STUDI TENTANG MANAJEMEN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH(BOS): Kontribusi Manajemen BOS dan Kinerja Mengajar Guru terhadap Efektivitas Pembelajaran di SMP Negeri Se-Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka).

(1)

`DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN... i

LEMBAR PERSETUJUAN... ii

PERNYATAAN... iii

ABSTRAK... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Kerangka Pemikiran ... 13

F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 15

G. Asumsi/Paradigma Penelitian ... 18

H. Hipotesis Penelitian ... 19

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 21

A. Pengembangan Sekolah dalam Konteks Administrasi Pendidikan ... 21

1. Konsep Administrasi Pendidikan ... 22

2. Inovasi Pendidikan Pada Tingkat Sekolah ... 26

3. Proses Perubahan ... 27


(2)

1. Peran Guru dalam Pembelajaran Siswa ... 32

2. Desain Pembelajaran ... 34

3. Pembelajaran Efektif ... 36

C. Konsep Pembiayaan Pendidikan ... 40

1. Pengertian Biaya Pendidikan ... 40

2. Sumber-Sumber Biaya Pendidikan ... 41

D. Klasifikasi Biaya ... 42

1. Biaya Langsung ... 43

2. Biaya Tak Langsung (Indirect Cost) ... 44

3. Private Cost dan Sosial Cost ... 44

4. Monetery And Non Monetery Cost ... 44

E. Manajemen Pembiayaan Pendidikan ... 45

1. Perencanaan Pembiayaan atau Penganggaran ... 46

2. Implementasi ... 47

3. Pengendalian ... 47

4. Pertanggungjawaban/Akuntabilitas ... 48

5. Pelaporan ... 49

F. Mengukur Manfaat Biaya Pendidikan (Cost Benefit Analisis).. 50

G. Posisi Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Pada Pembiayaan Pendidikan Dasar 9 Tahun ... 52

1. Sasaran Program BOS dan Besar Bantuan ... 52

2. Sekolah Penerima BOS ... 53


(3)

4. Program BOS dan Program Wajar Dikdas 9 Tahun

yang Bermutu ... 55

5. Penggunaan Dana BOS ... 56

H. Manajemen Keuangan Sekolah ... 60

1. Strategi Sekolah dalam Pengelolaan Dana ... 61

2. Perencanaan Pengelolaan Dana ... 63

3. Prosedur Penyusunan Anggaran ... 64

4. Penyusunan Pendapatan dan Pengeluaran Angaran Belanja Sekolah ... 66

5. Prosedur Pengaturan ... 67

I. Kinerja Mengajar Guru ... 70

1. Pengertian Kinerja Mengajar Guru ... 70

2. Profesional dan Kompetensi Guru ... 72

J. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 81

BAB III METODE PENELITIAN ... 84

A. Pendekatan Penelitian ... 84

B. Lokasi Penelitian ... 84

C. Metode Penelitian ... 85

D. Penentuan Populasi dan Sampel ... 85

1. Populasi ... 85

2. Sampel ... 86

E. Jenis dan Sumber Data ... 87


(4)

2. Metode Pengumpulan Data ... 87

3. Prosedur Pengolahan Data/Analisis Data ... 89

F. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 97

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 98

A. Hasil Penelitian ... 98

1. Analisis Data ... 98

2. Deskripsi Data ... 99

3. Pengujian Persyaratan Analisis ... 110

4. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 127

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 141

1. Hasil Analisis Deskriptif Variabel X1,X2, dan Y ... 141

2. Deskripsi Kontribusi Variabel X1 terhadap Y ... 142

3. Deskripsi Kontribusi Variabel X2 terhadap Y ... 143

4. Deskripsi Kontribusi Variabel X1 terhadap X2 ... 145

5. Deskripsi Kontribusi Variabel X1 dan X2 Terhadap Y ... 145

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 147

A. Kesimpulan ... 147

B. Rekomendasi ... 148

DAFTAR PUSTAKA ... 151

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 155

1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 155

2. Instrumen Penelitian ... 159


(5)

4. Hasil Analisis Distribusi Frekuensi ... 173

5. Hasil Analisis Uji Normalitas ... 179

6. Hasil Analisis Regresi ... 180

7. Hasil Analisis Korelasi ... 192

8. Hasil Analisis Validitas dan Reliabilitas ... 194

9. Hasil Analisis Uji Homogenitas & Linieritas ... 203

9. Surat Keputusan Pengangkatan Pembimbing Tesis ... 204

10. Surat Permohonan Izin Mengadakan Penelitian ... 205

11. Surat Izin Penelitian dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka ... 206


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Ciri-Ciri Sekolah Efektif ... 32

2. Hasil Seleksi Penyebaran Angket ... 95

3. Kecenderungan Variabel X1 Manajemen BOS ... 96

4. Mean, Median, Modus dan Standar Deviasi Variabel (X1) ... 97

5. Distribusi Frekuensi Variabel (X1) ... 99

6. Kecenderungan Variabel X2 ... 100

7. Mean, Median, Modus dan Standar Deviasi (X2) ... 101

8. Distribusi Frekuensi Variabel (X2) ... 103

9. Kecenderungan Variabel Y ... 104

10. Mean, Median, Modus dan Standar Deviasi Variabel Efektivitas Pembelajaran (Y) ... 105

11. Distribusi Frekuensi Variabel Efektivitas Pembelajaran (Y) ... 106

12. Data Uji Normalitas Hasil Penelitian ... 108

13. Hasil Analisis Homogenitas X1 dengan Y ... 111

14. Hasil Analisis Homogenitas X2 dengan Y ... 111

15. Hasil Uji Linieritas X1 dengan Y ... 112

16. Hasil Uji Linieritas X2 dengan Y ... 113

17. Rekapitulasi Korelasi Antar Variabel ... 114


(7)

19. Hasil Persamaan Linieritas Regresi Sederhana X1 terhadap Y ... 120

20. Hasil Analisis Varian X1 terhadap Y ... 121

21. Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R2) X2 & Y ... 123

22. Hasil Persamaan Linieritas Regresi Sederhana X2 terhadap Y ... 123

23. Hasil Analisis Varian X2 terhadap Y ... 124

24. Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R2) X2 dan Y .... 126

25. Hasil Persamaan Linieritas Regresi Sederhana X2 terhadap Y ... 126


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran Variabel Penelitian ... 15

2. Sistem Administrasi Pendidikan ... 23

3. Histogram Skor Manajeman BOS (X1) ... 100

4. Histogram Skor Kinerja Guru (X2) ... 104

5. Histogram Skor Efektivitas Pembelajaran (Y) ... 107

6. Histogram Normalitas Mana BOS (X1) ... 109

7. Histogram Normalitas Kinerja Guru (X2) ... 110


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ………. 151

2. Instrumen Penelitian ………. 155

3. Data Hasil Eksplorasi ……… 161

4. Hasil Analisis Distribusi Frekuensi ……….. 167

5. Hasil Analisis Uji Normalitas ……… 173

6. Hasil Analisis Regresi ……… 174

7. Hasil Analisis Korelasi ……….. 186

8. Hasil Analisis Validitas dan Reliabilitas ……… 188

9. Hasil Analisis Uji Homogenitas dan Linieritas ……….. 199

10. Surat Keputusan Pengangkatan Pembimbing Tesis ……… 204

11. Surat Permohonan Izin Mengadakan Penelitian ………. 205

12. Surat Izin Penelitian dari Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka ……… 206


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7 – 15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Konsekuensi dari undang-undang tersebut maka pemerintah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs serta satuan pendidikan yang sederajat).

Pendidikan sebagai salah satu bagian terpenting dalam proses pembangunan nasional merupakan salah satu faktor penentu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Oleh karena itu, pendidikan dipandang sebagai suatu investasi dalam pengembangan sumberdaya manusia. Fungsi pendidikan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengamanatkan bahwa:

Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan yang diinginkan dari pendidikan nasional tersebut jelas berkenaan dengan pembentukan akhlak manusia yang lebih baik dengan berbagai karakteristiknya. Agar tujuan pendidikan nasional tercapai maka pendidikan harus dikenyam oleh setiap orang. Hal ini dinyatakan dalam Bab V pasal 5 ayat 1 yang


(11)

berbunyi bahwa “Setiap warga Negara Mempunyai hak sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.” Pasal 11 ayat 1 lebih menegaskan kepada hal siapa yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan yang idealnya dapat dinikmati oleh seluruh warga negara. Pasal tersebut berbunyi: “Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminatif.”

Pasal tersebut jelas menegaskan bahwa sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk memberikan kesempatan dan kemudahan untuk mendapatkan pendidikan bagi setiap warga negara. Pasal tersebut juga mengandung arti bahwa pendidikan itu bertujuan memberikan peluang yang sama kepada seluruh warga negaranya untuk bersama-sama belajar, menuntut ilmu dan memperoleh pendidikan yang layak sesuai dengan kebutuhan dan tingkat usianya.

Untuk memperoleh pendidikan yang baik dan bermutu, banyak hal yang harus dipersiapkan agar proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien. Salah satu sarana untuk melaksanakan pendidikan yang bermutu adalah perihal yang berkenaan pembiayaan. Pendidikan yang bermutu dan perluasan kesempatan belajar akan dapat dicapai antara lain, apabila tersedia dana yang mencukupi. Untuk menyediakan berbagai sumber dan fasilitas yang dibutuhkan, sehubungan dengan mutu yang diharapkan, tentu biayanya tidak murah. Oleh karena itu, penyelenggaraan pendidikan yang bermutu membutuhkan dana yang besar dan menuntut pelaksanaan pengelolaan yang baik, efektif dan transparan.


(12)

Dalam upaya menyelenggarakan dan meningkatkan sistem pendidkan yang bermutu tersebut, biaya merupakan komponen yang sangat penting, malah dapat dikatakan, bahwa proses pendidikan tidak dapat berjalan tanpa dukungan biaya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh (Dedi Supriadi 2003 : 3) yang mengatakan bahwa:

Biaya pendidikan merupakan salah satu komponen masukan instrumental (instrumental input) yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan (di sekolah). Dalam setiap upaya pencapaian tujuan pendidikan, baik tujuan yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif biaya pendidikan memiliki peranan yang sangat menentukan. Hampir tidak ada upaya pendidikan yang dapat mengabaikan peranan biaya, sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa biaya, proses pendidikan (di sekolah) tidak akan berjalan.

Berkaitan dengan biaya, (Zymelman: 1975) dalam Pengelolaan Pendidikan mengemukakan bahwa:

Pembiayaan pendidikan tidak hanya menyangkut analisis sumber-sumber dana tetapi juga menyangkut penggunaan dana-dana itu secara efisien. Makin efesien suatu system pendidikan, semakin kecil dana yang diperlukan untuk pencapaian tujuan-tujuan pendidikan itu. Oleh karena itu, dengan pengelolaan biaya secara baik akan membantu meningkatkan efisiensi penyelenggaraan pendidikan. Artinya dengan anggaran yang tersedia dapat mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang lebih produktif, efektif, efisien dan relevansi antara kebutuhan di bidang pendidikan dengan pembangunan dan masyarakat.

Setiap biaya pendidikan yang dialokasikan untuk menunjang pelaksanaan program pendidikan di sekolah dituntut tanggung jawab rasional dan moral. Tanggung jawab rasional ialah tanggung jawab yang diberikan secara administranif. Dan secara moral adalah sejauh mana dana yang digunakan itu dimanfaatkan untuk kepentingan perkembangan peserta didik selama mengikuti pelajaran di sekolah. Dengan demikian program-program yang ditujuakan untuk menciptakan iklim proses belajar mengajar yang kondusif sehingga menunbuhkan


(13)

rasa percaya diri, perilaku inovatif dan produktif serta merangsang peserta didik aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran perlu mendapat perhatian utama.

Biaya pendidikan merupakan faktor yang turut menentukan mutu pendidikan dan mutu lulusan. Sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh R.L. Johns, E.L. Morphet, K. Alexander, yang dikutif oleh Nanang Fattah (2000:108) berbunyi bahwa:

Biaya dan mutu pendidikan mempunyai keterkaitan secara langsung. Biaya pendidikan memberikan pengaruh yang positif melalui faktor kepemimpinan dan manajemen pendidikan, dan tenaga pendidik yang kompeten dalam meningkatkan pelayanan pendidikan melalui peningkatan mutu faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses belajar mengajar.

Berkaitan dengan pembiayaan pendidikan, maka kebijakan pembangunan pendidikan dalam kurun waktu 2004-2009 diprioritaskan pada peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan dasar yang lebih berkualitas melalui peningkatan pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dan pemberian akses yang lebih besar kepada kelompok masyarakat yang selama ini kurang dapat menjangkau layanan pendidikan dasar.

Dalam rangka penuntasan Wajardikdas 9 tahun yang bermutu, banyak program yang telah, sedang dan akan dilakukan. Program-program tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu pemerataan dan perluasan akses, peningkatan mutu, relevansi dan daya saing dan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik.

Salah satu program yang diharapkan berperan besar terhadap percepatan penuntasan Wajardikdas 9 tahun yang bermutu adalah program Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Meskipun tujuan utama program BOS adalah untuk


(14)

pemerataan dan perluasan akses, program BOS juga merupakan program untuk peningkatan mutu, relevansi dan daya saing serta untuk tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik.

Melalui program BOS yang terkait dengan gerakan percepatan penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun, maka setiap pelaksana program pendidikan harus memperhatikan hal-hal berikut:

• BOS harus menjadi sasaran penting untuk mempercepat penuntasan Wajardikdas 9 tahun.

• Melalui BOS tidak boleh ada siswa miskin putus sekolah karena tidak mampu membayar iuran/pungutan yang dilakukan oleh sekolah/madrasah/ponpes. • Anak lulusan setingkat SD, harus diupayakan kelangsungan tingkat

pendidikannya ke sekolah setingkat SMP. Tidak boleh ada tamatan SD/MI/setara tidak dapat melanjutkan ke SMP/MTs/SMPLB dengan alasan mahalnya biaya masuk sekolah.

• Kepala sekolah/madrasah/ponpes mencari dan mengajak siswa SD/MI/SDLB yang akan lulus dan berpotensi tidak melanjutkan sekolah untuk ditampung di SMP/MTs/SMPLB. Demikian juga bila teridentifikasi anak putus sekolah yang masih berminat melanjutkan agar diajak kembali ke bangku sekolah.

Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bertujuan untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu dan meringankan bagi siswa yang lain, agar mereka memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu sampai tamat dalam rangka penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun.


(15)

Sasaran program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah semua sekolah setingkat SD dan SMP, baik negeri maupun swasta di seluruh propinsi di Indonesia. Program Kejar Paket A dan Paket B tidak termasuk sasaran dari program BOS ini. Selain itu, Madrasah Diniyah Takmiliyah (suplemen) juga tidak berhak memperoleh BOS, karena siswanya telah terdaftar di sekolah reguler yang telah mererima BOS.

Besar dana BOS yang diterima oleh sekolah/madrasah/ponpes dihitung mulai Januari 2009 berdasarkan jumlah siswa dengan ketentuan sebagai berikut: • SD/MI/SDLB/Salafiyah/sekolah agama non Islam setara SD yang berada di

Kota sebesar Rp 400.000,00/siswa/tahun.

• SD/MI/SDLB/Salafiyah/Sekolah agama non Islam setara SD yang berada di Kabupaten sebesar Rp 397.000,00/siswa/tahun.

• SMP/MTs/SMPLB/SMPT/Salafiyah/sekolah agama non Islam setara SMP yang berada di Kota sebesar Rp 575.000,00/siswa/tahun.

• SMP/MTs/SMPLB/SMPT/Salafiyah/Sekolah agama non Islam setara SMP yang berada di Kabupaten sebesar Rp 570.000,00/siswa/tahun.

Selain ditentukan oleh pembiayaan salah satunya yang berasal dari BOS, agar pembelajaran bejalan efektif ditentukan juga oleh kinerja guru yang efektif. Kinerja guru yang efektif adalah guru yang mampu membawa siswanya dengan berhasil mencapai tujuan pembelajaran. Mengajar di depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam proses komunikasi.

Berkaitan dengan kinerja guru, J.J. Hasibuan (1986 : 41-42) menjelaskan bahwa:


(16)

Guru sebagai pemegang kunci (key person) sangat menentukan proses keberhasilan siswa. Sebagai key person guru harus melaksanakan perilaku-perilaku mengenali: (1) kejelasan menyampaikan informasi secara verbal maupun non verbal, (2) kemampuan guru dalam membuat variasi tugas dan tingkah lakunya, (3) sifat hangat dan antusias guru dalam berkomunikasi, (4) perilaku guru yang berorientasi pada tugasnya saja tanpa merancukan dengan hal-hal yang bukan merupakan tugas keguruannya, (5) kesalahan guru dalam menggunakan gagasan-gagasan yang dikemukakan siswa dan pengarahan umum secara tidak langsung, (6) perilaku guru yang berkaitan dengan pemberian kesempatan kepada siswanya dalam mempelajari tugas yang ditentukan, (7) perilaku guru dalam memberikan komentar-komentar yang terstruktur, (8) perilaku guru yang menghindari kritik yang bersifat negatif terhadap siswa, (9) perilaku guru dalam membuat variasi keterampilan bertanya, (10) kemampuan guru dalam menentukan tingkat kesulitan pengajarannya, dan (11) kemampuan guru mengalokasikan waktu mengajarnya sesuai dengan alokasi waktu-waktu dalam perencanaan satuan pelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, konsep kompetensi kinerja guru yang profesional dapat diartikan sebagai kemampuan dasar melaksanakan tugas keguruan yang dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan menilai atau mengevaluasi proses belajar mengajar.

Kemampuan merencanakan dalam T. Raka Joni (1984: 12) mengemukakan bahwa:

Kemampuan merencanakan program belajar mengajar mencakup kemampuan(1) merencanakan pengorganiosasian bahan-bahan pengajaran, (2) merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar, (3) merencanakan pengelolaan kelas, (4) merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran, dan (5) merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.

Berdasarkan uraian di atas, merencanakan program belajar mengajar merupakan proyeksi kinerja guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, yang mencakup: merumuskan tujuan,


(17)

mendeskripsikan satuan pokok bahasan, merancang kegiatan belajar mengajar, memilih berbagai media dan sumber belajar yang paling relefan, dan merencanakan penilaian terhadap penguasaan tujuan pembelajaran.

Sedangkan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar menyangkut pengelolaan pembelajaran, dalam menyampaikan materi pelajaran harus dilakukan secara terencana dan sistematis, sehingga tujuan pengajaran dapat dikuasai oleh siswa secara efektif dan efesien. Kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar terlihat dalam mengidentifikasi karakteristik dan kemampuan awal siswa, kemudian mendiagnosis, menilai dan merespon setiap perubahan perilaku siswa. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa melaksanakan proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan dimana berlangsung hubungan antara manusia, dengan tujuan membantu perkembangan dan menolong keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Pada dasarnya melaksanakan proses belajar mengajar adalah menciptakan lingkungan dan suasana yang dapat menimbulkan perubahan struktur kognitif para siswa.

Setelah proses pelaksanaan, guru harus melakukan peniliaan proses belajar mengajar untuk mengetahui keberhasilan perencanaan kegiatan belajar mengajar yang telah disusun dan dilaksanakan. Penilaian diartikan sebagai proses yang menentukan betapa baik organisasi program atau kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai maksud-maksud yang telah ditetapkan. Selanjutnya Joint Commite dalam Wirawan (2002:22), menjelaskan bahwa evaluasi merupakan bagian yang tidak dipisahkan dari setiap upaya manusia, evaluasi yang baik akan


(18)

menyebarkan pemahaman dan perbaikan pendidikan, sedangkan evaluasi yang salah akan merugikan pendidikan. Tujuan utama melaksanakan evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa, sehingga tindak lanjut hasil belajar akan dapat diupayakan dan dilaksanakan. Dengan demikian, melaksanakan penilaian proses belajar mengajar merupakan bagian tugas guru yang harus dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran, sehingga dapat diupayakan tindak lanjut hasil belajar siswa.

Kompetensi kinerja guru yang profesional dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu kompetensi substantif dan non substantif. Kompetensi substantif diartikan sebagai kemampuan dalam melaksanakan tugas keguruan yang dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, mengelola dan

melaksanakan proses belajar mengajar, dan melakukan evaluasi hasil proses belajar mengajar. Kompetensi non substantif diartikan sebagai kemampuan dalam hal landasan dan wawasan pendidikan, serta kepribadian, profesi dan pengembangan dari guru yang bersangkutan. Kompetensi profesional guru sangat diperlukan guna mengembangkan kualitas dan aktivitas tenaga kependidikan dalam hal ini guru. Guru merupakan salah satu faktor penentu mutu pendidikan dan keberhasilan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, tingkat kompetensi profesional guru di suatu sekolah dapat dijadikan barometer bagi mutu dan keberhasilan pendidikan di sekalah.


(19)

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang kontribusi Manajemen Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Kinerja Guru terhadap Efektivitas Pembelajaran khususnya di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri se-Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka yang dibiayai oleh dana BOS.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian sebelumnya dalam latar belakang penelitian, dapat dikemukakan bahwa yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah “Seberapa besar kontribusi Manajemen Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Kinerja Mengajar Guru terhadap Efektivitas Pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri se-Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka?”

Dengan rumusan masalah tersebut maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana deskripsi tentang manajemen BOS di SMP Negeri se-Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka?

2. Bagaimana deskripsi tentang kinerja mengajar guru di SMP Negeri se-Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka?

3. Bagaimana deskripsi tentang efektivitas pembelajaran di SMP Negeri se-Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka?

4. Seberapa besar kontribusi manajemen BOS terhadap efektivitas pembelajaran di SMP Negeri se-Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka ?


(20)

5. Seberapa besar kontribusi kinerja mengajar guru terhadap efektivitas pembelajaran di SMP Negeri se-Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka?

6. Seberapa besar kontribusi Manajemen BOS terhadap kinerja mengajar guru di SMP Negeri se-Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka?

7. Seberapa besar kontribusi Manajemen BOS dan kinerja mengajar guru terhadap efektivitas pembelajaran di SMP Negeri se-Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengumpulkan informasi tentang seberapa besar kontribusi manajemen BOS dan kinerja mengajar guru terhadap efektivitas pembelajaran di SMP Negeri se-Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka?

Sedangkan tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan dan menganalisis tentang manajemen BOS di SMP Negeri

se-Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka.

2. Mendeskripsikan dan menganalisis tentang kinerja mengajar guru di SMP Negeri se-Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka.

3. Mendeskripsikan dan menganalisis tentang efektivitas pembelajaran di SMP Negeri se-Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka.

4. Mendeskripsikan dan menganalisis tentang kontribusi manajemen BOS terhadap efektivitas pembelajaran di SMP Negeri se-Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka.


(21)

5. Mendeskripsikan dan menganalisis tentang kontribusi kinerja mengajar guru terhadap efektivitas pembelajaran di SMP Negeri se-Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka.

6. Mendeskripsikan dan menganalisis tentang kontribusi manajemen BOS terhadap kinerja mengajar guru di SMP Negeri se-Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka.

7. Mendeskripsikan dan menganalisis tentang kontribusi manajemen BOS dan kinerja mengajar guru terhadap efektivitas pembelajaran di SMP Negeri se-Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka.

D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis manfaat penelitian ini yaitu, memperdalam kajian tentang manajemen pendidikan, pembiayaan pendidikan baik sebagai penguatan penerapan konsep maupun praktek sebagai stimulus pengembangan kualitas layananan pendidikan dalam bidang administrasi pendidikan.

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi yang berminat untuk mendalami lebih jauh tentang manajemen pembiayaan pendidikan terutama terhadap terlaksananya efektivitas pembelajaran di Sekolah Dasar.

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak penentu kebijakan berkenaan dengan pembiayaan pendidikan di tingkat pendidikan dasar.

3. Sebagai guna laksana, dimana hasil penelitian ini sebagai bahan rujukan bagi pengelola pendidikan di Sekolah Menengah Pertama untuk lebih


(22)

mendayagunakan biaya pendidikan secara efektif dan efisien dalam upaya peningkatan mutu layanan pembelajaran terhadap siswa.

E. Kerangka Pemikiran

Biaya pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat memperlancar proses pendidikan dimana biaya perlu manajeman yang tepat dan efektivitas pembelajaran di Sekolah Menegah Pertama mempunyai keterkaitan secara langsung. Biaya pendidikan memberikan pengaruh yang positif melalui faktor manajerial atau pengelolaan pembiayaan dalam peningkatan efektivitas pembelajaran sehingga peningkatan mutu lulusan.

Menurut Nanang Fattah (2000:108), mutu pendidikan di sekolah akan sangat ditentukan oleh faktor pembiayaan pendidikan, baik dalam besarnya, pengalokasian yang tepat, maupun pemanfaatan realisasi biaya yang mengarah kepada kebutuhan proses belajar mengajar. Kemampuan pengelolaan mutu guru, mutu alat, mutu bahan dan mutu siswa akan berkaitan satu sama lain dalam proses belajar mengajar di sekolah. Ketersediaan komponen-komponen tersebut akan menciptakan kondisi yang baik untuk Proses Belajar Mengajar (PBM) dan pada gilirannya akan berpengaruh dan memberikan kontribusi dalam pencapaian prestasi belajar siswa.

Nanang Fattah (2000:130) lebih menekankan bahwa ada komponen-komponen biaya yang mempengaruhi upaya peningkatan mutu pendidikan sebagaimana diungkapkannya:

Komponen-komponen biaya pendidikan yang mempengaruhi upaya peningkatan mutu pendidikan yaitu; gaji atau kesejahteraan guru, biaya pembinaan profesional guru, biaya pengadaan bahan pelajaran, biaya


(23)

Biaya pendidikan dimaksudkan sebagai jumlah uang yang dihasilkan dan dibelanjakan untuk berbagai keperluan penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang mencakup pembiayaan untuk keperluan penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang mencakup pembiayaan untuk keperluan akademik (PBM, media belajar, pengayaan belajar, kegiatan ekstrakurikuler, evaluasi belajar) dan keperluan non akademik (pengadaan sarana, gaji atau kesejahteraan, peningkatan profesional guru, rumah tangga sekolah). Kesemuanya itu RAPBS selama satu tahun anggaran.

Pengelolaan keuangan yang efektif akan mendorong peningkatan mutu sekolah. Nanang Fattah (2000:110) menjelaskan bahwa untuk mengetahui tingkat efektivitas biaya atau analisis efektivitas biaya (cost efectivities analysis)

didasarkan atas hasil perhitungan besarnya konstribusi komponen-komponen biaya terhadap mutu Proses Belajar Mengajar (PBM) dan hasil belajar siswa. Dimana mengukur mutu PBM menggunakan indikator-indikator 1) efisiensi waktu, 2) optimalisasi sumber belajar, 3) pelaksanaan evaluasi, dan 4) frekwensi bimbingan belajar. Sedangkan untuk mengukur mutu hasil belajar menggunakan indikator 1) UN, 2) tingkat pengulangan, 3) tingkat putus sekolah.

Selain faktor biaya, kinerja mengajar guru juga merupakan faktor penting dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Kinerja guru sangat terkait dengan tugas dan tanggung jawab profesionalnya. Tugas dan tanggung jawab guru adalah sebagai pengajar, pembimbing, dan administrator. Selain itu, tugas dan tanggung jawab guru mencakup bidang pengajaran, bimbingan, pembinaan hubungan dengan masyarakat, pengembangan kurikulum, dan pengembangan


(24)

profesi. Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumberdaya manusia.

Berdasarkan uraian di atas maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

Kontribusi Manajemen BOS dan Kinerja Mengajar Guru Terhadap Efektivitas Pembelajaran

F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel-variabel penelitian ini adalah Kontribusi Manajemen BOS dan Kinerja Guru sebagai variabel bebas (independent variable) sedangkan Efektivitas Pembelajaran sebagai variabel terikat (dependent variable). Selanjutnya, dari variabel-variabel tersebut didefinisikan sebagai berikut:

X1

Manajemen BOS

• Pengelolaan • Pemanfaatan biaya

X2

Kinerja Mengajar Guru

• Perencanaan

• Implementasi • Evaluasi

Y

Efektivitas

Pembelajaran

• Prestasi Output • Proses kinerja

guru

• Ketercapaian target/sasaran


(25)

1. Kontribusi Manajemen Bos

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI 1996:523) kontribusi

adalah uang iuran atau kepada perkumpulan dsb: sumbangan dan manajemen

adalah proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran (KBBI 1996:623). Sedangkan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) secara konsep mencakup komponen untuk biaya operasional non personil hasil studi Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pendidikan Nasional (Balitbang Depdiknas). Namun karena biaya satuan yang digunakan adalah rata-rata nasional, maka penggunaan BOS dimungkinkan untuk membiayai beberapa kegiatan lain yang tergolong dalam biaya personil dan biaya investasi. Namun perlu ditegaskan bahwa prioritas utama BOS adalah untuk biaya operasional non personil bagi sekolah (Depdiknas, 2007:9).

Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud Kontribusi Manajemen BOS

adalah proses penggunaan biaya berupa sumbangan dari pemerintah pusat bagi sekolah untuk biaya operasional non personil khususnya dalam rangka percepatan penuntasan wajib belajar 9 Tahun yang bermutu.

2. Kinerja Mengajar Guru

Pengertian kinerja menurut Hoy dan Miskell (1978:116) yang mengutip pendapat Vroom, menyatakan bahwa performance = f (ability x motivation). Dengan kata lain performance atau kinerja ditentukan oleh (a) kemampuan yang diperoleh dari hasil pendidikan, pelatihan, pengalaman dan (b) motivasi yang merupakan perhatian khusus dari hasrat seorang pegawai dalam melakukan suatu pekerjaan dengan baik.


(26)

Pengertian kinerja lainnya dikemukakan oleh Bernandin dan Russel yang menyatakan bahwa kinerja adalah hasil dari fungsi suatu pekerjaan atau kegiatan tertentu selama satu periode waktu tertentu atau produktivitas seseorang dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya (Sianipar, 1999:4).

Robert Kreitner dan Angelo Kinichi (1992:101) mengemukakan bahwa kinerja bergantung kepada pengaturan kemampuan (ability), upaya (effort) dan keterampilan (skill).

Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud kinerja mengajar guru adalah kemampuan(ability), motivasi(motivation), keterampilan(skill), dan upaya(effort) yang dimiliki oleh guru dalam melaksanakan profesi keguruannya.

3. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas dan efisiensi merupakan indikator dari produktivitas. Efektivitas mengacu kepada pencapaian target secara kuantitas dan kualitas suatu sasaran program. Makin besar persentase target suatu program yang tercapai makin tinggi tingkat efektivitasnya.

Efektivitas berkaitan dengan kualitas serta merupakan refleksi kemampuan untuk mempengaruhi terjadinya suatu produk. Keefektifan menunjukkan besarnya pengaruh terhadap suatu proses produksi. “Effectiveness = quantity x quality, and

if eitheris zero there is no effectiveness.” (Holzer and Nagel, 1984). Jadi

keefektifan suatu usaha secara implisit mengandung makna kuantitas dan kualitas. Ahmad Sanusi (1988) dalam Sistem Manajemen Pendidikan di Indonesia, Efektivitas menekankan kepada relevansi dan adaptabilitas suatu keputusan dalam


(27)

rencana dan program terhadap dinamika nilai-nilai dalam hubungan interpersonal pegawai serta lingkungan budayanya.

Berdasarkan uraian di atas, jadi yang dimaksud efektivitas pembelajaran

adalah pencapaian target yang relevan dan berkualitas dalam Proses Belajar Mengajar (PBM). Dengan demikian efektivitas pembelajaran merupakan refleksi kinerja profesional guru yang ditunjukan dalam penguasaan materi ajar, metode dan teknik mengajar untuk mengembangkan interaksi dan suasana belajar mengajar yang menyenangkan, pemanfaatan fasilitas dan sumber belajar, melaksanakan evaluasi hasil belajar. Dalam hal ini kualitas mengajar guru dapat pula dilihat dalam dokumen perencanaan mengajar, catatan khusus siswa bermasalah, program pengayaan, analisis hasil tes belajar, dan sistem informasi kemajuan atau prestasi belajar siswa.

G. Asumsi/Paradigma Penelitian

Paradigma merupakan kumpulan dari asumsi yang dipegang bersama konsep, atau preposisi yang mengarahkan cara berpikir penelitian. Hal ini sejalan dengan pendapat Bognaan and Biklen (1992:33) bahwa; Paradigm is a loose collection of logically health to gether assumtion, concepts or propotitions the orient thingking or research. Paradigma juga memiliki pengertian sebagai (1) suatu model dalam teori ilmu pengetahuan, dan (2) kerangka berpikir. Paradigma dalam penelitian ini, merujuk pada kerangka pemikiran yang didasarkan pada posisi masalah untuk mengarahkan penelitian.

Mutu sekolah yang baik dapat dilihat dari input dan proses pembelajaran yang efektif dan terencana dengan baik. Hal ini akan tercapai jika seluruh kegiatan


(28)

sekolah dilaksanakan dengan baik, mulai dari proses pembelajaran, pengelolaan administrasi sekolah, guru yang profesional, sarana dan prasarana yang memadai, serta peserta didik yang mempunyai prestasi di sekolah dan hasil kelulusan, siswa dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Semua itu dapat tercapai apabila ditunjang oleh pembiayaan pendidikan memadai dan dikelola dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas, maka asumsi dalam penelitian ini dapat penulis rumuskan sebagai berikut:

1. Bahwa setiap sekolah khususnya di SMP Negeri selalu berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya masing-masing.

2. Bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah khususnya di SMP Negeri salah satunya dengan pembelajaran yang efektif.

3. Bahwa untuk tercapainya proses pembelajaran yang efektif membutuhkan manajeman biaya yang memadai dan kinerja mengajar guru yang efektif pula. H. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka penulis dapat merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Manajemen BOS di SMP Negeri Se-Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka dalam kualitas baik.

2. Kinerja Mengajar guru di SMP Negeri Se-Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka dalam kualitas baik.

3. Pembelajaran di SMP Negeri Se-Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengkan berjalan secara efektif.


(29)

4. Terdapat pengaruh yang signifikan dari kontribusi Manajemen BOS terhadap Efektivitas Pembelajaran di SMP Negeri Se-Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka.

5. Terdapat pengaruh yang signifikan dari kontribusi Kinerja Mengajar Guru terhadap Efektivitas Pembelajaran di SMP Negeri Se-Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka.

6. Terdapat Pengaruh yang signifikan dari Kontribusi Manajemen BOS terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri Se-Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka.

7. Terdapat pengaruh yang signifikan dari kontribusi Manajemen BOS dan Kinerja Mengajar Guru terhadap Efektivitas Pembelajaran di SMP Negeri Se-Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka.


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Sebagai dasar titik tolak analisis yang tepat dan cermat sesuai dengan tujuan penelitian, maka penulis perlu menetapkan suatu pendekatan mulai dari fokus masalah yang ditunjang oleh materi teoretis sampai dengan bagaimana data dapat dikumpulkan dan dengan apa data itu diolah.

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, menunjukkan bahwa penelitian ini harus dapat menjawab atau memberi konfirmasi tentang Kontribusi Manajemen Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Kinerja Mengajar Guru terhadap Efektivitas Pembelajaran di SMP Negeri se-Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka. Kontribusi Manajemen Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Kinerja Mengajar Guru sebagai variabel bebas/independent, disuatu pihak Efektivitas Pembelajaran sebagai variabel terikat/dependent.

Oleh karena itu, perlu dibuktikan korelasi dan uji hipotesisnya dengan pendekatan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri yang memperoleh dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka sebanyak 6 SMP Negeri.


(31)

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang bertujuan menjelaskan atau mendeskripsikan gejala dan masalah dari objek yang diteliti, berdasarkan kontribusi variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat.

Data yang diperoleh, selaras dengan operasionalisasi variabel, baik ditinjau dari ukuran dan skala, maupun jenisnya. Maka data ini dapat dikelompokkan pada jenis data deskrit kontinu.

Adapun ciri-ciri penelitian deskriptif ialah (1) memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah aktual dan (2) data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalis. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif.

D. Penentuan Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi menurut Sudjana (2001 : 6) adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.

Populasi dalam penelitian ini adalah kelompok SMP Negeri di Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka dengan jumlah keseluruhan sebanyak 6 SMP Negeri dan jumlah total Guru secara keseluruhan sebanyak 238 orang. Untuk lebih jelasnya data populasi terdapat pada tabel berikut:


(32)

Tabel: 3.1 Data Populasi Guru

No Nama Sekolah Kelamin Pendidikan Status

L P D3 S1 S2 PNS GTT

1 SMPN 1 Majalengka 20 24 3 40 1 41 3

2 SMPN 2 Majalengka 23 38 4 55 2 59 3

3 SMPN 3 Majalengka 21 31 3 45 4 50 2

4 SMPN 4 Majalengka 12 20 5 26 1 30 2

5 SMPN 5 Majalengka 11 8 2 17 - 17 2

6 SMPN 6 Majalengka 13 17 - 30 - 30 -

Jumlah 100 138 17 213 8 227 12

Jumlah Populasi 238 238 238

2. Sampel

Dalam penelitian kuantitatif yang dijadikan sampel adalah semua sumber yang dapat memberikan informasi untuk kelengkapan data. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel yaitu mengangkat kesimpulan penelitian sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi. Penelitian sampel baru boleh dilaksanakan apabila keadaan subyek di dalam populasi benar-benar homogen. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu semua guru SMP Negeri se-Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka yang berjumlah 238 orang guru.

Tabel: 3.2 Data Sampel

No Nama Sekolah Jml Populasi Jml Sampel

1 SMPN 1 Majalengka 44 13

2 SMPN 2 Majalengka 61 18

3 SMPN 3 Majalengka 52 15

4 SMPN 4 Majalengka 32 9

5 SMPN 5 Majalengka 19 6

6 SMPN 6 Majalengka 30 9


(33)

Adapun teknik pengambilan sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane dalam Riduwan dan Akdon (2006 : 249) sebagai berikut:

1 N.d

N

n 2

+ =

Dimana: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d2 = Presisi yang ditetapkan (10%)

Berdasarkan rumus di atas diperoleh jumlah sampel sebagai berikut:

( )

238.0,1 1 70,4(70)responden 238

n 2 =

+ =

E. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

Sumber data dalam penelitian ini, diambil dari sumbernya dengan dua cara yaitu, langsung (primer), dan tidak langsung (sekunder) sebagai informasi tambahan atau pelengkap, yang diambil dari pihak-pihak yang berwenang dan kompeten pada bidangnya.

2. Metode Pengumpulan Data a. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan sesuai dengan aktivitas, digunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu :

1) Studi Kepustakaan

Studi ini dimaksudkan untuk memperoleh berbagai informasi konsep teoretis tentang manajemen perguruan tinggi, fungsi-fungsi dan tujuan


(34)

serta sasarannya. Demikian pula dipandang dari kebutuhan data faktual dilapangan melalui berbagai dokumen, peraturan, dan laporan-laporan tertulis, yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.

2) Dokumentasi

Dokumentasi berkaitan dengan pelaksanaan kucuran dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) terhadap 6 SMP Negeri di Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka.

3) Kuesioner

Kuesioner dilakukan melalui penyebaran angket tertulis, berisi pertanyaan dan pernyataan yang diajukan, serta dijawab secara tertulis pula oleh responden, berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pengembangan program di setiap sekolah yang dijadikan populasi pembelajaran.

4) Observasi

Observasi langsung dilakukan untuk melihat dari dekat aktivitas, penyusunan program sampai dengan pelayanan kegiatan pembelajaran. b. Teknik Pengolahan/Analisis data

Data yang diperoleh melalui studi dokumentasi, observasi, dan angket masih bersifat mentah. Oleh sebab itu, masih perlu dilakukan pengolahan/analisis data terlebih dahulu, sesuai dengan prosedur penelitian pendekatan kuantitatif.


(35)

1) Penentuan Kriteria SMP Negeri

Kriteria penelitian baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif mengacu kepada ketetapan yang terdapat pada dokumen yang ada di sekolah, dan di Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka.

2) Seleksi Angket

Angket yang dikembalikan dari responden, diperiksa jumlah, fisik, dan kelengkapan pengisian angket. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner, yang terdiri dari, (1) Kontribusi Manajemen BOS, (2) Kinerja Mengajar Guru, (3) Upaya Efektivitas Pembelajaran. Alat ukur berupa pernyataan positif dan negatif, serta jawaban terhadap pernyataan yang dibuat menurut skala sikap berbentuk pilihan ganda dalam lima kategori dengan menggunakan skala Likert, dari pernyataan yang sekali tidak benar, sampai pernyataan sepenuhnya benar. Untuk memudahkan pengolahan data maka jawaban diidentifikasi dengan sistem skor skala 1 sampai 5.

(5) SS/SL = Sangat Sesuai dengan Kenyataan/Selalu (4) S/SR = Sesuai dengan Kenyataan/Sering

(3) TT/KD = Tidak Tahu/Kadang-Kadang

(2) TS/JR = Kurang Sesuai dengan Kenyataan/Jarang

(1) STS/TP = Sangat Tidak Sesuai dengan Kenyataan/Tidak Pernah

Sedangkan hasil analisis data berdasarkan skala Likert, kemudian dilakukan uji lanjutan menggunakan program komputer dengan bantuan program


(36)

3. Prosedur Pengolahan/Analisis Data

Untuk mengetahui makna dari data yang berhasil dikumpulkan, dilakukan analisis data. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pengolahan data adalah:

1) Menyeleksi data agar dapat diolah lebih lanjut, yaitu dengan memeriksa jawaban responden sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

2) Menentukan bobot nilai untuk setiap kemungkinan jawaban pada setiap item variabel penelitian dengan menggunakan skala penilaian yang telah ditentukan, kemudian menentukan skornya.

3) Menghitung persentase rata-rata jawaban responden setiap dimensi dari setiap variabel dengan menggunakan rumus interval sebagai berikut:

Interval Kelas

Banyak

Rentang Interval

Kelas

Panjang =

Sesuai dengan skor alternatif jawaban angket yang terentang dari 1 sampai dengan 5, banyak kelas interval ditentukan sebanyak 5 kelas, sehingga diperoleh panjang kelas interval sebagai berikut:

8 , 0 5

1 -5 Interval Kelas

Panjang = =

Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden dengan skala rentang sebagai berikut:


(37)

1,00 – 1,79 = Sangat Tidak Baik/Sangat Rendah 1,80 – 2,59 = Tidak Baik/Rendah

2,60 – 3,39 = Cukup/Sedang 3,40 – 4,19 = Baik/Tinggi

4,20 – 5,00 = Sangat Baik/Sangat Tinggi.

4) Menghitung persentase skor rata-rata dari setiap variabel X1, X2, dan variabel Y. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan umum jawaban responden terhadap setiap variabel penelitian, dengan formula:

Xid X

P = Σ x 100% (Sugiyono, 2003: 204)

Keterangan: P adalah persentase skor rata-rata yang dicari ΣX adalah jumlah skor hasil penelitian

Xid adalah skor ideal setiap variabel

Setelah hasilnya diperoleh, kemudian dikonsultasikan dengan kriteria yang ditetapkan sebagai berikut:

90 – 100% = Sangat Baik 80 – 89% = Baik 70 – 79% = Cukup Baik 60 – 69% = Rendah

50 – 59% = Rendah Sekali

49% Kebawah = Sangat Rendah Sekali. 5) Uji Persyaratan Analisis

a. Uji Homogenitas, digunakan untuk mengetahui apakah data yang dihubungkan sejenis (homogen) dengan menggunakan teknik Chi Square (X2). Kriteria pengujiannya, bila X2 hitung ≤ X2 tabel maka homogen.


(38)

b. Uji Normalitas, digunakan untuk mengetahui apakah data yang dihubungkan berdistribusi normal, dengan menggunakan perhitungan uji

Kolmogorov-Smirnov . Kriteria pengujiannya, bila Z hitung ≤ Z tabel maka data berdistribusi normal.

c. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen - Uji Validitas

Uji validitas tiap butir ini digunakan analisis item, yaitu dengan mengkorelasikan skor tiap-tiap item dengan skor total. Untuk mencari hubungan sekumpulan data (Xi, Yi) berukuran n menggunakan rumus

Korelasi Pearson Product Moment (r), dengan rumus :

(

) (

)( )

(

)

{

}

{

( )

}

− − − = 2 2 2 2 i i i i i i i i xy Y Y n X X n Y X Y X n

r (Sudjana, 1992 : 369)

Keterangan : xy

r

= Koefisien Korelasi skor butir ke-i dengan skor total ke-i

XiYi = Jumlah skor butir ke-i dengan skor total ke-i

Xi = Jumlah skor butir ke-i

Yi = Jumlah skor butir ke-i

2

i

X = Jumlah kuadrat skor butir ke-i

2

i

Y = Jumlah kuadrat skor butir ke-i

n = Jumlah sampel

Selanjutnya dilakukan pengujian signifikansi dengan menggunakan uji –t, dengan rumus :


(39)

2 1 2 r n r t − −

= (Sudjana, 1992 : 376)

Keterangan :

t = Harga t hitung r = Koefisien korelasi n = Jumlah responden

hasil dari perhitungan r hitung kemudian dibandingkan dengan harga r tabel, jika r hitung > dari r tabel artinya terdapat hubungan yang linear dengan kata lain butir item dianggap valid, dan bila harga r hitung < tari harga r tabel maka tidak terdapat hubungan yang linear atau butir item dinyatakan tidak valid.

- Uji Reliabilitas

Untuk menguji instrumen penelitian, reliabel atau tidaknya dilakukan dengan internal consistency dengan teknik Belah Dua (Split half). Sugiyono (2001:109). Butir-butir pertanyaan instrumen pada masing-masing variabel dibelah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrumen ganjil dan kelompok instrumen genap, selanjutnya disusun skor data tiap kelompok ganjil dan kelompok genap, masing-masing kelompok skor butirnya dijumlahkan sehingga menghasilkan skor tiap-tiap variabel. Selanjutnya skor total antara kelompok ganjil dan genap dicari korelasinya, setelah didapat nilai koefisien korelasinya dimasukan kedalam rumus Spearman Brown sebagai berikut :

b b sb r r r + = 1 2 (Sugiyono, 2000:278)


(40)

Keterangan :

rsb = Reliabilitas instrumen seluruh item

rb = Korelasi Product Moment antara belah awal dan akhir

setelah diperoleh harga korelasi (awal-akhir), langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian signifikansi korelasi Spearman Brown (rsb), kemudian harga rsb yang diperoleh dibandingkan dengan harga r tabel, jika harga rsb > dari harga r tabel, maka instrumen penelitian dianggap reliabel dan sebaliknya bila harga rsb < dari harga r tabel, maka instrumen penelitian dianggap tidak reliabel.

d. Uji Linieritas, dimaksudkan untuk menentukan kelinieran antara variabel yang dihubungkan. Kriteria pengujiannya, bila F hitung ≤ F tabel maka variabel yang dihubungkanberpola linier. (Riduwan, 2003:202)

e. Uji Korelasi antar Variabel, dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan secara signifikan antara variabel. Kriteria pengujiannya t hitung > t tabel, maka signifikan. Uji ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 13.

6) Uji Regresi Linier

Uji regresi digunakan untuk mencari hubungan fungsional (kausalitas) antara variabel. Uji ini menggunakan regresi linier sederhana dan regresi ganda.

a. Uji Regresi Linier Sederhana, digunakan untuk memprediksi variabel Efektivitas Proses Belajar Mengajar berdasarkan variabel Manajemen Bantuan Operasional Sekolah, memprediksi variabel Efektivitas Proses Belajar Mengajar berdasarkan variabel Kinerja Guru Dalam Proses Belajar Mengajar,


(41)

dan variabel Manajemen Bantuan Operasional Sekolah berdasarkan variabel Kinerja Guru Dalam Proses Belajar Mengajar.

Persamaan yang digunakan : Ŷ = a+bX. Menguji signifikansinya, dengan rumus :

s a b reg hitung RJK JK F Re ) ¦ (

= dan kriteria pengujiannya F hitung ≥ F tabel, maka

signifikan.

b. Uji Regresi Linier ganda, digunakan untuk mengetahui pola hubungan fungsional antara variabel Manajemen Bantuan Operasional Sekolah dan Kinerja Guru Dalam Proses Belajar Mengajar secara bersama-sama terhadap variabel Efektivitas Proses Belajar Mengajar. Persamaan yang digunakan : Y = a+b1X1+b2X2.

Keterangan :

Y = Subjek variabel terikat yang diproyeksikan

X = Variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan a = Nilai konstanta harga Y jika X = 0

b = Nilai arah sebagai penentu prediksi yang menunjukan nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (-) variabel Y.

Menguji signifikansinya, dengan rumus :

) 1 ( ) 1 ( 2 2 R m m n R Fhitung − − −

= , dan kriteria pengujian F hitung ≥ F tabel, maka


(42)

7) Menguji Hipotesis Penelitian

Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi sederhana dan regresi ganda. Pengujian menggunakan program SPSS versi 13. Semua pengujian dilakukan pada taraf nyata 0,05. Pengujian dilakukan sebagai berikut :

a. Analisis Regresi Sederhana

Hasil perhitungan ini dimaksudkan untuk mengetahui :

1). Besarnya kontribusi variabel Manajemen Bantuan Operasional Sekolah (X1) terhadap variabel Efektivitas Proses Belajar Mengajar (Y).

2). Besarnya kontribusi variabel Kinerja Guru Dalam Proses Belajar Mengajar (X2) terhadap variabel Efektivitas Proses Belajar Mengajar (Y).

3). Besarnya kontribusi variabel Manajemen Bantuan Operasional Sekolah (X1) terhadap variabel Kinerja Guru Dalam Proses Belajar Mengajar (X2)

b. Analisis Regresi Ganda

Analisis regresi ganda dilakukan untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel Manajemen Bantuan Operasional Sekolah (X1) dan Kinerja Guru Dalam Proses Belajar Mengajar (X2) secara bersama-sama terhadap Efektivitas Proses Belajar Mengajar (Y), digunakan rumus : KP = R2 x 100% (Riduwan, 2003: 243). Interpretasi terhadap kuatnya hubungan antara variabel, digunakan pedoman yang dikemukakan Sugiyono (2003: 214) sebagai berikut :


(43)

Keterangan:

0,00 – 0,119 = Sangat Rendah 0,20 – 0,399 = Rendah

0,40 – 0,599 = Sedang 0,60 – 0,799 = Kuat 0,80 – 1,000 = Sangat kuat

F. Kisis-Kisi Instrumen Penelitian

Variabel Aspek Jenis

Data Sumber Data Jml Item X1 Manajemen BOS X2 Kinerja Mengajar Guru Y Efektivitas PBM Perencanaan Pengorganisasian Pelaksanaan Pengawasan Pelaporan Persiapan Implementasi Evaluasi Apersepsi Ekplorasi Konsolidasi Kompetensi Formatif Output Lulusan Kuantitatif Interval Kuantitatif Interval Kuantitatif Interval Guru Guru Guru 25 30 20


(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil analisis deskripsi data penelitian yang disajikan pada Bab IV, peneliti dapat mengambil kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut: A. KESIMPULAN

Sesuai dengan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan hipotesis penelitian, maka hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Manajemen Bantuan Operasional Sekolah (BOS) berdasarkan perolehan skor maksimal 86% berada pada kategori baik, artinya para guru SMP Negeri Se-Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka menilai manajemen BOS baik meskipun belum memberikan kontribusi yang optimal.

2. Kinerja Guru dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) berdasarkan perolehan skor maksimal 83,51% berada pada kategori baik, artinya para guru SMP Negeri se-Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka memiliki kualitas kinerja yang baik dalam kegiatan Proses Belajar Mengajar (PBM).

3. Efektivitas Proses Belajar Mengajar (PBM) berdasarkan perolehan skor maksimal 82,81%, berada pada kategori baik, artinya Proses Belajar Mengajar (PBM) yang dilaksanakan oleh para guru SMP Negeri se-Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka dilakukan dengan baik dan efektif.

4. Kontribusi Manajemen Bantuan Operasional Sekolah (BOS) terhadap Efektivitas Proses Belajar Mengajar (PBM) pada SMP Negeri se-Kecamatan


(45)

Majalengka Kabupaten Majalengka dinyatakan tingkat hubungan sangat rendah sebesar 17%.

5. Kontribusi Kinerja Guru dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) terhadap Efektivitas Pembelajaran pada SMP Negeri se-Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka dinyatakan tingkat hubungan rendah yaitu sebesar 34,9%.

6. Kontribusi Manajemen Bantuan Operasional Sekolah (BOS) terhadap Kinerja Guru dalam PBM pada SMP Negeri se-Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka dinyatakan pada tingkat hubungan sangat rendah yaitu sebesar 13,6%.

7. Kontribusi Manajemen Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Kinerja Guru dalam PBM berpengaruh secara signifikan terhadap Efektivitas Pembelajaran pada SMP Negeri se-Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka sebesar 45,5%.

B. Rekomendasi

Untuk kepentingan peningkatan manajemen/pengelolaan keuangan sekolah dan peningkatan kinerja mengajar guru yang akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan efektivitas pembelajaran di sekolah, maka penulis dipandang perlu untuk memberikan beberapa rekomendasi bagi pihak-pihak terkait yang berkepentian dengan hal-hal tersebut di atas.

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, ada beberapa rekomendasi yang dapat penulis sampaikan antara lain sebagai berikut:


(46)

1. Proses sosialisasi upaya peningkatan mutu Proses Belajar Mengajar (PBM) di Sekolah Menengah Pertama (SMP), melalui Manajemen Bantuan Operasional Sekolah (BOS) perlu dirancang suatu proses yang dapat membangun personil sekolah mampu mengelola BOS secara efektif. Hal ini bisa dilakukan misalnya dengan; modul atau jurnal yang berisi kajian, informasi, inovasi dan rangsangan lain yang diterbitkan oleh Dikdasmen disebar ke seluruh Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebagai penerima BOS.

2. Kepala SMP Negeri di Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka hendaknya melibatkan Dewan Guru dan Komite Sekolah meningkatkan kemampuan dalam memanage/mengelola dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang lebih tepat guna dan efektif dengan lebih memperhatikan sarana dan media penunjang dalam meningkatkan kualitas Proses Belajar Mengajar (PBM) sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan.

3. Guru sebagai peran kunci dalam keberhasilan peserta didik hendaknya belajar lebih tahu tentang pembiayaan dan mampu mendorong dalam penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) secara efektif sehingga mampu meningkatkan kualitas pelayanan Proses Belajar Mengajar (PBM) guna meningkatkan mutu pendidikan.

4. Kepada pihak berwenang terhadap pembinaan Kepala SMP Negeri dan para guru mengenai kinerjanya dalam melaksanakan tugas utamanya, dalam hal ini para Pengawas SMP/SMA Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka dan para pejabat terkait yang berada di Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka hendaknya dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan kajian untuk


(47)

memantau efektivitas pengelolaan dan penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) agar tepat guna secara efektif.

5. Kepada Dinas Pendidikan Propinsi/Kabupaten/Kota, Depdiknas atau Pemerintah Pusat sebagai penyalur dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) hendaknya mengkaji, mengawasi, dan mengevaluasi efektivitas penggunaan dana BOS terhadap kualitas pembelajaran sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan.

6. Kepada peneliti atau calon peneliti yang berminat meneliti tentang pembiayaan dan kinerja guru dapat ditindaklanjuti ke arah pengembangan sekolah unggulan dengan dukungan biaya dari BOS dan biaya lain dari kemampuan sekolah baik di tingkat SD maupun tingkat SMP sebagai penerima bantuan dana BOS.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Idochi. (1990) Tranformasi Biaya Pendidikan dalam Layanan Pendidikan pada Perguruan Tinggi. Bandung: Pascasarja IKIP Bandung.

Aqib, Zainal. (2002) Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendekia.

Arief, S. Sadiman. (1990) Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta: Media Sarana Perkasa.

Arikunto, Suharsimi. (1989). Manajemen Penelitian. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti P2LPTK.

Bognan & Biklen. (1982). Qualitative Research for Education An Introduction to Theory and Methods. Boston, Allyn and Bacon. Inc.

Bowen, Howard R. (1981) The Cost Higher Education. San Francisci Jasey: Bass Publishers.

Castetter, W.B. (1996). The Human Resource Function in Educational Administration. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Dedi, Supriadi. (2003). Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bangdung: PT. Remaja Rosda Karya.

Depdikbud. (1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Depdiknas. (2007). Buku Panduan BOS dalam Rangka Wajib Belajar 9 Tahun.

Jakarta.

Dicky, Christian. (2006). Pengaruh Kemampuan Profesional dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Efektivitas Pembelajaran. Tesis UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Dimyati. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Engkoswara. (1987). Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: LP2TK. Engkoswara. (1999). Menuju Indonesia Modern. Bandung: Yayasan Amal

Keluarga.

Engkoswara. (2001). Paradigma Manajemen Pendidikan Menyongsong Otonomi Daerah. Bandung: Yayasan Amal Keluarga.

Fakry Gaffar, Mohammad. (2006). Sistem Informasi Manajemen Nasional Guru. Bandung: UPI.

Fattah, Nanang. (1996). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Fattah, Nanang. (2000). Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(49)

Fattah, Nanang. (2000). Manajemen Berbasis Sekolah: Strategi Pemberdayaan Sekolah dalam Rangka Peningkatan Mutu dan Kemandirian Sekolah. Bandung: ANDIRA.

Hallak. (1985). Managing Educational Cost. Philip H Coombs. New York: Oxford University Press.

Hamalik, Oemar. (2002). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasibuan, J.J. (1986) Preses Belajar Mengajar Keterampilan Dasar Mikro. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hendayana, Sumar dkk. (2006). LessonStudy: Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik. Bandung: FPMIPA UPI dan JICA.

Holzer dan Nagel. (1984). Produktivity and Publik Policy. London: SAGE Publication.

Hoy, Wayen K. & Miskel, Cecil G. (2001). Educational Administration: Theory, Reseach and Practice. New York: Mc Grawwhill.

Isprayanti. (2005). Kajian Tentang Sistem Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian Biaya pada SMK di Kota Cirebon. Tesis UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Joni, T. Raka. (1984). Pedoman Umum Alat Penilaian Kemampuan Guru. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud.

Kardoyo. (1998). Pembiayaan Pendidikan di SMK Negeri 1 Semarang. Tesis UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Knezcvich. (1984). The American School Superintendent. Wasington DC: American Association of School Administrtion.

Komariah, Aan. (2004). Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Kunandar. (2007). Guru Profesional. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Morphet, E.L. (1972) Educational Organization and Administration. New Jersey, Prentice Hall Inc.

Mulyasa, E. (2004). Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2004). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasution. (1999). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:

Bumi Aksara.

Nawawi, Hadari. (1981). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung. Rahman, dkk. (2005). Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan


(50)

Riduwan & Akdon. (2006). Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Risqon. (2001). Melihat DANEM SLTP dan SMU di Simpang. http://members. Tripod com/-Zkarnain/ SMU-01 htm.

Rivai, Veithzal. (2005). Performance Appraisal. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Rivai, Veithzal. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke Praktik. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Robbins, S.P. (1996) Organizational Behavior, Concepts, Controversies, Aplications. United Stated of America: Prentice Hall International.

Sagala, Syaiful. (2000). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta.

Sanusi, Ahmad. (1994). Kehidupan Kebangsaan yang Cerdas, Strategi Pembelajaran dan Manajemen Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung. Saruri & Suharto, Nugraha. (2007). Belajar SPSS For Windows untuk Pengelola

Data Penelitian. Bandung: Dewa Ruchi.

Siagian, S.P. (2001). Kerangka Dasar Ilmu Administrasi. Jakarta: Rineka Cipta. Siagian, Sondang P. (2002). Kiat Meningkatkan Produktifitas Kerja. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sianipar, S.J. (1999). Perencanaan Peningkatan Kinerja. Jakarta: LAN-RI Stoner, J. A. F & Freeman, R.E. (1994) Manajemen. Jakarta: PT. Prenhallindo. Sudjana. (1992). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana. (1998). Dasar-dasar dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Supranto, J. (1997). Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. Jakarta: Rineka Cipta.

Supriatman, Agus. (2002). Pengaruh Bantuan Operasional Manajemen (BOM) Terhadap Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan PBM. Tesis UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Suryadi, Ace & Mulya Wiana. (1993). Kerangka Konseptual Mutu Pendidikan dan Pembinaan Kemampuan Profesional Guru. Jakarta: Cardimas Metropole.

Sutisna, Oteng. (1989) Administrasi Pendidikan; Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa.

Taufik, Hilman. (2002). Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Sukabumi. Tesis UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.


(51)

Thomas, J. Allan (1972) The Productive School A System Analysis Approach to Educational Administration. John Wiley & Sons. JNC. Canada.

Tilaar, H.A.R. (1999). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad 21. Magelang: Tera Indonesia.

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan. (2003) Pengantar Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Adpen UPI.

Tola dan Furqon. (2002). Pengembangan Model Penilaian Sekolah Efektif. Tersedia Online pada www. Depdiknas. go.id/jurnal/44/burhanuddin-furqon. htm

Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005. Guru dan Dosen.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

UPI. (2006). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Usman, M.U. (2001) Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Wibowo. (2007). Manajemen Perubahan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Wijaya. (1998). Kemampuan Guru dalam PBM. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Wirawan. (2002) Prefesi dan Standar Evaluasi. Jakarta: Yayasan Bangun Indonesia & UHAMKA Press.

Yutmini, Sri. (1992). Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: FKIP UNS.

Zymelman, M. (1975). Pembiayaan dan efisiensi Pendidikan: Referensi untuk Administrasi dan Pembuatan Keputusan. Harvard University.


(1)

149 1. Proses sosialisasi upaya peningkatan mutu Proses Belajar Mengajar (PBM) di Sekolah Menengah Pertama (SMP), melalui Manajemen Bantuan Operasional Sekolah (BOS) perlu dirancang suatu proses yang dapat membangun personil sekolah mampu mengelola BOS secara efektif. Hal ini bisa dilakukan misalnya dengan; modul atau jurnal yang berisi kajian, informasi, inovasi dan rangsangan lain yang diterbitkan oleh Dikdasmen disebar ke seluruh Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebagai penerima BOS.

2. Kepala SMP Negeri di Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka hendaknya melibatkan Dewan Guru dan Komite Sekolah meningkatkan kemampuan dalam memanage/mengelola dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang lebih tepat guna dan efektif dengan lebih memperhatikan sarana dan media penunjang dalam meningkatkan kualitas Proses Belajar Mengajar (PBM) sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan.

3. Guru sebagai peran kunci dalam keberhasilan peserta didik hendaknya belajar lebih tahu tentang pembiayaan dan mampu mendorong dalam penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) secara efektif sehingga mampu meningkatkan kualitas pelayanan Proses Belajar Mengajar (PBM) guna meningkatkan mutu pendidikan.

4. Kepada pihak berwenang terhadap pembinaan Kepala SMP Negeri dan para guru mengenai kinerjanya dalam melaksanakan tugas utamanya, dalam hal ini para Pengawas SMP/SMA Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka dan para pejabat terkait yang berada di Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka hendaknya dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan kajian untuk


(2)

memantau efektivitas pengelolaan dan penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) agar tepat guna secara efektif.

5. Kepada Dinas Pendidikan Propinsi/Kabupaten/Kota, Depdiknas atau Pemerintah Pusat sebagai penyalur dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) hendaknya mengkaji, mengawasi, dan mengevaluasi efektivitas penggunaan dana BOS terhadap kualitas pembelajaran sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan.

6. Kepada peneliti atau calon peneliti yang berminat meneliti tentang pembiayaan dan kinerja guru dapat ditindaklanjuti ke arah pengembangan sekolah unggulan dengan dukungan biaya dari BOS dan biaya lain dari kemampuan sekolah baik di tingkat SD maupun tingkat SMP sebagai penerima bantuan dana BOS.


(3)

151 DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Idochi. (1990) Tranformasi Biaya Pendidikan dalam Layanan Pendidikan pada Perguruan Tinggi. Bandung: Pascasarja IKIP Bandung.

Aqib, Zainal. (2002) Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendekia.

Arief, S. Sadiman. (1990) Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta: Media Sarana Perkasa.

Arikunto, Suharsimi. (1989). Manajemen Penelitian. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti P2LPTK.

Bognan & Biklen. (1982). Qualitative Research for Education An Introduction to Theory and Methods. Boston, Allyn and Bacon. Inc.

Bowen, Howard R. (1981) The Cost Higher Education. San Francisci Jasey: Bass Publishers.

Castetter, W.B. (1996). The Human Resource Function in Educational Administration. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Dedi, Supriadi. (2003). Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bangdung: PT. Remaja Rosda Karya.

Depdikbud. (1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Depdiknas. (2007). Buku Panduan BOS dalam Rangka Wajib Belajar 9 Tahun.

Jakarta.

Dicky, Christian. (2006). Pengaruh Kemampuan Profesional dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Efektivitas Pembelajaran. Tesis UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Dimyati. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Engkoswara. (1987). Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: LP2TK. Engkoswara. (1999). Menuju Indonesia Modern. Bandung: Yayasan Amal

Keluarga.

Engkoswara. (2001). Paradigma Manajemen Pendidikan Menyongsong Otonomi Daerah. Bandung: Yayasan Amal Keluarga.

Fakry Gaffar, Mohammad. (2006). Sistem Informasi Manajemen Nasional Guru. Bandung: UPI.

Fattah, Nanang. (1996). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Fattah, Nanang. (2000). Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


(4)

Fattah, Nanang. (2000). Manajemen Berbasis Sekolah: Strategi Pemberdayaan Sekolah dalam Rangka Peningkatan Mutu dan Kemandirian Sekolah. Bandung: ANDIRA.

Hallak. (1985). Managing Educational Cost. Philip H Coombs. New York: Oxford University Press.

Hamalik, Oemar. (2002). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasibuan, J.J. (1986) Preses Belajar Mengajar Keterampilan Dasar Mikro. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hendayana, Sumar dkk. (2006). Lesson Study: Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan Pendidik. Bandung: FPMIPA UPI dan JICA.

Holzer dan Nagel. (1984). Produktivity and Publik Policy. London: SAGE Publication.

Hoy, Wayen K. & Miskel, Cecil G. (2001). Educational Administration: Theory, Reseach and Practice. New York: Mc Grawwhill.

Isprayanti. (2005). Kajian Tentang Sistem Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian Biaya pada SMK di Kota Cirebon. Tesis UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Joni, T. Raka. (1984). Pedoman Umum Alat Penilaian Kemampuan Guru. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud.

Kardoyo. (1998). Pembiayaan Pendidikan di SMK Negeri 1 Semarang. Tesis UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Knezcvich. (1984). The American School Superintendent. Wasington DC: American Association of School Administrtion.

Komariah, Aan. (2004). Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Kunandar. (2007). Guru Profesional. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Morphet, E.L. (1972) Educational Organization and Administration. New Jersey, Prentice Hall Inc.

Mulyasa, E. (2004). Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2004). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasution. (1999). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:

Bumi Aksara.

Nawawi, Hadari. (1981). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung. Rahman, dkk. (2005). Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan


(5)

153 Riduwan & Akdon. (2006). Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika untuk

Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Risqon. (2001). Melihat DANEM SLTP dan SMU di Simpang. http://members. Tripod com/-Zkarnain/ SMU-01 htm.

Rivai, Veithzal. (2005). Performance Appraisal. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Rivai, Veithzal. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke Praktik. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Robbins, S.P. (1996) Organizational Behavior, Concepts, Controversies, Aplications. United Stated of America: Prentice Hall International.

Sagala, Syaiful. (2000). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta.

Sanusi, Ahmad. (1994). Kehidupan Kebangsaan yang Cerdas, Strategi Pembelajaran dan Manajemen Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung. Saruri & Suharto, Nugraha. (2007). Belajar SPSS For Windows untuk Pengelola

Data Penelitian. Bandung: Dewa Ruchi.

Siagian, S.P. (2001). Kerangka Dasar Ilmu Administrasi. Jakarta: Rineka Cipta. Siagian, Sondang P. (2002). Kiat Meningkatkan Produktifitas Kerja. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sianipar, S.J. (1999). Perencanaan Peningkatan Kinerja. Jakarta: LAN-RI Stoner, J. A. F & Freeman, R.E. (1994) Manajemen. Jakarta: PT. Prenhallindo. Sudjana. (1992). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana. (1998). Dasar-dasar dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Supranto, J. (1997). Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. Jakarta: Rineka Cipta.

Supriatman, Agus. (2002). Pengaruh Bantuan Operasional Manajemen (BOM) Terhadap Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan PBM. Tesis UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Suryadi, Ace & Mulya Wiana. (1993). Kerangka Konseptual Mutu Pendidikan dan Pembinaan Kemampuan Profesional Guru. Jakarta: Cardimas Metropole.

Sutisna, Oteng. (1989) Administrasi Pendidikan; Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa.

Taufik, Hilman. (2002). Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Sukabumi. Tesis UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.


(6)

Thomas, J. Allan (1972) The Productive School A System Analysis Approach to Educational Administration. John Wiley & Sons. JNC. Canada.

Tilaar, H.A.R. (1999). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad 21. Magelang: Tera Indonesia.

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan. (2003) Pengantar Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Adpen UPI.

Tola dan Furqon. (2002). Pengembangan Model Penilaian Sekolah Efektif. Tersedia Online pada www. Depdiknas. go.id/jurnal/44/burhanuddin-furqon. htm

Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005. Guru dan Dosen.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

UPI. (2006). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Usman, M.U. (2001) Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Wibowo. (2007). Manajemen Perubahan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Wijaya. (1998). Kemampuan Guru dalam PBM. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Wirawan. (2002) Prefesi dan Standar Evaluasi. Jakarta: Yayasan Bangun Indonesia & UHAMKA Press.

Yutmini, Sri. (1992). Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: FKIP UNS.

Zymelman, M. (1975). Pembiayaan dan efisiensi Pendidikan: Referensi untuk Administrasi dan Pembuatan Keputusan. Harvard University.