PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA TENTANG KONSEP PERUBAHAN SIFAT BENDA No Panggil S PGSD RAH p-2013.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi yang telah melimpahkan segala nikmat lahir dan batin kepada hamba-Nya serta mencurahkan kasih dan sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Penerapan metode pembelajaran inkuiri dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ipa tentang konsep perubahan sifat benda (Penelitian Tindakan Kelas di SDN Jelegong II Kelas V Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013 Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung)
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk penulisan skripsi dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Pendidika Guru Sekolah Dasar di Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Maka penulis mengharapkan sumbang saran serta koreksi dari semua pihak demi perbaikan penulisan selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat, setidaknya dapat memberi motivasi dalam mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan.
Bandung, Desember 2012
(2)
UCAPAN TERIMA KASIH
Rasa syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada kita semua. Segala puji bagi Allah yang telah mngatur jalan hidup hamba sedemikian rupa disertai ridhaNya yang merupakan sebagian besar ridha orangtua sehingga membuahkan hasil berupa skripsi yang insyaAllah dapat bermanfaat.
Kalimat yang dituangkan hanya sebagian perasaan yang penulis ungkapkan. Mamah yang telah memberikan semangat untukku dan doa yang begitu berlimpah dipanjatkan. Bapakku selaku pahlawan dan imam dalam keluarga. Seorang figur pemimpin yang demokratis. Terima kasih atas derasan keringat, untaian nasehat dan limpahan kasih sayangnya.
Skripsi ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa dukungan dari berbagai pihak, maka penulis menghaturkan terima kasih banyak kepada:
1. Drs. H. Dede Somarya, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) sekaligus sebagai Pembimbing II yang telah mendukung dan memberikan arahan-arahan yang menyadarkan pola kerja serta membuka wawasan dan kerangka berpikir sehingga dapat selesai skripsi ini.
2. Drs. Nana Jumhana, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan arahan, bimbingan dan dorongan dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.
(3)
3. Seluruh staf akademik PGSD UPI yang telah memberikan kemudahan akademis bagi penulis.
4. Dedeh Sumiati, S.PdI selaku kepala sekolah SDN Jelegong II yang telah memberi keleluasaan waktu untuk melanjutkan studi dan melaksanakan penelitian. M. Sulaeman M, S.Pd selaku guru SDN Jelegong II yang mau membantu dengan rela melaksanakan penelitian. Juga kepada seluruh siswa kelas V SDN Jelegong II terima kasih atas dukungan, bantuan dan kerja samanya.
5. Om Ali, Ceu Ndah, Ibu dan Abi terima kasih atas doa dan suportnya. Semoga tali persaudaraan ini dapat berjalan lebih dekat dan akan menorehkan kenangan antara aku dan kalian semua.
6. Adik-adikku yang selalu memotivasi penulis semoga sarjana teteh dapat jadi pemicu untuk menimba ilmu setinggi-tingginya.
7. Teman-teman seperjuanganku, mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Diana yang penuh semangat dari kota ondel-ondel, Teh Fenty yang renyah ketawanya dari kota nanas, Teh Desie yang kocak mojang Sukabumi, Lih ceriwis mojang Bandung, yang telah bersama-sama menggapai mimpi dan memupuk ilmu untuk sebuah hasil yang diharapkan. 8. Serta semua pihak yag tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun
(4)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Hasil Penelitian ... 11
E. Definisi Operasional ... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14
A. Metode Pembelajaran Inkuiri ... 14
1. Pengertian Metode Pembelajaran inkuiri ... 14
2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Inkuiri ... 15
3. Jenis-jenis Pembelajaran Inkuiri ... 18
4. Keunggulan Dan Kelemahan Pembelajaran Inkuiri ... 19
(5)
B. Hasil Belajar ... 21
1. Pengertian Belajar ... 21
2. Pengertian Hasil belajar ... 22
C. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ... 23
D. Perubahan Sifat Benda... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 45
A. Metode Penelitian ... 45
B. Model Penelitian ... 46
C. Subyek Penelitian ... 48
D. Prosedur Penelitian ... 48
E. Instrumen Penelitian ... 52
F. Pengolahan dan Analisis Data ... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58
A. Hasil Penelitian ... 59
B. Pembahasan ... 78
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI... 83
A. Simpulan ... 83
B. Rekomendasi... 84
DAFTAR PUSTAKA ... xi LAMPIRAN-LAMPIRAN
(6)
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1Tahap Pembelajaran Inkuiri ... 21 Tabel 3.1 Kategori Nilai Rata-rata Siswa ... 57 Tabel 3.2 Kategori Perolehan Persentase KKM Siswa ... 57 Tabel 4.1 Rata-rata dan persentase ketuntasan nilai sebelum
siklus dan siklus I ... 64 Tabel 4.1 Rata-rata dan persentase ketuntasan nilai sebelum
(7)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Pemanasan pada mentega ... 37
Gambar 2.2 Pemanasan pada air ... 37
Gambar 2.3 Pemanasan pada lilin dan pemanasan pada es... 37
Gambar 2.4 Pendinginan (Mengembun)... 38
Gambar 2.5 Pendinginan (Membeku) ... 38
Gambar 2.6 Pembakaran pada kayu ... 39
Gambar 2.7 Pembakaran pada kertas ... 39
Gambar 2.8 Pencampuran semen dan air ... 40
Gambar 2.9 Pencampuran terigu dengan air... 40
Gambar 2.10 Pembusukan pada buah-buahan... 41
Gambar 2.11 Pembusukan pada sayuran ... 41
Gambar 2.12 Es dipanaskan menjadi air ... 42
Gambar 2.13 Alur perubahan benda yang dapat kembali ke wujud semula ... 42
Gambar 2.14 Alur perubahan benda yang tidak dapat kembali ke wujud semula ... 43
Gambar 2.15 Beras dimasak menjadi nasi (Perubahan tetap) 44 Gambar 2.16 Beras dimasak menjadi bubur (Perubahan tetap) 44 Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas ... 47
(8)
Halaman Gambar 4.1 Grafik Nilai rata-rata kelas sebelum siklus dan
siklus I ... 65 Gambar 4.2 Grafik Persentase Ketuntasan Hasil Belajar sebelum
siklus,siklus I menurut KKM ... 65 Gambar 4.3 Grafik Nilai rata-rata kelas sebelum siklus, siklus I dan
siklus II ... 74 Gambar 4.4 Grafik Persentase Ketuntasan Hasil Belajar sebelum
siklus,siklus I, dan siklus II menurut KKM... 75 Gambar 4.5 Grafik Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar sebelum
(9)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A.Perangkat Pembelajaran ... 1
B.Instrumen Penelitian ... 24
C.Data Penelitian ... 31
(10)
Ika Rahmawati, 2013
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini sistem pendidikan Indonesia telah mengalami banyak perubahan, karena telah dilakukan berbagai macam usaha pembaharuan dalam pendidikan. Pendidikan-pendidikan di sekolah pun menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan tersebut dapat terjadi karena adanya upaya guru melakukan pembaharuan dalam pengajaran, yakni guru berupaya ingin menemukan metode dan media yang dapat mempengaruhi semangat belajar bagi siswa. Pembaharuan dalam sistem pendidikan mencakup seluruh komponen yang ada.
Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar memegang peranan yang sangat penting. Peran guru tidak hanya sebagai penyampai materi saja, melainkan lebih dari itu guru bisa dikatakan sebagai pusat pembelajaran dan sebagai pengendali serta pelaku dalam kegiatan proses belajar mengajar, guru mengatur arah proses belajar mengajar dilaksanakan. Oleh sebab itu harus mampu membuat pengajaran menjadi lebih efektif dan menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan dapat membuat siswa senang dan memiliki rasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.
Guru mengemban tugas yang tidak ringan agar tercapai tujuan pendidikan nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha
(11)
Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cita terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasioanal akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan membangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas bangsa.(Depdikbud, 1999).
Sebagaimana tujuan pendidikan tercantum dalam Pasal 1 butir 1 UU Nomor 20 tahun 2003:
... usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negaranya.
Tujuan pembelajaran keberhasilannya ditentukan oleh banyak faktor diantaranya yaitu faktor guru dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar, sebab guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan peserta didik. Untuk mencapai tujuan pendidikan secara maksimal dalam mengatasi permasalahan di atas, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki model mengajar yang baik serta mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan pada siswa.
Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran, salah satu upayanya yaitu dengan memilih strategi,
(12)
Ika Rahmawati, 2013
cara atau model yang diterapkan dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan hasil belajar siswa, salah satunya adalah pada pelajaran IPA. Penerapan tersebut misalnya membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan.
Sekolah Dasar merupakan satuan pendidikan dasar yang bertujuan meletakkan dasar kecerdasan yaitu membaca, menulis dan menghitung, serta memperoleh bekal wawasan dan pengetahuan, konsep dan keterampilan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai dasar untuk melanjutkkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari siswa karena IPA berhubungan dengan cara penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-ptinsip dan merupakan suatu proses penemuan.
Mata pelajaran IPA pun harus dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran karena mata pelajaran IPA erat kaitannya dengan aktivitas kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, bahwasanya IPA bukan hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta atau konsep-konsep yang harus dihapal, tetapi terdiri dari proses berpikir secara aktif untuk mempelajari gejala-gejala alam yang belum dapat diterangkan melalui suatu penemuan. Sesuai dengan hakikatnya tersebut, pembelajaran IPA di Sekolah Dasar hendaknya diselenggarakan melalui pengalaman langsung (learning by doing).
(13)
Belajar dengan cara belajar mengalami langsung, daya ingat siswa akan menjadi lebih kuat, sebab siswa melakukan sendiri percobaan-percobaan dengan menggunakan media belajar yang terdapat di lingkungan sekitarnya.
Hal tersebut senada dengan pendapat yang diutarakan oleh Piaget (dalam Sumiati, 2009 : 12) yaitu :
Pengalaman langsung yang memegang peranan penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif anak. Pengalaman langsung anak terjadi secara spontan sejak lahir sampai anak berumur 12 tahun. Efesiensi pengalaman langsung tergantung pada konsistensi antara hubungan metode dan objek dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Anak akan siap untuk mengembangkan konsep tertentu hanya bila anak telah memiliki struktur kognitif (skemata) yang menjadi prasyaratnya, yakni perkembangan kognitif yang bersifat hierarkis dan integratif.
Pendidikan IPA juga diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dalam proses pembelajarannya diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” dengan menekankan pada pemberian pengalaman langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah supaya siswa menemukan sendiri bahan pembelajaran berdasarkan hasil pengamatannya sehingga materi yang dipelajari lebih membekas pada diri siswa. Melalui pemberian pengalaman langsung juga dapat membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar secara ilmiah.
(14)
Ika Rahmawati, 2013
Dalam pembelajaran seperti itu, siswa dilatih untuk berpartisipasi secara aktif dan kreatif dalam melakukan berbagai praktikum, maka penguasaan konsep akan lebih mudah dan pembelajaranpun akan menjadi lebih bermakna (meaningful learning). Melalui pembelajaran pengalaman langsung tersebut, siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah dan sistem nilai dalam proses keilmuannya. Sikap ilmiahnya meliputi sikap kritis, hasrat ingin tahu, hati-hati, tekun, kreatif untuk penemuan baru, berpikiran terbuka, sensitif terhadap lingkungan dan bekerja sama dengan orang lain. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Gega (dalam Aqib, 2010:15) bahwa pada tingkat Sekolah Dasar ada empat sikap yang perlu dikembangkan, yaitu sikap ingin tahu (curioucity), penemuan (inventiveness), berpikir kritis (critical thinking), teguh pendirian (presistence). Seluruh sikap ilmiah tersebut relevan dengan karakteristik pembelajaran IPA, sehingga sangat penting untuk dimiliki siswa dalam mengembangkan kepribadiannya.
Maka dari itu, pembelajaran IPA di SD/MI hendaknya menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengemabangan keterampilan proses dan sikap ilmiah melalui percobaan-percobaan yang materinya dikaitkan dengan konsepsi awal (skemata) siswa sebagaimana yang tercantum dalam standar isi kurikulum.
Dalam kurikulum KTSP, Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi pedoaman dalam pengembangan kurikulum disetiap Satuan Pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada
(15)
kemampuan bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran IPA di SD bertujuan supaya siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk meyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala ketentramannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebgaai dasar untuk melanajutkan ke SMP/MTs. (Depdikbud, 2008 : 148)
Kemampuan peserta didik kita pada dewasa ini dalam penguasaan ilmu dan teknologi termasuk pada mata pelajaran IPA (sains) sangat membanggakan. Terbukti dari setiap event yang diikuti, pada olimpiade Sains Internasional peserta sains utusan dari Indonesia selalu meraih posisi terbaik. Tetapi demikian, apakah fenomena ini berbanding lurus dengan kondisi kemampuan umum siswa kita pada mata pelajaran sains khususnya dan kompetensi lain pada umumnya?. Kenyataan yang ada peserta didik kita masih rendah dalam penguasaan konsep-konsep IPA. Berdasarkan pengamatan
(16)
Ika Rahmawati, 2013
selama ini mata pelajaran IPA dianggap sulit oleh peserta didik di sekolah-sekolah mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai dengan Mahasiswa.
Permasalahan pengajaran IPA yang abstrak dan tidak mengikuti tahapan pembelajaran yang benar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran IPA oleh guru di Sekolah Dasar merupakan titik awal pembelajaran IPA jadi kurang diminati, membosankan dan cenderung dianggap sulit oleh siswa. Dari data yang ada, terutama di Sekolah Dasar tempat penulis mengabdikan diri terlihat perolehan nilai IPA masih kurang memuaskan. Nilai yang diperoleh peserta didik masih ada yang di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Proses belajar mengajar di SD Negeri Jelgong II saat ini masih cenderung menggunakan model teacher centre dibuktikan dengan masih dominannya penggunaan metode ceramah oleh guru, sehingga suasana saat mengajar terfokus pada guru, pasif dan suasana tenang. Pembelajaran yang bersifat eksposisi ini yakni model pembelajaran yang berpusat pada guru menyebabkan keberadaan siswa sebagai anak yang aktif dan kreatif masih kurang diperhatikan.
Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 IPA Kelas V, terdapat indikator yang menunjukkan bahwa siswa kelas V harus mampu mengidentifikasi benda-benda yang dapat kembali dan tidak dapat kembali ke wujud semula setelah mengalami perlakuan, dan menyimpulkan benda yang dapat kembali dan tidak dapat kembali ke wujud semula setelah mengalami perubahan.
(17)
Kenyataan di lapangan, pengamatan hasil belajar siswa Kelas V SDN Jelegong II pada ulangan harian pertama mata pelajaran IPA semester I tahun ajaran 2012/2013, hanya sekitar 46% siswa yang mendapat nilai di atas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Pada semester 1 KKM yang ditentukan untuk mata pelajaran IPA adalah 70. Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran agar hasil belajar siswa dapat meningkat sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai secara optimal.
Berkenaan dengan hal tersebut, Aqib (2010:67) mengemukakan bahwa
“Pengetahuan dan keterampilan siswa diharapkan bukan hasil mengingat fakta
-fakta, tetapi hasil menemukan sendiri”. Merujuk pada penjelasan tersebut serta menanggapi masalah yang terjadi pada saat kegiatan pembelajaran tentang konsep perubahan sifat benda di kelas V SD Negeri Jelgong II, maka akan dicobakan penerapan metode pembelajaran inkuiri dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu secara sistematis dan analitis sehingga siswa dapat merumuskan sendiri hasil penemuannya. Pembelajaran inkuiri menyediakan beranekaragam pengalaman konkrit dan pembelajaran aktif yang mendorong dan memberikan ruang dan peluang kepada siswa untuk mengambil inisiatif dalam mengembangkan keterampilan untuk memecahkan masalah, pengambilan keputusan dan menentukan konsep dalam suatu masalah sehingga
(18)
Ika Rahmawati, 2013
memungkinkan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan memahami materi yang diberikan oleh guru.
Sebagaimana uraian di atas untuk mengatasi permasalahan-permasalahan guna mencapainya tujuan dasar IPA di SD, pembelajaran IPA harus dimodifikasi agar siswa dapat dengan mudah mempelajari dan memahaminya.
Berdasarkan pemikiran itulah penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang penerapan metode pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran IPA mengenai konsep perubahan sifat benda. Dengan keoptimisan bahwa permasalahan yang dialami oleh guru dan siswa pada mata pelajaran IPA mengenai konsep perubahan sifat benda dapat teratasi oleh penerapan metode pembelajaran inkuiri. Maka dari itu, penulis akan menuangkan penelitian ini dalam bentuk penelitian tindakan kelas dengan judul Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Tentang Konsep Perubahan Sifat Benda (Penelitian Tindakan Kelas di SDN Jelegong II Kelas V Semester I Tahun Pelajaran 2012/2013 Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung)
B. Rumusan Masalah
Masalah yang dijadikan fokus penelitian tindakan kelas harus dirumuskan secara jelas dan operasional, sehingga nampak jelas ruang lingkupnya. Dari pembahasan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini diantaranya sebagai berikut:
(19)
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran pada mata pelajaran IPA tentang konsep perubahan sifat benda melalui penerapan model pembelajaran inkuiri dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Jelegong II Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran IPA tentang konsep perubahan sifat benda melalui penerapan model pembelajaran inkuiri dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Jelegong II Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung?
3. Seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang konsep perubahan sifat benda melalui penerapan model pembelajaran inkuiri dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Jelegong II Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung?
C. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan penelitian yang dilakukan tentu mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Demikian pula dengan penelitian tindakan kelas ini. Tujuan dalam penelitian tindakan kelas ini secara rinci diuraikan sebagai berikut:
1. Untuk mengungkap perencanaan pembelajaran pada mata pelajaran IPA tentang konsep perubahan sifat benda melalui penerapan metode pembelajaran inkuiri dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Jelegong II Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung. 2. Untuk mengungkap pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran IPA
(20)
Ika Rahmawati, 2013
pembelajaran inkuiri dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Jelegong II Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung. 3. Untuk mengungkap besaran peningkatan hasil belajar siswa melalui
penerapan metode pembelajaran inkuiri dalam mata pelajaran IPA tentang konsep perubahan sifat benda pada siswa kelas V SD Negeri Jelegong II Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Segala sesuatu kegiatan yang dilakukan tentu mempunyai manfaat yang dapat diambil. Demikian pula dengan penelitian tindakan kelas ini, dapat bermanfaat bagi siswa, guru dan sekolah.
1. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan:
a. Memudahkan siswa dalam menerima materi pelajaran IPA
b. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi konsep perubahan sifat benda
c. Memperoleh hasil pembelajaran yang lebih bermakna d. Meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran e. Mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran. 2. Bagi guru, diharapkan :
a. Memberikan informasi dan disiplin ilmu terutama dalam merancang dan memilih metode pembelajaran yang dapat mengoptimalkan potensi, kompetensi dan kreativitas yang dimilki peserta didik
(21)
b. Menjadi bahan referensi bagi guru yang akan melaksanakan pembelajaran tentang konsep perubahan sifat benda.
c. Memberikan stimulus agara lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan metode-metode pembelajaran lainnya.
3. Bagi sekolah,
a. Diharapkan sebagai bahan masukan yang positif dalam pembinaan profesi guru dengan mempertimbangkan tingkat kreativitas guru dalam merancang sistem pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan.
b. Serta diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktek pembelajaran di sekolah.
E. Definisi Operasional
1. Metode inkuiri menurut Piaget (dalam Mulyasa, 2007: 108) mengemukakan bahwa metode inkuiri merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan siswa lain.
(22)
Ika Rahmawati, 2013
2. Hasil belajar didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. (Nana Sudjana, 2002 : 22). Hasil belajar yang dimaksud pada penelitian ini yakni hasil belajar berupa ulangan harian dalam bentuk soal pilihan ganda.
3. Hasil belajar IPA menurut Usman (dalam Yana 2010: 64) merupakan perubahan-perubahan tingkah laku, yaitu perubahan ke arah pemahaman yang lebih dalam tentang materi dan esensi pelajaran IPA. Perubahan ini berupa pemahaman terhadap konsep-konsep IPA dan juga kemampuan menggeneralisasikan berbagai bentuk pengetahuan setelah memperoleh pengalaman belajar IPA.
4. Perubahan sifat benda adalah sebuah benda dapat mengalami perubahan sifat akibat perlakuan tertentu seperti pemanasan, pendinginan, pembakaran, pembusukan dan perkaratan. (Rositawaty 2008:63)
(23)
(24)
Ika Rahmawati, 2013
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian tindakan kelas ini berfokus pada upaya untuk mengubah kondisi riil sekarang ke arah kondisi yang diharapkan (improvemen oriented), bertujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, dan kompetensi atau situasi pembelajaran. Menurut Riyanto (2004:30) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu suatu kegiatan mengujicobakan suatu ide ke dalam praktik atau situasi nyata dalam harapan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.
Manfaat yang dapat dipetik dari PTK menurut Suranto dkk (2010:40) terkait dengan komponen pembelajaran antara lain inovasi pembelajaran, pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas, dan peningkatan profesionalisme guru. Dalam inovasi pembelajaran, guru selalu mencoba untuk mengubah, mengembangkan dan meningkatkan gaya mengajarnya agar ia mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan kelasnya. Guru selalu berhadapan dengan siswa yang berbeda dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, jika guru melakukan penelitian tindakan kelas
(25)
dari kelasnya sendiri, dan kemudian menghasilkan solusi terhadap persoalan tersebut, maka secara tidak langsung ia telah terlibat dalam proses inovasi pembelajaran.
Tujuan utama PTK yaitu untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas. Kegiatan penelitian ini tidak hanya bertujuan untuk memecahkan masalah tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan. Intinya tujuan PTK adalah untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa pada proses pembelajaran.
B. Model Penelitian
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan kelas, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas dari Kemmis dan Taggart (dalam Rochiati, 2005: 66), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari bagan penelitian tindakan kelas yang diadaptasi dari model Kemmis dan Taggart berikut ini :
(26)
Ika Rahmawati, 2013
Permasalahan
Rencana Tindakan I
Pelaksanaan Tindakan I
Observasi Refleksi
S I K L U S
1
Rencana Tindakan II
Pelaksanaan Tindakan II
Observasi
Refleksi
S I K L U S
2
(27)
Gambar 3.1Alur Penelitian Tindakan Kelas (Diadaptasi dari model Kemmis dan Taggart, 1988)
Dari bagan di atas prosedur penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Siklus pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini yaitu satu putaran kegiatan yang terdiri dari rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Pada pelaksanaanya, jumlah siklus yang akan dilaksanakan bergantung pada permasalahan yang akan diselesaikan. Jika tujuan penelitian belum tercapai maka penelitian akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya, tetapi sebaliknya jika tujuan penelitian sudah tercapai maka penelitian dihentikan setelah siklus terakhir selesai dan diakhiri dengan kesimpulan.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas V SD Negeri Jelegong II Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung, Semester I Tahun Pelajaran 2012-2013 terdiri dari 30 siswa terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Penelitian ini akan dilakukan selama 2 bulan mulai November-Desember 2012.
Lokasi penelitian ini adalah di SD Negeri Jelegong II yang terletak di Jalan Raya Soreang, Desa Jelegong Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung.
(28)
Ika Rahmawati, 2013
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan melaksanakan kegiatan yang berbentuk siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection). Dari kegiatan refleksi akan muncul permasalahan yang perlu mendapat penanganan, sehingga perlu dilakukan perbaikan pada siklus selanjutnya. Kegiatan ini akan berlangsung secara berulang sampai tujuan yang diharapkan oleh peneliti tercapai. Jenis kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada dasarnya sama setiap siklusnya, hanya saja ada perbaikan pada siklus berikutnya sesuai dengan hasil refleksi pada siklus sebelumnya.
Setiap tahapannya dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Siklus I
a. Perencanaan
Tahap perencanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu : a. Peneliti mempelajari dan menganalisis Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) 2006 untuk menentukan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), menentukan materi serta mengkaji teori yang mendukung kepustakaan, serta indikator yang harus dikuasai oleh siswa.
b. Menyusun langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan
(29)
silabus yang terdapat di sekolah, dan di dalamnya terdapat tahap-tahap pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri.
c. Menyusun lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran.
d. Membuat instrumen lainnya berupa lembar tes, Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk mengukur keberhasilan siswa dalam memahami materi pelajaran.
2. Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti sebagai guru melaksanakan tindakan penelitian yang berupa pelaksanaan kegiatan pembelajaran IPA berdasarkan RPP yang telah dibuat sebelumnya dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri, serta melakukan observasi selama pembelajaran berlangsung yang dibantu oleh observer. Tahap pelaksanaan tindakan ini terdiri dari enam tahap, yaitu:
a. Menyajikan pertanyaan atau masalah, pada tahap ini guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di papan tulis. Lalu guru membagi siswa dalam kelompok. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir menyajikan pertanyaan atau masalah. b. Membuat hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu
permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk
(30)
Ika Rahmawati, 2013
dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan
c. Merancang percobaan. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan, serta guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan.
d. Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi. Melalui percobaan siswa dapat memperoleh informasi dan proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan hipotesis yang dibuat.
e. Mengumpulkan dan menganalisis data. Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam metode pembelajaran ini mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.
f. Merumuskan kesimpulan. Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan finalnya dalam proses pembelajaran.
(31)
Kegiatan tahap ini yakni observasi yang merupakan suatu kegiatan pengamatan langsung oleh peneliti terhadap pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan observasi akan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh tindakan yang dikaitkan dengan hasil belajar siswa. Hasil observasi dijadikan bahan kajian untuk melakukan refleksi kemudian dijadikan acuan untuk pelaksanaan siklus II, yang kemudian akan digunakan sebagai salah satu data yang akan dianalisa. Observer dan peneliti menganalisis dan merefleksi pelaksanaan dan hasil tindakan pembelajaran siklus I. Analisis ini dilaksanakan berdasarkan hasil lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Hasil analisis dan refleksi siklus I menjadi bahan rekomendasi untuk perbaikan pada tindakan siklus II.
4. Refleksi
Akhir dari seluruh rangkaian kegiatan tindakan pada setiap siklus adalah mengaji secara mendalam atau merefleksi seluruh proses kegiatan tindakan beserta hasilnya. Pada kegiatan refleksi ini peneliti dan observer mendiskusikan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dengan mengevaluasi kendala dan kekurangan pada siklus I, lalu diteruskan dengan siklus II untuk mendapatkan hasil sesuai dengan indikator keberhasilan serta memperbaiki hal yang menjadi temuan yaitu kekurangan yang ditemukan pada siklus I. Tujuan dari tahap refleksi ini untuk mengetahui apakah pelaksanaan tindakan tersebut telah mencapai
(32)
Ika Rahmawati, 2013
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa: 1. Instrumen Tes
Instrumen tes yaitu suatu alat atau prosedur yang sistematis bagi pengukuran sebuah sampel perilaku. Digunakan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan siswa sebelum dan sesudah tindakan mengenai materi yang telah diajarkan (Nana Syaodih 2010:230)
Tes dilakukan pada akhir pembelajaran untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami konsep perubahan sifat benda. Instrumen tes yang akan digunakan pada penelitian ini berupa lembar tes belajar (ulangan harian) dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 15 soal.
2. Instrumen Non Tes
Instrumen Non Tes yang akan digunakan terdiri dari lembar observasi guru dan lembar observasi siswa.
Pedoman observasi adalah suatu pedoman atas pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis untuk mengetahui kinerja guru dan aktivitas siswa pada waktu tindakan pelaksanaan. Observasi ini digunakan untuk memperoleh gambaran interaksi antara guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung tentang konsep perubahan sifat benda. Dalam observasi dilengkapi dengan format pengamatan sebagai instrumen. Format observasi digunakan sebagai instrumen pengumpul data. Melalui format observasi ini peneliti dimungkinkan untuk melihat,
(33)
mengamati, dan mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya.
F. Pengolahan dan Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tahap pengumpulan data dari berbagai instrument penelitian yang meliputi kinerja guru dan aktivitas siswa yang selanjutnya dilakukan pengkajian dan analisis. Pengolahan dan analisis data merupakan tahap akhir setelah semua data terkumpul. Pengolahan data pada penelitian ini akan menggunakan analisis data secara kualitatif dan kuantitatif, sesuai dengan pendapat Arikunto (2002:18) bahwa teknik pengolahan data yang bersifat data kuantitatif yaitu yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata atau simbol. Pengolahan data teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan mengetahui hasil belajar siswa, juga untuk memperoleh perubahan sikap siswa dalam pembelajaran, serta aktifitas guru dan siswa selama proses pembelajaran.
a. Teknik pengolahan data hasil observasi.
Adapun teknik pengolahan data dari hasil lembar obesrvasi guru dan siswa, yakni :
(34)
Ika Rahmawati, 2013
Menyeleksi data dengan cara memilah dan memilih data yang diperlukan dan membuang data yang tidak diperlukan
2) Klasifikasi data.
Mengklasifikasikan data yang diperoleh dari sikus I dan siklus II dengan mengacu pada RPP. Tujuannya untuk mengetahui aktifitas guru dan siswa yang diharapkan terjadi atau yang tidak diharapkan terjadi. Untuk mempermudah data-data tersebut lalu diklasifikasikan sesuai dengan jenis datanya, yaitu :
a) Data aktifitas siswa b) Data aktifitas guru c) Data hasil belajar 3) Display data
Mendeskripsikan data yang sudah diperoleh baik dalam bentuk narasi, uraian atau dalam bentuk tabel dan grafik.
4) Interpretasi data
Menafsirkan data-data yang sudah didisplay baik data dalam bentuk tabel maupun data dalaam bentuk grafik.
b. Teknik Pengolahan Data Hasil Tes
Data yang terkumpul dianalisis untuk melihat kelemahan-kelemahan dari tindakan yang telah dilaksanakan. Evaluasi siswa secara berkelompok dan individu ditulis dalam bentuk tabel sehingga hasil belajar yang diperoleh oleh siswa dapat dilihat dengan jelas, setelah dimasukkan ke
(35)
dalam tabel lalu hasil belajar siswa tersebut diolah untuk mencari rata-ratanya. Untuk mencari mean diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skor dibagi dengan jumlah subjek, dapat dirumuskan sebagai berikut :
X = X1
N
Keterangan :
X = Nilai rata-rata
ΣX = Jumlah seluruh skor
ΣN = Jumlah siswa
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut :
TB = nilai siswa ≥KKM
N
x 100%
Keterangan :
TB = Tuntas Belajar
Σ nilai siswa ≥ KKM = Jumlah nilai siswa di atas KKM
ΣN = Jumlah siswa
100% = Bilangan tetap
Nilai rata-rata hasil belajar tindakan siklus dibandingkan dengan KKM. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada penelitian ini, maka dibuat grafik yang menunjukkan hasil penelitian, sehingga akan tampak jelas pola kecenderungan perubahan hasil belajar setiap siklus. 2. Analisis Data Tes
(36)
Ika Rahmawati, 2013
a. Scoring
Kriteria penilaian pada tes siklus I dan siklus II yaitu berupa pilihan ganda yang berjumlah 15 soal. Nilai yang diperoleh yakni dari jumlah soal yag benar dikali 2 lalu dibagi 3. Jika siswa menjawab semua soal dengan benar maka skor maksimum yang diperoleh ialah 100
b. Nilai rata-rata
Hasil akhir tes berupa nilai rata-rata kelas dikelompokkan menjadi beberapa kategori sebagai berikut:
Tabel 3.1
Kategori Nilai Rata-rata Siswa No Rentang Nilai Kategori
1 90-100 Baik Sekali
2 70-89 Baik
3 50-69 Cukup
4 30-49 Kurang
5 0-29 Sangat kurang
Sedangkan untuk persentase KKM dapat dikelompokkan menurut kategori sebagai berikut :
Tabel 3.2
Kategori Perolehan Persentase KKM Siswa
No Persentase Kategori
(37)
(38)
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.Simpulan
Setelah melaksanakan semua rencana tindakan mulai dari siklus I sampai dengan siklus II dan berdasarkan observasi serta temuan selama penelitian tindakan kelas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa:
1. Perencanaan pembelajaran IPA pada materi konsep perubahan sifat benda kelas V di SDN Jelegong II Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung tampak lebih baik. Perencanaan pembelajaran ini memiliki ciri khas, yaitu menerapkan tahapan inkuiri (menyajikan pertanyaan atau masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan untuk memperoleh informasi, mengumpulkan dan menganalisis data , membuat kesimpulan). Perencanaan diperbaiki pada setiap siklus berdasarkan refleksi dan rekomendasi dari siklus sebelumnya.
2. Proses pelaksanaan atau pembelajaran dilaksanakan dalam dua siklus. Pelaksanaan siklus I dan II pada dasarnya berjalan sesuai dengan langkah-langkah perencanaan yang dibuat pada setiap siklus. Ternyata hasil observasi pada siklus I masih dikatakan belum berhasil sehingga refleksinya harus dilanjutkan ke siklus II. Pelaksanaan pembelajaran yang memuat langkah-langkah inkuiri ini membuat suasana pembelajaran semakin interaktif dan siswa antusias dalam pembelajaran.
3. Hasil belajar yang dicapai siswa sudah cukup baik dan meningkat, walaupun pada siklus II masih terdapat siswa yang memperoleh nilai di
(39)
bawah KKM. Peningkatan tersebut terlihat dari rata-rata siswa yang selalu meningkat pada setiap siklusnya. Pada siklus I, siswa mencapai nilai rata-rata 69,70 yang termasuk pada kategori cukup. Pada siklus II nilai rata-rata-rata-rata meningkat menjadi 79,70, peningkatan nilai rata-rata pada siklus II dapat dikatakan cukup tinggi. Persentase peningkatan hasil belajar siswa berdasarkan ketuntasan KKM, yakni pada siklus I ketuntasan siswa mencapai 50%, pada siklus II meningkat menjadi 93,33%.
B.Rekomendasi
Penelitian tindakan kelas menggunakan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar, oleh karena itu peneliti memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi siswa, diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk meningkatkan hasil belajar terutama dalam pembelajaran IPA
2. Bagi guru, penelitian ini terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa, motivasi dan perhatian siswa terhadap pembelajaran. Saran dari peneliti diharapkan agar lebih banyak lagi metode yang diterapkan sehingga tidak selalu metode ceramah atau meminta siswa merangkum pelajaran dari buku yang telah disediakan sekolah. Di samping itu, guru dapat mengembangkan pula dari aspek afektif untuk membentuk karakter siswa sehingga tidak selalu terpaku pada aspek kognitif saja.
3. Bagi sekolah, diharapkan penelitian dengan menggunakan metode inkuiri dapat memberikan manfaat, kontribusi dan sumbangan bagi pendidikan di
(40)
sekolah dasar, oleh karena itu pihak sekolah khususnya kepala sekolah dapat memberikan dorongan dan fasilitas pada guru untuk mengembangkan metode tersebut serta yang lainnya agar lebih baik lagi diterapkan dalam pembelajaran IPA. Dapat memotivasi guru meningkatkan kemampuan profesinya dengan memfasilitasi pelatihan atau diklat yang menunjang. 4. Bagi peneliti lainnya, penelitian ini hanya terbatas pada hasil belajar siswa.
Peneliti menyarankan agar peneliti lainnya diharapkan dapat lebih mengembangkan dalam meneliti aktivitas siswa, dan mengemas lebih menarik lagi metode tersebut agar siswa lebih antusias lagi pada saat pembelajaran.
(41)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2010). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Aqib Z. (2010) Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya : Insan Cendekia.
Bastian N. (2010). Senang Mencoba Sains II. Makasar : Galeri Lontara
BSNP. (2008). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Choiril dkk (2008). IPA 5 Salingtemas. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Depdiknas (2006) Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan Sekolah Dasar Mata Pelajaran IPA SD/MI. Jakarta : Depdiknas
Hamalik Oemar (2001) Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara Mahmuddin. (2009). Pendekatan Inquiry dalam Pembelajaran [Online] Tersedia :
http://mahmuddin.wordpress.com [16 Juli 2012]
Mulyasa E (2007) Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan) Bandung : Remaja Rosda Karya
Permana Iwan. (2008). Metode Mengajar Inkuiri. [Online] Tersedia :
http://iwanps.wordpress.com [18 Juli 2012]
Rositawaty, Muharam A (2009). Buku Sekolah Elektronik Senang Belajar IPA untuk Kelas 5 SD/MI. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
R Nuryani. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : Universitas Malang Press
R Nuryani.(2011) Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
Sukidin dkk. (2010). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya : Insan Cendekia.
(42)
Sumiati, Asra (2009). Metode Pembelajaran. Bandung : Wacana Prima
Sumiharto. (2007). Bimbingan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Guru Sekolah Dasar. Jakarta Barat : Karya Mandiri Nusantara
S. Syaodih, Nana. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya : Prestasi Pustaka
Wiriatmadja, Rochiati. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
(1)
58
Ika Rahmawati, 2013
(2)
Ika Rahmawati, 2013
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.Simpulan
Setelah melaksanakan semua rencana tindakan mulai dari siklus I sampai
dengan siklus II dan berdasarkan observasi serta temuan selama penelitian
tindakan kelas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa:
1. Perencanaan pembelajaran IPA pada materi konsep perubahan sifat benda
kelas V di SDN Jelegong II Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung
tampak lebih baik. Perencanaan pembelajaran ini memiliki ciri khas, yaitu
menerapkan tahapan inkuiri (menyajikan pertanyaan atau masalah,
membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan untuk
memperoleh informasi, mengumpulkan dan menganalisis data , membuat
kesimpulan). Perencanaan diperbaiki pada setiap siklus berdasarkan
refleksi dan rekomendasi dari siklus sebelumnya.
2. Proses pelaksanaan atau pembelajaran dilaksanakan dalam dua siklus.
Pelaksanaan siklus I dan II pada dasarnya berjalan sesuai dengan
langkah-langkah perencanaan yang dibuat pada setiap siklus. Ternyata hasil
observasi pada siklus I masih dikatakan belum berhasil sehingga
refleksinya harus dilanjutkan ke siklus II. Pelaksanaan pembelajaran yang
memuat langkah-langkah inkuiri ini membuat suasana pembelajaran
semakin interaktif dan siswa antusias dalam pembelajaran.
3. Hasil belajar yang dicapai siswa sudah cukup baik dan meningkat,
(3)
bawah KKM. Peningkatan tersebut terlihat dari rata-rata siswa yang selalu
meningkat pada setiap siklusnya. Pada siklus I, siswa mencapai nilai
rata-rata 69,70 yang termasuk pada kategori cukup. Pada siklus II nilai rata-rata-rata-rata
meningkat menjadi 79,70, peningkatan nilai rata-rata pada siklus II dapat
dikatakan cukup tinggi. Persentase peningkatan hasil belajar siswa
berdasarkan ketuntasan KKM, yakni pada siklus I ketuntasan siswa
mencapai 50%, pada siklus II meningkat menjadi 93,33%.
B.Rekomendasi
Penelitian tindakan kelas menggunakan metode inkuiri dapat
meningkatkan hasil belajar, oleh karena itu peneliti memberikan saran sebagai
berikut :
1. Bagi siswa, diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk meningkatkan
hasil belajar terutama dalam pembelajaran IPA
2. Bagi guru, penelitian ini terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa,
motivasi dan perhatian siswa terhadap pembelajaran. Saran dari peneliti
diharapkan agar lebih banyak lagi metode yang diterapkan sehingga tidak
selalu metode ceramah atau meminta siswa merangkum pelajaran dari buku
yang telah disediakan sekolah. Di samping itu, guru dapat mengembangkan
pula dari aspek afektif untuk membentuk karakter siswa sehingga tidak
selalu terpaku pada aspek kognitif saja.
3. Bagi sekolah, diharapkan penelitian dengan menggunakan metode inkuiri
(4)
Ika Rahmawati, 2013
sekolah dasar, oleh karena itu pihak sekolah khususnya kepala sekolah
dapat memberikan dorongan dan fasilitas pada guru untuk mengembangkan
metode tersebut serta yang lainnya agar lebih baik lagi diterapkan dalam
pembelajaran IPA. Dapat memotivasi guru meningkatkan kemampuan
profesinya dengan memfasilitasi pelatihan atau diklat yang menunjang.
4. Bagi peneliti lainnya, penelitian ini hanya terbatas pada hasil belajar siswa.
Peneliti menyarankan agar peneliti lainnya diharapkan dapat lebih
mengembangkan dalam meneliti aktivitas siswa, dan mengemas lebih
menarik lagi metode tersebut agar siswa lebih antusias lagi pada saat
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2010). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Aqib Z. (2010) Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya : Insan Cendekia.
Bastian N. (2010). Senang Mencoba Sains II. Makasar : Galeri Lontara
BSNP. (2008). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Choiril dkk (2008). IPA 5 Salingtemas. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
Depdiknas (2006) Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan Sekolah Dasar Mata Pelajaran IPA SD/MI. Jakarta : Depdiknas
Hamalik Oemar (2001) Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Mahmuddin. (2009). Pendekatan Inquiry dalam Pembelajaran [Online] Tersedia : http://mahmuddin.wordpress.com [16 Juli 2012]
Mulyasa E (2007) Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan) Bandung : Remaja Rosda Karya
Permana Iwan. (2008). Metode Mengajar Inkuiri. [Online] Tersedia : http://iwanps.wordpress.com [18 Juli 2012]
Rositawaty, Muharam A (2009). Buku Sekolah Elektronik Senang Belajar IPA untuk Kelas 5 SD/MI. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
R Nuryani. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : Universitas Malang Press
R Nuryani.(2011) Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
Sukidin dkk. (2010). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya : Insan Cendekia.
(6)
Ika Rahmawati, 2013
Sumiati, Asra (2009). Metode Pembelajaran. Bandung : Wacana Prima
Sumiharto. (2007). Bimbingan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Guru Sekolah Dasar. Jakarta Barat : Karya Mandiri Nusantara
S. Syaodih, Nana. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya : Prestasi Pustaka
Wiriatmadja, Rochiati. (2009). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya