EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN ARCS (ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDENCE, SATISFACTION) BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK PADA POKOK BAHASAN SEGIEMPAT SKRIPSI
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN ARCS (ATTENTION,
ALAT PERAGA TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKA PESERTA DIDIK PADA POKOK BAHASAN
SEGIEMPAT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Dalam Ilmu Pendidikan Matematika Oleh :
SULISTIYANI
NIM: 073511072
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Sulistiyani NIM : 073511072 Jurusan/Program Studi : Tadris Matematika Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 13 Desember 2011 Saya yang menyatakan,
Sulistiyani
NIM: 073511072
ABSTRAK
Sulistiyani (NIM. 073511072 ). Efektivitas pembelajaran ARCS (Attention,Relevance, Confidence, Satisfaction) Berbantuan Alat Peraga terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Pokok Bahasan Segiempat.
Skripsi. Semarang: Program Strata 1 Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Walisongo, 2012
Matematika merupakan bidang studi yang memiliki obyek yang abstrak. Sifat abstrak menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan dalam belajar matematika. Pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) diharapkan dapat mengurangi kesulitan peserta didik sehingga belajar matematika lebih menyenangkan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran ARCS (Attention, Relevance,
Confidence, Satisfaction) efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika
peserta didik kelas VII semester II MTs NU Sunan Katong Kaliwungu? Populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas VII MTs NU 05 Sunan
Katong Kaliwungu tahun ajaran 2010/2011. Sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik cluster random sampling, kelas VIIA sebagai kelas kontrol dikenai model pembelajarn konvensional, VIIC sebagai kelas kontrol dikenai pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) berbantuan alat peraga. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode dokumentasi dan metode tes. Analisis data meliputi uji normalitas, homogenitas, uji perbedaan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Dari perhitungan hasil penelitian, uji perbedaan dua rata-rata hasil belajar diperoleh t hitung tabel 3 , 918 t 1 , 662 , menunjukkan rata-rata kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas eksperimen lebih dari rata-rata pemecahan masalah kelas kontrol.
Simpulan penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah peserta didik yang diberi perlakuan pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence,
Satisfaction) lebih efektif dari pada peserta didik yang diberi perlakuan model
pembelajaran konvensional.KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas berkat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul
“Efektivitas Pembelajaran ARCS
(Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) berbantuan Alat Peraga
terhadap Peningkatan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik pada Pokok
Bahasan Segiempat”.
Penelitian ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana S-1 pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang jurusan Tadris Matematika. Penelitian ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1.
8. Segenap guru , kepala TU beserta staf, karyawan dan peserta didik MTs NU Sunan Katong Kaliwungu Kendal yang selalu membantu dan memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi.
9. Ayahanda dan Ibunda tercinta (Bapak Sukarno, ibu Chayatun) dan keluarga
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................. ii PENGESAHAN .................................................................................................. iii NOTA PEMBIMBING ....................................................................................... iv ABSTRAK .......................................................................................................... vi KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar Belakang ............................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 3 C. Manfaat Penelitian ...................................................................... 3 BAB II : LANDASAN TEORI ....................................................................... 5 A. Kajian Pustaka ............................................................................. 5 B. Kerangka Teoritik ....................................................................... 5 C. Rumusan Hipotesis ..................................................................... 24 BAB III : METODE PENELITIAN ............................................................... 25 A. Jenis Penelitian ............................................................................ 25 B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 26 C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 27 D. Variabel Penelitian ...................................................................... 29 E. Pengumpulan Data Penelitian ..................................................... 30 F. Analisis Data Penelitian .............................................................. 31
BAB IV : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ....................................... 42
A. Deskripsi data Hasil Penelitian ................................................... 42 B. Analisis data ................................................................................ 48 C. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................... 64 D. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 65BAB V : PENUTUP ........................................................................................ 67
A. Simpulan .....................................................................................BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran matematika memiliki beberapa tujuan khusus yang
harus dicapai diantaranya adalah mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu bentuk kemampuan berpikir tingkat tinggi. Suatu soal yang dianggap sebagai “masalah” adalah soal yang memerlukan keaslian berpikir tanpa adanya contoh penyelesaian sebelumnya. Masalah berbeda dengan soal latihan. Pada soal latihan, peserta didik telah mengetahui cara menyelesaikannya, karena telah jelas hubungan antara yang diketahui dengan yang ditanyakan, dan biasanya telah ada contoh soal. Pada masalah, peserta didik tidak tahu bagaimana cara menyelesaikannya, tetapi peserta didik tertarik dan tertantang untuk menyelesaikannya. Peserta didik menggunakan segenap pemikiran, memilih strategi pemecahannya, dan memproses hingga menemukan
1 penyelesaian dari suatu masalah.
Mengingat karakteristik peserta didik kelas VII yang merupakan masa peralihan dari jenjang sekolah dasar ke sekolah menengah, tentu hal ini harus diperhatikan agar peserta didik mampu berkembang sesuai dengan jenjangnya. Hal ini menjadi tantangan bagi guru matematika di kelas VII untuk bisa membuat peserta didiknya mampu meningkatkan pola berfikir matematika.
MTs NU sunan Katong Kaliwungu juga memiliki visi dan misi yang bisa menunjang kegiatan belajar mengajar khususnya mata pelajaran matematika. Dimana visi tersebut adalah terciptanya sumber daya manusia 1 Amin Suyitno, Dasar-Dasar Proses Pembelajaran Matematika I, (Semarang:
Universitas Negeri Semarang, 2004) hlm. 34 berkualitas dan unggul dalam prestasi berlandaskan iman dan taqwa, sedangkan misinya adalah menjadikan peserta didik madrasah tsanawiyah kreatif, berwawasan luas dan percaya diri, menjadikan peserta didik yang mampu menjaga dan melestarikan ajaran Islam Ahlus Sunnah wal Jama’ah, menjadikan peserta didik madrasah tsanawiyah anak sholih dan sholihah yang berguna bagi Agama, Nusa dan Bangsa.
Pendidikan Matematika di MTs NU Sunan Katong Kaliwungu masih kurang memenuhi target dalam belajar mengajar, dimana masih ada peserta didik yang kurang mampu memenuhi standar nilai yang diharapkan. Dalam hal ini menjadikan peneliti agar bisa membangkitkan peserta didik untuk lebih giat lagi dalam belajar matematika. Hal tersebut juga ditunjukan dengan nilai rata-rata ulangan harian pada materi persegi panjang dan persegi yaitu dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yakni sebesar 55.
Menurut Teori Gagne belajar matematika terdiri dari objek langsung dan objek tak langsung. Objek langsung antara lain kemampuan menyelidiki, kemampuan memecahkan masalah, ketekunan, ketelitian, disiplin diri, bersikap positif terhadap matematika. Sedangkan objek tak langsung berupa fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip. Dengan adanya teori gagne peneliti berharap bisa meningkatkan hasil belajar sesuai terget yang ingin di capai.
Dalam penelitian ini, peneliti akan memfokuskan pada materi Keliling dan Luas Persegi Panjang dan Persegi, dimana peserta didik dituntut untuk memahami rumus agar dapat menyelesaikan soal-soal dengan baik dan benar. Supaya konsep tentang Keliling dan Luas Persegi Panjang dan Persegi tertanam kuat di benak peserta didik, mereka harus tahu dari mana rumus itu berasal. Untuk itu peserta didik harus berpikir dan mencari tahu sendiri dengan media yang mendukung. Proses berpikir disini sangat penting karena proses berpikir merupakan proses dimana pengetahuan tidak diperoleh sebagai hasil transfer dari orang lain, melainkan diperoleh melalui interaksi mereka dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungan yang ada.
Pembelajaran ARCS sangat cocok digunakan karena dapat membangkitkan motivasi peserta didik yang rendah. Dalam penelitiannya terbukti pembelajaran ARCS berguna dalam perencanaan pembelajaran. Dengan tujuan untuk meningkatkan perhatian peserta didik, pembelajaran harus berdasarkan pengalaman relevan dan minat peserta didik untuk mengembangkan kepercayaan dan memberikan kepuasan. Pembelajaran ini dibagi menjadi empat bagian yaitu: attention (perhatian), relevance (relevansi), confidence (kepercayaan diri), satisfaction (kepuasan). Pada pembelajaran ini, peserta didik dibawa untuk mengikuti proses belajar yang menyenangkan. Mula-mula pembelajaran ditekankan pada ketertarikan peserta didik dengan pelajaran matematika. Kemudian materi pelajaran dikaitkan dengan lingkungan di sekitar peserta didik. Langkah selanjutnya adalah menumbuhkan kepercayaan diri peserta didik, misalnya dengan cara peserta didik mengemukakan pendapat dan ide-idenya, dan langkah terakhir adalah memberikan pujian, memberikan hadiah dan memberikan nilai yang bagus sebagai upaya menimbulkan kepuasan pada diri peserta didik.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti efektivitas pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) berbantuan alat peraga terhadap peningkatan hasil belajar matematika peserta didik kelas VII semester II pokok bahasan segiempat MTs NU Sunan Katong Kaliwungu tahun pelajaran 2010/2011.
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) berbantuan alat peraga efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik kelas VII pokok bahasan segiempat MTs NU Sunan Katong Kaliwungu ?
C. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi peserta didik
a. Peserta didik dapat lebih mudah dalam belajar materi matematika. b. Dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII MTs NU Sunan Katong Kaliwungu pada pokok bahasan segiempat.
2. Bagi guru
a. Guru memperoleh variasi pembelajaran yang lebih variatif terhadap matematika yaitu dengan menggunakan pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction).
b. Sebagai alternatif untuk meningkatkan keterampilan yang bervariasi bagi guru sehingga dapat memperbaiki sistem pembelajaran.
3. Bagi sekolah a. Sebagai bahan acuan penelitian.
b. Mengembangkan pengetahuan dan wawasan dalam dunia pendidikan khususnya bidang matematika.
4. Bagi peneliti a. Memberikan pengalaman mengajar secara langsung.
b. Mempunyai dasar-dasar kemampuan mengajar dan memperoleh pemecahan masalah dalam penelitian sehingga diperoleh suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan dalam pemecahan masalah peserta didik.
BAB II LANDASAN TEORI A. KAJIAN PUSTAKA Berdasarkan penelitian yang dilakukan Galih Rosita Dewi dengan
judul “ Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran ARCS (Attention,
Relevance, Confidence, Satisfaction ) terhadap Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa” menunjukkan adanya peningkatan pembelajaran.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Juliati yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Gagne dan Model Motivasi ARCS untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD 018 Kembang Harum Pasir Penyu” juga menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar.
Berangkat dari hasil penelitian tersebut, peneliti akan mencoba menggunakan pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence,
Satisfaction ) berbantuan alat peraga terhadap peningkatan hasil belajar
matematika peserta didik kelas VII semester II pokok bahasan segiempat MTs NU Sunan Katong Kaliwungu, yang di dalamnya berisi rumus- rumus. Dengan ini, diharapkan akan meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi pokok Keliling dan Luas Persegi Panjang dan Persegi.
B. KERANGKA TEORITIK
1. Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi hingga liang lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan ketrampilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Menurut H.C, Witherington dalam
Educational Psychology menjelaskan pengertian belajar sebagai suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian. Gage Berlinger mendefinisikan belajar sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.
Adapun pengertian belajar yang diberikan oleh beberapa ahli pendidikan ialah sebagai berikut: a. Clifford T.Morgan
“Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience”
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil pengalaman yang lalu.
b. Harold Spears
“Learning is to observe, to read, to imitate, to try some thing themselves, to listen, to follow direction”.
Belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sendiri
2
tentang sesuatu, mendengar, mengikuti petunjuk
c. Menurut Howard L. Kingsley sebagai berikut:
Learning is the process by which behavior (in the broadersense) is originated changed through practice or training.
(belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam arti luas)
3 ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan).
Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik 2 yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta
Mustaqim , Psikologi Pendidikan, (Semarang : Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009) hlm. 39-40 3 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Ed. Revisi, hlm. 127
4
didik serta antara peserta didik dengan peserta didik. Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, di mana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah
5
menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya. Jadi, pembelajaran merupakan suatu aktivitas yang dengan sengaja dilakukan dengan menciptakan berbagai kondisi yang diarahkan untuk mencapai tujuan, yaitu tujuan kurikulum.
b. Teori- Teori Belajar
1) Teori Belajar Gagne Menurut Gagne belajar matematika terdiri dari objek langsung dan objek tak langsung. Objek langsung antara lain kemampuan menyelidiki, kemampuan memecahkan masalah, ketekunan, ketelitian, disiplin diri, bersikap positif terhadap matematika. Sedangkan objek tak langsung berupa fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip.
Fase-fase belajar menurut Gagne melalui empat fase utama yaitu:
a) Fase pengenalan (apprehending phase). Pada fase ini peserta didik memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara.
b) Fase perolehan (acqusition phase). Pada fase ini peserta didik memperoleh pengetahuan baru dengan menghubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumya. Dengan kata lain pada fase ini peserta didik membentuk asosiasi-asosiasi antara 4 informasi baru dan informasi lama.
Amin Suyitno, Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matemátika I, (Semarang:
Pendidikan Matemátika Unnes, 2004), hlm. 2. 5 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), hlm. 17.c) Fase pemanggilan (retrieval phase). Fase Retrieval/Recall, adalah fase mengingat kembali atau memanggil kembali informasi yang ada dalam memori. Kadang-kadang dapat saja informasi itu hilang dalam memori atau kehilangan hubungan dengan memori jangka panjang. Untuk lebih daya ingat maka perlu informasi yang baru dan yang lama disusun secara terorganisasi, diatur dengan baik atas pengelompokan-pengelompokan menjadi katagori, konsep sehingga lebih mudah memanggil.
d) Fase penyimpanan (storage phase). Fase storage/retensi adalah fase penyimpanan informasi, ada informasi yang disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang, melalui pengulangan informasi dalam memori jangka pendek dapat dipindahkan ke memori jangka panjang.
6
2) Teori Belajar Bruner Bruner mengusulkan teorinya yang disebut free disovery learning.
Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi, dan sebagainya) melalui contoh-contoh yang menggambarkan (mewakili) aturan yang menjadi sumbernya.
Dengan kata lain, peserta didik dibimbing secara induktif untuk memahami suatu kebenaran umum. Menurut pendapat Bruner, teori belajar itu bersifat deskriptif, sedangkan teori pembelajaran bersifat preskriptif.
7 Misalnya, teori belajar memprediksikan berapa keliling
dan luas pintu yang ada disekolahan dan bagaimana cara-cara mengajarkan penghitungan keliling dan luas persegi panjang dan persegi. Bruner mendeskripsikan pembelajaran hendaknya dapat 6
http://pmat.uad.ac.id/teori-belajar-gagne.html 7 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hlm. 12 menciptakan situasi agar peserta didik dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan pengetahuan dan kemampuan yang khas baginya.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah peserta didik menerima pengalaman belajar. Hasil belajar matematika merupakan hasil kegiatan dari belajar matematika dalam bentuk pengetahuan sebagai akibat dari perlakuan atau pembelajaran
8
yang dilakukan peserta didik. Menurut Bloom yang dikutip oleh Sardiman, ranah belajar terdiri dari tiga yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif.
a) Ranah Kognitif (Cognitive Domain), meliputi: 1) Knowledge (pengetahuan dan ingatan);
2) Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh); 3) Analysis (menguraikan, menentukan hubungan); 4) Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru); 5) Evaluation (menilai); dan 6) Application (menerapkan).
b) Ranah Psikomotorik (psycomotor domain), meliputi: 1) (persepsi);
Perception
2) Set (kesiapan); 3) Adaptation (penyesuaian); dan 4) Originality (kreativitas).
c) Ranah Afektif (affective domain), meliputi: 8 1) Receiving (sikap menerima);
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Akasara, 2008), hlm. 139.
2) Responding (memberikan respon); 3) Valuing (menilai); 4)
Organization
(organisasi); dan 5) Characterization (karakterisasi).
9 Dalam pembelajaran materi segiempat ini, hasil belajar yang
akan dicapai adalah hasil belajar ranah kognitif. Hasil belajar ranah ini dapat dillihat dari hasil tes yang diberikan di akhir pembelajaran materi Keliling dan Luas persegi panjang dan persegi. Dari hasil tes tersebut akan tampak sejauh mana peserta didik mengingat materi yang sudah disampaikan dan sejauh mana pemahaman mereka terhadap materi.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang diperoleh peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal meliputi: a) Faktor jasmani, meliputi kesehatan dan cacat tubuh.
b) Faktor psikologis, meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.
10
c) Faktor kelelahan Faktor eksternal, meliputi:
a) Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan
b) Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan peserta didik, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu 9 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2006), hlm. 23. 10 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 54-59. sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
c) Faktor masyarakat, meliputi kegiatan peserta didik dalam masyarakat, media masa, teman bergaul, serta bentuk kehidupan
11 masyarakat.
Diantara faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor sekolah, yang salah satunya berupa metode mengajar. Pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) ini termasuk dalam metode mengajar yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik, agar mereka menemukan dan memahami konsep Keliling dan Luas persegi panjang dan persegi.
Sedangkan alat peraga bangun datar adalah termasuk dalam alat pelajaran. Alat pelajaran yaitu alat yang dipakai oleh guru saat mengajar dan juga dipakai oleh peserta didik untuk menerima materi yang diajarkan. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat dapat memperlancar penerimaan materi pelajaran kepada peserta didik. Alat peraga bangun datar merupakan alat pelajaran yang digunakan untuk menemukan konsep Keliling dan Luas persegi panjang dan persegi. Dengan alat peraga ini diharapkan dapat memudahkan peserta didik dalam membangun pengetahuan tentang materi pelajaran tersebut.
4. Model pembelajaran ARCS ( Attention, Relevance, Confidence,
Satisfaction) dalam Matematika
Dari berbagai teori motivasi yang berkembang, keller telah menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yang disebut sebagai model ARCS yaitu
Attention (perhatian), Relevance (relevansi), Convidance (kepercayaan 11 diri), Satisfaction (kepuasan). Dalam proses belajar dan pembelajaran Slameto, Belajar, hlm. 60-71. keempat kondisi motivasional tersebut sangat penting dipraktekan untuk terus dijaga sehingga motivasi peserta didik terpelihara selama proses belajar dan pembelajaran berlangsung.
a. Attention (perhatian)
Attention (perhatian) adalah bentuk pengarahan untuk
memusatkan tenaga dan energi psikis dalam menghadapi suatu obyek, dalam hal ini proses mengajar belajar di kelas. Munculnya perhatian di dorong oleh rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu seseorang ini muncul karena dirangsang melalui elemen-elemen baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, dan kontradiktif/kompleks.
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat Al- Mulk ayat 10:
ÎÏè¡¡9$# É=≈ptõ¾r& þ’Îû $¨Ζä. $tΒ ã≅É)÷ètΡ ÷ρr& ßìyϑó¡nΣ $¨Ζä. öθs9 (#θä9$s%uρ
"Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni- penghuni neraka yang menyala-nyala".
Menurut WS. Winkel sikap perhatian peserta didik diharap dapat menimbulkan minat yaitu kecenderungan untuk subyek yang menetap untuk merasa tertarik pada pelajaran atau pokok pelajaran tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu melahirkan semangat yang baru dan dapat berperan positif dalam proses belajar mengajar selanjutnya.
Terdapat beberapa strategi untuk merangsang minat dan perhatian, yaitu sebagai berikut: 1) Gunakan metode penyampaian yang bervariasi. 2) Gunakan media untuk melengkapi pembelajaran. 3) Gunakan humor untuk melengkapi pembelajaran. 4) Gunakan peristiwa nyata, dan contoh-contoh untuk memperjelas konsep yang telah diutarakan.
5) Gunakan teknik bertanya untuk melibatkan peserta didik.
b. Relevance (relevansi) (relevansi) yaitu adanya hubungan yang
Relevance
ditunjukkan antara materi pembelajaran, kebutuhan dan kondisi pesrta didik. Ada tiga strategi yang dapat digunakan untuk menunjukkan relevansi dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut: 1) Sampaikan kepada peserta didik apa yang akan dapat mereka lakukan setelah mempelajari materi pembelajaran. 2) Jelaskan manfaat pengetahuan/ketermpilan yang akan dipelajari. 3) Berikan contoh, latihan/tes yang langsung berhubungan dengan kondisi peserta didik atau profesi tertentu.
Seperti hanya proses belajar umumnya jika seseorang tidak memiliki motivasi yang kuat dalam belajar, maka mustahil mereka akan mampu menangkap pelajaran dengan baik. Relevansi menunjukkan adanya hubungan antara materi yang dipelajari dengan kebutuhan kondisi peserta didik. Peserta didik akan termotivasi bila mereka merasa bahwa apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang.
c. Confidence (kepercayaan diri)
Confidence (kepercayaan diri) yaitu merasa diri kompeten
atau mampu merupakan potensi untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan. Motivasi akan meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Ada sejumlah strategi untuk meningkatkan kepercayaan diri, yaitu sebagai berikut: 1) Meningkatkan harapan peserta didik untuk berhasil dengan memperbanyak pengalaman berhasil. 2) Menyusun pembelajaran ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga peserta didik tidak di tuntut mempelajari banyak konsep sekaligus.
3) Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan persyaratan untuk berhasil. 4) Menggunakan strategi yang memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan peserta didik. 5) Tumbuh kembangkan kepercayaan diri peserta didik dengan pernyataan-pernyataan yang membangun. 6) Berikan umpan balik konstruktif selama pembelajaran, agar peserta didik mengetahui sejauh mana pemahaman dan prestasi belajar mereka.
d. Satisfaction (kepuasan)
Satisfaction (kepuasan) adalah perasaan gembira, perasan
ini dapat positif yaitu timbul kalau orang mendapatkan penghargaan dalam dirinya. Perasaan ini meningkat kepada perasaan harga diri kelak, membangkitkan semangat belajar di antaranya dengan: 1) Mengucapkan baik, bagus dan memberikan senyum bila peserta didik menjawab atau mengajukan pertanyaan. 2) Menunjukkan sikap non verbal positif pada saat menanggapi pertanyaan atau jawaban peserta didik. 3) Memuji dan memberi dorongan dengan senyuman, anggukan dan pandangan yang simpatik atas prestasi peserta didik. 4) Memberi tuntunan pada peserta didik agar dapat memberi jawaban yang benar. 5) Memberi pengarahan sederhana agar peserta didik memberi jawaban yang benar.
Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan, peserta didik akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa. Ada sejumlah strategi untuk mencapai kepuasan, yaitu sebagai berikut: 1) Gunakan pujian secara verbal, umpan balik yang informatif, bukan ancaman atau sejenisnya.
2) Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk segera mengunakan/mempratikkan pengetahuan yang baru dipelajari. 3) Minta kepada peserta didik yang telah menguasai untuk membantu teman-temannya yang belum berhasil. 4) Bandingkan prestasi peserta didik dengan prestasinya sendiri di masa lalu dengan suatu standar tertentu, bukan peserata
12 didik lain.
5. Langkah-langkah Pembelajaran ARCS ( Attention, Relevance,
Confidence, Satisfaction):
Adapun langkah-langkah model pembelajaran ARCS adalah sebagai berikut: a. Mengingatkan kembali peserta didik pada konsep yang telah dipelajari
Pada langkah ini, guru menarik perhatian peserta didik dengan cara mengulang kembali pelajaran atau materi yang telah dipelajari peserta didik dan mengaitkan materi tersebut dengan materi pelajaran yang akan disajikan. Dengan cara ini, peserta didik akan merasa tertarik serta termotivasi untuk memperoleh pengetahuan yang baru yaitu materi pelajaran yang akan disajikan.
b. Menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran (R) Pada langkah ini, guru mendeskripsikan tujuan dan manfaat pembelajaran yang akan disajikan. Penyampaian tujuan dan manfaat pembelajaran ini dapat dilakukan dengan cara yang bervariasi tapi masih tetap mengacu pada prinsip perbedaan individual peserta didik sehingga keseluruhan peserta didik dapat menangkap tujuan dan manfaat pembelajaran yang akan 12 disajikan serta dapat mengetahui hubungan atau keterkaitan
Evelina Siregar, Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 52-53. antara materi pembelajaran yang disajikan dengan pengalaman belajar peserta didik tersebut.
c. Menyampaikan materi pelajaran (R) Pada langkah ini, guru menyampaikan materi pembelajaran secara jelas dan terperinci. Penyampaian materi ini dilakukan dengan cara atau strategi yang dapat memotivasi peserta didik yaitu dengan cara menyajikan pembelajaran tersebut dengan menarik sehingga dapat menumbuhkan atau menjaga perhatian peserta didik, memberikan keterkaitan antara materi pembelajaran yang disajikan dengan pengalaman belajar peserta didik ataupun berhubungan dengan kehidupan sehari- hari peserta didik, menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik dengan cara memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, memberikan tanggapan, ataupun mengerjakan soal/latihan, dan menciptakan rasa puas di dalam diri peserta didik dengan cara memberikan penghargaan atas kinerja atau hasil kerja peserta didik.
d. Menggunakan contoh-contoh yang konkrit (A dan R) Pada langkah ini, guru memberikan contoh-contoh yang nyata serta ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari peserta didik sehingga peserta didik merasa tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Adapun manfaat yang didapatkan dari penggunaan contoh yang konkrit ini adalah peserta didik mudah memahami materi yang disajikan dan mudah mengingat materi tersebut. Tujuan penggunaan contoh yang konkrit ini adalah untuk menumbuhkan atau menjaga perhatian peserta didik (attention) dan memberikan kesesuaian antara pembelajaran yang disajikan dengan pengalaman belajar peserta didik ataupun kehidupan sehari-hari peserta didik (relevance).
e. Memberi bimbingan belajar (R)
Pada langkah ini, guru memotivasi dan mengarahkan peserta didik agar lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran yang disajikan. Secara langsung, langkah ini dapat meningkatkan rasa percaya diri peserta didik sehingga peserta didik tidak merasa ragu dalam memberikan respon ataupun mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan oleh guru. Pemberian bimbingan belajar ini juga bermanfaat bagi peserta didik yang lambat dalam memahami suatu materi pembelajaran sehingga peserta didik tersebut merasa termotivasi untuk memahami materi pembelajaran yang disajikan.
f. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi dalam pembelajaran (C dan S) Pada langkah ini, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, menanggapi, ataupun mengerjakan soal-soal mengenai materi pembelajaran yang disajikan. Dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi ini, peserta didik akan berkompetensi secara sehat dan aktif dalam mengikuti pembelajaran. Pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi dalam pembelajaran ini juga dapat menumbuhkan ataupun meningkatkan rasa percaya diri peserta didik dan akhirnya juga dapat menimbulkan rasa puas di dalam diri peserta didik karena merasa ikut terlibat dalam proses pembelajaran tersebut.
g. Memberi umpan balik (S) Pada langkah ini, guru memberikan suatu umpan balik yang tentunya dapat merangsang pola berfikir peserta didik.
Setelah pemberian umpan balik ini, peserta didik secara aktif menanggapi feedback dari guru tersebut. Pemberian feedback ini dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik dan menimbulkan rasa puas dalam diri peserta didik.
h. Menyimpulkan setiap materi yang telah disampaikan di akhir pembelajaran (S) Pada langkah ini, guru menyimpulkan materi pembelajaran yang baru saja disajikan dengan jelas dan terperinci. Langkah ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara diantaranya memberikan kesempatan kepada seluruh peserta didik untuk membuat kesimpulan tentang materi yang baru mereka pelajari dengan menggunakan bahasa mereka sendiri. Secara tidak langsung, langkah ini dapat
13 menciptakan rasa puas di dalam diri peserta didik.
6. Hubungan antara pembelajaran ARCS dengan Hasil Belajar
dalam Pembelajaran MatematikaHasil Belajar merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Dimana peserta didik akan memperoleh hasil yang baik jika mereka mampu menerima pelajaran dengan baik khususnya mata pelajaran matematika.
Tujuan penggunaan model pembelajaran ARCS (Attention,
Relevance, Confidence, Satisfaction ) dengan hasil belajar dalam
pembelajaran matematika adalah akan memberikan kemudahan pada peserta didik dalam memahami materi kelilling dan luas persegi panjang dan persegi, dengan memperhatikan penjelasan melalui alat peraga peserta didik akan mampu mencari relevansi antara materi dan realita dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan itu peserta didik bisa percaya diri dalam mengerjakan soal di papan tulis dengan tenang dan 13 tidak grogi. Dengan hasil yang dicapai dalam mengerjakan soal dengan
http://learningtheori.wordpress.com/2010/03/08/model-arcs-keller/ benar maka peserta didik merasa puas atas kerja yang selama ini dilakukan.
Dengan demikian hubungan antara model pembelajaran ARCS dengan hasil belajar dalam pembelajaran matematika memiliki arti penting dalam menghitung keliling dan luas persegi panjang dan persegi, karena peserta didik mengalami kesulitan dalam mempelajari dan menghitung rumus matematika, maka diperlukan model pembelajaran ARCS agar peserta didik lebih mudah dalam belajar matematika.
7. Tinjauan Materi
a. Persegi panjang Persegi panjang adalah segiempat yang dapat menempati bingkainya dengan tepat empat cara dan tiap-tiap sudutnya
14 dapat menempati sudut yang lain secara tepat.
1) Sifat-sifat persegi panjang
D C O A B
a) Sisi-sisi yang berhadapan pada persegi panjang sama panjang dan sejajar.
AB = CD dan AB // CD 14 AD = BC dan AD // BC M. Cholik adinawan dan sugijono, Seribu Pena matematika Kelas VII SMP/MTs, (Jakarta: Erlangga, 2008), hlm. 175 b) Setiap sudut pada persegi panjang sama besar dan merupakan sudut siku-siku.
c) Diagonal-diagonal pada persegi panjang sama panjang.
AC = BD
d) Diagonal-diagonal persegi panjang berpotongan dan saling membagi dua sama panjang.
OA = OC dan OB = OD
karena AC = BD, maka OA = OB = OC = OD 2) Keliling dan Luas persegi panjang
D C l p A B
a) Rumus keliling persegi panjang adalah: K = 2p + 2l, atau K = 2 (p + l)
b) Rumus luas persegi panjang adalah: L = p x l, atau L = pl
b. Persegi Persegi adalah segiempat yang dapat menempati bingkainya dengan tepat delapan cara dan tiap-tiap sudutnya dapat menempati sudut yang lain secara tepat.
1) Sifat-sifat persegi
D C O A B a) Semua sisi setiap persegi sama panjang.
AB = BC = CD = AD
b) Diagonal-diagonal persegi sama panjang dan saling membagi dua sama panjang.
AC = BD OA = OB = OC = OD
c) Diagonal-diagonal persegi berpotongan membentuk sudut siku-siku.
d) Setiap sudut persegi sama besar dan merupakan sudut siku-siku.
e) Setiap sudut persegi di bagi dua sama besar oleh diagonalnya, atau diagonal-diagonalnya merupakan
15 garis bagi.
15 M. Cholik adinawan dan sugijono, Seribu Pena matematika, hlm. 176
2) Keliling dan Luas persegi
a) Rumus keliling persegi adalah: K =4s
b) Rumus luas persegi adalah: L = s x s, atau L = s
Confidence, Satisfaction) PADA MATERI KELILING DAN LUAS
Langkah- langkah penerapan pembelajaran ARCS pada materi keliling dan luas persegi panjang dan persegi:
1. Guru mengulang kembali materi yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya. (A)
2. Peserta didik diberi alat peraga berupa persegi panjang dan persegi yang telah disediakan oleh guru. (A)
3. Peserta didik menghubungkan dengan kehidupan nyata dengan menyebutkan contoh- contoh benda yang berbentuk persgi panjang dan persegi. (R)
4. Peserta didik menghitung keliling dan luas persegi panjang dan persegi pada alat peraga yang telah disediakan. (C)
A B C D s s
2 C. PENERAPAN PEMBELAJARAN ARCS (Attention, Relevance,
PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI
5. Guru dan peserta didik mengoreksi jawaban yang telah dikerjakan peserta didik di papan tulis. (C)
6. Peserta didik merasa senang dengan hasil yang dicapai dalam mengerjakan soal tersebut.(S)
D. KERANGKA BERPIKIR
Sebagian besar pembelajaran matematika disekolah masih menggunakan metode ceramah, hal tersebut mengakibatkan peserta didik jenuh dalam kegiatan belajar mengajar. Pendekatan mengajar yang menempatkan peserta didik sebagai penerima informasi dapat meminimalkan peserta didik dalam pembelajaran. Padahal belajar itu sendiri merupakan proses perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, ketrampilan maupun sikap melalui pengalaman latihan dan terlibat langsung atau mengalami sendiri dalam proses pembelajarannya, oleh karena itu kegiatan pembelajaran harus diupayakan untuk mewujudkan suasana yang kondusif sehingga mampu menggunakan kemampuan, potensi, minat, bakat dan dorongan motivasi kepada peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar agar tercapai kompetensi dasar yang diharapkan.
Hal yang penting dalam kegiatan pembelajaran adalah menciptakan kondisi atau suatu proses yang mengarahkan peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar. Guru harus melakukan usaha-usahanya untuk dapat menumbuhkan dan memberikan semangat agar peserta didiknya melakukan aktivitas belajarnya dengan baik. Jika melalui proses dengan didasari motif yang tidak baik, atau mungkin karena rasa takut, terpaksa atau sekedar formalitas, akan menghasilkan hasil belajar yang jenuh, tidak otentik dan tidak bertahan lama agar proses pembelajaran menjadi menyenangkan. Peserta didik lebih aktif dan antusias, maka guru memberikan dorongan dan rangsangan pada peserta didik untuk melakukan aktifitas belajar. Menumbuhkan rasa ingin tahu, mendorong peserta didik merasakan kebutuhan atau kepentingannya dalam proses belajar. Hal itulah yang dinamakan pemberian motivasi. menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat
Keller diterapkan dalam proses pembelajaran, yang disebut sebagai model ARCS.
Keempat kondisi tersebut antara lain perhatian (Attention), relevansi (Relevance), kepercayaan diri (Confident), dan kepuasan (Satisfaction). Keempat kondisi tersebut dapat digunakan sebagai model pembelajaran untuk membangkitkan semangat belajar peserta didik. Sehingga dapat mengoptimalkan hasil belajar yang dapat dicapai peserta didik, baik dari segi aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Untuk menguji apakah pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confident, Satisfaction) lebih baik dibandingkan metode pembelajaran yang sering dipakai yaitu metode pembelajaran informasi, demonstrasi, dan tanya jawab.
Pembelajaran ARCS dimulai dengan mendengarkan materi keliling dan luas persegi panjang dan persegi yang telah di ajarkan oleh guru, peserta didik menghubungkan contoh yang telah diajarkan oleh guru pada kehidupan nyata dan mengerjakan soal yang telah disediakan oleh guru, kemudian peserta didik menulis pekerjaannya di papan tulis dengan benar.
E. HIPOTESIS
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka hipotesis penelitian ini adalah : Pembelajaran ARCS berbantuan alat peraga efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik kelas VII semester II pokok bahasan segiempat MTs NU Sunan Katong Kaliwungu.