PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TYPE ARCS (ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDENCE, SATISFACTION) DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA, KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMKN 11 BANDUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012.

(1)

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Type ARCS (Attention,

Relevance, Confidence, Satisfaction) Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar

Siswa, Kelas X Administrasi Perkantoran SMKN 11 Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi salah satu syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran

Oleh :

ANGGA CATHOR PRIYANTO 0607944

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TYPE ARCS (ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDENCE, SATISFACTION) DALAM

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA, KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN SMKN 11 BANDUNG TAHUN

PELAJARAN 2011/2012

Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing I

Drs. Endang Supardi, M.Si NIP. 195905081987031002

Pembimbing II

Drs. Budi Santoso, M.Si NIP. 196008261987031001

Mengetahui, Ketua Program Studi

Pendidikan Manajemen Perkantoran

Dr. Rasto, M.Pd NIP. 197207112001121001


(3)

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Type ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa, Kelas X

Administrasi Perkantoran SMKN 11 Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012

Oleh :

ANGGA CATHOR PRIYANTO 0607944

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar SarjanaPendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Angga Cathor Priyanto 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

April 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

ABSTRAK

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Type ARCS (Attention,

Relevance, Confidence, Satisfaction) Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar

Siswa, Kelas X Administrasi Perkantoran SMKN 11 Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012

Oleh :

Angga Cathor Priyanto

Skripsi ini dibimbing oleh :

Drs. Endang Supardi, M.Si dan Drs. Budi Santoso, M.Si

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah rendahnya motivasi belajar siswa pada standar kompetensi memahami prinisp-prinsip penyelenggaraan administrasi perkantoran di SMKN 11 Bandung, yang ditandai dengan tingkat absensi yang naik turun serta hasil ujian yang mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Salah satu cara untuk meningkatkan motivasi belajar adalah dengan model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance,

Confidence, Satisfaction). Model pembelajaran ARCS ini dipilih karena adanya

penekanan aktivitas dan interaksi antar siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam penguasaan materi guna mencapai hasil yang optimal. Model ARCS juga memberikan kesempatan siswa untuk berbicara dan mendengarkan pemikiran anggota kelompoknya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada standar kompetensi memahami prinsip-prinsip penyelenggaraan administrasi perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode experimental research. Bentuk desain eksperimen yang dipilih adalah pretest-posttest non equivalent

control group desain. Ada dua kelas yang dipilih secara sengaja, yaitu kelas

eksperimen menggunakan model pembelajaran ARCS dan kelas control menggunakan model pembelajaran konvensional. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tes (pre-test dan post-test) dan observasi untuk mengamati kegiatan pembelajaran di kelas.

Hasil penelitian menunjukkan, motivasi belajar siswa dengan model pembelajaran ARCS lebih baik dibandingkan model pembelajaran konvensional pada standar kompetensi memahami prinisp-prinsip penyelenggaraan administrasi perkantoran. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan besarnya gain dan rata-rata posttest kelas yang menggunakan model pembelajaran ARCS dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Atas dasar itulah peneliti merekomendasikan bahwa model pembelajaran ARCS hendaknya dilaksanakan di lingkungan sekolah untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan memupuk kerja sama dan komunikasi antar siswa dalam memecahkan masalah.


(5)

ABSTRACT

Application of Learning Kooperatif Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) Increasing Student Motivation, class X Administrasi Perkantoran SMKN 11 Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012

By :

Angga Cathor Priyanto

This script cosultan are :

Drs. Endang Supardi, M.Si dan Drs. Budi Santoso, M.Si

Issues that were examined in this study is the low motivation to study the standard of competence to understand the principles of the administration prinisp office SMKN 11 Bandung, which is marked by absenteeism up and down as well as the test results that declined from year to year. One way to increase the motivation to learn is by teaching model ARCS (Attention, Relevance,

Confidence, Satisfaction). ARCS learning model was chosen because of the

suppression of activity and interaction among students to motivate each other and help each other in the mastery of the material in order to achieve optimal results. ARCS model also gives students the opportunity to talk and listen to members of the group thought.

This study aims to determine the application of learning models ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) in improving student motivation on standardized competency to understand the principles of the administration office at SMK Negeri 11 Bandung.

The method used is the method of experimental research. Forms of experimental design chosen was pretest-posttest non-equivalent control group design. There are two classes chosen deliberately, the experimental class using the ARCS model of learning and classroom control using conventional learning models. Data collection techniques used in this study is in the form of test (pre-test and post-(pre-test) and observation to observe classroom activities.

The results showed that students' motivation with ARCS model of learning is better than conventional learning models the standard of competence to understand the principles prinisp administration offices. This is indicated by an increase in the gain and the average posttest class using ARCS learning model in improving student motivation. Based on that, the researchers recommend that the ARCS model of learning should be implemented in schools to improve student motivation and foster cooperation and communication among students in solving problems.


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ……….... i

PERNYATAAN ……….. ii

ABSTRAK ………... iii

ABSTRACK ……….... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. vi

DAFTAR ISI ……… ix

DAFTAR TABEL ……….. xii

DAFTAR GAMBAR ………. ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……….. 1

1.2 Rumusan Masalah ...………. 9

1.3 Tujuan Penelitian ………. 9

1.4 Kegunaan Penelitian ……… 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Pembelajaran ………. 11

2.1.2 Pengertian Model Pembelajaran ……….. 12


(7)

2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ARCS ……….. 15

2.1.5 Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ARCS ……… 25

2.2 Motivasi Belajar 2.2.1 Pengertian Motivasi ………. 27

2.2.2 Motivasi Belajar ………... 35

2.3 Kerangka Pemikiran ……… 36

2.3 Hipotesis ……….. 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ……… 40

3.2 Populasi dan Sampel ………... 42

3.3 Instrumen Penelitian ………... 42

3.4 Prosedur Penelitian ………... 44

3.5 Teknik Pengumpulan Data ………. 45

3.6 Analisis Uji Coba Instrumen Penelitian ……… . 46

3.7 Teknik Analisis Data ………. 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Profil Sekolah 4.1.1.1 Sejarah Singkat SMK Negeri 11 Bandung ……….. 55

4.1.1.2 Visi dan Misi SMK Negeri 11 Bandung ……… 56


(8)

4.1.2 Deskripsi Hasil Pengujian Instrumen

4.1.2.1 Uji Validitas ………. 59

4.1.2.2 Uji Reliabilitas ……….. 60

4.1.2.3 Uji Daya Pembeda ……… 60

4.1.2.4 Uji Tingkat Kesukaran ………. 61

4.1.3 Deskripsi Data 4.1.3.1 Gambaran Variabel Penelitian ……… 62

4.1.3.2 Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen ……….. 70

4.1.3.3 Gambaran Data Hasil Tes ……… 72

4.1.3.4 Analisis Data dan Uji Hipotesis ………... 73

4.1.3.5 Uji Normalitas Data ………. 74

4.1.3.6 Uji Homogenitas ……….. 75

4.1.3.7 Uji Hipotesis Statistik ……….. 76

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 4.2.1 Gambaran Motivasi Belajar Siswa ……….. 78

4.2.2 Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran ARCS Terhadap Motivasi Belajar Siswa ……… 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……….. 81

5.2 Saran ……… 82


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah adanya dugaan tentang rendahnya motivasi belajar siswa. Rendahnya motivasi belajar siswa ini mengakibatkan adanya pandangan buruk terhadap kualitas (mutu) pendidikan di Indonesia, begitu banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk turut membantu peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, mulai dari pembangunan gedung– gedung sekolah, pengadaan sarana prasarana sekolah, sampai kepada perbaikan kualitas tenaga kependidikan melalui program sertifikasi. Kemudian UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen juga merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan tanah air. Salah satu poin penting dari undang– undang tersebut adalah jabatan guru sebagai profesi.

Guru profesional harus memiliki kompetensi akademik dan kompetensi profesional sebagai suatu keutuhan. Kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial yang dirumuskan dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 harus dilihat sebagai suatu keutuhan yang tak terpisahkan dari kompetensi penguasaan bahan ajar yang terkandung di dalam kurikulum, sehingga dapat terwujud harapan yang baik bahwa seorang guru ataupun dosen dapat betul– betul memiliki kemampuan profesional yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma–norma tertentu. Salah satu kemampuan dan keahlian profesional utama yang harus dimiliki oleh para pendidik adalah


(10)

kemampuan bidang pendidikan dan keguruan, khususnya terkait dengan strategi pembelajaran. Seorang guru tidak hanya dituntut untuk menguasai bidang studi yang akan diajarkannya saja, tetapi juga harus menguasai dan mampu mengajarkan pengetahuan dan keterampilan tersebut pada peserta didik.

Guru sebagai komponen penting dari tenaga kependidikan, memiliki tugas untuk melaksanakan proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut, guru diharapkan bisa menerapkan strategi pembelajaran seperti apa yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran di kelas. Pada dasarnya strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu : (1) strategi pengorganisasian, (2) strategi penyampaian, dan (3) strategi pengelolaan (Degeng, 1989). Strategi pengorganisasian berkaitan dengan kegiatan seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram; strategi penyampaian berkaitan dengan cara penyampaian pembelajaran pada siswa; dan strategi pengelolaan berkaitan dengan penataan interaksi antara siswa dengan variabel strategi pengorganisasian serta strategi penyampaian.

Dalam proses belajar mengajar guru tidak cukup hanya menguasai pengorganisasian isi atau penyampaian pembelajaran saja, tetapi guru pun harus mampu menguasai dan menerapkan strategi pengelolaan pembelajaran agar motivasi belajar siswa dapat ditingkatkan.

Oleh karena itu, motivasi belajar harus selalu diperhatikan dengan baik oleh seorang guru sebagai tenaga pengajar, agar siswa dapat belajar dengan giat dan semangat agar tercapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yaitu hasil belajar yang memuaskan.


(11)

Berdasarkan pernyataan di atas, maka penulis memilih untuk menjadikan rendahnya motivasi di SMK Negeri 11 Bandung sebagai masalah dalam penelitian ini. Masalah ini salah satunya dapat dilihat dari turun naiknya kehadiran siswa yang seharusnya tidak terjadi di SMK Negeri 11 Bandung. Hal ini sejalan dengan pendapat Nitisemito (1994:165) bahwa tingkat motivasi dapat dilihat dari beberapa indikasi seperti : tingkat absensi yang naik atau turun. Adapun tingkat absensi atau kehadiran siswa ditampilkan dalam tabel kehadiran siswa di SMK Negeri 11 Bandung berikut ini:

Tabel 1.1

Presentasi Absensi siswa SMK Negeri 11 Bandung Bulan April 2012 – Juli 2012

Tingkat Kehadiran Bulan Keterangan

April Mei Juni Juli

Jumlahrata-rata ketidakhadiran 4,5% 10,5% 7,5% 12,5% 8,75%

Jumlah rata-rata kehadiran 95,5% 89,5% 92,5% 87,5% 91,25%

Jumlah 100% 100% 100% 100% -

Sumber : Bagian Tata usaha SMKN 11 Bandung

Tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat absensi siswa dari bulan April sampai dengan bulan Juli mengalami turun naik, hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya motivasi belajar siswa di SMK Negeri 11 Bandung. Dengan adanya masalah seperti ini tentunya akan menghambat pencapaian tujuan akhir dalam proses pembelajaran.

Permasalahan lain yang mencerminkan rendahnya motivasi belajar yaitu hasil belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Donald (Sardiman, 1990: 74),


(12)

“permasalahan motivasi belajar dapat berdampak pada hasil belajar, karena tinggi rendahnya hasil belajar dipengaruhi oleh tinggi rendahnya motivasi belajar siswa”. Adapun hasil belajar siswa yaitu ujian kompetensi (ujikom) dan ujian nasional siswa program keahlian administrasi perkantoran di SMK Negeri 11 Bandung mengalami kenaikan dan penurunan sebagaimana dalam tabel berikut:

Tabel 1.2

Hasil Ujian Akhir Produktif kelas XII SMKN 11 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011 dan 2011/2012

Jurusan Tahun 2008/2009 Tahun 2009/2010

Ujikom U.N Ujikom U.N

Administrasi Perkantoran 7.56 7.43 7.45 6.83

Akuntansi 7.35 6.97 7.23 6.36

Pemasaran 7.23 6.31 7.31 5.98

Rekayasa Perangkat Lunak 7.02 6.33 7.13 5.24

Multimedia 7.69 6.23 7.56 7.9

Jumlah rata - rata 7.37 6.59 7.33 6.46

Sumber : Bagian Tata usaha SMKN 11 Bandung

Dari data di atas dapat dilihat bahwa jurusan Administrasi Perkantoran pada tahun ajaran 2008/2009, rata – rata ujian kompetensi (ujikom) yaitu 7.56 sedangkan nilai nilai ujian nasional produktifnya yaitu 7.43, namun pada tahun selanjutnya yaitu tahun ajaran 2009/2010 nilai ujian kompetensi (ujikom) mengalami penurunan sebesar 0.11 poin menjadi 7.45 sedangkan nilai ujian nasional produktifnya mengalami penurunan sebesar 0.60 poin menjadi 6.83. Hal ini mengindikasikan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan penurunan


(13)

tersebut adalah motivasi belajar siswa administrasi perkantoran mengalami penurunan. Jika hal ini dibiarkan, maka tujuan akhir dari pembelajaran tidak akan tercapai. Karena hal ini sejalan dengan pendapat Sagala (2007: 104), motivasi merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya pada proses belajar siswa, tanpa adanya motivasi, maka proses pembelajaran akan sulit berjalan dengan lancar.

Menurut Donald (Sardiman, 1990: 73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya rasa dan didahului dengan adanya tanggapan tujuan. Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi – kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu (Sardiman, 1990: 75). Selanjutnya Sardiman mendefinisikan motivasi dalam kegiatan pembelajaran sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar. Dari pendapat – pendapat diatas bisa dikatakan bahwa kegiatan belajar akan berlangsung baik apabila adanya motivasi untuk belajar. Selain itu, sejalan dengan pendapat Sagala (2007: 104), motivasi merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya pada proses belajar siswa, tanpa adanya motivasi, maka proses pembelajaran akan sulit berjalan dengan lancar. Adanya motivasi dalam kegiatan belajar sangatlah penting karena motivasi akan mempengaruhi proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Dengan adanya motivasi yang kuat proses pembelajaran akan berlangsung lancar, begitu pula dengan adanya motivasi, hasil belajar siswa akan lebih baik. Siswa yang memiliki motivasi yang kuat, akan mempunyai energi yang kuat untuk melakukan kegiatan belajar (Sardiman, 1990:


(14)

75). Selain itu, menurut Purwanto (Sagala. 2007: 104), jika seseorang mendapat motivasi yang tepat, maka lepaslah tenaga yang luar biasa, sehingga tercapailah hasil – hasil yang semula tak terduga. Oleh karena itu proses pembelajaran, siswa hendaknya diberi motivasi yang tepat agar mereka belajar dan mengeluarkan potensi belajar dan memperoleh hasil belajar yang optimal.

Dalam proses pembelajaran aspek motivasi sering kali terabaikan. Sardiman (1990, 84) menyatakan hasil belajar akan menjadi optimal apabila adanya motivasi, semakin tepat motivasi yang diberikan, akan semakin berhasil pula pembelajaran itu.

Pada tahun 1993 John Keller mensintesis penemuan yang ada tentang psikologi motivasi dan membuat sebuah model pembelajaran yang berlandaskan prinsip – prinsip motivasi, model itu disebut ARCS (Small, 1997). ARCS mencakup empat prinsip motivasi yang harus diperhatikan guru dalam upaya menghasilkan pembelajaran yang menarik, bermakna dan memberi tantangan bagi siswa. Keempat prinsip motivasi itu adalah Attention (perhatian), Relevance (relevansi), Confidence (keyakinan) dan Satisfaction (kepuasan). Keempat prinsip ini mewakili kondisi yang diperlukan seseorang untuk menjadi penuh motivasi.

Menurut Keller (Made Wena, 2009), syarat pertama dalam pembelajaran adalah mendapat perhatian dari peserta didik. Syarat kedua adalah membangun relevansi, meskipun rasa ingin tahu telah muncul namun motivasi akan hilang jika konten yang disajikan dianggap tidak memiliki nilai bagi peserta didik. Ketiga, kondisi yang dibutuhkan adalah keyakinan. Hal ini akan tercapai dengan cara membantu siswa membuat harapan positif untuk sukses. Seringkalai siswa merasa


(15)

tidak yakin karena mereka tidak faham apa yang diharapkan dari mereka. Dengan menyampaikan tujuan yang jelas dan memberikan contoh prestasi yang dapat diterima, lebih mudah untuk membangun keyakinan. Selanjutnya Keller (2000), menyatakan bahwa jika peserta didik telah menunjukkan adanya perhatian, tertarik pada konten maka mereka akan termotivasi untuk belajar. Tetapi untuk mempertahankan motivasi ini, diperlukan adanya kepuasan. Hal ini merujuk pada perasaan positif tentang pengalaman belajar. Ini berarti siswa menerima pengakuan dan bukti keberhasilan yang mendukung kepuasan intrinsik mereka. Imbalan nyata secara simbolis juga penting untuk memberikan kepuasan.

Prinsip – prinsip motivasi dalam model pembelajaran ARCS ini dapat dicoba diterapkan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Pada prinsip

Attention (perhatian), guru dituntut untuk menarik perhatian siswa dengan cara

menciptakan rasa ingin tahu, meningkatkan rasa ingin tahu dan mempertahankan rasa ingin tahu siswa dengan cara merangsang siswa secara sensorik maupun inkuiri. Berdasarkan prinsip ini kegiatan pembelajaran dapat dimanfaatkan untuk melatih kemampuan siswa dalam mata pelajaran produktif.

Prinsip kedua adalah relevance (relevansi), dalam prinsip ini guru perlu menunjukkan hubungan bahan ajar dengan kebutuhan siswa baik dalam kehidupan sehari – hari ataupun hubungan dengan materi lain. Berdasarkan prinsip ini kegiatan pembelajaran dimanfaatkan untuk melatih kemampuan siswa dalam menjelaskan ide, situasi dan relasi mata pelajaran produktif secara lisan dan tulisan.


(16)

Prinsip ketiga adalah confidence (keyakinan), dalam prinsip ini guru harus mengembangkan harapan positif untuk sukses berprestasi, berdasarkan prinsip ini kegiatan pembelajaran dapat dimanfaatkan untuk melatih siswa mempresentasikan suatu uraian dalam mata pelajaran produktif.

Prinsip keempat adalah satisfaction (kepuasan), dalam prinsip ini guru perlu memberi penguatan kepada siswa. Berdasarkan prinsip ini kegiatan pembelajaran dapat dimanfaatkan untuk melatih siswa mengungkapkan kembali suatu uraian dalam mata pelajaran produktif dengan bahasa mereka sendiri.

Setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memahami setiap pelajaran mata pelajaran produktif. Menurut Galton dalam Ruseffendi (Saragih, 2007: 19) dari sekelompok siswa yang dipilih secara acak akan selalu dijumpai siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi, sedang dan rendah, hal ini disebabkan karena kemampuan siswa menyebar secara distribusi normal. Masih menurut Ruseffendi (Saragih, 2007: 19), perbedaan kemampuan yang dimiliki siswa bukan semata – mata merupakan bawaan lahir, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Oleh karena itu, pemilihan lingkungan belajar sangat penting untuk dipertimbangkan artinya pemilihan pendekatan pembelajaran harus dapat mengakomodasikan motivasi belajar siswa yang heterogen sehingga dapat memaksimalkan hasil belajar siswa (Saragih, 2007: 19). Oleh karena itu, kebijakan untuk menerapkan model dalam proses pembelajaran di kelas perlu mempertimbangkan perbedaan kemampuan siswa.

Berdasarkan uraian dan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk menerapkan strategi pengelolaan motivasional ARCS dalam meningkatkan


(17)

motivasi belajar siswa sehingga diputuskan untuk mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Strategi Pengelolaan Motivasional ARCS Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Di SMKN 11 Bandung”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah yang akan diteliti adalah “bagaimana pengaruh penerapan strategi pengelolaan motivasional ARCS dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di SMKN 11 Bandung”. Rumusan masalah ini secara terinci diuraikan dalam pertanyaan penelitian berikut:

1. Apakah ada perbedaan peningkatan motivasi belajar dalam mata pelajaran produktif administrasi perkantoran setelah mendapatkan strategi pembelajaran dengan model strategi pengelolaan motivasional ARCS ? 2. Bagaimana motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran produktif

administrasi perkantoran setelah mendapatkan strategi pembelajaran dengan model strategi pengelolaan motivasional ARCS ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum adalah menerapkan strategi pengelolaan motivasional ARCS dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran produktif. Secara rinci tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang:

1. Perbedaan peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran produktif administrasi perkantoran setelah mendapatkan strategi pembelajaran dengan model strategi pengelolaan motivasional ARCS .


(18)

2. Motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran produktif administrasi perkantoran setelah mendapatkan strategi pembelajaran dengan model strategi pengelolaan motivasional ARCS .

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu memberikan alternatif metode dan model mengajar bagi guru dalam mata pelajaran produktif sekaligus membantu siswa dalam meningkatkan motivasi belajar. Secara rinci, manfaat penelitian ini baik bagi peneliti maupun guru adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui alternatif pembelajaran yang dipakai untuk meningkatkan kompetensi dalam mata pelajaran produktif administrasi perkantoran. 2. Tambahan pengetahuan dalam menyusun strategi pembelajaran

3. Tambahan pengetahuan sebagai bahan rujukan bagi pengembangan penelitian mata pelajaran produktif administrasi perkantoran lebih lanjut.


(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses penelitian, karena “metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam merancang, melaksanakan pengolahan data dan menarik kesimpulan berkenaan dengan masalah penelitian tertentu” (Sayodih, 2007: 317).

Para peneliti dapat memilih berbagai macam metode penelitian yang ada seperti metode penelitian tindakan kelas (classroom action research), metode penelitian eksperimen (experimental research), metode penelitian ekspos fakto (ex

post facto research), metode penelitian deskriptif, metode penelitian dan

pengembangan (research and development) dan lain sebagainya. Pemilihan metode penelitian harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti.

Metode yang akan peneliti pakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen (experimental research) merupakan kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan / tindakan pendidikan terhadap tingkah laku siswa atau menguji hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh tindakan itu bila dibandingkan dengan tindakan lain.


(20)

Berdasarkan hal tersebut maka tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan yang berbeda. Sedangkan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Pretes-Posttest non equivalent control Group Design yang disajikan sebagai

berikut:

Tabel 3.1 Desain control group pretes - postes

Group Pre Test Treatment Post Test

E K

T1

T1

X1

X0

T2

T2

Sumber: Suryabrata (1998:45) Keterangan:

E : Group Eksperimen K : Group Kontrol T1 : Soal Pre Test

T2 : Soal Post Test

X1 : Perlakuan dengan menggunakan Metode Pembelajaran ARCS

X2 : Perlakuan dengan menggunakan Pembelajaran Konvensional

Oleh karena itu, dalam penelitian ini sampel didesain menjadi dua kelompok penelitian yaitu kelompok yang diberi perlakuan metode pembelajaran ARCS sebagai kelompok eksperimen dan kelompok yang diberi perlakuan model pembelajaran konvensional yang dilakukan disekolah sebagai kelas kontrol.


(21)

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam suatu kegiatan penelitian berkenaan dengan sumber data yang digunakan. Sugiyono (2008:17) menjelaskan bahwa:

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas X AP di SMKN 11 BANDUNG yang berjumlah 76 siswa.

Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas X AP 1 dan X AP 2 di SMKN 11 BANDUNG. Pengambilan sampel berdasarkan teknik Simple Random

Sampling yaitu suatu teknik pengambilan anggota sampel dari populasi yang

dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut (Sugiyono, 2009:120). Selanjutnya kelas pertama dijadikan kelas eksperimen yang akan diberikan pembelajaran dengan metode pembelajaran ARCS dan kelas kedua dijadikan kelas kontrol dan akan diberikan pembelajaran konvensional.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,


(22)

dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Suharsimi Arikunto, 1998:151).

1. Instrumen Tes

Tes digunakan untuk mengukur sejauh mana perbedaan hasil belajar yang terjadi ketika sebelum perlakuan diberikan dan setelah perlakuan diberikan setidaknya ada dua tes yang akan digunakan pada penelitian ini:

a. Pretes yaitu tes yang dilakukan sebelum sampel diberikan pembelajaran b. Postes yaitu tes yang dilakukan sesudah diberikan pembelajaran

Rincian kisi-kisi soal pretes dan postes dapat dilihat pada lampiran. Untuk melihat kualitas soal tersebut, maka sebelumnya dilakukan uji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran.

2. Instrumen Non Tes

Instrumen non tes digunakan untuk mengukur tingkat motivasi siswa adalah instrumen yang di adaptasi dari instrumen yang telah dibuat oleh John Keller (1990) dan disesuaikan dengan pembelajaran yang dilaksanakan. Instrumen ini dibuat untuk mengukur tingkat motivasi siswa setelah melaksanakan pembelajaran dengan model ARCS.

3. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data mengenai gambaran proses pembelajaran yang dilaksanakan. Data ini menjadi acuan mengenai keterlaksanaan proses pembelajaran dikelas sampel yang diberi perlakuan metode pembelajaran ARCS. Keterlaksanaan proses


(23)

pembelajaran ini dinilai oleh dua orang observer yang mengamati seluruh tingkah laku guru. Sesuai dengan pendapat Sugiyono (2008:203) yang menyatakan bahwa teknik pengumpulan data observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja dan gejala-gejala alam.

3.4 Prosedur Penelitian

Tahapan-tahapan penelitian yang akan dilakukan, yaitu : 1. Tahap Persiapan

a. Menetapkan pokok bahasan yang akan digunakan dalam penelitian b. Membuat proposal penelitan

c. Membuat instrumen penelitian

d. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan bahan ajar penelitian

e. Melakukan ujicoba instrumen penelitian f. Merevisi instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan tes awal kepada kelas eksperimen

b. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran ARCS

c. Melaksanakan observasi pada kelas eksperimen d. Memberi tes akhir pada kelas eksperimen

e. Membagi angket untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran ARCS.


(24)

3. Tahap Pengolahan Data

a. Mengumpulkan data kuantitatif maupun data kulitatif

b. Mengolah dan menganalisis hasil data yang diperoleh berupa data kuantitatif (pretes dan postes)

c. Mengolah dan menganalisis data kualitatif berupa angket dan hasil observasi.

3.5 Teknik pengumpulan data

1. Lembar observasi

Lembar observasi merupakan instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data mengenai gambaran proses pembelajaran yang dilaksanakan. Data ini menjadi acuan mengenai keterlaksanaan proses pembelajaran dikelas sampel yang diberi perlakuan metode pembelajaran ARCS. Keterlaksanaan proses pembelajaran ini dinilai oleh dua orang observer yang mengamati seluruh tingkah laku guru. Sesuai dengan pendapat Sugiyono (2008:203) yang menyatakan bahwa teknik pengumpulan data observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja dan gejal-gejala alam.

2. Instumen tes

Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mendapatkan data atau informasi yang dirancang khusus sesuai dengan karakteristik yang diinginkan


(25)

penilai (Syambari munaf, 2001:6). Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah tes tertulis yang berbentuk pilihan ganda.

3. Instrumen non tes

Instrumen non tes digunakan untuk mengukur tingkat motivasi siswa adalah yang di adaptasi dari instrumen yang telah dibuat oleh John Keller (1990) dan disesuaikan dengan pembelajaran yang dilaksanakan. Instrumen ini dibuat untuk mengukur tingkat motivasi siswa setelah melaksanakan pembelajaran dengan model ARCS. Instrumen ini dikenal dengan (Instructional Materials

Motivation Survey) / IMMS. Instrumen ini memuat 36 butir soal yang mengukur

tingkat perhatian (attention), relevasi (relevance), keyakinan/percaya diri (confidence), dan kepuasan (satisfaction). Setiap respon di beri skala pengukuran dari 1 sampai 5, artinya dari 36 butir, skor minimum adalah 36, skor maksimum adalah 180 dengan skor pertengahan 108. Derajat reliabilitas instrumen ini secara keseluruhan tergolong tinggi, namun secara parsial derajat reliabilitas untuk butir pernyataan perhatian (attention) adalah 0,89 (reliabilitas tinggi), butir pernyataan relevansi (relevance) adalah 0,81 (reliabilitas tinggi), butir pernyataan keyakinan / percaya diri (confidence) adalah 0,90 ( reliabilitas sangat tinggi), dan butir pernyataan kepuasan (satisfaction) adalah 0,92 (reliabilitas sangat tinggi).

3.6 Analisis Uji Coba Instrumen Penelitian

Setelah diperoleh data penelitian dari hasil pretes dan postes maka untuk menganalisis data tersebut digunakan teknik analisis statistik yang pada penelitian


(26)

kali ini peneliti menggunakan bantuan software spss 17.0 for windows. Adapun langkah-langkah pengolahan datanya adalah sebagai berikut :

a. Uji Validitas

Suatu alat evaluasi dikatakan valid atau sah jika alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya di evaluasi (Suherman, 2003:102-103), oleh karena itu untuk mengetahui instrumen penelitian ini valid atau tidak maka dilakukan analisis validitas empirik untuk mengetahui validitas tiap butir soal menggunakan bantuan software spss 17.0 for windows.

Pada program SPSS digunakan uji Bivariate Pearson (Produk Momen Pearson) dan correct item total correlation (koefisien korelasi item total). Koefisien korelasi item total dengan Bivariate Pearson dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:

Persamaan 3.1 Rumus Untuk Mencari Bivariate Pearson

∑ ∑ ∑

Keterangan:

rix : Koefisien korelasi item total (bivariate pearson)

i : Skor item x : Skor total


(27)

n : Banyaknya subyek

Adapun kriteria acuan untuk validitas menggunakan kriteria nilai validitas adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kriteria nilai validitas

Koefisien Korelasi Kriteria Validitas

0,80 ≤ ≤ 1,00 Sangat Tinggi

0,60 ≤ ≤ 0,80 Tinggi

0,40 ≤ ≤ 0,60 Cukup

0,20 ≤ ≤ 0,40 Rendah

0,00 ≤ ≤ 0,20 Sangat Rendah

(Arikunto, 2008:75

b. Uji Reliabilitas

Suatu alat evaluasi dikatakan reliabel jika hasil evaluasi tersebut tidak berubah ketika digunakan pada subjek yang berbeda. Untuk mengetahui reliabilitas instrumen penelitian ini, peneliti menggunakan software spss 17.0 for


(28)

windows. Untuk mengukur reliabilitas, pada program SPSS digunakan rumus

Cronbach Alpha (Priyatno D, 2008) sebagai berikut:

Persamaan 3.2 Persamaan Reliabilitas

[ ] [ ∑

]

Keterangan:

= Reliabilitas Instrumen k = Banyaknya pernyataan ∑ 2

= Jumlah varian butir

2

= Varian total

Selanjutnya koefisien reliabilitas yang diperoleh dari hasil uji coba diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 3.3 Kriteria nilai reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria Validitas

0,80 ≤ ≤ 1,00 Reliabilitas Sangat Tinggi


(29)

0,40 ≤ ≤ 0,60 Reliabilitas Cukup

0,20 ≤ ≤ 0,40 Reliabilitas Rendah

0,00 ≤ ≤ 0,20 Reliabilitas Sangat Rendah

(Suherman, 2003:139)

c. Daya Pembeda

Untuk mengetahui daya pembeda tiap butir soal, digunakan rumus sebagai berikut:

Persamaan 3.3 Persamaan Daya Pembeda DP = ̅ ̅

Keterangan :

DP = Daya Pembeda

̅ = Rata-rata skor siswa kelompok atas

̅ = Rata-rata skor siswa kelompok bawah SMI = Skor Maksimum Ideal

Selanjutnya koefisien daya pembeda yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria sesuai dengan tabel dibawah ini (Suherman, 2003:161).


(30)

Kriteria interpretasi yang digunakan untuk daya pembeda adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4 Klasifikasi daya pembeda

Daya Pembeda Interpretasi

DP ≤ 0,00 Sangat Jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 ≤ ≤ 0,40 Cukup

0,40 ≤ DP ≤ 0,70 Baik

0,70 ≤ DP ≤ 1,00 Sangat Baik

(H.Erman S.Ar, 2003:161)

d. Indeks Kesukaran

Untuk mengetahui tingkat/indeks kesukaran dari tiap butir soal, digunakan rumus sebagai berikut:


(31)

IK = ̅ Keterangan :

IK = Indeks Kesukaran

̅ = Rata-rata skor tiap soal SMI = Skor Maksimum Ideal

Selanjutnya indeks kesukaran yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria sesuai dengan tabel 3.5 di bawah ini (Suherman, 2003:171):

Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Kesukaran

Nilai Indeks Kesukaran Interpretasi

IK = 0,00 Soal terlalu sukar

0,00 ≤ ≤ 0,30 Soal sukar

0,30 ≤ ≤ 0,70 Soal sedang

0,70 ≤ ≤ 1,00 Soal mudah

IK = 1,00 Soal terlalu mudah

(Suherman, 2003:170)


(32)

Teknik analisis data untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa menggunakan model pembelajaran ARCS.

a. Analisis data angket

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dengan tujuan untuk mengetahui persentase dan frekuensi masing-masing alternatif jawaban serta untuk memudahkan dalam membaca data. Selanjutnya setiap nomor/ item soal dilihat persentasenya kemudian diinterpretasikan.

Berikut ini merupakan salah satu cara menganalisis data angket berdasarkan skala Likert. Misalkan dalam sebuah pengumpulan data angket instrumen disebarkan kepada responden (siswa), kemudian direkapitulasi dan memperoleh data, dua orang menjawab “sangat setuju” (5), delapan orang menjawab “setuju” (4), lima belas orang menjawab “netral” (3), lima belas orang menjawab “tidak setuju” (2), dan sepuluh orang menjawab “sangat tidak setuju” (1).

Cara menghitung skor dalam penelitian:

Jumlah skor untuk 2 orang penjawab : 2 × 5 = 10 Jumlah skor untuk 8 orang penjawab : 8 × 4 = 32 Jumlah skor untuk 15 orang penjawab : 15 × 3 = 45 Jumlah skor untuk 15 orang penjawab : 15 × 2 = 30 Jumlah skor untuk 10 orang penjawab : 10 × 1 = 10 +

Jumlah = 127


(33)

Jumlah skor terendah = 1 × 50 = 50

Berdasarkan data dicari persentasenya sebagai berikut:

Kriteria Interpretasi Skor menurut Ridwan (2004: 89)

Tabel 3.6 Kriteria Interpretasi

Persentase Kriteria

0 % < x ≤ 20% Sangat Rendah 20 % < x ≤ 40% Rendah 40 % < x ≤ 60% Cukup 60 % < x ≤ 80% Tinggi 80 % < x ≤ 100% Sangat Tinggi

Untuk contoh diatas diperoleh persentase sebagai berikut: 127/250 x 100% = 50,8 % menunjukkan bahwa kriteria cukup.

b. Analisis Data Observasi

Lembar observasi yang digunakan berupa daftar isian yang diisi oleh pengamat atau peneliti selama pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini digunakan untuk mengukur apakah pembelajaran yang dilakukan sesuai


(34)

dengan tahapan-tahapan pada pembelajaran dengan menggunakan model ARCS.

Data hasil observasi dijadikan data pendukung penelitian dan disajikan dalam bentuk tabel untuk memudahkan membaca data.

c. Analisis Data Wawancara

Data yang terkumpul dari hasil wawancara ditarik kesimpulan mengenai tingkat motivasi belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran ARCS.


(35)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan dari hasil pembahasan tentang penerapan metode pembelajaran ARCS dalam meningkatkan motivasi belajar siswa maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan tabel 4.11 hasil uji-t sebelum dan sesudah diberi Strategi pembelajaran ARCS , tampak bahwa hasil uji rata-rata 2 sampel berpasangan atas hasil tes siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum dengan sesudah diberi strategi pembelajaran model pengelolaan motivasional ARCS untuk kelas kontrol sebesar 28,08 sedangkan kelas eksperimen sebesar 37,79 ini menunjukkan perbedaan/perubahan yang signifikan. Hal ini berdasarkan pada nilai thitung pada hasil pengujian tersebut yang lebih besar dari

nilai ttabel. Nilai thitung atas pengujian hipotesis untuk kelas kontrol adalah sebesar 11,475 >

thitung (2,026) sedangkan untuk kelas eksperimen Nilai thitung atas pengujian hipotesis

untuk kelas kontrol adalah sebesar 20,648 > thitung (2,026) . Dengan demikian maka H0

ditolak yang berarti terdapat peningkatan yang signifikan pada motivasi belajar siswa atas dari sebelum dengan sesudah diberi strategi pembelajaran model pengelolaan motivasional ARCS.

2. Berdasarkan hasil analisis tes kemampuan awal (pretes),, tampak bahwa rata-rata hasil tes siswa kelas kontrol sebesar 28,1 dengan simpangan sebesar 10,1 sedangkan kelas eksperimen sebelum diberi pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran dengan model strategi pengelolaan motivasional ARCS adalah sebesar 38,0. Setelah


(36)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (1985). Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung : Angkasa

Ardhana. (1992). Atribusi Terhadap Sebab-sebab Keberhasilan dan Kegagalan

serta Kaitannya untuk Motivasi Berprestasi. Malang : IKIP Malang.

Boeree, George. (2009). Metode Pembelajaran dan Pengajaran. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Dahar, Ratna Wilis. (1988). Teori-Teori Belajar. Jakarta : DepDikBud. Dahar, Ratna Wilis. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Airlangga. Djamarah, Syaiful Bahri. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. (2008). Psikologi Belajara Edisi 2. Jakarta : Rineka Cipta.

Emzir. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan (kuantitatif dan kualitatif). Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Gintings, Abdorrahman. (2010). Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Humaniora.

Hamalik, Oemar. (2002). Psikologi Belajar dan Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Margono, S. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. Moleong, Lexy J. (2009). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Prayitno, Elida. (1989). Motivasi Dalam Belajar. Jakarta : DepDikBud.

Priyono, Andreas. (2000). Pedoman Praktis Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kantor Wilayah Kelas (Classroom Action Research). Proyek Perluasan dan Peningkatan Mutu SLTP Depdiknas Provinsi Jawa Tengah.

Rahardjo. (1985). Penelitian Kualitatif. Jakarta : Gramedia.

Siagian, Sondang P. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. (1989). Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. Suhardjono. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Suhenah. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : IKIP Jakarta.


(37)

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D). Bandung : Alfabeta.

Wena, Made. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : PT. Bumi Aksara.


(1)

51

Angga Cathor Priyanto, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Type ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa, Kelas X Administrasi Perkantoran SMKN 11 Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Teknik analisis data untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa menggunakan model pembelajaran ARCS.

a. Analisis data angket

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dengan tujuan untuk mengetahui persentase dan frekuensi masing-masing alternatif jawaban serta untuk memudahkan dalam membaca data. Selanjutnya setiap nomor/ item soal dilihat persentasenya kemudian diinterpretasikan.

Berikut ini merupakan salah satu cara menganalisis data angket berdasarkan skala Likert. Misalkan dalam sebuah pengumpulan data angket instrumen disebarkan kepada responden (siswa), kemudian direkapitulasi dan memperoleh data, dua orang menjawab “sangat setuju” (5), delapan orang menjawab “setuju” (4), lima belas orang menjawab “netral” (3), lima belas orang menjawab “tidak setuju” (2), dan sepuluh orang menjawab “sangat tidak setuju” (1).

Cara menghitung skor dalam penelitian:

Jumlah skor untuk 2 orang penjawab : 2 × 5 = 10 Jumlah skor untuk 8 orang penjawab : 8 × 4 = 32 Jumlah skor untuk 15 orang penjawab : 15 × 3 = 45 Jumlah skor untuk 15 orang penjawab : 15 × 2 = 30 Jumlah skor untuk 10 orang penjawab : 10 × 1 = 10 +

Jumlah = 127


(2)

Angga Cathor Priyanto, 2013

Jumlah skor terendah = 1 × 50 = 50

Berdasarkan data dicari persentasenya sebagai berikut:

Kriteria Interpretasi Skor menurut Ridwan (2004: 89)

Tabel 3.6 Kriteria Interpretasi

Persentase Kriteria

0 % < x ≤ 20% Sangat Rendah 20 % < x ≤ 40% Rendah

40 % < x ≤ 60% Cukup

60 % < x ≤ 80% Tinggi 80 % < x ≤ 100% Sangat Tinggi

Untuk contoh diatas diperoleh persentase sebagai berikut: 127/250 x 100% = 50,8 % menunjukkan bahwa kriteria cukup.

b. Analisis Data Observasi

Lembar observasi yang digunakan berupa daftar isian yang diisi oleh pengamat atau peneliti selama pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini digunakan untuk mengukur apakah pembelajaran yang dilakukan sesuai


(3)

53

Angga Cathor Priyanto, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Type ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa, Kelas X Administrasi Perkantoran SMKN 11 Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dengan tahapan-tahapan pada pembelajaran dengan menggunakan model ARCS.

Data hasil observasi dijadikan data pendukung penelitian dan disajikan dalam bentuk tabel untuk memudahkan membaca data.

c. Analisis Data Wawancara

Data yang terkumpul dari hasil wawancara ditarik kesimpulan mengenai tingkat motivasi belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran ARCS.


(4)

Angga Cathor Priyanto, 2013

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan dari hasil pembahasan tentang penerapan metode pembelajaran ARCS dalam meningkatkan motivasi belajar siswa maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan tabel 4.11 hasil uji-t sebelum dan sesudah diberi Strategi pembelajaran ARCS , tampak bahwa hasil uji rata-rata 2 sampel berpasangan atas hasil tes siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum dengan sesudah diberi strategi pembelajaran model pengelolaan motivasional ARCS untuk kelas kontrol sebesar 28,08 sedangkan kelas eksperimen sebesar 37,79 ini menunjukkan perbedaan/perubahan yang signifikan. Hal ini berdasarkan pada nilai thitung pada hasil pengujian tersebut yang lebih besar dari nilai ttabel. Nilai thitung atas pengujian hipotesis untuk kelas kontrol adalah sebesar 11,475 > thitung (2,026) sedangkan untuk kelas eksperimen Nilai thitung atas pengujian hipotesis untuk kelas kontrol adalah sebesar 20,648 > thitung (2,026) . Dengan demikian maka H0 ditolak yang berarti terdapat peningkatan yang signifikan pada motivasi belajar siswa atas dari sebelum dengan sesudah diberi strategi pembelajaran model pengelolaan motivasional ARCS.

2. Berdasarkan hasil analisis tes kemampuan awal (pretes),, tampak bahwa rata-rata hasil tes siswa kelas kontrol sebesar 28,1 dengan simpangan sebesar 10,1 sedangkan kelas eksperimen sebelum diberi pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran dengan model strategi pengelolaan motivasional ARCS adalah sebesar 38,0. Setelah


(5)

82

Angga Cathor Priyanto, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Type ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa, Kelas X Administrasi Perkantoran SMKN 11 Bandung Tahun Pelajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (1985). Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung : Angkasa

Ardhana. (1992). Atribusi Terhadap Sebab-sebab Keberhasilan dan Kegagalan serta Kaitannya untuk Motivasi Berprestasi. Malang : IKIP Malang. Boeree, George. (2009). Metode Pembelajaran dan Pengajaran. Yogyakarta :

Ar-Ruzz Media.

Dahar, Ratna Wilis. (1988). Teori-Teori Belajar. Jakarta : DepDikBud. Dahar, Ratna Wilis. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta : Airlangga. Djamarah, Syaiful Bahri. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. (2008). Psikologi Belajara Edisi 2. Jakarta : Rineka Cipta.

Emzir. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan (kuantitatif dan kualitatif). Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Gintings, Abdorrahman. (2010). Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Humaniora.

Hamalik, Oemar. (2002). Psikologi Belajar dan Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Margono, S. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. Moleong, Lexy J. (2009). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Prayitno, Elida. (1989). Motivasi Dalam Belajar. Jakarta : DepDikBud.

Priyono, Andreas. (2000). Pedoman Praktis Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kantor Wilayah Kelas (Classroom Action Research). Proyek Perluasan dan Peningkatan Mutu SLTP Depdiknas Provinsi Jawa Tengah.

Rahardjo. (1985). Penelitian Kualitatif. Jakarta : Gramedia.

Siagian, Sondang P. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. (1989). Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. Suhardjono. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Suhenah. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : IKIP Jakarta.


(6)

Angga Cathor Priyanto, 2013

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung : Alfabeta.

Wena, Made. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : PT. Bumi Aksara.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) TERINTEGRASI TEORI KONSTRUKTIVISMEUNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII-1 MTS NEGERI TUNGKOB

0 10 1

PENERAPAN MODEL PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IV C SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 72

PENERAPAN MODEL PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IV C SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 32 244

PENERAPAN MAPPING DALAM MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVA SD NEGERI 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 10 77

ANALISIS FAKTOR FAKTOR KESIAPAN SISWA DALAM BELAJAR PADA KELAS X ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMK N 1 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20152016

2 25 181

PENGARUH KESIAPAN BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MEMAHAMI PRINSIP PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI PERKANTORAN KELAS X JURUSAN ADMINISTRASI PER

0 6 197

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CTL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR PELAJARAN PRINSIP-PRINSIP BISNIS

0 0 10

1 PENERAPAN MODEL ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DAN MEREDUKSI MISKONSEPSI SISWA DI SMA

0 0 13

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ARCS (ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDENCE, AND SATISFACTION) TERHADAP HASIL BELAJAR IPS DITINJAU DARI MINAT BELAJAR DI KELAS IV SD GUGUS IX GOLEWA, KECAMATAN GOLEWA KABUPATEN NGADA-NTT

1 3 14

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN ARCS (ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDENCE, SATISFACTION) BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK PADA POKOK BAHASAN SEGIEMPAT SKRIPSI

2 4 124