PENGARUH PENERAPAN STANDAR ISO 9001 TERHADAP KUALITAS PRODUK : Studi Kasus Pada PT Trisula Textile Industries.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 14

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian ... 15

1.4Kegunaan Penelitian ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ... 16

2.1Kajian Pustaka ... 16

2.1.1 Standar ... 16

2.1.1.1 Pengertian Standar ... 16

2.1.1.2 Tujuan standardisasi ... 17

2.1.1.3 Manfaat standardisasi ... 21

2.1.1.4 Jenis-jenis Standar ... 26

2.1.2 ISO ... 33


(2)

2.1.2.2 Prinsip Manajemen Kualitas ... 36

2.1.2.3 Dasar Persyaratan Manajemen ... 41

2.1.2.4 Dasar Persyaratan Jaminan ... 42

2.1.2.5 Sistem Manajemen Kualitas ... 43

2.1.2.6 Manfaat Penerapan ISO 9001 ... 47

2.1.3 Kualitas ... 48

2.1.3.1 Pengertian Kualitas ... 48

2.1.3.2 Perencanaan Kualitas ... 53

2.1.3.3 Kontrol Kualitas ... 59

2.1.3.4 Perbaikan Kualitas ... 61

2.1.3.5 Kualitas Produk ... 62

2.1.3.6 Quality Parameter . ... 63

2.1.4 Pengaruh Penerapan Standar Kualitas ISO 9001 terhadap Perbaikan Proses Produksi ... 64

2.2 Kerangka Pemikiran ... 65

2.3 Hipotesis ... 68

BAB III METODE PENELITIAN ... 70

3.1Objek Penelitian ... 70

3.2Metode Penelitian dan Desain Penelitian ... 70

3.2.1 Metode Penelitian ... 70

3.2.2 Desain Penelitian ... 72


(3)

3.4Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 74

3.4.1 Sumber Data ... 74

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ... 75

3.5 Populasi, Sample, dan Teknik Penarikan Sampel ... 77

3.5.1 Populasi ... 77

3.5.2 Sampel ... 78

3.5.3Teknik penarikan Sampel ... 79

3.6 Uji Instrumen ... 80

3.6.1 Uji Validitas ... 80

3.6.2 Uji Reliabilitas ... 82

3.7 Rancangan Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 84

3.7.1 Rancangan Analisis ... 84

3.7.2 Uji Hipotesis ... 91

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 93

4.1. Hasil Penelitian ... 93

4.1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 93

4.1.1.1. Profil PT Trisula Textile Industries ... 93

4.1.1.2. Visi, Misi, Budaya, dan Logo Perusahaan ... 96

4.1.1.3. Struktur Organisasi... 97

4.1.2 Gambaran Karakteristik Responden ... 98

4.1.2.1 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin ... 98


(4)

4.1.2.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Terakhir ... 100

4.1.2.4. Karakteristik Responden Berdsasarkan Masa Kerja ... 102

4.1.3. Deskripsi Umum Variabel Peneletian ... 103

4.1.3.1 Gambaran Umum Variabel Penerapan Standar ISO 9001 ... 103

4.1.3.2 Rekapitulasi Hasil Penelitian Variabel Penerapan Standar ISO 9001 ... 120

4.1.3.3 Gambaran Umum Variabel Kualitas Produk ... 124

4.1.3.4 Rekapitulasi Hasil Penelitian Variabel Kualitas Produk ... 133

4.1.4. Hasil Pengujian Statistik ... 137

4.1.4.1 Uji Asumsi Normalitas ... 137

4.1.4.2 Uji Asumsi Linieritas ... 138

4.1.4.3 Uji Asumsi Heteroskadastisitas... 139

4.1.4.4 Koefisien Korelasi ... 139

4.1.4.5 Analisis Regresi Linier Sederhana ... 140

4.1.4.6 Uji F Statistik (Uji Hipotesisi Simultan) ... 142

4.1.4.7 Uji t Statistik (Uji Hipotesis Parsial) ... 143

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 144

4.2.1 Penerapan Standar ISO 9001 pada PT Trisula Textile Industries ... 144

4.2.2 Kualitas Produk pada PT Trisula Textile Industries ... 148

4.2.3 Pengaruh Penerapan Standar ISO 9001 terhadap Kualitas Produk pada PT Trisula Textile Industries ... 152


(5)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 154

5.1 Kesimpulan ... 154

5.2 Saran-saran ... 155


(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Persaingan industri secara global mengalami perubahan yang cukup cepat. Salah satu bentuk persaingan global yang dimaksud salah satunya adalah implementasi perjanjian perdagangan bebas multilateral ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) yang mulai diberlakukan awal 2010. Kondisi ini ibarat pisau bermata dua, pada satu sisi berpeluang untuk mendatangkan keuntungan yang berlipat bagi perekonomian bangsa, tetapi di sisi lain memberikan ancaman bagi perindustrian lokal yang akan menjalani persaingan dengan produk-produk impor.

Seperti yang dilansir oleh majalah Media Industri pada edisi Januari 2011, kondisi PBD Ekonomi berbanding dengan PDB Industri non migas Indonesia sejak tahun 1997-2010 mengalami grafik yang relatif naik. Grafik pertumbuhan PDB Indonesia bisa dilihat dalam tabel 1.1.

Tabel 1.1 Pertumbuhan PDB Indonesia.


(7)

Data dari BPS dan Kemenperin menunjukkan beberapa sektor industri mengalami kondisi yang fluktuatif, terutama pada tahun 2008 dimana terjadi resesi ekonomi dunia dan 2010 pemberlakuan perjanjian perdagangan bebas multilateral ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) seperti digambarkan pada tabel 1.2.

Tabel 1.2 Pertumbuhan Industri 2005-2010.

(Sumber: BPS, Kemenperin diolah)

Dari data tersebut didapat sektor yang paling fluktuatif berada pada sektor industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki dimana pertumbuhan indutri hanya pada kisaran tidak lebih dari 2% dan selebihnya mengalami minus 3,68% dan 3,64% pada tahun 2008 dan 2009.

Pada dasarnya, Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan salah satu industri andalan Indonesia yang terus memberi kontribusi terhadap devisa negara. Dalam satu dekade belakangan ini, ekspor Indonesia pada produk-produk yang dihasilkan oleh industri TPT ini dari tahun ke tahun menunjukkan angka yang meningkat. Tahun 2002 tercatat ekspor TPT mencapai US$ 6,88 milyar, kemudian naik menjadi US$ 7,03 milyar di tahun 2003, dan berturut-turut terus


(8)

meningkat mencapai US$ 7,64 milyar di tahun 2004, US$ 8,6 milyar tahun 2005, US$ 9,45 milyar tahun 2006 dan US$ 10, 06 milyar pada tahun 2007. Tahun 2008 kembali ekspor TPT Indonesia meningkat mencapai US$ 10,4 milyar.

Pasar tujuan ekspor industri TPT nasional adalah Amerika Serikat yang sejak tahun 2003 nilainya lebih dari US$ 2,3 milyar bahkan di tahun 2007 mencapai US$ 4,3 milyar. Amerika Serikat merupakan pasar komoditi TPT terbesar dunia, dan sejauh ini ekspornya masih didominasi oleh China yang nilai ekspornya lebih dari US$ 27 milyar di tahun 2007. Setelah Amerika Serikat, pasar ekspor TPT terbesar Indonesia adalah Uni Eropa, yang nilainya mencapai rata-rata di atas US$ 1,5 milyar dalam kurun wakti 2002 hingga 2007. Bahkan, di tahun 2004 nilai ekspor TPT Indonesia mencapai US$ 2,2 milyar. Jepang merupakan pasar terbesar ketiga ekspor TPT Indonesia dengan nilai ekspor rata-rata di atas US$ 350 juta sejak tahun 2003-2007. Dengan catatan ekspor yang besar tersebut, Indonesia masuk sepuluh besar pengekspor TPT peringkat atas dunia.

Seiring dengan melesunya perekonomian dunia akibat krisis property Amerika Serikat (subprime mortgage), ekspor TPT Indonesia mengalami penurunan pada tahun 2009. Nilai ekspor tersebut hanya mencapai US$ 9,4 milyar atau turun sebesar 9,9 persen dibandingkan dengan angka eskpor tahun 2008. Memasuki tahun 2010, industri TPT Indonesia dihadapkan pada tantangan yang cukup serius. Bea masuk 0% dari China berdasarkan perjanjian CAFTA yang telah ditandatangani tahun 2005, mau tidak mau akan memberikan dampak serius bagi pasar domestik. Impor TPT China ke Indonesia mengalami lonjakan besar dari hanya US$ 262 juta di tahun 2006 menjadi US$ 1,144 milyar di tahun 2009.


(9)

Lonjakan ini membuktikan bahwa sebelum pemberlakuan CAFTA produk TPT China sudah sangat kompetitif. Faktor pendukung utama daya saing produk TPT China adalah insentif pemerintah mereka dalam bentuk fasilitas subsidi pajak yang sejak tahun 2009 ditingkatkan menjadi sebesar 16% untuk industri TPT. Tingkat daya saing TPT China akan lebih kuat lagi dengan adanya penghapusan tarif bea masuk dari 5% menjadi 0% di tahun 2010 pada saat pemberlakuan CAFTA. Diperkirakan industri TPT nasional yang berorientasi pada pasar domestik, yang umumnya terdiri dari industri TPT menengah dan kecil, akan mendapat tekanan berat dalam bersaing dengan produk TPT China di tingkat pasar dalam negeri seperti yang diperihatkan pada tabel 1.3.

Tabel 1.3 produksi Industri TPT nasional.

(Sumber: SNI penguat daya saing bangsa Bab V)

Kendati memberi kontribusi devisa yang sangat berarti bagi neraca perdagangan Indonesia, sektor ini justru terseok-seok dalam memasok kebutuhan TPT dalam negeri. Dari catatan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), arus impor produk TPT terus menanjak dari tahun ke tahun. Impor TPT China di tahun 2006 mencapai US$ 262 juta. Lonjakan impor TPT dari China, terjadi di tahun 2008 di mana nilai impor TPT China melejit ke angka US$ 1,034 milyar dibandingkan


(10)

dengan impor pada 2007 yang hanya mencapai US$ 348 juta. Pada tahun 2009, impor meningkat lagi sebesar 11% menjadi US$ 1,144 milyar dibandingkan dengan kondisi 2008. Tahun 2010, impor ini juga diperkirakan akan meningkat, apalagi dengan adanya penghapusan tarif sejumlah produk TPT. Ketua Umum API Ade Sudrajat memprediksi, pangsa tekstil impor asal China di 2010 mencapai 55%, sedangkan produk tekstil lokal hanya 45%. Kenaikan impor tekstil dari China lebih terbuka sejak pemberlakuan perdagangan bebas Asean-China (ACFTA). Pangsa pasar produk tekstil lokal menurun dari 67% pada 2009 menjadi hanya 45% pada 2010 (Duniaindustri, 10 Mei 2011).

Menurut artikel SNI penguat daya saing bangsa pada bab V disebutkan, bahwa terkait dengan maraknya produk TPT impor ilegal yang beredar di pasar dalam negeri, patut dilakukan pemantauan dan pengawasan yang ketat. Sekalipun telah diberlakukan penghapusan tarif bea masuk atas produk-produk di sektor industri TPT, namun belum seluruh produk di sektor TPT terkena tarif bea masuk (BM) 0%.

Beberapa produk garmen, misalnya, masih dikenakan tarif bea masuk sekitar 15 persen di tahun 2010 ini dan baru akan dihapuskan secara bertahap pada 2012 dan 2015. Produk-produk yang masih dikenakan tarif bea masuk ini berpotensi diimpor secara ilegal. Produk TPT impor ilegal yang masuk tercatat sangat besar mencapai US$ 2,4189 milyar di tahun 2009 dan pada tahun 2010 ini diperkirakan naik menjadi US$ 7,56 miliar. Untuk itu, diperlukan pemantauan dan pengawasan ekstra ketat atas produk-produk TPT yang masih diberlakukan tarif bea masuk


(11)

agar tidak diselundupkan secara ilegal bersama-sama dengan produk-produk TPT yang telah dihapuskan tarif bea masuknya melalui pemberlakuan CAFTA.

Menurut artikel economic review No. 209 September 2007 menyebutkan, kinerja ekspor industri TPT Indonesia sempat mengalami penurunan yang cukup signifikan pada 2003. Namun demikian, sejak 2004 kinerjanya terus mengalami kenaikan baik dari sisi volume maupun nilai ekspor. Bahkan volume maupun nilai ekspor yang dicapai pada 2006 telah melampaui volume dan nilai ekspor pada tahun 2000. Lebih dari separuh nilai ekspor dikontribusi oleh industri garmen yang mencapai 55,7 persen (USD 5,27 juta), diikuti oleh industri pemintalan sebesar 18,9 persen, dan industri pertenunan 15,6 persen. Sebagian besar negara tujuan TPT Indonesia adalah AS, Uni Eropa, dan Jepang. Pada 2006, ekspor ke AS mencapai 41,3 persen, Uni Eropa 16,5 persen, dan Jepang 3,7 persen. Bila diperhatikan, terlihat bahwa kenaikan ekspor pada 2006 juga didorong oleh kenaikan harga rata-rata produk TPT yang cukup signifikan dibanding tahun sebelumnya yakni dari USD 4,76/kg pada 2005 menjadi USD 4,99/kg seperti yang digambarakan tabel 1.5.

Tabel 1.5 Perkembangan ekspor TPT Indonesia.


(12)

Masalah lain yang timbul adalah Posisi dan daya saing tekstil Indonesia. Pada tahun 2010, ekspor TPT Indonesia terbesar untuk pasar tekstil Amerika Serikat dengan 36,9%, disusul ke negara Jepang 5,6%, kemudian Jerman dengan 5,3%. Ini menunjukkan bahwa tujuan ekspor tekstil Indonesia masih untuk pasar AS seperti pada gambar 1.1.

Gambar 1.1 ekspor TPT Indonesia tahun 2010. (Sumber: BPS)

Sejalan dengan permasalahan tersebut, para pelaku di industri tekstil diharapkan mampu untuk menciptakan produksi yang tidak hanya efektif dan efisien dalam proses produksinya tetapi juga dalam penciptaan produk yang berkualitas. Menurut Joseph M. Juran (1999:26) dalam bukunya yang berjudul

Juran’s quality handbook fifth edition, menyatakan bahwa produk yang

berkualitas mempunyai arti bagian pada produk (features of products) yang memenuhi kebutuhan pelanggan dan dan memberikan kepuasan pelanggan dan bebas dari kekurangan (freedom from deficiencies) atau bebas dari kesalahan yang membutuhkan pengerjaan berulang-ulang atau hasil yang didapat pada jenis kegagalan, seperti ketidakpuasan pelanggan, tuntutan pelanggan, dan sebagainya.

Hal inilah yang dilakukan PT Trisula Textile Industries sebagai pelaku usaha di industri tekstil. Perusahaan tentu sudah menyadari pentingnya penciptaan


(13)

produk berkualitas tersebut. Menurut Edward Sallis (2005:17), kualitas sendiri memliki dua konsep yaitu dari sudut pandang produk atau jasa serta dari sudut pandang konsumen. Selain untuk efisiensi dan efektifitas produksi, kualitas juga akan berdampak pada kesesuaian dengan spesifikasi konsumen dan penjualan. Ini terlihat dari upaya yang dilakukan PT Trisulatex dalam memproduksi kain dengan kualitas yang berpredikat A Grade. Dari data bagian Quality Assurance PT Trisulatex seperti pada tabel 1.6, disebutkan bahwa dalam kurun waktu 2010 saja perusahaan ini memproduksi rata-rata keseluruhan kain yang dimasukan ke dalam gudang kain jadi (GKJ) sekitar 929.657,9 yard per bulan dengan penjualan rata-rata 817.619,2 yard per bulan yang berpredikat A Grade.

Tabel 1.6 kualitas GKJ dan penjualan kain A Grade tahun 2010.

Bulan Turun ke GKJ Penjualan A Grade

Januari 749.213,80 702.553,12

Maret 636.572,00 617.577,00

April 984.980,00 807.508,77

Mei 977.468,00 851.080,15

Juni 1.037.425,00 802.686,71

Juli 903.899,50 704.907,83

Agustus 847.176,07 700.711,04

September 700.077,50 716.906,41

Oktober 917.874,00 846.268,64

November 889.565,00 811.306,33

Desember 929.299,00 602.777,72

Rata-rata produksi per bulan 929.657,9 yard 817.619,2 yard

(sumber:QA PT Trisulatex)

Produksi tertinggi kain terjadi di bulan Juni dengan produksi sebesar 1.037.425,00 yard serta penjualan kain dengan predikat A Grade tertinggi sebesar 846.286,64 yard pada bulan oktober seperti pada gambar 1.2 berikut ini.


(14)

Kualitas GKJ Tahun 2010 9 0 3 .8 9 9 ,5 0 8 4 7 .1 7 6 ,0 7 7 0 0 .0 7 7 ,5 0 9 1 7 .8 7 4 ,0 0 8 4 6 .2 6 8 ,6 4 8 1 1 .3 0 6 ,3 3 6 0 2 .7 7 7 ,7 2 7 4 9 .2 1 3 ,8 0 6 3 6 .5 7 2 ,0 0 9 8 4 .9 8 0 ,0 0 9 7 7 .4 6 8 ,0 0 1 .0 3 7 .4 2 5 ,0 0 8 8 9 .5 6 5 ,0 0 9 2 9 .2 9 9 ,0 0 7 0 2 .5 5 3 ,1 2 6 1 7 .5 7 7 ,0 0 8 0 7 .5 0 8 ,7 7 8 5 1 .0 8 0 ,1 5 8 0 2 .6 8 6 ,7 1 7 0 4 .9 0 7 ,8 3 7 0 0 .7 1 1 ,0 4 7 1 6 .9 0 6 ,4 1 0,00 500.000,00 1.000.000,00 1.500.000,00

Jan 10 Mar 10 Apr 10 Mei 10 Juni 10 Juli 10 Agust 10 Sept 10 Okt 10 Nop 10 Des 10

Turun ke GKJ

Penjualan A grade

Kualitas GKJ Tahun 2011

7 7 3 .5 2 2 ,0 0 7 1 1 .6 9 2 ,0 0 7 1 4 .0 5 8 ,0 0 8 4 7 .2 0 5 ,0 0 7 5 5 .9 2 1 ,4 1 7 5 1 .5 1 0 ,5 7 7 8 6 .7 7 7 ,6 0 7 5 7 .3 1 8 ,0 0 9 5 7 .2 6 1 ,0 0 9 4 1 .9 4 8 ,0 0 9 2 8 .5 5 5 ,0 0 8 3 5 .9 9 1 ,0 0 8 8 6 .9 8 2 ,0 0 9 9 6 .8 2 8 ,0 0 8 2 0 .3 5 2 ,6 7 8 8 2 .4 7 0 ,8 5 6 8 0 .5 0 7 ,3

0 891.2

7 1 ,6 8 8 0 3 .7 1 1 ,3 7 66 2. 42 1, 34 52 9. 32 7, 77 66 3. 04 1, 79 0,00 500.000,00 1.000.000,00 1.500.000,00

Jan 11 Mar 11 Apr 11 Mei 11 Juni 11 Juli 11 Agust 11 Sept 11 Okt 11 Nov 11 Des 11 Turun ke GKJ

Penjualan A grade

Gambar 1.2 kualitas GKJ dan penjualan kain A Grade tahun 2010. (sumber:QA PT Trisulatex)

Tetapi pada tahun 2011 terjadi penurunan produksi baik keseluruhan kain yang masuk ke dalam gudang kain jadi (GKJ) maupun pada penjualan kain berpredikat A Grade.

Gambar 1.3 kualitas GKJ dan penjualan kain A Grade tahun 2011. (sumber:QA PT Trisulatex)


(15)

Rata-rata produksi per bulan keseluruhan kain yang masuk GKJ hanya sebesar 910.337,00 yard dan penjualan kain berpredikat A Grade turun menjadi 807.442,60 yard per bulannya. Produksi tertinggi kain terjadi pada bulan desember dengan produksi sebesar 996.828,00 yard dan penjualan kain dengan predikat A Grade tertinggi terjadi pada bulan mei dengan penjulan 891.271,68 yard. Untuk lebih lengkapnya lihat gambar 1.3 dan tabel 1.7.

Tabel 1.7 kualitas GKJ dan penjualan kain A Grade tahun 2011.

Bulan Turun ke GKJ Penjualan A Grade

Januari 757.318,00 820.352,67

Maret 957.261,00 882.470,85

April 941.948,00 680.507,30

Mei 928.555,00 891.271,68

Juni 835.991,00 803.711,37

Juli 773.522,00 662.421,34

Agustus 711.692,00 529.327,77

September 714.058,00 663.041,79

Oktober 847.205,00 755.921,41

November 886.982,00 751.510,57

Desember 996.828,00 786.777,60

Rata-rata produksi per bulan 910.337,00 yard 807.442,6 yard

(sumber: QA PT Trisulatex)

Selain itu, banyaknya produk cacat, tingginya harga bahan baku, bahan baku yang tidak sesuai standar, serta produk yang di bawah standar selalu menjadi hal yang sulit untuk diselesaikan. Gambar 1.4 dari data bagian Quality Assurance PT Trisulatex menyebutkan fluktuatifnya jumlah produk cacat selama rentan waktu 2010 hingga 2011. Dari toleransi produk cacat sebesar 2,5% yang masuk kategori kain C grade (baik dari 2,5% C- grade Dyeing Finishing dan 2,5% C- grade luar

Dyeing Finishing). Angka 2,5% merupakan standar PT Trisulatex dalam

memberikan predikat C grade pada keseluruhan produksi kain yang sudah melewati proses pencelupan akhir (Dyeing Finishing).


(16)

Gambar 1.4 produk cacat PT Trisulatex tahun 2010. (sumber: QA PT Trisulatex)

Dari data tersebut menunjukkan banyaknya produk cacat yang melebihi di atas 2,5%. Tahun 2010 menunjukkan produk cacat tertingi terjadi di bulan april dengan C- grade Dyeing Finishing sebesar 7,45% dan di bulan juni dengan C-

grade luar Dyeing Finishing dengan 7%. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 1.8.

Tabel 1.8 produk cacat PT Trisulatex tahun 2010.

10/Jan

Feb 10

Mar 10

Apr 10

Mei 10

Jun 10

Jul

10

Agust 10

Sep

10 Okt

10 Nop

10 Des

10

1 Target C Grade DF 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2 Total C- Grade DF 4,69 4,56 5,10 7,45 4,62 5,67 5,97 6,26 4,61 4,21 4,07 4,13 3 Target C Grade Luar DF 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 4 Total C- Grade Luar DF 6,42 5,00 6,05 5,05 6,24 7,00 5,46 5,57 4,62 6,11 6,67 5,10

(sumber: QA PT Trisulatex)

Begitu juga dengan yang terjadi pada tahun 2011, seperti terlihat pada gambar 1.5 dimana produk cacat lebih besar dari pada tahun sebelumnya. Angka dengan C- grade Dyeing Finishing sebesar 10,8% pada bulan September dan C- grade luar Dyeing Finishing dengan 8% pada bulan November seperti pada tabel 1.9 berikut ini.


(17)

Gambar 1.5 produk cacat PT Trisulatex tahun 2011. (sumber: QA PT Trisulatex)

Tabel 1.9 produk cacat PT Trisulatex tahun 2011.

Jan 11

Feb 11

Mar 11

Apr 11

Mei 11

Jun 11

Jul 11

Agus t 11

Sep 11

Okt 11

Nop 11

Des 11

1 Target C Grade DF 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2 Total C- Grade DF 4,90 5,74 6,50 6,29 4,06 3,68 3,47 7,05 10,80 4,11 3,94 4,59 3 Target C Grade Luar DF 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 2,50 4 Total C- Grade luar DF 5,45 4,93 6,93 5,92 7,24 5,35 7,20 7,65 5,45 6,21 8,00 6,99

(sumber: QA PT Trisulatex)

Hal ini menunjukkan masih banyaknya produk kain yang melebihi batas toleransi dan berada di bawah standar (predikat C- grade). Menurut edward Sallis (2005:17) terdapat beberapa aspek yang berkaitan dengan kualitas, yaitu diantaranya kesesuaian dengan spesifikasi, keandalan, pengerjaan yang benar saat pertama kali (right first time, every time), dan tanpa kesalahan (zero defect). Dalam penciptaan produk berkualitas, jika produk cacat terus terjadi dalam jumlah yang semakin meningkat tiap tahunnya tentu ada masalah yang cukup kompleks dalam proses produksinya dan mendorong inefisiensi serta membengkaknya biaya perbaikan produk.


(18)

Sebenarnya produk cacat yang tinggi, produk di bawah standar, ataupun inefisiensi dapat teratasi jika perusahaan memiliki komitmen yang kuat untuk memuaskan para stakeholder yang berkaitan dengan penciptaan kualitas produk. Salah satu langkah PT Trisulatex adalah dengan menerapkan standar manajemen kualitas yang sudah sesuai dengan standar internasional, dalam hal ini adalah standar ISO 9001. Menurut David Hoyle, terdapat delapan elemen di dalam prinsip manajemen kualitas (2001:35), diantaranya adalah mengutamakan pelanggan, kepemimpinan, keterlibatan personel, pendekatan proses, pendekatan sistem, perbaikan berkesinambungan, pengambilan keputusan berdasarkan fakta, serta hubungan pemasok yang saling menguntungkan. Dalam perkembangannya, standar ISO 9001 sendiri sudah mengalami banyak revisi hingga yang terakhir versi 9001:2008.

Menurut Joseph M. Juran (1999:315) ada dua alasan mengapa perusahaan menerapkan standar ISO 9001. yang pertama dari sisi internal terkait dengan bagaimana menciptakan suatu proses produksi yang efektif dan efisien, menghilangkan reworking, serta perbaikan berkelanjutan. Yang kedua dari sisi eksternal terkait dengan globalisasi dimana setiap produk haruslah memiliki standar yang diakui secara internasional agar produk tersebut dikatakan berkualitas. Perusahaan yang sudah bersertifikat ISO ini diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan kualitas produk tersebut sehingga pada akhirnya dapat memiliki produk yang berdaya saing tinggi di lingkungan global.


(19)

Berdasarkan hasil survey UNIDO yang bekerjasama dengan NORAD, ISO, dan IAF dalam workshop yang berjudul Implementation of ISO 9001 Quality

Management System in Asia Development Countries: survey Covering System Development, Certification, Accreditation, and Economic Benefits pada bulan

Januari 2011 menyebutkan bahwa dari 604 organisasi yang telah bersetifikat ISO 9001 sebanyak 36% alasan utama menerapkan ISO di organisasinya adalah untuk perbaikan internal. Sebanyak 25% karena tekanan dari pelanggan, 18% karena tujuan dari perusahaan atau top manajer, kemudahan akses untuk pasar internasional sebanyak 14%, untuk kepentingan pemasan/public relation 3%, untuk keunggulan bersaing 2% serta lain-lain 2% seperti pada gambar 1.9 berikut ini.

Gambar 1.6 survei alasan utama menerapkan ISO 9001 tahun 2011. (sumber: workshop UNIDO 2011)

Hal ini menjadi indikasi bahwa Standar ISO 9001 merupakan salah satu langkah bagi perusahaan untuk menciptakan produk yang berkualitas.

Dari uraian masalah tersebut, penulis merasa perlu untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul ”Pengaruh Penerapan Standar ISO 9001


(20)

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran penerapan standar ISO 9001 pada PT Trisula Textile Industries.

2. Bagaimana gambaran kualitas produk pada PT Trisula Textile Industries. 3. Bagaimana pengaruh penerapan standar ISO 9001 terhadap kualitas produk. 1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Gambaran penerapan standar ISO 9001 pada PT Trisula Textile Industries. 2. Gambaran kualitas produk pada PT Trisula Textile Industries.

3. Pengaruh penerapan standar ISO 9001 terhadap kualitas produk. 1.4Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu manajemen, khususnya manajemen operasional mengenai penerapan standar ISO 9001 dan kualitas produk.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi perusahaan terutama dalam cara penciptaan kualitas produk melalui penerapan standar ISO 9001 serta untuk penelitian lanjutan terutama yang berkaitan dengan standar ISO 9001 dan kualitas produk.


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1Objek Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti antara lain variabel X yaitu penerapan standar ISO 9001 sebagai variabel independen dan variabel Y yaitu kualitas produk sebagai variabel dependen. Adapun mengenai siapa/apa unit yang akan diteliti, dimana tempat penelitiannya dan kapan waktu penelitiannya adalah sebagai berikut :

1. Unit yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah karyawan PT Trisula Textile Industries di departemen dyeing and finishing.

2. Tempat penelitiannya dilakukan di PT Trisula Textile Industries yang berlokasi di Jl. Leuwi Gajah No.170 Cimahi, Jawa Barat.

3. Waktu penelitiannya berlangsung pada bulan September 2012. 3.2 Metode Penelitian dan Desain Penelitian

3.2.1 Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian yang bersifat ilmiah, seseorang harus mempunyai metode/cara yang akan digunakan dalam penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan relevan. Metode penelitian dipilih untuk mempermudah proses penelitian. Selain itu, metode penelitian juga berguna sebagai pedoman dan arahan dalam pencapaian tujuan penelitian. Adapun pengertian metode penelitian Sugiyono (2007 : 4) yaitu:

“ Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid

dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami,


(22)

Berdasarkan variabel-variabel yang diteliti, maka jenis penelitian dari penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. Menurut pendapat Sugiyono (2007 : 11), penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Melalui penelitian deskriptif maka akan diperoleh:

1. Gambaran tentang penerapan standar ISO 9001 pada PT Trisula Textile Industries.

2. Gambaran tentang kualitas produk pada PT Trisula Textile Industries.

Sedangkan jenis penelitian verifikatif menurut Suharsimi Arikunto (2006:8) pada dasarnya menguji kebenaran dari suatu hipotesa yang dilakukan melalui pengumpulan data di lapangan. Dalam hal ini, penelitian verifikatif bertujuan untuk :

1. Mengetahui pengaruh antara penerapan standar ISO 9001 dengan kualitas produk pada PT Trisula Textile Industries.

Dilihat dari jenis penelitiannya yaitu penelitian deskriptif dan verifikatif, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory survey.

Menurut Sugiyono (2007:7) mengemukakan bahwa:

“Metode survei yaitu metode penelitian yang dilakukan pada populasi

besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian relatif, distribusi dan hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.”

Metode survey explanatory digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan hubungan atau pengaruh dari suatu variabel ke variabel lainnya. Metode ini


(23)

mengemukakan fakta-fakta yang didukung oleh penyebaran kuesioner kepada responden serta pemahaman literatur.

Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, sehingga metode yang digunakan adalah cross sectional method, yaitu “metode penelitian dengan cara memperbaiki objek dalam kurun waktu tertentu/tidak

berkesinambungan dalam jangka waktu yang panjang”. (Husain Umar, 2002:45)

3.2.2 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode survei dengan sifat data primer. Pernyataan Kerlinger yang dikutip oleh Sugiyono (2005:7), menjelaskan bahwa:

”Penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar

maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis

maupun psikologis”.

3.3 Operasionalisasi Variabel

Menurut Sugiyono (2008:42) “variabel adalah suatu atau sifat atau nilai dari

orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tetentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan yaitu :

1. Variabel Independen (variabel bebas), yaitu variabel yang mempengaruhi atau sebab timbulnya variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah: Penerapan Standar ISO 9001


(24)

2. Variabel Dependen (variabel terikat), yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah: Kualitas produk.

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Dimensi Indikator Tingkat Pengukuran Skala X

Standar ISO 9001

Sebagai aturan yang luas dan fundamental atau kepercayaan untuk memimpin dan mengoperasikan sebuah organisasi yang bertujuan pada perbaikan kinerja berkelanjutan untuk kondisi yang lama melalui fokus pada pelanggan yang menunujukan kebutuhan dari semua pemangku kepentingan (David Hoyle 2001:34) Fokus pada Pelanggan

o Komunikasi dengan

pelanggan

o Menentukan

kebutuhan dan harapan pelanggan

o Komitmen manajemen

o Tingkat komunikasi

dengan pelanggan

o Tingkat kebutuhan

dan harapan pelanggan

o Tingkat komitmen

manajemen

O

rdi

na

l

Kepemimpinan o Komunikasi internal o Perencanaan

o Menciptakan

lingkungan kerja yang efektif

o Tingkat komunikasi

internal

o Tingkat

perencanaan

o Tingkat lingkungan

kerja yang efektif Keterlibatan

Orang-orang

o Keikutsertaan dalam

peninjauan ulang desain

o Menentukan keahlian

yang dibutuhkan

o Menentukan tujuan,

tanggung jawab, dan wewenang

o Tingkat keikutsertaan

dalam peninjauan ulang desain

o Tingkat keahlian

yang dibutuhkan

o Tingkat tujuan,

tanggung jawab, dan wewenang

Pendekatan Proses

o Menentukan proses

input dan output

o ketersediaan

infrastruktur, informasi, dan sumberdaya untuk proses produksi

o Pengenalan dari

sebuah proses

o Tingkat proses input

dan output

o Tingkat ketersediaan

infrastruktur, informasi, dan sumberdaya untuk proses produksi

o Tingkat pengenalan

dari sebuah proses Pendekatan

Sistem

o Mendirikan dan

melaksanakan pemeliharaan sistem

o Membuat proses yang

terukur

o Tingkat pemeliharaan

sistem

o Tingkat proses yang

terukur Perbaikan

Berkelanjutan

o Perbaikan pada proses

produksi

o Menentukan cara

perbaikan proses produksi

o Frekuensi perbaikan

pada proses produksi

o Tingkat cara

perbaikan proses produksi


(25)

Variabel Konsep Variabel Dimensi Indikator Tingkat Pengukuran Skala Y Kualitas Produk Totalitas dari karakteristik suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan atau sebagai kesesuaian terhadap kebutuhan atau persyaratan atau kepuasan pelanggan (Edward Sallis 2005:17). Kesesuaian dengan Spesifikasi

o Kesesuaian bahan baku

dengan jenis produk yang dihasilkan

o Kesesuaian produk

akhir dengan standar produk perusahaan

o Tingkat kesesuaian

bahan baku dengan jenis produk yang dihasilkan

o Tingkat kesesuaian

produk akhir dengan standar produk perusahaan O rdi na l

Keandalan o Garansi pada produk o Pengujian pada produk

akhir

o Tingkat garansi pada

produk

o Frekuensi lolos tes/uji

pada produk Pengerjaan yang

Benar Saat Pertama Kali (Right First Time, Every Time)

o Rendahnya pengerjaan

berulang-ulang ketika proses produksi

o Pengawasan terhadap

proses produksi

o Frekuensi

pengerjaan berulang-ulang

o Tingkat pengawasan

terhadap proses produksi Tanpa

Kesalahan (Zero Defect)

o Pencegahan kesalahan

produk cacat

o Pengukuran produk

cacat

o Tingkat kesalahan

produk cacat

o Tingkat pengukuran

produk cacat

3.4 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Sumber Data

Data yang penulis peroleh dalam penelitian ini dikumpulkan melalui: 1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari responden, pada saat penelitian di lapangan dengan melakukan pengamatan langsung yaitu dengan mengadakan wawancara dengan responden, dan pengamatan tidak langsung pada objek penelitian yaitu dengan menyebarkan kuesioner kepada responden untuk diisi.


(26)

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari literatur seperti buku-buku teori, dokumen-dokumen yang berisi informasi dari instansi yang bersangkutan dengan penelitian, karya ilmiah yang dipublikasikan serta artikel-artikel yang berasal dari internet berupa data dan teori yang ada kaitannya dengan dengan masalah yang diteliti.

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui penelitian kepustakaan, yang dilakukan dengan cara mengkaji atau mempelajari serta menelaah literature beruapa buku, jurnal, majalah, maupun skripsi. Penulis juga mengunjungi beberapa situs yang dapat dijadikan referensi maupun sumber data dalam melakukan penelitian.

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis antara lain : 1. Library Research (Studi Literatur)

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan mempelajari buku-buku wajib, seperti catatan kuliah, diktat-diktat dan buku-buku lainnya yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.

2. Field Research (Penelitian Lapangan)

Yaitu mengadakan penelitian langsung kepada perusahaan yang bersangkutan, yang merupakan objek penelitian dengan cara:


(27)

a. Wawancara

Merupakan teknik penelitian dimana peneliti mengadakan komunikasi langsung dengan pihak-pihak perusahaan, meminta dan mempelajari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. b. Observasi

Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti.

c. Penelitian kepustakaan

yaitu dengan cara mempelajari bahan-bahan yang diangggap perlu dan berkaitan dengan masalah yang diteliti untuk memperoleh bahan-bahan yang dapat dijadikan landasan teori.

d. Kuesioner

Suatu cara pengumpulan data dengan menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden, dengan harapan mereka akan memberikan tanggapan terhadap daftar pertanyaan tersebut.

Berikut langkah-langkah pembuatan kuesioner:

1. Menyusun kisi-kisi kuesioner atau daftar pertanyaan

2. Merumuskan item-item pertanyaan dan alternatif jawabannya. Jenis instrumen yang digunakan bersifat tertutup, yaitu karyawan hanya perlu mengisi kuesioner dengan jawaban yang telah disediakan dalam bentuk pilihan ganda.


(28)

3. Menetapkan pemberian skor untuk setiap item pertanyaan. Pada penelitian ini, kriteria pembobotan nilai untuk alternatif jawaban dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.2 Kriteria Bobot Nilai Alternatif

Pilihan Jawaban

Bobot Pernyataan

Positif

Bobot Pernyataan

Negatif

Sangat setuju/selalu/sangat positif 5 1

Setuju/sering/positif 4 2

Ragu-ragu/kadang-kadang/netral/tidak tahu 3 3

Tidak setuju/hampir tidak

pernah/negatif 2 4

Sangat tidak setuju/tidak

pernah/negatif 1 5

Sumber : Riduwan (2007 : 86)

3.5 Populasi, Sample, dan Teknik Penarikan Sample 3.5.1 Populasi

Populasi dalam suatu penelitian merupakan salah satu wilayah sumber data yang dijadikan sebagai subjek penelitian. Suharsimi Arikunto (2006:108) mengemukakan “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah karyawan PT Trisula Textile Industries pada bagian produksi (production directorat) khususnya pada departemen dyeing and finishing periode 20011-2012. Subjek penelitian ini dipilih karena pada departemen tersebut telah diterapkan standar ISO 9001. Jumlah populasi terdiri dari 164 orang karyawan. (sumber: wawancara dengan departemen Human Resources & General Affair PT Trisula Textile Industries).


(29)

Tabel 3.2 Jumlah Karyawan bagian produksi Bulan Januari 2012. Dept. Persiapan 161 Orang

Dept. Weaving & Sizing 180 Orang Dept. Supply Chain 42 Orang Dept. Dyeing Finishing 164 Orang

Dept. Utility 34 Orang

Dept. Engineering 3 Orang

JUMLAH 586 Orang

(Sumber : Departemen Human Resources & General Affair PT Trisula Textile Industries)

Jadi, berdasarkan data tersebut, populasi sasaran dalam penelitian ini adalah sebanyak 164 orang.

3.5.2 Sampel

Penarikan sampel tidak hanya sebatas menarik sebagian populasi yang dilakukan begitu saja, melainkan ada aturan-aturan atau teknik-teknik tertentu. Menggunakan teknik yang tepat akan memungkinkan peneliti dapat menarik data yang reliabel. Karena itu ketentuan-ketentuan dalam penarikan sampel menjadi penting dalam kegiatan penelitian ilmiah. Untuk menentukan sampel dari populasi yang telah ditetapkan perlu dilakukan suatu pengukuran yang dapat menghasilkan jumlah n. Husein Umar (2002:59), mengemukakan bahwa “Ukuran sampel dari suatu populasi dapat menggunakan bermacam-macam cara, salah satunya adalah dengan menggunakan teknik Slovin”.

Untuk menentukan jumlah sampel dengan menggunakan teknik Slovin rumusnya adalah sebagai berikut:

2

1 e

N n

N

 ... (Husein Umar, 2002:141) Keterangan:


(30)

N = Ukuran populasi

e = Taraf kesalahan dalam pengambilan sampel yang masih bisa ditolerir (e=0.1) Berdasarkan rumus di atas maka dapat diukur besarnya sampel sebagai berikut:

 

62 12 , 62 64 , 2 164

1 , 0 164 1

164

2

 

   n n

Untuk kepentingan hasil penelitian, sampel dibulatkan menjadi 69 3.5.3 Teknik penarikan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan ini adalah teknik Simple Random Sampling. Menurut Sugiyono, Simple Random Sampling adalah teknik pengembilan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada di populasi itu (2009:118). Teknik pengambilan ini melalui cara undian atau menggunakan tabel angka acak dengan prinsip pemilihan, setiap anggota atau elemen populasi memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel setelah telebih dahulu menentukan sample frame (kerangka sampel) dan berapa sampel yang akan diambil.

Sample frame (kerangka sampel) dalam penelitian ini adalah nomor urut karyawan berdasarkan daftar hadir di departemen dyeing and finishing periode 2011-2012 seperti pada tabel nomor urut berikut ini:

Tabel 3.3 Kerangka Sampel nomor urut karyawan berdasarkan daftar hadir di departemen dyeing and finishing periode 2011-2012

1 11 21 31 41 51 61 71 81 91 101 111 121 131 141 161 2 12 22 32 42 52 62 72 82 92 102 112 122 132 142 162 3 13 23 33 43 53 63 73 83 93 103 113 123 133 143 163 4 14 24 34 44 54 64 74 84 94 104 114 124 134 144 164 5 15 25 35 45 55 65 75 85 95 105 115 125 135 145


(31)

6 16 26 36 46 56 66 76 86 96 106 116 126 136 146 7 17 27 37 47 57 67 77 87 97 107 117 127 137 147 8 18 28 38 48 58 68 78 88 98 108 118 128 138 148 9 19 29 39 49 59 69 79 89 99 109 119 129 139 149 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150

Setelah diketahui besarnya sampel yaitu sebanyak 69, maka dilakukan teknik mengundi dengan menggunakan Microsoft excel dengan formula =RAND()*(164) yang hasilnya seperti terlihat pada tabel acak berikut:

Tabel 3.4 Output tabel angka acak sampel 55 137 50 61 162 24 54 80 15 143 105 69 139 155 18 123 46 146 75 124 48 27 7 85 40 93 68 157 35 96 113 122 17 39 103 70 135 64 96 103 140 149 86 57 101 147 49 93 106 118 38 130 55 88 4 31 126 41 51 151 76 126 59 158 114 116 100 58 64

Jadi, berdasarkan output tabel angka acak diatas, maka nomor urut karyawan berdasarkan daftar hadir yang tertera di dalam tabel tersebut dipilih menjadi anggota sampel.

3.6 Uji Instrumen 3.6.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu alat untuk menunjukkan seberapa jauh alat ukur itu mengukur apa sebenarnya yang diukur. Yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan keterpercayaannya suatu intrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai tingkat validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang atau rendah berarti memilki validitas yang rendah (Suharsimi Arikunto 2006:168).


(32)

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui valid atau tidaknya kuesioner yang disebar. Dalam uji validitas digunakan metode koefisien Korelasi Pearson (product moment coefisient of corelation) dengan rumus:

2 2



2 2

) ( . ) ( . ) ).( ( . Y Y N X X N Y X XY N rxy          

 ... (Suharsimi Arikunto 2006:274)

Keterangan:

rxy = Menunjukan indeks korelasi antara dua varabel yang dikorelasikan

r = Koefisien validitas item yang dicari, dua variabel yang dikorelasikan

X = Skor yang diperoleh subyek dari seluruh item Y = Skor total yang diperoleh dari seluruh item

ΣX = Jumlah skor dalam distribusi X

ΣY = Jumlah skor dalam distribusi Y

ΣX2

= Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X

ΣY2

= Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y n = Banyaknya responden

Keputusan pengujian validitas dengan menggunakan taraf signifikansi 5% adalah sebagai berikut:

 Jika rhitung > rtabel, maka instrumen dikatakan valid.

 Jika rhitung ≤ rtabel, maka instrumen dikatakan tidak valid.

Dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows , dengan hasil yang tercantum pada tabel 3.5 berikut :

Tabel 3.5

Hasil Pengujian Validitas Variabel Penerapan Standar ISO 9001

No Bulir r hitung r tabel Keterangan

1 0,776 0.468 Valid

2 0,714 0.468 Valid

3 0,719 0.468 Valid

4 0,531 0.468 Valid

5 0,796 0.468 Valid

6 0,700 0.468 Valid


(33)

8 0,486 0.468 Valid

9 0,827 0.468 Valid

10 0,790 0.468 Valid

11 0,815 0.468 Valid

12 0,779 0.468 Valid

13 0,562 0.468 Valid

14 0,473 0.468 Valid

15 0,741 0.468 Valid

16 0,520 0.468 Valid

Tabel 3.6

Hasil Pengujian Validitas Variabel Kualitas Produk

No Bulir r hitung r tabel Keterangan

1 0,775 0.468 Valid

2 0,881 0.468 Valid

3 0,804 0.468 Valid

4 0,544 0.468 Valid

5 0,650 0.468 Valid

6 0,748 0.468 Valid

7 0,649 0.468 Valid

8 0,492 0.468 Valid

Pengujian validitas instrumen ini dilakukan terhadap 20 responden dengan tingkat kesalahan (alpha) 0,05 dengan n = 20-2 = 18 maka didapat r tabel sebesar 0,468. Melihat hasil pengujian validitas, maka dapat disimpulkan seluruh kuesioner penerapan standar ISO 9001 (X) dan kualitas produk (Y) dinyatakan valid, karena setiap bulir pernyataan memiliki r hitung lebih besar dari r tabel, sehingga bulir pernyataan tersebut dapat dijadikan sebagai alat ukut penelitian. 3.6.2 Uji Reliabilitas

Instrumen penelitian disamping harus valid, juga harus dapat dipercaya (reliabel). Suharsimi Arikunto (2006:178) menyatakan bahwa realibilitas menunjukan pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrument yang sudah dapat dipercaya, yang realibel akan menghasilkan


(34)

data yang dapat dipercaya. Oleh karena itu digunakan uji reliabilitas yang gunanya untuk mengetahui ketepatan nilai kuesioner, artinya instrumen penelitian bila diujikan pada kelompok yang sama walaupun pada waktu yang berbeda hasilnya akan sama.

Untuk instrumen yang di dalamnya terdapat skor yang berbentuk rentangan antara beberapa nilai atau yang berbentuk skala bertingkat (1-3,1-5,1-7, dan seterusnya), seperti pertanyaan dalam bentuk uraian dan angket yang berstruktur, rumus pengujian validitas yang paling tepat digunakan adalah rumus Cronbanch Alpha (Suharsimi Arikunto, 2006:196).

Suatu instrumen penelitian diindikasikan memiliki tingkat reliabilitas yang memadai jika koefisien Alpha Croanbach lebih besar atau sama dengan 0,70. Formula rumus Koefisien Alpha Cronbach (Cα) adalah sebagai berikut:

... (Suharsimi Arikunto, 2006:196)

Keterangan:

r11 = Reliabilitas instrumen k = Banyaknya butir pertanyaan

σ

b2 = Jumlah varians butir

σ

t2 = Varians total

Sedangkan rumus variansnya adalah sebagai berikut:

2 2

2

( x)

x

n n

  

 ... (Suharsimi Arikunto, 2006:184)

Keterangan:

σ

t2 = Varians total

∑X = Jumlah skor item


(35)

n = Jumlah responden

Ketentuan uji reliabilitas ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jika rhitung ≥ rtabel dengan tingkat signifikansi 0,05 maka item pertanyaan dikatakan realiabel.

2. Jika rhitung ≤ rtabel dengan tingkat signifikansi 0,05 maka item pertanyaan dikatakan tidak realiabel.

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Nilai r hitung Nilai r tabel Keterangan

Penerapan Standar ISO 9001 0.918 0.700 Reliabel

Kualitas Produk 0.841 0.700 Reliabel

Hasil uji reabilitas variael X dan variabel Y pada tabel 3.6 menunjukan bahwa kedua variabel dinyatakan reliabel. Penulis dapat menyimpulkan bahwa instrumen penelitian dapat dinyatakan valid dan reliabel. Hal tersebut berarti penelitian ini dapat dilanjutkan artinya tidak ada sesuatu hal yang menjadikan kendala terjadinya kegagalan dalam penelitian yang dikarenankan belum teruji kevalidan dan kereabilitasannya.

3.7 Rancangan Analisis Data dan Uji Hipotesis 3.7.1 Rancangan Analisis Data

Setelah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengolah dan menafsirkan data sehingga dari hasil tersebut dapat dilihat apakah terdapat pengaruh antara variabel penerapan standar ISO 9001 (X) dan variabel kualitas produk (Y).

Secara garis besar menurut Sugiyono (2002:74), langkah-langkah pengolahan data yaitu :

1. Editing, yaitu pemeriksaan kuesioner yang terkumpul kembali setelah diisi oleh responden. Pemeriksaan tersebut menyangkut kelengkapan pengisian angket secara menyeluruh


(36)

2. Coding, yaitu pemberian kode atau skor untuk setiap opsen dari item berdasarkan ketentuan yang ada, dimana untuk menghitung bobot nilai dari setiap pernyataan dalam kuesioner menggunakan skala Likert kategori lima. 3. Tabulating, dalam hal ini hasil coding dituangkan kedalam tabel rekapitulasi

secara lengkap untuk seluruh item setiap variabel. Adapun tabel rekapitulasi tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 3.8

Rekapitulasi Hasil Skoring Angket

Responden Skor Item n

1 2 3 4

1 2 3 n

Sumber : (Sugiyono, 2002:28) 4. Analisis data

Menentukan kedudukan variabel penerapan standar ISO 9001 (X) dan variabel Kualitas Produk (Y) dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menentukan jumlah skor kriterium (SK) dengan rumus : SK = ST x JB x JR

Keterangan :

SK = Skor Kriterium ST = Skor Tertinggi JB = Jumlah Bulir JR = Jumlah Responden

b. Membandingkan jumlah skor hasil kuesioner dengan jumlah skor kriterium, untuk mencari jumlah skor hasil kuesioner dengan rumus :


(37)

Keterangan :

xi = jumlah skor hasil kuesioner variabel x

x1 - xn = jumlah skor kuesioner masing-masing responden

c. Membuat daerah kategori kontinum menjadi lima tingkatan yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Langkah-langkahnya sebagai berikut :

1) Menentukan kontinum tertinggi dan terendah Tinggi : SK = ST x JB x JR Rendah : SK = SR x JB x JR Keterangan :

ST = skor tertinggi SR = skor terendah JB = jumlah bulir JR = jumlah responden

2) Menentukan selisih skor kontinum dari setiap tingkatan rumus :

3) Selanjutnya menentukan daerah kontinum sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah dengan cara menambahkan selisih (R) dari mulai kontinum tinggi sampai rendah membuat garis kontinum dan menentukan daerah letak skor hasil penelitian

5

umrendah skorkontin

umtinggi skorkontin


(38)

Sangat Tinggi Sedang Rendah Sangat Tinggi Rendah

Rentang Nilai

Gambar 3.1 Garis Kontinum Penelitian Sumber : Riduwan (2007:88)

4) Menentukan persentase letak skor hasil penelitian (rating scale) dalam garis kontinum (S/Skor maksimal x 100%).

Method of Successive Interval (MSI)

Merubah data ordinal ke interval. Mengingat data variabel penelitian seluruhnya diukur dalam bentuk sekala ordinal, sementara pengolahan data dengan penerapan statistik parametrik mensyaratkan data sekurang-kurangnya harus diukur dalam skala interval. Dengan demikian semua data ordinal yang terkumpul terlebih dahulu akan ditransformasi menjadi skala interval dengan menggunakan method of successive interval (MSI). Langkah-langkah untuk melakukan transformasi data tersebut adalah sebagai berikut:

a. Perhatikan setiap butir dan menentukan banyaknya frekuensi berdasarkan banyaknya orang yang menjawab skor 1, 2, 3, 4, 5.

b. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut proposisi, dengan menggunakan rumus : Pi = f/N

c. Dengan menggunakan tabel distribusi normal, hitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh

d. Tentukan nilai densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh e. Menghitung Scala Value (SV) dengan rumus:


(39)

SV = Density Lower Limit – Density at Upper Limit Area Under Upper Limit – Area Under Liwer Limit f. Tentukan nilai transformasi dengan menggunakan rumus

Y = NS + k K = [1 + │Nsmin│]

Langkah-langkah diatas jika dijabarkan dalam bentuk tabel akan terlihat seperti berikut :

Tabel 3.9

Pengubahan Data Ordinal Ke Interval

Kriteria / Unsur 1 2 3 4 5

Frekuensi Proporsi

Proporsi Kumulatif Nilai

Scala Value

Catatan : Skala terkecil dibuat sebesar 1, maka SV terkecil adalah +1

Analisis Korelasi

Hubungan dua variabel terdiri dari dua macam yaitu hubungan positif dan hubungan yang negatif. Hubungan X dan Y dikatakan positif apabila kenaikan (penurunan) X pada umunya diikiti oleh kenaikan (penurunan) Y. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui kuat atau tidaknya hubungan antara X dan Y disebut koefisien korelasi (r). Nilai koefisien korelasi paling sedikit -1 dan paling besar 1

(-1 ≤ r ≥ 1) artinya :

- Jika nilai r = +1 atau mendekati +1, maka korelasi antara kedua variabel sangat kuat dan positif.

- Jika nilai r = -1 atau mendekati -1, maka korelasi antara kedua variabel sangat kuat dan negatif

- Jika nilai r = 0 atau mendekati 0, maka korelasi variabel yang diteliti tidak ada sama sekali atau sangat lemah.


(40)

Untuk mengetahui tingkat hubungan kedua variabel tersebut maka dapat dilihat pada tabel 3.9 berikut ini:

Tabel 3.10

Derajat Hubungan Antar Variabel

Interval Koefisien Tingkat hubungan

0.80 – 1.000 0.60 – 0.799 0.40 – 0.599 0.20 – 0.399 0.00 – 0.199

Sangat kuat Kuat Cukup Kuat

Rendah Sangat Rendah Sumber: Sugiyono (2009:203)

Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regrasi digunakan bila peneliti bermaksud ingin mengetahui kondisi diwaktu yang akan datang dengan suatu dasar keadaan sekarang atau ingin melihat kondisi di waktu lalu dengan dasar keadaan sekarang, di mana sifat ini merupakan prediksi atau taksiran. Arti kata prediksi bukanlah merupakan hal yang pasti, tetapi merupakan suatu keadaan yang mendekati kebenaran.

Peneliti menggunakan analisis regresi bila bermaksud ingin mengetahui bagaimana variabel dependen/kriteria dapat diprediksikan melalui variabel independen atau prediktor, secara individual. Dampak dari penggunaan analisis regresi dapat digunakan untuk memutuskan apakah naik dan menurunnya variabel dependen dapat dilakukan melalui menaikkan dan menurunkan keadaan variabel independen, atau untuk meningkatkan keadaan variabel dependen dapat dilakukan dengan meningkatkan variabel independen/dan sebaliknya (Sugiyono, 2004:204). Analisis ini didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen, yaitu standar kualitas ISO 9001 sebagai variabel independen (X) dan kualitas produk sebagai variabel dependen


(41)

(Y). Untuk bisa membuat ramalan melalui regresi, maka data setiap variabel harus tersedia. Selanjutnya berdasarkan data itu peneliti harus dapat menemukan persamaan regresi linier sederhana melalui perhitungan.

Persamaan umum regresi linier sederhana adalah :

Keterangan :

Y = Subjek/nilai dalam variabel dependen yang diprediksikan. a = Nilai Y bila X = 0 (harga konstan)

b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel idependen yang didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan.

X = Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis regresi adalah sebagai berikut:

a. Mencari harga-harga yang akan digunakan dalam menghitung koefisien a dan b, yaitu: ΣXi, ΣYi, ΣXiYi, ΣXi2, ΣYi2, dan

b. Mencari koefisien regresi a dan b dengan rumus yang dikemukakan Sugiyono (2004: 206) sebagai berikut:

Nilai dari a dan b pada persaman regresi linier dapat dihitung dengan rumus

b= 2 1 1 2 1 1 1                                           n i n i i n i n i n i Xi X n Yi Xi XiYi n


(42)

Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui besarnya sumbangan sebuah variabel bebas terhadap variasi (naik/turunnya) variabel terikat maka digunakan koefisien determinasi (KD) dengan rumus berikut :

Keterangan :

KD = koefisien determinasi r = koefisien korelasi 3.7.2 Uji Hipotesis

Suatu koefisien haruslah merupakan suatu nilai yang signifikan. Untuk menguji keberartian koefisien korelasi dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menentukan :

H0 : rs ≤ 0, yaitu penerapan standar ISO 9001 tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas produk atau pengaruhnya negatif.

H1 : rs > 0, yaitu penerapan standar ISO 9001 mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas produk atau pengaruhnya positif.

b. Menentukan taraf signifikansi

Dalam masalah ini, interval keyakinan yang digunakan 95% sehingga tingkat kesalahan sebesar 5% atau 0.05.


(43)

c. Menentukan thitung dengan rumus :

t hitung = rs

dimana : rs = koefisien korelasi spearman rs2 = koefisien determinasi n = banyaknya responden

kemudian akan diperoleh distribusi student dengan tingkat kebebasan dk= n-2

d. Kesimpulan

e. Melalui nilai dk dan taraf signifikan, diperoleh nilai t melalui tabel dan keputusan yang diambil adalah :

- Ho diterima jika thitung < ttabel

Artinya tidak dapat pengaruh antara penerapan standar ISO 9001 dan kualitas produk.

- Ha diterima jika thitung > ttabel

artinya terdapat pengaruh antara penerapan standar ISO 9001 dan kualitas produk.


(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap karyawan PT Trisula Textile Industries untuk mengetahui pengaruh penerapan standar ISO 9001 terhadap kualitas produk pada PT Trisula Textile Industries dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara umum gambaran penerapan standar ISO 9001 yang meliputi indikator fokus pada pelanggan, kepemimpinan, keterlibatan orang-orang, pendekatan proses, pendekatan sistem, dan perbaikan berkelanjutan dinilai sudah berjalan dengan optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari jawaban responden yang mayoritas berada pada kategori tinggi. Skor tertinggi terdapat pada indikator fokus pada pelanggan dengan tingkat/ukuran kebutuhan dan harapan pelanggan. Sedangkan skor terendah terdapat pada indikator pendekatan proses dengan tingkat proses input dan output.

2. Secara umum gambaran kualitas produk yang meliputi indikator kesesuaian dengan spesifikasi, keandalan, pengerjaan yang benar saat pertama kali (right first time, every time), dan tanpa kesalahan (zero defect) dinilai sudah berada pada kategori cukup baik oleh responden dalam penelitian ini. Hal tersebut dapat dilihat dari jawaban responden yang mayoritas berada pada kategori sedang. Skor tertinggi terdapat pada indikator pengerjaan yang benar saat pertama kali (Right First Time, Every Time) dengan tingkat pengawasan


(45)

terhadap proses produksi. Sedangkan skor terendah terdapat pada indikator tanpa kesalahan (zero defect) dengan tingkat pengukuran terjadinya produk cacat.

3. Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh penerapan standar ISO 9001 terhadap kualitas produk pada PT Trisula Textile Industries, diperoleh kesimpulan bahwa penerapan standar ISO 9001 berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas produk. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa hubungan penerapan standar ISO 9001 dengan kualitas produk berada pada kategori sedang.

5.2. Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian mengenai pengaruh penerapan standar ISO 9001 terhadap kualitas produk pada PT Trisula Textile Industries, penulis mengajukan beberapa saran yang dapat dijadikan solusi dari permasalahan dan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pihak manajemen dalam menentukan kebijakan organisasinya di masa yang akan datang, yaitu:

1. Berdasarkan hasil penelitian, sebaiknya PT Trisula Textile Industries harus berupaya lebih keras dalam melakukan pendekatan proses khususnya dalam menentukan proses input dan output. Diantaranya, dengan melakukan pengecekan secara intensif mengenai jenis kain yang akan dipakai, kesiapan mesin produksi, hingga output kain jadi yang harus sesuai dengan standar yang ditetapkan. Selain itu, pemeliharaan aset-aset produksi seperti mesin


(46)

produksi harus dilakukan secara berkala agar penggunaannya dapat dioptimalkan sampai habis masa pakainya.

2. Berdasarkan hasil penelitian, langkah-langkah yang menuju tanpa kesalahan (zero defect) harus lebih dioptimalkan. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan bagi perusahaan karena kualitas produk yang berada pada grade/kelas terbaik memiliki nilai jual yang tinggi. Langkah-langkah tersebut dapat dilakukan pada saat melakukan persiapan sebelum proses produksi hingga tahap produk akhir, seperti memastikan bahan baku yang digunakan berkualitas dari mulai kain dan pewarna kain yang sesuai dengan keinginan konsumen, melakukan tindakan pencagahan terhadap kemungkinan kesalahan, seperti memastikan formula warna kain sesuai dengan keinginan konsumen, serta mengoptimalkan kontrol kualitas sehingga produk cacat dapat diminimalisir.

3. Dalam penelitian ini, penulis hanya meneliti variabel penerapan standar ISO 9001 yang mempengaruhi kualitas produk. Masih banyak vaiabel lain yang secara teoritis dapat mempengaruhi kualitas produk. Hal tersebut diperlukan adanya penelitian lebih lanjut terhadap variabel-variabel lain yang mempengaruhi kualitas produk yang tidak diteliti oleh penulis.


(47)

o Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan. Jakarta: PT.

Asdi Mahasatya.

o Data dari bagian Human Resources & General Affair PT Trisula Textile Industries

tahun 2012

o Data dari bagian Quality Assurance PT Trisula Textile Industries tahun 2010-2011 o Brennan, L. (2011). The McGraw-Hill 36-Hour Course: Operational Management.

McGraw-Hill.

o Brown, S., Blackmon, K., Cousins, P., and Maylor, H. (2001). Operations

Management Policy, practice and performance Improvement. Butterworth-Heinemann.

o Brown, S., Lamming, R., Bessant, J., and Jones, P. (2005). Strategic Operation

Management Second Edition. Butterworth-Heinemann.

o Evans R. James, Lindsay M. William. (2011). The management and Control of

Quality Eight Edition. South-western cengage learning.

o Heizer, J dan Render, B. (2006). Manajemen Operasi Edisi 7. Jakarta: Salemba

Empat

o Gasperz, V. (2002). ISO 90001:2000 and Continual Improvement. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama

o Hoyle, D. (2001). ISO 9000 Quality System Handbook Fourth Edition.


(48)

o . (2009). ISO 9000 Quality System Handbook Sixth Edition.

Butterworth-Heinemann.

o Husein, Umar. (2002). Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.

o Juran, J.M. (1999). Juran’s Quality Handbook Fifth Edition. McGraw-Hill o Riduwan. (2007). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta. o Sallis, Edward. (2005). Total Quality Management in Education Third Edition.

Taylor & Francis e-Library

o Sugiyono. (2002). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. o . (2004). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. o . (2005). Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung.

o . (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

o . (2008). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. o . (2009). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

o Tim BSN (2009). Pengantar Standarisasi Edisi Pertama. Badan Standarisasi

Nasional. Jakarta

Sumber Internet

o Miranti, Ermina. (2007) Mencermati Kinerja Tekstil Indonesia : Antara Potensi Dan


(49)

o SNI Penguat Daya Saing Bangsa Bab V: Sektor Industri Tekstil dan Produk

Tekstil.(2010).[online].Tersedia:www.bsn.go.id/files/1704711/genapsnibuku/B AB_5.pdf. [september 2011].

o Majalah media industri edisi januari.(2011).[online].Tersedia:

www.kemenperin.go.id/majalah/8/media-industri. [juli 2011]

o Workshop UNIDO 2011 yang berjudul Implementation of ISO 9001 Quality

Management System in Asia Development Countries: survey Covering System Development, Certification, Accreditation, and Economic Benefits.(2011).

[online].Tersedia:www.qcin.org/nabcb/pop/iwp.pdf. [september 2011]

o


(1)

154

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap karyawan PT Trisula Textile Industries untuk mengetahui pengaruh penerapan standar ISO 9001 terhadap kualitas produk pada PT Trisula Textile Industries dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara umum gambaran penerapan standar ISO 9001 yang meliputi indikator fokus pada pelanggan, kepemimpinan, keterlibatan orang-orang, pendekatan proses, pendekatan sistem, dan perbaikan berkelanjutan dinilai sudah berjalan dengan optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari jawaban responden yang mayoritas berada pada kategori tinggi. Skor tertinggi terdapat pada indikator fokus pada pelanggan dengan tingkat/ukuran kebutuhan dan harapan pelanggan. Sedangkan skor terendah terdapat pada indikator pendekatan proses dengan tingkat proses input dan output.

2. Secara umum gambaran kualitas produk yang meliputi indikator kesesuaian dengan spesifikasi, keandalan, pengerjaan yang benar saat pertama kali (right first time, every time), dan tanpa kesalahan (zero defect) dinilai sudah berada pada kategori cukup baik oleh responden dalam penelitian ini. Hal tersebut dapat dilihat dari jawaban responden yang mayoritas berada pada kategori sedang. Skor tertinggi terdapat pada indikator pengerjaan yang benar saat


(2)

155

terhadap proses produksi. Sedangkan skor terendah terdapat pada indikator tanpa kesalahan (zero defect) dengan tingkat pengukuran terjadinya produk cacat.

3. Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh penerapan standar ISO 9001 terhadap kualitas produk pada PT Trisula Textile Industries, diperoleh kesimpulan bahwa penerapan standar ISO 9001 berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas produk. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa hubungan penerapan standar ISO 9001 dengan kualitas produk berada pada kategori sedang.

5.2. Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian mengenai pengaruh penerapan standar ISO 9001 terhadap kualitas produk pada PT Trisula Textile Industries, penulis mengajukan beberapa saran yang dapat dijadikan solusi dari permasalahan dan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pihak manajemen dalam menentukan kebijakan organisasinya di masa yang akan datang, yaitu:

1. Berdasarkan hasil penelitian, sebaiknya PT Trisula Textile Industries harus berupaya lebih keras dalam melakukan pendekatan proses khususnya dalam menentukan proses input dan output. Diantaranya, dengan melakukan pengecekan secara intensif mengenai jenis kain yang akan dipakai, kesiapan mesin produksi, hingga output kain jadi yang harus sesuai dengan standar yang ditetapkan. Selain itu, pemeliharaan aset-aset produksi seperti mesin


(3)

156

produksi harus dilakukan secara berkala agar penggunaannya dapat dioptimalkan sampai habis masa pakainya.

2. Berdasarkan hasil penelitian, langkah-langkah yang menuju tanpa kesalahan (zero defect) harus lebih dioptimalkan. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan bagi perusahaan karena kualitas produk yang berada pada grade/kelas terbaik memiliki nilai jual yang tinggi. Langkah-langkah tersebut dapat dilakukan pada saat melakukan persiapan sebelum proses produksi hingga tahap produk akhir, seperti memastikan bahan baku yang digunakan berkualitas dari mulai kain dan pewarna kain yang sesuai dengan keinginan konsumen, melakukan tindakan pencagahan terhadap kemungkinan kesalahan, seperti memastikan formula warna kain sesuai dengan keinginan konsumen, serta mengoptimalkan kontrol kualitas sehingga produk cacat dapat diminimalisir.

3. Dalam penelitian ini, penulis hanya meneliti variabel penerapan standar ISO 9001 yang mempengaruhi kualitas produk. Masih banyak vaiabel lain yang secara teoritis dapat mempengaruhi kualitas produk. Hal tersebut diperlukan adanya penelitian lebih lanjut terhadap variabel-variabel lain yang mempengaruhi kualitas produk yang tidak diteliti oleh penulis.


(4)

155

DAFTAR PUSTAKA

o Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan. Jakarta: PT.

Asdi Mahasatya.

o Data dari bagian Human Resources & General Affair PT Trisula Textile Industries

tahun 2012

o Data dari bagian Quality Assurance PT Trisula Textile Industries tahun 2010-2011 o Brennan, L. (2011). The McGraw-Hill 36-Hour Course: Operational Management.

McGraw-Hill.

o Brown, S., Blackmon, K., Cousins, P., and Maylor, H. (2001). Operations

Management Policy, practice and performance Improvement. Butterworth-Heinemann.

o Brown, S., Lamming, R., Bessant, J., and Jones, P. (2005). Strategic Operation

Management Second Edition. Butterworth-Heinemann.

o Evans R. James, Lindsay M. William. (2011). The management and Control of

Quality Eight Edition. South-western cengage learning.

o Heizer, J dan Render, B. (2006). Manajemen Operasi Edisi 7. Jakarta: Salemba

Empat

o Gasperz, V. (2002). ISO 90001:2000 and Continual Improvement. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama

o Hoyle, D. (2001). ISO 9000 Quality System Handbook Fourth Edition.


(5)

156

o . (2006). ISO 9000 Quality System Handbook Fifth Edition.

Butterworth-Heinemann.

o . (2009). ISO 9000 Quality System Handbook Sixth Edition.

Butterworth-Heinemann.

o Husein, Umar. (2002). Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.

o Juran, J.M. (1999). Juran’s Quality Handbook Fifth Edition. McGraw-Hill o Riduwan. (2007). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta. o Sallis, Edward. (2005). Total Quality Management in Education Third Edition.

Taylor & Francis e-Library

o Sugiyono. (2002). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. o . (2004). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. o . (2005). Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta: Bandung.

o . (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

o . (2008). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. o . (2009). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

o Tim BSN (2009). Pengantar Standarisasi Edisi Pertama. Badan Standarisasi

Nasional. Jakarta

Sumber Internet


(6)

157

Tersedia:http://www.bni.co.id/Portals/0/Document/Ulasan%20Ekonomi/Artike l%20Ekonomi%20dan%20Bisnis/tekstil.pdf [Agustus 2011]

o SNI Penguat Daya Saing Bangsa Bab V: Sektor Industri Tekstil dan Produk

Tekstil.(2010).[online].Tersedia:www.bsn.go.id/files/1704711/genapsnibuku/B AB_5.pdf. [september 2011].

o Majalah media industri edisi januari.(2011).[online].Tersedia:

www.kemenperin.go.id/majalah/8/media-industri. [juli 2011]

o Workshop UNIDO 2011 yang berjudul Implementation of ISO 9001 Quality

Management System in Asia Development Countries: survey Covering System Development, Certification, Accreditation, and Economic Benefits.(2011). [online].Tersedia:www.qcin.org/nabcb/pop/iwp.pdf. [september 2011]

o