Konstruksi TNI dalam Berita Penembakan di Lapas Cebongan Pada Media Cetak Edisi April 2013. Representasi Penyerangan Kopassus Dalam Bingkai Media ( Analisis Framing Pemberitaan Harian Solopos dan Kedaulatan Rakyat Tentang Kasus Penembakan Yang Terjadi di

Konstruksi TNI dalam Berita Penembakan di Lapas Cebongan Pada Media
Cetak Edisi April 2013.

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan untuk memenuhi syarat
guna mencapai gelar sarjana S-1
Jurusan Ilmu Komunikasi

Disusun oleh :
ISNAIN DEWI YUNITA SARI
L100090066

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

ABSTRAK

Isnain Dewi Yunita Sari, L100090066, Konstruksi TNI dalam Berita
Penembakan di Lapas Cebongan Pada Media Cetak Edisi April 2013,

Naskah Publikasi, Program Studi Ilmu Komunikasi, Konsentrasi PR and
Marketing Communication, Fakultas Komunikasi dan Informatika,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013.

Kasus penembakan yang terjadi di Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman,
Yogyakarta menjadi bahan pemberitaan di media cetak dan internet. Solopos
sebagai koran lokal Solo merupakan salah satu media cetak yang mengangkat dan
secara rutin memberitakan perkembangan kasus tersebut. Media massa melakukan
proses penyeleksian dalam memilih narasumber dan menyeleksi tema
pemberitaan. Kasus penembakan yang terjadi di Lapas Cebongan yang para
pelakunya adalah anggota TNI terjadi akibat mendengar kabar bahwa atasan
mereka, Serka Heru Santoso telah dibunuh oleh sekelopok preman saat berada di
Hugo’s Cafe dan pembacokan yang dilakukan kepada Sertu Sriyono. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis framing. Analisis
framing yang dipakai adalah model analisis framing dari Robert N Entman. Model
tersebut melihat sebuah berita dari dua dimensi yaitu seleksi isu dan penonjolan
aspek-aspek tertentu. Kemudian dianalisis dengan menggunakan empat perangkat
framing model Robert N Entman. Data diambil dari dokumentasi pemberitaan
tentang kasus penembakan yang terjadi di Lapas Cebongan yang dilakukan oleh
anggota Kopassus di media cetak Solopos edisi April 2013. Dari hasil penelitian

dapat diambil kesimpulan bahwa kasus penembakan itu terjadi karena rasa
solidaritas dan jiwa korsa tetapi merupakan pelanggaran hukum. Terdapat tiga
temuan peneliti dari media cetak Solopos yaitu arogansi anggota Kopassus
sebagai bagian dari kriminalitas, ketidakpercayaan masyarakat terhadap hukum,
konflik pribadi.

Kata Kunci :jiwa korsa, anggota TNI, framing, Solopos

1

2

informasi kepada pembaca secara

Pendahuluan
Media

massa

memiliki


beberapa peranan penting terutama
dalam hal penyampaian informasi.
Media massa termasuk salah satunya
media

cetak

merupakan

sumber

informasi yang banyak digunakan
oleh masyarakat dalam memperoleh
informasi, seperti koran, majalah,
tabloid, dsb. Media massa tersebut
yang nantinya akan memberikan
informasi keseluruh penjuru dunia.
Melalui


kemudahan

penyebaran

informasi tersebut, orang Solo bisa
mengetahui berita yang terjadi di

Surat kabar sebagai salah satu
bentuk media massa yaitu media
cetak,

memiliki

fungsi

diantaranya

yaitu

beberapa


yaitu

negara

dan

komentar

memberikan

dunia,

terhadap

disampaikan

memberikan
berita


dan

mengembangkannya

yang

kemudian
dalam

fokus

berita, memberikan informasi kepada
pembaca mengenai barang dan jasa
yang

dibutuhkan

oleh

pembaca


melalui media iklan. Sedangkan
fungsi sekunder surat kabar adalah
mengampanyekan
bersifat

proyek

kemasyarakatan

yang
untuk

membantu kondisi-kondisi tertentu,
hiburan

kepada

pembaca, melayani pembaca sebagai
konselor yang ramah, menjadi agen

informasi (Suryawati, 2011 : 41 ).
Pada akhir bulan Maret 2013,

fungsi

primer dan fungsi sekunder. Fungsi
primernya

yang terjadi di suatu komunitas,

memberikan

Jakarta begitu juga sebaliknya.

massa

objektif mengenai segala sesuatu

tepatnya pada tanggal 24 Maret,
publik


dihebohkan

dengan

3

pemberitaan

mengenai

kasus

penembakan

narapidana

serta

adanya


pembacokan

yang

oleh

dilakukan kepada Sertu Sriyono.

sekelompok orang yang tidak dikenal

Merasa kesatuannya telah dilecehkan

di

oleh

Lapas

Cebongan,


Sleman,

sekelompok

preman,

pada

Yogyakarta. Berbagai media baik

akhirnya

cetak ataupun elektronik, menjadikan

teman-temannya yang juga anggota

berita

militer

tersebut

karena

sebagaiheadline

peristiwa

Serda

untuk

Ucok

mencari

mengajak

preman

tersebut

tersebut dan akhirnya melakukan

menyangkut nama baik lembaga

penembakan terhadap para pelaku

pemasyarakatan itu sendiri yang

pembunuhan Serka Heru Santoso.

berfungsi sebagai tempat tinggal bagi

Dari wacana yang disajikan

narapidana yang menjalankan masa

oleh Solopos, peneliti tertarik untuk

tahanan dan juga keamanannya pun

meneliti bagaimana framing Harian

dijaga ketat oleh oknum polisi.

Solopos dalam melakukan konstruksi

Awal mula kejadian tersebut
menurut

yang

diberitakan

oleh

Solopos adalah karena salah satu
tersangka yaitu Serda Ucok merasa
tidak

terima

jika

satuannya

dilecehkan oleh sekelompok preman
dengan adanya pembunuhan yang
dilakukan

kepada

Serka

Heru

Santoso saat berada di Hugo’s Cafe

pada pemberitaan mengenai kasus
penembakan yang terjadi di Lapas
Cebongan Sleman Yogyakarta ?
Kemudian juga bagaimana frame
yang dilakukan oleh surat kabar
Solopos dalam membingkai Citra
TNI dalam kasus tersebut.

4

alat-alat dalam komunikasi yang bisa

Tinjauan Pustaka
Komunikasi menurut Harold
Laswell adalah dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut “ Who
Says What In Which Channel To
Whom

With

What

Effect

?”

AtauSiapa Mengatakan Apa Dengan
Saluran Apa Kepada Siapa Dengan
Pengaruh Bagaimana ?” (Mulyana ,

Terdapat lima unsur pokok
komunikasi

cepat kepada audience yang luas dan
heterogen.

Media

massa

tidak

memiliki hambatan ruang dan waktu
serta mampu menyebarkan pesan
hampir seketika diwaktu yang tak
terbatas (Nurudin, 2009:9).
Surat kabar merupakan salah
satu bentuk komunikasi massa tetapi

2009 : 69 ).

dalam

menyebarkan pesan secara serempak,

yaitu

yang

pertama adalah sumber, kedua adalah
pesan, ketiga adalah saluran atau
media, keempat adalah penerima dan
yang kelima adalah efek. (Mulyana,

kurang masal dibandingkan dengan
radio ataupun televisi yang memiliki
pelanggan paling banyak. Hampir
setiap orang mendengarkan radio dan
menonton televisi, pembaca surat
kabar biasanya mereka yang lebih
terdidik dan lebih tua. Hanya sekitar

2009 : 71)

50% dari orang yang berusia antara
Komunikasi

massa

pada

dasarnya adalah komunikasi melalui
media massa baik media cetak
maupun media elektronik. Media
massa sendiri memiliki definisi yaitu,

21 dan 35 tahun yang membaca surat
kabar secara teratur. Surat kabar
mempunyai

dua

fungsi

umum;

pertama yaitu merupakan sumber
informasi tentang apa yang sedang

5

terjadi di dunia dan di daerah

majalah.

setempat.Fungsi kedua adalah untuk

kemasyarakatan ( social institusion).

menghibur, dan untuk fungsi inilah

Pers tidak hidup mandiri karena pers

kaum muda dan kaum yang kurang

bekerja

terdidik membaca surat kabar, baik

tempat ia berada dengan subsistem

dalam rubrik seni , olahraga atau

lainnya tetapi mempengaruhi dan

komik (Devito, 1997 : 510-511 ).

dipengaruhi oleh lembaga-lembaga

Berita pada dasarnya adalah
laporan

dari

peristiwa,

Pers

sama

adalah

lembaga

antara

kemasyarakatan

subsistem

lainnya.

Pers

bukan

mempunyai keterkaitan organisasi

peristiwa itu sendiri. “News is the

dengan negara, karena eksistensi pers

timely, concise,accurate report of an

dipengaruhi dan ditentukan oleh

event, not the event itself”.Dalam hal

falsafah dan sistem politik negara

ini peristiwa adalah realitas atau

tempat

fakta yang diliput oleh wartawan

(Effendy,2004:146).

yang pada gilirannya akan dilaporkan
secara terbuka melalui media massa.
Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa

berita

di

media

massa

padadasarnya tidak lebih dari hasil
penyusunan realitas-realitas dalam
bentuk cerita (Wonohito, 1997:12).
Pers dalam arti sempit yang
akan dibahas adalah surat kabar dan

pers

itu

hidup

Pengertian pers di Indonesia
sudah tercantum dalam Undangundang No. 11 Tahun 1996 tentang
ketentuan-ketentuan pokok Pers dan
Undang-Undang No.21 Tahun 1982
tentang perubahan atas Undangundang No.11 Tahun1996.
fungsi

pers

diantaranya

adalah fungsi menyiarkan informasi,

6

fungsi mendidik, fungsi hiburan dan

hendak

fungsi kontrol sosial. Jurnalistik

tersebut (Eriyanto.2002:68).

adalah pengelolaan laporan harian
yang menarik minat khalayak mulai
dari peliputan hingga penyebarannya
kepada

masyarakat.

Peristiwa-

peristiwa yang ada di dunia, baik
yang bersifat faktual ataupun opini
seseorang

yang

bertujuan

untuk

menarik minat khalayak merupakan
bahan dasar bagi jurnalistik dan akan
menjadibahan berita yang nantinya
akan

disebarluaskan

kepada

masyarakat (Effendy, 2004:151).
Framing adalah pendekatan
untuk

mengetahui

bagaimana

perspektif atau cara pandang yang

dibawa

kemana

berita

Media massa mempengaruhi
apa yang dipercaya sebagian besar
orang sebagai realitas merupakan hal
yang kuno dan ditempelkan dalam
teori

propaganda

dan

ideologi.

Sebagai contoh konstruksi sosial
adalah promosi media mengenai
nasionalisme,

patriotisme,

keseragaman

sosial,

dan

sistem

kepercayaan. Realitas yang diberikan
diberita adalah konstruksi selektif
yang

dibuat

informasi

dari
yang

pengamatan

yang

bagian-bagian
nyata

dan

disatukan

(McQuail, 2011:110).

digunakan oleh wartawan untuk

Masing-masing surat kabar,

menseleksi isu dan menulis berita.

koran misalnya memiliki konstruksi

Cara pandang atau perspektif itu

tersendiri atas pemberitaan tentang

pada akhirnya menentukan fakta apa

partai

yang diambil, bagian mana yang

tersebut akan memberikan berita

ditonjolkan dan dihilangkan, dan

yang positif apabila ia memiliki

politik

misalnya.

Koran

7

kesamaan orientasi dengan partai

menggunakan data yang berupa kata-

yang

kata.

diberitakan,

tetapi

koran

Penelitian

kualitatif

tidak

tersebut akan menuliskan berita yang

menggunakan

negatif apabila ia tidak memiliki

serta

kepercayaan

fenomena dalam konteks sosial.

atau

bahkan

tidak

menyukai partai tersebut. Hal ini
terjadi karena masing-masing koran
memiliki pandangan masing-masing
yang

terkait

dengan

pandangan

internal dan eksternal masing-masing
surat kabar.

memahami

suatu

untuk

Peneliti

menggunakan

analisis framing dalam mengkaji dan
meneliti permasalahan yang terjadi.
Secara sederhana analisis framing
dapat digambarkan sebagai analisis

( peristiwa, aktor, kelompok, atau

Penelitian ini menggunakan
metode penelitian Kualitatif dengan
menggunakan

analisis

framing.

Melihat pembingkaian berita pada
salah satu surat kabar harian di
yaitu

Solopos

yang

menyoroti kasus penembakan yang
terjadi di Lapas Cebongan Sleman
Yogyakarta

angka

untuk mengetahui bagaimana realitas

Metode penelitian

Surakarta

perhitungan

yang

pelakunya

merupakan anggota TNI dengan
melalui pengamatan dan penelitian

apa saja ) dibingkai oleh media.
Pembingkaian tersebut tentu saja
melalui

proses

konstruksi.Disini

realitas sosial dimaknai dan dan
dikonstruksi

dengan

makna

tertentu.Peristiwa dipahami dengan
bentukan tertentu.Semua hasil dari
proses

wawancara

dan

proses

pemberitaan bukan hanya merupakan
teknik jurnalistik tetapi juga akan
menandakan

bagaimana

sebuah

8

peristiwa

akandimaknai

dan

ditampilkan oleh wartawan sebagai
penulis berita (Eriyanto, 2002 : 3).
Dalam menganalisis berita

Tabel 1. Perangkat
Framing Robert N, Entman

mengenai kasus penembakan yang
terjadi di Lapas Cebongan, Sleman,

Define Problems
( Pendefinisian
Masalah )

Yogyakarta yang pelakunya adalah
anggota

TNI

,

penulis

akan

menggunakan perangkat framing dari
Robert N Entman. Entman melihat

Diagnose causes
( memperkirakan
masalah atau
sumber masalah )

framing dalam dua dimensi besar,
yaitu seleksi isu dan penekanan atau
penonjolan aspek-aspek tertentu dari
realitas atau isu. Terdapat empat
proses penelitian yang dilakukan
oleh Entman diantaranya adalah
Define

Problems

(Pendefinisian

Diagnose

Masalah),

Causes

(memperkirakan penyebab masalah),
Make moral Judgement (membuat
pilihan

moral),

recommendation
penyelesaian).

Make Moral
Judgement
( membuat
keputusan moral
)

Treatment
(menekankan

Treatment
Recommendation
( menekankan
penyelesaian )

Bagaimana suatu
peristiwa / isu
dilihat ? Sebagai
apa ? atau
sebagai masalah
apa ?
Peristiwa itu
dilihat
disebabkan oleh
apa ? Apa yang
dianggap sebagai
penyebab dari
suatu masalah ?
Siapa ( aktor )
yang dianggap
sebagai penyebab
masalah ?
Nilai moral apa
yang disajikan
untuk
menjelaskan
masalah ? Nilai
moral apa yang
dipakai untuk
melegitimasi atau
mendelegitimasi
suatu tindakan ?
Penyelesaian apa
yang ditawarkan
untuk mengatasi
masalah / isu?
Jalan apa yang
ditawarkan dan
harus ditempuh
untuk mengatasi
masalah ?

9

adalah anggota Kopassus. Terdapat
Analisis

ini

kemudian

digunakan untuk meneliti teks berita
pada surat kabar Solopos dalam
membingkai

berita

Cebongan, Sleman, Yogyakarta yang

Kopassus.

adalah
Pemberitaan

anggota
yang

digunakan adalah edisi 1 April 201313

April

2013

dengan

melihat

bagaimana framing yang dilakukan

temuan

peneliti

dalam

melakukan penelitian terhadap surat
kabar Solopos.
Dari

kasus

penembakan yang terjadi di Lapas

tersangkanya

beberapa

penelitian

yang

dilakukan terhadap Solopos, peneliti
menemukan tiga pembingkain berita
yang

dilakukan

terkait

kasus

tersebut, diantaranya adalah :
1.

Arogansi Anggota Kopassus
Sebagai Bagian dari
Kriminalitas

oleh kedua surat kabar Solopos

Sebagai oknum militer,

dalam membingkai berita tersebut

perbuatan yang dilakukan oleh 11

dan bagaimanakah citra TNI yang

anggota Kopassus yang menyerang

dimunculkan

Lapas Cebongan dan menembak mati

dalam

melihat

permasalahan tersebut.
Hasil Penelitian
Peneliti memperoleh jumlah
12 berita dari Solopos. Berita yang
diambil adalah mengenai kasus yang
terjadi di Lapas Cebongan, Sleman,
Yogyakarta yang para pelakunya

keempat

tersangka

kasus

pembunuhan terhadap Serka Heru
Santoso adalah tindakan kriminalitas
karena menghilangkan nyawa orang
lain tanpa prosedur hukum yang
berlaku.

10

Adanya pro dan kontra
Tabel 2. Frame Solopos tentang
Arogansi Anggota Kopassus

kesebelas anggota Kopassus tersebut,

Sebagai Bagian dari

pengamat hukum mengamati bahwa

Kriminalitas
Problem
Identification
Causal
Interpretation

Moral Evaluation

Treatment
Recommendation

2.

mengenai aksi yang dilakukan oleh

Ketidak
masyarakat
Hukum

Masalah
Hukum
-Akibat dari
dibunuhnya
Serka
Heru
Santoso dan
pembacokan
terhadap Sertu
Sriyono
-Kurangnya
fungsi
pengawasan
dalam korps
militer
-Bersalah
-tidak
dibenarkan
secara hukum
dengan alasan
apapun
-penerapan
jiwa
korsa
yang keliru
Diadili secara
peradilan
militer

percayaan
terhadap

hal

tersebut

karena

ketidakpercayaan

adanya
masyarakat

terhadap proses hukum dan hukum di
Indonesia

masih

dianggap

sehingga

membuat

labil

kepercayaan

masyarakat terhadap proses hukum
menjadi goyah. Hukum di Indonesia
juga dianggap membisu maka dari
itu senjata yang berbicara seperti
yang

dilakukan

oleh

anggota

Kopassus tersebut.
Tabel 3. Frame Soloposmengenai
Ketidakpercayaan
Masyarakat pada Hukum
Problem
Identification

Causal
Interpretation

Masalah
ketidakpercayaa
n
masyarakat
pada hukum
-Anggota
kopassus
dianggap
memberantas
premanisme
-anggota

11

Moral
Evaluation

kopassus
bersalah secara
hukum

merupakan

-Anggota
Kopassus
bersikap kesatria
dan jujur
-Anggota
Kopassus dijerat
dengan
sanksi
hukum

keempat tahanan di Lapas Cebongan,

eksekutor

atasan

dari

penembakan

sang

terhadap

karena merasa pernah ditolong oleh
Serka Heru Santoso saat melakukan
operasi sehingga muncul rasa tidak
terima atas aksi pembunuhan yang

Treatment
Recommendatio
n

-Bagi
para
pelaku dikenai
sanksi
secara
hukum
-institut
kepolisian harus
melakukan
perubahan

dilakukan oleh keempat

preman

tersebut kepada Serka Heru Santoso
sehingga muncul reaksi penembakan
tersebut.
Tabel 4. Frame Solopos mengenai

3. Konflik Pribadi Sebagai

Konflik Pribadi Sebagai

Pemicu Penyerangan

Pemicu Penyerangan

Para

prajurit

Kopassus

merasa tidak terima jika kesatuannya
dicoreng oleh para preman yang
menjadi

tersangka

kasus

pembunuhan terhadap Serka Heru
Santoso

dan

tindakan

tersebut

didasari atas jiwa korsa sebagai
anggota TNI karena atasannya telah
dibunuh.

Serka

Heru

Santoso

Problem
Identification
Causal
Interpretation

Masalah
solidaritas
Para prajurit
Kopassus
merasa tidak
terima
jika
kesatuannya
dicoreng oleh
para preman
yang menjadi
tersangka
kasus
pembunuhan
terhadap Serka
Heru Santoso
dan tindakan
tersebut

12

Moral Evaluation

Treatment
Recommendation

didasari atas
jiwa
korsa
sebagai
anggota TNI
karena
atasannya telah
dibunuh.
Para prajurit
Kopassus
dianggap
sebagai
pahlawan
karena
ikut
menumpas
premanisme
yang selama
ini meresahkan
masyarakat
Jogjakarta.
Meringankan
hukuman para
anggota
Kopassus
penyerang LP
Cebongan dan
menganggap
kasus tersebut
bukan
merupakan
kasus
pelanggaran
HAM
yang
berat.

dilakukan oleh anggota Kopassus di
Lapas Cebongan dalam surat kabar
Solopos

yang

direpresentasikan

dalam teks berita yang ada melalui
analisis

framing.

Penelitian

ini

memilih surat kabar Solopos pada
edisi 1 April 2013 sampai 13 April
2013 sebagai fokus kajian dalam
melakukan

penelitian.

Dengan

kemampuan dan penafsiran yang
serba

terbatas,

menemukan

peneliti

kesimpulan

telah
tentang

bagaimanakah framing dalam surat
kabar
Rakyat

Solopos

dan

terkait

Kedaulatan

dengan

kasus

penyerangan di Lapas Cebongan
yang dilakukan oleh 11 anggota
Kopassus. Solopos sebagai koran

Kesimpulan dan Saran

Lokal

Penelitian ini dilakukan untuk

pemberitaan

bagaimana
Penyerangan

Solo

yang

memberitakan peristiwa yang ada di

1. Kesimpulan

mengetahui

masyarakat

framing
yang

eks

karesidenan

Surakarta

mengangkat pemberitaan mengenai
peristiwa penembakan yang terjadi di

13

Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)

ke

Cebongan

mewawancarai

yang

para

pelaku

lapangan

yaitu

dengan

wartawan

yang

penyerangan tersebut adalah anggota

menulis

pemberitaan

tersebut,

Kopassus yang masih berdinas di

sehingga

memperoleh

informasi

Kandang

yang jelas dan akurat tidak hanya

Menjangan,

Kartasura.

Solopos yang memiliki visi sebagai

meneliti teks dalam surat kabar saja.

penyaji informasi utama, terpercaya
dengan

pengelolaan

massa

merupakan

yang

penyedia informasi bagi publik, akan

profesional serta dengan salah satu

tetapi realitas bentukan media juga

misinya yaitu membentuk sumber

tidak terlepas dari siapa pemilik

daya manusia yang kompeten dan

media tersebut, berada di daerah

bermoral,

melakukan

mana media tersebut hal ini juga

pemberitaan secara netral, artinya

terkait dengan unsur bisnis yang

tidak memihak siapapun dan melihat

dilakukan oleh media, oleh karena itu

permasalahan yang dilakukan oleh

media

para

tersebut

menentukan siapa yang salah dan

memang bersalah secara hukum

siapa yang benar. Media dibuat untuk

dengan memuat pemberitaan dari

memberikan

beberapa

sebenarnya kepada pembacanya.

Solopos

anggota

usaha

Media

Kopassus

pendapat

orang

yang

memang ahli di bidang hukum.
Saran

bukanlah

hakim

informasi

Masyarakat
penikmat

media,

yang

yang

merupakan
sehingga

Untuk penelitian selanjutnya

diharapkan dapat lebih cermat dan

diharapkan peneliti terjun langsung

teliti dalam membaca dan melihat

14

fenomena yang ditampilkan oleh

yang ditonjolkan dan adapula yang

media,

dihilangkan,

karena

informasi

yang

oleh

karena

itu

diberikan bukan seratus persen murni

masyarakat harus lebih cermat dan

dari informasi yang didapat, akan

kritis dalam memperoleh informasi

tetapi juga terdapat campur tangan

dari

dan pandangan yang dikemukakan

permasalahannya tidak menjadi besar

oleh penulis. Ada beberapa informasi

dan menyudutkan oknum tertentu.

surat

kabar

agar

15

Daftar Pustaka
Devito A, Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta : Profesional
Books

Effendy Onong, Uchjana. 2001. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Eriyanto. 2002. ANALISIS FRAMING Konstruksi, Ideologi dan Politik
Media. Yogyakarta : LkiS Yogyakarta

McQuail, Dennis. 1989. Teori Komunikasi Massa. Jakarta : Erlangga

McQuail, Dennis. 2011. Teori Komunikasi Massa. Jakarta : Salemba
Humanika
Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya

Nurudin, M.Si. 2009. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada

Suryawati, Indah. 2011. Jurnalistik Suatu Pengantar. Bogor : Ghalia
Indonesia

Dokumen yang terkait

Berita Penyerangan Jamaah Ahmadiyah (Analisis Framing Tentang Pemberitaan Penyerangan Jamaah Ahmadiyah Pada Majalah Tempo dan Sabili)

3 52 102

Konstruksi Harian Media Indonesia Terhadap Partai Golkar Dalam Berita Hak Angket Kasus Mafia Pajak

2 51 110

Konstruksi Media dalam Pemberitaan Kematian Moammar Khadafy (Analisis Framing pada Harian Media Indonesia dan Harian KOMPAS Edisi 21 Oktober – 30 Oktober 2011)

0 6 66

Kebijakan Redaksi Harian Malang Post Tentang Pemberitaan Arema Analisis Framing Pada Harian Malang Post Edisi 21 Maret 2006 Sampai 12 April 2006

0 5 2

Konstruksi Pemberitaan Media Online Tentang Kinerja Kabinet Kerja Jokowi-JK (Analisis Framing Pada News Media Online Detik.com & VIVA.co.id Edisi 26 Oktober - 31 Desember 2014)

0 6 1

Pemberitaan Media Tentang Angelina Sondakh sebagai Tersangka Kasus Korupsi Wisma Atlet (Analisis Framing pada Harian Kompas dan Jawa Pos edisi 4 Februari -28 April 2012)

0 5 25

Konstruksi Polemik antara Gubernur DKI Jakarta dengan DPRD dalam Media Massa ( Analisis Wacana Pemberitaan Polemik Basuki Tjahaja Purnamadan DPRD Jakarta di Majalah Tempo Edisi 16-22 April 2015 )

0 8 42

Konstruksi Media dalam Pemberitaan Kematian Moammar Khadafy (Analisis Framing pada Harian Media Indonesia dan Harian KOMPAS Edisi 21 Oktober – 30 Oktober 2011)

0 4 66

Konstruksi Realitas Media Massa (Analisis Framing Pemberitaan Korupsi M. Nazaruddin di Harian Republika)

1 8 148

Konstruksi Media Cetak Atas Berita Meninggalnya Soeharto : Analisis Framing Pada Koran Republika

0 5 100