Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita di KB Virgo Maria 2 Bawen T1 272012012 BAB II

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1Berbicara

2.1.1 Pengertian Kemampuan Berbicara

Kemampuan berbicara adalah kemampuan anak untuk berkomunikasi secara lisan dengan orang lain. Kemampuan ini memberikan gambaran tentang kesanggupan anak menyusun berbagai kosakata yang telah dikuasai menjadi suatu rangkaian pembicaraan secara berstruktur (Depdiknas, 2005: 15).

Sedangkan menurut Dhieni (2007 : 36) bahwa perkembangan berbicara pada anak berawal dari anak menggumam maupun membeo, perkembangan berbicara memberikan kontribusi terbesar tehadap perkembangan menulis pada anak. Secara bertahap kemampuan anak meningkat, bermula dari mengekspresikan suara saja, sehingga mengekspresikan nya dengan komunikasi.

Pada anak usia dini, kemampuan berbahasa yang paling umum dan efektif dilakukan adalah kemampuan berbicara. Hal ini selaras dengan karakteristik umum kemampuan bahasa anak pada usia tersebut. Karakteristik ini meliputi kemampuan anak untuk dapat berbicara dengan baik, melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar; mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urutan yang mudah dipahami; menyebutkan nama, jenis kelamin dan umurnya; menggunakan kata sambung seperti : dan, karena, tetapi, menggunakan kata tanya seperti bagaimana, apa, mengapa, kapan, membandingkan dua hal, memahami konsep timbal balik, menyusun kalimat, mengucapkan lebih dari tiga kalimat, dan mengenal tulisan sederhana (Dhieni 2005: 39)


(2)

Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak baik bahan pembicaraan maupun para penyimaknya, apakah dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengkombinasikan gagasan-gagasannya apakah dia waspada serta antusias ataukah tidak.

1.1.2 Peran penting kemampuan bahasa lisan anak

Di dalam kelas, anak-anak yang fasih dalam bahasa lisan menjadi pembelajar yang lebih sukses dibanding anak yang tidak fasih. (Fey, Catts & Larrive dalam Otto 2015: 23). Begitu anak belajar membaca dan menulis, anak-anak menggunakan pengetahuan dasar bahasa lisannya sebagai dasar terhadap pengetahuan barunya mengenai sistem bahasa tulis ketika mereka mulai fokus pada fitur dan konsep bahasa tulis. Anak-anak yang fasih dalam bahasa lisan bisa mengkomunikasikan idenya dan mengajukan pertanyaan selama kegiatan pembelajaran. Dan lagi, kemampuan bahasa lisan anak

mempengaruhi perkembangan kemampuan membaca dan

menulisnya karena baik membaca maupun menulis melibatkan bagaimana memproses dan menggunakan bahasa. Dasar dari kemampuan bahasa lisan yang berkaitan dengan perkembangan kemampuan membaca dan menulis meliputi kosakata, produksi dan pemahaman sintaksis kesadaran fenomik, dan produksi serta kesadaran naratif. ( Loban, Wells dan Windsor dalam Otto 2015 : 23).

Kemampuan bahasa lisan anak berkembang baik dalam bentuk reseptif maupun ekspresif. Mendengarkan merupakan kemampuan bahasa reseptif yang penting, karena mendengarkan


(3)

diperlukan dalam “menerima bahasa”. Mendengarkan bukanlah suatu kegiatan yang pasif.

Agar menjadi efektif, mendengarkan harus menjadi suatu kegiatan yang aktif dan penuh tujuan. Di sekolah, anak-anak menghabiskan lebih banyak waktunya untuk mendengarkan gurunya dan teman sekelasnya. Kemampuan mereka untuk mendengarkan dan memahami arahan serta instruksi gurunya dan kintribusi teman sekelasnya mempengaruhi apa dan seberapa banyak yang sudah dipelajari; tetapi perhatian yang jelas untuk mengembangakan kemampuan mendengarkan bisa saja tidak ada di banyak kelas.(Wolvin & Coakley dalam Otto 2015 : 23)

1.2 Bercerita

2.2.1 Pengertian Bercerita

Bercerita merupakan aktivitas menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan, pengalaman, atau kejadian yang sungguh-sungguh terjadi maupun hasil rekaan. Bercerita dikatakan sebagai menuturkan, yaitu menyanmpaikan gambar atau diskripsi tentang kejadian tertentu. Artinya bercerita merupakan kegiatan mendeskripsikan pengalaman atau kejadian yang telah dialaminya. Menurut Rahayu (2013 : 8)

Sedangkan menurut Heroman dan Jones dalam Rahayu (2013 :80) Bercerita merupakan salah satu seni, bentuk hiburan dan pandangan tertua yang telah dipercayai nilainya dari generasi ke generasi berikutnya

2.2.2 Manfaat Kegiatan Bercerita

Manfaat kegiatan bercerita adalah anak dapat

mengembangakan kosakata, kemampuan berbicara, mengekspresikan cerita yang disampaikan sesuai karakteristik tokoh yang dibacakan dalam situasi yang menyenangkan, serta melatih keberanian anak untuk tampil di depan umum. Menurut Rahayu (2013 : 81) kegiatan bercerita bermanfaat untuk :


(4)

1. Menyalurkan ekspresi anak dalam kegiatan yang menyenangkan

2. Mendorong aktivitas, inisiatif dan kreativitas anak agar berpartisipasi dalam kegiatan, memahami isi cerita yang dibacakan; dan

3. Membantu anak menghilangkan rasa rendah diri, murung, malu dan segan untuk tampil di depan teman atau orang lain.

Manfaat lain dalam kegiatan bercerita adalah dapat mengkomunikasikan nilai nilai budaya, sosial, keagamaan, menanamkan etos kerja, etos waktu, etos alam, mengembangkan fantasi anak, dimensi kognisi anak dan dimensi bahasa anak yang dikemukakan oleh Moeslichstoen dalam Rahayu (2013 : 82)

Demikian juga yang dikatakan oleh Musfiroh dalam Rahayu (2013 : 82) bahwa manfaat dari kegiatan bercerita adalah mengasah imajinasi anak , mengembangkan kemampuan berbahasa, aspek sosial, aspek moral, kesadaran beragama, aspek emosi, semangat berpresentasi dan melatih konsentrasi anak.

Menurut Rahayu (2013 : 83) kegiatan bercarita memiliki sejumlah aspek yang diperlukan dalam perkembangan kejiwaan anak-anak, seperti membantu perkembangan imajinasi anak, mendorong anak untuk mencintai bahasa, memberi wadah bagi mereka untuk belajar berbagai emosi dan perasaan, seperti sedih, gembira, simpati, marah, senang, cemas, serta emosi yang lain.

2.2.3 Pemilihan Cerita Anak

Pemilihan cerita sangat diperlukan agar cerita yang dibawakan anak disesuaikan dengan tingkat perkembangannya. Menurut pendapat Whitehead dalam Rahayu (2013 : 84) menyatakan bahwa anak usia Pra-TK sampai usia Pra-TK membutuhkan cerita yang pendek dan langsung pada


(5)

intinya. Cerita tersebut meliputi binatang, rumah, anak-anak, mesin, masyarakat (hal-hal yang ada di sekitar anak)

Cerita memiliki berbagai komponen, yang hadir dan tidak dapat dipisahkan. Komponen cerita meliputi :

1) Tema

Tema adalah ide utama cerita dan menjadi dasar bagi perkembangan cerita, karena setiap peristiwa-peristiwa yang ada dalam cerita tidak dapat berdiri sendiri tanpa hubungan yang jelas. Oleh karena itu, tema menjadi acuan untuk membangun dan mengmbangkan serta mengarahkan cerita. Tema merupakan ide utama cerita sehingga setiap cerita yang disampaikan tidak boleh menyimpang dari tema tersebut. 2) Latar

Latar meliputi hubungan waktu, tempat, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan.

3) Tokoh

Tokoh cerita adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa. Tokoh cerita hadir sebagai pembawa pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca. Tokoh cerita memiliki kualitas moral yang mengacu pada perwatakan tokoh cerita. Dalam cerita ada tokoh yang baik dan tidak baik.

4) Alur

Alur adalah rangkaian peristiwa atau struktur cerita yang menghubungkan sebab akibat dalam cerita. Cerita tidak hanya menunjukan urutan waktu secara lurus saja, tetapi urutan waktu dapat berjalan ke belakang (flash back). Alur yang biasanya sering digunakan untuk anak-anak dalam cerita adalah alur maju berdasarkan usia dan tingkat konsentrasinya.

5) Gaya Bahasa

Penggunaan gaya bahasa dalam cerita perlu diperhatikan. Gaya bahasa mudah dipahami dan dimengerti oleh anak. Cerita yang


(6)

terlalu diskriptif tidak disukai anak namun cerita yang mengandung rima-tima tertentu sangat disukai anak, seperti

“piko ingin bermain, piko tidak berkawan.” Gaya bahasa

tersebut mudah diingat dan dipahami anak. 6) Format Buku Cerita

Format buku cerita memegang peranan penting dalam menarik minat anak. Bentuk, gambar, halaman, ilustrasi, pemilihan huruf, perpaduan warna, tata letak serta kualitas kertas sangat diminati anak-anak.

2.2.4 Bentuk-Bentuk Metode Bercerita Untuk Anak

Menurut Dhieni (2005:39) pelaksanaannya metode bercerita dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

o Bercerita tanpa alat peraga

Di mana pada pelaksanaannya tanpa menggunakan alat peraga sebagai media bercerita dan guru harus memperhatikan ekspresi wajah, gerak-gerik tubuh, dan suara guru harus dapat membantu fantasi anak untuk mengkhayalkan hal-hal yang diceritakan guru.

o Bercerita dengan alat peraga

Di mana pada pelaksanaannya menggunakan alat peraga sebagai media penjelas dari cerita yang didengarkan anak, sehingga imajinasi anak terhadap suatu cerita tidak terlalu menyimpang dari apa yang dimaksudkan oleh guru. Alat peraga yang digunakan dapat berupa alat peraga langsung, yaitu menggunakan benda asli atau benda sebenarnya (misalnya: kelinci, bunga, piring) agar anak dapat memahami isi cerita dan dapat melihat langsung ciri-ciri serta kegunaan dari alat tersebut. Alat peraga tak langsung, yaitu menggunakan benda-benda yang bukan alat sebenarnya. Bercerita dengan alat peraga tak langsung dapat berupa mainan yang melambangkan benda itu sendiri seperti misalnya panci mainan, setrika mainan dan boneka hewan.


(7)

2.2.5 Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita

Adapun kelebihan dan kekurangan metode bercerita (Dhieni, 2005 : 69)

Kelebihanya antara lain:

1. Dapat menjangkau jumlah anak yang relatif lebih banyak 2. Waktu yang disediakan dapat dimanfaatkan dengan efektif

dan efisien

3. Pengaturan kelas menjadi lebih sederhana

4. Guru dapat menguuasai kelas dengan lebih mudah 5. Secara relatif tidak banyak memerlukan biaya

Kekuranganya antara lain:

1. Daya serap atau daya tangkap anak didik berbeda dan masih lemah sehingga sukar memahami tujuan pokok isi cerita

2. Cepat menumbuhkan rasa bosan terutama apabila penyajianaya tidak menarik

2.3 Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian terdahulu yang menggunakan metode yang sama untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak dan penelitian tersebut dapat dikatakan berhasil.

1. Menurut Daroah dalam Meningkatkan Berbicara Melalui Metode Bercerita dengan Media Audio Visual di Kelompok B1 RA Perwanida 02 Slawi tahun 2013, menuliskan bahwa hasil penelitiannya sudah mencapai target peneliti yaitu antara 75% sampai 85%. Sehingga anak-anak Kelompok B1 RA Perwanida sudah lebih mudah diajak berkomunikasi, menyampaikan pendapatnya dan mampu menerima bahasa sebagai sumber informasi melalui metode bercerita dengan media audio visual.


(8)

2. Menurut Yulianti Kurnia dalam Meningkatkan kemampuan Kemampuan Berbicara Anak Melalui Metode Bercerita Dengan Media Big Book di PPT Tulip Surabaya tahun2014, menuliskan bahwa hasil penelitaianya sudah mencapai target dan kemampuan berbicara anak mengalami peningkatan menjadi 80%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan media big book dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada anak usia 2-3 tahun di PPT Tulip Kecamatan Pabean Cantian Surabaya.

3. Menurut Mufarokhatul Jannah dalam Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Melalui Metode Bercerita Gambar Seri Flanel pada Siswa Kelompok A2 TK Muslimat Al-Mustofa Gemekan Sooko Kabupaten Mojokerto tahun 2013, menuliskan bahwa dari hasil penelitiannya diperoleh hasil 85% dengan jumlah 17 anak yang berhasil dapat disimpulkan bahwa metode bercerita gambar seri flanel dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak pada kelompok A2 TK Muslimat AL-Mustofa Gemekan Sooko Mojokerto


(9)

2.4 Kerangka Berpikir

Gambar 2.1

Kondisi awal sebelum menggunakan metode bercerita

Kemampuan berbicara dan berkomunikasi antar siswa dan

guru masih rendah

Dilakukan perbaikan Siklus 1 dengan menggunakan penelitian

tindakan kelas

Kondisi akhir

Kemampuan berbicara dan berkomunikasi antara siswa dan

guru sudah meningkat secara optimal

Kemampuan berbicara dan komunikasi antara siswa dan guru

meningkat namun belum optimal Kemampuan berbicara dan berkomunikasi antar siswa masih

rendah

Kemampuan berbicara dan komunikasi antara siswa dengan

siswa meningkat namun belum optimal

Kemampuan berbicara dan berkomunikasi antara siswa dengan

siswa meningkat secara optimal Dilakukan perbaikan Siklus 2

dengan menggunakan penelitian tindakan kelas


(10)

2.5 Hipotesis Tindakan

Dengan metode bercerita dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak di KB Virgo Maria 2 Bawen.


(1)

intinya. Cerita tersebut meliputi binatang, rumah, anak-anak, mesin, masyarakat (hal-hal yang ada di sekitar anak)

Cerita memiliki berbagai komponen, yang hadir dan tidak dapat dipisahkan. Komponen cerita meliputi :

1) Tema

Tema adalah ide utama cerita dan menjadi dasar bagi perkembangan cerita, karena setiap peristiwa-peristiwa yang ada dalam cerita tidak dapat berdiri sendiri tanpa hubungan yang jelas. Oleh karena itu, tema menjadi acuan untuk membangun dan mengmbangkan serta mengarahkan cerita. Tema merupakan ide utama cerita sehingga setiap cerita yang disampaikan tidak boleh menyimpang dari tema tersebut. 2) Latar

Latar meliputi hubungan waktu, tempat, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan.

3) Tokoh

Tokoh cerita adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa. Tokoh cerita hadir sebagai pembawa pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca. Tokoh cerita memiliki kualitas moral yang mengacu pada perwatakan tokoh cerita. Dalam cerita ada tokoh yang baik dan tidak baik.

4) Alur

Alur adalah rangkaian peristiwa atau struktur cerita yang menghubungkan sebab akibat dalam cerita. Cerita tidak hanya menunjukan urutan waktu secara lurus saja, tetapi urutan waktu dapat berjalan ke belakang (flash back). Alur yang biasanya sering digunakan untuk anak-anak dalam cerita adalah alur maju berdasarkan usia dan tingkat konsentrasinya.

5) Gaya Bahasa

Penggunaan gaya bahasa dalam cerita perlu diperhatikan. Gaya bahasa mudah dipahami dan dimengerti oleh anak. Cerita yang


(2)

terlalu diskriptif tidak disukai anak namun cerita yang mengandung rima-tima tertentu sangat disukai anak, seperti “piko ingin bermain, piko tidak berkawan.” Gaya bahasa tersebut mudah diingat dan dipahami anak.

6) Format Buku Cerita

Format buku cerita memegang peranan penting dalam menarik minat anak. Bentuk, gambar, halaman, ilustrasi, pemilihan huruf, perpaduan warna, tata letak serta kualitas kertas sangat diminati anak-anak.

2.2.4 Bentuk-Bentuk Metode Bercerita Untuk Anak

Menurut Dhieni (2005:39) pelaksanaannya metode bercerita dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

o Bercerita tanpa alat peraga

Di mana pada pelaksanaannya tanpa menggunakan alat peraga sebagai media bercerita dan guru harus memperhatikan ekspresi wajah, gerak-gerik tubuh, dan suara guru harus dapat membantu fantasi anak untuk mengkhayalkan hal-hal yang diceritakan guru.

o Bercerita dengan alat peraga

Di mana pada pelaksanaannya menggunakan alat peraga sebagai media penjelas dari cerita yang didengarkan anak, sehingga imajinasi anak terhadap suatu cerita tidak terlalu menyimpang dari apa yang dimaksudkan oleh guru. Alat peraga yang digunakan dapat berupa alat peraga langsung, yaitu menggunakan benda asli atau benda sebenarnya (misalnya: kelinci, bunga, piring) agar anak dapat memahami isi cerita dan dapat melihat langsung ciri-ciri serta kegunaan dari alat tersebut. Alat peraga tak langsung, yaitu menggunakan benda-benda yang bukan alat sebenarnya. Bercerita dengan alat peraga tak langsung dapat berupa mainan yang melambangkan benda itu sendiri seperti misalnya panci mainan, setrika mainan dan boneka hewan.


(3)

2.2.5 Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita

Adapun kelebihan dan kekurangan metode bercerita (Dhieni, 2005 : 69)

Kelebihanya antara lain:

1. Dapat menjangkau jumlah anak yang relatif lebih banyak 2. Waktu yang disediakan dapat dimanfaatkan dengan efektif

dan efisien

3. Pengaturan kelas menjadi lebih sederhana

4. Guru dapat menguuasai kelas dengan lebih mudah 5. Secara relatif tidak banyak memerlukan biaya

Kekuranganya antara lain:

1. Daya serap atau daya tangkap anak didik berbeda dan masih lemah sehingga sukar memahami tujuan pokok isi cerita

2. Cepat menumbuhkan rasa bosan terutama apabila

penyajianaya tidak menarik

2.3 Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian terdahulu yang menggunakan metode yang sama untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak dan penelitian tersebut dapat dikatakan berhasil.

1. Menurut Daroah dalam Meningkatkan Berbicara Melalui Metode

Bercerita dengan Media Audio Visual di Kelompok B1 RA Perwanida 02 Slawi tahun 2013, menuliskan bahwa hasil penelitiannya sudah mencapai target peneliti yaitu antara 75% sampai 85%. Sehingga anak-anak Kelompok B1 RA Perwanida sudah lebih mudah diajak berkomunikasi, menyampaikan pendapatnya dan mampu menerima bahasa sebagai sumber informasi melalui metode bercerita dengan media audio visual.


(4)

2. Menurut Yulianti Kurnia dalam Meningkatkan kemampuan Kemampuan Berbicara Anak Melalui Metode Bercerita Dengan Media Big Book di PPT Tulip Surabaya tahun2014, menuliskan bahwa hasil penelitaianya sudah mencapai target dan kemampuan berbicara anak mengalami peningkatan menjadi 80%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan media big book dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada anak usia 2-3 tahun di PPT Tulip Kecamatan Pabean Cantian Surabaya.

3. Menurut Mufarokhatul Jannah dalam Meningkatkan Kemampuan

Berbicara Anak Melalui Metode Bercerita Gambar Seri Flanel pada Siswa Kelompok A2 TK Muslimat Al-Mustofa Gemekan Sooko Kabupaten Mojokerto tahun 2013, menuliskan bahwa dari hasil penelitiannya diperoleh hasil 85% dengan jumlah 17 anak yang berhasil dapat disimpulkan bahwa metode bercerita gambar seri flanel dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak pada kelompok A2 TK Muslimat AL-Mustofa Gemekan Sooko Mojokerto


(5)

2.4 Kerangka Berpikir

Gambar 2.1

Kondisi awal sebelum menggunakan metode bercerita

Kemampuan berbicara dan berkomunikasi antar siswa dan

guru masih rendah

Dilakukan perbaikan Siklus 1 dengan menggunakan penelitian

tindakan kelas

Kondisi akhir

Kemampuan berbicara dan berkomunikasi antara siswa dan

guru sudah meningkat secara optimal

Kemampuan berbicara dan komunikasi antara siswa dan guru

meningkat namun belum optimal Kemampuan berbicara dan berkomunikasi antar siswa masih

rendah

Kemampuan berbicara dan komunikasi antara siswa dengan

siswa meningkat namun belum optimal

Kemampuan berbicara dan berkomunikasi antara siswa dengan

siswa meningkat secara optimal Dilakukan perbaikan Siklus 2

dengan menggunakan penelitian tindakan kelas


(6)

2.5 Hipotesis Tindakan

Dengan metode bercerita dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak di KB Virgo Maria 2 Bawen.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita di KB Virgo Maria 2 Bawen T1 272012012 BAB I

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita di KB Virgo Maria 2 Bawen T1 272012012 BAB IV

0 0 30

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita di KB Virgo Maria 2 Bawen T1 272012012 BAB V

0 1 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita di KB Virgo Maria 2 Bawen

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbicara dengan Metode Bercerita di KB Virgo Maria 2 Bawen

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Meronce di Kelompok Bermain Virgo Maria 2 Bawen Tahun Ajaran 2014/2015 T1 272010015 BAB I

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Meronce di Kelompok Bermain Virgo Maria 2 Bawen Tahun Ajaran 2014/2015 T1 272010015 BAB II

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Meronce di Kelompok Bermain Virgo Maria 2 Bawen Tahun Ajaran 2014/2015 T1 272010015 BAB IV

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Meronce di Kelompok Bermain Virgo Maria 2 Bawen Tahun Ajaran 2014/2015 T1 272010015 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dengan Menggunakan Modul Trigonometri di SMA Virgo Fidelis Bawen T1 202008008 BAB II

0 2 21