendah ketahanannya terhadap abrasi, tidak menimbulkan alergi,tidak tahan panas, serta bersifat hidrofilik (suka terhadap air), tahan terhadap pembentukan fouling.

2. Membran Selulosa Nitrat

Selain selulosa asetat salah satu bahan membran yang lain adalah selulosa nitrat. Selulosa nitrat merupakan komponen yang sangat mudah sekali terbakar dan terbentuk dari nitrasi cellulose (melalui ekspose untuk asam nitric). Kompenen ini digunakan sebagai propellant atau bahan peledak rendah. Membran ini mempunyai ukuran pori sama dengan membran selulosa asetat yaitu 0,45 cm.

(I.G. Wenten, 2001) 4 Mikrofiltrasi Cellulosa asetat, Ceramie, Polycarbonat,


(40)

2.1.9 Operasi proses ultrafiltrasi dan reverse osmosis

Operasi membran dapat diartikan sebagai proses pemisahan dua atau lebih komponen dari aliran fluida melalui suatu membran. Membran berfungsi sebagai penghalang (Barrier) tipis yang sangat selektif diantara dua fasa, hanya dapat melewatkan komponen tertentu dan menahan komponen lain dari suatu aliran fluida yang dilewatkan melalui membran (Mulder, 1996).

Proses membran melibatkan umpan (cair dan gas), dan gaya dorong (driving force) akibat perbedaan tekanan (P), perbedaan konsentrasi (C) dan perbedaan energi (.E). Berkembangnya teknologi membran memberikan alternatif proses lain pada produksi VCO. Dengan memanfaatkan besar molekul, kendala pemisahan, diantaranya waktu yang lama serta kemurnian produk pada proses lain, dapat dihindari.

Proses produksi VCO dengan memakai teknologi membran yang diusulkan adalah sebagai berikut:

a. Pemisahan daging buah dan tempurung.

Buah kelapa yang digunakan hendaknya cukup tua. Daging buah kelapa dipisahkan dari tempurungnya dengan menggunakan linggis.

b. Pemarutan

Pemarutan ini berfungsi untuk memperkecil ukuran dan merusak sel-sel daging buah kelapa agar minyaknya mudah dikeluarkan.

c. Pemerasan

Parutan kelapa diperas untuk mendapatkan santannya. Minyak dapat dikeluarkan dari buah kelapa dengan membentuk emulsi santan dengan air


(41)

d. Penyaringan

Untuk memisahkan santan yang dihasilkan dengan cake (parutan kelapa yang sudah diperas).

e. Pemisahan

Dilakukan secara dua tahap yaitu:

a. Ultrafiltrasi, untuk memisahkan protein dari air dan minyak

b. Reverse osmosis, untuk memisahkan minyak dari air VCO yang dihasilkan dengan melibatkan teknologi membran ini diharapkan dapat mempermudah produksi VCO dengan spesifikasi produksi yang berkualitas sangat tinggi.


(42)

II.2 Landasan Teori

2.2.1 Membran Ultrafiltrasi

Proses membran Ultrafiltrasi (UF) merupakan upaya pemisahan dengan membran yang menggunakan gaya dorong beda tekanan sangat dipengaruhi oleh ukuran dan distribusi pori membran. Proses pemisahan terjadi pada partikel-partikel dalam rentang ukuran koloid. Terjadinya perpindahan disebabkan adanya driving force. Proses perpindahan karena adanya driving force berupa beda potensial kimia, lebih spesifik lagi disebabkan oleh faktor tekanan.

Sistem aliran yang digunakan adalah sistem aliran dead-end .Sistem ini dipilih mengingat kemudahan dalam pembuatan alat dan operasinya. Selain itu mengingat kontaminan yang akan dipisahkan terdapat dalam konsentrasi yang relatif rendah, maka sistem dead-end akan lebih menguntungkan dibanding sistem aliran cross-flow.Sistem operasi yang dipilih adalah kontinyu singel pass. Pemakaian sistem operasi single pass pada ultrafiltrasi disebabkan oleh kemudahan pemisahan protein yang berbentuk Suspended Solid dari larutan, selain itu tidak diperlukan spesifikasi tertentu untuk produknya .Waktu yang diperlukan pada ultrafiltrasi sangat singkat karena memakai sistem single pass.


(43)

Karakteristik kinerja membran digambarkan oleh retention dan permeation rate. Secara umum pemisahan dengan membran terdiri dari tiga aliran utama yaitu umpan, permeate dan retentate. Konsentrasi umpan akan lebih kecil dari permeate atau retentate nya. Berdasarkan fenomena tersebut maka ada beberapa parameter proses yang dapat membedakan proses satu dengan proses lainnya Baik pada proses ultrafiltrasi maupun reverse osmosis produksi VCO, diharapkan rejeksi dan selektifitas yang tinggi, untuk menghasilkan produk yang diinginkan Sistem yang memakai resirkulasi adalah pada bagian reverse osmosis yang bertujuan untuk mencapai spesifikasi produk.

2.2.3 Keunggulan Modul Plate & Frame

Salah satu modul yang digunakan dalam operasi membrane adalah plate & frame. Adapun keunggulan dari modul ini adalah relative cukup resistan terhadap penyumbatan karena permukaan saluran masuk yang cukup luas, selain itu relative lebih mudah terhadap pendeteksian kebocoran dan penggantian unit membrane yang telah rusak, mudah dalam pembersihan dan laju alirnya medium sehingga tidak membutuhkan tekanan yang terlalu besar. (Google,2005).

Karakteristik Membran Ultrafiltrasi

Jenis : Ultrafiltrasi

Ketebalan : 150 µm


(44)

Gaya pendorong : tekanan (1 – 10 bar)

Prinsip pemisahan : mekanisme penyaringan

Material membrane : Polimer, keramik.

Aplikasi utama : dairy (susu, whey, pembuatan keju), pengolahan air, metalurgi

(emulsi minyak-air, elektropaint recovery).

(Sumber: I.G. Wenten).

2.2.3 Karakteristik Membran

Karakteristik membran dilakukan untuk mengetahui sifat – sifat membran yang dihasilkan. Dengan karakteristik ini akan memberikan sejauh mana efisiensi dan efektifitas yang dapat diperoleh dari membran yang telah dibuat. Ada beberapa macam teknik yang bisa digunakan untuk mengetahui karakteristik membran, namun dalam penelitian ini hanya digunakan 2 teknik yang umum, yaitu permeabilitas dan permeselektifitas.

A. Permeabilitas

Permeabilitas menyatakan ukuran kecepatan suatu spesi tertentu untuk melewati membran. Membran yang baik adalah membran yang mempunyai permeabilitas yang besar. Metode permeabilitas digunakan dengan asumsi daya kapilaritas melalui pori membran, ukuran pori dapat dihitung melalui fluks yang melalui membran pada temperatur konstan dengan menggunakan persamaan :


(45)

Hagen Poiseuille :

Dimana j adalah fluks fluida melalui membran dengan driving force

∆P/∆X, ∆P merupakan perbedaan tekanan (N/m²) dan ∆X adalah ketebalan membran (m). Faktor pembanding terdiri dari jari – jari r (m), viscositas cairan

η (pa.s), polaritas permukaan membran є (= n π r² / luas permukaan) dan faktor

tortuosity τ.

Metode ini sangat mudah, fluks fluida melalui membran dihitung sebagai fungsi tekanan. Pada saat tekanan minimum, pori terbesar menjadi permeable, pori yang lebih kecil masih bersifat impermiable. Tekanan minimum sangat bergantung pada tipe material membran (sudut kontak), tipe permeat (tegangan permukaan) dan ukuran pori. Persamaan yang cukup sederhana untuk menyatakan permeabilitas adalah :

J =

Dimana :

V = adalah volume permeat (Liter)

t = adalah selang waktu pengambilan permeat (jam) A = adalah luas permukaan membran (m³)


(46)

Permeselektivitas adalah kemampuan membran untuk menahan atau melewatkan suatu spesi tertentu. Untuk membran berpori Permeselektivitas ditentukan oleh batas berat molekul yang dapat ditahan.

Pada proses ultrafiltrasi kemampuan membran dinyatakan dengan kemampuan untuk menahan molekul yang mempunyai ukuran spesifik. Hal ini diukur dengan rejeksi (R) yang dapat ditulis :

% R = [1 – Cp/Cf] x 100% Dimana :

Cp adalah konsentrasi permeat Cr adalah konsentrasi feed

2.2.4 Tekanan Hidrostatik

Tekanan hidrostatis adalah tekanan yang berlaku pada fluida atas dasar Hukum Pascal. Tekanan ini diberikan oleh gaya berat zat cair itu sendiri pada suatu luas bidang tekan. Dengan asumsi bahwa zat cair dalam bentuk lapisan-lapisan sesuai dengan tingkat kedalaman yang terukur dari permukaan zat cair. Maka tekanan hidrostatis zat cair adalah sama besar untuk setiap bagian zat cair yang memiliki kedalaman yang sama.

Rumus tekanan Hidrostatik

P = Tekanan

ρ = massa jenis zat cair


(47)

(48)

II.3 Hipotesa

VCO yang dibuat menggunakan proses sentrifugasi dengan perbedaan variabel kecapatan dan waktu diharapkan didapat variabel waktu dan kecepatan terbaik untuk menghasilkan bahan baku VCO sebagai feed untuk proses membrane ultrafiltrasi. Pada membran ultrafiltrasi juga diberikan variabel berubah waktu dan tekanan untuk mendapatkan kondisi terbaik sehingga dengan bertambahnya tekanan yang diberikan kualitas VCO yang didapatkan semakin baik.


(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Minyak kelapa yang tidak mengalami yang tidak mengalami hidrogenasi disebut minyak kelapa virgin (murni) dan bebas dari lemak trans. Minyak kelapa murni (Virgin Coconut oil) kaya dengan asam laurat, asam lemak rantai medium. Pembuatan Virgin Coconut Oil serta pemurniannya menggunakan bahan, alat, peubah, dan prosedur pelaksanaan sebagai berikut :

III.1 Bahan yang digunakan:

Bahan utama yang kita gunakan adalah krim santan yang diperoleh perasan kelapa. Kelapa ini kita peroleh pasar – pasar tradisional dekat rumah kita. Dalam pemilihan kelapa kita memakai kelapa tua(berumur sekitar 2 bulan) serta memiliki banyak santan. Selain itu dalam memeras kelapa kita memakai aquadest yang telah tersedia dilaboratorium. Dalam pemurnian VCO yang menggunakan metode membrane ultrafiltrasi ini menggunakan membrane Cellulosa Nitrat.

III.2 Alat yang digunakan:

Alat utama yang kita gunakan dalam pembuatan VCO adalah satu set alat centrifuge dan untuk pemurnian VCO kita menggunakan satu set alat membrane ultrafiltrasi. Sedangkan alat – alat bantu lainnya seperti neraca analitik, gelas ukur, corong, spatula, gelas taperwear, pipet.


(50)

III.4 Gambar Rangkaian Alat

Gambar rangkaian alat centrifug


(51)

III.4 Variabel – Variabel Penelitian :

Peningkatan Kualitas VCO dengan membran Ultrafiltrasi

1. Variabel Tetap

a. Jenis membran : Ultrafiltrasi b. Modul membran : Plate and frame c. Bahan membran : Nitrocellulose d. Volume umpan : 1 liter

2. Variabel Berubah

a. Tekanan operasi (∆P) : 1.04; 1.46; 1.53; 1.64 1.71 b. Waktu operasi :30, 60, 90, 120, 150 (menit)


(52)

III.5 Prosedur Penelitian

Peningkatan Kualitas VCO dengan Membran Ultrafiltrasi

Dengan susunan peralatan seperti pada gambar, VCO yang digunakan sebagai umpan membran dengan volume sebanyak 1 liter dimasukkan dalam tangki umpan, kemudian dialirkan ke modul membran dengan menggunakan pompa dengan tekanan yang telah ditentukan. Sistem dioperasikan 0,5 jam untuk menstabilkan kondisi proses, dimana permeat ditampung untuk dianalisa sesuai dengan variabel yang dijalankan, sedangkan retentate di recycle. Diulangi dengan cara yang sama untuk tekanan operasi dan waktu operasi yang berbeda.

VCO sebanyak 1 lit er

M em bran Ult rafilt asi

Perm eat Ret ent at

Analisa kadar asam laurat , air, prot ein


(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Tabel Hasil Analisa dan Perhitungan

IV.1.1 Tabel hasil analisa

Bahan Yang Wakt u feed Tekanan (ppm)

Di analisa (menit ) (ppm) p1 p2 p3 p4 p5

30 menit 1.8 0.435 0.211 0.025 0.008

60 menit 1.85 0.5 0.245 0.04 0.011

air permeat 90 menit 4.17 2.1 0.875 0.285 0.054 0.015

120 menit 2.555 1 0.35 0.066 0.018

150 menit 2.64 1.084 0.372 0.071 0.023

Bahan Yang Wakt u feed Tekanan (ppm)

Di analisa (menit ) (ppm) p1 p2 p3 p4 p5

30 menit 32.881 34 35.69 40 44.888

60 menit 35.6 36.666 37.755 42.95 46.455

asam laurat

permeat 90 menit 36.67 35.75 38.025 38.85 44.1 47.55

120 menit 37.016 40.75 41.75 44.85 49

150 menit 38.03 41.28 43.94 46.17 49.43

Bahan Yang Wakt u Feed Tekanan (ppm)

Di analisa (menit ) (ppm) p1 p2 p3 p4 p5

30 menit 0.055 0.032 0.018 0.011 0.003

60 menit 0.068 0.043 0.023 0.014 0.005

prot ein permeat 90 menit 0.247 0.081 0.054 0.028 0.016 0.006

120 menit 0.107 0.06 0.032 0.02 0.009


(54)

IV.2 Tabel hasil perhitungan a. Protein permeat

t ekanan w akt u Volume Luas permukaan membran fluks(J)

% rejeksi

1.4026960 30 70 0.63585 13.21066289 77.7

1.4026960 60 94 0.63585 8.870016513 72.5

1.4026960 90 120 0.63585 7.548950224 67.2

1.4026960 120 140 0.63585 6.605331446 56.7

1.4026960 150 160 0.63585 6.039160179 53.4

t ekanan w akt u Volume Luas permukaan membran fluks(J)

% rejeksi

1.4558760 30 75 0.63585 14.15428167 87

1.4558760 60 98 0.63585 9.247464025 82.6

1.4558760 90 123 0.63585 7.73767398 78.1

1.4558760 120 147 0.63585 6.935598018 75.7

1.4558760 150 171 0.63585 6.454352442 74.9

t ekanan w akt u Volume Luas permukaan membran fluks(J)

% rejeksi

1.5336264 30 80 0.63585 15.09790045 92.7

1.5336264 60 105 0.63585 9.907997169 90.7

1.5336264 90 128 0.63585 8.052213572 88.7

1.5336264 120 154 0.63585 7.2658646 87.0

1.5336264 150 176 0.63585 6.643076197 83.4

Tekanan w akt u Volume Luas permukaan membran fluks(J)

% rejeksi

1.6353320 30 86 0.63585 16.230243 95.5

1.6353320 60 110 0.63585 10.37980656 94.3

1.6353320 90 133 0.63585 8.366753165 93.5

1.6353320 120 160 0.63585 7.548950224 91.9


(55)

Tekanan w akt u Volume Luas permukaan membran fluks(J)

% rejeksi

1.7112470 30 90 0.63585 16.985138 98.8

1.7112470 60 117 0.63585 11.0403397 98.0

1.7112470 90 140 0.63585 8.807108595 97.6

1.7112470 120 165 0.63585 7.784854919 96.4

1.7112470 150 188 0.63585 7.096013211 95.5

b. Air Permeat

t ekanan w akt u Volume Luas permukaan membran fluks(J)

% rejeksi

1.4026960 30 70 17.34065 0.484410907 56.8

1.4026960 60 94 17.34065 0.325247323 55.6

1.4026960 90 120 17.34065 0.276806233 49.6

1.4026960 120 140 17.34065 0.242205454 38.7

1.4026960 150 160 17.34065 0.221444986 36.7

t ekanan w akt u Volume Luas permukaan membran fluks(J)

% rejeksi

1.4558760 30 75 17.34065 0.519011686 89.6

1.4558760 60 98 17.34065 0.339087635 88.0

1.4558760 90 123 17.34065 0.283726389 79.0

1.4558760 120 147 17.34065 0.254315726 76.0

1.4558760 150 171 17.34065 0.236669329 74.0

t ekanan w akt u Volume Luas permukaan membran fluks(J)

% rejeksi

1.5336264 30 80 17.34065 0.553612466 94.9

1.5336264 60 105 17.34065 0.36330818 94.1

1.5336264 90 128 17.34065 0.295259982 93.2

1.5336264 120 154 17.34065 0.266425999 91.6

1.5336264 150 176 17.34065 0.243589485 91.1

t ekanan w akt u Volume Luas permukaan membran fluks(J)

% rejeksi

1.6353320 30 86 17.34065 0.5951334 99.4

1.6353320 60 110 17.34065 0.38060857 99.0

1.6353320 90 133 17.34065 0.306793575 98.7

1.6353320 120 160 17.34065 0.276806233 98.4


(56)

t ekanan w akt u Volume Luas permukaan membran fluks(J)

% rejeksi

1.7112470 30 90 17.34065 0.622814024 99.8

1.7112470 60 117 17.34065 0.404829115 99.7

1.7112470 90 140 17.34065 0.322940605 99.6

1.7112470 120 165 17.34065 0.285456428 99.6

1.7112470 150 188 17.34065 0.260197859 99.4

c. Asam Laurat Permeat

Tekanan w akt u Volume Luas permukaan membran fluks(J)

1.4026960 60 70 17.34065 0.242205454

1.4026960 60 94 17.34065 0.325247323

1.4026960 90 120 17.34065 0.276806233

1.4026960 120 140 17.34065 0.242205454

1.4026960 150 160 17.34065 0.221444986

Tekanan w akt u Volume Luas permukaan membran fluks(J)

1.4558760 30 75 17.34065 0.519011686

1.4558760 60 98 17.34065 0.339087635

1.4558760 90 123 17.34065 0.283726389

1.4558760 120 147 17.34065 0.254315726

1.4558760 150 171 17.34065 0.236669329

Tekanan w akt u Volume Luas permukaan membran fluks(J)

1.5336264 30 80 17.34065 0.553612466

1.5336264 60 105 17.34065 0.36330818

1.5336264 90 128 17.34065 0.295259982

1.5336264 120 154 17.34065 0.266425999

1.5336264 150 176 17.34065 0.243589485

Tekanan w akt u Volume Luas permukaan membran fluks(J)

1.6353320 30 86 17.34065 0.5951334

1.6353320 60 110 17.34065 0.38060857

1.6353320 90 133 17.34065 0.306793575

1.6353320 120 160 17.34065 0.276806233

1.6353320 150 182 17.34065 0.251893672


(57)

Tekanan w akt u Volume Luas permukaan membran fluks(J)

1.7112470 30 90 17.34065 0.62281402

1.7112470 60 117 17.34065 0.40482912

1.7112470 90 140 17.34065 0.322940605

1.7112470 120 165 17.34065 0.285456428


(58)

IV.2 Grafik dan Pembahasan

a. Protein Permeat

Grafik 4.1 : Pengaruh Tekanan dan waktu terhadap Fluks ( Protein Permeat)

Pembahasan :

Dari grafik 4.1 menunjukkan bahwa dengan bertambahnya tekanan operasi akan mengakibatkan peningkatan fluks. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tekanan maka kecepatan VCO untuk melewati membrane semakin cepat.. Dalam grafik juga menunjukkan bahwa semakin lama waktu operasi, kecepatan VCO melewati membrane semakin menurun. Hal ini disebabkan karena terjadinya fouling (penyumbatan) pada membrane sehingga kecepatan VCO untuk melewati membrane semakin menurun.

0,0000000 0,0200000 0,0400000 0,0600000 0,0800000 0,1000000 0,1200000 0,1400000 0,1600000 0,1800000 0,2000000

1,350 1,400 1,450 1,500 1,550 1,600 1,650 1,700 1,750

F lu k s ( J) m l/ c m m e n it Tekanan (atm) t 1 t 2 t 3 t 4 t 5


(59)

Grafik 4.2 : Pengaruh Tekanan terhadap % Rejeksi (Protein Permeat)

Pembahasan :

Dari grafik 4.2 menunjukkan bahwa semakin tinggi tekanan maka % rejeksi pada membrane semakin naik. Ini menunjukkan semakin tinggi tekanan maka kemampuan membrane semakin meningkat. Pada tekanan paling besar kemampuan membrane mendekati sempurna yaitu 98.8%. Maka dari itu semakin tinggi tekanan, kinerja membrane semakin baik. Meningkatnya persen rejeksi di sebabkan karena menurunnya kosentrasi protein dalam permeat.

0,000 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000

1,350 1,400 1,450 1,500 1,550 1,600 1,650 1,700 1,750

%

r

e

je

k

s

i

Tekanan (atm)

t 1

t 2

t 3

t 4


(60)

b. Air permeat

Grafik 4.3 : Pengaruh tekanan dan waktu operasi terhadap fluks (Air Permeat)

Pembahasan :

Dari grafik 4.3 menunjukkan bahwa peningkatan tekanan operasi akan mengakibatkan peningkatan fluks. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tekanan maka kecepatan VCO untuk melewati membrane semakin cepat.. Dalam grafik juga terlihat semakin lama waktu operasi kecepatan membrane semakin menurun. Hal ini disebabkan terjadinya fouling (penyumbatan) pada membrane sehingga kecepatan untuk melewati membrane semakin menurun. 0,0000000 0,0200000 0,0400000 0,0600000 0,0800000 0,1000000 0,1200000 0,1400000 0,1600000 0,1800000 0,2000000

1,350 1,400 1,450 1,500 1,550 1,600 1,650 1,700 1,750

F lu k s ( J) m l/ c m m e n it Tekanan (atm) t 1 t 2 t 3 t 4 t 5


(61)

Grafik 4.4 : Pengaruh tekanan terhadap % Rejeksi (Air Permeat)

Pembahasan :

Dari grafik 4.4 menunjukkan semakin tinggi tekanan maka % rejeksi pada membrane semakin naik. Ini menunjukkan semakin tinggi kemampuan membrane. Pada tekanan paling besar kemampuan membrane mendekati sempurna yaitu 99.8%. Maka dari itu semakin tinggi tekan kinerja membrane semakin baik. Meningkatnya persen rejeksi di sebabkan karena menurunnya kosentrasi protein dalam permeat.

0,000 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000

1,350 1,400 1,450 1,500 1,550 1,600 1,650 1,700 1,750

%

r

e

je

k

s

i

Tekanan (atm)

t 1

t 2

t 3

t 4


(62)

c. Asam laurat Permeat

Grafik 4.5 : Pengaruh tekanan dan waktu terhadap Fluks (Asam Laurat Permeat)

Pembahasan :

Dari grafik 4.5 menunjukkan bahwa peningkatan tekanan operasi akan mengakibatkan peningkatan fluks. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tekanan maka kecepatan VCO untuk melewati membrane semakin cepat. Dalam grafik juga terlihat semakin lama waktu operasi kecepatan membrane semakin menurun. Hal ini disebabkan terjadinya fouling (penyumbatan) pada membrane sehingga kecepatan untuk melewati membrane semakin menurun. 0,0000000 0,0200000 0,0400000 0,0600000 0,0800000 0,1000000 0,1200000 0,1400000 0,1600000 0,1800000 0,2000000

1,350 1,400 1,450 1,500 1,550 1,600 1,650 1,700 1,750

F lu k s ( J) m l/ c m m e n it Tekanan (atm) t 1 t 2 t 3 t 4 t 5


(63)

Grafik 4.6 : Pengaruh tekanan terhadap Kadar Asam Laurat (Asam Laurat Permeat)

Pembahasan:

Dari grafik diatas terlihat bahwa semakin tinggi tekanan maka kandungan asam laurat semakin meningkat. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tekanan pada proses membrane ultrafiltrasi, maka terjadi peningkatan kualitas VCO. Salah satu indikator terjadi peningkatan kualitas VCO bisa dilihat dari semakin besar kandungan asam laurat dalam VCO.

0 10 20 30 40 50 60

1,350 1,400 1,450 1,500 1,550 1,600 1,650 1,700 1,750

K a d a r A s a m L a u ra t (p p m ) Tekanan (atm) t 1 t 2 t 3 t 4 t 5


(64)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan

1. Dari hasil proses peningkatan kualitas VCO dengan membrane ultrafiltrasi didapatkan hasil terbaik pada tekanan 1.7112470 atm dan waktu operasi 150 menit yaitu kadar asam lauratnya 49.43 ppm sehingga memenuhi persyaratan SNI untuk VCO.

2. Dari hasil yang telah diperoleh bisa dikatakan bahwa membran ultrafiltrasi bisa digunakan untuk meningkatkan kualitas VCO.

V.2 Saran

Diharapkan penelitian ini dapat dikembangkan dengan mencoba untuk menggunakan variabel-variabel lain terutama tekanan yang lebih besar dan waktu yang lebih lama. Selain itu bisa dicoba dengan penggunaan jenis membrane yang lain.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Darmoyuwono, Winarno. 2006. Gaya Hidup Sehat dengan Virgin Coconut Oil. PT. Indeks: Jakarta

Ketaren, S. 2005. Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia: Jakarta.

Mulder, M. 1991. Basic Prinsiples of Membrane Technology. Kluwer Academic Publisher: Netherlands.

Nur Hapsari. 2004. Perpindahan massa pada proses pemisahan ion Kromium (Cr) dengan membrane Ultrafiltrasi Spiral Wound. Publikasi pada Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Teknik ISSN 1411-9102.

Nur Hapsari. 2006. Pemisahan Protein Limbah Cair Industri Tahu (Whey) dengan Membran Ultrafiltrasi. Publikasi pada Jurnal Ilmiah Teknik dan Rekayasa “Saintek” (Terakreditasi) ISSN 1411-5662.

Nur Hapsari. 2008. Kajian Selektivitas Membran Ultrafiltrasi pada Proses Pemisahan TDS (Total Dissolved Solid) Dalam Bittern. Publikasi pada Jurnal hasil Penelitian Kimia dan Teknologi ISSN 0216-163x.


(66)

R Subramanian, M Nakajima, T Kimuraand T Maekawa. 1999. Membrane process for premium quality expeller-pressed vegetable Oil. Food Research International Volume 31, issue 8. (online). (www.sciencedirect.com diakses 10 maret 2011)

Rautenbach R. Albrecht, R. 1994. Membrane Process. John Wiley & Sons. Chicester, New York, Brisbane, Toronto, Singapore.

Rindengan, B dan Novarianto, Hengky. 2005. Pembuatan dan pemanfaatan Minyak Kelapa Murni. Penebar Swadaya: Jakarta

Setiaji, Bambang. 2006. Membuat VCO Berkualitas Tinggi. Penebar Swadaya: Jakarta.

Wenten, I.G, Wiguna. 2000. Teknologi Membran Industri. ITB: Bandung.


(1)

Grafik 4.4 : Pengaruh tekanan terhadap % Rejeksi (Air Permeat)

Pembahasan :

Dari grafik 4.4 menunjukkan semakin tinggi tekanan maka % rejeksi pada membrane semakin naik. Ini menunjukkan semakin tinggi kemampuan membrane. Pada tekanan paling besar kemampuan membrane mendekati sempurna yaitu 99.8%. Maka dari itu semakin tinggi tekan kinerja membrane semakin baik. Meningkatnya persen rejeksi di sebabkan karena menurunnya kosentrasi protein dalam permeat.

0,000 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000

1,350 1,400 1,450 1,500 1,550 1,600 1,650 1,700 1,750

%

r

e

je

k

s

i

Tekanan (atm)

t 1 t 2 t 3 t 4 t 5


(2)

c. Asam laurat Permeat

Grafik 4.5 : Pengaruh tekanan dan waktu terhadap Fluks (Asam Laurat Permeat)

Pembahasan :

Dari grafik 4.5 menunjukkan bahwa peningkatan tekanan operasi akan mengakibatkan peningkatan fluks. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tekanan maka kecepatan VCO untuk melewati membrane semakin cepat. Dalam grafik juga terlihat semakin lama waktu operasi kecepatan membrane semakin menurun. Hal ini disebabkan terjadinya fouling (penyumbatan) pada membrane sehingga kecepatan untuk melewati membrane semakin menurun. 0,0000000 0,0200000 0,0400000 0,0600000 0,0800000 0,1000000 0,1200000 0,1400000 0,1600000 0,1800000 0,2000000

1,350 1,400 1,450 1,500 1,550 1,600 1,650 1,700 1,750

F lu k s ( J) m l/ c m m e n it Tekanan (atm) t 1 t 2 t 3 t 4 t 5


(3)

Grafik 4.6 : Pengaruh tekanan terhadap Kadar Asam Laurat (Asam Laurat Permeat)

Pembahasan:

Dari grafik diatas terlihat bahwa semakin tinggi tekanan maka kandungan asam laurat semakin meningkat. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tekanan pada proses membrane ultrafiltrasi, maka terjadi peningkatan kualitas VCO. Salah satu indikator terjadi peningkatan kualitas VCO bisa dilihat dari semakin besar kandungan asam laurat dalam VCO.

0 10 20 30 40 50 60

1,350 1,400 1,450 1,500 1,550 1,600 1,650 1,700 1,750

K a d a r A s a m L a u ra t (p p m ) Tekanan (atm) t 1 t 2 t 3 t 4 t 5


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan

1. Dari hasil proses peningkatan kualitas VCO dengan membrane ultrafiltrasi didapatkan hasil terbaik pada tekanan 1.7112470 atm dan waktu operasi 150 menit yaitu kadar asam lauratnya 49.43 ppm sehingga memenuhi persyaratan SNI untuk VCO.

2. Dari hasil yang telah diperoleh bisa dikatakan bahwa membran ultrafiltrasi bisa digunakan untuk meningkatkan kualitas VCO.

V.2 Saran

Diharapkan penelitian ini dapat dikembangkan dengan mencoba untuk menggunakan variabel-variabel lain terutama tekanan yang lebih besar dan waktu yang lebih lama. Selain itu bisa dicoba dengan penggunaan jenis membrane yang lain.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Darmoyuwono, Winarno. 2006. Gaya Hidup Sehat dengan Virgin Coconut Oil. PT. Indeks: Jakarta

Ketaren, S. 2005. Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia: Jakarta.

Mulder, M. 1991. Basic Prinsiples of Membrane Technology. Kluwer Academic Publisher: Netherlands.

Nur Hapsari. 2004. Perpindahan massa pada proses pemisahan ion Kromium (Cr) dengan

membrane Ultrafiltrasi Spiral Wound. Publikasi pada Jurnal Penelitian

Ilmu-ilmu Teknik ISSN 1411-9102.

Nur Hapsari. 2006. Pemisahan Protein Limbah Cair Industri Tahu (Whey) dengan Membran Ultrafiltrasi. Publikasi pada Jurnal Ilmiah Teknik dan Rekayasa “Saintek”

(Terakreditasi) ISSN 1411-5662.

Nur Hapsari. 2008. Kajian Selektivitas Membran Ultrafiltrasi pada Proses Pemisahan TDS (Total Dissolved Solid) Dalam Bittern. Publikasi pada Jurnal hasil Penelitian Kimia dan Teknologi ISSN 0216-163x.


(6)

R Subramanian, M Nakajima, T Kimuraand T Maekawa. 1999. Membrane process for premium quality expeller-pressed vegetable Oil. Food Research International Volume 31, issue 8. (online). (www.sciencedirect.com diakses 10 maret 2011)

Rautenbach R. Albrecht, R. 1994. Membrane Process. John Wiley & Sons. Chicester, New York, Brisbane, Toronto, Singapore.

Rindengan, B dan Novarianto, Hengky. 2005. Pembuatan dan pemanfaatan Minyak Kelapa Murni. Penebar Swadaya: Jakarta

Setiaji, Bambang. 2006. Membuat VCO Berkualitas Tinggi. Penebar Swadaya: Jakarta.

Wenten, I.G, Wiguna. 2000. Teknologi Membran Industri. ITB: Bandung.