PENGARUH PENETAPAN TUJUAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR LOB BERTAHAN DAN MOTIVASI OLAHRAGA.

(1)

PENGARUH PENETAPAN TUJUAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR LOB BERTAHAN DAN MOTIVASI

OLAHRAGA

(Studi Eksperimen Terhadap Siswa SD Negeri 1Gerogol Kabupaten Cirebon)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Olahraga

Oleh

MEIDIYANTO DWI CIPTA 0807718

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

LEMBAR HAK CIPTA

PENGARUH PENETAPAN TUJUAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR LOB BERTAHAN DAN MOTIVASI

OLAHRAGA

(Studi Eksperimen Terhadap Siswa SD Negeri 1Gerogol Kabupaten Cirebon)

Oleh :

Meidiyanto Dwi Cipta

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Meidiyanto Dwi Cipta 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

LEMBAR PENGESAHAN Nama : Meidiyanto Dwi Cipta

Nim : 0807718

Judul : Pengaruh Penetapan Tujuan Proses Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Dasar Lob Bertahan dan Motivasi Olahraga

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH DOSEN PEMBIMBING Pembimbing I

Yusup Hidayat, M. Si NIP. 196808301999031001

Pembimbing II

Alit Rahmat, M. Pd NIP. 197208282005011001

Mengetahui Ketua Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Drs. Mudjihartono, M. Pd NIP. 196508171990011001


(4)

ABSTRAK

Meidiyanto Dwi Cipta NIM 0807718. Skripsi : Pengaruh Penetapan Tujuan Proses Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Dasar Lob Bertahan dan Motivasi Olahraga. Skripsi ini dibimbing oleh Pembimbing I Yusup Hidayat M.Si dan Pembimbing II Alit Rahman, M. Pd Program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Universitas Pendidikan Indonesia.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji seberapa besar pengaruh strategi belajar penetapan tujuan proses terhadap hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan dan motivasi olahraga. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen dengan desain posttest only control group design. Sampel penelitian adalah siswa Sekolah Dasar Negeri 1 Gerogol Kab. Cirebon sebanyak 20 siswa yang dipilih secara acak (simple random sampling) dan ditempatkan dengan teknik random assigment pada dua kelompok, masing-masing 10 siswa pada kelompok eksperimen dan 10 siswa pada kelompok kontrol. Hasil penghitungan uji independent samples t tes data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol lob bertahan dengan menggunakan asumsi equal variances not assumed diperoleh nilai rata-rata kelompok eksperimen (21,00) lebih tinggi dari pada kelompok kontrol (16,10) dan hasil penghitungan motivasi olahraga dengan menggunakan asumsi equal variances not assumed diperoleh nilai rata-rata kelompok eksperimen (49,90) lebih tinggi dari pada kelompok kontrol (48,00), Kesimpulan dari hasil uji independent samples t tes adalah penetapan tujuan proses memberikan pengaruh signifikan terhadap peningkatan hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan dan motivasi olahraga.


(5)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 10

C. Tujuan Penelitian... 10

D. Manfaat Penelitian... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Keterampilan Dasar Lob Bertahan ... 11

1. Pengertian dan Batasan ... 12

2. Keterampilan Dasar Lob Bertahan ... 14

3. Analisis Keterampilan Dasar Lob Bertahan ... 15

B. Motivasi Olahraga ... 18

1. Pengertian dan Batasan ... 18

2. Dimensi Motivasi Olahraga ... 18

a. Motivasi Instrinsik ... 19

b. Motivasi Ekstrinsik ... 20

C. Penetapan Tujuan Proses... 22

1. Pengertian dan Batasan... 22

2. Langkah-langkah Penyusunan Penentapan Tujuan Proses Lob Bertahan... 25

3. Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Tujuan Proses ……... 27


(6)

v

E. Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian... 32

1. Populasi ... 32

2. Sampel ... 32

B. Desain Penelitian ... 33

C. Metode Penelitian... 34

D. Definisi Operasional... 34

1. Definisi Operasional Lob Bertahan ... 35

2. Definisi Operasional Motivasi Olahraga ... 35

E. Instrumen Penelitian ... 35

1. Instrumen Tes Keterampilan Dasar Lob Bertahan ... 36

2. Instrumen Motivasi Olahraga ... 38

F. Validitas dan Reliabilitas Angket Motivasi Olahraga ... 40

1. Pengujian Validitas ... 40

2. Estimasi Reliabilitas ... 43

G. Prosedur Penelitian ... 44

H. Teknik Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... ... 47

1. Deskritif Statistik ... 47

2. Uji Asumsi ... 48

3. Uji Hipotesis ... 51

4. Analisis Korelasi Product Moment ... 54

B. Pembahasan Penelitian ... 56

1. Pengaruh Penetapan Tujuan Proses Terhadap Hasil Latihan Keterampilan Lob Bertahan ... 57

2. Pengaruh Penetapan Tujuan Proses Terhadap Motivasi Olahraga ... 58


(7)

v

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan... 60

B. Saran... 60

DAFTAR PUSTAKA... 62

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 63 DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam hidup manusia. Pada saat ini terdapat kecenderungan bahwa masyarakat memandang pendidikan di sekolah sedemikian penting untuk memperoleh pengetahuan, pembentukan sikap, dan keterampilan. Bahkan lebih kongkrit lagi, masyarakat menganggap bahwa pendidikan di sekolah merupakan semacam investasi, sehingga kelak seseorang dapat memungut hasilnya, terutama berupa peningkatan hidup yang layak (Lutan, 1989:1). Pendidikan di sekolah itu sendiri berlangsung melalui proses yang cukup panjang yang diorganisasi sedemikian rupa melalui suatu jenjang seperti pendidikan yang dimulai dari Taman Kanak sampai dengan Perguruan Tinggi.

Sehubungan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah, pihak pemerintah telah cukup lama melakukan secara terencana seperti yang dijelaskan oleh Suderadjat (2003:1) sebagai berikut:

Upaya pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia secara terencana dimulai sejak tahun 1969 dalam Program Pengembangan Lima Tahun Pertama (Pelita I), melalui proyek-proyek pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan tinggi, baik dengan dana APBN maupun dana pinjaman luar negeri.

Melalui upaya pemerintah terhadap pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan secara kuantitatif hasilnya terlihat antara lain dari bertambahnya jumlah Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Perguruan Tinggi (PT). Tetapi secara kualitatif tidak demikian, hal ini seperti yang dikemukakan oleh Suderadjat (2003:2) sebagai berikut:


(9)

Penelitian Biazely dkk pada 1997 mengemukakan bahwa:

1. Pembelajaran di Indonesia cenderung sangat teoritik dan tidak terkait dengan lingkungan di mana siswa berada. Akibatnya peserta didik tidak mampu menerapkan apa yang dipelajarinya di sekolah, guna memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Survai the Political and Economics Risk Consultation melaporkan bahwa sistem pendidikan di Indonesia berada pada peringkat ke-12 dari 12 negara yang disurvai, satu peringkat di bawah Vietnam.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Human Development Index (HDI) menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-102 dari 106 negara yang disurvai, satu peringkat di bawah Vietnam.

Dari hasil penelitian tersebut, ternyata pendidikan di Indonesia secara kualitas belum mencapai tujuan seperti apa yang diharapkan. Selain itu khususnya pendidikan jasmani di sekolah pada akhir-akhir ini, dikalangan masyarakat timbul pendapat bahwa kelangsungan pendidikan jasmani relatif rendah mutunya. Umumnya tolak ukur yang melandasi pendapat itu bervariasi, bahkan sering tidak selalu jelas batas-batasnya. Misalnya ada yang menghubungkan mutu pendidikan jasmani dengan nilai-nilai moral remaja usia sekolah, kualitas fungsional fisik manusia Indonesia, dan prestasi keolahragaan di Indonesia. Ada pula pendapat yang menekankan secara terbatas kepada tingkat keberhasilan sekolah siswa pada institusi atau jenjang pendidikan tertentu. Misalnya mutu pendidikan jasmani dikaitkan dengan produk kelangsungan pendidikan jasmani di sekolah, seperti dengan taraf kebugaran jasmani, keterampilan berolahraga, nilai-nilai sportivitas yang dimiliki oleh siswa dan para lulusannya.

Fakta-fakta tersebut di atas mencerminkan bahwa produk pendidikan jasmani di sekolah masih jauh di bawah harapan yang dirumuskan dalam tujuan kurikulum yang berlaku saat ini. Oleh karena itu, isu kritis yang mendesak untuk dipecahkan, berkaitan dengan efektivitas proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah atau lembaga pendidikan formal. Di lapangan sering terjadi bahwa guru pendidikan jasmani mengeluh karena siswa-siswa yang diajarnya dinilai malas dan kurang bersemangat dalam mengikuti pelajarannya. Pertanyaannya adalah


(10)

bagaimana seorang guru dapat memotivasi siswa-siswanya agar giat dan bersemangat dalam mengikuti proses belajar-mengajar.

Dalam proses belajar-mengajar, sebelum menentukan program pembelajaran, guru penjas perlu memperhatikan beberapa faktor. Faktor tersebut berhubungan dengan sesuatu yang harus dipersiapkan sebelum proses belajar-mengajar berlangsung. Hal itu meliputi pemberian motivasi, instruksi, dan demonstrasi. Dalam proses belajar-mengajar motivasi sangat diperlukan, karena motivasi akan menentukan bagaimana siswa menjalani proses pembelajarannya (Juliantine, Subroto, dan Yudiana, 2010:73).

Hal terpenting dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani adalah memaksimalkan partisipasi dari semua peserta didik, dilakukan dengan cara menciptakan atmosfir belajar yang menggairahkan dan keadaan lingkungan belajar mendukung, sehingga anak termotivasi untuk bergerak dan menguasai keterampilan gerak yang guru ajarkan. Untuk mencapai suasana tersebut, guru pendidikan jasmani harus memahami tugasnya dan menguasai keterampilan dalam menerapkan strategi belajar mengajar yang tepat.

Strategi belajar mengajar secara harfiah dapat diartikan sebagai menyiasati atau mengakali pelaksanaan belajar mengajar, dan strategi belajar mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum proses belajar mengajar dilaksanakan. Dalam istilah menyiasati mengandung pengertian merencanakan, menetapkan dan menerapkan berbagai upaya yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar dalam usaha mencapai tujuan pengajarannya. Tujuannya adalah untuk menciptakan kondisi dan kegiatan belajar yang memungkinkan peserta didik lancar belajar dan mencapai sasaran belajar, atau dengan istilah lain tujuannya adalah proses belajar mengajar itu berhasil.

Strategi adalah gerakan sebelum kegiatan belajar mengajar itu dilaksanakan. Strategi belajar mengajar merupakan hasil pilihan yang disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan tujuan pengajaran tertentu, karena situasi, kondisi, dan tujuan pengajaran itu dapat berbeda-beda. Strategi pengajaran ini sering juga disebut dalam istilah gaya (style) mengajar oleh (Juliantine dkk, 2010:18).


(11)

Berikut ini akan diuraikan mengenai strategi pengajaran yang sering digunakan oleh guru pendidikan jasmani dalam proses belajar mengajar, menurut Juliantine dkk (2010:18) yaitu (1) strategi komando, (2) strategi dua kawan berpasangan, (3) strategi tugas perorangan, (4) strategi pemecahan masalah tertuntun, (5) strategi Inkuiri. Secara singkat kelima strategi mengajar tersebut dijelaskan sebagai berikut:

(1) Strategi komando, yaitu gurulah yang membuat keputusan tentang bentuk, tempo, urutan, intensitas, penilaian, dan tujuan belajar mengajar untuk setiap tahap proses belajar mengajar. Kebebasan siswa sangat terbatas hanya kepada mau atau tidaknya mengikuti atau mematuhi guru. Jadi peserta didik sepenuhnya bergantung pada gurunya tentang tugas gerak apa yang dikerjakan.

(2) Strategi dua kawan berpasangan, yaitu tugas gerak dilaksanakan secara berkawan, dan dalam situasi ini dapat dilaksanakan pembagian tugas. (3) Strategi tugas perorangan yaitu, pemberian tugas gerak kepada

perorangan, peserta didik diberi sedikit kebebasan untuk membuat beberapa keputusan sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar.

(4) Strategi pemecahan masalah tertuntun yaitu, strategi ini beranggapan bahwa unsur penting dalam proses belajar mengajar adalah pengembangan kreativitas peserta didik.

(5) Strategi inkuiri yaitu, peserta didik sepenuhnya diberi kebebasan oleh guru.

Dalam proses belajar mengajar tidak ada satu ketentuan yang menandaskan bahwa hanya satu strategi yang paling efektif untuk pengajaran pendidikan jasmani. Jadi dalam menerapkan strategi pengajaran harus selalu disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada waktu proses belajar mengajar berlangsung.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis dilapangan, para guru pendidikan jasmani lebih banyak menerapkan strategi mengajar komando dan hanya menuntut peserta didik agar mampu menguasai keterampilan teknik tanpa


(12)

mengingat pentingnya perkembangan psikis anak. Inilah yang menyebabkan terlantarnya penjas khususnya di Indonesia, kesenjangan antara teori dan praksis di lapangan bahkan mencuatnya isu yang sangat memprihatinkan yaitu ketidaktermotivasian peserta didik untuk berpartisipasi dalam aktivitas olahraga di sekolah. Hal ini juga mengakibatkan menurunnya motivasi belajar peserta didik untuk menguasai keterampilan gerak yang di tugaskan. Sedangkan tujuan pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial), serta pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

Menurunnya motivasi belajar siswa ini dikarenakan guru hanya terfokus pada penguasaan keterampilan teknik yang harus anak kuasai, dan masih relatif kurang memperdulikan pentingnya penguasaan keterampilan psikologis yang sangat penting dalam penjas. Kesabaran, keberanian, sportivitas, kepercayaan diri, motivasi, pengelolaan emosi merupakan aspek-aspek psikologis yang penting dalam penjas.

Dalam proses belajar-mengajar pendidikan jasmani, dibutuhkan sebuah strategi belajar yang tepat untuk mengatasi masalah motivasi belajar siswa. Strategi mempunyai pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa yang bersangkutan khususnya dalam olahraga, bahkan sangat menentukan. Oleh karena itu guru harus dapat memilih penggunaan strategi belajar yang tepat agar siswanya dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi olahraga dalam menguasai keterampilan yang diberikan.

Anderson (1997) mengkonsepsikan penetapan tujuan (goal setting) sebagai suatu teknik atau strategi belajar yang digunakan secara sistematis untuk meregulasi proses berfikir yang berkaitan dengan penguasaan pengetahuan dan keterampilan. Lebih lanjut Locke dan Latham (2002, dalam Hidayat) menjelaskan bahwa:

Penetapan tujuan adalah suatu teknik untuk menetapkan orientasi tujuan belajar yang ingin dicapai dan menuntun cara dan proses berfikir


(13)

peserta didik dalam rangka menguasai keterampilan dasar bulutangkis. Penetapan tujuan memainkan peranan penting dalam proses belajar, karena dapat mempengaruhi kondisi mental/psikologis peserta didik seperti meningkatkan motivasi belajar, kepercayaan diri, memfokuskan perhatian pada aspek-aspek penting dari tugas yang dipelajari, meningkatkan usaha dan keberlangsungannya, serta mengembangkan strategi baru dalam belajar/latihan.

Ada tiga teknik menetapkan tujuan dalam kaitannya dengan strategi belajar keterampilan gerak, yaitu penetapan tujuan proses, tujuan hasil, dan tujuan dinamik (Zimmerman & Kitsantas, 1997). Tujuan proses adalah teknik menetapkan tujuan belajar dengan fokus pada penguasaan dan pengembangan keterampilan, serta memahami sesuatu secara lebih mendalam dengan berusaha menggunakan beragam cara atau strategi untuk menguasai suatu keterampilan gerak tertentu. Dengan menerapkan teknik penetapan tujuan proses diharapkan peserta didik akan lebih termotivasi dan dapat menguasai keterampilan gerak dengan baik. Tujuan hasil adalah teknik menetapkan tujuan belajar dengan fokus pada hasil akhir, kesempurnaan tugas atau peragaan kemampuan yang tinggi agar mampu melebihi atau mengalahkan orang lain, tujuan hasil dalam penguasaan keterampilan dasar bermain bulutangkis berkenaan dengan pukulan yang berhasil dilakukan dengan benar dan kok jatuh pada bidang sasaran yang telah ditentukan. Tujuan dinamik adalah teknik menetapkan tujuan belajar dengan fokus pada kombinasi antara tujuan proses dengan tujuan hasil (Hidayat, 2012: 75).

Salah satu materi dalam pelajaran pendidikan jasmani yang tercantum dalam kurikulum sekolah adalah permainan bulutangkis. Melalui permainan bulutangkis peserta didik dapat menyalurkan bakat, hobi dan mengekspresikan kegembiraannya. Subarjah & Hidayat (2007:30) menjelaskan definisi bulutangkis sebagai berikut:

Permainan bulutangkis merupakan jenis olahraga yang dimainkan dengan menggunakan net, raket sebagai alat pemukul, satelkok sebagai objek yang dipukul, dan berbagai keterampilan, mulai keterampilan dasar hingga keterampilan yang paling kompleks.


(14)

Sekolah olahraga bulu tangkis atau biasa disebut PB (Pelatihan Bulutangkis) merupakan sarana pembinaan dan merupakan tempat berlangsungnya pembinaan dan pelatihan para atlet dan juga calon atlet, pembinaan harus dilakukan secara sistematis metodis agar materi latihan dapat dikuasai dengan benar. Tujuan dari pembinaan olahraga adalah untuk membantu atlet meningkatkan prestasinya, seperti yang diungkapkan oleh Harsono (1996:109) yang menyatakan bahwa :

“tujuan serta sasaran utama dari latihan atau training adalah untuk membantu atlet meningkatkan keterampilan dan prestasi yang maksimal. Ada 4(empat) aspek yang harus diperhatikan dan dilatih secara seksama oleh atlet yaitu: (a) Latihan kondisi fisik (b) Latihan teknik (c) Latihan taktik (d) Latihan mental”.

Menurut Hidayat (2012) pembinaan di sekolah bulutangkis dimulai sejak periode usia dini atau usia awal latihan, yakni antara usia 6-14 tahun. Eksistensi sekolah bulutangkis sebagai lapisan pembinaan yang berperan untuk melanggengkan proses regenerasi menjadi sangat penting, lebih-lebih karena sekolah bulutangkis merupakan satu-satunya pusat pembinaan atlet-atlet usia awal. Ditegaskan oleh Tarigan (1998) pembinaan olahraga sedini mungkin merupakan salah satu strategi yang paling mendasar dalam upaya meningkatkan prestasi olahraga bulutangkis.

Untuk dapat bermain bulutangkis dengan terampil, maka peserta didik perlu mempelajari teknik atau keterampilan dasar permainan ini. Secara umum keterampilan dasar permainan bulutangkis dikelompokkan kedalam empat bagian yaitu cara memegang raket, sikap siap, gerakan kaki, dan teknik dasar memukul (Kumar, 2006; Subarjah, 2009), dan tiga keterampilan teknik dasar memukul yang paling dasar dan biasanya diajarkan pertama kali kepada para pemula adalah lob bertahan, servis tinggi, dan drop shot (Hidayat, 2004; Subarjah, 2007). Lebih lanjut Hidayat (2012 : 27) menjelaskan sebagai berikut:


(15)

Lob bertahan merupakan jenis pukulan yang paling mudah untuk dipelajari dan dikuasai, karena itu termasuk jenis pukulan yang pertama kali harus diajarkan kepada peserta didik. Menguasai lob bertahan merupakan hal yang sangat penting, sebab (1) paling sering digunakan terutama dalam permainan tunggal, (2) menjadi dasar pengembangan pukulan lain, (3) sangat bermanfaat untuk mendapatkan kembali paritas ke posisi siap, (4) menyulitkan lawan utnuk melakukan pukulan menyerang, dan (5) untuk atlet pemula dapat dijadikan barometer awal bagi kemampuannya untuk dikategorikan sudah mampu atau belum bermain bulutangkis, dalam pengertian pada tingkat yang paling dasar yakni mampu menyeberangkan kok (shuttle cock) melewati bagian atas net ke lapang lawan.

Dalam penguasaan keterampilan dasar bermain bulutangkis khususnya keterampilan lob bertahan, peserta didik harus memiliki motivasi yang kuat dari dalam diri mereka agar dapat menguasainya. Hoedaya (2002:8) mengemukakan bahwa: “Orang yang termotivasi memiliki kecenderungan mengendalikan arah dan memilih perilaku yang sesuai dengan tujuan, menyadari segala konsekuensi perbatannya, dan kecenderungan tersebut tetap bertahan sampai tujuannya tercapai.”

Motivasi menurut Purwanto (1990:60) adalah syarat mutlak untuk belajar atau bisa dilakukan sebagai suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Donald yang dikutip Sudirman (2004:7) mendefinisikan motivasi sebagai “... perubahan energi dalam diri individu yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya suatu tujuan”. Kemudian Hamzah (2007:3) menjelaskan bahwa : “Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang baik dalam memenuhi kebutuhannya.”

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi olahraga adalah keseluruhan daya penggerak (motif – motif) didalam diri individu yang menimbulkan kegiatan berolahraga, menjamin kelangsungan latihan dan memberi arah pada kegiatan latihan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Motivasi


(16)

olahraga dibagi menjadi dua jenis yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.

Ditinjau dari fungsi motivasi Harsono (1989:250) menjelaskan bahwa: “Ditinjau dari fungsinya motivasi dapat berfungsi sebagai motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.” Motivasi instrinsik berfungsi karena adanya dorongan yang berasal dari dalam diri individu, sedangkan motivasi ekstrinsik berfungsi karena ada dorongan dari luar individu. Hoedaya (2002:8) menjelaskan seperti yang tertera dibawah ini:

“ Motivasi instrinsik (MI) dikendalikan dari dalam diri seseorang. Atlet yang memiliki MI selalu merasa mampu untuk berbuat sesuatu yang produktif dan intelijen untuk meningkatkan prestasinya. Sedangkan motivasi ekstrinsik (ME) dikendalikan dari luar diri seseorang. Datangnya dari orang lain (misalnya pengakuan, pujian), dan juga bisa berbentuk hal-hal yang bersifat kebendaan.”

Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi dan peningkatan motivasi berlatih diungkapkan oleh Lutan (1998:322) yaitu bahwa :

“Proses belajar dan penampilan gerak dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal, kondisi internal mencakup karakteristik yang melekat pada individu, kondisi eksternal mencakup pada faktor-faktor yang terdapat diluar individu yang memberikan gerak seseorang, kondisi eksternal meliputi kondisi lingkungan”.

Sesuai dengan uraian di atas dapat diketahui faktor-faktor motivasi olahraga yang mempengaruhi terhadap hasil belajar penjas yaitu faktor ekstrenal (motivasi ekstrinsik) dan faktor internal (motivasi instrinsik), oleh karena itu untuk kepentingan penelitian ini penulis akan mengkaji mengenai motivasi olahraga. Dalam kaitannya dengan pokok-pokok penulisan diatas, penulis akan mencoba melakukan penelitian terkait dengan pengaruh strategi belajar penetapan tujuan proses terhadap hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan dan motivasi olahraga pada peserta didik usia 10-12 tahun SD Negeri 1 Gerogol. Melalui penelitian ini diharapkan dapat menanamkan motivasi olahraga dan dapat


(17)

meningkatkan hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan peserta didik usia 10-12 tahun di sekolah SD Negeri 1 Gerogol.

Dari penjelasan yang sudah diuraikan, penulis merasa bahwa strategi belajar penetapan tujuan proses sebaiknya di terapkan pada peserta didik usia dini umur 10-12 tahun, hal ini diharapkan dapat menanamkan motivasi olahraga pada peserta didik dalam belajar dan dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan peserta didik usia 10-12 tahun di SD Negeri 1 Gerogol.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang sudah diuraikan, maka masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah penerapan strategi belajar penetapan tujuan proses dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan pada siswa usia 10-12 tahun SD Negeri 1 Gerogol?

2. Apakah penerapan strategi belajar penetapan tujuan proses dapat memberikan pengaruh terhadap motivasi olahraga pada siswa usia 10-12 tahun SD Negeri 1 Gerogol?

3. Apakah ada hubungan antara hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan dengan motivasi olahraga pada siswa usia 10-12 tahun SD Negeri 1 Gerogol?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengungkap:

1. Untuk menguji pengaruh strategi belajar penetapan tujuan proses terhadap hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan dalam permainan bulutangkis. 2. Untuk menguji pengaruh strategi belajar penetapan tujuan proses terhadap

motivasi olahraga dalam penguasaan keterampilan dasar lob bertahan dalam permainan bulutangkis.

3. Untuk mengetahui hubungan antara hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan dengan motivasi olahraga.


(18)

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan yang telah dikemukakan, maka manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara praktis dapat memberikan panduan kepada para guru atau pengajar pendidikan jasmani dan olahraga untuk menerapkan teknik pentapan tujuan proses untuk meningkatkan hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan permainan bulutangkis dan motivasi olahraga.

2. Secara teoretis dapat menjadi dasar teoretik untuk merancang program pembelajaran yang lebih terpadu.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diselidiki, menurut Sugiyono (2011:119) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, sedangkan menurut Arikunto (1997:108), populasi diartikan sebagai “… keseluruhan subjek penelitian”. Berdasarkan kedua pengertian di atas, maka populasi dapat diartikan sebagai suatu subjek yang mempunyai sifat-sifat atau karakteristik yang berbeda dan dapat dipakai dalam penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa/siswi kelas 5 Sekolah Dasar rentang usia 10-12 tahun SD Negeri 1 Gerogol yang berjumlah 28 orang.

2. Sampel

Setelah menentukan populasi, langkah selanjutnya adalah menentukan sampel. Meneliti jumlah populasi besar membutuhkan biaya dan kesempatan yang lebih besar. Untuk mempermudah penelitian maka digunakan sejumlah sampel penelitian yang representatif. Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili dalam penelitian. Sugiyono (2011:120) menyatakan bahwa “ sampel adalah bagian jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.” Dengan kata lain sampel merupakan kelompok yang digunakan dalam penelitian dimana data diperoleh. Pengertian sampel menurut Arikunto (2006:131) yaitu “Sebagian atau wakil populasi yang diteliti“.

Adapun cara dalam penentuan sampel penulis menggunakan cara simple random sampling yang bertujuan untuk mengungkapkan masalah sesuai dengan kebutuhan peneliti. Sugiyono (2011:82) menjelaskan mengenai simple random


(20)

sampling sebagai berikut: dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu”. Cara demikian dilakukan karena kemampuan siswa dianggap homogen. Sesuai dengan karakteristik sampel yang dibutuhkan yaitu (1) siswa pemula yang baru belajar bulutangkis (2) jenis kelamin putera dan puteri, (3) berusia antara 10 sampai 12 tahun, diperoleh 24 siswa, terdiri dari 11 siswa puteri dan 13 siswa putera. Selanjutnya ditentukan 20 siswa yang akan dijadikan sebagai sampel, terdiri dari 10 siswa putera dan 10 siswa puteri.

Ke-20 siswa tersebut dibagi ke dalam dua kelompok, masing-masing satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol dengan penugasan secara acak pada setiap kategori jenis kelamin (random assignment) agar diperoleh jumlah siswa putera dan siswa puteri yang sama atau sepadan pada setiap kelompok. Dengan demikian, setiap kelompok terdiri atas 12 siswa (6 siswa putera dan 6 siswa puteri).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan sampel sebanyak 10 orang siswa 5 putera dan 5 puteri (kelompok eksperimen) yaitu kelompok yang melakukan strategi penetapan tujuan proses yang kemudian akan dibandingkan dengan 10 orang siswa 5 putra dan 5 putri (kelompok kontrol) yaitu kelompok yang tidak diberikan strategi penetapan tujuan proses yang sudah ada sebelumnya.

B. Desain Penelitian

Sesuai dengan metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimen, maka desain penelitian yang digunakan adalah desain dengan kelompok kontrol tanpa pre-test atau biasa disebut posttest only control group design (Johnson & Christensen, 2012:305), Seperti gambar yang disajikan dibawah ini:

Gambar 3.1 Desain Penelitian Posttest Only Control Group Design

Treatment Posttest Control group

Experimental group

Sample of research participants

Xc O2


(21)

(Sumber: Educational Research, Johnson & Christensen, 2012:305)

Keterangan: XC = Kelompok Kontrol XT = Kelompok Eksperimen O2 = Post-test (tes akhir)

C. Metode Penelitian

Penelitian pada dasarnya merupakan suatu proses pencarian (inquiry), menghimpun data, mengadakan pengukuran, analisis, sintesis, membandingkan, mencari hubungan, dan menafsirkan hal-hal yang dianggap masalah oleh peneliti. Dalam hal ini metode penelitian sangatlah penting digunakan untuk melakukan suatu penelitian agar dapat terkumpul data yang benar dan mempunyai kriteria yang valid, ini sependapat dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009:4) yang mengatakan bahwa ”data yang diperoleh melalui penelitian itu adalah data empiris (teramati) yang mempunyai kriteria tertentu yaitu valid.”

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu untuk menguji pengaruh strategi penetapan tujuan proses terhadap hasil belajar lob bertahan dan motivasi olahraga, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Sugiyono (2010:3) menjelaskan bahwa: “ Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Adapun tentang metode eksperimen, Sugiyono (2010:107) menambahkan bahwa: “Metode eksperimen sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali.

D. Definisi Operasional

1. Definisi Operasional Lob Bertahan

Tingkat penguasaan siswa menampilkan keterampilan dasar lob bertahan pada saat tes, yang diukur berdasarkan 12 kali kesempatan pukulan, semakin tinggi skor yang dicapai oleh siswa dalam tes maka semakin tinggi pengusaan keterampilan lob bertahan siswa, sebaliknya semakin rendah skor yang dicapai


(22)

maka semakin rendah tingkat penguasaan keterampilan bermain bulutangkis siswa tersebut.

2. Definisi Operasional Motivasi Olahraga

Tingkat kekuatan dorongan internal dan eksternal untuk melakukan aktivitas olahraga yang diukur melalui skor aitem-aitem motivasi instrinsik dan ekstrinsik pada skala motivasi olahraga. Semakin tinggi skor motivasi instrinsik maka semakin rendah motivasi ekstrensik dan sebaliknya.

E. Instrumen Penelitian

Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan, diperlukan adanya data yang benar, cermat serta akurat karena keabsahan hasil pengujian hipotesis tergantung pada kebenaran dan ketepatan data. Sedangkan kebenaran dan ketepatan data yang diperoleh tergantung pada alat pengumpul data yang digunakan sebagai sumber data. Dalam hal ini Sugiyono (2009:148) mengemukakan bahwa instrumen penelitian ialah “suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian.”

Ada dua instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu tes keterampilan dasar lob bertahan dan tes skala motivasi olahraga. Kedua instrumen tersebut di adaptasi dari Hidayat (2012). Validitas dan reliabilitas tes tersebut disajikan pada tabel 3.1. di bawah ini:

Tabel 3.1. Validitas dan reliabilitas tes keterampilan dasar lob berahan

No Jenis Tes Validitas Reliabilitas

1 Keterampilan dasar lob bertahan 0,60 0,87

(Sumber, Latihan keterampilan psikologis dalam belajar keterampilan gerak, Hidayat, 2004:140)


(23)

1. Instrumen Tes Keterampilan Dasar Lob Bertahan

Berikut ini disajikan instrumen dan prosedur pelaksanaan tes keterampilan dasar lob bertahan yang di adaptasi dari Hidayat (2012).

a. Deskripsi tes

Jenis tes keterampilan dasar memukul yang dilakukan dari atas kepala dengan gerakan forehand dan arah kok melambung ke bagian belakang lapangan lawan dengan tujuan untuk bertahan atau mendapatkan keseimbangan pada posisi semula.

b. Tujuan tes

Mengukur ketepatan memukul keterampilan hasil belajar siswa/atlet dalam melakukan keterampilan dasar lob bertahan kearah sasaran tertentu dengan arah kok melambung ke bagian belakang lapangan lawan

c. Peralatan

Lapangan bulutangkis standart, raket, satelkok, meteran, dua buah tiang besi setinggi 2,72 meter, pita yang direntangkan sejajar di atas net dengan jarak 4.27 meter, dan tinggi 3 meter dari lantai, alat tulis dan formulir pengisian skor.

d. Petugas pelaksanaan pengetesan

Terdiri dari 5 orang, dua orang sebagai pengumpan, satu orang penghitung, pencatat, dan pengambil satelkok.

e. Pelaksanaan tes

(1) Penyaji berdiri di tengah-tengah lapangan atau pada titik yang sudah ditentukan paling dekat dengan net 3,35 meter dari net.

(2) Testi atau partisipan mengambil tempat dan berdiri pada zona yang telah ditentukan paling dekat 3,35 meter dari net.

(3) Penyaji melakukan servis ke zona partisipan dan bergerak memukul satelkok sehingga melewati tali setinggi 3 meter dari permukaan lantai yang dipasang pada tiang net.


(24)

(4) Setiap partisipan mendapatkan dua kali kesempatan, dan setiap kali kesempatan di sediakan 6 satelkok, sehingga partisipan mendapatkan 12 kesempatan untuk melakukan pukulan.

(5) Apabila satelkok mengenai tali setinggi 3 meter dari permukaan lantai yang dipasang pada tiang net dan ajatunya tidak sampai pada zona skor maka diadakan pukulan ulang.

(6) Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut :

Gambar 3.2

(Sumber: Pusat Kebugaran Jasmani dan Rekreasi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Pusat Pembinaan dan Pelatihan Bulutangkis Usia Dini BM77 Bandung dan dimodifikasi oleh Hidayat (2004:140).

2. Instrumen Motivasi Olahraga

Untuk memperoleh data tentang tingkat motivasi olahraga siswa digunakan skala yang disusun oleh peneliti. Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2009:199). Jenis angket yang dipergunakan dalam penelitian ini


(25)

adalah jenis angket tertutup. Angket tersebut telah tersusun atas pertanyaan atau pernyataan yang tegas, teratur, kongkrit, lengkap dan tidak menuntut jawaban, hanya sesuai dengan alternatif jawaban. Ini sependapat dengan apa yang dikemukakan oleh Arikonto (2006:152) yang menyebutkan “angket tertutup atau koesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.”

Instrumen dikembangkan dalam bentuk kuesioner dengan pola jawaban berskala likert. Proses penyusunan kuesioner diawali menyusun dan menentukan indikator-indikator motivasi instrinsik, pembuatan kisi-kisi kemudian dikembangkan menjadi butir-butir pertanyaan beserta taraf skalanya. Penyusunan butir-butir instrument motivasi olahraga mengacu pada indikator atau dimensi konstrak yang didasarkan pada konsep-konsep teoritis mengenai motivasi olahraga yang dikembangkan oleh Decy & Ryan (2002, diadaptasi dari Hidayat, 2012).

Berdasarkan komponen motivasi olahraga yang di kemukakan oleh Decy & Ryan (2002) di atas kemudian disusun indikator-indikator untuk mempermudah membuat butir-butir pertanyaan atau pernyataan Adapun Kisi-kisi skala motivasi olahraga tersebut bisa dilihat pada tabel 3.2 dibawah ini :

Tabel 3.2 Kisi-kisi skala motivasi olahraga

Skala

Dimensi dan Indikator

Aitem Uji Coba

Aitem Dibutuhkan 1. Motivasi Ekstrinsik

a. Melakukan regulasi eksternal 6 4

b. Melakukan regulasi injeksi 6 4

c. Melakukan regulasi identifikasi 6 4

d. Melakukan regulasi integrasi 6 4

Motvasi

Olahraga

2. Motivasi Instrinsik

a. Mengetahui sesuatu 6 4

b. Menguasai sesuatu 6 4

c. Memperoleh sensasi stimulasi


(26)

(Sumber, Skala motivasi olahraga Decy & Ryan, 2002. Diadaptasi dari Hidayat, 2012)

a) Kriteria Pemberian Skor Pertanyaan atau Pernyataan

Setiap pertanyaan atau pernyataan disediakan tiga alternatif jawaban, yakni Setuju dengan pernyataan tersebut, tidak menentukan Setuju atau Tidak setuju, Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut. Dalam hal ini mengenai alternatif jawaban dalam angket, penulis menggunakan model skala Likert. Seperti yang telah dikemukakan oleh Sugiyono (2009:134) yang mengatakan sebagai berikut:

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut dengan variabel penelitian.

Berdasarkan uraian di atas penulis menetapkan kategori penskoran sebagai berikut : kategori untuk setiap butir pernyataan yaitu Setuju = 3, Setuju atau Tidak Setuju = 2, Tidak Setuju = 1.

b) Uji Coba Skala

Angket yang telah disusun harus diuji cobakan untuk mengukur tingkat validitas dan reabilitas dari setiap butir pertanyaan-pertanyaan. Dari uji coba tersebut akan diperoleh sebuah angket yang memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai pengumpul data dalam penelitian. Uji coba instrumen bertujuan untuk menentukan valid atau tidaknya suatu tes berupa angket dan apakah tes berupa angket tersebut cocok atau tidak digunakan dalam penelitian tentang daya prediksi tingkat motivasi olahraga terhadap penguasaan keterampilan teknik dasar lob bertahan dalam bermain bulutangkis.

Pada penelitian ini penulis melakukan uji coba angket pada 50 orang anak usia 10-12 tahun dari beberapa sekolah bulutangkis di Jawa Barat pada bulan November 2012. Angket tersebut diberikan kepada para sampel penelitian yaitu


(27)

siswa-siswi yang berusia 10-12 tahun sebanyak 50 orang yang terdiri dari beberapa club dan dalam teknik pengisiannya penulis menunggu sampel untuk mengisi angket tersebut sesudah latihan.

F. Validitas dan Reliabilitas Angket Motivasi Olahraga

Untuk memperoleh kesahihan dari setiap butir soal, harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrument. Semua data yang terkumpul dari hasil uji coba instrumen dianalisi menggunakan dengan bantuan SPSS versi 20. Metode uji validitas instrumen yang digunakan adalah Metode Corrected Item Total Correlation yaitu uji validitas internal butir tes dengan mengkorelasikan antara skor tiap butir soal yang didapatkan dengan skor total responden (Priyatno, 2010:24) sedangkan untuk reabilitas instrumen peneliti menggunakan metode Cronbach Alpha yaitu model internal consistency score berdasarkan korelasi purata antara butir-butir (items) yang ekivalen (Uyanto, 2006:239).

1. Pengujian Validitas

Uji validitas instrumen berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang hnendak diukur. Arikunto (2006:160) mengemukakan “Validitas adalah pengukuran yang menunjukan tingkat kevaliditasan dan kesahihan suatu instrumen.” Metode yang akan digunakan dalam uji validitas dalam penelitian ini adalah Metode Corrected item Total Correlation yaitu dengan mengkorelasikan antara skor tiap item dengan skor total dan melakukan korelasi terhadap nilai koefisien korelasi overstimasi (Priyatno, 2010 : 24 ). Semua data yang terkumpul dari hasil uji coba instrument akan dianalisi menggunakan dengan bantuan SPSS versi 20.

Setelah melakukan perhitungan dari data yang telah dikumpulkan, maka diperoleh angket valid yang dapat dilahat sebagai berikut :

Tabel 3.3 Data hasil uji validitas angket motivasi olahraga


(28)

hitung jadi

Melakukan regulasi eksternal

1 -,192 0,251 Tidak

Valid

Di buang

8 -,218 0,251 Tidak

Valid

Di buang

15 -,351 0,251 Tidak

Valid

Di buang

22 ,213 0,251 Valid Di ambil 22 1

29 -,037 0,251 Tidak

Valid

Di buang

36 ,208 0,251 Tidak

Valid

Di buang

Melakukan regulasi interjeksi

2 ,416 0,251 Valid Di ambil 2 2

9 ,165 0,251 Tidak

Valid

Di buang

16 ,436 0,251 Valid Di ambil 16 3

23 ,380 0,251 Valid Di ambil 23 4

30 ,602 0,251 Valid Di ambil 30 5

37 ,091 0,251 Tidak

Valid

Di buang

Melakukan regulasi identifikasi

3 -0,242 0,251 Tidak

Valid

Di buang

10 0,202 0,251 Tidak

Valid

Di buang

17 0,291 0,251 Valid Di ambil 17 6

24 0,275 0,251 Valid Di ambil 24 7

31 0,437 0,251 Valid Di ambil 31 8

38 0,551 0,251 Valid Di ambil

Melakukan regulasi integrasi

4 0,358 0,251 Valid Di buang

11 0,291 0,251 Valid Di ambil 11 9

18 0,524 0,251 Valid Di ambil 18 10

25 0,345 0,251 Valid Di ambil 25 11

32 0,187 0,251 Tidak

Valid

Di buang

39 -0,17 0,251 Tidak

Valid

Di buang

Mengetahui sesuatu

5 ,301 0,251 Valid Di ambil 5 12

12 0,692 0,251 Valid Di ambil 12 13

19 0,196 0,251 Tidak

Valid

Di buang

26 0,246 0,251 Valid Di ambil 26 14


(29)

40 -,229 0,251 Valid Di buang Menguasai

sesuatu

6 ,320 0,251 Valid Di ambil 6 16

13 ,274 0,251 Valid Di ambil 13 17

20 -0,224 0,251 Tidak

Valid

Di buang

27 -0,367 0,251 Tidak

Valid

Di buang

34 0,459 0,251 Valid Di ambil 34 18

41 0,499 0,251 Valid Di ambil 41 19

Memperoleh sensasi stimulasi

pengalaman

7 -0,223 0,251 Tidak

Valid

Di buang

14 0,257 0,251 Valid Di ambil 14 20

21 0,175 0,251 Tidak

Valid

Di buang

28 0,294 0,251 Valid Di ambil 28 21

35 0,54 0,251 Valid Di ambil 35 22

42 -,054 0,251 Valid Di buang

Metode pengambilan keputusan pada uji validitas yaitu menggunakan batasan r tabel dengan signifikansi 0,05 dan uji 2 sisi atau menggunakan batasan 0,3 (Azwar dalam Priyatno, 2010:27). Untuk batasan r tabel maka dengan n=50 didapat r tabel sebesar 0,235. Menurut Priyatno (2010:27) menyatakan bahwa “jika nilai korelasi lebih dari batasan yang ditentukan maka item dianggap valid, sedang jika kurang dari batasan yang ditentukan maka item dianggap tidak valid.” Dalam hal ini nilai korelasi bisa dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation yang terdapat pada lampiran.

2. Estimasi Reliabilitas

Setelah diuji validitas, terdapat 20 item butir soal yang tidak valid dan 22 item butir soal yang dinyatakan valid. Maka langkah selanjutnya adalah menghitung estimasi reliabilitas. Reabilitas adalah derajat atau keajegan suatu tes atau alat pengukur, yang apabila alat pengukur itu dipergunakan hasilnya memberikan keajegan atau kemantapan (Nurhasan, 2007:330). Suatu alat pengukuran atau tes dikatakan reliabel jika alat ukur menghasilkan suatu gambaran yang benar-benar dapat dipercaya dan dapat diandalkan untuk menghasilkan pengukuran yang


(30)

sesungguhnya. Instrumen kuesioner yang tidak reliabel maka tidak dapat konsisten untuk pengukuran sehingga hasil pengukuran tidak dapat dipercaya (Priyatno, 2010:24). Metode yang akan digunakan dalam uji reliabilitas pada penelitian ini adalah Metode Alpha Cronbach. Arikunto (1996:190) mengemukakan “untuk mencari reliabilitas instrumen yang skor butirnya bukan 1 atau 0 melainkan skala bertingkat atau rating scale digunakan rumus alpha dari Cronbach sebagai berikut :

r 11 = [ ] [ ∑ ]

Keterangan :

r 11 : reliabilitas instrument

k : banyaknya butir pertanyaan ( item )

∑ : jumlah varians butir

: jumlah varians total

Koefisien reliabilitas yang diperoleh selanjutnya dikonsultasikan dengan r table. Jika r dihitung > r tabel, berarti instrument tersebut riliabel dan siap digunakan dalam penelitian. Menurut (Sekaran dalam priyatno, 2010:32) mengemukakan bahwa “reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah baik.”

Hasil uji reliabilitas alfa Cronbach butir soal instrumen dengan menggunakan bantuan SPSS 20 for windows adalah sebesar 0, 819 dengan jumlah item soal sebanyak 22 yang ditampilkan dalam tabel 3.4. karena nilai lebih dari 0,6 maka dapat disimpulkan bahwa instrument motivasi olahraga adalah reliebel.

Tabel 3.4

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 50 100,0


(31)

Total 50 100,0 a. Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha

N of Items

,819 22

G. Prosedur penelitian

Prosedur penelitian menjelaskan tentang tahap dan langkah-langkah penelitian. Secara umum ada tiga tahap penelitian, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan. Setiap tahapan terdiri atas beberapa langkah kegiatan, seperti diuraikan berikut ini:

1. Tahap persiapan, terdiri atas langkah-langkah kegiatan:

(1) Pengajuan judul pada dosen pembimbing, penyusunan proposal, dan seminar proposal penelitian;

(2) Pengajuan surat izin penelitian ke SD Negeri 1 Grogol dari Jurusan Pendidikan Olahraga, Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi yang kemudian diserahkan ke pihak Sekolah Bulutangkis FPOK UPI;

(3) Melakukan studi pendahuluan ke lokasi peneliatan Sekolah Bulutangkis Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan;

(4) Pelatihan teknik pembelajaran penetapan tujuan yang dilaksanakan dari tanggal 19 sampai 23 Oktober 2012 di Kampus FPOK UPI;

2. Tahap pelaksanaan, terdiri atas langkah-langkah kegiatan:

(1) Pemberian perlakuan strategi penetapan tujuan terhadap kelompok eksperimen selama 12 kali pertemuan; Jadwal dan program perlakuan dapat di lihat pada lampiran;


(32)

(2) Pelaksanaan post-test atau tes akhir untuk melihat pengaruh perlakuan strategi penetapan tujuan proses terhadap hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan dan servis tinggi. Tes akhir dilaksanakan satu hari setelah pertemuan ke-12, yaitu pada hari Kamis, tanggal 31 Januari 2013;

3. Tahap pelaporan, terdiri atas langkah-langkah kegiatan:

(1) Melakukan pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul;

(3) Membuat interpretasi, membuat kesimpulan dan rekomendasi hasil penelitian;

(4) Menyusun naskah skripsi secara lengkap.

H. Teknik analisi data

Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data penelitian yang sudah terkumpul adalah teknik analisis uji perbedaan dua rata-rata. Teknik analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh strategi penetapan tujuan proses terhadap hasil belajar lob bertahan dan motivasi olahraga dibandingkan dengan kelompok kontrol. Proses analisis dilakukan dengan program SPSS versi 20. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

(1) Membuat deskripsi statistik kedua kelompok (eksperimen dan kontrol); (2) Melakukan uji asumsi normalitas dan homogenitas

(3) Melakukan uji hipotesis menggunakan uji perbedaan dua rata-rata (T-test). (4) Melakukan uji perbandingan hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan

dengan servis tinggi sebagai dampak dari perlakukan strategi belajar penetapan tujuan proses.


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Dari hasil pengolahan data dan analisis dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari proses pembelajaran keterampilan dasar lob bertahan, strategi penetapan tujuan proses dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan.

2. Dengan menerapkan strategi penetapan tujuan proses dalam pembelajaran keterampilan dasar lob bertahan, dapat meningkatkan motivasi olahraga dalam diri siswa.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan dengan motivasi olahraga.

B.Saran

1. Bagi Siswa

Strategi belajar penetapan tujuan proses dalam permainan bulutangkis sangat menunjang untuk keberhasilan hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan. Proses penguasaan setiap keterampilan target dapat memotivasi siswa agar dapat menguasai keterampilan target selanjutnya, sehingga keterampilan gerak lob bertahan dapat dikuasai.

2. Bagi Guru

Permainan bulutangkis selama ini lebih banyak menekankan dari aspek fisik dan tehnik yang di terapkan oleh guru terhadap siswa, namun dengan adanya strategi belajar penetapan tujuan proses yang diterapkan akan membawa perubahan yang lebih baik terhadap siswa dari aspek kognitif.


(34)

3. Bagi Peneliti

Berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, penulis sarankan supaya diadakan penelitian lebih lanjut dengan sarana dan prasarana yang lebih lengkap dan jumlah sampel yang lebih banyak, serta kajian yang lebih mendalam.


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (2011). Memahami Riset Prilaku dan Sosial. Bandung: Cendekia Utama

Abduljabar B danDarajat J.(2012). Aplikasi Statistika Dalam Penjas. PJKR FPOK UPI : Bandung

Arikunto,S. (2003). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Anderson,A. (1997). Learning Strategies in Physical Education Self Talk, Imagery, and Goal-Setting. Education Journals

Christensen, Johnson. (2012) Educational Research. Sage Publications Asia Pasific

Deci, E. L, & Ryan, R. M. (1985). Instrinsic motivation and self determination in human bihaviour. New York: Plenum Press.

Hidayat,Y.(2003). Sosiosains. Latihan Keterampilan Psikologis dalam Belajar Keterampilan Gerak, Penelitian Eksperimen Tentang Pengaruh Penetapan Tujuan dan Latihan imajeri mental terhadap Hasil Belajar Keterampilan Gerak Bermain Bulutangkis pada Anak Usia 10-12 Tahun.Berkala penelitian Pascasarjana Ilmu-ilmu Sosial Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Hidayat,Y.(2005). Cakrawala Pendidikan Jurnal Ilmiah Pendidikan, Pengaruh Goal Setting dan Self Monitoring dalam Penguasaan Keterampilan Gerak dan Motivasi Instrinsik Siswa Sekolah Dasar. LPPMP. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Hidayat,Y. (2004). Latihan Keterampilan Psikologis Dalam Belajar Keterampilan Gerak : Penelitian Eksperimen Tentang Pengaruh Penetapan Tujuan dan Latihan Imajeri Mental Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Gerak Bermain Bulutangkis Pada Anak Usia 10 – 12 Tahun. Tesis. UGM Yogyakarta: Tidak di terbitkan

Hidayat,Y. (2012). Modul Pelatihan Intervensi Strategi Multiteknik Untuk Pelatih Bulutangkis. FPOK UPI Bandung : Tidak di terbitkan

Hidayat,Y. (2012). Pengaruh Intervensi Strategi Multiteknik Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Dasar Bermain Bulutangkis, Motivasi Olahraga,


(36)

dan Kepercayaan Diri. Proposal Disertasi. UGM Yogyakarta: Tidak diterbitkan

Husdarta (2010). Psikologi Olahraga. Bandung: Alfabeta

Juliantine, T. Subroto, T. & Yudiana, Y. 2010. Belajar dan Pembelajaran Penjas. FPOK UPI Bandung.

Lutan Rusli, dkk. 2009. Sejarah dan Filsafat Olahraga. FPOK UPI Bandung. Magill, R. A (2007). Motor learning : Concept & application. Dubuque: WM. C.

Brown Publisher.

Mujiono, Dimyati.(2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT RinekaCipta Poole, J. (1986) .Belajar Bulutangkis.Bandung: Pionir Jaya

Priyatno, D. (2012). Tehnik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian dengan SPSS dan Tanya Jawab Ujian Pendadaran. Yogyakarta: Gava Media

Ruhimat, Subroto, Juliantine. (2011). Kurikulum Pembelajaran. Bandung : FIP UPI

Schunk, D. H & Ertmer, P. A. (1999). Self regulatory process during computer skill acquistition, goal, and self-evaluative influences. Journal of Educational Psycology, 91 (2), 251-260.

Slameto.(2003). Belajar dan Faktor - faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta; PT RinekaCipta

Subarjah, H dan Hidayat, Y.(2007). Permainan Bulutangkis. PJKR FPOK UPI: Bandung

Sugiyono.(2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung :Alfabeta.

Uyanto, S. (2009). Pedoman analisis data dengan SPSS. Graha Ilmu: Yogyakarta. Zimmerman, B. J & Kitsantas, A (1996). Self-regulated learning of a motoric

skill: The role of goal setting and self-monitoring. Journal of Appliedd Sport Psychology, (8), 60-75.

Zimmerman, B. J & Kitsantas, A (1997). Developmental phases in self-regulation shifting from process to outcome goals. Journal EducationalPsychology, 91 (2), 241-254


(1)

44 Meidiyanto Dwi Cipta, 2013

Total 50 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

,819 22

G. Prosedur penelitian

Prosedur penelitian menjelaskan tentang tahap dan langkah-langkah penelitian. Secara umum ada tiga tahap penelitian, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan. Setiap tahapan terdiri atas beberapa langkah kegiatan, seperti diuraikan berikut ini:

1. Tahap persiapan, terdiri atas langkah-langkah kegiatan:

(1) Pengajuan judul pada dosen pembimbing, penyusunan proposal, dan seminar proposal penelitian;

(2) Pengajuan surat izin penelitian ke SD Negeri 1 Grogol dari Jurusan Pendidikan Olahraga, Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi yang kemudian diserahkan ke pihak Sekolah Bulutangkis FPOK UPI;

(3) Melakukan studi pendahuluan ke lokasi peneliatan Sekolah Bulutangkis Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan;

(4) Pelatihan teknik pembelajaran penetapan tujuan yang dilaksanakan dari tanggal 19 sampai 23 Oktober 2012 di Kampus FPOK UPI;

2. Tahap pelaksanaan, terdiri atas langkah-langkah kegiatan:

(1) Pemberian perlakuan strategi penetapan tujuan terhadap kelompok eksperimen selama 12 kali pertemuan; Jadwal dan program perlakuan dapat di lihat pada lampiran;


(2)

(2) Pelaksanaan post-test atau tes akhir untuk melihat pengaruh perlakuan strategi penetapan tujuan proses terhadap hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan dan servis tinggi. Tes akhir dilaksanakan satu hari setelah pertemuan ke-12, yaitu pada hari Kamis, tanggal 31 Januari 2013;

3. Tahap pelaporan, terdiri atas langkah-langkah kegiatan:

(1) Melakukan pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul;

(3) Membuat interpretasi, membuat kesimpulan dan rekomendasi hasil penelitian;

(4) Menyusun naskah skripsi secara lengkap.

H. Teknik analisi data

Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data penelitian yang sudah terkumpul adalah teknik analisis uji perbedaan dua rata-rata. Teknik analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh strategi penetapan tujuan proses terhadap hasil belajar lob bertahan dan motivasi olahraga dibandingkan dengan kelompok kontrol. Proses analisis dilakukan dengan program SPSS versi 20. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

(1) Membuat deskripsi statistik kedua kelompok (eksperimen dan kontrol); (2) Melakukan uji asumsi normalitas dan homogenitas

(3) Melakukan uji hipotesis menggunakan uji perbedaan dua rata-rata (T-test). (4) Melakukan uji perbandingan hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan

dengan servis tinggi sebagai dampak dari perlakukan strategi belajar penetapan tujuan proses.


(3)

61 Meidiyanto Dwi Cipta, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pengolahan data dan analisis dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari proses pembelajaran keterampilan dasar lob bertahan, strategi penetapan tujuan proses dapat memberikan pengaruh signifikan terhadap hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan.

2. Dengan menerapkan strategi penetapan tujuan proses dalam pembelajaran keterampilan dasar lob bertahan, dapat meningkatkan motivasi olahraga dalam diri siswa.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan dengan motivasi olahraga.

B. Saran

1. Bagi Siswa

Strategi belajar penetapan tujuan proses dalam permainan bulutangkis sangat menunjang untuk keberhasilan hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan. Proses penguasaan setiap keterampilan target dapat memotivasi siswa agar dapat menguasai keterampilan target selanjutnya, sehingga keterampilan gerak lob bertahan dapat dikuasai.

2. Bagi Guru

Permainan bulutangkis selama ini lebih banyak menekankan dari aspek fisik dan tehnik yang di terapkan oleh guru terhadap siswa, namun dengan adanya strategi belajar penetapan tujuan proses yang diterapkan akan membawa perubahan yang lebih baik terhadap siswa dari aspek kognitif.


(4)

3. Bagi Peneliti

Berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, penulis sarankan supaya diadakan penelitian lebih lanjut dengan sarana dan prasarana yang lebih lengkap dan jumlah sampel yang lebih banyak, serta kajian yang lebih mendalam.


(5)

Meidiyanto Dwi Cipta, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (2011). Memahami Riset Prilaku dan Sosial. Bandung: Cendekia Utama Abduljabar B danDarajat J.(2012). Aplikasi Statistika Dalam Penjas. PJKR FPOK

UPI : Bandung

Arikunto,S. (2003). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Anderson,A. (1997). Learning Strategies in Physical Education Self Talk, Imagery, and Goal-Setting. Education Journals

Christensen, Johnson. (2012) Educational Research. Sage Publications Asia Pasific

Deci, E. L, & Ryan, R. M. (1985). Instrinsic motivation and self determination in human bihaviour. New York: Plenum Press.

Hidayat,Y.(2003). Sosiosains. Latihan Keterampilan Psikologis dalam Belajar Keterampilan Gerak, Penelitian Eksperimen Tentang Pengaruh Penetapan Tujuan dan Latihan imajeri mental terhadap Hasil Belajar Keterampilan Gerak Bermain Bulutangkis pada Anak Usia 10-12 Tahun.Berkala penelitian Pascasarjana Ilmu-ilmu Sosial Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Hidayat,Y.(2005). Cakrawala Pendidikan Jurnal Ilmiah Pendidikan, Pengaruh Goal Setting dan Self Monitoring dalam Penguasaan Keterampilan Gerak dan Motivasi Instrinsik Siswa Sekolah Dasar. LPPMP. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Hidayat,Y. (2004). Latihan Keterampilan Psikologis Dalam Belajar Keterampilan Gerak : Penelitian Eksperimen Tentang Pengaruh Penetapan Tujuan dan Latihan Imajeri Mental Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Gerak Bermain Bulutangkis Pada Anak Usia 10 – 12 Tahun. Tesis. UGM Yogyakarta: Tidak di terbitkan

Hidayat,Y. (2012). Modul Pelatihan Intervensi Strategi Multiteknik Untuk Pelatih Bulutangkis. FPOK UPI Bandung : Tidak di terbitkan

Hidayat,Y. (2012). Pengaruh Intervensi Strategi Multiteknik Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Dasar Bermain Bulutangkis, Motivasi Olahraga,


(6)

dan Kepercayaan Diri. Proposal Disertasi. UGM Yogyakarta: Tidak diterbitkan

Husdarta (2010). Psikologi Olahraga. Bandung: Alfabeta

Juliantine, T. Subroto, T. & Yudiana, Y. 2010. Belajar dan Pembelajaran Penjas. FPOK UPI Bandung.

Lutan Rusli, dkk. 2009. Sejarah dan Filsafat Olahraga. FPOK UPI Bandung. Magill, R. A (2007). Motor learning : Concept & application. Dubuque: WM. C.

Brown Publisher.

Mujiono, Dimyati.(2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT RinekaCipta Poole, J. (1986) .Belajar Bulutangkis.Bandung: Pionir Jaya

Priyatno, D. (2012). Tehnik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian dengan SPSS dan Tanya Jawab Ujian Pendadaran. Yogyakarta: Gava Media

Ruhimat, Subroto, Juliantine. (2011). Kurikulum Pembelajaran. Bandung : FIP UPI

Schunk, D. H & Ertmer, P. A. (1999). Self regulatory process during computer skill acquistition, goal, and self-evaluative influences. Journal of Educational Psycology, 91 (2), 251-260.

Slameto.(2003). Belajar dan Faktor - faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta; PT RinekaCipta

Subarjah, H dan Hidayat, Y.(2007). Permainan Bulutangkis. PJKR FPOK UPI: Bandung

Sugiyono.(2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung :Alfabeta.

Uyanto, S. (2009). Pedoman analisis data dengan SPSS. Graha Ilmu: Yogyakarta. Zimmerman, B. J & Kitsantas, A (1996). Self-regulated learning of a motoric

skill: The role of goal setting and self-monitoring. Journal of Appliedd Sport Psychology, (8), 60-75.

Zimmerman, B. J & Kitsantas, A (1997). Developmental phases in self-regulation shifting from process to outcome goals. Journal EducationalPsychology, 91 (2), 241-254


Dokumen yang terkait

Pengaruh Perbandingan Pendekatan Taktis dan Pendekatan Teknis Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Dasar Lob Bertahan Pada Permainan Bulutangkis di SMA Negeri 1 Baleendah.

0 3 18

PENGARUH ALAT BANTU MEDIA GAMBAR DAN AUDIO VISUAL TERHADAP PENGUASAN KETERAMPILAN DASAR LOB BERTAHAN DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS.

1 9 31

PENGARUH METODE LATIHAN MENTAL SELF-TALK MOTIVASIONAL DAN IMAJERI INSTRUKSIONAL TERHADAP PENGUASAAN KETERAMPILAN DASAR LOB BERTAHAN.

2 9 33

PERBANDINGAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN LOB BERTAHAN DAN KETERAMPILAN SOSIAL.

0 1 36

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI BELAJAR IMAJERI INTRUKSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR LOB BERTAHAN DAN SERVIS TINGGI.

0 3 32

PERBANDINGAN PENGARUH PENETAPAN TUJUAN PROSES DAN PENETAPAN TUJUAN DINAMIK TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR LOB BERTAHAN DAN MOTIVASI OLAHRAGA.

0 4 32

PENERAPAN PENDEKATAN TAKTIS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR LOB BERTAHAN (CLEAR LOB).

0 8 44

PENGARUH METODE LATIHAN PENETAPAN TUJUAN DINAMIK TERHADAP PENGUASAAN KETERAMPILAN TEKNIK DASAR LOB BERTAHAN DAN DROPSHOT PADA ATLET BULUTANGKIS USIA DINI DI SEKOLAH BULUTANGKIS IVANALIE (SBI).

2 7 33

PENGARUH PEMBERIAN SIMPLE FEEDBACK TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR LOB BERTAHAN DALAM PEMBELAJARAN BULUTANGKIS.

1 2 34

PERBANDINGAN PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN PEER TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN LOB BERTAHAN DAN KETERAMPILAN SOSIAL - repository UPI S POR 1000296 Title

0 0 3