PENERAPAN METODE STORYTELLING DENGAN MEDIA WAYANG UNTUK MENANAMKAN MORALITAS PADA ANAK USIA DINI :Studi Eksperimen Kuasi Pada Anak Kelompok B Taman Kanak-kanak Hati Mekar Kabupaten Sumedang Tahun Pelajaran 2010-2011.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...……8

C. Tujuan Penelitian ...……8

D. Asumsi ...8

E. Hipotesis ...10

F. Manfaat Penelitian ...10

G. Metode Penelitian ...11

H. Lokasi, Popupasi dan Sampel Penelitian ...12

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Hakikat Anak Usia Dini... 14

B. Moralitas Anak Usia Dini ...……15

1. Pengertian Moral dan Moralitas...15

2. Hubungan antara Etika dengan Moral ...17 v


(2)

3. Hubungan Moral dengan Kepercayaan (ImanI ...18

4. Hubungan Moral dengan Karakter Anak ...20

C. Domain-domain Perkembangan Moral Anak... ...21

1. Penalaran Moral ...21

2. Perilaku Moral ...22

3. Perasaan Moral...24

D. Perkembangan Moral Anak ...……26

1. Teori Perkembangan Moral ...27

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral ...30

E. Moral Sebagai Basis dalam Pendidikan Karakter ...……35

F. Pembagian Nilai-nilai Moral ...……36

G. Lingkup Perkembangan Pembentukan Prilaku dalam Kurikulum TK ...41

H. Upaya Guru dan Orang Tua Membimbing Moral Anak Pra Sekolah...42

I. Storytelling Dalam Pendidikan Moral Anak Usia Dini ...45

1. Pengertian Storytelling...45

2. Arti Penting Cerita Dalam Pembentukan Moral Anak ...46

3. Manfaat Cerita Bagi Pembentukan Karakter Anak ...48

4. Implikasi Perkembanga Moral Terhadap Kegiatan Bercerita ...50

J . Kegiatan Pembelajaran Storytelling ...52

K. Teknik bercerita dengan menggunakan Wayang ...55

L. Peneliti Terdahulu Yang Relevan ... 57

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian... ... 59


(3)

B. Tempat dan Sumber Penelitian ...……61

C. Populasi dan Sampel ...62

D. Definisi Operasional ... ...64

E. Instrumen Penelitian ...67

F. Proses pengembangan Instrumen ...68

G. Teknik Pengumpulan Data ...72

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...74

I. Prosedur dan Tahap-tahap Penelitian ...81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...89

1. Penerapan Metode Storytelling dengan Media Wayang ...…89

2. Perbedaan Peningkatan Moralitas Anak ...93

a. Hasil Penelitian Tentang Penalaran Moral Anak ...93

b. Hasil Penelitian Tentang Tindakan Moral Anak ...98

c. Hasil Penelitian Tentang Perasaan Moral Anak ...103

B. Pembahasn ...108

a. Analisis Pelaksanaan Pembelajaran ...108

b. Perbedaan Moralitas anak melalui Metode Storytelling ...115

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ...122

B. Rekomendasi ...…123

DAFTAR PUSTAKA ...125 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

1. Disain Kuasi Eksperimen ...60

2. Sebaran Sampel dan Populasi Penelitian ...63

3. Descriptic Statistic Tes Awal ... 75

4. Descriptic Statistic Tes Akhir ... 76

5. Uji Normalitas Pre Tes...77

6. Uji Normalitas Post-Tes Tes ...77

7. Pre- Test Of Homogenietyy of Variances ...78

8. Pre- Test Of Homogenietyy of Variances ...78

9. Hasil Uji Kesamaan Rata-rata Pre-Tes ...79

10. Hasil Uji Kesamaan Rata-rata Post-Tes ...79

11. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru ...112

12. Hasil Pengamatan Aktivitas Anak ...113

13. Data Hasil Tes Penalaran Moral Anak ...119

14. Data Hasil Tes Tindakan/perilaku Moral Anak ...119

15. Data Hasil Tes Perasaan Moral Anak ...120


(5)

DAFTAR BAGAN

3.1. Prosedur Penelitian ...86 3.2. Jadwal Penelitian ...87


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian integral dari pembangunan negara, pendidikan sebagai proses transpormasi dari generasi ke generasi, maju mundurnya sebuah negara tergantung pada kualitas pendidikannya. Dengan pendidikan dapat mencetak generasi-generasi bangsa yang cerdas sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 sebagai berikut :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut perlu adanya upaya dalam prosesnya, karena pendidikan bukanlah sesuatu yang segera dapat dinikmati sesaat, melainkan pendidikan itu harus berlangsung dari mulai buaian ibu sampai sampai akhir hayat atau dengan kata lain “Long Life education”.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memiliki peranan penting dalam mencetak generasi yang berkualitas, mengingat usia anak yaitu antara 0- 6 tahun. Pada dasarnya anak usia 0-6 tahun sebagai masa-masa penting sehingga disebut golden age, dimana pada masa ini disebut juga masa kritis seperti yang diungkapkan Gunarsa yang mengutip pendapat Reber (Muslihudin & Agustin,


(7)

2 2008 : ii) mendefinisikan sebagai beriku ; “ A period of time biologically determined during which an organism is optimally ready for acquisition of specific responses”. Dengan demikian dapat dimaknai bahwa pada masa tersebut adanya pematangan fungsi-fungsi baik fisik maupun psikis, di mana anak mudah merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Untuk mencapai keoptimalan maka perlu adanya upaya pendidikan melalui pendidikan anak usia dini, seperti yang tercantum dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 14, bahwa “Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak-anak sejak lahir sampai dengan enam tahun….”

Masa kritis pada anak adalah saat di mana anak memperoleh rangsangan, perlakuan atau pengaruh dari lingkungan pada masa atau saat tepat. Apabila saatnya tepat, artinya keadaan sensitive, keadaan siap untuk menerima rangsangan dari luar dan memperolehnya, maka akan berdampak positif will develop normally tegas Reber, sebaliknya apabila masa kritis tersebut terlewatkan, maka pengaruh dari luar can never learned.

Taman Kanak-kanak sebagai bagian dari Pendidikan Anak Usia Dini, dan sebagai pendidikan formal pertama yang biasa disebut juga pendidikan pra-sekolah, memiliki peranan yang sangat penting sebagai peletak dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan agar anak siap memasuki pendidikan selanjutnya. Selain itu taman kanak-kanak memiliki peranan yang menjembatani antara pendidikan keluarga (informal) ke pendidikan dasar (formal). Pada masa tersebut merupakan masa transisi atau juga masa adaptasi.

Dengan mengikuti pendidikan taman kanak-kanak diharapkan anak-anak tidak mengalami yang disebut kejutan sekolah


(8)

3 Taman Kanak-kanak dalam melaksanakan peranannya tentu harus dapat mengembangkan berbagai potensi anak seperti yang tercantum dalam tujuan taman kanak-kanak yaitu :

a. Membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, berkepribadian luhur, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggungjawab.

b. Mengembangkankan potensi kecerdasan spiritual, itelektual, emosional, kinestetis, dan sosial peserta didik pada masa usia emas pertumbuhan dalam lingkungan bermain yang edukatif dan menyenangkan.

c. Membantu peserta didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi nilai-nilai agama dan moral, sosio-emosional, kemandirian, kognitif dan bahasa, dan fisik/motori, untuk siap memasuki pendidikan dasar (Kurikulum TK, 2010 : 4)

Moral salah satu aspek yang penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Moral harus melandasi kehidupan, karena terciptanya kerukunan, kedamaian dan ketentraman karena moral dari setiap individu. Seperti yang dikemukakan oleh Robert Bellah dalam Megawangi (2004 : 1) “Adalah suatu kepercayaan kuat bagi para pendiri negara ini bahwa keberhasilan sebuah negara hanya dapat dicapai oleh warga negara yang bermoral yang dapat mempertahankan suatu pemerintahan yang demokratis”.

Indonesia saat ini sedang mengalami ujian yang berat, sejak terjadi krisis multidimensi yang berkepanjangan, diperparah lagi dengan terjadinya bencana alam yang bertubi-tubi membuat perekonomian yang terpuruk yang menyebabkan menurunnya kualitas moral bangsa yang dicirikan dengan membudayanya praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN), bentrokan antar etnis, penganut agama, potitisi, meningkatnya kriminalitas, menurunnya etos


(9)

4 kerja. Budaya korupsi yang merupakan praktek pelanggaran moral ( ketidak jujuran, tidak bertanggungjawab, rendahnya disiplin, mementingkan diri sendiri ), adalah penyebab negara kita sulit untuk bangkit dari krisis ini.

Mengendurnya ikatan moral di kalangan anggota masyarakat muda. Hal ini tampak jelas dari maraknya berbagai kasus pelanggaran moral dan aturan sosial pada umumnya yang melibatkan anggota masyarakat muda,seperti drug abuse, atau perilaku lain yang menunjukkan “kebutaan akan etika” (ethical illiteracy). ( Honigg T &Blau M. 2004)

Penurunan moralitas juga terlihat pada anak-anak saat sekarang,tercermin dalam perilaku : tidak memiliki sopan santun, pemerasan, mencuri, tidak bertanggungjawab, kurang rasa malu, tidak disiplin dan sebagainya. Jika hal tersebut tetap dibiarkan, tidak mendapat penanganan yang serius akan menyebabkan kehancuran negara kita, negara yang seharusnya berkembang malah akan terjadi sebaliknya, kekacauan terjadi dimana- mana, tak peduli orang lain,mementingkan diri sendiri yang menyebabkan kerusakan lingkungan.

Di samping hal tersebut di atas munculnya perkembangan baru yang menunjukkan kebangkitan kembali pikiran-pikiran tentang perlunya moral, etik dan budi pekerti sebagai jawaban atas berbagai krisis yang melanda banyak kawasan dunia. Dalam beberapa tahun terakhir ini di banyak belahan dunia muncul gerakan yang menganjurkan orang untuk kembali pada semangat moral dan agama sebagai jawaban atas krisis yang ditimbulkan oleh kemajuan zaman.

Anak-anak usia dini sebagai generasi penerus bangsa, perlu dibekali berbagai hal, agar tumbuh dan berkembang menjadi bangsa yang cerdas intelektual, sosial emosional serta moral. Tentu hal ini tidak semudah membalikkan telapak tangan tapi perlu upaya dari berbagai komponen yang


(10)

5 bertanggungjawab terhadap pendidikan, yaitu orangtua, masyarakat dan pemerintah.

Moral bukanlah pengetahuan yang harus dihapalkan, melainkan moral adalah sesuatu yang harus diwujudkan dalam perbuatan. Perilaku moral tidak diperoleh secara instan, akan tetapi harus dibentuk sejak usia dini. “pendidik sekaligus mengarahkan anak bisa membangun kecerdasan moral yang akan menjadi otot kuat yang diperlukan anak melawan tekanan buruk dan membekali anak untuk mempunyai kemampuan kognitif tanpa bantuan orang lain”(Widarmi, 2008).

Para ahli mengatakan bahwa pendidikan moral yang ditanamkan pada saat anak usia dini ibarat mengukir di atas batu yang artinya akan lama tersimpan, menetap sampai ia dewasa, karena pada masa ini anak begitu mudah dibentuk. Dengan demikian penanaman nilai-nilai moral sangat tepat dikembangan pada pendidikan taman kanak-kanak.

Bercerita adalah suatu kegiatan yang sangat disenangi dan disukai anak-anak, kegiatan bercerita sudah dilakukan orang tua kita sejak dulu dijadikan kegiatan pengantar tidur. “Cerita sangat penting dalam kehidupan anak-anak kita: cerita membantu anak-anak untuk memahami dunia mereka dan untuk berbagi dengan orang lain. Kelaparan anak-anak untuk cerita adalah konstan”(Andrew Wright, 1993:2). Anak-anak memperoleh banyak manfaat dari bercerita ; menambah perbendaharaan bahasa, mengembangkan daya fantasi anak, dan yang lebih penting adalah membentuk moral anak. Sungguh ajaib ternyata dengan bercerita anak-anak dapat memperbaiki prilaku negatif menjadi prilaku baik.


(11)

6 Pembelajaran yang selama ini banyak dilakukan oleh guru lebih mengarah pada target ketercapaian kecerdasan kognisi dengan memfokuskan pada kegiatan membaca, menulis dan berhitung (calistung) dan dijadikan target yang harus dikuasai anak tanpa memperhatikan aspek perkembangan yang lain. Hal ini dilakukan dengan alasan persaingan antar lembaga dikarenakan ada Sekolah Dasar yang menyelenggarakan tes kemampuan membaca, menulis dan berhitung dan dianggap Sekolah Dasar ( SD) bergengsi, maka dari itu banyak orangtua yang menuntut anaknya diajari membaca, menulis dan berhitung. Guru seperti tertantang menghadapi problematika tersebut, gurupun berusaha untuk menyesuaikan kehendak masyarakat yang tak lain orangtua murid dengan mengesampingkan pengembangan aspek-aspek yang lain termasuk pembentukan moral anak. Guru tidak menyadari bahwa kecerdasan itu tidak hanya intelektual saja melainkan begitu terurai yang disebut kecerdasan majemuk (Multiple Intelegensi).

Pengaruh ilmu pengetahuan dan teknogi merubah segalanya termasuk perubahan kebiasaan bercerita sebagai pengantar tidur digantikan dengan media televisi, orang tua tidak lagi memberikan cerita-cerita kepada anak-anak dikarenakan terlalu sibuk dengan menonton sinetron atau hiburan lain, selain itu anakpun tidak lagi tertarik cerita ibunya, akan tetapi lebih tertarik dengan film yang disajikan media televisi yang lebih hidup dan berwarna. Lebih parah lagi di lembaga pendidikanpun anak jarang sekali mendengarkan cerita dikarenakan target untuk mengejar ketercapaian kompetensi yang cenderung mengoptimalkan kognitif anak menjadikan cerita jarang diperoleh anak-anak.


(12)

7 Kegiatan bercerita selain kegiatan yang menyenangkan bagi anak, ternyata memiliki banyak manfaat dalam mengembangkan berbagai aspek,dan potensi anak, yaitu kemampuan berbahasa ( menyimak, berbicara, membaca), kognitif, sosial, emosional , moral dan nilai-nilai agama serta imajinasi anak, fantasi anak berkembang melalui cerita.

Dari hasil penelitian Dian Nurcahyani Kusumastuti tentang pengaruh kegiatan storytelling terhadap pertumbuhan minat baca siswa di TK bangun I Getas Kec. Pabelan Kab. Semarang, menyimpulkan 94, 23 % dengan bercerita (Story Telling) anak tertarik untuk membaca, sementara 92,3% anak tertarik membaca setelah guru membacakan buku cerita. Dengan demikian anak sangat menyukai kegiatan bercerita daripada kegiatan lain di kelas karena cara bercerita sangat menarik sehingga mampu menarik minat anak untuk membaca setelah guru membacakan buku cerita.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut dan melihat permasalahan dan kebiasaan pelaksanaan pembelajaran di lapangan, maka peneliti tertarik untuk melakukan kajian tentang pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melalui penggunaan media wayang dalam pembelajaran (storytelling) yang memungkinkan berkembangnya perilaku moral anak karena diawali kegiatan yang sifatnya menyenangkan anak. Oleh karena itu peneliti mengajukan judul penelitian tentang “ PENERAPAN METODE

STORYTELLING DENGAN MEDIA WAYANG UNTUK


(13)

8

(Studi Eksperimen Kuasi Pada Anak Kelompok B Taman Kanak-kanak Hati Mekar Kabupaten Sumedang

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas menunjukan perlu adanya upaya dalam memperbaiki proses belajar mengajar dalam membentuk moralitas anak usia dini. Adapun permasalahan penelitian ini adalah :

1. Bagaimana penerapan metode storytelling dengan media wayang untuk menanamkan moralitas pada anak usia dini?

2. Adakah perbedaan moralitas anak yang belajarnya menggunakan metode storytelling dengan media wayang dengan anak yang belajarnya tidak menggunakan storytelling ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan metode storytelling dengan media wayang dalam menanamkan moralitas pada anak usia dini.

2. Untuk mengetahui perbedaan moralitas anak yang belajarnya menggunakan metode storytelling dengan media wayang dengan anak yang belajarnya tidak menggunakan metode storytelling.

D. Asumsi Dasar Penelitian

Asumsi dasar sangat penting dalam penelitian sebagai awal dimulainya penelitian dan merupakan landasan untuk perumusan hipotesis. Dengan kata lain


(14)

9 tanpa asumsi tersebut, penelitian tidak dapat dilaksanakan. Arikunto (2003:60-61) mengemukakan bahwa “asumsi-asumsi atau anggapan dasar penelitian dipandang sebagai landasan teori atau titik tolak pemikiran yang digunakan dalam suatu penelitian, yang mana kebenarannya diterima oleh peneliti” Bercerita merupakan kegiatan yang disukai anak-anak, dan dapat memberi manfaat terhadap berbagai hal. Dengan bercerita dapat memudahkan orang dewasa menyampaikan berbagai pesan, seperti yang dikemukakan Stewigh dalam MN Mustakim (2005) bahwa”anak anak senang pada cerita karena terdapat sejumlah manfaat bagi anak dalam perkembangan dan pembentukan pribadi anak”.

Perilaku moral yang baik harus dimiliki oleh setiap individu agar terwujudnya kehidupan yang aman dan damai. Kerukunan dan kedamaian sebuah negara tergantung pada perilaku moral warganya. Dengan demikian perlu pembentukan moral yang dimulai sejak anak usia dini mengingat anak-anak adalah aset bangsa yang akan menentukan kualitas negaranya di masa yang akan datang, sehingga perlu dikembangkan pendidikan moral sejak dini. Seperti pendapat Ibung (2009 : 38) yang menjelaskan bahwa,

...tidak ada salahnya penanaman moral dilakukan sejak anak masih berusia dini, terutama di tahun keemasan seorang anak (0-5 tahun), karena di masa inilah seorang anak menyerap dengan sangat baik berbagai hal yang diajarkan padanya, menyimpan dalam ingatannya, memproses, dan kemudian menjadikan informasi tersebut sebagai bagian dari kepribadiannya. Artinya penanaman nilai moral positif yang ditanamkan sejak dini lebih mungkin berhasil menjadi bagian dari kepribadian seorang anak pada masa nanti.

Betapa pentingnya nilai moral anak dapat mengatur perilaku anak untuk berbuat dan bertindak sesuai dengan aturan moral. Anak yang selalu menegakkan


(15)

10 nilai moral menunjukkan anak itu memiliki karakterteristik moral yang tinggi akan menolak pengaruh buruk dari luar.

E. Hipotesis

Untuk mengetahui tingkat pengaruh pembelajaran penggunaan media wayang dalam pembelajaran (Storytelling) terhadap peningkatan perilaku moral anak , maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut : “Terdapat perbedaan moralitas antara anak yang belajarnya menggunakan metode storytelling dengan media wayang dengan anak yang belajarnya tidak menggunakan metode storytelling” .

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk kepentingan teoritis dan praktis sebagai berikut ;

a. Manfaat Teoritis

1) Memberikan kontribusi yang berdaya guna bagi kepentingan Taman Kanak-kanak Hati Mekar Sumedang dalam bidang pengkaian menanamkan moralitas pada anak usia dini melalui penerapan metode storytelling dengan menggunakan media wayang.

2) Dapat dijadikan suatu acuan dan strategi dalam proses menanamkan moralitas pada anak usia dini melalui penerapan metode storytelling.


(16)

11 b. Manfat Praktis

1)Sebagai bahan masukkan bagi Kepala TK Hati Mekar Kecamatan Paseh Sumedang untuk dijadikan pertimbangan kontekstual operasional dalam menanamkna moralitas anak didik.

2)Informasi bagi guru TK dan orang tua murid dalam upaya memperbaiki sikap dan perilaku anak.

3)Sebagai bahan masukkan bagi Yayasan Bakti Ibu sebagai pengelola TK Hati Mekar, dalam merencanakan, melaksanakan, dan pengawasan dalam mengembangkan moralitas anak didik.

4)Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberikan suatu pelajaran yang bernilai. Pengalaman seperti ini jelas sangat berkontribusi dalam meningkatkan profesinalisme peneliti sebagai guru.

H. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian penerapan metode story telling untuk membentuk moralitas anak usia dini adalah metode eksperimen bentuk quasi eksperimen design, dengan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Rencana penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan data hasil penelitian secara nyata dalam bentuk angka sehingga memudahkan proses analisis data dan penafsiran. Penelitian yang menekankan fenomena-fenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif ( Sa’ud, 2007 : 6). Perolehan data yang berupa skor dari alat pengumpul data diolah dengan pendekatan kuantitatif sehingga ditemukan


(17)

12 kesimpulan dan penafsiran hubungan kausal antara variable independen(X) dan variable dependen (Y).

I. Lokasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian tentang penggunaan metode story telling untuk menanamkan moralitas pada anak usia dini dilakukan di Taman Kanak-kanak (TK) Hati Mekar kecamatan paseh kabupaten Sumedang. Lembaga ini dipilih dijadikan tempat penelitian mengingat TK Hati Mekar memiliki murid yang cukup banyak, dan memiliki dua ruang kelas permanen sehingga memungkinkan untuk melakukan penelitian dengan metode quasi eksperimen., di samping itu lokasi dengan tempat tinggal peneliti cukup dekat sehingga memudahkan melalukan penelitian.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah seluruh anak didik Taman Kanak-kanak Hati Mekar Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang kelompok B yang berusia 5-6 tahun. Jumlah populasinya sebanyak 24 anak.

Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili populasi yang akan diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah sampel jenuh karena jumlah populasi kurang dari 30 orang Sugiyono ( 2010: 85) menjelaskan teknik pengambilan sampel jenuh sebagai berikut :

Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasdigunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.


(18)

13 Berdasarkan penjelasan tersebut di atas maka seluruh populasi dijadikan sampel dalam penelitian ini. Maka sampel dalam penelitian ini sebanyak 24 anak.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Medode Penelitian

Dalam melakukan penelitian perlukan menentukan metode yang akan digunakan agar penelitian terlaksana dengan efektif dan efisien serta dapat menjawab permasalahan dalam penelitian. Berbagai metode penelitian dapat dijadikan pilihan dalam melaksanakan penelitian yang disesuaikan dengan permasalahan dan tujuan penelitian, serta hipotesis penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen . Seperti yang diungkapkan Sugiyono (2010:72) “metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”. Pemilihan metode eksperimen ini dimaksudkan untuk mengatahui seberapa besar efektifitas metode Story telling (X) dalam membentuk moralitas anak usia dini (Y) .

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan bentuk Kuasi Eksperimen (Quasi Experimental Design). Menurut Sugiyono (2010: 77) “Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variable-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen”

Sementara Saud,(2007;83) menjelaskan bahwa “Metode eksperimen semu (quasi eksperimental) pada dasarnya sama dengan eksperimen murni, bedanya adalah dalam pengontrolan variable. Pengontrolannya hanya dilakukan terhadap satu variable saja, yang dipandang paling dominan”.


(20)

60 Sedangkan bentuk desain quasi eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Kontrol Group Design. “Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest kontrol group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random” ( Sugiyono, 2010 :79). Dilakukan penelitian untuk mencari pengaruh metode storytelling terhadap pembentukan moralitas anak usia dini.

Dari kelompok tersebut yang setengah diberi perlakuan dengan metode storytelling dan yang setengah lagi dengan pembelajaran konvensional yaitu metode storyreading (membacakan cerita). Pengaruh perlakuan adalah ( O2-O1) – (O4- O3)

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan data hasil penelitian secara nyata dalam bentuk angka sehingga memudahkan proses analisis data dan penafsirannya.

Untuk lebih jelasnya desain penelitian ini dilukiskan pada table 3.1 berikut ini : TABEL 3.1.

DISAIN KUASI EKSPERIMEN

NONEQUIVALENT KONTROL GROUP DESIGN

Kelompok Pre Tes Treatmen Post Test

Ek sperimen O1 X1 O2

Kontrol O3 X2 O4

Keterangan:

A : Kelompok Eksperimen B : Kelompok Kontrol


(21)

61 O1 : Pre-test sebelum diberi perlakuan pada kelompok eksperimen

O2 : Post-test setelah diberi perlakuan pada kelompok eksperimen O3 : Pre-test pada kelompok Kontrol

O4 : Post-test pada kelompok control X1 : Perlakuan Kelas Eksperimen X2 : Perlakukan Kelas Kontrol

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian eksperimen yang dilaksanakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari suatu perlakuan yang diberikan secara berulang-ulang dalam waktu tertentu. Dalam hal ini penulis menerapkan metode storytelling dengan menggunakan media wayang untuk membentuk moralitas anak di TK Hati Mekar Paseh.

B. Tempat dan Sumber Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Taman Kanak-kanak Hati Mekar Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang. Alasan peneliti memilih Taman Kanak-kanak ini adalah masalah yang diteliti memang ada dan sangat esensial untuk diteliti, untuk kepentingan masa depan anak. Lokasinya terletak di kota kecamatan, tidak jauh dari tempat tinggal penulis sehingga memudahkan melakukan penelitian, di samping itu setelah dilakukan wawancara dengan guru ternyata belum pernah menerapkan metode storytelling dengan menggunakan media wayang. Sumber data dalam penelitian ini adalah anakdidik / siswa Taman Kanak-kanak Hati Mekar kelompok B yang berusia 5-6 tahun tahun pelajaran 2010-2011.


(22)

62 C. Populasi dan Sampel

1. Populasi penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti menentukan terlebih dahulu populasi yang akan diteliti sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti.

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”(Sugiyono, 2010;80). Sementara Ridwan (2009:65) mengatakan bahwa, “Populasi adalah keseluruhan dan karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi obyek penelitian”.

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Jadi Populasi dalam penelitian ini adalah anak didik TK Hati Mekar Kelompok B yang berusia 5-6 tahun.

2. Sampel Penelitian

Untuk menyederhanakan populasi yang kemungkinan jumlahnya banyak, maka perlu diambil sampel terlebih dahulu sebagai bagian yang mewakili populasi.

“Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”(Sugiyono, 2010:85), selanjutnya Sugiyono menjelaskan teknik pengambilan sampel diantaranya : “Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relative kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil”.


(23)

63 Berdasarkan pendapat di atas maka pengambilan sampel yang digunakan penelitian ini adalah sampel jenuh karena jumlah populasi hanya 24 anak , yang artinya sesuruh populasi dijadikan sampel penelitian.

TABEL 3.2

SEBARAN SAMPEL DAN POPULASI PENELITIAN

Kelas Jumlah

Eksperimen Kontrol

12 orang 12 orang

Jumlah 24 orang

a. Kelas Eksperimen

Kelas Eksperimen sebanyak 12 anak terdiri dari enam anak laki-laki dan enam anak perempuan, usia anak didik rata-rata di atas lima tahun, pengajar di kelas eksperimen guru yang sudah berpengalaman lebih dari 26 tahun, pendidikan guru dari KPG (Kursus Pendidikan Guru) jurusan Taman Kanak-kanak. Metode yang digunakan adalah metode Storytelling dengan menggunakan media wayang. Pembelajaran dirancang dengan diawali penyusunan skenario cerita yang mengembangkan nilai-nilai moral.

b. Kelas Kontrol

Kelas Eksperimen sebanyak 12 anak terdiri dari enam anak laki-laki dan enam anak perempuan, usia anak didik rata-rata di atas lima tahun, pengajar di kelas eksperimen guru berpengalaman lebih dari 10 tahun, pendidikan guru dari D 2 Pendidikan Guru Taman Kanak-kanak (PG-TK). Metode yang digunakan di kelas kontrol adalah metode Storyreading (Membacakan cerita). Pada kelas kontrol pembelajaran dilaksanakan secara konvensional yaitu dengan


(24)

64 menggunakan metode bercerita dengan teknik story reading. Teknik bercerita ini sudah biasa dilakukan di Taman Kanak-kanak dalam mengembangkan kemampuan berbicara, pengenalan membaca dan membentuk moral anak.

Perencanaan pada kelas kontrol sama dengan perencanaan pada kelas eksperimen. Judul buku yang digunakan pada kelas kontrol adalah : Tak Tahu membalas budi, Jujurkan Aku?, Jika Bersatu semua menjadi Mudah, Serigala Serakah, Bombi Yang nakal, Tolong menolong, Mengabaikan Nasihat Teman, Mawar Yang sombong, Roti Untuk Nenek.

Pada dasarnya perencanaan dan langkah-langkah pelaksanaan bercerita dengan teknik story reading tidak jauh berbeda dengan storytelling dengan media wayang , perbedaannya terletak pada media yang digunakan. Dalam Story reading hanya buku sebagai alat pengantar cerita.

D. Definisi Operasional

1. Metode Storytelling dengan Media Wayang

Bercerita (Storytelling) merupaka metode yang sudah biasa dilakukan oleh guru taman kanak-kanak sebagai metode untuk menyampaikan pesan-pesan moral atau sosial, dan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak, di samping itu metode bercerita ini sangat digemari anak-anak TK. Namun demikian masih banyak guru yang masih asing dengan istilah Storytelling.

“Storytelling berarti penceritaan cerita atau perihal menceritakan cerita” (Echols dalam MN Mustakim, 2005:175). Selanjutnya Muh. Nur Mustakim (2005 : 175) menjelaskan bahwa: “Storrytelling atau penceritaan merupakan suatu cara pencapaian tujuan apresiasi cerita. Aktivitas Storytelling memberi sumbangan


(25)

65 dalam memahami cerita dan memberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa atau keterampilan berbicara”.

Media wayang merupakan bagian dari media pendidikan. “Media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antar guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah “( Oemar Hamalik, 1986).

Boneka, Wayang (rod puppet) dalam bahasa Perancis ada 2 yaitu (1) tubuh yang dihubungkan dengan lengan, kaki dan badannya, digerakkan dari atas dengan tali-tali atau kawat-kawat halus, (2) Boneka yang digerakkan dari bawah oleh seseorang yang tangannya dimasukkan ke bawah pakaian boneka.

Media wayang yang digunakan dalam penelitian ini adalah boneka yang digerakkan dari bawah oleh seseorang yang tangannya dimasukkan ke bawah pakaian boneka, yang terbuat dari kayu dengan tangan diikatkan pada batang atau tongkat bambu.

Metode Storytelling dengan media wayang dalam penelitian ini adalah “cara guru membelajarkan anak untuk membentuk moralitas anak usia dini melalui cerita yang menggunakan wayang”. Indikator Storytelling adalah :a) mempunyai plot yang sederhana dan tersusun rapi b) Terdapat permulaan, pertengahan dan akhir cerita c), Mempunyai karakter yang cukup jelas, d) Berisi dialog, e) Menggunakan repitisi atau pengulangan

2. Moralitas Anak Usia Dini

Moral merupakan hal yang bersifat abstrak, akan tetapi memiliki peranan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Orang-orang bermoral sangat


(26)

66 dibutuhkan dalam pembangunan negara. Beberapa pengertian moral diungkapkan oleh beberapa ahli di bawah ini.

Helden dan Richards (dalam Sjarkawi, 2008 : 28) merumuskan pengertian moral sebagai “suatu kepekaan dalam pikiran, perasaan, dan tindakan dibandingkan dengan tindakan lain yang tidak hanya berupa kepekaan terhadap prinsip dan aturan”. Selanjutnya Atkinson ( Sjarkawi ,2008 ; 28) mengemukakan “moral atau moralitas merupakan pandangan tentang baik dan buruk , benar dan salah, apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan”.

Sementara Webster New World) Dictionary (Wantah dalam Ibung, 2008) moral adalah “ Sesuatu yang berkaitan atau ada hubungannya dengan kemampuan menentukan benar salah dan baik buruknya tingkah laku”

Dari beberapa definisi di atas, dapatlah disimpulkan bahwa: “moral adalah sesuatu keyakinan tentang benar salah, baik dan buruk, yang sesuai dengan kesepakatan sosial, yang mendasari tindakan atau pemikiran”

Moralitas Anak usia dini dalam penelitian ini adalah kepekaan dalam pikiran, perasaan dan tindakan moral yang teramati dan terungkap selama mengikuti pembelajaran yang dianggap sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat, yang dianggap baik oleh orang dewasa.

Perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai atau adat istiadat, kebiasaan yang dianut masyarakat memungkinkan individu diterima lingkungan sekaligus mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan. “Kejujuran, Disiplin, Menghargai irang lain, Kontrol diri dan Keadilan, adalah konsep-konsep aspek moral yang sudah umum dalam kehidupan kita sehari-hari dan merupakan penentu untuk beradaptasi di lingkungan sosialnya”(Yusuf dalam Ibung, 2008 : xi). Melihat


(27)

67 uraian di atas maka moralitas anak yang akan dilhat dalam penelitian ini adalah : a) Kejujuran, b) Disiplin, c) Sopan Santun., d) Kontrol Diri, dan e) Keadilan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu validitas dan reliabilitas (Arikunto, 1999:160). Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan instrument tes. Salah satu ciri tes yang baik adalah valid dapat mengukur apa yang hendak diukur.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu (Arikunto, 1998:170). Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataan, maka berapa kali pun diambil, akan tetap sama.

Sebagaimana tersirat dalam judul penelitian ini, maka data yang diperlukan adalah Pertama, tentang penerapan metode Storytelling, Kedua, moralitas anak yang terdiri dari : Penalaran moral anak, perilaku moral anak dan perasaan moral anak. Untuk menggali kedua data tersebut diperlukan alat pengumpul data yang


(28)

68 sesuai dengan variabel penelitian yaitu Lembar Pedoman Observasi dan Lembar Wawancara. Sebelum lembar observasi dan lembar wawancara dibuat, terlebih dahulu penulis menyusun kisi-kisi penelitian sebagai berikut :

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, terdapat tiga instrument penelitian moralitas anak usia dini, dengan sub variable yang terdiri dari : 1) Penalaran moral anak, 2) Tindakan moral anak, 3) Perasaan moral anak.

F. Proses Pengembangan Instrumen 1. Validitas Instrumen

Sebelum penelitian dilaksanaakan dengan sesungguhnya, terlebih dahulu instrumen yang telah disusun, ditimbang (dijudgement) oleh dua orang ahli dengan tujuan untuk memenuhi syarat instrument yang memadai. Setelah dijudgement, istrumen diperbaiki, kemudian dilakukan uji coba yang bertujuan untuk mengetahui kualitas instrument. Kualitas instrument sebagai alat pengukur pada umumnya harus memenuhi dua syarat utama, yaitu valid atau sahih dan reliable atau ajeg (Nasution dalam Rebudin,2009;103). Validitas dan reliabilitas dalam suatu penelitian merupakan aspek yang sangat penting. Oleh karena itu membuat instrument yang valid dan reliable harus dijadikan prioritas oleh setiap peneliti. Dengan demikian menggunakan instrument yang valid dan reliable dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliable.

Validitas tes dikenal dengan keabsahan atau kesahihan tes. Suatu alat evaluasi disebut valid apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi ( Suherman & Sukjaya, 1990: 35). Ada yang dikenal


(29)

69 sebagai validitas tes secara keseluruhan ada pula yang menyangkut butir soal atau item. Sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Untuk

mengetahui validitas item digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar sebagai berikut :

[

2 2

] [

2 2

]

) ( ) ( ) ( ) ( ) (

− − − = Y Y N X X N Y X XY N rxy Keterangan :

N = Jumlah peserta tes X = Skor item

Y = Skor total

Rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y

Selanjutnya interpretasi koefisien validitas yang diperoleh menggunakan klasifikasi koefisien validitas menurut Guilford ( Suherman dan Sukjaya, 1990: 147). Untuk mengetahui apakah setiap butir dalam instrumen itu valid atau tidak, dapat diketahui dengan cara mengkorelasikan antara skor butir (X) dengan skor total (Y), dengan kritria:

1. Bila Rhitung

Rkritis, maka butir instrumen valid. 2. Bila Rhitung < Rkritis, maka butir instrumen tidak valid. (Sugiono, 2009)

Dari hasil perhitungan uji validitas instrumen penalaran moral , item soal dikatakan valid jika nilai Sig.(2-tailed) kurang dari 0.05, berdasarkan hasil di atas dari item soal sebanyak 30 item dinyatakan valid 25 item dan 5 item dinyatakan tidak valid.. Untuk item soal yang dinyatakan tidak valid maka item tersebut tidak digunakan pada penelitian.( data terlampir)


(30)

70 Dari hasil perhitungan uji validitas instrumen tindakan moral , item soal dikatakan valid jika nilai Sig.(2-tailed) kurang dari 0.05, berdasarkan hasil perhitungan dari 17 item dinyatakan valid sebanyak 15 item dan 2 item dinyatakan tidak valid. Untuk item soal yang dinyatakan tidak valid maka item tersebut tidak digunakan pada penelitian. ( data terlampir)

Dari penghitungan uji validitas instrumen perasaan moral dari 17 item ternyata semua item instrumen perasaan moral adalah valid, tetapi dalam penelitian ini yang akan digunakan untuk penelitian sebanyak 15 item soal sedangkan yang dua item tidak dipakai karena dari indikator yang sama.(data terlampir)

4. Reliabilitas

“Reliabilitas tes adalah ketepatan (konsisten, ajeg) alat tersebut dalam mengukur apa yang diukurnya. Suatu alat evaluasi (tes) disebut reliable jika hasil evaluasi tersebut relatif tetap jika digunakan untuk subyek yang sama” (Suherman dan Sukjaya, 1990 : 167) .

Metode untuk mengukur reliabilitas adalah metode tes tunggal (single tes) seperti dijelaskan Suherman & Sukjaya (1990: 179), “ analisis data pendekatan/metode tes tunggal dapat dibagi ke dalam dua macam teknik, yaitu teknik belah dua (Split half technique), dan teknik non belah dua (non split-half techtique)”. Untuk mendekati tingkat kecermatan yang ideal maka dalam penelitian ini menggunakan metode non belah dua (non split-half technique) dengan rumus k-R 20


(31)

71               −

=

2

2 11 1 S pq S k k

r ( Arikunto, 1992 ;96)

Keterangan :

N = Banyak butir soal

rii = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = Proporsi subjek yang menjaawab item dengan benar q = Proporsi subyek yang menjawab item salah ( 1- p) pq = Jumlah perkalian dari p dan q

St2 = Varian skor total

Interpretasi indeks derajat reliabilitas suatu tes, menurut Gillford dan Winarno (Ruseffendi, 1994:144) adalah sebagai berikut:

0,000 ≤ r11 ≤ 0,200 : derajat reliabilitas tes kecil 0,200 < r11 ≤ 0,400 : derajat reliabilitas tes rendah 0,400 < r11 ≤ 0,700 : derajat reliabilitas tes sedang 0,700 < r11 ≤ 0,900 : derajat reliabilitas tes tinggi

0,900 < r11 ≤ 1,000 : derajat reliabilitas tes sangat tinggi

Setelah data hasil ujicoba dianalisis, maka akan diperoleh koefisien reliabilitas tes. Tingginya koefisien reabilitas (mendekati angka 1) menunjukkan soal tes yang diujicobakan realibel untuk digunakan sebagai instrumen pengumpul data penelitian. Derajat reliabilitas yang tinggi menunjukkan perangkat tes tersebut dapat dipercaya dan layak untuk dijadikan sebagai alat ukur.

Dari hasil output SPSS diperoleh hasil uji reliabilitas dengan memperhatikan nilai Cronbach's Alpha untuk variabel penalaran mora dapat disimpulkan instrumen penalaran moral adalah reliabel dengan derajat sangat tinggi. Untuk instrumen variabel tindakan moral, hasil perhitungan reliabilitas


(32)

72 dengan menggunakan SPSS ( Hasil terlampir). Sementara dengan memperhatikan nilai Cronbach's Alpha, dapat disimpulkan instrumen tindakan moral adalah reliabel dengan derajat sangat tinggi, sedangkan untuk instrumen variabel perasaan moral, hasil perhitungan reliabilitas derajat sangat tinggi dengan menggunakan SPSS ( terlampir).

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara dan teknik . Untuk pemilihan cara dan teknik pengumpulan data ini disesuaikan dengan data yang diperlukan dalam penelitian. Dengan demikian penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Pengamatan (Observasi)

Mengingat penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, jumlah responden sedikit serta sumber data adalah anak-anak usia dini usia 5-6 tahun. Seperti yang diungkapkan Sugiyono, 2010:145) mengemukakan bahwa “ Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu bersar”

“Pengamatan (Observasi) adalah suatu teknik yang dapat dilakukan guru untuk mendapatkan berbagai informasi atau data tentang perkembangan dan permasalahan anak. Melalui pengamatan, guru dapat mengetahui perubahan yang terjadi pada anak dalam satu waktu tertentu”. (Uyu W dan M. Agustin, 2010: 39). Pedoman observasi yang digunakan peneliti berbentuk daftar cek (ceklist) yang bersifat terstruktur, dengan pengisiannya cukup dilakukan dengan cara memberi


(33)

73 tanda cek ( ) pada pernyataan yang menunjukkan perilaku yang ditampakkan anak pada saat diobservasi.

Penelitian ini menggunakan Skala Gutman, dengan tujuan ingin mendapat jawaban yang jelas tentang perilaku anak ketika diobservasi. Skala Guttman sebagai skala pengukuran dalam penelitian ini, dengan perhitungan sebagai berikut ;

a) 2 = Melakukan tindakan positif b) 1 = Melakukan tindakan negatif

Dalam pelaksanaan observasi untuk pengumpulan data peran peneliti sebagai non participant observation, yang artinya peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independent. Sedangkan bentuk observasi yang digunakan adalah observasi tersruktur. “Observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang variable apa yang akan diamati.’( Sugiyono, 2010;146). 2. Wawancara

Untuk melengkapi data penelitian, maka diperlukan teknik pengumpul data yang lain selain dengan pengamatan, mengingat data yang diperlukan adalah data tentang kemampuan penalaran serta perasaan moral anak. Dengan demikian diperlukan wawancara langsung dengan anak.

“Wawancara adalah suatu teknik pengumpul data yang dapat dilakukan guru untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan dan permasalahan anak dengan cara melakukan percakapan langsung baik dengan anak maupun orang tua” ( wahyu &Agustin , 2010).

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan bentuk wawancara terstruktur, yaitu dengan menggunakan daftar pertanyaan


(34)

74 tertulis (kuesioner) dan jawabannya sudah disediakan dalam bentuk skala. Peneliti membacakan pernyataan yang ada dalam pedoman dan menanyakan kepada anak tentang jawabannya sesuai dengan pernyataan dalam skala yang telah disiapkan. Jawaban cukup dilakukan dengan cara memberikan tanda cek ( ) pada kolom yang sesuai dengan jawaban responden. Jika jawaban anak tidak jelas maka peneliti melakukan probing, yaitu mengulang pertanyaan atau jawaban anak, tidak memberikan tanggapan terhadap jawab anak, memberikan perhatian khusus terhadap jawab anak dengan cara membenarkan atau menyela jawaba dan memberikan komentar netral. Skala yang digunakan untuk wawancara penalaran moral anak menggunakan skala Guttman dengan pilihan jawabann ya atu tidak, dengan skala nilai :

a) 2 = Jawaban positif b) 1 = Jawaban negative

Untuk skala penilaian wawancara perasaan menggunakan Rating Scale, karena data yang diperoleh adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan dengan skala penilaian sebagai berikut :

a) 3 = Bila jawaban positif b) 2 = Bila jawaban diberi pilihan c) 1 = bila jawaban negative

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Untuk menganalisis data yang berkaitan dengan hasil pretest, posttest, dan indeks gain dari kemampuan penalaran moral, tindakan moral dan perasaan moral


(35)

75 anak, yaitu dengan cara menguji normalitas, menguji homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata.

1. Tes Awal dan Tes Akhir

Tes awal penting dilakukan untuk penelitian bentuk kuantitatif sebagai bahan perbandingan agar dapat melihat hasil penelitian apakah terdapat perubahan, peningkatan dan apakah Ho dan H1 apakah diterima atau ditolak, dengan cara membandingkan dengan hasil pos tes.

TABEL 3.3

DESCRIPTIF STATISTIC Pre Tes

Penalaran Moral Eksperimen Kontrol

N Valid 12 12

Missing 12 12

Mean 23.6667 23.5000

Std. Deviation 1.43548 1.56670

Minimum 22.00 21.00

Maximum 26.00 26.00

Tindakan Moral

N Valid 12 12

Missing 12 12

Mean 43.2500 42.0000

Std. Deviation 3.46738 3.69274

Minimum 38.00 37.00

Maximum 49.00 49.00

Perasaan Moral

N Valid 12 12

Missing 12 12

Mean 32.5000 31.7500

Std. Deviation 2.15322 1.81534

Minimum 29.00 29.00

Maximum 36.00 35.00

TABEL 3.4

DESCRIPTIVE STATISTIC Post Tes

Penalaran Moral Eksperimen Kontrol

N Valid 12 12


(36)

Mean 27.4167 25.5000

Std. Deviation 1.50504 1.44600

Minimum 25.00 23.00

Maximum 30.00 28.00

Tindakan Moral

N Valid 12 12

Missing 12 12

Mean 46.5000 43.3333

Std. Deviation 2.35488 3.60135

Minimum 42.00 39.00

Maximum 50.00 49.00

Perasaan Moral

N Valid 12 12

Missing 12 12

Mean 36.2500 33.3333

Std. Deviation 1.42223 2.01509

Minimum 34.00 30.00

Maximum 39.00 37.00

2. Uji Normalitas

Untuk melihat data berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas. Hal ini harus diketahui untuk menentukan rumus dalam pengujian hipotesis.

Langkah-langkah uji normalitas tes awal adalah sebagai berikut: a. Menyekor hasil observasi dan wawancara

b. Menyusun daftar distribusi frekwensi c. Menghitung rata-rata (X) dengan rumus

Kedua sampel dikatakan normal jika signifikansinya > 0,05 Jika sudah dipastikan kedua sampel berdistribusi normal, langkah selanjutnya

adalah melakukan uji homogenitas variansi. Apabila salah satu kelas atau keduanya tidak normal, dilakukan uji statistik non-parametrik.


(37)

77 TABEL 3.5

UJI NORMALITAS

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

pre_penalaran_eksperimen

.179 12 .200(*) .895 12 .139 pre_penalaran_kontrol .164 12 .200(*) .940 12 .498 pre_tindakan_eksperimen .169 12 .200(*) .955 12 .707 pre_tindakan_kontrol .125 12 .200(*) .956 12 .722

Pre -perasaan eksperimen .158 12 .200(*) .947 12 .592 Pre-perasaan kontrol .195 12 .200(*) .939 12 .487

TABEL 3.6 UJI NORMALITAS

Data

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. pos_tindakan_eksperimen .160 12 .200(*) .955 12 .716 pos_tindakan_kontrol .135 12 .200(*) .969 12 .897 pos_tindakan_eksperimen .167 12 .200(*) .957 12 .746 pos_tindakan_kontrol .144 12 .200(*) .918 12 .272 pos_perasaan_eksperimen .153 12 .200(*) .957 12 .738 pos_perasaan_kontrol .232 12 .073 .927 12 .350

3. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kelompok sampel mempunyai varian yang homogen, atau tidak.

Langkah-langkah uji homogenitas dua varian tes awal sebagai berikut ; a. Menentukan nila F, dengan rumus :

F= Varian besar

Varian Kecil

( Sujana, 1992:250)

b. Menentukan derajat kebebasan (db).

db1 = n1 – 1

db2 = n2 -2


(38)

78 d. Menentukan homogenitas kedua variasi

Jika F hitung kecil dari F table (Fhitung Ftabel), maka kedua variansi itu homogen. TABEL 3.7

TEST OF HOMOGENEITY OF VARIANCES

Sub Variabel Moral Levene Statistic df1 df2 Sig.

Pre-Penalaran Moral .306 1 22 .586

Pre-Tindakan Moral 0,27 1 22 870

Pre-Perasaan Moral 277 1 22 .604

TABEL 3.8

TEST OF HOMOGENEITY OF VARIANCES Sub Variabel Moral

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Pos-Penalaran Moral .071 1 22 .792

Pos-Tindakan Moral 3,061 1 22 .071

Pos-Perasaan Moral .1.516 1 22 .231

4. Uji Kesamaan Rata-rata

Uji kesamaan rata-rata dilakukan untuk melihat ada tidaknya perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Cara melakukan uji homogenitas variansi yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan SPSS versi 15

Pada output terdapat dua hasil uji kesamaan dua rata-rata. Hasil pertama merupakan hasil uji kesamaan dua rata-rata dengan asumsi variansi kedua kelas homogen, dan hasil kedua merupakan hasil uji kesamaan dua rata-rata dengan

asumsi variansi kedua kelas tidak homogen (Uji-t'). Pilih hasil uji-t sesuai dengan hasil uji homogenitas variansi. Ada tidaknya perbedaan dilihat dari nilai


(39)

79

signifikansinya. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka tidak terdapat perbedaan, selain itu berarti terdapat perbedaan.

TABEL 3.9

HASIL UJI KESAMAAN RATA-RATA

Data

t-test for Equality of Means

t df

Sig. (2-tailed) Penalaran

Moral

Pretes Equal variances assumed .272 22 .788 Equal variances not

assumed .272 21.834 .788

Tindakan Moral

Pretes Equal variances assumed .855 22 .402

Equal variances not

assumed .855 21.913 .402

Perasaan Moral

Pretes Equal variances assumed .922 22 .266

Equal variances not assumed

.922 21.389 .267

TABEL 3.10

HASIL UJI KESAMAAN RATA-RATA

Data

t-test for Equality of Means t df Sig. (2-tailed) Pos-tes

Penalaran Moral

N-GAIN Equal variances

assumed 3.181 22 .004

Equal variances not

assumed 3.181 21.965 .004

Post-tes Tindakan

N-GAIN Equal variances


(40)

Moral Equal variances not

assumed 2.549 18.953 .020

Post-tes Perasaan

Moral

N-GAIN Equal variances assumed

1.986 22 .000

Equal variances not assumed

1.986 19.780 .001

5. Perhitungan Statistik Kemampuan Siswa

Untuk menghitung skala rata-rata tes akhir pada kelompok kontrol dengan nol (uji hipotesis), peneliti menggunakan statistik dengan rumus uji- t berikut ini.

(Sujana, “ 1992: 239)

Keterangan : X1 = Rata-rata sko

X2 = Rta-rata skor tes akhir kelas kontrol n1-= Jumlah sample kelas eksperimen n2 = Jumlah sample kelas kontrol Dengan rumus ;

S2 =

Keterangan:

S = Variansi data kelompok kelas eksperimen S = Varianasi dat kelas kontrol

Bila harga t hitung lebih kecil dari harga t table (thitung ttabel), berarti hipotesis nol (H0) diterima dan hipotesis kerja (H1) d itolak, atau tidak ada perbedaan antara hasil belajar dengan menggunakan metode storytelling dan hasil belajar dengan konvensional. Akan tetapi bila t hitung lebih besar dari harga t table (thitung >ttabel), berarti hipogtesis nol (H0) ditolak. Dan hipotesis kerja (H1) diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan, atau ada pengaruh penerapan


(41)

81 metode storytelling terhadap pembentukkan moralitas anak. Tingkat signifikansi yang digunakan adalah 5 % (α=0,05).

I. Prosedur dan Tahap-tahap Penelitian Langkah I: Memilih Masalah

Berbagai masalah terjadi di lapangan yang perlu dicarikan pemecahannya agar permasalahan tersebut tidak berlarut-larut. Dalam penelitian ini masalah yang dipilih adalah masalah moral, terjadinya degradasi moral, anak-anak kurang memiliki sikap perilaku moral yang baik, kurang sopan santun, senang beperilaku curang, kurangnya perasaan (hati nurani) pada orang lain dan sebagainya. Kedua permasalahan tersebut, harus segera dicarikan solusinya, agar terwujud generasi yang berkualitas di masa yang akan datang.

Langkah 2 :Studi Pendahuluan

Setelah peneliti memilih masalah yang akan diteliti, sebelum mengadakan penelitian yang sesungguhnya, peneliti mengadakan studi pendahuluan, yaitu menjajagi kemungkinan diteruskannya pekerjaan meneliti, yang bermaksud untuk mencari informasi yang diperlukan agar masalahnya menjadi lebih jelas kedudukannya.

Langkah 3: Merumuskan Masalah

Setelah memperoleh informasi dari studi pendahuluan, masalah yang diteliti semakin jelas. Agar penelitian dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka peneliti harus merumuskan masalah sehingga jelas dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya.


(42)

82 Langkah 4; Merumuskan Anggapan Dasar

Anggapan dasar merupakan titik tolak yang dijadikan pijakan penelitian, yang diyakini kebenarannya oleh peneliti. Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah berbicara merupakan aktifitas yang harus dimiliki aka karena bagian penting dalam berkomunikasi dengan orang lain di samping itu moral perlu ditanamkan sejak usia dini karena akan menjaga anak di masa yang akan datang dari pengaruh buruk.

Langkah 4a: Hipotesis

Langkah selanjutnya peneliti merumuskan hipotesis untuk mengarahkan pandangan ke sana, yang sifatnya kebenaran sementara, yang perlu diuji kebenarannya.

Untuk mengetahui tingkat pengaruh pembelajaran Penggunaan media wayang dalam pembelajaran (Storytelling) terhadap pembentukan moralitas anak usia dini , maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan peningkatan antara anak yang menggunakan metode storytelling dengan media wayang dengan anak yang belajarnya menggunakan media pembelajaran konvensional.

2. Tidak terdapat perbedaan peningkatan dalam moralitas antara anak yang menggunakan metode storytelling dengan media wayang dengan anak yang belajarnya menggunakan media pembelajaran konvensional.

Langkah 5 Memilih Pendekatan

Setelah dirumuskan masalah , anggapan dasar dan hipotesis penelitian, selanjutnya peneliti menentukan metode atau cara mengadakan penelitian. Metode


(43)

83 yang dipilih adalah Eksperimen dengan bentuk quasi eksperimen, dengan pendekatan kuantitattif.

Langkah 6: Menentukan variable dan Sumber Data

Langkah ke enam adalah pertama, menentukan variable yang akan diteliti, yang artinya menjawab “apa yang akan diteliti?’. Kedua, menentukan dari mana data untuk variable yang akan diperoleh. Dengan demikian dalam penelitian ini variable yang akan diteliti adalah Keterampilan berbicara anak dan perilaku moral anak usia dini. Sedangkan sumber data diperoleh dari anak didik TK Negeri Pembina Kecamatan Paseh Kelompok B.

Langkah 7: Melatih Guru Menggunakan Metode Story Telling dengan media Wayang

Sebelum penelitian dilakukan, agar data yang diperoleh betul-betul akurat, maka guru perlu dilatih terlebih dahulu menggunakan metode story telling dengan media boneka, karena saat sekarang guru jarang menggunakan metode bercerita dengan media wayang.

Langkah 8: Menyusun Skenario Pembelajaran

Penyusunan skenario pembelajaran merupakan suatu hal yang penting dan harus dilakukan, agar pembelajaran terarah untuk mencapai tujuan yang diharapkan serta dapat mengumpulkan data penelitian yang diharapkan .

Langkah 9; Menentukan dan Menyusun Instrumen Penelitian

Setelah ditentukan kepastian variable yang akan diteliti serta sumber data yang akan diperoleh, maka peneliti menentukan dengan apa data akan dikumpulkan. Dalam penelitian ini ditentukan melalui observasidan wawancara, mengingat yang akan diteliti tentang tingkahlaku, penalaran dan perasaan moral


(44)

84 anak didik yang diperoleh dari anak didik TK. Selanjutnya disusun instrumen penelitiannya.

Langkah 10; Menjugement Instrumen

Untuk menguji validitas instrument, instrument yang sudah disusun dikonsultasikan dengan dua orang ahli (judgement experts), Para ahli diminta pendapatnya tentang instrument yang telah disusun, apakah perlu perbaikan atau tidak.

Langkah 11: Uji Coba Instrumen

Instrumen yang telah dijugement, selanjutnya diujicobakan dengan test-retest beberapa kali kepada responden yang maksudnya untuk menguji reliabilitas instrument , Jika koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrument tersebut sudah dinyatakan reliable.

Langkah 12: Pengumpulan Data 1

Pengumpulan data dimulai dengan melakukan pretest dengan instrument yang sudah dinyatakan valid dan reliable untuk kedua kelompok yaitu kelompok treatment dan kelompok kontrol.

Langkah 13 : Memberi Perlakuan (Treatment)

Setelah dilakukan pretest, kelompok treatmen diberikan perlakukan berupa pelaksanaan metode story telling dengan media wayang sampai 10 kali pertemuan , sementara kelompok kontrol menggunakan metode bercakap-cakap. Selanjutnya ditukar kelompok treatment menjadi kelompok kontrol, sebaliknya kelompok kontrol menjadi kelompok treatment. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan apakah pengaruhnya berlaku dengan untuk seluruh responden.


(45)

85 Langkah 14: Pengumpulan Data 2

Setelah diberi perlakuan, maka selanjutnya data dikumpulkan kembali melalui post test untuk kedua kelompok tersebut. Hasil dari pretes dan postes tentu perlu dianalisis pada tahap selanjutnya.

Langkah 15; Analisis Data

Menganalisis data membutuhkan ketekunan dan pengertian terhadap jenis data. Jenis data akan menuntut teknik analisis data. Dalam penelitian ini peneliti analisis data akan menggunakan teknik .Statistik Parametrik atau Non Para metric ika sampel tidak normal.

Langkah 16; Menarik Kesimpulan

Menarik kesimpulan merupakan langkah akhir dalam kegiatan penelitian, Peneliti mengambil konklusi dari hasil pengolahan data, dicocokan dengan hipotesis yang telah dirumuskan, apah hipotesisnya diterima ataukah ditolak. Kesimpulan ini sebagai jawaban dari rumusan masalah yang telah ditetapkan di awal penelitian.

Langkah 17: Menyusun Laporan

Setelah kegiatan penelitian selesai dilakukan, sebagai pertanggungjawaban, maka harus dibuat laporan penelitian. Kegiatan penelitian menuntut agar hasil serta prosedurnya diketahui orang lain, sehingga dapat mengecek kebenaran pekerjaan penelitian tersebut.


(46)

86 Prosedur dan langkah-langkah penelitian digambarkan dengan lengkap pada bagan di bawah ini.

BAGAN. 3.1.

PROSEDUR KERJA PENELITIAN QUASI EKSPERIMEN

Melatih Guru Bercerita dengan menggunakan wayang Penyusunan Perangkat Pembelajaran danInstrumen

Uji Coba Instrumen

Pelaksanaan Eksperimen Pretes

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Metode Storytelling Dengan media wayang

Pembelajaran Konvensional Dengan Metode

Storyreading

Observasi Pelaksanaan Post Test Observasi

Analisis Data

Penulisan Laporan Perumusan Masalah Studi Pendahuluan


(47)

87

J. Agenda Kegiatan Penelitian

Penelitian ini direncanakan dilaksanakan selama delapan bulan pada tahun pelajaran 2010/2011 dengan jadwal sebagaimana tercantum dalam tabel di bawah ini.

No Kegiatan Tahun

2010/2011 Nop Des Jan Peb Mar Apr Mei Jun 1. Tahap Pertama: Penyusunan Usulan Penelitian

a. Menyusun Usulan Penelitian

b. Sidang Usulan Penelitian

c. Perbaikan Usulan Penelitian

2. Tahap Kedua: Penulisan Tesis a. Penyusunan

Kuesioner b. Menyebarkan

Kuesioner c. Analisis dan

Pengolahan Data d. Penulisan

Laporan Tesis e. Bimbingan

Tesis

3. Tahap Ketiga: Sidang Tesis a. Bimbingan


(48)

b. Perbaikan Tesis c. Sidang Tesis

BAGAN 3.2

JADWAL PENELITIAN


(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Penerapan metode storytelling dengan menggunakan media wayang untuk membentuk moralitas anak di Taman Kanak-kanak Hati Mekar, merupakan metode yang belum pernah dilakukan. Langkah-langkah yang dilakukan guru dimulai dengan tahap persiapan yaitu menyusun rencana pembelajaran,menyusun skenario cerita dan memahaminya , penyediaan media yang diperlukan. Kegiatan bercerita dimulai dengan appersepsi dan motivasi . Pada kegiatan inti guru melakukan bercerita dengan wayang dan terakhir ditutup dengan tanya jawab menilai perilaku tokoh cerita serta menyampaikan pesan-pesan cerita.

Setelah dilakukan sepuluh kali perlakuan pada kelas eksperimen ternyata, ada perubahan sikap moral anak ke arah yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang pembelajarannya secara konvensional. Hal ini dapat dilihat dari. Hasil pengolahan data di atas perbandingan antara hasil pretes dan pos tes, artinya terdapat perbedaan moralitas anak yang yang meliputi: kemampuan penalaran moral , perilaku moral , dan perasaan moral anak antara hasil pembelajaran dengan menggunakan metode storytelling dengan media wayang di kelas eksperimen dengan hasil pembelajaran konvensional di kelas kontrol.,maka dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima, artinya bahwa terdapat perbedaan moralitas anak antara anak yang belajarnya menggunakan metode storytelling dengan anak yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan demikian


(50)

123 dapat disimpulkan bahwa metode storytelling dengan menggunakan media wayang efektif untuk membentuk moralitas anak usia dini.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, dalam rangka pembentukkan moralitas anak usia dini, maka direkomendasikan hal-hal sebagai berikut :

1. Metode Storytelling dapat dijadikan salah satu alternative pembelajaran untuk menanamkan moralitas anak di Taman Kanak-kanak Hati Mekar Sumedang khususnya dan TK-TK lain umumnya.

2. Metode Storytelling dapat dijadikan alternative pembelajaran bagi siapa saja membutuhkan dalam membantu menanamkan moral pada anak usia dini baik bagi orang tua, guru atau para pemerhati dunia pendidikan anak.

3. Metode Storytelling dengan media wayang dapat dijadikan sebuah isu pembelajaran dan bahan masukkan bagi yayasan Bakti Ibu yang dalam hal ini adalah pengelola TK Hati Mekar Sumedang, dalam merencanakan, melaksanakan, menempatkan dan melakukan pengawasan serta mengevaluasi penanaman moralitas pada anak didik sesuai dengan kurikulum TK.

4. Penerapan metode storytelling sebagai sebuah konsep pembelajaran di kelas dapat dijadikan sebagai sebuah masukkan bagi Pimpinan TK Hati Mekar Sumedang untuk dijadikan pertimbangan kontekstual dan konseptual operasional dalam mengembangkan moral anak didik di masa yang akan datang.

5. Penerapan metode Storytelling dengan media wayang dapat dijadikan bahan acuan bagi peneliti sebagai temuan awal untuk melakukan penelitian lanjut


(51)

124 mengenai penanaman moral anak usia dini di lembaga atau institusi pendidikan lainnya.


(52)

125 DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. (2003), Filsafat Pendidikan Islam (Edisi Revisi), Jakarta, PT. Bumi Aksara

Bachri, S. Bachtiar, (2005), Pengembangan bercerita di Taman Kanak-kanak, Teknik dan Prosedurnya, Jakarta Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat PPTK dan Ketenagaan Perguruan Tinggi

Budiningsih Asri. (2004) , Pembelajaran Moral Berpijak Pada Karakteristik Siswa dan Budayanya, Jakarta, Rineka Cipta

Caria La Tania,(4 Januari 2011), Light & Shadow: A Javanese Puppet Show, http://www .womenspost.ca/articles/destinations/light-shadow-javanese-puppet-shows

Depeartemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1996), Metodik Khusus Pengembangan Kemampuan Berbahasa di Taman Kanak-kanak, Jakarta, Depdikbud

Desmita, (2005). Psikologi Perkembangan, Bandung, PT Rosda Karya

Fridarni Lara dkk. (2008), Evaluasi Perkembangan Anak Usia Dini, Jakarta, Universitas Terbuka

Furqon . (2009), Statistika Terapan Untuk Penelitian, Bandung, Alfabeta

Gunarti Winda, dkk. (2008), Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini, Jakarta, Universitas Terbuka

Hamalik Oemar. (1986), Media Pendidikan, Bandung, Alumni

Hasan, Aliah P. (2008) Psikologi Perkembangan Islami, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada

Himpunan Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang SISDIKNAS ( Sistem Pendidikan Nasional )Edisi Revisi 2003 , Bandung, Fokus Media Hogg, T. & Blau, M. 2004. Mendidik dan Mengasuh Balita Anda. Jakarta,

Gramedia Pustaka Utama.

Hurlock,E Alih Bahasa Tjandrasa, MM. (1986), Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang (Kehidupan edisi 6), Penerjemah Isti Widayanti. Jakarta, Erlangga


(53)

126 Ibung Dian. (2008), Mengembangkan Nilai Moral Pada Anak, Jakarta, Elex

Media Komputindo Kelompok Gramedia

Kementrian Pendidikan Nasional. (2010), Kurikulum Taman Kanak-kanak, Pedoman Pengembangan Pembelajaran di TK, KEPMENDIKNAS DIRJEN MANAJEMEN DIKDASMEN DIREKTORAT PEMBINAAN TK SD Latif Abdul, M. ( Tanpa Tahun), The Power Of Story Telling, Depok, Luxima

Metro Media

Megawangi R.(2004), Pendidikan Karakter, Jakarta, Star Energi (Kakap) Ltd. Moeslichatoen. (2004), Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, Jakarta, PT.

Andi Mahasatya

Musfiroh, T. (2008), Cerita Untuk Anak Usia Dini, Yoyakarta, Tiara Wacana Muslihuddin & Agustian Mubiar. (2008), Mengenali dan Mengembangkan

Kecerdasan Jamak Anak TK/RA , Bandung ,Rizki Press

Mustakim Nur Muh. (2005), Peranan cerita dalam Pembentukan Perkembangan Anak, Jakarta, Depdiknas Dikti Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi

Rebudin. (2009 ), Kontribusi Pola Komunikasi Orang Tua dan Bimbingan Guru terhadap Perilaku Keagamaan Anak Usia Dini, Tesis, Magister pada SPs UPI Bandung, tidak diterbitkan

Ridwan. (2009), Metoda dan Teknik Menusun Tesis, Bandung Alfabeta

Sa’ud Syaefudin , U. (2007), Metodologi Penelitian Pendidikan Dasar, Bandung, Program Megister Pendidikan Dasar SPs UPI

Sanjaya, W. ( 2009), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta, Kencana prenada Media Group

Santrock, W John, Ahli Bahasa Kuswanti A & Rahmawati M. (2007), Perkembangan Anak Jilid 2(Edisi 11), Jakarta, Gelora Aksara Pratama Semiawan, R,Conny. (2008), Penerapan Pembelajaran Pada Anak, Jakarta, PT

Indeks

Shochib, M. (2000), Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri, Jakarta, PT Rineka Cipta


(54)

127 Sobarna, A .(2010), Efetivitas metode Stotry Telling Bermedia Boneka Untuk PengembanganKemampuanBerkomunikasi(Jurnal), Http:/ippm unisba ac,id/ e. journal/index, php/mimbar/article/view/68/30, Mimbar, Vol XXVI, No 1 (Januari-Juni 2010) 71-80

Sugiyono. (2010), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta

Sugiyono. (2010), Statistik Untuk Penelitian, Bandung, Alfabeta

Suhartono. (2005), Pengembangan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini, Jakarta ,Depdiknas Dikti Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi

Sujana Nana, Rivai Ahmad. (2007), Media Pengajaran, Bandung, Sinar Baru Algesindo

Sujana. (1996), Metoda Statistika, Jakarta, Tarsito

Suryono, B. Bambang, (2010), Piawai Mendongeng, Jojakarta

Ulfah Meutia,(2004), Efektivitas Pembelajaran Dengan Media Panggung Boneka dan Komik Transparansi Dalam Membentuk Sikap Moral Siswa Sekolah Dasar,Journal Pendidikan Dasar, Vol 5, No 1, 2004, 11-12

Usman Tutun , A. ( 2010), Penerapan Metode Bercerita dengan Media Gambar dalam Pengembangan Kosa Kata dan kterampilan Menyimak Ana Usia Dini, Tesis, Magister pada SPs UPI Bandung, tidak diterbitkan

Wahyu, U dan Agustin, M. (2010), Penilaian Perkembanagn Anak Usia Dini, Bandung, CV. Falah Production

Wantah,,J, Maria ,(2005), Pengembangan Disiplin dan Pembentukan Moral, Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Dikti Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Pergurun Tinggi.

Wijana, D, Widarmi dkk .(2008), Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta, Universitas Terbuka

Wright Andrew. (2005), Storytelling With Children, Oxpord, University Press Yusuf Syamsu. (2000), Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Penerapan metode storytelling dengan menggunakan media wayang untuk membentuk moralitas anak di Taman Kanak-kanak Hati Mekar, merupakan metode yang belum pernah dilakukan. Langkah-langkah yang dilakukan guru dimulai dengan tahap persiapan yaitu menyusun rencana pembelajaran,menyusun skenario cerita dan memahaminya , penyediaan media yang diperlukan. Kegiatan bercerita dimulai dengan appersepsi dan motivasi . Pada kegiatan inti guru melakukan bercerita dengan wayang dan terakhir ditutup dengan tanya jawab menilai perilaku tokoh cerita serta menyampaikan pesan-pesan cerita.

Setelah dilakukan sepuluh kali perlakuan pada kelas eksperimen ternyata, ada perubahan sikap moral anak ke arah yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang pembelajarannya secara konvensional. Hal ini dapat dilihat dari. Hasil pengolahan data di atas perbandingan antara hasil pretes dan pos tes, artinya terdapat perbedaan moralitas anak yang yang meliputi: kemampuan penalaran moral , perilaku moral , dan perasaan moral anak antara hasil pembelajaran dengan menggunakan metode storytelling dengan media wayang di kelas eksperimen dengan hasil pembelajaran konvensional di kelas kontrol.,maka dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima, artinya bahwa terdapat perbedaan moralitas anak antara anak yang belajarnya menggunakan metode storytelling dengan anak yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan demikian


(2)

123 dapat disimpulkan bahwa metode storytelling dengan menggunakan media wayang efektif untuk membentuk moralitas anak usia dini.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, dalam rangka pembentukkan moralitas anak usia dini, maka direkomendasikan hal-hal sebagai berikut :

1. Metode Storytelling dapat dijadikan salah satu alternative pembelajaran untuk menanamkan moralitas anak di Taman Kanak-kanak Hati Mekar Sumedang khususnya dan TK-TK lain umumnya.

2. Metode Storytelling dapat dijadikan alternative pembelajaran bagi siapa saja membutuhkan dalam membantu menanamkan moral pada anak usia dini baik bagi orang tua, guru atau para pemerhati dunia pendidikan anak.

3. Metode Storytelling dengan media wayang dapat dijadikan sebuah isu pembelajaran dan bahan masukkan bagi yayasan Bakti Ibu yang dalam hal ini adalah pengelola TK Hati Mekar Sumedang, dalam merencanakan, melaksanakan, menempatkan dan melakukan pengawasan serta mengevaluasi penanaman moralitas pada anak didik sesuai dengan kurikulum TK.

4. Penerapan metode storytelling sebagai sebuah konsep pembelajaran di kelas dapat dijadikan sebagai sebuah masukkan bagi Pimpinan TK Hati Mekar Sumedang untuk dijadikan pertimbangan kontekstual dan konseptual operasional dalam mengembangkan moral anak didik di masa yang akan datang.

5. Penerapan metode Storytelling dengan media wayang dapat dijadikan bahan acuan bagi peneliti sebagai temuan awal untuk melakukan penelitian lanjut


(3)

124 mengenai penanaman moral anak usia dini di lembaga atau institusi pendidikan lainnya.


(4)

125 DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. (2003), Filsafat Pendidikan Islam (Edisi Revisi), Jakarta, PT. Bumi Aksara

Bachri, S. Bachtiar, (2005), Pengembangan bercerita di Taman Kanak-kanak, Teknik dan Prosedurnya, Jakarta Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat PPTK dan Ketenagaan Perguruan Tinggi

Budiningsih Asri. (2004) , Pembelajaran Moral Berpijak Pada Karakteristik Siswa dan Budayanya, Jakarta, Rineka Cipta

Caria La Tania,(4 Januari 2011), Light & Shadow: A Javanese Puppet Show, http://www .womenspost.ca/articles/destinations/light-shadow-javanese-puppet-shows

Depeartemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1996), Metodik Khusus Pengembangan Kemampuan Berbahasa di Taman Kanak-kanak, Jakarta, Depdikbud

Desmita, (2005). Psikologi Perkembangan, Bandung, PT Rosda Karya

Fridarni Lara dkk. (2008), Evaluasi Perkembangan Anak Usia Dini, Jakarta, Universitas Terbuka

Furqon . (2009), Statistika Terapan Untuk Penelitian, Bandung, Alfabeta

Gunarti Winda, dkk. (2008), Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini, Jakarta, Universitas Terbuka

Hamalik Oemar. (1986), Media Pendidikan, Bandung, Alumni

Hasan, Aliah P. (2008) Psikologi Perkembangan Islami, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada

Himpunan Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang SISDIKNAS ( Sistem Pendidikan Nasional )Edisi Revisi 2003 , Bandung, Fokus Media Hogg, T. & Blau, M. 2004. Mendidik dan Mengasuh Balita Anda. Jakarta,

Gramedia Pustaka Utama.

Hurlock,E Alih Bahasa Tjandrasa, MM. (1986), Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang (Kehidupan edisi 6), Penerjemah Isti Widayanti. Jakarta, Erlangga


(5)

126 Ibung Dian. (2008), Mengembangkan Nilai Moral Pada Anak, Jakarta, Elex

Media Komputindo Kelompok Gramedia

Kementrian Pendidikan Nasional. (2010), Kurikulum Taman Kanak-kanak, Pedoman Pengembangan Pembelajaran di TK, KEPMENDIKNAS DIRJEN MANAJEMEN DIKDASMEN DIREKTORAT PEMBINAAN TK SD Latif Abdul, M. ( Tanpa Tahun), The Power Of Story Telling, Depok, Luxima

Metro Media

Megawangi R.(2004), Pendidikan Karakter, Jakarta, Star Energi (Kakap) Ltd. Moeslichatoen. (2004), Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, Jakarta, PT.

Andi Mahasatya

Musfiroh, T. (2008), Cerita Untuk Anak Usia Dini, Yoyakarta, Tiara Wacana Muslihuddin & Agustian Mubiar. (2008), Mengenali dan Mengembangkan

Kecerdasan Jamak Anak TK/RA , Bandung ,Rizki Press

Mustakim Nur Muh. (2005), Peranan cerita dalam Pembentukan Perkembangan Anak, Jakarta, Depdiknas Dikti Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi

Rebudin. (2009 ), Kontribusi Pola Komunikasi Orang Tua dan Bimbingan Guru terhadap Perilaku Keagamaan Anak Usia Dini, Tesis, Magister pada SPs UPI Bandung, tidak diterbitkan

Ridwan. (2009), Metoda dan Teknik Menusun Tesis, Bandung Alfabeta

Sa’ud Syaefudin , U. (2007), Metodologi Penelitian Pendidikan Dasar, Bandung, Program Megister Pendidikan Dasar SPs UPI

Sanjaya, W. ( 2009), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta, Kencana prenada Media Group

Santrock, W John, Ahli Bahasa Kuswanti A & Rahmawati M. (2007), Perkembangan Anak Jilid 2(Edisi 11), Jakarta, Gelora Aksara Pratama Semiawan, R,Conny. (2008), Penerapan Pembelajaran Pada Anak, Jakarta, PT

Indeks

Shochib, M. (2000), Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri, Jakarta, PT Rineka Cipta


(6)

127 Sobarna, A .(2010), Efetivitas metode Stotry Telling Bermedia Boneka Untuk PengembanganKemampuanBerkomunikasi(Jurnal), Http:/ippm unisba ac,id/ e. journal/index, php/mimbar/article/view/68/30, Mimbar, Vol XXVI, No 1 (Januari-Juni 2010) 71-80

Sugiyono. (2010), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta

Sugiyono. (2010), Statistik Untuk Penelitian, Bandung, Alfabeta

Suhartono. (2005), Pengembangan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini, Jakarta ,Depdiknas Dikti Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi

Sujana Nana, Rivai Ahmad. (2007), Media Pengajaran, Bandung, Sinar Baru Algesindo

Sujana. (1996), Metoda Statistika, Jakarta, Tarsito

Suryono, B. Bambang, (2010), Piawai Mendongeng, Jojakarta

Ulfah Meutia,(2004), Efektivitas Pembelajaran Dengan Media Panggung Boneka dan Komik Transparansi Dalam Membentuk Sikap Moral Siswa Sekolah Dasar,Journal Pendidikan Dasar, Vol 5, No 1, 2004, 11-12

Usman Tutun , A. ( 2010), Penerapan Metode Bercerita dengan Media Gambar dalam Pengembangan Kosa Kata dan kterampilan Menyimak Ana Usia Dini, Tesis, Magister pada SPs UPI Bandung, tidak diterbitkan

Wahyu, U dan Agustin, M. (2010), Penilaian Perkembanagn Anak Usia Dini, Bandung, CV. Falah Production

Wantah,,J, Maria ,(2005), Pengembangan Disiplin dan Pembentukan Moral, Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Dikti Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Pergurun Tinggi.

Wijana, D, Widarmi dkk .(2008), Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta, Universitas Terbuka

Wright Andrew. (2005), Storytelling With Children, Oxpord, University Press Yusuf Syamsu. (2000), Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEDISIPLINAN ANAK MELALUI METODE BERCERITA DENGAN WAYANG KARDUS PADA ANAK KELOMPOK B Peningkatan Kedisiplinan Anak Melalui Metode Bercerita Dengan Wayang Kardus Pada Anak Kelompok B Di Taman Kanak-Kanak Kasih Bunda 02 Karangpelem, Kedawung,

0 1 15

PENINGKATAN KEDISIPLINAN ANAK MELALUI METODE BERCERITA DENGAN WAYANG KARDUS PADA ANAK KELOMPOK B Peningkatan Kedisiplinan Anak Melalui Metode Bercerita Dengan Wayang Kardus Pada Anak Kelompok B Di Taman Kanak-Kanak Kasih Bunda 02 Karangpelem, Kedawung,

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA POLA PENDIDIKAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN ANAK KELOMPOK B TAMAN KANAK-ANAK Hubungan Antara Pola Pendidikan Keluarga dengan Kemandirian Anak Kelompok B Taman Kanak-anak MTA Gemolong Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011.

0 0 16

PENDAHULUAN Upaya Peningkatan Motorik Halus Anak Melalui Metode Role Game Pada Anak Kelompok B Di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011.

0 0 6

MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK USIA TAMAN KANAK-KANAK MELALUI METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN.

0 1 41

PENGARUH METODE CANTOL ROUDHOH TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK DAN MEMBACA ANAK USIA DINI: Studi Eksperimen Kuasi di Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Kabupaten Majalengka Tahun Pelajaran 2010-2011.

11 52 38

DAMPAK PERMAINAN KARTU TOYYIBAH TERHADAP PENGUASAAN KOSA KATA DAN PERILAKU KEAGAMAAN ANAK USIA DINI: Studi Eksperimen Kuasi pada Kelompok B Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Sumedang.

0 1 48

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PAPAN FLANNEL TERHADAP KEMAMPUAN MENYIMAK DAN BERBICARA PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK : Studi Eksperimen Kuasi Pada Kelompok A Taman Kanak-kanak Juwita Bandung Tahun Pelajaran 2010/2011.

1 1 44

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BACA TULIS QUR’AN MELALUI METODE LIHAT BACA TULIS (LIBAT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS AL-QUR’AN ANAK USIA TAMAN KANAK-KANAK :Studi Eksperimen Kuasi Terhadap Anak Kelompok B di Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu B

2 5 32

MORALITAS ANAK TAMAN KANAK .

0 0 12