PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN MEDIA REALIA TERHADAP PENINGKATAN KREATIVITAS DAN KETERAMPILAN MOTORIK ANAK USIA DINI :Studi Eksperimen Kuasi di TK PGRI Purwawinaya Kabupaten Sumedang Tahun Pelajaran 2010-2011.

(1)

ix DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN KEASLIAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Asumsi ... 12

F. Hipotesis ... 12

G. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 14

A. Pembelajaran pada Anak Usia Dini ... 14

B. Pengertian Media Realia ... 33


(2)

D. Jenis dan Karakteristik Media Realia sebagai Media

Pembelajaran ... 42

E. Keunggulan Media Realia ... 43

F. Peningkatan Kreativitas ... 45

1) Pengertian Kreativitas ... 45

2) Ciri-ciri Anak Kreatif ... 48

3) Faktor Pendorong Kreativitas ... 49

G. Keterampilan Motorik Anak Usia Dini ... 50

1) Pengertian Motorik ... 50

2) Kemampuan Motorik Anak Usia Dini ... 53

3) Pengembangan Kemampuan Motorik Halus ... 54

4) Pengembangan Kemampuan Motorik Kasar ... 57

H. Beberapa Pandangan Ahli tentang Media dan Pembelajaran ... 65

I. Posisi Kreativitas dan Motorik dalam Proses Belajar Mengajar dengan Penggunaan Media Realia ... 73

J. Review Penelitian Terdahulu yang Berhubungan dengan Media Realia ... 75

BAB III METODE PENELITIAN ... 78

A. Desain Penelitian ... 78

B. Prosedur Penelitian ... 80

C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 83


(3)

E. Definisi Operasional ... 84

F. Instrumen Penelitian ... 88

G. Proses Pengembangan Instrumen ... 92

H. Teknik Pengumpulan Data ... 97

I. Pelaksanaan Perlakuan ... 99

J. Teknik Analisis Data ... 100

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 105

A. Hasil Pengolahan Data ... 105

B. Pembahasan Hasil Penelitian... 114

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 125

A. Simpulan ... 125

B. Rekomendasi ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 128

LAMPIRAN ... 133 DAFTAR RIWAYAT HIDUP


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Jumlah Subjek Penelitian bagi Uji Model ... 83

3.2 Instrumen Penelitian Peningkatan Kreativitas Anak Usia Dini ... 89

3.3 Instrumen Penelitian Peningkatan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini ... 91

3.4 Hasil Perhitungan Pengujian Validitas Instrumen Peningkatan Kreativitas ... 93

3.5 Hasil Perhitungan Pengujian Validitas Instrumen Keterampilan Motorik ... 94

3.6 Klasifikasi Interpretasi Derajat Reliabilitas ... 96

3.7 Reliabilitas Instrumen Kreativitas ... 96

3.8 Reliabilitas Instrumen Keterampilan Motorik ... 97

3.9 Gambaran Normalitas Data Pretes Kreativitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 101

3.10 Gambaran Normalitas Data Pretes Keterampilan Motorik ... 101

3.11 Gambaran Data Homogenitas Pretes Kreativitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 103

3.12 Gambaran Homogenitas Data Pretes Keterampilan Motorik Kelompok eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 103

4.1 Data Gain Kreativitas ... 108 4.2 Hasil Pretes dan Postes Peningkatan Kreativitas Kelompok


(5)

Eksperimen ... 109 4.3 Data Gain Keterampilan Motorik ... 111 4.4 Perbandingan Nilai Gain Keterampilan Motorik antara Kelompok

Eksperimen dengan Kelompok Kontrol ... 111 4.5 Hasil Pretes dan Postes Peningkatan Keterampilan Motorik

Kelompok Eksperimen ... 112 4.6 Perbandingan Nilai Rata-rata Gain Peningkatan Kreativitas dan


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale ... 74

3.1 Diagram Langkah-langkah Penelitian ... 82

4.1 Data Pretes dan Postes Peningkatan Kreativitas pada Kelompok Eksperimen ... 110

4.2 Data Pretes dan Postes Peningkatan Keterampilan Motorik Anak


(7)

DAFTARLAMPIRAN

HALAMAN

LAMPIRAN 1 MATRIK PEMETAAN PENELITIAN ... 133

LAMPIRAN 2 INSTRUMEN PENENLITIAN PENINGKATAN KREATIVITAS ... 134

LAMPIRAN 3 INSTRUMEN PENELITIAN PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK ... 136

LAMPIRAN 4 LEMBAR OBSERVASI PENINGKATAN KREATIVITAS ... 138

LAMPIRAN 5 LEMBAR OBSERVASI PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK ... 142

LAMPIRAN 6 RENCANA KEGIATAN MINGGUAN ... 145

LAMPIRAN 7 RENCANA KEGIATAN HARIAN ... 148

LAMPIRAN 8 UJI COBA KREATIVITAS ... 152

LAMPIRAN 9 UJI COBA KETERAMPILAN MOTORIK ... 153

LAMPIRAN 10 DATA GAIN KREATIVITAS ... 154

LAMPIRAN 11 DATA GAIN KETERAMPILAN MOTORIK ... 155

LAMPIRAN 12 DATA KELAS PRETES KREATIVITAS ... 157

LAMPIRAN 13 DATA KELAS PRETES KETERAMPILAN MOTORIK ... 159

LAMPIRAN 14 DATA KELAS POSTES KREATIVITAS ... 161

LAMPIRAN 15 DATA KELAS POSTES KETERAMPILAN MOTORIK ... 163

LAMPIRAN 16 GRAFIK NORMALITAS-HOMOGENITAS PRETES KREATIVITAS KELAS KONTROL ... 165

LAMPIRAN 17 GRAFIK NORMALITAS-HOMOGENITAS PRETES KREATIVITAS KELAS 166 LAMPIRAN 18 GRAFIK NORMALITAS-HOMOGENITAS PRETES KETERAMPILAN MOTORIK KELAS KONTROL 167

LAMPIRAN 19 GRAFIK NORMALITAS-HOMOGENITAS PRETES KETERAMPILAN MOTORIK LAMPIRAN 20 FOTO-FOTO KEGIATAN ANAK ... 169


(8)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sistem pendidikan yang berbasis kompetensi merupakan salah satu upaya pendidikan yang lebih menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan. Kompetensi yang dimaksud tersebut adalah kemampuan yang dimiliki oleh lulusan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, mencakup berbagai komponen pengetahuan, keterampilan, kecakapan, kemandirian, kreativitas, kesehatan, akhlak, ketaqwaan, dan kewarganegaraan. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3, yang berbunyi: ”Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis secara bertanggung jawab.”

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional berkaitan dengan pendidikan Anak Usia Dini tertulis pada pasal 28 ayat 1 yang berbunyi: “Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai dengan enam tahun dan bukan merupakan prasyarat untuk mengikuti pendidikan dasar.” Selanjutnya pada Bab I pasal 1 ayat 14 ditegaskan bahwa; ‘Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan enam tahun yang dilakukan melalui


(9)

pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan dan rohani agar anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut’ (Depdiknas, USPN, 2004:4). Selanjutnya berhubungan dengan pendidikan anak usia dini, Nurani Yuliani (2009:6-7) mengatakan bahwa:

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelengaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta beragam), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Masa anak usia dini atau masa prasekolah merupakan masa keemasan atau dikenal dengan masa Golden Age, merupakan masa yang biasanya ditandai oleh perubahan cepat dalam perkembangan fisik, kognitif, sosial, dan emosional. Untuk itu, agar masa ini dapat dilalui dengan baik oleh setiap anak maka perlu diupayakan pendidikan yang tepat bagi anak sejak usia dini. Di samping itu, berbagai penelitian menyebutkan bahwa pada masa usia dini seluruh aspek perkembangan kecerdasan yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual mengalami perkembangan yang sangat luar biasa. Berdasarkan hasil studi longitudinal Bloom (Juntika Nurikhsan, 2007:138) menyebutkan bahwa: ‘Pada usia 4 tahun kapasitas kecerdasan sudah mencapai 50%, pada usia 8 tahun mencapai 80%, dan pada saat usia 13 tahun mencapai sekitar 92%.’

Pada masa usia dini inilah masa terjadinya kematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi (rangsangan) yang diberikan oleh lingkungan. Oleh karena itu, masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar


(10)

pertama dalam mengembangkan potensi fisik (motorik) intelektual, emosional, sosial, bahasa, seni, dan moral spiritual.

Seiring dengan berbagai perkembangannya, anak usia dini sebagai peserta didik sangat menuntut gurunya untuk mengajar lebih kreatif dan tidak membosankan, sehingga dapat membantu memotivasi perkembangan yang sedang terjadi. Oleh karena itu, guru sangat memerlukan metode dan teknik-teknik baru yang lebih interaktif dalam mengajar. Termasuk mencari media pembelajaran sebagai bagian dari alat bantu mengajar (teaching aids) yang cocok dan sesuai dengan pembelajaran dan perkembangan anak usia dini. Di samping itu, peran guru dalam menyampaikan pembelajaran pada anak usia dini harus betul-betul memperhatikan tahap-tahap perkembangan dan masa peka setiap anak. Guru harus luwes dalam memberikan pelajaran supaya tidak membebani dan tidak membosankan anak. Untuk itu, sebelum memberikan pembelajaran, guru hendaknya terlebih dahulu guru harus bisa membangkitkan minat anak dalam mengikuti pembelajaran.

Dalam melaksanakan pembelajaran, guru tidak lepas dari penggunaan media pembelajaran, tanpa menggunakan media pembelajaran maka proses belajar mengajar bisa saja menjadi kurang bermakna. Guru dituntut untuk dapat menggunakan alat yang mudah, murah, dan efisien yang meskipun sederhana tapi bersahaja, tetapi merupakan suatu keharusan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Di samping mampu menggunakan alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakan apabila media tersebut belum tersedia.


(11)

Dewasa ini, jenis media pembelajaran kian beragam di pasaran. Guru sebagai pendidik dapat dengan mudah mendapatkannya di toko-toko buku maupun membelinya melalui internet. Namun, semua fasilitas tersebut memerlukan dana yang tidak sedikit, sehingga sekolah-sekolah yang kurang mampu belum bisa memanfaatkan media tersebut. Atas pertimbangan itulah, guru dituntut lebih kreatif untuk menciptakan dan menemukan media pembelajaran yang sesuai dengan biaya yang minimal (murah).

Di sisi lain, banyak guru yang beranggapan bahwa media pembelajaran tidaklah terlalu penting dalam proses belajar. Ada juga yang menyatakan, membuat media pembelajaran hanyalah membuang waktu dan tenaga. Hal tersebut disebabkan karena bagi mereka yang terpenting adalah cara guru mengajar dan menerangkan pelajaran di kelas. Daripada harus repot-repot membuat media pembelajaran, lebih baik melakukan hal lain yang lebih terlihat urgensinya. Begitu barangkali pendapat sebagian guru yang tidak mau berepot-repot menyiapkan media pembelajaran.

Bila kita bisa berpikir lebih kreatif, apa pun yang kita temukan di sekitar kita bisa digunakan sebagai media pembelajaran. Guru yang kreatif tidak akan terkungkung oleh pemikiran yang terlalu naif bahwa media pembelajaran harus dibuat sebagus dan seideal mungkin. Paradigma bahwa media pembelajaran haruslah sedemikian rupa dan sempurna harus dibuang jauh-jauh jika guru ingin maju.

Jika mainan anak dapat kita dijadikan media pembelajaran, mengapa kita tidak menggunakannya untuk membantu belajar anak didik kita? Jika


(12)

barang-barang bekas bisa digunakan sebagai media pembelajaran, mengapa kita tidak memakainya?

Menurut Brinton, terdapat dua definisi media yang sering digunakan orang. Definisi pertama adalah inovasi teknologi yang digunakan dalam pembelajaran yang biasanya berupa peralatan yang bersifat mekanis. Pengertian kedua adalah segala macam benda yang bisa bersifat mekanis, atau bisa buatan sendiri, atau bahkan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat digunakan dalam pembelajaran.

Apabila kita melihat pengertian yang pertama, yang akan terjadi adalah asumsi bahwa media pembelajaran selalu membutuhkan biaya. Akan tetapi, jika kita menggunakan definisi kedua, kita akan terpacu untuk membuat atau menemukan media baru yang bisa dipakai mengajar di kelas. Media tersebut bisa berupa realita, flashcard, gambar peristiwa dan objek, artikel, brosur, pamflet, atau bahkan hal dan benda baru yang belum pernah terpikirkan. Sebagai contohnya, ada seorang guru di Surabaya yang berhasil menggunakan tutup botol kecap (kempyeng) untuk pembelajaran matematika.

Contoh lain adalah penemu jarimatika, Septi Peni Wulandari, yang bisa menggunakan media jari-jari tangan untuk belajar berhitung. Ada banyak keuntungan yang didapatkan menggunakan media buatan sendiri. Yang pertama, kita dapat menyesuaikan tingkat kebutuhan peserta didik. Kedua, kita bisa memakainya kembali untuk kesempatan-kesempatan lain dengan menerapkan prinsip SOAR (sort, omit, add, recycle). Keuntungan yang ketiga adalah menghemat biaya alias murah meriah.


(13)

Contoh barang-barang bekas yang bisa dipakai untuk media pembelajaran adalah majalah/koran-koran bekas. Dari majalah atau koran bekas, kita bisa memperoleh gambar-gambar atau artikel yang bisa dipakai untuk belajar. Gambar-gambar peristiwa atau kartun-kartun lucu bisa mudah kita temukan di koran.

Di salah satu koran nasional di Jawa Timur misalnya, kita bisa menemukan rubrik Senyum Itu Sehat yang berisi gambar-gambar kartun tanpa caption. Gambar tersebut ternyata dapat dijadikan media pembelajaran bahasa yang efektif. Berikut ini adalah contoh media yang dibuat dari gambar-gambar yang didapatkan dari Koran Dari gambar berseri di atas kita dapat membuat tiga macam versi media untuk pembelajaran bahasa Indonesia/Inggris. Yang pertama adalah dengan memotongnya begitu saja dari koran dan menempelkannya pada kertas warna untuk kemudian dilaminating. Dari gambar berseri tersebut siswa dapat membuat cerita baik tulis maupun lisan. Selain itu guru juga dapat menggunakannya sebagai pancingan terhadap siswa untuk berbicara tentang isu-isu terkini.

Jika kita perhatikan, gambar-gambar tersebut mengangkat topik-topik hangat yang sedang ramai diperbincangkan, misalnya tentang banjir, flu burung, kecelakaan alat transportasi dan sebagainya. Yang kedua adalah dengan memotongnya secara terpisah-pisah sehingga membentuk kartu. Gambar-gambar tersebut kemudian ditempelkan pada kertas karton warna dan dilaminating.

Aktivitas yang dapat dilakukan dengan media gambar kartu adalah siswa dapat belajar berpikir logis untuk mengurutkan cerita. Sedangkan versi terakhir adalah dengan mengcopi gambar dalam bentuk transparansi untuk OHP atau


(14)

memindai dengan scanner untuk ditampilkan di LCD. Gambar tersebut kemudian ditampilkan sebagian dengan tujuan siswa dapat berimajinasi untuk menebak jalan/akhir dari sebuah cerita. Contoh kedua adalah gambar peristiwa dan objek yang kita dapatkan dari koran/majalah bekas seperti contoh di bawah ini.

Dengan menampilkan gambar tersebut guru dapat mengarahkan siswa untuk berdiskusi tentang topik-topik tentang illegal logging atau tentang manfaat hutan bagi makhluk hidup. Tentunya masih banyak gambar-gambar lain yang dapat kita ambil dan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Dengan begitu kita dapat menghemat biaya untuk mencetak gambar-gambar sekaligus memanfaatkan barang bekas sebagai bagian dari kepedulian terhadap lingkungan.

Paparan di atas adalah sebagian kecil contoh media murah meriah yang dapat dibuat sendiri oleh guru tanpa mengesampingkan peran pembuat media profesional yang hasil karyanya banyak tersedia di pasaran. Dalam hal ini tangan dan mata seorang guru haruslah aktif dalam arti yang positif. Aktif untuk melihat, memilih, memilah, dan mengambil hal baru di sekitarnya yang sekiranya bermanfaat untuk perkembangan anak didik.

Inti semua itu, guru secara mandiri harus bisa menyiapkan media pembelajaran untuk membantu peserta didik belajar lebih efektif. Memang membutuhkan waktu untuk menyiapkan media pembelajaran. Tapi, yakinlah, waktu yang telah diinvestasikan untuk mempersiapkan media pembelajaran akan terbayar oleh hasil yang akan didapat.


(15)

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Supriadi (dalam disertasinya, 1989), yang melibatkan kreativitas dari orang-orang kreatif sebagai respondennya, memperlihatkan:

1) Perkembangan kreativitas keilmuan diuntungkan oleh latar belakang

pendidikan dan tingkat penghasilan orangtua, serta tempat tinggal yang memungkinkan akses informasi (dukungan media dan lainnya)

2) Prestasi kreatif yang istimewa dalam lapangan keilmuan dimungkinkan oleh

pengalaman hidup (bidang pendidikan dan keterlibatan dalam berbagai kegiatan ekstra kurikuler)

3) Studi mengungkapkan bahwa orang-orang berprestasi kreatif istimewa dalam

lapangan keilmuan memiliki komitmen khusus terhadap nilai-nilai yang diyakini dalam hidup (nilai memberi corak pada pemikiran dan makna pada ikhtiar kreatif)

4) Orang-orang kreatif memiliki ciri yang secara signifikan berbeda dengan orang-orang yang rendah kreativitasnya (baik potensi kreatif ataupun prestasi aktual).

Berdasarkan berbagai hal yang telah terjadi, dan didukung dengan adanya hasil penelitian terlebih dahulu yang telah memperlihatkan adanya hubungan erat antara penggunaan media yang ada dalam lingkungan anak dengan kreativitas dan perkembangan motorik anak usia dini. Maka muncul pertanyaan yang berhubungan dengan penggunaan media realia dalam pembelajaran terhadap peningkatan kreativitas dan keterampilan motorik pada anak usia dini. Apakah dengan digunakannya media realia dalam pembelajaran dapat meningkatkan


(16)

kreativitas dan keterampilan motorik anak? Atau justru sebaliknya. Oleh sebab itu, beranjak dari pertanyaan tersebut peneliti memberi judul penelitian ini

“Dampak Pembelajaran dengan Media Realia terhadap Peningkatan Kreativitas dan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini (Studi Eksperimen Kuasi di TK PGRI Purwawinaya Kabupaten Sumedang).”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas menunjukan perlu adanya upaya dalam memperbaiki proses belajar mengajar dalam meningkatkan kreativitas dan perkembangan motorik pada anak usia dini. Adapun permasalah penelitian ini adalah: “Apakah pembelajaran dengan media realia memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap peningkatan kreativitas dan keterampilan motorik anak usia dini?”

Rumusan masalah tersebut secara rinci dapat dijabarkan ke dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1) Apakah terdapat perbedaan peningkatan kreativitas yang signifikan antara anak yang memperoleh pembelajaran dengan media realia dengan anak yang memperoleh pembelajaran tanpa media realia?

2) Apakah terdapat perbedaan peningkatan keterampilan motorik yang signifikan antara anak yang memperoleh pembelajaran dengan media realia dengan anak yang tidak memperoleh pembelajaran tanpa media realia?


(17)

3) Apakah terdapat perbedaan efektivitas yang signifkan dari penggunaan media realia dalam meningkatan kreativitas dan keterampilan motorik anak usia dini?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui perbedaan peningkatan yang signifikan dalam kreativitas anak yang memperoleh pembelajaran dengan media realia dengan anak yang tidak memperoleh pembelajaran dengan menggunakan media realia. 2) Untuk mengetahui perbedaan peningkatan yang signifikan dalam

keterampilan motorik anak yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan media realia dengan anak yang tidak memperoleh pembelajaran dengan menggunakan media realia.

3) Untuk mengetahui tentang efektivitas yang siginifikan dari peggunaan media realia dalam peningkatan kreativitas dan keterampilan motorik anak usia dini.

D. Manfaat Penelitian

Selain tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh peneliti di atas, berikut adalah beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, di antaranya adalah sebagai berikut:


(18)

1) Manfaat Teoritis

a) Bagi lingkungan akademik, mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu literatur yang membahas tentang salah satu permasalahan pendidikan anak usia dini.

b) Bagi penulis, penelitian ini dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan tentang belajar dengan penggunaan media realia dalam meningkatkan kreativitas dan keterampilan motorik anak usia dini.

c) Bagi ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi yang positif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang bersifat progresif dan inovatif, khususnya berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan bagi anak usia dini.

2. Manfaat praktis

a) Sebagai bahan masukan bagi praktisi dan orang tua terhadap pelaksanaan pembelajaran pada anak usia dini.

b) Sebagai masukan bagi guru taman kanak-kanak untuk lebih memperhatikan atau memilih pendekatan/metode pembelajaran bagi anak usia dini.

c) Bagi orang tua, dapat dijadikan sebagai masukan dalam melaksanakan perannya masing-masing sehingga dapat mencapai hasil yang optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan pada pendidikan anak usia dini. d) Bagi pengembang, perencana, penyelenggara, dan pelaksana lembaga pendidikan, tulisan ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam


(19)

pengembangan, perencanaan, dan penyelenggara program pendidikan anak usia dini khususnya di Taman Kanak-Kanak.

E. Asumsi

Asumsi yang mendasari hipotesis penelitian ini adalah:

1) Pembelajaran dengan media realia di Taman Kanak-Kanak diasumsikan dapat meningkatkan kreativitas anak usia dini.

2) Pembelajaran dengan media realia di Taman Kanak-Kanak diasumsikan dapat meningkatkan keterampilan motorik anak usia dini.

3) Kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diasumsikan memiliki kondisi kelas dengan sarana dan prasarana belajar yang relatif sama.

4) Kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diasumsikan diajar oleh guru yang memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar yang relatif sama.

F. Hipotesis

Menurut Riduwan (2008:35), “hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji lagi kebenarannya melalui penelitian ilmiah.” Oleh sebab itu, untuk mengetahui dampak pembelajaran dengan menggunakan media realia terhadap kreativitas dan motorik anak usia dini, maka hipotesis penelitian yang digunakan adalah hipotesis kerja sebagai berikut:


(20)

1) Terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan dalam kreativitas anak yang memperoleh pembelajaran dengan media realia dengan anak yang tidak memperoleh pembelajaran dengan media realia.

2) Terdapat perbedaan peningkatan yang signifikan dalam keterampilan motorik anak yang memperoleh pembelajaran dengan media realia dengan anak yang tidak memperoleh pembelajaran dengan media realia.

3) Terdapat perbedaan efektivitas yang signifikan dari penggunaan media realia dalam kreativitan dan keterampilan motorik anak usia dini.

G. Lokasi dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian adalah di TK PGRI Purwawinaya Kabupaten Sumedang. Dalam penggunaan populasi ini dilakukan dengan melalui total sampling berjumlah 40 orang. Adapun kriteria pemilihan populasi didasarkan pada:

1) Usia anak yaitu umur 5-6 tahun (Usia Taman Kanak-Kanak pada kelompok B)

2) Pembagian populasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah dengan perbandingan 20:20.


(21)

78 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Menurut Saud (2007:2), “Metode penelitian (research methods) yaitu cara-cara yang digunakan oleh peneliti dalam merancang, melaksanakan, mengolah data dan menarik kesimpulan berkenaan dengan masalah penelitian tertentu.” Sedangkan menurut Sugiono (2009:2), metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pada dasarnya metode penelitian adalah sebuah kegiatan untuk merancang, melaksanakan, dan mengolah data yang dilakukan secara ilmiah (memiliki ciri-ciri keilmuan yang meliputi rasional, empiris, dan sistematik).

Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah

quasi eksperimen dengan nonequivalen group pretest-postest. Dalam bukunya, MacMillan dan Schumacher (2001:590) menjelaskan bahwa penelitian eksperimen merupakan: “researc in which the independent variable is manipilated to investigete cause-and-effect relationships between the independent and dependent variable” (penelitian dengan variabel yang independen digunakan untuk mengetahui hubungan sebab dan akibat di antara variabel bebas dan variabel terikat).

Disebabkan tidak dimungkinkannya untuk mengontrol semua variabel yang dapat mempengaruhi variabel bebas dan variabel terikat secara ketat, maka bentuk


(22)

penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen semua (Quasi eksperimen).

Adapun jenis desain dalam penelitian ini berbentuk desain Nonequivalent Control Group Design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dipilih secara random, sebelum diberi perlakuan, s pre-test dengan maksud untuk mengetahui keadaan awal apakah ada perbedaan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Hasil pre-test yang baik bila dinilai, maka kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan dengan kelompok kontrol.

Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:

O X O

O O

Sumber: Stanley dan Campbell (1963:40)

Keterangan:

X : Treatmen/perlakuan

O kiri atas : Pre-test sebelum diberi perlakuan pada kelompok eksperimen

O kanan atas : Post-test setelah diberi perlakuan pada kelompok eksperimen

O kiri bawah : Pre-test pada kelompok kontrol O kanan bawah : Post-test pada kelompok kontrol


(23)

B. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan menyusun rancangan penelitian dalam bentuk proposal. Dalam proposal penelitian tersebut memuat latar belakang masalah, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, hipotesis penelitian, metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian, serta teknik pengumpulan data. Selanjutnya proposal penelitian diajukan untuk disahkan oleh ketua prodi, kemudian bimbingan dengan dua dosen pembimbing.

Tahap pengajuan ijin penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu meminta ijin penelitian kepada Dinas Pendidikan Kecamatan Wado serta Kepala Sekolah dan guru TK PGRI Purwawinaya Kecamatan Wado Kabupaten Sumedang. Dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian yang diawali dengan penyebaran instrumen untuk diujicobakan terhadap responden terpilih berdasarkan teknik sampling yang dilakukan pada minggu pada minggu kedua dan ketiga bulan April 2011, selama dua minggu dibantu oleh guru pada kelas yang dijadikan kelas ujicoba instrumen yang sebelumnya diberi pembekalan tentang cara melaksanakan pengetesan. Pengembangan program meliputi pelaksanaan pretes, penyusunan skenario pembelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran/RKH, pelaksanaan pembelajaran (perlakuan) hingga pelaksanaan postes pada minggu pertama sampai minggu ketiga bulan Mei 2011.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah:


(24)

1. Secara acak dipilih dua kelas dari subjek penelitian yang tersedia, selanjutnya subjek yang terpilih masing-masing sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

2. Memberikan pelatihan kepada guru tentang pembelajaran dengan menggunakan media realia dalam meningkatkan kreativitas dan keterampilan motorik anak usia dini, serta membuat kesepakatan bahwa pembelajaran dilakukan oleh guru yang bersangkutan, peneliti bertindak sebagai observer dan partner guru, dengan pembelajaran disesuaikan jadwal yang telah ditentukan.

3. Setiap kelompok diberikan pretes, lalu ditentukan nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi dari tiap-tiap kelompok untuk mengetahui kesamaan tingkat penguasaan kedua kelompok.

4. Memberikan perlakuan kepada tiap-tiap kelompok. Pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan media realia, sedangkan pada kelas kontrol diberikan pembelajaran secara konvensional

5. Pemberian pretes pada kedua kelompok.

6. Menggunakan uji t untuk mengetahui perbedaan peningkatan kreativitas dan keterampilan motorik dengan pembelajaran yang menggunakan media realia.

Pengembangan desain pembelajaran merupakan implementasi secara konkret dari model pembelajaran dengan penggunaan media realia. Berikut adalah gambar diagram langkah-langkah penelitian yang dilakukan:


(25)

Gambar 3.1

Gambar Diagram Langkah-langkah Penelitian

Penyusunan Perangkat Pembelajaran dan Instrumen

Uji Coba Instrumen

Pelaksanaan Eksperimen dan Pre Tes

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Pembelajaran Konvensional Persiapan dan

Pelaksanaan Observasi

Observasi & Pembelajaran dengan

Media Realia

Pelaksanaan Post Tes

Analisis Data


(26)

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di TK PGRI Purwawinaya Kabupaten Sumedang. Dalam penggunaan populasi ini dilakukan dengan melalui total sampling berjumlah 40 orang. Adapun kriteria pemilihan populasi didasarkan pada:

1) Usia anak yaitu umur 5 tahun (Usia Kelompok B Taman Kanak-Kanak) 2) Pembagian populasi pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen

adalah dengan perbandingan 20:20.

Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa terdapat masalah yang cukup esensial untuk diteliti, lokasi TK yang dekat dengan tempat dimana peneliti tinggal. Selain itu secara praktis waktu penelitian dapat lebih diefektifkan.

Dari hasil pemilihan secara acak, jumlah subjek penelitian TK untuk uji model tertuang dalam tabel 3.2 berikut :

Tabel 3.1

Jumlah Subjek Penelitian bagi Uji Model

Kelompok Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Jumlah Subjek Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

13 7 13 7


(27)

D. Sumber Data

Penelitian ini memiliki dua jenis sumber data penelitian yaitu pertama sumber data primer yang merupakan sumber data utama. Sumber data ini adalah subjek utama penelitian dalam hal ini anak-anak kelompok B Taman Kanak-Kanak Tahun Pelajaran 2010-2011. Kedua Sumber data sekunder yaitu data penunjang, atau biasanya disebut sebagai sumber data kedua setelah data primer. Sumber sekunder dalam penelitian ini adalah bahan-bahan literatur dan dokumen tambahan. Ditunjang dengan observasi yang berhubungan dengan penggunaan media, kreativitas anak, dan kemampuan motorik anak usia Taman Kanak-Kanak.

E. Definisi Operasional

Ada beberapa variabel yang perlu mendapatkan pendefinisian dalam penelitian ini, yaitu :

1. Pembelajaran dengan Media Realia (X)

Realia ini merupakan benda yang sesungguhnya, sebagai contoh; mata uang, tumbuhan, binatang yang tidak berbahaya, alam sekitarnya, dan lain sebagainya. Dengan memanfaatkan realia dalam pembelajaran, maka anak akan mendapat kesempatan untuk lebih aktif dalam mengamati, menangani (handle), mendiskusikan, memanipulasi, dan pada akhirnya dapat dijadikan sebagai alat yang dapat meningkatkan kemampuan atau meningkatkan berbagai potensi yang dimiliki oleh anak. Media pada penelitian ini adalah media realia yang merupakan alat bantu visual dalam pembelajaran yang berfungsi memberikan pengalaman langsung (direct experience) kepada anak, yang berupa benda-benda


(28)

nyata seperti biji-bijian, bebatuan, uang, makanan, dan benda-benda sesungguhnya yang ada di sekitar anak.

2. Peningkatan Kreativitas (Y1)

Kreativitas merupakan suatu bidang kajian yang kompleks, yang menimbulkan berbagai perbedaan pandangan. Perbedaan tersebut terletak pada bagaimana kreativitas itu didefinisikan. Kreativitas dapat diartikan dengan gagasan-gagasan orisinal, titik pandang yang berbeda, atau cara baru dalam melihat suatu masalah. Peningkatan kreativitas berarti upaya yang berupa aktivitas untuk mempengaruhi perubahan secara progresif pada anak, sehingga mampu mengemukakan ide atau gagasan yang orisinal, yang diaktualisasikan dengan karya baru atau berbeda dengan yang sudah ada. Definisi operasional untuk kreativitas pada penelitian ini adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk berpikir kreatif (aptitude) maupun ciri-ciri afektif dari kreatif (non-aptitude), baik dalam karya baru maupun menghasilkan kombinasi/pembaharuan dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

Aspek indikator kreativitas anak pada penelitian ini di antaranya yaitu sebagai berikut:

1) Kelancaran, merupakan kemampuan dalam memberikan jawaban dan atau mengemukakan pendapat atau ide-ide secara langsung tanpa ragu-ragu;


(29)

2) Kelenturan, merupakan kemampuan untuk mengemukakan berbagai alternatif dalam memecahkan masalah;

3) Keaslian, merupakan kemampuan untuk menghasilkan berbagai ide atau karya yang asli hasil pemikiran sendiri;

4) Elaborasi, merupakan kemampuan untuk memperluas ide dan aspek-aspek yang mungkin tidak terpikirkan atau terlihat oleh orang lain;

5) Keuletan dan kesabaran, merupakan kemampuan dalam menghadapi suatu situasi yang tidak menentu dalam kehidupan sosial.

3. Keterampilan Motorik (Y2)

Perkembangan motorik dapat berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang berkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan massa yang ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan itu terjadi, anak akan tetap tidak berdaya.

Keterampilan motorik yang berkoordinasi baik, otot yang lebih kecil memainkan peran yang besar. Cronbach (Hurlock:2010) mendefinisikan bahwa keterampilan dapat diuraikan dengan dengan kata seperti otomatik, cepat, dan akurat. Meskipun demikian, adalah keliru menganggap keterampilan sebagai tindakan tunggal yang sempurna. Setiap pelaksanaan sesuatu yang terlatih, walaupun hanya menulis huruf a, merupakan suatu rangkaian koordinasi beratus-ratus otot yang rumit yang melibatkan perbedaan isyarat dan koreksi kesalahan yang berkesinambungan.


(30)

Perkembangan keterampilan motorik merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan pribadi secara keseluruhan. Elizabeth Hurlock (Yusuf:2002) mencatat beberapa alasan tentang fungsi perkembangan motorik bagi konstelasi perkembangan individu yaitu:

a. Melalui keterampilan motorik anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar, dan menangkap bola, atau memainkan alat-alat mainan.

b. Melalui keterampilan motorik anak beranjak dari kondisi “helplessness”

(tidak berdaya) pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang “independence” (bebas, tidak bergantung). Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya, dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan “self confidence” (rasa percaya diri).

c. Melalui keterampilan motorik anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia pra sekolah (Taman Kanak-kanak) atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris berbaris.

d. Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya, bahkan dia akan terkucil atau menjadi anak yang “terpinggirkan”.


(31)

e. Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan

“self concept” atau kepribadian anak.

Motorik merupakan salah satu perkembangan anak yang berhubungan dengan perkembangan fisik yang mencakup keterampilan motorik kasar (otot besar) dan motorik halus (otot kecil). Motorik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah gerakan motorik kasar anak yang meliputi kegiatan yang melibatkan otot-otot kasar dan motorik halus anak yang melibatkan otot-otot-otot-otot halus anak.

Adapun indikator keterampilan motorik pada penelitian ini yaitu:

a. Motorik kasar (menendang, berlari, menangkap, melempar, meloncat, melompat, berdiri, memanjat, dan merayap).

b. Motorik halus (memegang alat tulis, merobek, mencocok, menjiplak, menggunting, dan menempel).

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu validitas dan reliabilitas (Arikunto, 1999:160).

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen


(32)

tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu (Arikunto, 1998:170). Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataan, maka berapa kali pun diambil, akan tetap sama. Instrumen penelitian yang digunakan menggunakan skala rating 0-3, dengan kategori sebagai berikut: Skala 0 untuk yang tidak mampu, skala 1 untuk anak yang kurang mampu, skala 2 untuk anak yang mampu, dan skala 3 untuk anak yang mahir mengerjakan.

Adapun uraian instrumen penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.2

Instrumen Penelitian Peningkatan Kreativitas Anak Usia Dini

No Variable Dimensi Indikator Item

1 Peningkatan Kreativitas

Kognitif (berpikir kreatif)

Kelancaran (fleuncy)

Dapat menyebutkan sebab akibat sesuatu

Dapat mengelompokkan benda sesuai ciri tertentu (misal: menurut warna, bentuk, ukuran) Dapat menyebutkan lambang bilangan 1-10

Dapat mengurutkan benda sesuai urutan tertentu (misal:dari yang terkecil ke yang terbesar atau sebaliknya)

Kelenturan (flexibility)

Dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik


(33)

Dapat menunjukkan inisiatif saat mengikuti kegiatan

Dapat menikuti aturan permainan tertentu

Keaslian/ Orisinality

Dapat mengkreasikan sesuatu yang baru sesuai idenya tanpa contoh dari guru

Dapat mengkreasikan sesuatu yang baru dengan bantuan/contoh dari guru

Elaborasi Dapat mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan Dapat mengenal berbagai huruf vocal dan konsonan

Afektif (sikap dan kepribadian)

Ide/gagasan Dapat memberikan ide/ pendapat baru

Dapat menunjukan minat yang tinggi dalam kegiatan

Berteman/ Sosial

Dapat menunjukkan humor yang tinggi

Dapat menunjukkan rasa percaya diri dalam berteman

Dapat menunjukkan keberanian dalam melakukan sesuatu (tidak takut salah)

Dapat menunjukkan kemandiriannya


(34)

Tabel 3.3

Instrumen Penelitian Peningkatan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR TEKNIK

PULTA RESPONDE N Peningkatan Keterampilan Motorik(Y2)

1. Motorik Kasar

1. Menendang bola ke berbagai arah. 2. Mampu berlari 3. Mampu menangkap

bola

4. Mampu melempar bola

5. Mampu meloncat pada ketinggian yang ditentukan

6. Mampu melompat sejauh jarak yang ditentukan

7. Mampu berdiri di atas satu kaki selama beberapa waktu 8. Mampu memanjat 9. Mampu merayap di

rintangan

Observasi Anak

2. Motorik Halus

1. Mampu memegang pensil/alat tulis dengan benar 2. Mampu merobek

kertas

3. Mampu mencocok


(35)

gambar

4. Mampu membuat garis bervariasi 5. Mampu menjiplak 6. Mampu menggunting

dengan baik 7. Mampu menempel

dengan baik

G. Proses Pengembangan Instrumen 1) Uji Validitas Data

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu alat ukur. Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Untuk memperoleh koefisien korelasi tersebut, digunakan rumus korelasi product-momentpearsen, yaitu:

rxy=

(

)( )

(

)

(

)

(

( )

)

− − − 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi N =Jumlah Siswa X = Skor item


(36)

Untuk mengetahui apakah setiap butir dalam instrumen itu valid atau tidak, dapat diketahui dengan cara mengkorelasikan antara skor butir (X) dengan skor total (Y), dengan kriteria:

1. Bila Rhitung ≥ Rkritis, maka butir instrumen valid. 2. Bila Rhitung < Rkritis, maka butir instrumen tidak valid. (Sugiono, 2009)

Dari hasil perhitungan untuk peningkatan kreativitas, diketahui bahwa korelasi ke 20 butir item dengan skor total ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 3.4

Hasil Perhitungan Pengujian Validitas Instrumen Peningkatan Kreativitas

No. rhitung rkritis Keputusan

r1y 0,647 0.444 Valid

r2y 0,480 0.444 Valid

r3y 0,438 0.444 Tidak Valid

r4y 0,545 0.444 Valid

r5y 0,567 0.444 Valid

r6y 0,557 0.444 Valid

r7y 0,557 0.444 Valid

r8y 0,494 0.444 Valid

r9y 0,189 0.444 Tidak Valid

r10y 0,479 0.444 Valid

r11y 0,767 0.444 Valid

r12y 0,297 0.444 Tidak Valid

r13y 0,483 0.444 Valid

r14y 0,189 0.444 Tidak Valid

r15y 0,501 0.444 Valid

r16y 0,467 0.444 Tidak Valid

r17y 0,509 0.444 Valid

r18y 0,545 0.444 Valid

r19y 0,687 0.444 Valid


(37)

Dari hasil perhitungan untuk keterampilan motorik, diketahui bahwa korelasi ke-32 butir item dengan skor total ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 3.5

Hasil Perhitungan Pengujian Validitas Instrumen Keterampilan Motorik No. rhitung rkritis Keputusan No. rhitung rkritis Keputusan

r1y 0,484 0.444 Valid r17y 1,000 0.444 Valid r2y 0,178 0.444 Tidak Valid r18y 0,700 0.444 Valid r3y 0,473 0.444 Valid r19y 0,688 0.444 Valid r4y 0,458 0.444 Valid r20y 0,273 0.444 Tidak Valid r5y 0,700 0.444 Valid r21y 0,608 0.444 Valid r6y -0,229 0.444 Tidak Valid r22y 0,397 0.444 Tidak Valid r7y -0,092 0.444 Tidak Valid r23y 0,512 0.444 Valid r8y 0,809 0.444 Valid r24y 0,512 0.444 Valid r9y 0,499 0.444 Valid r25y 0,458 0.444 Valid r10y 0,458 0.444 Valid r26y 0,889 0.444 Valid r11y 0,809 0.444 Valid r27y 0,546 0.444 Valid r12y 0,889 0.444 Valid r28y -0,052 0.444 Tidak Valid r13y -0,076 0.444 Tidak Valid r29y 0,748 0.444 Valid r14y 0,629 0.444 Valid r30y 0,700 0.444 Valid r15y 0,629 0.444 Valid r31y 0,809 0.444 Valid r16y 0,462 0.444 Valid r32y -0,076 0.444 Tidak Valid

2) Uji Reliabilitas Data

Uji reliabilitas mempersoalkan apakah instrumen yang dipakai senantiasa menunjukkan hasil yang sama. Bila suatu alat dipakai dua kali mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran ang diperoleh relatif konsisten, maka alat tersebut reliabel.


(38)

Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas instrument ada;ah dengan rumus spearman-Brown (teknik belah dua) dengan menggunakan cara belah ganjil dan genap.

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam uji reliabilitas sebagai berikut:

1) Mengkorelasikan skor belah pertama denganskor belah kedua akan diperoleh harga rxy (rumus korelasi product moment).

2) Mencari indeks reliabilitas soal dengan menggunakan rumus spearman-Brown. Instrumen dikatakan reliabel jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan kepada subjek yang sama, secara berkali-kali dari waktu ke waktu. Untuk mengetahui nilai reliabilitas, digunakan rumus Alpha (dalam Suherman dan Sukjaya, 1990:194) yaitu sebagai berikut:

=

⁄ ⁄

atau

r11=

      −       −

2 t 2 i S S 1 1 n n Keterangan: 11

r = Koefisien reliabilitas/ reliabilitas instrument ⁄ ⁄ = indeks korelasi antara dua belah instrument.

n = Banyaknya butir soal (item)

2 i

S = Jumlah varians skor setiap butir soal

2 t

S = Varians skor total

3) Menginterpretasikan dengan derajat reliabilitas untuk mengetahui tinggi atau rendahnya reliabilitas instrumen yang dibuat. Sebagai tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas suatu instrument dapat


(39)

menggunakan batasan dari J.P Guildford (dalam Suherman dan Sukjaya, 1990: 117), yaitu ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 3.6

Klasifikasi Interpretasi Derajat Reliabilitas Nilai r11 Interpretasi

r11 ≤ 0,20 0,20 < r11 ≤ 0,40 0,40 < r11 ≤ 0,60 0,60 < r11 ≤ 0,80 0,80 < r11 ≤ 1,00

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

Sumber: J.P Guildford (dalam Suherman dan Sukjaya, 1990: 117) Tabel 3.7

Reliabilitas Instrumen Kreativitas Cronbach's

Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items

N of Items

,742 ,881 17

Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen peningkatan kreativitas diperoleh koefisien reliabilitas r11 = 0,742, hal ini berarti instrumen berada pada tingkat reliabilitas tinggi. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lembar lampiran.


(40)

Tabel 3.8

Reliabilitas Instrumen Keterampilan Motorik Cronbach's

Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized Items

N of Items

,752 ,928 21

Sedangkan hasil perhitungan uji coba instrumen keterampilan motorik diperoleh koefisien reliabilitas r11 = 0,752, hal ini berarti instrumen berada pada tingkat reliabilitas tinggi. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lembar lampiran.

H. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua instrumen pengumpul data utama, yaitu observasi dan studi dokumentasi. Sedangkan skala pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala rating, dengan perhitungan sebagai berikut:

a) 3 = Mahir (MH) b) 2 = Mampu (M)

c) 1 = Kurang Mampu (KM) d) 0 = Tidak Mampu (TM) 1) Observasi

Lincoln dan Guba (dalam Suherman dan Sukjaya, 1990:76) menyatakan bahwa dalam kegiatan observasi ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu: (1) menanggalkan teori sehingga pemahaman yang tidak terungkap dapat dilihat; (2) berpegangan pada fokus dan tujuan penelitian, yaitu mampu membedakan antara


(41)

observasi kegiatan khusus atau umum dengan bantuan checlist (√) dan; (3) menentukan kriteria dan standar pengumpulan data tentang sikap dan kepribadian anak dalam pembelajaran.

Observasi itu sendiri adalah melakukan pengamatan langsung ke objek penelitian untuk melihat kegiatan yang dilakukan (Akdon,2008:136). Sedangkan Lincoln dan Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah pengamatan dan ingatan (Sugiyono,2008:145). Inti dari “observasi adalah memungkinkan peneliti untuk menarik kesimpulan tentang makna dan sudut pandang responden, kejadian atau proses yang diamati” (Alwasilah, 2006: 154-155).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa observasi adalah teknik atau cara mengumpulkan data dengan cara mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan tersebut berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar, dan sebagainya. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif. Selaian itu, dalam observasi ini pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung, pengamat ikut berperan sebagai peserta rapat atau peserta pelatihan.

2) Studi Dokumentasi

Untuk melengkapi data-data yang diperlukan oleh peneliti dapat dilakukan dengan kegiatan studi dokumentasi yang ada, baik kondisi atau fasilitas Taman


(42)

Kanak, keadaan orangtua atau masyarakat di lingkungan Taman Kanak-Kanak, baik dari segi status ekonomi, sosial, dan lain sebagainya.

3) Tes

Tes dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keterpahaman anak terhadap aktivitas yang diujikan oleh peneliti. Adapun tes yang diberikan kepada anak merupakan tes aktivitas, bukan tes tertulis. Tes yang diberikan berupa pretest dan

posttest.

I. Pelaksanaan Perlakuan

Pelaksanaan perlakuan dalam penelitian ini disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang berlangsung di TK PGRI Ketilang sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Jadwal perlakuan terlebih dahulu dikoordinasikan dengan kepala TK dan guru TK. Frekuensi perlakuan secara keseluruhan berlangsung selama 14 kali pertemuan. Sebelum dilakukan perlakuan, terlebih dahulu dilakukan pretes dan sesudahnya dilakukan postes baik terhadap kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Setiap pertemuan berlangsung selama 150 menit yang terdiri dari 30 menit kegiatan pembukaan, 60 menit kegiatan inti, 30 menit kegiatan istirahat, dan 30 menit kegiatan penutup. Untuk terlaksananya kegiatan pembelajaran terlebih dahulu dibuat perangkat pembelajaran dalam bentuk skenario pembelajaran dan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang dikembangkan oleh guru dengan topik kegiatan untuk perlakuan yang dipilih adalah tema alam semesta.


(43)

J. Teknik Analisis Data 1) Uji Asumsi Data

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh pembelajaran dengan media realia dalam meningkatkan kreativitas dan keterampilan motoriik anak usia dini pada kelompok eksperimen. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data menggunakan test of normality Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan program SPSS 18.0.

Menurut Santoso (2002:393) dasar pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan nilai probalitas (asymtotic significance), yaitu:

1) Jika nilai probalitas > 0,05, maka distribusi dari data memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika nilai probalitas < 0,05, maka distribusi dari data tidak memenuhi asumsi normalitas.

Setelah diperoleh data pretes dari lapangan berupa data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kemudian keduanya diuji apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak, menggunakan uji normalitas pada program SPSS 18.0 for window. Berikut ini dapat dilihat hasil penghitungan data uji normalitas kreativitas:


(44)

Tabel 3.9

Gambaran Normalitas Data Pretes Kreativitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

KELAS

Kolmogorov-Smirnova Statistic Df Sig.

SKOR PRE-TES KREATIVITAS

CONTROL ,138 20 ,200*

EKSPERIM ,171 20 ,127

a. Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan perhitungan tabel di atas, diketahui bahwa varians data p 0,200> 0,05 dan 0,127>0,05, menandakan bahwa data pada dua kelompok di atas adalah berdistribusi normal.

Adapun uji normalitas data keterampilan motorik pada anak usia dini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.10

Gambaran Normalitas Data Pretes Keterampilan Motorik Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Kelas

Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig.

Skor Pretes Kontrol ,151 20 ,200*

Eksperimen ,120 20 ,200*


(45)

Berdasarkan perhitungan tabel di atas, diketahui bahwa varians data p 0,200> 0,05, menandakan bahwa data pada dua kelompok diatas adalah berdistribusi normal.

Untuk uji Homogenitas Variansi dilakukan untuk mengetahui homogenitas kedua variansi data dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Cara melakukan uji homogenitas variansi yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan SPSS 18.0 for windows, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Buka file yang telah dibuat. 2. Pilih menu Analyze

3. Pilih Compare Mean

4. Pilih One-Way ANOVA > muncul kotak dialog One-Way ANOVA

5. Sorot variable nilai masukkan ke kolom Dependent List

6. Sorot variable kode kemudian masukkan ke kolom Factor List

7. Klik Option kemudian pilih Homogenity of Variance

8. Klik Continue > Klik OK.

Selanjutnya akan didapatkan hasil uji homogenitas variansi berdasarkan uji Levene. Kedua sampel homogen kalau signifikansinya > 0,05 dan tidak homogen untuk signifikansi yang lain. Apabila kedua variansinya homogen, maka akan dilanjutkan dengan uji-t, jika tidak homogen akan menggunakan uji-t’.


(46)

Tabel 3.11

Gambaran Data Homogenitas Pretes Kreativitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Levene

Statistic df1 df2 Sig. SKOR PRE-TES

KREATIVITAS

Based on Mean 2,626 1 38 ,113

Based on Median

2,143 1 38 ,151

Based on Median and with adjusted df

2,143 1 29,845 ,154

Based on trimmed mean

2,426 1 38 ,128

Berdasarkan perhitungan tabel di atas, diketahui bahwa varians data p > 0,05 yaitu 2,626, hal ini menandakan bahwa data di atas bersifat homogen.

Adapun homogenitas data keterampilan motorik anak usia dini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.12

Gambaran Homogenitas Data Pretes Keterampilan Motorik Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Levene

Statistic df1 df2 Sig. Skor Pretes

Motorik

Based on Mean 4,456 1 38 ,041

Based on Median 4,150 1 38 ,049

Based on Median and with adjusted df

4,150 1 37,465 ,049

Based on trimmed mean


(47)

Berdasarkan perhitungan tabel di atas, diketahui bahwa varians data p > 0,05 yaitu 4,456, hal ini menandakan bahwa data di atas bersifat homogen.

Dari hasil uji homogenitas di atas menunjukkan bahwa varians data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol bersifat identik. Setelah diketahui kedua data bersifat identik, tahapan selanjutnya yaitu menguji cobakan butir soal pada kelompok eksperimen.

2) Analisis Data

Jenis analisa statistika yang digunakan untuk menguji hipotesis tergantung dari hasil pengujian normalitas data. Apabila data dari variabel yang sedang diuji berdistribusi normal, maka digunakan statistik parametrik yaitu uji t-independent, sebaliknya apabila data dari variabel yang sedang di uji tidak berdistribusi normal, maka digunakan statistika nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney.


(48)

125

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang dampak pembelajaran dengan penggunaan media realia terhadap peningkatan kreativitas dan keterampilan motorik anak usia dini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut, antara lain yaitu: 1. Terdapat perbedaan peningkatan pada kreativitas anak yang memperoleh

pembelajaran dengan media realia dengan anak yang tidak memperoleh pembelajaran dengan media realia, atau hanya menggunakan media konvesional saja. Hal ini dapat dilihat dari hasil pretest dan hasil postest pada kelas eksperimen terlihat terdapat kenaikan nilai rata-rata dari pretest.

2. Terdapat perbedaan peningkatan pada keterampilan motorik anak yang memperoleh pembelajaran dengan media realia dengan anak yang hanya menggunakan metode konvensional saja. Hal ini terlihat pada hasil hasil pretes dan postes, serta uji t- test paired samples dan nilai N-gain pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

3. Terdapat perbedaan efektivitas yang signifikan dari penggunaan media realia terhadap peningkatan kreativitas dan keterampilan motorik anak usia dini. Hal ini terlihat dari nilai N-gain gabungan kreativitas dan keterampilan motorik anak yang menunjukkan bahwa kreativitas anak memiliki nilai rata-rata kenaikan yang lebih kecil dari nilai rata-rata kenaikan pada keterampilan motorik. Berdasarkan nilai rata-rata tersebut dapat disimpulkan bahwa


(49)

keterampilan motorik anak mengalami peningkatan yang lebih dibandingkan dengan peningkatan kreativitas anak dengan menggunakan media realia.

Dengan demikian, semua rumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya telah terjawab dengan adanya penelitian ini.

B. Rekomendasi

Berdasarkan simpulan penelitian di atas, diajukan beberapa saran yaitu : 1) Pihak Mahasiswa PGPAUD

a. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam meningkatkan kreatifitas mahasiswa dalam memilih dan memilah mediapembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas dan keterampilan motorik anak usia dini, ketika suatu saat telah menjadi pendidik anak TK.

b. Untuk memotivasi mahasiswa agar lebih tertarik untuk memperdalam kajian penelitian ini.

2) Pihak Guru

Dengan dibuktikannya pembelajaran dengan menggunakan media realia dapat meningkatkan kreativitas dan keterampilan motorik anak usia dini, maka model pembelajaran dengan penggunaan media realia ini direkomendasikan untuk digunakan para guru-guru anak usia dini sebagai salah satu cara dalam meningkatkan kreativitas dan keterampilan motorik pada anak usia dini di Taman Kanak-Kanak. Dengan pertimbangan, bahwa media tersebut mudah mudah didapatkan tanpa mengeluarkan biaya yang besar.


(50)

3. Pihak Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti lain, hendaknya penelitian ini menjadi inspirasi dan memotivasi bagi penelitian selanjutnya. Pembelajaran dengan media realia merupakan salah satu penelitian yang tidak hanya difokuskan pada upaya peningkatan kreativitas dan keterampilan motorik anak usia dini saja, tetapi juga memerlukan kreativitas guru untuk dapat mengumpulkan informasi tentang berbagai media pembelajaran, mengolah informasi tersebut menjadi hal nyata dengan kreativitasnya, dan mengkomunikasikan hasilnya pada pembelajaran dengan anak-anak usia dini yang bertindak sebagai peserta didiknya. Sehingga peneliti berikutnya dapat mengoptimalkan berbagai hal yang dapat menunjang peningkatan pembelajaran pada anak dengan penggunaan berbagai media yang terdapat di lingkungan anak.


(51)

128

DAFTAR PUSTAKA

Amabile, T.M. (1983). The Social Psychology of Creativity. New York: Springerverlag.

Anitah, S. (2010). Media Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.

Anwar dan Ahmad A. (2007). Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung: Alfabeta.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek edisi revisi VI

Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, A. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Brewer, Jo An (2007). Introduction To Early Childhood Education Presscholl Throught Primary Grades. United States of Amerika: Pearson.

Buzan, T. (2002). The Power of Social Intelligence (10 Ways to Tap Into Your Social Genius). London: Thornsons.

Depdikbud. (1993). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. (2002). Model Pengembangan Motorik Anak Prasekolah. Jakarta: Ditjen Olahraga Depdiknas, Direktorat Olahraga Masyarakat.

Depdiknas. (2003). PAKEM di Taman Kanak-Kanak. Jakarta :Ditjen Mandikdasmen, Direktorat Pendidikan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar.

Depdiknas. (2008). Pengembangan Kemampuan Motorik Halus di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Depdiknas. (2008). Pengembangan Kemampuan Motorik Kasar di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.


(52)

Desmita (2008). Psikologi Perkembangan.Bandung: Remaja Rosdakarya.

Eliyawati, C. Dkk. (2005). Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Dikti-Depdiknas.

Endang R.S. (2007). Perkembangan Motorik. Yogyakarta: FIK UNY.

Furqon. (2009). Statistik Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Furqon dan Emilia, Emi. (2010). Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Gallahue, D.L. (1989). Understanding Motor Development: Infants, Children, Adolescents, Edisi kedua. USA: Benchmark Press, Inc.

Guilford, J.P. (1977). Way Beyond the IQ. Buffalo: Creative Learning Press.

Gzezda, Theresa, dkk (1991). Improving Intruction and Assesment in Early Childhood Education. Washitong DC: National Academy Pers.

Hurlock E (2006). Perkembangan Anak Jilid I (terjemahan oleh Meitasari Tjandrasa dan Muchlisoh Zarkasih). Jakarta: Erlangga.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Kerlinger, F.N. (1973). Foundations of Behaviorial Research. Second Edition. USA: Holt, Rinehart and Winston, Inc.

Hawadi, R.A. DKK. (2001). Kreativitas. Jakarta: PT. Grasindo.

Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Rineka Cipta.


(53)

Munadi, Y. (2008). Media Pembelajaran; Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press.

Munandar, U. (1995). Dasar-dasar Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Depdikbud.

Munandar, U. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Muslihuddin. Mubiar (2008). Mengenali dan Mengembangkan Potensi Kecerdasan Jamak Anak Usia TK/RA. Bandung: Rizqi Press.

Nurbiana, D. (2005). Metode Pengembangan Bahasa. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Jakarta.

Nurihksan, J. (2007). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: SPS UPI.

Papalia, dkk (2009). Human Development (Perkembangan Manusia) Edisi 10 Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika.

Rhodes, M. (1961). An Analysis of Creativity.Phi. Delta Kappan.

Rusli, L. (1988). Belajar Keterampilan Gerak Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: P2LPTK, Ditjen Perguruan Tinggi.

Samsudin. (2008). Pembelajaran Motorik di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Litera.

Santrock. John W. (2007). Child development (Perkembangan Anak). Terj. Mila Rachmawati dan Anna Kuswanti edisi ke-11. Jakarta: Erlangga.

Santrock. John W. (2002). Life-Span Development (perkembangan Masa Hidup).


(54)

Schumacher dan James McMillan. (2001). A. Conceptual Introduction (Penelitian dalam Pendidikan)(Pengantar Konsep). New York City: Longmen.

Subana (2005). Statistika Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.

Sudono, A. (2003). Gaya Pembelajaran Anak Usia Dini. Jurnal ilmiah Anak Usia Dini. Buletin PADU. Vol 2, hal 33-37. Direktorat PAUD.

Sujiono, N. Yuliani. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.

Sujiono, N. Yuliani. (2006). Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.

Bandung: Alfabeta.

Sumantri, M dan Syaodih, N. (2007). Perkembangan Peserta Didik . Universitas Terbuka.

Supriadi, D. (1994). Kreativitas Kebudayaan dan Perkembangan IPTEK. Bandung: Alfa Beta.

Supriadi, D. (1989). Kreativitas dan orang-orang Kreatif dalam Lapangan Keilmuan. Disertasi Doktor pada IKIP Bandung.Tidak diterbitkan.

Suriasumantri, Jujun S. (2000). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan.

Suryadi, A. (2006). Posisi Strategis Alat Permainan dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Ilmiah Anak Usia dini.buletin PADU. Vol 5 Ditjen PLS Depdiknas.


(55)

Suryadi, Ace. (2007). Jurnal Pendidikan pada: http://pendidikan-rumah. Blogspot.com/2007.html.

Syaefudin, S. (2007). Modul Metodologi Penelitian Penddikan Dasar. Bandung: Program Magister Pendidikan Dasar.Universitas Pendidikan Indonesia.

Syamsu, Y. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wibawa, B.& Mukti, F. (1993). Media Pengajaran. Jakarta: Depdiknas.

http://jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=321208 (11 Desember 2010)

http://parentingislami.wordpress.com/2008/03/01/aspek-perkembangan-motorik-dan-keterhubungannya-dengan-aspek-fisik-dan-intelektual-anak/ (22 Desember 2010)

http://deviarimariani.wordpress.com/2008/06/12/bermain-dan-kreativitas-anak-usia-dini/ (22 desember 2010)

http://www.asterpix.com/tagcloudclick/?id=2437661&url=http%3A//scribd.asterp ix.com/cy/2437661/%3Fq%3D&tag=Pengertian%20Anak&q=anak%20pe rkembangan%20makalah&referer=http%3A%2F%2Fwww.scribd.com%2

Fdoc%2F23720089%2FMakalah-Perkembangan-Anak&ct=3&t=1293449862 (22 Desember 2010)

http://smpn2bantarujeg.blogspot.com/2010/11/media-pembelajaran-bahasa-inggris-dan_26.html (1 Januari 2011)


(1)

127

3. Pihak Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti lain, hendaknya penelitian ini menjadi inspirasi dan memotivasi bagi penelitian selanjutnya. Pembelajaran dengan media realia merupakan salah satu penelitian yang tidak hanya difokuskan pada upaya peningkatan kreativitas dan keterampilan motorik anak usia dini saja, tetapi juga memerlukan kreativitas guru untuk dapat mengumpulkan informasi tentang berbagai media pembelajaran, mengolah informasi tersebut menjadi hal nyata dengan kreativitasnya, dan mengkomunikasikan hasilnya pada pembelajaran dengan anak-anak usia dini yang bertindak sebagai peserta didiknya. Sehingga peneliti berikutnya dapat mengoptimalkan berbagai hal yang dapat menunjang peningkatan pembelajaran pada anak dengan penggunaan berbagai media yang terdapat di lingkungan anak.


(2)

128

Amabile, T.M. (1983). The Social Psychology of Creativity. New York: Springerverlag.

Anitah, S. (2010). Media Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.

Anwar dan Ahmad A. (2007). Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung: Alfabeta.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek edisi revisi VI

Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, A. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Brewer, Jo An (2007). Introduction To Early Childhood Education Presscholl Throught Primary Grades. United States of Amerika: Pearson.

Buzan, T. (2002). The Power of Social Intelligence (10 Ways to Tap Into Your Social Genius). London: Thornsons.

Depdikbud. (1993). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. (2002). Model Pengembangan Motorik Anak Prasekolah. Jakarta: Ditjen Olahraga Depdiknas, Direktorat Olahraga Masyarakat.

Depdiknas. (2003). PAKEM di Taman Kanak-Kanak. Jakarta :Ditjen Mandikdasmen, Direktorat Pendidikan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar.

Depdiknas. (2008). Pengembangan Kemampuan Motorik Halus di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Depdiknas. (2008). Pengembangan Kemampuan Motorik Kasar di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.


(3)

129

Desmita (2008). Psikologi Perkembangan.Bandung: Remaja Rosdakarya.

Eliyawati, C. Dkk. (2005). Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Dikti-Depdiknas.

Endang R.S. (2007). Perkembangan Motorik. Yogyakarta: FIK UNY.

Furqon. (2009). Statistik Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Furqon dan Emilia, Emi. (2010). Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Gallahue, D.L. (1989). Understanding Motor Development: Infants, Children, Adolescents, Edisi kedua. USA: Benchmark Press, Inc.

Guilford, J.P. (1977). Way Beyond the IQ. Buffalo: Creative Learning Press.

Gzezda, Theresa, dkk (1991). Improving Intruction and Assesment in Early Childhood Education. Washitong DC: National Academy Pers.

Hurlock E (2006). Perkembangan Anak Jilid I (terjemahan oleh Meitasari Tjandrasa dan Muchlisoh Zarkasih). Jakarta: Erlangga.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.04 / Th.IV / Juli 2005

Kerlinger, F.N. (1973). Foundations of Behaviorial Research. Second Edition. USA: Holt, Rinehart and Winston, Inc.

Hawadi, R.A. DKK. (2001). Kreativitas. Jakarta: PT. Grasindo.

Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Rineka Cipta.


(4)

Munadi, Y. (2008). Media Pembelajaran; Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press.

Munandar, U. (1995). Dasar-dasar Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Depdikbud.

Munandar, U. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Muslihuddin. Mubiar (2008). Mengenali dan Mengembangkan Potensi Kecerdasan Jamak Anak Usia TK/RA. Bandung: Rizqi Press.

Nurbiana, D. (2005). Metode Pengembangan Bahasa. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Jakarta.

Nurihksan, J. (2007). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: SPS UPI.

Papalia, dkk (2009). Human Development (Perkembangan Manusia) Edisi 10 Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika.

Rhodes, M. (1961). An Analysis of Creativity.Phi. Delta Kappan.

Rusli, L. (1988). Belajar Keterampilan Gerak Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: P2LPTK, Ditjen Perguruan Tinggi.

Samsudin. (2008). Pembelajaran Motorik di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Litera.

Santrock. John W. (2007). Child development (Perkembangan Anak). Terj. Mila Rachmawati dan Anna Kuswanti edisi ke-11. Jakarta: Erlangga.

Santrock. John W. (2002). Life-Span Development (perkembangan Masa Hidup).


(5)

131

Schumacher dan James McMillan. (2001). A. Conceptual Introduction (Penelitian dalam Pendidikan)(Pengantar Konsep). New York City: Longmen.

Subana (2005). Statistika Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.

Sudono, A. (2003). Gaya Pembelajaran Anak Usia Dini. Jurnal ilmiah Anak Usia Dini. Buletin PADU. Vol 2, hal 33-37. Direktorat PAUD.

Sujiono, N. Yuliani. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.

Sujiono, N. Yuliani. (2006). Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.

Bandung: Alfabeta.

Sumantri, M dan Syaodih, N. (2007). Perkembangan Peserta Didik . Universitas Terbuka.

Supriadi, D. (1994). Kreativitas Kebudayaan dan Perkembangan IPTEK. Bandung: Alfa Beta.

Supriadi, D. (1989). Kreativitas dan orang-orang Kreatif dalam Lapangan Keilmuan. Disertasi Doktor pada IKIP Bandung.Tidak diterbitkan.

Suriasumantri, Jujun S. (2000). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan.

Suryadi, A. (2006). Posisi Strategis Alat Permainan dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Ilmiah Anak Usia dini.buletin PADU. Vol 5 Ditjen PLS Depdiknas.


(6)

Suryadi, Ace. (2007). Jurnal Pendidikan pada: http://pendidikan-rumah. Blogspot.com/2007.html.

Syaefudin, S. (2007). Modul Metodologi Penelitian Penddikan Dasar. Bandung: Program Magister Pendidikan Dasar.Universitas Pendidikan Indonesia.

Syamsu, Y. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wibawa, B.& Mukti, F. (1993). Media Pengajaran. Jakarta: Depdiknas.

http://jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=321208 (11 Desember 2010)

http://parentingislami.wordpress.com/2008/03/01/aspek-perkembangan-motorik-dan-keterhubungannya-dengan-aspek-fisik-dan-intelektual-anak/ (22 Desember 2010)

http://deviarimariani.wordpress.com/2008/06/12/bermain-dan-kreativitas-anak-usia-dini/ (22 desember 2010)

http://www.asterpix.com/tagcloudclick/?id=2437661&url=http%3A//scribd.asterp ix.com/cy/2437661/%3Fq%3D&tag=Pengertian%20Anak&q=anak%20pe rkembangan%20makalah&referer=http%3A%2F%2Fwww.scribd.com%2

Fdoc%2F23720089%2FMakalah-Perkembangan-Anak&ct=3&t=1293449862 (22 Desember 2010)

http://smpn2bantarujeg.blogspot.com/2010/11/media-pembelajaran-bahasa-inggris-dan_26.html (1 Januari 2011)


Dokumen yang terkait

Hubungan Pemberian Stimulasi Dengan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia 1-5 Tahun di Gampong Rantau Panyang Barat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014

5 74 101

Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Toilet training pada Anak Usia Prasekolah/TK di TK Al-Azhar Medan Tahun 2010

18 118 75

Pengaruh Metode Sosiodrama Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Akidah Akhlak (Kuasi Eksperimen di MTs Mathlabussa’adah).

4 60 151

PENGARUH KEGIATAN MELIPAT KERTAS (ORIGAMI) TERHADAP PENINGKATAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TK Al Pengaruh Kegiatan Melipat Kertas (Origami) Terhadap Peningkatan Motorik Halus Anak Usia 4-5 Tahun Di Tk Al Muayyad Dan Tk Islam Bakti Viii.

0 8 8

PENGARUH KEGIATAN MELIPAT KERTAS (ORIGAMI) TERHADAP PENINGKATAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TK Al Pengaruh Kegiatan Melipat Kertas (Origami) Terhadap Peningkatan Motorik Halus Anak Usia 4-5 Tahun Di Tk Al Muayyad Dan Tk Islam Bakti Viii.

1 4 15

PENGARUH METODE CANTOL ROUDHOH TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK DAN MEMBACA ANAK USIA DINI: Studi Eksperimen Kuasi di Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Kabupaten Majalengka Tahun Pelajaran 2010-2011.

11 52 38

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO INTERAKTIF DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA VERBAL DAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI: Studi Kuasi Eksperimen Anak Kelompok B di TK Al Fithri Kabupaten Bandung.

1 1 48

PENGGUNAAN MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN MEMBACA ANAK USIA DINI :Studi Kuasi Eksperimen di TK PGRI Sejahtera I Majalengka.

0 1 43

PENERAPAN METODE STORYTELLING DENGAN MEDIA WAYANG UNTUK MENANAMKAN MORALITAS PADA ANAK USIA DINI :Studi Eksperimen Kuasi Pada Anak Kelompok B Taman Kanak-kanak Hati Mekar Kabupaten Sumedang Tahun Pelajaran 2010-2011.

1 3 54

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MEMBENTUK DENGAN PLAYDOUGH ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TK IBNUL QOYYIM SLEMAN.

2 13 158