Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Respon PNS terhadap Stigma Negatif dan Dampaknya terhadap Perilaku Kerja: studi pada PNS di Pemerintah Kota Salatiga T2 912013002 BAB V
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini membahas tentang pengaruh stigma negatif
terhadap stress kerja, peran dukungan sosial sebagai variabel
moderasi dalam hubungan stigma negatif terhadap stress kerja, dan
pengaruh stress kerja terhadap kinerja PNS di Pemerintah Kota
Salatiga. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Stigma negatif tidak berpengaruh terhadap stress kerja PNS di
Pemerintah Kota Salatiga.
2. Dukungan sosial berperan sebagai variabel moderasi hubungan
stigma negatif terhadap stress kerja PNS di Pemerintah Kota
Salatiga. Dari hasil koefisien regresi menunjukkan angka negatif,
yang mengindikasikan dukungan sosial dapat mengurangi atau
melemahkan tingkat stress kerja para pegawai.
3. Stress kerja terbukti berpengaruh terhadap kinerja PNS di
Pemerintah Kota Salatiga. Besarnya koefisien regresi variabel
stress kerja menunjukkan nilai negatif yang memberikan indikasi
bahwa setiap ada peningkatan stress kerja maka kinerja para
pegawai juga akan menurun.
5.2 Implikasi
5.2.1 Implikasi Teoritis
1. Temuan penelitian yang menunjukkan stigma negatif tidak
berpengaruh terhadap stress kerja PNS di Pemerintah Kota
1
Salatiga
sejalan
dengan
pendapat
Doelhadi
(1997)
yang
mengatakan apabila individu tidak merasakan tuntutan dari
lingkungan sebagai stresor, maka individu tersebut tidak mengalami
stres.
2. Hasil penelitian menunjukkan dukungan sosial berperan sebagai
variabel moderasi hubungan stigma negatif terhadap stress kerja.
Dengan adanya dukungan sosial mengindikasikan menurunnya
atau melemahnya tingkat stress kerja yang diakibatkan oleh
stigma negatif; dan hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Ambarsari et.al (2011) yang menyimpulkan bahwa
dukungan sosial dapat menimbulkan pengaruh yang positif bagi
karyawan guna mengurangi stres kerja di kantor. Namun bila
dukungan sosial yang diberikan ini tidak ada atau sangat kecil,
maka stres kerja yang dialami para karyawanpun bisa tinggi.
3. Hasil penelitian yang menunjukkan stress kerja berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap kinerja PNS di Pemerintah Kota
Salatiga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hidayati et.al.
(2008) dan Nur (2013) yang menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan negatif yang signifikan antara stress kerja dengan
kinerja dimana semakin tinggi stress kerja maka semakin rendah
kinerja karyawan.
5.2.2 Implikasi Terapan
1. Stigma negatif tidak berpengaruh terhadap stress kerja PNS di
Pemerintah Kota Salatiga.
Para aparatur negara sebaiknya tetap memandang segala
bentuk stigma negatif tersebut sebagai kritik yang membangun
2
dan tantangan untuk membuktikan sebaliknya. Di sisi lain, untuk
mengurangi kesan buruk/stigma negatif yang telah ada selama ini
perlu dilakukan pembenahan didalam birokrasi itu sendiri dengan
mengutamakan sifat pendekatan tugas yang diarahkan pada hal
pengayoman dan pelayanan masyarakat, serta menghindarkan
kesan pendekatan kekuasaan dan kewenangan; melakukan
penyempurnaan organisasi yang bercirikan organisasi modern,
ramping, efektif, dan efesien yang mampu membedakan antara
tugas-tugas yang perlu ditangani dan yang tidak perlu ditangani
(termasuk membagi tugas-tugas yang dapat diserahkan kepada
masyarakat); melakukan perubahan sistem dan prosedur kerjanya
yang lebih berorientasi pada ciri-ciri organisasi modern, yaitu
pelayanan
cepat,
tepat,
akurat,
terbuka
dengan
tetap
mempertahankan kualitas, efesiensi biaya, dan ketepatan waktu.
2. Dukungan sosial berperan sebagai variabel moderasi hubungan
stigma negatif terhadap stress kerja.
Hasil
analisis
deskriptif
variabel
dukungan
sosial
menunjukkan bahwa dukungan sosial yang diterima para pegawai
dalam kategori tinggi, tentunya bentuk dukungan sosial yang
tinggi ini seyogyanya tetap dijaga, sebab dengan adanya
dukungan sosial yang tinggi tersebut setidaknya akan mereduksi
beban/tekanan yang diterima oleh para pegawai, dan dampak
positifnya para pegawai-pun bisa mengelola stress kerja yang
dihadapi dengan baik dan memandang stress kerja dengan cara
yang berbeda.
3
3. Stress kerja berpengaruh terhadap kinerja PNS di Pemerintah
Kota Salatiga.
Meskipun stress berpotensi menurunkan kinerja, ada
pandangan lain yang berpendapat jika stress juga bisa berpotensi
meningkatkan kinerja; sebagaimana pendapat Dientsbier (dalam
Lestari, 2003) kinerja pegawai justru akan menurun jika mereka
merasakan tingkat stress yang rendah atau tidak ada sama sekali,
karena mereka tidak merasa tertantang atau terdorong untuk
mencapai kinerja yang tinggi. Sebaliknya stress yang terlalu
tinggi akan mendorong pegawai hanya terfokus pada usaha untuk
mengatasi stress tersebut dibandingkan dengan usahanya untuk
meningkatkan kinerja. Senada dengan Dientsbier, Looker (2005)
juga mengatakan bila tidak ada stres, tantangan kerja juga tidak
ada. Rangsangan yang terlalu kecil, tuntutan dan tantangan yang
terlampau sedikit dapat menyebakan kebosanan, frustasi, dan
perasaan bahwa kita tidak sedang menggunakan kemampuankemampuan kita secara penuh. Oleh karena itu, para pegawai di
Pemerintah Kota Salatiga sebaiknya menghadapi stress tersebut
dengan baik dan menjadikannya tantangan/dorongan untuk
mencapai kinerja yang lebih tinggi.
Di
sisi
lain,
bidang
yang
berkompeten
dengan
kepegawaian juga seyogyanya menambah terobosan-terobosan
baru yang bisa meningkatkan kinerja pegawai dan meminimalisir
turunnya tingkat kinerja para pegawai.
4
5.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan, diantaranya :
1.
Metode
pengumpulan
data
melalui
kuesioner
memiliki
kelemahan yaitu kemungkinan terdapat responden yang
menjawab kuesioner dengan tidak serius atau kurang memahami
isi pernyataan dalam kuesioner, dan hal ini tidak dapat dikontrol
oleh peneliti.
2.
Pada hasil statistik deskriptif variabel kinerja masih bersifat
subyektif karena hanya dari hasil pernyataan jawaban responden
dalam kuesioner. Bagi peneliti selanjutnya, perlu dilakukan
observasi secara langsung, pengambilan data pendukung
lainnya, melihat pendapat masyarakat terhadap kinerja PNS, dan
hasilnya nantinya diharapkan dapat mencerminkan tingkat
kinerja pegawai sesungguhnya.
3.
Hasil penelitian masih belum bisa mewakili semua PNS, bagi
peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan ruang
lingkup yang lebih luas, misalnya memperluas populasi,
memperbanyak sampel, atau menambah variabel-variabel lain.
Penggabungan metode survei melalui kuesioner dengan metode
wawancara juga perlu dilakukan sehingga peneliti dapat lebih
meyakini jawaban yang diberikan oleh responden penelitian
sebagai jawaban yang mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
4.
Bagi peneliti selanjutnya, perlu dilakukan penelitian tentang
stigma negatif terhadap PNS dilihat dari sudut pandang
masyarakat, untuk mengetahui lebih lanjut apakah stigma
negatif terhadap PNS ditengah-tengah masyarakat masih tinggi
atau rendah.
5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini membahas tentang pengaruh stigma negatif
terhadap stress kerja, peran dukungan sosial sebagai variabel
moderasi dalam hubungan stigma negatif terhadap stress kerja, dan
pengaruh stress kerja terhadap kinerja PNS di Pemerintah Kota
Salatiga. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Stigma negatif tidak berpengaruh terhadap stress kerja PNS di
Pemerintah Kota Salatiga.
2. Dukungan sosial berperan sebagai variabel moderasi hubungan
stigma negatif terhadap stress kerja PNS di Pemerintah Kota
Salatiga. Dari hasil koefisien regresi menunjukkan angka negatif,
yang mengindikasikan dukungan sosial dapat mengurangi atau
melemahkan tingkat stress kerja para pegawai.
3. Stress kerja terbukti berpengaruh terhadap kinerja PNS di
Pemerintah Kota Salatiga. Besarnya koefisien regresi variabel
stress kerja menunjukkan nilai negatif yang memberikan indikasi
bahwa setiap ada peningkatan stress kerja maka kinerja para
pegawai juga akan menurun.
5.2 Implikasi
5.2.1 Implikasi Teoritis
1. Temuan penelitian yang menunjukkan stigma negatif tidak
berpengaruh terhadap stress kerja PNS di Pemerintah Kota
1
Salatiga
sejalan
dengan
pendapat
Doelhadi
(1997)
yang
mengatakan apabila individu tidak merasakan tuntutan dari
lingkungan sebagai stresor, maka individu tersebut tidak mengalami
stres.
2. Hasil penelitian menunjukkan dukungan sosial berperan sebagai
variabel moderasi hubungan stigma negatif terhadap stress kerja.
Dengan adanya dukungan sosial mengindikasikan menurunnya
atau melemahnya tingkat stress kerja yang diakibatkan oleh
stigma negatif; dan hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Ambarsari et.al (2011) yang menyimpulkan bahwa
dukungan sosial dapat menimbulkan pengaruh yang positif bagi
karyawan guna mengurangi stres kerja di kantor. Namun bila
dukungan sosial yang diberikan ini tidak ada atau sangat kecil,
maka stres kerja yang dialami para karyawanpun bisa tinggi.
3. Hasil penelitian yang menunjukkan stress kerja berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap kinerja PNS di Pemerintah Kota
Salatiga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hidayati et.al.
(2008) dan Nur (2013) yang menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan negatif yang signifikan antara stress kerja dengan
kinerja dimana semakin tinggi stress kerja maka semakin rendah
kinerja karyawan.
5.2.2 Implikasi Terapan
1. Stigma negatif tidak berpengaruh terhadap stress kerja PNS di
Pemerintah Kota Salatiga.
Para aparatur negara sebaiknya tetap memandang segala
bentuk stigma negatif tersebut sebagai kritik yang membangun
2
dan tantangan untuk membuktikan sebaliknya. Di sisi lain, untuk
mengurangi kesan buruk/stigma negatif yang telah ada selama ini
perlu dilakukan pembenahan didalam birokrasi itu sendiri dengan
mengutamakan sifat pendekatan tugas yang diarahkan pada hal
pengayoman dan pelayanan masyarakat, serta menghindarkan
kesan pendekatan kekuasaan dan kewenangan; melakukan
penyempurnaan organisasi yang bercirikan organisasi modern,
ramping, efektif, dan efesien yang mampu membedakan antara
tugas-tugas yang perlu ditangani dan yang tidak perlu ditangani
(termasuk membagi tugas-tugas yang dapat diserahkan kepada
masyarakat); melakukan perubahan sistem dan prosedur kerjanya
yang lebih berorientasi pada ciri-ciri organisasi modern, yaitu
pelayanan
cepat,
tepat,
akurat,
terbuka
dengan
tetap
mempertahankan kualitas, efesiensi biaya, dan ketepatan waktu.
2. Dukungan sosial berperan sebagai variabel moderasi hubungan
stigma negatif terhadap stress kerja.
Hasil
analisis
deskriptif
variabel
dukungan
sosial
menunjukkan bahwa dukungan sosial yang diterima para pegawai
dalam kategori tinggi, tentunya bentuk dukungan sosial yang
tinggi ini seyogyanya tetap dijaga, sebab dengan adanya
dukungan sosial yang tinggi tersebut setidaknya akan mereduksi
beban/tekanan yang diterima oleh para pegawai, dan dampak
positifnya para pegawai-pun bisa mengelola stress kerja yang
dihadapi dengan baik dan memandang stress kerja dengan cara
yang berbeda.
3
3. Stress kerja berpengaruh terhadap kinerja PNS di Pemerintah
Kota Salatiga.
Meskipun stress berpotensi menurunkan kinerja, ada
pandangan lain yang berpendapat jika stress juga bisa berpotensi
meningkatkan kinerja; sebagaimana pendapat Dientsbier (dalam
Lestari, 2003) kinerja pegawai justru akan menurun jika mereka
merasakan tingkat stress yang rendah atau tidak ada sama sekali,
karena mereka tidak merasa tertantang atau terdorong untuk
mencapai kinerja yang tinggi. Sebaliknya stress yang terlalu
tinggi akan mendorong pegawai hanya terfokus pada usaha untuk
mengatasi stress tersebut dibandingkan dengan usahanya untuk
meningkatkan kinerja. Senada dengan Dientsbier, Looker (2005)
juga mengatakan bila tidak ada stres, tantangan kerja juga tidak
ada. Rangsangan yang terlalu kecil, tuntutan dan tantangan yang
terlampau sedikit dapat menyebakan kebosanan, frustasi, dan
perasaan bahwa kita tidak sedang menggunakan kemampuankemampuan kita secara penuh. Oleh karena itu, para pegawai di
Pemerintah Kota Salatiga sebaiknya menghadapi stress tersebut
dengan baik dan menjadikannya tantangan/dorongan untuk
mencapai kinerja yang lebih tinggi.
Di
sisi
lain,
bidang
yang
berkompeten
dengan
kepegawaian juga seyogyanya menambah terobosan-terobosan
baru yang bisa meningkatkan kinerja pegawai dan meminimalisir
turunnya tingkat kinerja para pegawai.
4
5.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan, diantaranya :
1.
Metode
pengumpulan
data
melalui
kuesioner
memiliki
kelemahan yaitu kemungkinan terdapat responden yang
menjawab kuesioner dengan tidak serius atau kurang memahami
isi pernyataan dalam kuesioner, dan hal ini tidak dapat dikontrol
oleh peneliti.
2.
Pada hasil statistik deskriptif variabel kinerja masih bersifat
subyektif karena hanya dari hasil pernyataan jawaban responden
dalam kuesioner. Bagi peneliti selanjutnya, perlu dilakukan
observasi secara langsung, pengambilan data pendukung
lainnya, melihat pendapat masyarakat terhadap kinerja PNS, dan
hasilnya nantinya diharapkan dapat mencerminkan tingkat
kinerja pegawai sesungguhnya.
3.
Hasil penelitian masih belum bisa mewakili semua PNS, bagi
peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan ruang
lingkup yang lebih luas, misalnya memperluas populasi,
memperbanyak sampel, atau menambah variabel-variabel lain.
Penggabungan metode survei melalui kuesioner dengan metode
wawancara juga perlu dilakukan sehingga peneliti dapat lebih
meyakini jawaban yang diberikan oleh responden penelitian
sebagai jawaban yang mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
4.
Bagi peneliti selanjutnya, perlu dilakukan penelitian tentang
stigma negatif terhadap PNS dilihat dari sudut pandang
masyarakat, untuk mengetahui lebih lanjut apakah stigma
negatif terhadap PNS ditengah-tengah masyarakat masih tinggi
atau rendah.
5