PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-TALK-WRITE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI 17 ME.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINKTALK-WRITE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN
MATEMATIK SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI 17 MEDAN
Oleh:
Betty Rumondang
NIM 4104111001
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write untuk
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematik Siswa di Kelas VII SMP Negeri
17 Medan”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Medan.
Selama proses penyelesaian skripsi ini banyak kendala yang dihadapi,
namun semua itu dapat diatasi karena bantuan tulus dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini dengan rendah hati dan tulus penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. E. Elvis Napitupulu, M.S, selaku Dosen
Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dalam membimbing serta
memberikan masukan kepada penulis sejak awal sampai dengan selesainya
penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak
Drs. Yasifati Hia, M.Si, Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd, dan Bapak Prof. Dr.
Edi syahputra, M.Pd, sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan dan
saran-saran yang sangat bermanfaat mulai dari rencana penelitian sampai
selesainya penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd,
sebagai dosen Pembimbing Akademik. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku rektor Universitas Negeri Medan
beserta para staf pegawai di rektorat, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D,
selaku dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Medan beserta para staf pegawai di fakultas, Bapak Dr. Edi Surya, M.Si,
selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, selaku Ketua
Program Studi Pendidikan matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, sebagai
Sekretaris Jurusan Matematika beserta seluruh Bapak dan Ibu dosen serta staf
pegawai Jurusan Matematika yang telah membantu penulis. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada Bapak Drs. Pelan Tarigan, selaku kepala SMP Negeri 17
v
Medan, Ibu Elpi Dahniar, S.Pd, selaku guru Matematika SMP Negeri 17 Medan,
serta guru-guru yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.
Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda A. Sagala
(+), dan Ibunda M. Br. Situmorang tercinta yang telah banyak memberikan
dukungan, doa, semangat, motivasi, perhatian dan pengertian yang telah diberikan
kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Unimed, terkhusus juga
kepada, Bang Erwin, Kak Ika, Bang Dolly, Adik Indah dan keluarga besar yang
senantiasa membantu serta memberikan dukungan dan semangat.
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada sahabat dikala suka
dan duka Adelina, Adriani, Adha, Doriani, Aziza, Fatuljannah dan teman-teman
lainnya di jurusan matematika khususnya kelas A Reguler 2010 yang telah banyak
membantu, memberikan doa, dukungan, semangat, dan motivasi kepada penulis
selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini, beserta semua pihak yang
tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberi semangat dan bantuan
kepada penulis.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi
maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi
ini bermanfaat dalam memperkaya ilmu pendidikan. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa senantiasa mencurahkan rahmat-Nya kepada kita semua.
Medan, Desember 2014
Penulis,
Betty Rumondang
NIM. 4104111001
vi
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Halaman
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pangantar
iv
Daftar Isi
vi
Daftar Gambar
ix
Daftar Tabel
x
Daftar Lampiran
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1
1.2
Indentifikasi Masalah
8
1.3
Pembatasan Masalah
8
1.4
Rumusan Masalah
8
1.5
Tujuan Penelitian
9
1.6
Manfaat Penelitian
9
1.7
Defenisi Operasional
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kerangka Teoritis
11
2.1.1 Belajar
11
2.1.2 Hasil Belajar
12
2.1.3 Kemampuan Penalaran
13
2.1.4 Kemampuan Penalaran Matematik
14
2.1.5 Model Pembelajaran Think-Talk-Write
17
2.1.5.1 Model Pembelajaran
17
2.1.5.2 Model Pembelajaran Kooperatif
19
2.1.5.3 Model Pembelajaran Think-Talk-Write
25
2.1.5.4 Langkah-langkah Pembelajaran TTW
28
2.1.5.5 Alur Pembelajaran TTW
32
2.1.5.6 Hubungan Penalaran Matematik Dengan Model Pembelajaran
Think-Talk-Write ( TTW)
2.2
Kajian Materi
32
35
vii
2.3
Kerangka Konseptual
41
2.4
Hipotesis Penelitian
42
BAB III METODE PENELITIAN
4.1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
43
4.2.1 Subjek Dan Objek Penelitian
43
3.2.1 Subjek Penelitian
43
3.2.2 Objek Penelitian
43
4.3.1 Jenis Penelitian
43
4.4.1 Prosedur Penelitian
43
3.4.1 Siklus I
44
3.4.1.1
Permasalahan I
44
3.4.1.2
Perencanaan Tindakan I
44
3.4.1.3
Pelaksanaan Tindakan I
45
3.4.1.4
Observasi I
45
3.4.1.5
Analisis Data I
46
3.4.1.6
Refleksi I
46
3.4.2 Siklus II
46
4.5.1 Instrumen dan Alat Pengumpulan Data
47
3.5.1. Tes
47
3.5.2. Observasi
47
3.5.3. Angket
47
4.6.1 Teknik Analisis Data
48
4.7.1 Teknik Pengumpulan Data
48
3.7.1. Uji Validitas
48
3.7.2. Uji Reabilitas
49
4.8.1 Teknik analisis Data
49
3.8.1 Analisis Data Kemampuan Penalaran Matematik
49
3.8.2 Persentase Ketuntasan Klasikal
51
3.8.3 Analisis Hasil Observasi
51
3.8.4 Analisis Hasil Angket
52
4.9.1 Paparan Data
53
4.10.1 Penarikan Kesimpulan
54
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
55
4.1.1 Pelaksanaan Dan Hasil Penelitian Pada Siklus I
55
4.1.1.1 Permasalahan I
55
4.1.1.2 Tahap Perencanaan Tindakan I
60
4.1.1.3 Pelaksanaan Tindakan I
62
4.1.1.4 Observasi I
64
4.1.1.5 Analisis Data I
65
4.1.1.5.1 Paparan Data
65
4.1.1.5.1.1 Analisis Data dan Observasi Kegiatan Guru dan Siswa
65
4.1.1.5.1.2 Analisis Data Tes Keampuan Penalaran I
68
4.1.1.5.1.3 Analisis Data Angket Respon Siswa
75
4.1.1.6 Refleksi I
76
4.1.2 Pelaksanaan Dan Hasil Penelitian Siklus II
77
4.1.2.1 Permasalahan II
77
4.1.2.2 Tahap Perencanaan Tindakan
78
4.1.2.3 Pelaksanaan Tindakan II
79
4.1.2.4 Observasi II
81
4.1.1.4.1
Hasil Observasi Guru II
81
4.1.2.4.2
Hasil Observasi Siswa II
82
4.1.2.5 Analisis Data II
82
4.1.2.5.1 Analisis Data Hasil Observasi Kegiatan Guru Dan Siswa
82
4.1.2.5.2 Analisis Data Tes Kemampuan Penalaran II
85
4.1.2.5.3 Analisis Data Angket Respon Siswa
87
4.1.2.6 Refleksi II
88
4.2 Temuan Penelitian
89
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
94
5.2 Saran
95
Daftar Pustaka
96
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
23
Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran TTW
29
Tabel 3.1. Konversi Kompetensi Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap
50
Tabel 3.2 Kriteria Kemampuan Penalaran
50
Tabel 3.3
Kriteria Ketuntasan Belajar
51
Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Observasi
52
Tabel 3.5 Kriteria Respon Siswa
53
Tabel 4.1 Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Awal
55
Tabel 4.2 Data Kesalahan Siswa Pada Tes Awal
56
Tabel 4.3 Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru Siklus I
66
Tabel 4.4 Deskripsi Hasil Observasi Pembelajaran Siswa Siklus I
67
Tabel 4.5 Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Penalaran I
69
Tabel 4.6 Data Kesalahan Siswa Pada Tes Kemampuan Penalaran I
70
Tabel 4.7 Hasil Uji Validasi Tes Kemampuan Matematik Siswa I
75
Tabel 4.8 Deskripsi Hasil Angket Respon Siswa Siklus I
75
Tabel 4.9 Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru Siklus II
83
Tabel 4.10 Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Siswa Siklus II
84
Tabel 4.11 Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Penalaran II
86
Tabel 4.12 Hasil Uji Validasi Tes Kemampuan Matematik Siswa II
86
Tabel 4.13 Deskripsi Hasil Angket Respon Siswa Siklus II
87
Tabel 4.14 Deskripsi Tingkat Kemampuan Penalaran Siswa Pada Tes Awal
Kemampuan Penlaran Siswa Pada Siklus I Dan Siklus II
88
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Jawaban Siswa Pada Tes Awal Nomor 1
5
Gambar 1.2 Jawaban Siswa Pada Tes Awal Nomor 2
5
Gambar 2.1 Alur Pembelajaran Think-Talk-Write
32
Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
46
Gambar 4.1 Diagram Tingkat Kemampuan Penalaran Matematik Siswa Pada
Tes Diagnostik
56
Gambar 4.2 Diagram Tingkat Kemampuan Penalaran Matematik Siswa Pada
Tes Penalaran I
Gambar 4.3 Diagram Kemampuan Penalaran Siswa Pada Tes Penalaran II
69
86
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
98
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
111
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa 1Siklus I
118
Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa 2 Siklus I
121
Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa 1 Siklus II
124
Lampiran 6 Kisi-Kisi Tes Awal
127
Lampiran 7 Tes Awal Penalaran Matematik
128
Lampiran 8 Alternatif Penyelesaian Tes Awal
127
Lampiran 9 Pedoman Penskoran Tes Awal
131
Lampiran 10 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Penalaran Matematik
133
Lampiran 11 Tes Kemampuan Penalaran Matematik I
134
Lampiran 12 Alternatif Tes Kemampuan Penalaran Matematik I
136
Lampiran 13 Tes Kemampuan Penalaran Matematik II
139
Lampiran 14 Alternatif Tes Kemampuan Penalaran Matematik II
141
Lampiran 15 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Penalaran Matematik
144
Lampiran 16 Kisi-Kisi Angket Respon
146
Lampiran 17 Angket Respon Siswa
147
Lampiran 18 Lembaran Validasi Tes Awal
149
Lampiran 19 Lembar Validasi Tes Kemampuan Penalaran I
152
Lampiran 20 Lembar Validasi Tes Kemampuan Penalaran II
155
Lampiran 21 Lembar Validasi Angket Respon
158
Lampiran 22 Lembar Observasi Guru Pertemuan I Siklus I
167
Lampiran 23 Lembar Observasi Guru Pertemuan II Siklus I
169
Lampiran 24 Lembar Observasi Guru Siklus II
171
Lampiran 25 Lembar Observasi Siswa Siklus I Pertemuan I
173
Lampiran 26 Lembar Observasi Siswa Siklus I Pertemuan II
175
Lampiran 27 Lembar Observasi Siswa Siklus II
177
Lampiran 28 Daftar Nama Siswa
179
Lampiran 29 Lembar Validator
180
xii
Lampiran 30 Analisis Hasil Tes Kemampuan Awal
181
Lampiran 31 Analisis Hasil Tes Kemampuan Penalaran I
183
Lampiran 32 Validasi Tes Kemampuan Penalaran Matematik Siklus I
185
Lampiran 33 Reabilitas Tes Kemampuan Penalaran Matematik Siklus I
187
Lampiran 34 Analisis Hasil Tes Kemampuan Penalaran II
189
Lampiran 35 Validasi Tes Kemampuan Penalaran Matematik Siklus II
191
Lampiran 36 Reabilitas Tes Kemampuan Penalaran Matematik Siklus II
193
Lampiran 37 Skor Kemampuan Penalaran Matematik Siswa
195
Lampiran 38 Grafik Peningkatan Tes Penalaran Matematik Siswa
196
Lampiran 39 Deskripsi Persentase Kemampuan Penalaran Siswa
197
Lampiran 40 Rekapitulasi Angket Respon Siswa Siklus I
198
Lampiran 41 Rekapitulasi Angket Respon Siswa Siklus II
200
Lampiran 42 Daftar Nama-Nama Kelompok Siswa
202
Lampiran 43 Dokumentasi Penelitian
203
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan yang memiliki karakteristik tertentu seperti
wawasan pengetahuan yang luas, kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan
sehari-hari yang dihadapinya serta sikap dan perilaku yang positif terhadap
lingkungan alam sekitarnya.
Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu titik berat
pembangunan di bidang pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan
tuntutan perubahan lokal, nasional, dan global. Suatu pendidikan dikatakan
bermutu apabila proses pendidikan berlangsung secara efektif dan menghasilkan
individu-individu atau sumber daya manusia yang bermanfaat bagi masyarakat
dan pembangunan bangsa. Pendidikan satu-satunya wadah kegiatan yang dapat
dipandang dan seyogianya berfungsi untuk menciptakan sumber daya manusia
yang bermutu tinggi. Sumber daya manusia yang bermutu ditandai dengan sumber
daya manusia yang memiliki kemampuan handal dalam beradaptasi untuk
menghadapi perubahan zaman yang semakin cepat dan memiliki kemampuan
mengusai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu
pengetahuan dan mengembangkan daya pikir manusia. Matematika merupakan
pelajaran di sekolah yang dipandang penting dan dipelajari oleh setiap peserta
didik mulai dari sekolah dasar hingga sekolah lanjutan tingkat atas dan bahkan
juga perguruan tinggi. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran disekolah
dinilai cukup memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi
berkualitas, karena matematika suatu sarana berfikir untuk mengkaji sesuatu
secara logis dan sistematis. Oleh karena itu, matematika sangat diperlukan untuk
kehidupan sehari-hari dalam menghadapi kemajuan IPTEK. Cornelius (dalam
Abdurrahman,2009:253), mengemukakan :
1
2
“Ada lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika
merupakan : (1)sarana berfikir yang jelas dan logis, (2)sarana untuk
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3)sarana mengenal polapola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4)sarana untuk
mengembangkan kreativitas, dan (5)sarana untuk meningkatkan kesadaran
terhadap perkembangan budaya”.
Berbagai alasan perlunya sekolah mengajarkan matematika kepada siswa
pada hakikatnya dapat diringkaskan karena masalah kehidupan sehari-hari.
Menurut pemaparan Liebeck (dalam Abdurrahman, 2009:253) “ada dua macam
hasil belajar matematika yang harus dikuasai oleh siswa, perhitungan matematik
(mathematics calculation) dan penalaran matematik (mathematics reasoning)”.
Kemampuan penalaran merupakan salah satu hal yang harus dimiliki siswa
dalam belajar matematika.Depdiknas (dalam Shadiq, 2004:3) menyatakan bahwa
matematika dan penalaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu
materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dapat dipahami dan
dilatih melalui belajar matematika. Selain karena matematika merupakan ilmu
yang dipahami melalui penalaran, tetapi juga karena salah satu tujuan dari
pembelajaran matematika adalah agar siswa mampu menggunakan penalaran pada
pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Hal
tersebut senada dengan penjelasan Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas No.
506/C/PP/2004 (dalam Shadiq, 2009:14) yang menyatakan indikator-indikator
penalaran yang harus dicapai oleh siswa. Indikator yang menunjukkan penalaran
antara lain:
“(1) kemampuan menyajikan pernyataan matematika secara tertulis, dan
gambar; (2) kemampuan melakukan memanipulasi matematik; (3)
kemampuan memeriksa kesahihan suatu argumen; (4) kemampuan
menarik kesimpulan dari pernyataan”.
Kenyataan yang dihadapi dewasa ini adalah pembelajaran matematik
selalu merupakan permasalahan yang sepertinya tidak kunjung terpecahkan.
Pemahaman matematik senantiasa dipandang atau dirasakan sukar, Sehingga
siswa tidak tertarik untuk belajar matematik.
3
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Abdurrahman (2009:252) bahwa:
“Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan
bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak
berkesulitan belajar, dan lebih–lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar”.
Karena siswa merasa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit,
mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi rendah. Rendahnya kemampuan
penalaran matematik siswa akan mempengaruhi kualitas belajar siswa, yang
berdampak pula pada rendahnya prestasi belajar siswa di sekolah. Hal ini terlihat
dari prestasi siswa dalam belajar matematika memberikan hasil yang kurang
menggembirakan, yang ditunjukkan dengan rendahnya prestasi siswa Indonesia
dalam matematika yang diungkapkan oleh hasil tes PISA 2006 yang menunjukkan
bahwa Indonesia berada pada peringkat 52 dari 57 negara.
Berdasarkan data UNESCO, mutu pendidikan matematika di Indonesia
berada pada peringkat 34 dari 38 negara yang diamati. Data lain yang
menunjukkan rendahnya prestasi matematika siswa Indonesia dapat dilihat dari
hasil survei Pusat Statistik Internasional untuk Pendidikan (National Center for
Education in Statistics, 2003) terhadap 41 negara dalam pembelajaran
matematika, dimana Indonesia mendapatkan peringkat ke 39 di bawah Thailand
dan Uruguay.
Kemampuan rata-rata peserta didik Indonesia pada tiap dominan ini masih
jauh di bawah negara tetangga Malaysia, Thailand dan Singapura. Rata-rata
persentase yang paling rendah yang dicapai oleh peserta didik Indonesia adalah
pada domain kognitif pada level penalaran (reasoning) yaitu 17%. Rendahnya
kemampuan matematika peserta didik pada domain penalaran perlu mendapat
perhatian.
Hal di atas juga terjadi pada siswa SMP Negeri 17 Medan dimana peneliti
melakukan observasi. Berdasarkan hasil tes diagnostik yang dilakukan oleh
peneliti didapati bahwa kemampuan penalaran matematik siswa masih rendah
dengan persentase ketuntasan klasikal hanya 15,625%. Dari 32 orang siswa yang
melakukan tes kemampuan penalaran, hanya 5 orang siswa yang memiliki
kemampuan penalaran matematik kategori minimal sedang, sedangkan siswa yang
4
lainnya berada pada kategori rendah dan sangat rendah. Dengan tingkat
kemampuan sangat tinggi terdapat 0 orang (0%), 5 orang (15,625%) siswa yang
memiliki kemampuan tinggi, 0 orang (0%) kemampuan cukup, 19 orang
(59,375%) siswa yang memiliki kemampuan kurang, dan 8 orang (25%) memiliki
tingkat kemampuan sangat kurang. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih
lemah dalam penalaran.Ini terlihat dalam mengerjakan tes diagnostik dengan
materi bilangan bulat, siswa merasa kesulitan dalam mengerjakan soal yang
diberikan.
Berikut adalah soal yang dipakai untuk tes diagnostik kemampuan
penalaran matematik siswa dengan materi bilangan bulat:
1. Rumah Rina berada 5 km di sebelah kanan dari sekolah dan rumah Susi
berada 3 km disebelah kiri dari rumah Rina. Jika sekolah berada di titik
nol pada garis bilangan, gambarkanlah pada garis bilangan tersebut!
2. Dalam suatu pertandingan, seorang anak bermain sebanyak 6 kali dan
memperoleh skor masing-masing tiap pertandingan sebagai berikut -20,
80, -70, x, -60, dan 80. Total skornyayang diperoleh adalah 50.
Berapakah nilai skor yang keempat (x) ?
3. Periksalah kebenaran dari penyelesaian soal di bawah ini. Jika tahaptahap penyelesaian soal tersebut ada yang salah, berikan jawaban yang
benar menurut anda.
2 + (-5) = -3
-5 + 2 = 7
2 + (-5)
-5 + 2
4. Jika a dan b adalah dua bilangan bulat, dimana a = 5, b = 4. Berapakah
a + b dan b + a serta a – b dan b – a? Berikan kesimpulkan dari jawaban
yang kamu peroleh!
Pada saat siswa menyelesaikan kedua soal tersebut, terlihat bahwa siswa
belum mampu menyajikan pernyataan matematika secara tertulis dan gambar
sehingga siswa tidak dapat memanipulasi matematika dengan baik.
5
Gambar 1.1 Jawaban siswa pada tes awal nomor 1 dan nomor 2
Selain itu, siswa kurang memahami maksud dari soal yang diberikan
sehingga tidak dapat memeriksa kesahian suatu argumen dan siswa tidak dapat
menarik kesimpulan.
.
Gambar 1.2 Jawaban siswa pada tes awal nomor3 dan nomor 4
Berdasarkan hasil tes tersebut dapat diketahui kesulitan-kesulitan yang
dialami siswa dalam menyelesaikan soal tes diantaranya banyak siswa mengalami
kesulitan dalam mengubah kalimat verbal ke dalam kalimat matematika. Hal ini
terlihat dari banyak siswa yang tidak dapat mengaitkan antara yang diketahui dan
ditanya sehingga siswa tidak dapat menjawab soal dengan baik. Dengan demikian
siswa tidak mampu menyajikan pernyataan matematika secara tertulis dan
gambar, siswa tidak mampu memanipulasi rumus yang akan digunakan untuk
menyelesaikan soal, dan siswa juga kurang teliti dalam perhitungan. Selain itu,
siswa kesulitan memeriksa kesahihan suatu argumen sehingga tidak dapat menarik
6
kesimpulan dari pernyataan. Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang tepat
agar dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa.
Pada kesempatan tersebut peneliti juga melakukan wawancara dengan
guru matematika kelas VII SMP Negeri 17 Medan (Ibu Elpi Dahniar, S.Pd)
mengatakan :
“siswa masih kurang mampu untuk mengerjakan soal–soal yang diberikan.
Soal–soal yang gampang maupun soal yang susah. Banyak siswa masih
kurang mampu menerjemahkan soal–soal yang diberikan guru kedalam
bentuk matematika sehingga tidak mampu menjawab soal tersebut”.
Trianto (2011:1) menyatakan bahwa salah satu masalah pokok dalam
pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih
rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini Nampak rerata hasil belajar hasil
belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini
tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang bersifat konvensional dan
tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana
sebenarnya belajar itu. Pada pembelajaran ini cenderung berpusat pada guru
“teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif”.
Melihat fenomena tersebut, maka perlu diterapkan suatu sistem
pembelajaran yang bermakna yang melibatkan peran siswa secara aktif. Salah
satu pembelajaran yang dapat efektif meningkatkan kemampuan penalaran
adalah pembelajaran think-talk-write. Hal ini senada dengan yang disampaikan
oleh Huinker dan Laughlin (dalam maula, 2012) bahwa :
Model pembelajaran think-talk-write (TTW) membangun pemikiran,
merefleksi, dan mengorganisasi ide, kemudian menguji ide tersebut
sebelum peserta didik diharapkan untuk menulis.Alur model
pembelajaran think-talk-write (TTW) dimulai dari keterlibatan peserta
didik dalam berpikir atau berdialog reflektif dengan dirinya sendiri,
selanjutnya berbicara dan berbagi ide dengan temannya, sebelum peserta
didik menulis.
TTW dalam pelajaran matematika adalah suatu pembelajaran yang pada
dasarnya dibangun melalui berfikir, berbicara dan menulis. Secara garis besar alur
TTW dalam pelajaran matematik dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir
dan berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca masalah/soal
7
matematik (think), selanjutnya berbicara dengan membagi ide (sharing) dengan
temannya (talk) untuk menyelesaikan masalah/soal matematik tersebut, lebih
efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen dengan 3-5 orang. Dalam
kelompok ini siswa diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan,
mendengar dan membagi ide bersama teman, kemudian mengungapkan
/menuliskan kembali hasil diskusi melalui tulisan (write).
Peranan dan keutamaan TTW serta tugas-tugas yang dilakukan guru dan
siswa dalam menggunakan pembelajaran ini, secara rasional diharapkan bahwa
pembelajaraan TTW dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa.
Ini berarti dalam proses pembelajaran tidak cukup bila hanya memberi
tekanan pada terampil menghitung. Perhatian khusus juga harus diberikan pada
bagaimana nalar dan sikap siswa dapat terbentuk serta kemampuan menerapkan
pembelajaran yang merupakan penopang penting terbentuknya kemampuan siswa
untuk memecahkan masalah yang mungkin dihadapinya. TTW ini perlu diterapkan
mengingat bahwa sejauh ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa
pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal, dalam hal ini
fungsi dan peranan guru masih dominan sehingga siswa menjadi pasif dan tidak
kreatif. Sedangkan melalui TTW ini siswa diharapkan belajar dengan cara
mengalami bukan menghapal sehingga memungkinkan para siswa memahami arti
pelajaran yang mereka pelajari.
Dari hasil diagnostik yang dilakukan, diperoleh kemampuan penalaran
matematik siswa masih sangat rendah, dimana siswa masih terbiasa dengan
kebiasaan menghafal materi sehingga tidak mampu menggunakan penalarannya
untuk memecahkan suatu masalah. Untuk itu, peneliti melakukan penelitian
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think-talk-write.
Dimana dengan model think-talk-write ada tiga tahap yang dapat meningkatkan
kemampuan penalaran siswa yaitu berfikir (think), berbicara (talk), dan menulis (
write).
Bilangan bulat merupakan materi pelajaran yang diajarkan pada siswa
kelas VII, pada kenyataannya masih banyak siswa yang mengalami kesulitan
dalam pengerjaan soal atau masalah yang berhubungan dengan materi pelajaran
8
bilangan bulat, khususnya soal dalam bentuk cerita. Siswa mengalami kesulitan
untuk memahami bentuk permasalahan dan cara penyelesaian soal dalam bentuk
cerita tersebut.
Bertitik tolak dari hal diatas, penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-TalkWrite Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematik Siswa di
Kelas VII SMP Negeri 17 Medan.”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka peneliti
mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1.
Siswa menganggap matematika sulit
2.
Rendahnya hasil belajar matematik siswa
3.
Kemampuan penalaran matematik siswa masih rendah
4.
Pembelajaran matematik masih didominasi oleh guru
1.3 Pembatasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, serta
mengingat masalah tersebut harus dipecahkan berdasarkan uregensinya maka
penelitian ini terbatas pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe ThinkTalk-Write untuk meningkatkan penalaran matematik siswa pada materi bilangan
bulat di kelas VII SMP Negeri 17 Medan.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah
yang dikemukakan maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini
adalah :
1.
Bagaimana peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-talk-write pada
pokok bahasan bilangan bulat di kelas VII SMP Negeri 17 Medan?
9
2.
Bagaimana efektifitas pembelajaran model think-talk-write terhadap
peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa pada pokok bahasan
bilangan bulat di kelas VII SMP Negeri 17 Medan?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan
penelitian adalah :
1.
Untuk mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan penalaran
matematik siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
think-talk-write pada pokok bahasan bilangan bulat di kelas VII SMP
Negeri 17 Medan.
2.
Untuk mengetahui bagaimana efektifitas pembelajaran model think-talkwrite terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa pada
pokok bahasan bilangan bulat di kelas VII SMP Negeri 17 Medan.
1.6 Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini dilakukan diharapkan hasil penelitian ini
dapat
memberikan manfaat yang berarti yaitu :
1.
Bagi guru : sebagai bahan masukan untuk dapat memahami dan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-talk-write dalam
pembelajaran matematika.
2.
Bagi siswa : melalui penerapan model pembelajaran tipe think-talk-write
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematik siswa
khususnya pada materi bilangan bulat.
3.
Bagi sekolah : dapat memberikan masukan dan sumbangan pemikiran
guna meningkatkan mutu pendidikan sekolah terutama dibidang
matematika.
4.
Bagi peneliti : dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta
sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan bagi peneliti
dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga pengajar.
10
1.7 Defenisi Operasional
Penelitian ini berjudul Penerapan Model Pembelajaran kooperatif tipe
Think-Talk-Write untuk meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematik Siswa
diKelasVII SMP Negeri 17 Medan.
1.
Kemampuan penalaran dalam matematik adalah suatu kemampuan
mengunakan aturan, sifat atau logika matematik (berpikir induktif dan
deduktif) untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang benar. Adapun
Indikator yang menunjukkan penalaran antara lain kemampuan
menyajikan pernyataan matematika secara tertulis dan gambar,
kemampuan
melakukan
memanipulasi
matematika,
kemampuan
memeriksa kesahihan suatu argumen, dan kemampuan menarik
kesimpulan dari pernyataan.
2.
Pembelajaran
think-talk-write
(TTW)
adalah
suatu
pembelajaran
matematik yang pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara dan
menulis. Secara garis besar alur TTW dalam pelajaran matematik dimulai
dari keterlibatan siswa dalam berpikir dan berdialog dengan dirinya
sendiri setelah proses membaca masalah/soal matematik (think),
selanjutnya berbicara dengan membagi ide (sharing) dengan temannya
(talk) untuk menyelesaikan masalah/soal matematik tersebut, kemudian
mengungkapkan/menuliskan kembali hasil diskusi melalui tulisan
(write).
. BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan hasil observasi dapat
diambil beberapa simpulan sebagai berikut :
1. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe think-talk-write, kemampuan
penalaran matematik siswa pada materi bilangan bulat kelas VII-7 SMP
Negeri 17 Medan meningkat. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan
kemampuan penalaran matematik siswa dari siklus I ke siklus II. Pada tes
awal, diperoleh 5 orang siswa (15,625%) yang mencapai kentuntasan.
Setelah dilakukan tindakan pada siklus I diperoleh 17 orang siswa
(53,125%) yang mencapai kentuntasan dengan nilai rata-rata 2,445.
Selanjutnya, setelah dilakukan perbaikan tindakan pada siklus II diperoleh
28 orang siswa (87,50%) yang mencapai kentuntasan dengan nilai rata-rata
3,07. Ini berarti model pembelajaran kooperatif tipe think-talk-write dapat
meningkatkan kemampuan penalaran matematik siswa pada materi bilangan
bulat di kelas VII-7 SMP Negeri 17 Medan.
2. Pembelajaran dengan model Think-Talk-Write efektif. Dikatakan efektif
karena memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan yaitu nilai ratarata hasil observasi guru pada siklus I adalah 2,685 dengan kriteria baik,
nilai rata-rata hasil observasi siswa 2,68 dengan kriteria baik, dan nilai
persentase angket respon siswa 74,87% dengan kriteria positif. Pada siklus
II, nilai rata-rata hasil observasi guru 3,2 dengan kriteria sangat baik, nilai
rata-rata hasil observasi siswa 3,28 dengan kriteria sangat baik, dan nilai
persentase angket respon siswa adalah 80,013% dengan kriteria positif.
94
95
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini yaitu :
1. Kepada guru matematika dalam mengajarkan materi pembelajaran
matematika disarankan guru menggunakan Model pembelajaran ThinkTalk-Write (TTW) sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
kemampuan penalaran matematik siswa.
2. Kepada siswa SMP Negeri 17 Medan khususnya siswa yang
berkemampuan penalaran matematik rendah agar lebih banyak berlatih,
membaca dan tidak sungkan-sungkan untuk mengkomunikasikan ide-ide
matematikanya baik secara lisan maupun tulisan dalam pembelajaran
matematika.
3. Kepada peneliti yang berminat melakukan penelitian dengan objek yang
sama dengan penelitian ini supaya memperhatikan kelemahankelemahan yang ada dalam penelitian ini yaitu siswa yang dibentuk
dalam kelompok jangan terlalu banyak agar setiap kelompok diskusi
tersebut ikut terlibat sehingga akan memudahkan guru dalam
penguasaan kelas. Hal ini dikarenakan dengan adanya penguasaan kelas
yang baik maka diharapkan pembelajaran dengan Model pembelajaran
think-talk-write (TTW) dapat berlangsung dengan efektif dan dapat
meningkatkan kemampuan penalaran matematik siswa.
96
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka
Cipta Jakarta.
Ansari, B.I., (2009), Komunikasi Matematika (Konsep dan Aplikasi), Penerbit
Pena, Banda Aceh.
Arikunto, S., (2010), Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.
Aunurrahman, (2009), Belajar dan Pembelajaran, Alfabeta, Bandung.
Debdikbud, (2013), Matematika Kelas VII, Kurikulum 2013, Politeknik Negeri
Media Kreatif, Jakarta
FMIPA Unimed., (2010), Pedoman Penulisan Proposal Dan Skripsi Mahasiswa
Program Studi Pendidikan, FMIPA, Unimed, Medan.
Isjoni, (2011), Cooperatif Learning, Alfabeta, Bandung.
Maula, (2012), http://maulanikmatul.blogspot.com/2012/01model-pembelajaran
Think-Talk-Write-ttw.html (diakses tanggal 22 Januari 2014).
Nurkancana, W., (1986), Menjadi Guru Profesional, Bumi Aksara, Jakarta.
Rochmad, (2008), Teori Belajar vygotsky, http://rochmad-unesblogspot.com
(diakses tanggal 20 Mei 2014)
Rusman, (2012), Model-Model Pembelajaran, Grafindo, Jakarta
Sanjaya, Wina.,(2008), Kurikulum Dan Pembelajaran, Prenada Media Group,
Jakarta.
Setyono, (2008), http://setyono.blogspot.com/2008/07/bab-ipendahuluan_09.html
(diakses Tanggal 20 Mei 2014)
Shadiq, F., (2004), Pemecahan Masalah, Penalarann dan Komunikasi. Makalah
disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMA Jenjang
Dasar tanggal 6-19 Agustus di PPG Matematika.
Shadiq, F., (2007), Penalaran atau Reasoning. Mengaapa Perlu Dipelajari Para
Siswa di Sekolah ?. http://fadjarp3g.files.wordpress.com/2007/09/okpenalaran gerbang.pdf
Shadiq, F., (2009), Kemahiran Matematika. Makalah disampaikan pada Diklat
Instruktur Pengembang Matematika SMA Jenjang Lanjut.
97
Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka
Cipta, Jakarta
Sukino, Wilson, S. (2007), Matematika Untuk SMP Kelas VII, Erlangga, Jakarta
Sumaryono, E., (2012), Dasar-Dasar Logika, Kanisius, Yogyakarta
Suprijono, A., (2009), Cooperative Learning, Pustaka Belajar, Yogyakarta
Trianto, (2011), Mendisain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, kencana,
Jakarta
Wulandari, E., (2011), Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa
Melalui Pendekatan Problem Posing di Kelas VII A SMP Negeri 2
Yogyakarta, http://Eprints.uny.ac.id/1709/1/Enika_Wulandari.pdf
MATEMATIK SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI 17 MEDAN
Oleh:
Betty Rumondang
NIM 4104111001
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2015
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Talk-Write untuk
Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematik Siswa di Kelas VII SMP Negeri
17 Medan”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Medan.
Selama proses penyelesaian skripsi ini banyak kendala yang dihadapi,
namun semua itu dapat diatasi karena bantuan tulus dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini dengan rendah hati dan tulus penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. E. Elvis Napitupulu, M.S, selaku Dosen
Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dalam membimbing serta
memberikan masukan kepada penulis sejak awal sampai dengan selesainya
penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak
Drs. Yasifati Hia, M.Si, Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd, dan Bapak Prof. Dr.
Edi syahputra, M.Pd, sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan dan
saran-saran yang sangat bermanfaat mulai dari rencana penelitian sampai
selesainya penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd,
sebagai dosen Pembimbing Akademik. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku rektor Universitas Negeri Medan
beserta para staf pegawai di rektorat, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D,
selaku dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Medan beserta para staf pegawai di fakultas, Bapak Dr. Edi Surya, M.Si,
selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, selaku Ketua
Program Studi Pendidikan matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, sebagai
Sekretaris Jurusan Matematika beserta seluruh Bapak dan Ibu dosen serta staf
pegawai Jurusan Matematika yang telah membantu penulis. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada Bapak Drs. Pelan Tarigan, selaku kepala SMP Negeri 17
v
Medan, Ibu Elpi Dahniar, S.Pd, selaku guru Matematika SMP Negeri 17 Medan,
serta guru-guru yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.
Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda A. Sagala
(+), dan Ibunda M. Br. Situmorang tercinta yang telah banyak memberikan
dukungan, doa, semangat, motivasi, perhatian dan pengertian yang telah diberikan
kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Unimed, terkhusus juga
kepada, Bang Erwin, Kak Ika, Bang Dolly, Adik Indah dan keluarga besar yang
senantiasa membantu serta memberikan dukungan dan semangat.
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada sahabat dikala suka
dan duka Adelina, Adriani, Adha, Doriani, Aziza, Fatuljannah dan teman-teman
lainnya di jurusan matematika khususnya kelas A Reguler 2010 yang telah banyak
membantu, memberikan doa, dukungan, semangat, dan motivasi kepada penulis
selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini, beserta semua pihak yang
tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut memberi semangat dan bantuan
kepada penulis.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi
maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi
ini bermanfaat dalam memperkaya ilmu pendidikan. Semoga Tuhan Yang Maha
Esa senantiasa mencurahkan rahmat-Nya kepada kita semua.
Medan, Desember 2014
Penulis,
Betty Rumondang
NIM. 4104111001
vi
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Halaman
i
Riwayat Hidup
ii
Abstrak
iii
Kata Pangantar
iv
Daftar Isi
vi
Daftar Gambar
ix
Daftar Tabel
x
Daftar Lampiran
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1
1.2
Indentifikasi Masalah
8
1.3
Pembatasan Masalah
8
1.4
Rumusan Masalah
8
1.5
Tujuan Penelitian
9
1.6
Manfaat Penelitian
9
1.7
Defenisi Operasional
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kerangka Teoritis
11
2.1.1 Belajar
11
2.1.2 Hasil Belajar
12
2.1.3 Kemampuan Penalaran
13
2.1.4 Kemampuan Penalaran Matematik
14
2.1.5 Model Pembelajaran Think-Talk-Write
17
2.1.5.1 Model Pembelajaran
17
2.1.5.2 Model Pembelajaran Kooperatif
19
2.1.5.3 Model Pembelajaran Think-Talk-Write
25
2.1.5.4 Langkah-langkah Pembelajaran TTW
28
2.1.5.5 Alur Pembelajaran TTW
32
2.1.5.6 Hubungan Penalaran Matematik Dengan Model Pembelajaran
Think-Talk-Write ( TTW)
2.2
Kajian Materi
32
35
vii
2.3
Kerangka Konseptual
41
2.4
Hipotesis Penelitian
42
BAB III METODE PENELITIAN
4.1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
43
4.2.1 Subjek Dan Objek Penelitian
43
3.2.1 Subjek Penelitian
43
3.2.2 Objek Penelitian
43
4.3.1 Jenis Penelitian
43
4.4.1 Prosedur Penelitian
43
3.4.1 Siklus I
44
3.4.1.1
Permasalahan I
44
3.4.1.2
Perencanaan Tindakan I
44
3.4.1.3
Pelaksanaan Tindakan I
45
3.4.1.4
Observasi I
45
3.4.1.5
Analisis Data I
46
3.4.1.6
Refleksi I
46
3.4.2 Siklus II
46
4.5.1 Instrumen dan Alat Pengumpulan Data
47
3.5.1. Tes
47
3.5.2. Observasi
47
3.5.3. Angket
47
4.6.1 Teknik Analisis Data
48
4.7.1 Teknik Pengumpulan Data
48
3.7.1. Uji Validitas
48
3.7.2. Uji Reabilitas
49
4.8.1 Teknik analisis Data
49
3.8.1 Analisis Data Kemampuan Penalaran Matematik
49
3.8.2 Persentase Ketuntasan Klasikal
51
3.8.3 Analisis Hasil Observasi
51
3.8.4 Analisis Hasil Angket
52
4.9.1 Paparan Data
53
4.10.1 Penarikan Kesimpulan
54
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
55
4.1.1 Pelaksanaan Dan Hasil Penelitian Pada Siklus I
55
4.1.1.1 Permasalahan I
55
4.1.1.2 Tahap Perencanaan Tindakan I
60
4.1.1.3 Pelaksanaan Tindakan I
62
4.1.1.4 Observasi I
64
4.1.1.5 Analisis Data I
65
4.1.1.5.1 Paparan Data
65
4.1.1.5.1.1 Analisis Data dan Observasi Kegiatan Guru dan Siswa
65
4.1.1.5.1.2 Analisis Data Tes Keampuan Penalaran I
68
4.1.1.5.1.3 Analisis Data Angket Respon Siswa
75
4.1.1.6 Refleksi I
76
4.1.2 Pelaksanaan Dan Hasil Penelitian Siklus II
77
4.1.2.1 Permasalahan II
77
4.1.2.2 Tahap Perencanaan Tindakan
78
4.1.2.3 Pelaksanaan Tindakan II
79
4.1.2.4 Observasi II
81
4.1.1.4.1
Hasil Observasi Guru II
81
4.1.2.4.2
Hasil Observasi Siswa II
82
4.1.2.5 Analisis Data II
82
4.1.2.5.1 Analisis Data Hasil Observasi Kegiatan Guru Dan Siswa
82
4.1.2.5.2 Analisis Data Tes Kemampuan Penalaran II
85
4.1.2.5.3 Analisis Data Angket Respon Siswa
87
4.1.2.6 Refleksi II
88
4.2 Temuan Penelitian
89
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
94
5.2 Saran
95
Daftar Pustaka
96
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
23
Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran TTW
29
Tabel 3.1. Konversi Kompetensi Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap
50
Tabel 3.2 Kriteria Kemampuan Penalaran
50
Tabel 3.3
Kriteria Ketuntasan Belajar
51
Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Observasi
52
Tabel 3.5 Kriteria Respon Siswa
53
Tabel 4.1 Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Awal
55
Tabel 4.2 Data Kesalahan Siswa Pada Tes Awal
56
Tabel 4.3 Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru Siklus I
66
Tabel 4.4 Deskripsi Hasil Observasi Pembelajaran Siswa Siklus I
67
Tabel 4.5 Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Penalaran I
69
Tabel 4.6 Data Kesalahan Siswa Pada Tes Kemampuan Penalaran I
70
Tabel 4.7 Hasil Uji Validasi Tes Kemampuan Matematik Siswa I
75
Tabel 4.8 Deskripsi Hasil Angket Respon Siswa Siklus I
75
Tabel 4.9 Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Guru Siklus II
83
Tabel 4.10 Deskripsi Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Siswa Siklus II
84
Tabel 4.11 Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Penalaran II
86
Tabel 4.12 Hasil Uji Validasi Tes Kemampuan Matematik Siswa II
86
Tabel 4.13 Deskripsi Hasil Angket Respon Siswa Siklus II
87
Tabel 4.14 Deskripsi Tingkat Kemampuan Penalaran Siswa Pada Tes Awal
Kemampuan Penlaran Siswa Pada Siklus I Dan Siklus II
88
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Jawaban Siswa Pada Tes Awal Nomor 1
5
Gambar 1.2 Jawaban Siswa Pada Tes Awal Nomor 2
5
Gambar 2.1 Alur Pembelajaran Think-Talk-Write
32
Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
46
Gambar 4.1 Diagram Tingkat Kemampuan Penalaran Matematik Siswa Pada
Tes Diagnostik
56
Gambar 4.2 Diagram Tingkat Kemampuan Penalaran Matematik Siswa Pada
Tes Penalaran I
Gambar 4.3 Diagram Kemampuan Penalaran Siswa Pada Tes Penalaran II
69
86
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
98
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
111
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa 1Siklus I
118
Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa 2 Siklus I
121
Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa 1 Siklus II
124
Lampiran 6 Kisi-Kisi Tes Awal
127
Lampiran 7 Tes Awal Penalaran Matematik
128
Lampiran 8 Alternatif Penyelesaian Tes Awal
127
Lampiran 9 Pedoman Penskoran Tes Awal
131
Lampiran 10 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Penalaran Matematik
133
Lampiran 11 Tes Kemampuan Penalaran Matematik I
134
Lampiran 12 Alternatif Tes Kemampuan Penalaran Matematik I
136
Lampiran 13 Tes Kemampuan Penalaran Matematik II
139
Lampiran 14 Alternatif Tes Kemampuan Penalaran Matematik II
141
Lampiran 15 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Penalaran Matematik
144
Lampiran 16 Kisi-Kisi Angket Respon
146
Lampiran 17 Angket Respon Siswa
147
Lampiran 18 Lembaran Validasi Tes Awal
149
Lampiran 19 Lembar Validasi Tes Kemampuan Penalaran I
152
Lampiran 20 Lembar Validasi Tes Kemampuan Penalaran II
155
Lampiran 21 Lembar Validasi Angket Respon
158
Lampiran 22 Lembar Observasi Guru Pertemuan I Siklus I
167
Lampiran 23 Lembar Observasi Guru Pertemuan II Siklus I
169
Lampiran 24 Lembar Observasi Guru Siklus II
171
Lampiran 25 Lembar Observasi Siswa Siklus I Pertemuan I
173
Lampiran 26 Lembar Observasi Siswa Siklus I Pertemuan II
175
Lampiran 27 Lembar Observasi Siswa Siklus II
177
Lampiran 28 Daftar Nama Siswa
179
Lampiran 29 Lembar Validator
180
xii
Lampiran 30 Analisis Hasil Tes Kemampuan Awal
181
Lampiran 31 Analisis Hasil Tes Kemampuan Penalaran I
183
Lampiran 32 Validasi Tes Kemampuan Penalaran Matematik Siklus I
185
Lampiran 33 Reabilitas Tes Kemampuan Penalaran Matematik Siklus I
187
Lampiran 34 Analisis Hasil Tes Kemampuan Penalaran II
189
Lampiran 35 Validasi Tes Kemampuan Penalaran Matematik Siklus II
191
Lampiran 36 Reabilitas Tes Kemampuan Penalaran Matematik Siklus II
193
Lampiran 37 Skor Kemampuan Penalaran Matematik Siswa
195
Lampiran 38 Grafik Peningkatan Tes Penalaran Matematik Siswa
196
Lampiran 39 Deskripsi Persentase Kemampuan Penalaran Siswa
197
Lampiran 40 Rekapitulasi Angket Respon Siswa Siklus I
198
Lampiran 41 Rekapitulasi Angket Respon Siswa Siklus II
200
Lampiran 42 Daftar Nama-Nama Kelompok Siswa
202
Lampiran 43 Dokumentasi Penelitian
203
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan yang memiliki karakteristik tertentu seperti
wawasan pengetahuan yang luas, kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan
sehari-hari yang dihadapinya serta sikap dan perilaku yang positif terhadap
lingkungan alam sekitarnya.
Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu titik berat
pembangunan di bidang pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan
tuntutan perubahan lokal, nasional, dan global. Suatu pendidikan dikatakan
bermutu apabila proses pendidikan berlangsung secara efektif dan menghasilkan
individu-individu atau sumber daya manusia yang bermanfaat bagi masyarakat
dan pembangunan bangsa. Pendidikan satu-satunya wadah kegiatan yang dapat
dipandang dan seyogianya berfungsi untuk menciptakan sumber daya manusia
yang bermutu tinggi. Sumber daya manusia yang bermutu ditandai dengan sumber
daya manusia yang memiliki kemampuan handal dalam beradaptasi untuk
menghadapi perubahan zaman yang semakin cepat dan memiliki kemampuan
mengusai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu
pengetahuan dan mengembangkan daya pikir manusia. Matematika merupakan
pelajaran di sekolah yang dipandang penting dan dipelajari oleh setiap peserta
didik mulai dari sekolah dasar hingga sekolah lanjutan tingkat atas dan bahkan
juga perguruan tinggi. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran disekolah
dinilai cukup memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi
berkualitas, karena matematika suatu sarana berfikir untuk mengkaji sesuatu
secara logis dan sistematis. Oleh karena itu, matematika sangat diperlukan untuk
kehidupan sehari-hari dalam menghadapi kemajuan IPTEK. Cornelius (dalam
Abdurrahman,2009:253), mengemukakan :
1
2
“Ada lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika
merupakan : (1)sarana berfikir yang jelas dan logis, (2)sarana untuk
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3)sarana mengenal polapola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4)sarana untuk
mengembangkan kreativitas, dan (5)sarana untuk meningkatkan kesadaran
terhadap perkembangan budaya”.
Berbagai alasan perlunya sekolah mengajarkan matematika kepada siswa
pada hakikatnya dapat diringkaskan karena masalah kehidupan sehari-hari.
Menurut pemaparan Liebeck (dalam Abdurrahman, 2009:253) “ada dua macam
hasil belajar matematika yang harus dikuasai oleh siswa, perhitungan matematik
(mathematics calculation) dan penalaran matematik (mathematics reasoning)”.
Kemampuan penalaran merupakan salah satu hal yang harus dimiliki siswa
dalam belajar matematika.Depdiknas (dalam Shadiq, 2004:3) menyatakan bahwa
matematika dan penalaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu
materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dapat dipahami dan
dilatih melalui belajar matematika. Selain karena matematika merupakan ilmu
yang dipahami melalui penalaran, tetapi juga karena salah satu tujuan dari
pembelajaran matematika adalah agar siswa mampu menggunakan penalaran pada
pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Hal
tersebut senada dengan penjelasan Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas No.
506/C/PP/2004 (dalam Shadiq, 2009:14) yang menyatakan indikator-indikator
penalaran yang harus dicapai oleh siswa. Indikator yang menunjukkan penalaran
antara lain:
“(1) kemampuan menyajikan pernyataan matematika secara tertulis, dan
gambar; (2) kemampuan melakukan memanipulasi matematik; (3)
kemampuan memeriksa kesahihan suatu argumen; (4) kemampuan
menarik kesimpulan dari pernyataan”.
Kenyataan yang dihadapi dewasa ini adalah pembelajaran matematik
selalu merupakan permasalahan yang sepertinya tidak kunjung terpecahkan.
Pemahaman matematik senantiasa dipandang atau dirasakan sukar, Sehingga
siswa tidak tertarik untuk belajar matematik.
3
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Abdurrahman (2009:252) bahwa:
“Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan
bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak
berkesulitan belajar, dan lebih–lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar”.
Karena siswa merasa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit,
mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi rendah. Rendahnya kemampuan
penalaran matematik siswa akan mempengaruhi kualitas belajar siswa, yang
berdampak pula pada rendahnya prestasi belajar siswa di sekolah. Hal ini terlihat
dari prestasi siswa dalam belajar matematika memberikan hasil yang kurang
menggembirakan, yang ditunjukkan dengan rendahnya prestasi siswa Indonesia
dalam matematika yang diungkapkan oleh hasil tes PISA 2006 yang menunjukkan
bahwa Indonesia berada pada peringkat 52 dari 57 negara.
Berdasarkan data UNESCO, mutu pendidikan matematika di Indonesia
berada pada peringkat 34 dari 38 negara yang diamati. Data lain yang
menunjukkan rendahnya prestasi matematika siswa Indonesia dapat dilihat dari
hasil survei Pusat Statistik Internasional untuk Pendidikan (National Center for
Education in Statistics, 2003) terhadap 41 negara dalam pembelajaran
matematika, dimana Indonesia mendapatkan peringkat ke 39 di bawah Thailand
dan Uruguay.
Kemampuan rata-rata peserta didik Indonesia pada tiap dominan ini masih
jauh di bawah negara tetangga Malaysia, Thailand dan Singapura. Rata-rata
persentase yang paling rendah yang dicapai oleh peserta didik Indonesia adalah
pada domain kognitif pada level penalaran (reasoning) yaitu 17%. Rendahnya
kemampuan matematika peserta didik pada domain penalaran perlu mendapat
perhatian.
Hal di atas juga terjadi pada siswa SMP Negeri 17 Medan dimana peneliti
melakukan observasi. Berdasarkan hasil tes diagnostik yang dilakukan oleh
peneliti didapati bahwa kemampuan penalaran matematik siswa masih rendah
dengan persentase ketuntasan klasikal hanya 15,625%. Dari 32 orang siswa yang
melakukan tes kemampuan penalaran, hanya 5 orang siswa yang memiliki
kemampuan penalaran matematik kategori minimal sedang, sedangkan siswa yang
4
lainnya berada pada kategori rendah dan sangat rendah. Dengan tingkat
kemampuan sangat tinggi terdapat 0 orang (0%), 5 orang (15,625%) siswa yang
memiliki kemampuan tinggi, 0 orang (0%) kemampuan cukup, 19 orang
(59,375%) siswa yang memiliki kemampuan kurang, dan 8 orang (25%) memiliki
tingkat kemampuan sangat kurang. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih
lemah dalam penalaran.Ini terlihat dalam mengerjakan tes diagnostik dengan
materi bilangan bulat, siswa merasa kesulitan dalam mengerjakan soal yang
diberikan.
Berikut adalah soal yang dipakai untuk tes diagnostik kemampuan
penalaran matematik siswa dengan materi bilangan bulat:
1. Rumah Rina berada 5 km di sebelah kanan dari sekolah dan rumah Susi
berada 3 km disebelah kiri dari rumah Rina. Jika sekolah berada di titik
nol pada garis bilangan, gambarkanlah pada garis bilangan tersebut!
2. Dalam suatu pertandingan, seorang anak bermain sebanyak 6 kali dan
memperoleh skor masing-masing tiap pertandingan sebagai berikut -20,
80, -70, x, -60, dan 80. Total skornyayang diperoleh adalah 50.
Berapakah nilai skor yang keempat (x) ?
3. Periksalah kebenaran dari penyelesaian soal di bawah ini. Jika tahaptahap penyelesaian soal tersebut ada yang salah, berikan jawaban yang
benar menurut anda.
2 + (-5) = -3
-5 + 2 = 7
2 + (-5)
-5 + 2
4. Jika a dan b adalah dua bilangan bulat, dimana a = 5, b = 4. Berapakah
a + b dan b + a serta a – b dan b – a? Berikan kesimpulkan dari jawaban
yang kamu peroleh!
Pada saat siswa menyelesaikan kedua soal tersebut, terlihat bahwa siswa
belum mampu menyajikan pernyataan matematika secara tertulis dan gambar
sehingga siswa tidak dapat memanipulasi matematika dengan baik.
5
Gambar 1.1 Jawaban siswa pada tes awal nomor 1 dan nomor 2
Selain itu, siswa kurang memahami maksud dari soal yang diberikan
sehingga tidak dapat memeriksa kesahian suatu argumen dan siswa tidak dapat
menarik kesimpulan.
.
Gambar 1.2 Jawaban siswa pada tes awal nomor3 dan nomor 4
Berdasarkan hasil tes tersebut dapat diketahui kesulitan-kesulitan yang
dialami siswa dalam menyelesaikan soal tes diantaranya banyak siswa mengalami
kesulitan dalam mengubah kalimat verbal ke dalam kalimat matematika. Hal ini
terlihat dari banyak siswa yang tidak dapat mengaitkan antara yang diketahui dan
ditanya sehingga siswa tidak dapat menjawab soal dengan baik. Dengan demikian
siswa tidak mampu menyajikan pernyataan matematika secara tertulis dan
gambar, siswa tidak mampu memanipulasi rumus yang akan digunakan untuk
menyelesaikan soal, dan siswa juga kurang teliti dalam perhitungan. Selain itu,
siswa kesulitan memeriksa kesahihan suatu argumen sehingga tidak dapat menarik
6
kesimpulan dari pernyataan. Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang tepat
agar dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa.
Pada kesempatan tersebut peneliti juga melakukan wawancara dengan
guru matematika kelas VII SMP Negeri 17 Medan (Ibu Elpi Dahniar, S.Pd)
mengatakan :
“siswa masih kurang mampu untuk mengerjakan soal–soal yang diberikan.
Soal–soal yang gampang maupun soal yang susah. Banyak siswa masih
kurang mampu menerjemahkan soal–soal yang diberikan guru kedalam
bentuk matematika sehingga tidak mampu menjawab soal tersebut”.
Trianto (2011:1) menyatakan bahwa salah satu masalah pokok dalam
pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih
rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini Nampak rerata hasil belajar hasil
belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini
tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang bersifat konvensional dan
tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana
sebenarnya belajar itu. Pada pembelajaran ini cenderung berpusat pada guru
“teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif”.
Melihat fenomena tersebut, maka perlu diterapkan suatu sistem
pembelajaran yang bermakna yang melibatkan peran siswa secara aktif. Salah
satu pembelajaran yang dapat efektif meningkatkan kemampuan penalaran
adalah pembelajaran think-talk-write. Hal ini senada dengan yang disampaikan
oleh Huinker dan Laughlin (dalam maula, 2012) bahwa :
Model pembelajaran think-talk-write (TTW) membangun pemikiran,
merefleksi, dan mengorganisasi ide, kemudian menguji ide tersebut
sebelum peserta didik diharapkan untuk menulis.Alur model
pembelajaran think-talk-write (TTW) dimulai dari keterlibatan peserta
didik dalam berpikir atau berdialog reflektif dengan dirinya sendiri,
selanjutnya berbicara dan berbagi ide dengan temannya, sebelum peserta
didik menulis.
TTW dalam pelajaran matematika adalah suatu pembelajaran yang pada
dasarnya dibangun melalui berfikir, berbicara dan menulis. Secara garis besar alur
TTW dalam pelajaran matematik dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir
dan berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca masalah/soal
7
matematik (think), selanjutnya berbicara dengan membagi ide (sharing) dengan
temannya (talk) untuk menyelesaikan masalah/soal matematik tersebut, lebih
efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen dengan 3-5 orang. Dalam
kelompok ini siswa diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan,
mendengar dan membagi ide bersama teman, kemudian mengungapkan
/menuliskan kembali hasil diskusi melalui tulisan (write).
Peranan dan keutamaan TTW serta tugas-tugas yang dilakukan guru dan
siswa dalam menggunakan pembelajaran ini, secara rasional diharapkan bahwa
pembelajaraan TTW dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa.
Ini berarti dalam proses pembelajaran tidak cukup bila hanya memberi
tekanan pada terampil menghitung. Perhatian khusus juga harus diberikan pada
bagaimana nalar dan sikap siswa dapat terbentuk serta kemampuan menerapkan
pembelajaran yang merupakan penopang penting terbentuknya kemampuan siswa
untuk memecahkan masalah yang mungkin dihadapinya. TTW ini perlu diterapkan
mengingat bahwa sejauh ini pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa
pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal, dalam hal ini
fungsi dan peranan guru masih dominan sehingga siswa menjadi pasif dan tidak
kreatif. Sedangkan melalui TTW ini siswa diharapkan belajar dengan cara
mengalami bukan menghapal sehingga memungkinkan para siswa memahami arti
pelajaran yang mereka pelajari.
Dari hasil diagnostik yang dilakukan, diperoleh kemampuan penalaran
matematik siswa masih sangat rendah, dimana siswa masih terbiasa dengan
kebiasaan menghafal materi sehingga tidak mampu menggunakan penalarannya
untuk memecahkan suatu masalah. Untuk itu, peneliti melakukan penelitian
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think-talk-write.
Dimana dengan model think-talk-write ada tiga tahap yang dapat meningkatkan
kemampuan penalaran siswa yaitu berfikir (think), berbicara (talk), dan menulis (
write).
Bilangan bulat merupakan materi pelajaran yang diajarkan pada siswa
kelas VII, pada kenyataannya masih banyak siswa yang mengalami kesulitan
dalam pengerjaan soal atau masalah yang berhubungan dengan materi pelajaran
8
bilangan bulat, khususnya soal dalam bentuk cerita. Siswa mengalami kesulitan
untuk memahami bentuk permasalahan dan cara penyelesaian soal dalam bentuk
cerita tersebut.
Bertitik tolak dari hal diatas, penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-TalkWrite Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematik Siswa di
Kelas VII SMP Negeri 17 Medan.”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka peneliti
mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1.
Siswa menganggap matematika sulit
2.
Rendahnya hasil belajar matematik siswa
3.
Kemampuan penalaran matematik siswa masih rendah
4.
Pembelajaran matematik masih didominasi oleh guru
1.3 Pembatasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, serta
mengingat masalah tersebut harus dipecahkan berdasarkan uregensinya maka
penelitian ini terbatas pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe ThinkTalk-Write untuk meningkatkan penalaran matematik siswa pada materi bilangan
bulat di kelas VII SMP Negeri 17 Medan.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah
yang dikemukakan maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini
adalah :
1.
Bagaimana peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-talk-write pada
pokok bahasan bilangan bulat di kelas VII SMP Negeri 17 Medan?
9
2.
Bagaimana efektifitas pembelajaran model think-talk-write terhadap
peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa pada pokok bahasan
bilangan bulat di kelas VII SMP Negeri 17 Medan?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan
penelitian adalah :
1.
Untuk mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan penalaran
matematik siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
think-talk-write pada pokok bahasan bilangan bulat di kelas VII SMP
Negeri 17 Medan.
2.
Untuk mengetahui bagaimana efektifitas pembelajaran model think-talkwrite terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematik siswa pada
pokok bahasan bilangan bulat di kelas VII SMP Negeri 17 Medan.
1.6 Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini dilakukan diharapkan hasil penelitian ini
dapat
memberikan manfaat yang berarti yaitu :
1.
Bagi guru : sebagai bahan masukan untuk dapat memahami dan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-talk-write dalam
pembelajaran matematika.
2.
Bagi siswa : melalui penerapan model pembelajaran tipe think-talk-write
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematik siswa
khususnya pada materi bilangan bulat.
3.
Bagi sekolah : dapat memberikan masukan dan sumbangan pemikiran
guna meningkatkan mutu pendidikan sekolah terutama dibidang
matematika.
4.
Bagi peneliti : dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta
sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan bagi peneliti
dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga pengajar.
10
1.7 Defenisi Operasional
Penelitian ini berjudul Penerapan Model Pembelajaran kooperatif tipe
Think-Talk-Write untuk meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematik Siswa
diKelasVII SMP Negeri 17 Medan.
1.
Kemampuan penalaran dalam matematik adalah suatu kemampuan
mengunakan aturan, sifat atau logika matematik (berpikir induktif dan
deduktif) untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang benar. Adapun
Indikator yang menunjukkan penalaran antara lain kemampuan
menyajikan pernyataan matematika secara tertulis dan gambar,
kemampuan
melakukan
memanipulasi
matematika,
kemampuan
memeriksa kesahihan suatu argumen, dan kemampuan menarik
kesimpulan dari pernyataan.
2.
Pembelajaran
think-talk-write
(TTW)
adalah
suatu
pembelajaran
matematik yang pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara dan
menulis. Secara garis besar alur TTW dalam pelajaran matematik dimulai
dari keterlibatan siswa dalam berpikir dan berdialog dengan dirinya
sendiri setelah proses membaca masalah/soal matematik (think),
selanjutnya berbicara dengan membagi ide (sharing) dengan temannya
(talk) untuk menyelesaikan masalah/soal matematik tersebut, kemudian
mengungkapkan/menuliskan kembali hasil diskusi melalui tulisan
(write).
. BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan hasil observasi dapat
diambil beberapa simpulan sebagai berikut :
1. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe think-talk-write, kemampuan
penalaran matematik siswa pada materi bilangan bulat kelas VII-7 SMP
Negeri 17 Medan meningkat. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan
kemampuan penalaran matematik siswa dari siklus I ke siklus II. Pada tes
awal, diperoleh 5 orang siswa (15,625%) yang mencapai kentuntasan.
Setelah dilakukan tindakan pada siklus I diperoleh 17 orang siswa
(53,125%) yang mencapai kentuntasan dengan nilai rata-rata 2,445.
Selanjutnya, setelah dilakukan perbaikan tindakan pada siklus II diperoleh
28 orang siswa (87,50%) yang mencapai kentuntasan dengan nilai rata-rata
3,07. Ini berarti model pembelajaran kooperatif tipe think-talk-write dapat
meningkatkan kemampuan penalaran matematik siswa pada materi bilangan
bulat di kelas VII-7 SMP Negeri 17 Medan.
2. Pembelajaran dengan model Think-Talk-Write efektif. Dikatakan efektif
karena memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan yaitu nilai ratarata hasil observasi guru pada siklus I adalah 2,685 dengan kriteria baik,
nilai rata-rata hasil observasi siswa 2,68 dengan kriteria baik, dan nilai
persentase angket respon siswa 74,87% dengan kriteria positif. Pada siklus
II, nilai rata-rata hasil observasi guru 3,2 dengan kriteria sangat baik, nilai
rata-rata hasil observasi siswa 3,28 dengan kriteria sangat baik, dan nilai
persentase angket respon siswa adalah 80,013% dengan kriteria positif.
94
95
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini yaitu :
1. Kepada guru matematika dalam mengajarkan materi pembelajaran
matematika disarankan guru menggunakan Model pembelajaran ThinkTalk-Write (TTW) sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
kemampuan penalaran matematik siswa.
2. Kepada siswa SMP Negeri 17 Medan khususnya siswa yang
berkemampuan penalaran matematik rendah agar lebih banyak berlatih,
membaca dan tidak sungkan-sungkan untuk mengkomunikasikan ide-ide
matematikanya baik secara lisan maupun tulisan dalam pembelajaran
matematika.
3. Kepada peneliti yang berminat melakukan penelitian dengan objek yang
sama dengan penelitian ini supaya memperhatikan kelemahankelemahan yang ada dalam penelitian ini yaitu siswa yang dibentuk
dalam kelompok jangan terlalu banyak agar setiap kelompok diskusi
tersebut ikut terlibat sehingga akan memudahkan guru dalam
penguasaan kelas. Hal ini dikarenakan dengan adanya penguasaan kelas
yang baik maka diharapkan pembelajaran dengan Model pembelajaran
think-talk-write (TTW) dapat berlangsung dengan efektif dan dapat
meningkatkan kemampuan penalaran matematik siswa.
96
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Rineka
Cipta Jakarta.
Ansari, B.I., (2009), Komunikasi Matematika (Konsep dan Aplikasi), Penerbit
Pena, Banda Aceh.
Arikunto, S., (2010), Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.
Aunurrahman, (2009), Belajar dan Pembelajaran, Alfabeta, Bandung.
Debdikbud, (2013), Matematika Kelas VII, Kurikulum 2013, Politeknik Negeri
Media Kreatif, Jakarta
FMIPA Unimed., (2010), Pedoman Penulisan Proposal Dan Skripsi Mahasiswa
Program Studi Pendidikan, FMIPA, Unimed, Medan.
Isjoni, (2011), Cooperatif Learning, Alfabeta, Bandung.
Maula, (2012), http://maulanikmatul.blogspot.com/2012/01model-pembelajaran
Think-Talk-Write-ttw.html (diakses tanggal 22 Januari 2014).
Nurkancana, W., (1986), Menjadi Guru Profesional, Bumi Aksara, Jakarta.
Rochmad, (2008), Teori Belajar vygotsky, http://rochmad-unesblogspot.com
(diakses tanggal 20 Mei 2014)
Rusman, (2012), Model-Model Pembelajaran, Grafindo, Jakarta
Sanjaya, Wina.,(2008), Kurikulum Dan Pembelajaran, Prenada Media Group,
Jakarta.
Setyono, (2008), http://setyono.blogspot.com/2008/07/bab-ipendahuluan_09.html
(diakses Tanggal 20 Mei 2014)
Shadiq, F., (2004), Pemecahan Masalah, Penalarann dan Komunikasi. Makalah
disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMA Jenjang
Dasar tanggal 6-19 Agustus di PPG Matematika.
Shadiq, F., (2007), Penalaran atau Reasoning. Mengaapa Perlu Dipelajari Para
Siswa di Sekolah ?. http://fadjarp3g.files.wordpress.com/2007/09/okpenalaran gerbang.pdf
Shadiq, F., (2009), Kemahiran Matematika. Makalah disampaikan pada Diklat
Instruktur Pengembang Matematika SMA Jenjang Lanjut.
97
Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka
Cipta, Jakarta
Sukino, Wilson, S. (2007), Matematika Untuk SMP Kelas VII, Erlangga, Jakarta
Sumaryono, E., (2012), Dasar-Dasar Logika, Kanisius, Yogyakarta
Suprijono, A., (2009), Cooperative Learning, Pustaka Belajar, Yogyakarta
Trianto, (2011), Mendisain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, kencana,
Jakarta
Wulandari, E., (2011), Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa
Melalui Pendekatan Problem Posing di Kelas VII A SMP Negeri 2
Yogyakarta, http://Eprints.uny.ac.id/1709/1/Enika_Wulandari.pdf