PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, TINGKAT PENGANGGURAN, DAN RASIO PENDUDUK MISKIN SERTA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI SUMATRA UTARA YANG TERAGLOMERASI TERHADAP KETIMPANGAN REGIONAL KABUPATEN/KOTA DI SUMATRA UTARA.

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, TINGKAT PENGANGGURAN
DAN RASIO PENDUDUK MISKIN SERTA PERTUMBUHAN EKONOMI
KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI SUMATRA UTARA YANG
TERAGLOMERASI TERHADAP KETIMPANGAN REGIONAL
KABUPATEN/KOTA DI SUMATRA UTARA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Magister Sains
Program Studi Ilmu Ekonomi

Oleh :
SUFIKA SARY
NIM. 8136162027

PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015

ABSTRAK


Sufika Sary. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran, dan
Rasio Penduduk Miskin serta Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di
Propinsi Sumatra Utara yang Teraglomerasi terhadap Ketimpangan
Regional Kabupaten/Kota di Sumatra Utara. Tesis. Medan : Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Juni 2015.
Ekonomi aglomerasi merupakan eksternalitas yang dhasilkan dari kedekatan
geografis dengan kegiatan ekonomi, sebagai akibatnya daerah yang termasuk ke
dalam aglomerasi mempunyai laju pertumbuhan yang lebih tinggi disbanding
daerah yang bukan aglomerasi. Tesis ini mengkaji bagaimana pengaruh
pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, dan rasio penduduk miskin serta
pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota yang teraglomerasi terhadap ketimpangan
regional di Sumatra Utara. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
skunder yang diperoleh dari BPS Sumatra Utara. Penelitian ini menggunakan
pooled data atau data panel dari kurun waktu 2008 hingga 2013. Untuk
menganalisis besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat,
penelitian ini menggunakan metode OLS sedangkan perangkat lunak yang
digunakan adalah eviews 6.0. Hasil estimasi menunjukkan R2 sebesar 0,9980
artinya keberadaan variabel bebas yaitu pertumbuhan ekonomi, tingkat
pengangguran, dan rasio penduduk miskin mampu menjelaskan variabel terikat

yaitu ketimpangan sebesar 99,8 persen dan selebihnya 0,02 persen dijelaskan oleh
variabel lain diluar model. Nilai uji t-statistik pertumbuhan ekonomi sebesar
0,5746 lebih besar dari α = 0,05 menunjukkan bahwa variabel tersebut tidak
signifikan sedangkan variabel lain yaitu pengangguran terbuka, rasio penduduk
miskin dan dummy memiliki nilai lebih kecil dari nilai α sehingga dikatakan
sinifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen. Hasil penelitian ini menunjukkan
variabel yang mempunyai pengaruh positif terhadap ketimpangan adalah rasio
penduduk miskin sedangkan pertumbuhan ekonomi, pengangguran terbuka dan
dummy mempunyai pengaruh negatif terhadap ketimpangan.
Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran, Rasio Penduduk
Miskin, Aglomerasi, Ketimpangan Regional.

ABSTRACT

Sufika Sary. The Influence of Economic Growth, Unemployment, Ratio of
poor people and The economic growth of districts/cities in North Sumatra
which agglomerated against Regional Disparity in North Sumatra. Thesis.
Medan : Postgraduated of Economics UNIMED, June 2015.
Economic agglomeration is the externality caused by the closed geography region
with the economic activity. As the result, the agglomerated region is always have

the higher economic growth than unagglomerated region. This thesis examines
how the influence of Economic Growth, Unemployment, Ratio of poor people and
The economic growth of districts/cities in North Sumatra which agglomerated
against Regional Disparity in North Sumatra. The data used in this research is
secondary data obtained from BPS. This research used pooled data from 2008
until 2013. In analyzing the effect of independent variable on the dependent
variable, this study uses OLS while the software used to process the data in this
study is Eviews 6.0. The estimation results indicate R2 of 0,9980. It means the
existence of independent variabel (Economic Growth, Unemployment, Ratio of
poor people and The economic growth of districts/cities in North Sumatra which
agglomerated) is able to explain the dependent variable (regional disparity)
amounted to 99,8 percent which is 0,02 percent of the rest is explained by other
variable outside the model. T-statistic probability value of economic growth
equals to 0, 5746 greater than α = 0,05 indicates that economic growth doesn’t
significantly affect the regional disparity where as other variables which are
Unemployment, Ratio of poor people and The economic growth of districts/cities
in North Sumatra which agglomerated have the smaller value than α (0,05). So
we can conclude they are significant of the level of trust 95 percent. The result of
this research shows that the variable which have the positive affect against the
regional disparity is the ratio of poor people where as the economic growth,

unemployment and dummy have the negative affect against the regional disparity.
Keywords : Economic Growth, Unemployment, Rasio of poor people,
Aglomeration, Regional Disparity.

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunianya telah dapat diselesaikan tesis ini sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan
pada Program Studi Ilmu Ekonomi. Adapun judul tesis ini adalah Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran dan Rasio Penduduk Miskin serta
Pertumbuhan

Ekonomi

Kabupaten/Kota

yang

Teraglomerasi


terhadap

Ketimpangan Regional di Propinsi Sumatra Utara.
Penyelesaian tesis ini tentunya tidak terlepas dari jasa-jasa yang diberikan
kepada penulis. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada berbagai pihak, khususnya kepada:
1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, Rektor Universitas Negeri Medan atas
kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti
dan menyelesaikan pendidikan program pascasarjana.
2. Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd, Direktur Program Pascasarjana
Universitas Negeri Medan atas kesempatan menjadi mahasiswa Program
Studi Ilmu Ekonomi pada Program Pascasarjana Universitas Negeri
Medan.
3. Dr. H. Dede Ruslan, M.Si, Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan
4. Dr. Eko Wahyu Nugrahadi, M.Si, Sebagai dosen pembimbing I yang telah
memberikan arahan dan bimbingan bagi penulis.
5. Prof. Indra Maipita, M.Si, Ph.D, Sebagai dosen pembimbing II penulis
yang telah memberikan arahan dan bimbingan bagi penulis
6. Bapak dan Ibu dosen pengajar serta seluruh staf pegawai di Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
7. Kedua orang tua penulis Bapak Sofyan Nst dan Ibu Suryati yang telah
bersusah payah memberikan segala bentuk dorongan, mencurahkan
segenap kasih sayang dan yang selalu mendoakan penulis agar cepat
menyelesaikan pendidikan.

8. Suamiku tercinta dan tersayang Chairul Anwar ST, dan kedua anakku
tersayang Raditya Aulia dan Alya Radisty, atas dorongan, pengertian dan
pengorbanannya selama penulis melaksanakan pendidikan.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dalam penyelesaian tesis ini.
Atas segala bantuan yang diberikan, semoga mendapatkan balasan yang
layak dari Allah SWT. Akhirnya penulis berharap mudah-mudahan tesis ini
membawa manfaat dan kebaikan bagi pengembangan ilmu, setidaknya bagi
penulis sendiri.
Medan,
Penulis

Agustus 2015


Sufika Sary

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI...................................................................................................

iii

BAB I

PENDAHULUAN ........................................................................

1

1.1. Latar Belakang ........................................................................

1

1.2. Rumusan Masalah ...................................................................


9

1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................

9

1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................

9

KAJIAN PUSTAKA ................................................................... .

10

2.1. Landasan Teori ....................................................................... .

10

2.1.1. Teori dan Konsep Ketimpangan ................................. .


10

2.1.2. Teori dan Konsep Aglomerasi………….

.. . ............

15

2.1.3. Teori dan Konsep Pertumbuhan Ekonomi ................. .

20

2.1.4. Konsep Pertumbuhan Ekonomi Regional…………......

22

2.1.5. Konsep dan Teori Kemiskinan.......................................

29


2.1.6. Konsep dan Teori Pengangguran………………………

40

2.2. Penelitian Sebelumnya ........................................................... ..

42

2.3. Kerangka Konseptual …………………………………………

45

2.4. Hipotesis ............ ....................................................................

46

METODE PENELITIAN ...........................................................

47


3.1. Lokasi Penelitian ....................................................................

47

3.2. Jenis dan Sumber Data ...........................................................

47

3.3. Teknik Analisis Data ..............................................................

47

3.4. Pengujian Hasil Estimasi Model Penelitian ............................

50

3.4.1. Pengujian Penyimpangan Asumsi Klasik ....................

50

3.4.1.1. Uji Multikolinearitas .......................................

50

3.4.1.2. Uji Autokorelasi ..............................................

51

3.4.2. Pengujian Signifikansi Koefisien Regresi ................ ...

51

BAB II

BAB III

2

3.4.2.1. Koefisien Determinasi (R ) .............................

51

3.4.2.2. Uji Signifikansi Individual (t-test) ..................

52

3.4.2.3. Uji Signifikansi Keseluruhan (F-test) .............

53

BAB IV

3.5. Defenisi Operasional…………………………………………

53

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .........................

55

4.1. Gambaran Umum Variabel Yang diteliti ...............................

55

4.1.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi ........................

55

4.1.2. Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka............

58

4.1.3. Perkembangan Penduduk Miskin..................................

61

4.1.4. Perkembangan Aglomerasi…………………………….

64

4.1.5. Ketimpangan Regional di Sumatra Utara……………..

67

4.2. Analisa dan Pembahasan .......................................................

69

4.2.1. Hasil Uji Asumsi Klasik dan Signifikansi……………

69

4.2.1.1. Hasil Uji Multikolinearitas………………………….

69

4.2.1.2. Hasil Uji Autokorelasi………………………………

70

4.2.2. Pengujian Signifikansi Koefisien Regresi…………….

71

2

4.2.2.1. Koefisien Determinasi (R ) .......................................

71

4.2.2.2. Uji Signifikansi Individual (t-test) ............................

71

4.2.2.3. Uji Signifikansi Keseluruhan (F-test) .......................

71

4.2.3. Hasil Estimasi Model…………………………………

72

4.3. Pembahasan………………………………………………….

73

4.3.1. Pertumbuhan Ekonomi…………………………………….

74

4.3.2. Tingkat Pengangguran Terbuka……………………………

75

4.3.3. Rasio Penduduk Miskin……………………………………

76

4.3.4. Dummy…………………………………………………….

77

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................

78

5.1. Kesimpulan ............................................................................

78

5.2. Saran ......................................................................................

79

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

80

LAMPIRAN

82

BAB V

...............................................................................................

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 4.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sumatra Utara...................

46

Tabel 4.2. Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka Sumatra Utara......

59

Tabel 4.3. Perkembangan Rasio Penduduk Miskin Sumatra Utara..................

63

Tabel 4.4. Indeks Ballasa Kabupaten/Kota di Sumatra Utara..........................

65

Tabel 4.5. Indeks Williamsons Kabupaten/Kota di Sumatra Utara..................

67

Tabel 4.6. Koefisien Determinasi Variabel Bebas............................................

69

Tabel 4.7. Hasil Estimasi Model.......................................................................

72

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.1. Ketimpangan Regional Kabupaten/Kota di Sumatra Utara... .....

2

Gambar 1.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi di Sumatra Utara............................

4

Gambar 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Sumatra Utara.........

5

Gambar 1.4. Tingkat Kemiskinan dan Pengangguran di Sumatra Utara..........

7

Gambar 2.1. Kurva Lorenz................................................................................

14

Gambar 2.2. Diagram Ketenagakerjaan............................................................

41

Gambar 4.1. Perkembangan Tingkat Pengangguran di Sumatra Utara.............

58

Gambar 4.2. Perkembangan Rasio Penduduk Miskin di Sumatra Utara...........

62

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Data Penelitian... ........................................................................

82

2. Hasil Perhitungan Indeks Williamson ............................ ..........

87

3. Hasil Perhitungan Indeks Balasan......... ....................................

88

4. Hasil Estimasi Dengan Fixed Effect Model...............................

89

5. Hasil Estimasi Dengan Random Effect Model ..........................

91

6. Hasil Uji Hausmann............................................................ .......

93

7. Hasil Uji Korelasi Parsial Variabel Bebas PE ...........................

95

8. Hasil Uji Korelasi Parsial Variabel Bebas TPT .........................

97

9. Hasil Uji Korelasi Parsial Variabel Bebas RPM........................

99

10. Hasil Uji Korelasi Parsial Variabel Bebas DM ........................

101

11. Hasil Estimasi Model VW .......................................................

103

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Pembangunan ekonomi pada dasarnya merupakan usaha masyarakat

secara keseluruhan dalam upaya untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan
mempertinggi tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Pembangunan merupakan
suatu proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam
struktur sosial, sikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga-lembaga nasional
termasuk pula percepatan atau akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan
ketimpangan dan pemberantasan kemiskinan yang absolut. Artinya adalah
indikator pembangunan ekonomi adalah pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan
masalah kemiskinan. (Todaro, 2000).
Pemerataan yang dimaksud adalah hasil-hasil pembangunan dapat
diterima disemua sektor dan untuk seluruh lapisan masyarakat. Namun demikian
seringkali dibanyak negara berkembang termasuk di wilayah kabupaten/ kota di
Indonesia menghadapai ketidakmerataan (disparity) hasil pembangunan itu
sendiri sehingga menjadi dilema dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi.
Hubungan antara disapritas regional dan tingkat pembangunan ekonomi pada
tahap awal pembangunan, disparitas regional menjadi lebih besar dan
pembangunan terkonsentrasi di daerah-daerah tertentu. (Kuncoro, 2004)
Tingkat pembangunan yang lebih tinggi akan semakin memperkuat
dampak sebar (spread effect) dan cenderung menghambat arus ketimpangan
regional. Hal ini akan menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi

kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diarahkan untuk mengurangi ketimpangan
regional lebih lanjut.
Dalam mengukur tingkat ketimpangan (disparitas) suatu wilayah, telah
banyak teori dan model yang dibuat dan dikembangkan, diantaranya adalah yang
dipergunakan oleh Jeffrey G. Williamson dengan modelnya yang dikenal dengan
Indeks Williamson. Indeks Williamson dapat memberikan gambaran yang lebih
baik tentang perkembangan masing-masing daerah dari segi pemerataan
pembangunan yang diamati (Safrizal, 1997).
Dari hasil penghitungan dengan model Indeks Williamson dalam Gambar
1.1 berikut disajikan tingkat ketimpangan (disparitas) dari masing-masing
kabupaten/ kota di propinsi Sumatera Utara tahun 2013.
Indeks
0.3601

0.40000

0.30000

0.0589

-

0.0120
0.0142

0.0075

0.0030

0.0062

0.0308

0.0013

0.0416

0.0321

0.0816

0.0500

0.0359

0.0246

0.0025

0.0643

0.0286

0.0538

0.0121
0.0303

0.0918

0.0370

0.10000

0.0563
0.0786

0.20000

Kab/kota

Sumber : Hasil Olahan Penulis

Gambar 1.1. Ketimpangan Regional Kabupaten/ Kota
Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Dari gambar 1.1 terlihat bahwa tingkat disparitas tertinggi di kabupaten/
kota propinsi Sumatera Utara tahun 2013 adalah berada di kota Medan dengan
nilai sebesar 0,3601 sedangkan tingkat disparitas terendah berada di kabupaten
Samosir dengan nilai 0,0013. Hal ini menunjukkan masih tingginya ketimpangan
(disparitas) diantara kabupaten/ kota di propinsi Sumatera Utara.
Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya ketimpangan antara
wilayah, diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi dan aglomerasi. Secara teori
pada tahap awal pembangunan ketimpangan regional akan menjadi lebih besar
dan pembangunan terkonsentrasi di daerah-daerah tertentu (aglomerasi), dan pada
tahap lebih matang dilihat dari pertumbuhan ekonomi tampak adanya
keseimbangan antar daerah dimana disparitas berkurang dengan signifikan.
(Richarson, 1997).
Indikator lainnya dalam mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi
adalah pertumbuhan ekonomi. Pada prinsipnya pertumbuhan ekonomi harus
dirasakan oleh semua wilayah. Hal ini terjadi jika pertumbuhan ekonomi disertai
dengan kecilnya kesenjangan ekonomi regional.
Pertumbuhan ekonomi secara umum diartikan sebagai peningkatan dalam
kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi suatu barang-barang
dan jasa. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk kepada
perubahan yang bersifat kuantitatif (quantitative change) dan biasanya diukur
dengan menggunakan data Produk Domestik Bruto (PDB) atau pendapatan output
perkapita. Secara sederhana, pertumbuhan ekonomi merupakan suatu perubahan
tingkat kegiatan ekonomi yang berlangsung dari tahun ke tahun. (Nangan, 2001).

8.00
Persen

6.90

7.00

6.20
5.74

6.00
5.00

6.39 6.42

4.81

4.00

6.63
5.48

4.56

4.43

6.22
6.01

5.07

3.98
3.00
2.00

2.32

1.00
Tahun
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Sumber : BPS Propinsi Sumut

Gambar 1.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara Tahun 1999-2013
Dari gambar 1.2 di atas dapat terlihat bahwa perkembangan laju
pertumbuhan ekonomi yang dihitung dari perubahan PDRB atas dasar harga
konstan tahun 2000 menunjukkan dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi.
Pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian,
sebaliknya apabila negatif menunjukkan penurunan. Pertumbuhan ekonomi
Sumatera Utara diawal tahun 1999 menunjukkan angka sebesar 2,32 persen.
Rendahnya pertumbuhan ini disebabkan di tahun 1998 terjadi krisis ekonomi yang
melanda dunia dan berimbas pada perekonomian nasional serta regional
khususnya di Sumatera Utara.
Namun demikian, perekonomian Sumatera Utara kembali bangkit hingga
mencapai 6,01 persen di tahun 2013 meskipun mengalami penurunan
dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya yang sebesar 6,22 persen.
Meskipun terjadi penurunan, perekonomian Sumatera Utara secara rata-rata dari
tahun 1999 hingga tahun 2013 terus menunjukkan arah peningkatan. Hal ini

berdampak positif bagi perkembangan perekonomian Sumatera Utara pada tahuntahun berikutnya.
Kab/kota
PSidempuan

6.20

Binjai

6.48

Medan

4.30

TTinggi

6.91

PSiantar

5.16

TBalai

4.52

Sibolga

5.80

Sergai

5.97

Samosir

6.46

PakpakB

5.86

HumbaHas

6.03

NiSel

5.16

Langkat

5.97

DSerdang

12.79

Karo

4.72

Dairi

5.46

Simalungun

4.48

Asahan

5.83

LBatu

6.00

TobaSa

5.14

TapUt

6.05

TapTeng

6.85

TapSel

5.21

Madina

6.41

Nias

6.43
-

2.00

4.00

6.00

8.00

Persen
10.00

12.00

14.00

Sumber : BPS, Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 2014

Gambar 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/ Kota Sumatera Utara
Tahun 2013 (persen)

Dari data BPS, pertumbuhan ekonomi regional kabupaten/ kota di
Sumatera Utara akan terlihat seberapa besar ketimpangan yang terjadi dari sisi
perekonomian. Gambar 1.3 diatas menunjukkan pertumbuhan ekonomi regional
kabupaten/ kota di Sumatera Utara yang relatif tinggi, namun pertumbuhan
tersebut diiringi dengan ketimpangan antar wilayah yang semakin besar.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi ternyata seringkali menyebabkan bertambah
lebarnya ketimpangan antar golongan masyarakat (yang kaya dan yang miskin)
dan kesenjangan atau ketimpangan antar daerah (yang maju dan yang tertinggal).
Ketimpangan yang makin tinggi antar golongan dan antar wilayah ini dapat
memunculkan masalah kecemburuan sosial, kerawanan disintegrasi wilayah dan
disparitas ekonomi yang makin lebar dan tajam.
Menurut Suryana (2000), ketimpangan pembangunan pada prinsipnya
merupakan ketimpangan ekonomi yang mengandung makna kemiskinan dan
kesenjangan. Agar ketimpangan dan perkembangan antar suatu daerah dengan
daerah lain tidak menciptakan jurang yang semakin lebar, maka implikasi
kebijaksanaan terhadap daur perkembangan dari pembangunan haruslah
dirumuskan secara tepat

William Easterly (2006) dalam salah satu studynya

mengungkapkan bahwa tingkat ketimpangan (disparities) yang tinggi merupakan
penghambat dari kemakmuran, tumbuhnya institusi yang berkualitas, dan
berkembangnya pendidikan yang bermutu tinggi.
Ketimpangan pembangunan yang tinggi antara daerah di Sumatera Utara
merupakan salah satu masalah yang harus diminimalisir bahkan dituntaskan oleh
pemerintah mengingat tujuan utama dari usaha–usaha pembangunan ekonomi
selain menciptakan pertumbuhan yang setingi–tingginya, harus pula menghapus

atau mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan (disparitas) pendapatan, dan
tingkat pengangguran. Kesempatan kerja bagi penduduk atau masyarakat akan
memberikan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ( Todaro, 2000 ).
Tingkat kemiskinan dan pengangguran yang tinggi di suatu wilayah
merupakan akar permasalahan yang menyebabkan ketimpangan pembangunan
antara wilayah di Sumatera Utara. Wilayah yang tidak memiliki sumber daya
alam yang potensi serta sumber daya manusia yang tidak berkualitas akan
menyebabkan perpindahan (urbanisasi) penduduk dari wilayah tersebut ke
wilayah yang lebih menjanjikan kehidupan yang lebih baik.
Gambar 1.4. menyajikan tingkat kemiskinan dan pengangguran di
kabupaten/ kota propinsi Sumatera Utara selama tahun 2013.
20.00 Persen
17.28
15.41

16.00

14.85
14.01

0.30

11.74
9.64
9.04

7.36
10.01
6.83
6.80

10.07
8.98

10.93

6.13

3.57

7.10

10.00 9.35

2.79

4.71
2.08

1.69

5.22
5.96

2.34

8.93

8.53

8.02
4.46

2.00

0.87

4.00

8.68

12.90

11.28

10.44

7.54

8.53

8.00
6.00

10.45 9.79

9.54

9.62

10.00

11.60

11.68

11.33

1.90

12.00

6.75

6.61

14.00

1.12

18.00

18.83

Kab/Kota

Nias
Madina
TapSel
TapTeng
TapUt
TobaSa
LBatu
Asahan
Simalungun
Dairi
Karo
DSerdang
Langkat
NiSel
HumbaHas
PakpakB
Samosir
Sergai
Sibolga
TBalai
PSiantar
TTinggi
Medan
Binjai
PSidempuan

-

Kemiskinan

Pengangguran

Sumber : BPS (2014)

Gambar 1.4. Tingkat Kemiskinan dan Pengangguran di Kabupaten/ Kota
Propinsi Sumatera Utara Tahun 2013

Gambar 1.4 menunjukkan tingkat kemiskinan dan pengangguran di
seluruh kabupaten/ kota propinsi Sumatera Utara tahun 2013 yang berfluktuatif
antara daerah tersebut. Secara umum pola yang digambarkan adalah apabila
tingkat kemiskinan tinggi akan diikuti oleh tingkat pengangguran yang tinggi
pula. Tingkat kemiskinan yang tertinggi di tahun 2013 adalah Kabupaten Nias
Selatan sebesar 18,83 persen dengan tingkat pengangguran sebesar 2,79 persen.
Sedangkan tingkat kemiskinan yang terendah adalah Kabupaten Deli Serdang
sebesar 4,71 persen dengan tingkat pengangguran sebesar 7,54 persen.
Disamping tingkat kemiskinan dan pengangguran, ketimpangan yang
terjadi antara wilayah di kabupaten/ kota propinsi Sumatera Utara adalah
disebabkan oleh persebaran sumber daya yang tidak merata dalam perekonomian
regional antar daerah. Ketidakmerataan sumber daya ini tercermin pada
konsentrasi kegiatan ekonomi yang terjadi pada daerah tertentu saja. Daerahdaerah dimana konsentrasi ekonomi terjadi memperoleh manfaat disebut dengan
ekonomi aglomerasi (agglomeration economies). (Safrizal, 1997).
Ekonomi aglomerasi merupakan eksternalitas yang dihasilkan dari
kedekatan geografis dengan kegiatan ekonomi. Sebagai akibatnya daerah-daerah
yang termasuk dalam aglomerasi pada umumnya mempunyai laju pertumbuhan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang bukan aglomerasi.
Aglomerasi bukan saja menguntungkan produsen karena penghematan aglomerasi
maupun urbanisasi, konsumen juga dapat meminimalisasi biaya opportunities
dalam membandingkan jenis barang yang sama di tempat yang berbeda yang
saling berdekatan.

1.2.

Rumusan Masalah
Dari uraian-uraian tersebut, penulis merumuskan masalah-masalah sebagai

berikut : Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran dan
rasio penduduk miskin serta pertumbuhan ekonomi kabupaten/ kota di propinsi
Sumatera Utara yang teraglomerasi terhadap ketimpangan regional kabupaten/
kota di Sumatera Utara?
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk

menganalisis

pengaruh

pertumbuhan

ekonomi,

tingkat

pengangguran dan rasio penduduk miskin serta pertumbuhan ekonomi kabupaten/
kota di propinsi Sumatera Utara yang teraglomerasi terhadap ketimpangan
regional kabupaten/ kota di Sumatera Utara.
1.4. Manfaat Penelitian
Memberikan informasi sebagai bahan acuan kepada mereka yang akan
meneliti dan sekaligus ikut memperkaya kepustakaan tentang aglomerasi dan
pertumbuhan ekonomi regional serta memberikan informasi bagi pengembangan
ilmu ekonomi dan memberikan tambahan

informasi kepada pemerintah dan

pihak yang terkait dalam pengambilan kebijaksanaan khususnya mengenai
pengelolaan aglomerasi dan pengaruhnya terhadap hubungan pertumbuhan dan
ketimpangan regional di Sumatera Utara.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1.

Koefisien determinasi pada hasil estimasi variabel ketimpangan regional
kabupaten/ kota di Sumatera Utara mampu dijelaskan oleh variabel-variabel
pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran terbuka dan rasio penduduk
miskin dan dummy variabel dengan model yang digunakan.

2.

Variabel-variabel yang digunakan menjelaskan variabel ketimpangan
regional menunjukkan arah pengaruh yang sesuai dengan hipotesis. Rasio
rasio penduduk miskin berpengaruh positif dan signifikan, Tingkat
Pengangguran Terbuka dan Dummy variabel berpengaruh negatif dan
signifikan sedangkan Pertumbuhan Ekonomi tidak berpengaruh signifikan
terhadap ketimpangan regional kabupaten/ kota di Propinsi Sumatera Utara.

3.

Nilai koefiasien variabel-variabel yang menjelaskan variabel ketimpangan
regional, yang terbesar adalah variabel rasio penduduk miskin diikuti
berturut-turut oleh dummy variabel, tingkat pengangguran terbuka dan
pertumbuhan ekonomi.

5.2. Saran
1.

Kebijakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi ketimpangan regional
antar wilayah adalah melalui pengembangan pusat pertumbuhan secara
tersebar. Kebijakan ini akan dapat mengurangi ketimpangan karena
pengembangan pusat pertumbuhan menganut prinsip konsentrasi dan
desentralisasi sekaligus. Aspek konsentrasi diperlukan agar penyebaran
kegiatan pembangunan dapat dilakukan dengan tetap mempertahankan
tingkat efisiensi usaha sedangkan aspek desentralisasi diperlukan agar
penyebaran kegiatan pembangunan antar daerah dapat dilakukan sehingga
akan menurunkan ketimpangan itu sendiri.

2.

Selain meminimalisir pemusatan kegiatan ekonomi pada suatu lokasi atau
daerah, pemerintah sebaiknya juga menjalankan progran-program propoor
sehingga penduduk miskin akan berkurang. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa jumlah penduduk miskin yang tinggi akan memperlebar jurang
ketimpangan

3.

Disamping menjalankan program-program anti kemiskinan, pemerintah
sebaiknya meningkatkan lapangan kerja baru untuk mengurangi tingkat
pengangguran.

Hasil

penelitian

ini

menunjukkan

pengangguran akan mempengaruhi ketimpangan.

bahwa

tingkat

DAFTAR PUSTAKA

Akita, Takahiro, Armida S Alisjahbana, 2002, “Regional Income Inequality in
Indonesia and The Initial Impact of The Economic Crisis”, Bulletin of
Indonesia Econmic Studies, Vol. 38, No.2
Alkadri, 2004, “Sumber-sumber Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Selama 19691996”, Jurnal Ekonomi, BPPT, Volume 9.2.
Arsyad, Lincolin, 2004, “Ekonomi Pembangunan”, Edisi 4, Yogyakarta, Penerbit
Aditya Media.
Ardito Bhinadi, 2004, “Sumber-Sumber Pertumbuhan Ekonomi dan Disparitas
Regional di Indonesia”, Tesis program Studi Magister Sains Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta.
BPS Provinsi Sumatera Utara, 2006 – 2013, “Sumatera Utara Dalam Angka”
Berbagai Edisi, Medan.
Barro, J, 2006, “Inequality and Growth in a Panel of Countries”, Journal of
Economic Growth, Vol 5, No.1
Bonar dan Susilowati, 2008, “Dampak Berbagai Kebijakan Ekonomi di Sector
Agroindustri Terhadap Distribusi Pendapatan Sektoral, Tenaga Kerja dan
Rumahtangga”, Tesis.
Bonet, J, 2006, “Fiscal Decentralization and Regional Income Disparities
Evidence From the Colombian Experience”, The Annuals of Regional
Science 40
Budiantoro, Hartono, 2008, “Analisis Ketimpangan Pembangunan Ekonomi di
Provinsi Jawa Tengah”, Tesis, Undip, Semarang
Didik, N, 2007, “Aglomerasi dan Pertumbuhan Ekonomi : Peran Karakteristik
Regional di Indonesia”, Paralel Session IVA : Urban & Regional 13
Desember 2007, Wisma Makara, Kampus UI-Depok.
Gujarati, Damodar, 2003, “Basic Econometric”, (Fourth edition), USA, Mc
Grawa-Hill International.
Hastarini, Tantian, 2002, “Analisis Kesenjangan Pembangunan Ekonomi di
Propinsi Jawa Tengah Tahun 1980 – 2000”, Tesis S2, MIESP, Undip,
Semarang.
Hill hal, 2001, “Ekonomi Indonesia”, RajaGrafindo Persada, Jakarta
Imam Ghozali, 2001, “Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS”,
Universitas Diponegoro. Semarang.
Ivancevich John M, Hoon Lee Soo, 2002, “Human Resource Management in
Asia”, McGraw Hill.
Jhingan, M.L, 2004, “Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”, Terjemahan
oleh D. Guritno, Edisi ke-1, Cetakan ke-10, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.

Joko Waluyo, 2004, “Hubungan Antara Tingkat Kesenjangan Pendapatan
Dengan Pertumbuhan Ekonomi : Suatu Studi Lintas Negara”, Jurnal
Ekonomi Pembangunan, Volume 9 N0. 1, Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta
Kuncoro Mudrajad, 2003, “Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi”, Erlangga,
Jakarta.
Lincolin Arsyad, 2004, :Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi
Daerah”, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.
Maipita, Indra, 2014, Memahanmi dan Mengukur Kemiskinan, Cetakan I, Penerbit
Absolute Media, Yogyakarta.
Mankiw, N. Gregory, 2003, “Macroeconomics”, Fourth Edition, Worth Publisher,
Inc, New York.
Mulatip & Brojonegoro, 2004, “Determinan Pertumbuhan Kota di Indonesia”,
Thesis.
Pass Tiiu, Tafenau Egle, Scannel Nancy J, 2004, “Economic Growth in
Trantitional versus Industrial Economics, A Case of the Baltic Sea Region
(BSR)”, The Journal of American Academy of Business, Camridge.
Richarson, Hary. W, 2001, “Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Regional”,
(diterjemahkan Paul Sitohang), Edisi Revisi 2001, Jakarta, Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Sumitro, Djoyohadikusumo, 1987, “Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan
Pembangunan”, Bagian Penerbitan : LP3ES, Jakarta.
Suryana, 2000, “Ekonomi Pembangunan-Problematika dan Pendekatan”, Jakarta,
Bagian Penerbitan Salemba Empat.
Syagrizal, 1997, “Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Regional Wilayah
Indonesia Bagian Barat”, Jurnal Buletin Prisma, Jakarta.
Tambunan, Tulus, 2001, “Perekonomian Indonesia”, Jakarta, Ghalia Indonesia,
Jakarta.
Tarigan, Robinson, 2004, “Ekonomi Regional : Teori & Aplikasi”, Bumi Aksara,
Jakarta.
___________________, “Perencanaan Pembangunan Wilayah”, Bumi Aksara,
Jakarta.
Todaro, Michael. P dan Stephen C Smith, 2000, “Pembangunan Ekonomi Di
Dunia Ketiga”, Edisi Kedelapan, Erlangga, Jakarta.
Todaro, Michael P, 2004, “Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga”, Jilid I, Edisi
8, Jakarta, Erlangga.
Widirato,
2001,
“Ketimpangan,
Pemerataan
widoarto@bandung2.wasantara.net.id

dan

Infrstruktur”,

Ying, L.G, 2000, “China’s Changing Regional Disparities During The Reform
Period:, Journal Economic Geography, XXIV (7