IMPLEMENTASI KEGIATAN EKSTRAKULIKULER KESENIAN TARI TOPENG CIREBON DALAM MENINGKATKAN RASA CINTA TANAH AIR SISWA SEKOLAH DASAR :Studi Deskriptif Pada Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon Di SD Negeri 3 Arjawinangun Kabupaten Cirebon.

(1)

Ani Yuliani, 2013

IMPLEMENTASI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KESENIAN

TARI TOPENG CIREBON DALAM MENINGKATKAN RASA CINTA

TANAH AIR SISWA SEKOLAH DASAR

(Studi Deskriptif Pada Ekstrakurikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon di SD Negeri 3 Arjawinangun Kabupaten Cirebon)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh Ani Yuliani

0906934

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Ani Yuliani, 2013

Implementasi Kegiatan Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon Dalam Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Siswa Sekolah Dasar (Studi Deskriptif Pada Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng

IMPLEMENTASI KEGIATAN

EKSTRAKURIKULER KESENIAN TARI

TOPENG CIREBON DALAM

MENINGKATKAN RASA CINTA

TANAH AIR SISWA SEKOLAH DASAR

Oleh Ani Yuliani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Ani Yuiani 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Ani Yuliani, 2013

ANI YULIANI

IMPLEMENTASI KEGIATAN EKTRAKURIKULER KESENIAN

TARI TOPENG CIREBON DALAM MENINGKATKAN RASA CINTA

TANAH AIR SISWA SEKOLAH DASAR

(Studi Deskriptif Pada Ekstrakurikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon di SD Negeri 3 Arjawinangun Kabupaten Cirebon)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. Hj. Kokom Komalasari, M.Pd NIP. 19721001 200112 2 001

Pembimbing II

Dra. Hj. Dartim Nan Sati NIP. 13051477600

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Syaifullah, S.Pd.,M.Si NIP. 19721112 199903 1 001


(4)

Ani Yuliani, 2013

Implementasi Kegiatan Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon Dalam Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Siswa Sekolah Dasar (Studi Deskriptif Pada Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng SKRIPSI INI TELAH DIUJI PADA TANGGAL 31 JANUARI 2013

PANITIA UJIAN SIDANG TERDIRI ATAS:

Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 002

Sekretaris :

Syaifullah, S.Pd., M.Si NIP. 19721112 199903 1 001

PENGUJI TERDIRI ATAS:

Penguji I :

Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si NIP. 19620316 198803 1 003

Penguji II :

Drs. Muhammad Halimi, M.Pd NIP. 19580605 198803 1 001

Penguji III :

Dr. Prayoga Bestari, M.Si NIP. 1975414 200501 1 001


(5)

Ani Yuliani, 2013

ABSTRAK

Ani Yuliani (0906934). Implementasi Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon dalam Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Siswa Sekolah Dasar.

Dampak negatif dari globalisasi mengakibatkan cara pandang dan minat generasi muda terhadap kesenian tradisional semakin luntur. Apabila hal ini tetap dibiarkan, maka generasi muda khususnya anak-anak akan menjadi asing terhadap budaya bangsanya dan akan sangat rentan terhadap pengaruh budaya luar yang bisa mengakibatkan lunturnya rasa cinta tanah air. Menanggapi permasalahan di atas, harus ada penanaman rasa cinta tanah air dimulai dari usia dini, salah satunya dengan mengenalkan kebudayaan daerah melalui kegiatan ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler kesenian tari topeng Cirebon merupakan salah satu bentuk aktivitas yang dapat membentuk siswa untuk kreatif dan mampu menjiwai nilai-nilai luhur budayanya serta dapat meningkatkan rasa cinta tanah air. Penelitian ini bertujuan untuk 1)mengetahui nilai-nilai budaya apa saja yang terkandung dalam kesenian tari topeng Cirebon 2) mengetahui proses pembelajaran nilai-nilai budaya kesenian tari topeng Cirebon dalam kegiatan ekstrakurikuler untuk meningkatkan rasa cinta tanah air siswa SD Negeri 3 Arjawinangun, 3) mengetahui bentuk-bentuk perilaku cinta tanah air siswa yang tercermin dari kegiatan ekstrakurikuler kesenian tari topeng Cirebon dalam kehidupan di lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Cinta tanah air dan bangsa merupakan nilai-nilai genius dari nasionalisme (Siagian, 2008: 679) yang salah satu indikatornya adalah setia kepada budaya bangsa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif dengan teknik pengumpulan data kualitatif yang meliputi observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi literatur. Penelitian ini dilakukan pada Dinas Kebudayaan, Pemuda, dan Olah Raga Kabupaten Cirebon, Kepala Sekolah, Pembina, Pelatih dan siswa-siswa yang ikut dalam ekstrakurikuler kesenian tari topeng Cirebon yang ada di SDN 3 Arjawinangun. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Nilai budaya yang terkandung dalam kesenian tari topeng Cirebon yaitu nilai agama, nilai estetik dan nilai sosial, 2) Proses pembelajaran dalam kegiatan ekstrakurikuler kesenian tari topeng Cirebon di SDN 3 Arjawinangun meliputi tujuan, bahan atau materi pembelajaran, metode, media, dan evaluasi. Kelima komponen pembelajaran tersebut dijadikan sebagai jembatan untuk mentransformasikan nilai-nilai budaya yang ada dalam kesenian tari topeng Cirebon kepada siswa, 3) Bentuk-bentuk perilaku cinta tanah air siswa yang tercermin dalam kehidupan di lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat yaitu dengan belajar sungguh-sungguh, menghormati guru dan kedua orang tua, berbuat baik terhadap sesama, mentaati peraturan yang berlaku di sekolah, serta menjaga lingkungan sekitar. Bangga sebagai bangsa Indonesia yang diwujudkan dengan mempelajari, mencintai, dan melestarikan budaya Indonesia dengan cara ikut aktif dalam esktrakurikuler kesenian tari topeng Cirebon serta menghargai jasa-jasa para pahlawan yang diwujudkan dengan ikut serta dalam upacara pengibaran bendera Merah Putih setiap hari Senin dan hari–hari besar Negara. Sehingga disarankan ekstrakurikuler kesenian tari topeng Cirebon ini dapat dikembangkan dalam kurikulum sekolah dengan menjadikannya muatan lokal sebagai upaya untuk meningkatkan rasa cinta tanah air.


(6)

Ani Yuliani, 2013

Implementasi Kegiatan Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon Dalam Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Siswa Sekolah Dasar (Studi Deskriptif Pada Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng

ABSTRACT

Ani Yuliani (0906934). Implementation Activities Art extracurricular Cirebon mask dance to Enhance Sense of Love Motherland Elementary School Students.

The negative impact of globalization resulted in the perspective and interests of the younger generation against the traditional arts fade. If this is allowed, then the younger generation in particular children would be foreign to the culture of his people and will be very susceptible to external cultural influences that could lead to the erosion of a sense of patriotism. In response to the above problems, there must be a sense of patriotism planting starts from an early age, one of them by introducing regional culture through extracurricular activities. Extracurricular arts Cirebon mask dance is a form of activity that can shape students to be creative and be able to live the noble values and culture can increase the sense of patriotism. This study aimed to 1) determine what cultural values are contained in Cirebon mask dance art 2) to the learning process of cultural values in the Cirebon mask dance art extracurricular activities to enhance students' sense of patriotism Arjawinangun Elementary School 3, 3) know the shapes of unpatriotic behavior, reflected in student extracurricular activities Cirebon mask dance art in the life of the school and the community. Love of the homeland and the nation the values of nationalism genius (Siagian, 2008: 679) that one indicator is loyal to the nation's culture. The method used in this research is a descriptive study with qualitative data collection techniques include observation, interviews, documentation and literature. The research was conducted at the Department of Culture, Youth and Sports Cirebon District, Principal, coaches, trainers and students who participate in extracurricular arts Cirebon mask dance at SDN 3 Arjawinangun. The results of this study indicate that 1) the cultural value contained in Cirebon mask dance art that religious values, aesthetic values and social values, 2) the process of learning the art of extracurricular activities in Cirebon mask dance SDN 3 Arjawinangun includes objectives, materials or learning materials, methods, media, and evaluation. The five components of learning which will serve as a bridge to transform the cultural values that exist in the Cirebon mask dance arts to students, 3) Forms of unpatriotic behavior reflected in the lives of students in the school and the community is to study hard, respect the teachers and the parents, do good to others, obey school regulations, and maintain neighborhood. Proud of Indonesia as a nation are realized by learning, loving, and preserving Indonesian culture by actively participating in the arts activities to enhance students' sense of patriotism Arjawinangun extracurricular Cirebon mask dance and appreciate the services of the heroes are realized by participating in the flag raising ceremony every


(7)

Ani Yuliani, 2013

Monday and the day-to-day the State. So it is recommended extracurricular Cirebon mask dance art can be developed in the school curriculum by making local content in an effort to increase the sense of patriotism.


(8)

Ani Yuliani, 2013

Implementasi Kegiatan Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon Dalam Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Siswa Sekolah Dasar (Studi Deskriptif Pada Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

1. Tujuan Umum ... 10

2. Tujuan Khusus ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

A. Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon ... 14

1. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler ... 14

2. Prinsip dan Ruang Lingkup Kegiatan Ekstrakurikuler ... 17

3. Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler ... 18


(9)

Ani Yuliani, 2013

5. Ekstrakurikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon ... 24

B. Tari Topeng Cirebon ... 29

1. Pengertian Tari Topeng Cirebon ... 29

2. Sejarah Singkat Perkembangan Tari Topeng Cirebon ... 31

3. Kesenian Tari Topeng Cirebon sebagai Sistem Nilai Budaya ... 34

4. Simbol/makna Topeng Cirebon ... 36

C. Hakikat Cinta Tanah Air ... 44

1. Pengertian Cinta Tanah Air ... 44

2. Karakteristik Cinta Tanah Air ... 45

3. Internalisasi Nilai-Nilai Budaya sebagai Pembinaan Rasa Cinta Kepada Tanah Air... 51

D. Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon ... 52

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 54

BAB III METODE PENELITIAN ... 58

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 58

1. Pendekatan Penelitian ... 58

2. Metode Penelitian... 60

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 61

1. Lokasi Penelitian ... 61

2. Subjek Penelitian ... 61

C. Desain Penelitian ... 62

1. Tahap Pra Penelitian ... 63

2. Tahap Perizinan ... 63

3. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 64

4. Tahap Analisis Data ... 64

5. Tahap Penyusunan Laporan ... 65

D. Definisi Operasional ... 65


(10)

Ani Yuliani, 2013

Implementasi Kegiatan Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon Dalam Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Siswa Sekolah Dasar (Studi Deskriptif Pada Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng

F. Teknik Pengumpulan Data ... 69

G. Analisis Data ... 73

1. Reduksi Data... 74

2. Penyajian atau Display Data ... 75

3. Pengambilan Kesimpulan atau Verifikasi ... 75

H. Pengujian Keabsahan Data ... 76

1. Uji Kredibilitas ... 76

2. Pengujian Transferability ... 77

3. Pengujian Dependability... 77

4. Pengujian Konfirmability ... 78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 79

A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian... 79

1. Profil SDN 3 Arjawinangun ... 79

2. Fasilitas Sekolah ... 81

3. Kegiatan Ekstrakurikuler ... 82

4. Gambaran umum kegiatan ekstrakurikuler kesenian Tari topeng Cirebon di SDN 3 Arjawinangun ... 83

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 84

1. Laporan Hasil Observasi ... 84

2. Laporan Hasil Wawancara ... 86

a. Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam kesenian tari topeng Cirebon dalam kaitannya dengan meningkatkan rasa cinta tanah air siswa sekolah dasar ... 86

b. Proses pembelajaran nilai-nilai budaya kesenian tari topeng Cirebon dalam kegiatan ektrakurikuler untuk meningkatkan rasa cinta tanah air siswa SD Negeri 3 Arjawinangun ... 94 c. Bentuk-bentuk perilaku cinta tanah air siswa yang

tercermin dari kegiatan ekstrakurikuler kesenian tari topeng Cirebon dalam kehidupan di lingkungan sekolah


(11)

Ani Yuliani, 2013

dan lingkungan masyarakat ... 101

C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam kesenian tari topeng Cirebon dalam kaitannya dengan meningkatkan rasa cinta tanah air siswa sekolah dasar ... 106

2. Proses pembelajaran nilai-nilai budaya kesenian tari topeng Cirebon dalam kegiatan ektrakurikuler untuk meningkatkan rasa cinta tanah air siswa SD Negeri 3 Arjawinangun ... 115

3. Bentuk-bentuk perilaku cinta tanah air siswa yang tercermin dari kegiatan ekstrakurikuler kesenian tari topeng Cirebon dalam kehidupan di lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat ... 119

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 125

A. Kesimpulan ... 125

B. Saran ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 130

DAFTAR LAMPIRAN ... 136


(12)

Ani Yuliani, 2013

Implementasi Kegiatan Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon Dalam Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Siswa Sekolah Dasar (Studi Deskriptif Pada Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Intrakurikuler, Ko kurikuler dan Ekstrakurikuler ... 20 Tabel 4.1 Data siswa SDN 3 Arjawinangun Tahun Ajaran 2008/2009

s.d 2011/2012 ... 79 Tabel 4.2 Agama yang dianut oleh siswa-siswi SDN 3 Arjawinangun ... 80


(13)

Ani Yuliani, 2013

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Komponen-komponen pembelajaran ... 24 Gambar 3.1 Macam-macam teknik pengumpulan data ... 69


(14)

Ani Yuliani, 2013

Implementasi Kegiatan Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon Dalam Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Siswa Sekolah Dasar (Studi Deskriptif Pada Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng

DAFTAR LAMPIRAN

A.GAMBARAN TOPENG CIREBON B.FOTO-FOTO PENELITIAN

C.PROFIL SDN 3 ARJAWINANGUN

D.INSTRUMEN WAWANCARA BERSTRUKTUR

E.PEDOMAN OBSERVASI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KESENIAN TARI TOPENG CIREBON DI SDN 3 ARJAWINANGUN

F. SURAT PERMOHONAN IJIN PENELITIAN

G.SURAT KEPUTUSAN PENGESAHAN JUDUL DAN PENUNJUKKAN DOSEN PEMBIMBING I DAN PEMBIMBING II

H.CATATAN PEMBIMBING I DAN II MENGENAI KEMAJUAN PENULISAN SKRIPSI

I. SURAT KEPUTUSAN PENGANGKATAN PANITIA DAN

PELAKSANAAN UJIAN SIDANG SARJANA PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


(15)

Ani Yuliani, 2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Indonesia kaya akan suku bangsa, tiap-tiap suku bangsa mempunyai kebudayaan masing-masing dan berbeda-beda. Keanekaragaman tersebut merupakan modal kekayaan bangsa Indonesia. Hal yang mempengaruhi banyaknya keragaman bangsa Indonesia antara lain latar belakang sejarah, lingkungan alam dan budaya. Masing-masing suku bangsa memiliki kebudayaan daerah yang mengandung nilai-nilai budaya yang luhur. “Kebudayaan berasal dari (bahasa Sansekerta) buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata

buddhi‟ yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal”(Soekanto, 2010: 150) .

Kebudayaan daerah adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat suku tertentu yang dapat membedakan dari kebudayaan suku lainnya karena faktor agama, adat istiadat, dan lingkungan alam yang berlainan. Dalam perkembangan budaya lokal di setiap daerah, tentu memiliki peran yang signifikan dalam meningkatkan rasa cinta tanah air dan semangat nasionalisme karena kesenian budaya lokal tersebut mengandung nilai-nilai sosial masyarakat. Namun dalam derasnya arus globalisasi, pada satu sisi mengakibatkan kemajuan yang sangat pesat, tetapi di tempat lain juga mengakibatkan kerusakan yang luar biasa. Kemajuan yang terjadi dapat dirasakan dalam bidang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini bisa disebut sebagai cultural lag (ketertinggalan budaya). “Cultural lag merupakan ketidakserasian dalam perubahan-perubahan unsur-unsur masyarakat atau kebudayaan” (Soekanto, 2010: 300).


(16)

2

Ani Yuliani, 2013

Implementasi Kegiatan Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon Dalam Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Siswa Sekolah Dasar (Studi Deskriptif Pada Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng

Wuryandani, salah satu Dosen Jurusan PPSD FIP UNY dalam tulisannya

yang berjudul „Integrasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Pembelajaran untuk Menanamkan Nasionalisme Di Sekolah Dasar‟ menyebutkan bahwa:

Derasnya arus globalisasi menyebabkan terkikisnya nilai-nilai kebangsaan. Anak-anak lebih bangga dengan budaya asing daripada budaya bangsanya sendiri. Hal ini dibuktikan dengan adanya rasa bangga yang lebih pada diri anak manakala menggunakan produk luar negeri, dibandingkan jika

menggunakan produk bangsanya sendiri. Slogan “aku cinta buatan Indonesia” sepertinya hanya menjadi ucapan belaka, tanpa ada aksi yang

mengikuti pernyataan tersebut. Namun demikian, yang menjadi kegelisahan saat ini adalah bebasnya arus informasi yang dapat menyebabkan lunturnya nilai-nilai luhur bangsa terutama dalam hal budaya. (2010: 1)

Menurut berita yang dilansir di kompasiana edisi 24 September 2010, mengemukakan bahwa “Masuknya budaya pop barat ke dalam budaya kita nampaknya kini justru semakin menggeser budaya kita sendiri. Kini para remaja dan generasi muda justru lebih bangga dengan segala embel-embel yang kebarat-baratan. Gaya hidup remaja pun lebih sering berkiblat pada bangsa lain”.

Masyarakat, khususnya kaum muda lebih suka kepada musik-musik yang

berbau “western” atau kebarat-baratan akibat pengaruh dari adanya globalisasi. Mereka lebih banyak menyukai break dance, Musik R‘n B, Hip hop, bahkan boy band dan girl band yang sekarang sedang hangat diberitakan di televisi dan digandrungi oleh para remaja khususnya daripada kesenian-kesenian tradisional seperti tari topeng, sandiwara, wayang, ataupun jaipong. Bukti lemahnya masyarakat Indonesia terlihat dari minimnya untuk mempelajari kesenian tradisional atau daerah yang saat ini sudah hampir dilupakan oleh generasi muda. Hal ini sesuai dengan pendapat Masunah dan Uus Karwati (2003: 71) yang mengatakan bahwa “Kemunculan media massa seperti televisi yang menawarkan kelimpahan materi melalui berbagai iklan dan film, sangat berpengaruh pada

pergeseran cara pandang dan minat masyarakat pada seni tradisional”. Selain itu, menurut Soekanto (2010: 169) mengungkapkan bahwa “Pada umumnya generasi muda dianggap sebagai individu-individu yang cepat menerima unsur-unsur


(17)

3

Ani Yuliani, 2013

Negara Indonesia memiliki tari pendet, jaipong, serimpi, piring, kecak dan banyak lagi tarian-tarian daerah yang indah. Namun banyak orang lebih tertarik untuk belajar tari modern daripada tari daerah. Mereka pun menganggap kesenian-kesenian tradisional itu kuno dan ketinggalan zaman. Padahal kesenian-kesenian tradisional itu apabila tidak dilestarikan oleh para generasi penerus bangsa akan punah dan bangsa Indonesia akan kehilangan jati dirinya. Hal ini cukup membuktikan dimana apresiasi dan penghargaan masyarakat terhadap budaya daerah masih sangat rendah.

“Dalam konteks tradisi lokal seringkali globalisasi dilihat sebagai sumber penyebab munculnya rasionalisasi, konsumerisme, dan komersialisasi budaya-budaya lokal yang kemudian mengakibatkan hancurnya identitas budaya-budaya lokal” (Trijono, 1996: 139). Apabila hal ini tetap dibiarkan, masyarakat akan menjadi

„asing‟ terhadap budaya bangsanya. Lebih dikhawatirkan lagi, dia akan menjadi orang yang tidak menyukai budayanya apabila masyarakat menjadi asing dari budaya terdekat maka dia tidak mengenal dengan baik budaya bangsa dan dia tidak mengenal dirinya sebagai anggota budaya bangsa.

Dalam situasi demikian menurut Badan Pusat Penelitian Dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia, (2010: 5) menyebutkan bahwa:

Masyarakat akan sangat rentan terhadap pengaruh budaya luar dan bahkan cenderung untuk menerima budaya luar tanpa proses pertimbangan (valueing). Kecenderungan itu terjadi karena dia tidak memiliki norma dan nilai budaya nasionalnya yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pertimbangan (valueing).

Menanggapi permasalahan di atas, menurut Badan Pusat Penelitian Dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia dalam publikasi bukunya yang berjudul “Pengembangan Pendidikan Budaya dan

Karakter Bangsa” mengungkapkan bahwa harus adanya penanaman atau pembentukan karakter cinta tanah air dimulai dari usia dini. Pembentukan karakter tersebut berada di lingkungan sosial dan budaya baik di lingkungan keluarga


(18)

4

Ani Yuliani, 2013

Implementasi Kegiatan Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon Dalam Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Siswa Sekolah Dasar (Studi Deskriptif Pada Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng maupun di masyarakat. Alternatif lain yang banyak di kemukakan untuk mengatasi, paling tidak mengurangi, permasalahan di atas adalah melalui pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif karena pendidikan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik. Sebagai alternatif yang bersifat preventif, pendidikan di harapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa. Memang diakui bahwa hasil dari pendidikan akan terlihat dampaknya dalam waktu yang tidak segera, tetapi memiliki daya tahan dan dampak yang kuat di masyarakat.

Dalam kaitannya dengan pendidikan, saat ini Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sudah menjadi bagian inheren dan instrumensasi pendidikan nasional Indonesia. Winataputra (Budimansyah dan Karim Suryadi, 2008: 5) mengemukakan bahwa:

Pendidikan Kewarganegaraan (civic education) dinilai sebagai “nurturant effect” atau dampak pengiring dari berbagai mata pelajaran di dalam maupun di luar sekolah dan sebagai dampak pengiring dari interaksi manusia dalam kehidupan sehari-hari, yang berkenaan dengan pengembangan tanggung jawab warga negara.

Sedangkan Cogan (Nurmalina dan Syaifullah, 2008: 3) merumuskan bahwa:

Civic education sebagai mata pelajaran dasar yang dirancang untuk mempersiapkan warga negara muda untuk mendorong peran aktif mereka di masyarakat setelah mereka dewasa

Adapun tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menurut Maftuh dan Sapriya (2005: 320), sebagai berikut:

Agar setiap warga negara menjadi warga negara yang baik (to be good citizenship), yaitu warga yang memiliki kecerdasan (civic intelligence), baik intelektual, emosional, sosial maupun spiritual; memiliki rasa bangga dan tanggung jawab (civic responsibility); dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara (civic participation) agar tumbuh rasa kebangsaan dan cinta tanah air.


(19)

5

Ani Yuliani, 2013

Berdasarkan kajian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai salah satu komponen pendidikan nasional adalah pendidikan yang mengarah kepada pembentukan karakter warga negara yang baik. Warga negara yang baik di sini mempunyai pengertian bahwa warga negara yang tahu akan hak dan kewajibannya, mengetahui peran dan tanggung jawabnya dan warga negara yang partisipatif dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara agar tumbuh rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

Sehubungan dengan cinta tanah air, Soekanto (2010: 233) mengemukakan pendapatnya mengenai rasa cinta itu sendiri. Menurutnya “Rasa cinta menghasilkan perbuatan-perbuatan yang pada umumnya positif. Rasa cinta biasanya telah mendarah daging (internalized) dalam diri seseorang atau sekelompok orang”. “Cinta tanah air merupakan cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa” (Pusat Kurikulum, 2010: 10). Selain itu, cinta tanah air dapat diartikan sebagai perasaan bangga terhadap tanah air tercinta yaitu Indonesia, bangga dengan menggunakan produk-produk Indonesia, bangga terhadap kesenian dan adat istiadat Indonesia serta sikapnya berlandaskan nilai-nilai Pancasila.

Berdasarkan salah satu prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yaitu prinsip berkelanjutan, mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa merupakan sebuah proses panjang, dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan. Sejatinya, proses tersebut dimulai dari kelas 1 SD atau tahun pertama dan berlangsung paling tidak sampai kelas 6 SD. kemudian dilanjutkan di jenjang SMP dimulai dari kelas 7 SMP sampai kelas 9 SMP atau masa akhir SMP. Pendidikan budaya dan karakter bangsa di SMA adalah kelanjutan dari proses yang telah terjadi selama 9 tahun.


(20)

6

Ani Yuliani, 2013

Implementasi Kegiatan Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon Dalam Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Siswa Sekolah Dasar (Studi Deskriptif Pada Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng

Pendidikan Sekolah Dasar merupakan pendidikan yang paling lama jenjang pendidikannya yaitu dimulai pada saat kelas 1 SD (awal masuk) sampai dengan kelas 6 SD. Apabila penanaman nilai-nilai budaya benar-benar di implementasikan kepada peserta didik khususnya masa Sekolah Dasar (SD) maka nilai-nilai budaya yang ada benar-benar terinternalisasi didalam diri dan jiwa mereka sehingga mereka dapat menyaring pengaruh budaya luar dan bahkan cenderung untuk menerima budaya luar dengan proses pertimbangan (valueing). Hal ini terjadi karena para peserta didik memiliki norma dan nilai budaya nasionalnya yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pertimbangan (valueing).

Bertolak dari berbagai permasalahan tentang krisis cinta tanah air, perlu adanya usaha mengenalkan kebudayaan Nusantara pada seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Beberapa cara mengenalkannya adalah:

1. Diadakannya pagelaran kesenian tradisional secara berkelanjutan. 2. Diadakan festival-festival yang mengangkat kembali khasanah

budaya Nusantara.

3. Pembuatan dokumentasi seluruh kebudayaan Nusantara baik dalam bentuk buku, film , fotografi dll.

4. Seminar-seminar berkaitan dengan kebudayaan Nusantara, keberagamannya serta nilai luhur yang terkandung didalamnya. 5. Pendirian sanggar-sanggar seni tradisional lalu dikelola oleh

pemerintah secara terpadu. Termasuk disekolah-sekolah berupa kegiatan ekstrakurikuler. (Aditya, 2011)

Sejalan dengan tulisan Aditya di atas, peneliti pun memiliki suatu kesepahaman bahwa untuk mengenalkan budaya Indonesia khususnya di tingkat persekolahan adalah dengan memperkenalkannya melalui suatu kegiatan yang terintegritas dan berkesinambungan yaitu salah satunya berupa kegiatan ekstrakurikuler.

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu komponen dalam budaya sekolah. “Budaya sekolah cakupannya sangat luas, umumnya mencakup ritual, harapan, hubungan, demografi, kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler”. (Pusat Kurikulum, 2010: 19)


(21)

7

Ani Yuliani, 2013

Arikunto (1988: 1) menegaskan bahwa “Yang dimaksud dengan ektrakurikuler adalah kegiatan tambahan, diluar struktur program yang pada umumnya merupakan kegiatan pilihan”. Dalam hal ini, menurut Asmani (2011: 20) Visi kegiatan ektrakurikuler adalah berkembangnya potensi, bakat, dan minat secara optimal. Ekstrakurikuler merupakan suatu wadah atau tempat dimana peserta didik dapat dibina potensinya agar dia dapat mengembangkan dirinya baik olah rasa, olah pikir maupun olahraga yang sesuai dengan minatnya.

Dalam kegiatan ektrakurikuler, peserta didik dapat lebih mengenal lingkungannya, minatnya dan teman sebayanya. Dalam kegiatan ektrakurikuler juga dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik sehingga pada nantinya dia akan dapat berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara (civic participation) agar tumbuh rasa kebangsaan dan cinta tanah air.”

Cirebon merupakan salah satu daerah yang memiliki kebudayaan. Budaya itu berupa kesenian batik trusmi, upacara adat panjang jimat yang di laksanakan pada saat Maulid Nabi, ngunjung, kesenian tari topeng dan masih banyak lagi. Setiap daerah di Indonesia pasti memiliki kesenian tari-tarian yang membedakannya dari daerah lain, begitupun Cirebon. Kesenian yang berupa tari-tarian khas cirebon adalah kesenian tari topeng Cirebon. Tari topeng Cirebon adalah tari yang dibawakan oleh satu orang atau lebih yang wajah penarinya itu memakai topeng/kedok.

Dalam penelusuran sejarah kesenian Cirebon, Tari Topeng adalah salah satu kesenian tradisional Indonesia yang telah tumbuh dan berkembang sejak abad ke-15 Masehi. Sebagai salah satu kebudayaan daerah, Kesenian tari topeng merupakan hasil karya masyarakat Cirebon yag memiliki filosofi tersendiri yang membedakannya dengan kesenian tari di daerah lain. “Tari topeng Cirebon merupakan salah satu jenis kesenian di Cirebon yang terkait dengan kehidupan masyarakatnya, baik dalam acara ritual maupun sekuler (duniawi)” (Masunah dan Uus Karwati, 2003: 11)


(22)

8

Ani Yuliani, 2013

Implementasi Kegiatan Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon Dalam Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Siswa Sekolah Dasar (Studi Deskriptif Pada Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng

Kesenian tari topeng Cirebon sebagai kebudayaan daerah, memiliki kandungan nilai-nilai luhur di dalamnya. Yang dimaksud dengan nilai budaya menurut Koentjaraningrat (1999: 68) adalah:

Nilai budaya adalah merupakan konsep-konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga suatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap bernilai, dan penting dalam hidupnya, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan pada warga masyarakat.

Dengan nilai-nilai budaya yang ada dalam kesenian tari topeng mampu untuk menanamkan dan meningkatkan rasa cinta tanah air siswa sekolah dasar sehingga dia akan menyukai budaya daerahnya yang merupakan akar dari kebudayaan nasional.

Tari topeng merupakan ungkapan perasaan manusia yang dituangkan lewat gerakan indah di mana membentuk ekspresi yang di lakukan oleh seorang penari lewat gerakan tubuh yang diciptakan. Pada awal sejarahnya yaitu pada saat Cirebon menjadi pusat pengembangan syiar agama Islam, tari topeng Cirebon di gunakan sebagai media dakwah untuk menyebarkan agama Islam.

Secara filsafati tari topeng terdapat lima jenis tarian yang terdiri atas tari Panji, Samba, Rumyang, Patih/Tumenggung dan Kelana. Menurut Sumardjo (Rengganis, 2011) menilai bahwa:

Kelima tarian ini menunjukan karakter yang berbeda-beda, yang diungkapkan dalam bentuk kedoknya, gaya tariannya, dan lagu pengiringnya. Tetapi kelimanya merupakan satu rangkaian, satu paket yang lengkap, dimana yang satu dan yang lain saling membentuk hubungan dalam makna totalitasnya.

Jenis tarian ini secara filsafati menggambarkan kehidupan manusia. Tari Panji melambangkan penggambaran manusia yang diangap suci, dan mengacu pada nama seorang tokoh pahlawan yang berbudi luhur, adil, arif, bijaksana dan menjalankan perbuatan baik (amar ma‟ruf nahi munkar). Tari Samba menggambarkan kewajiban dalam melaksanakan perintah Allah SWT dan juga menjalankan hal-hal yang sunnah. Tari Rumyang mengandung makna bahwa kita


(23)

9

Ani Yuliani, 2013

harus senantiasa untuk mengharumkan nama Tuhan dengan do‟a dan dzikir. Tari Patih merupakan gambaran dari sikap kedisiplinan prajurit dan kepahlawanan yang gagah berani. Tari Kelana dengan memiliki keduniawaan sangat tangguh. Gambaran tersebut merupakan aspek-aspek nilai dasar manusia. Jika dicermati secara harfiah, tari topeng pun menjadi salah satu cara untuk membentuk kolektifitas sosial. Penguatan dalam tradisi lokal senyatanya dapat menguatkan semangat cinta tanah air dari tiap individu yang akan mempengaruhi pada masyarakat.

Berdasarkan hasil pengamatan di SD Negeri 3 Arjawinangun Kabupaten Cirebon, kegiatan ektrakurikuler berbasis kearifan lokal telah diterapkan di sekolah ini yaitu dengan diajarkannya kesenian tari topeng. Para peserta didik yang ikut dalam ekstrakurikuler ini dilatih oleh seorang seniman tari topeng tentang bagaimana memerankan tari topeng dengan karakter yang berbeda-beda, yang diungkapkan dalam bentuk kedoknya, gaya tariannya, dan lagu pengiringnya. Di sekolah dasar ini pun telah mampu mengenalkan salah satu kebudayaan daerah yang bisa meningkatkan rasa cinta tanah air.

Dengan demikian, upaya mengenalkan kebudayaan daerah melalui kegiatan yang terintegrasi dan terorganisir dengan baik dalam hal ini ektrakurikuler berbasis kearifan lokal yang mampu melibatkan kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidik dapat menjadi salah satu usaha mengenalkan kebudayaan Nusantara pada seluruh lapisan masyarakat Indonesia khususnya peserta didik yang mampu untuk meningkatkan cinta tanah air dan sikap kebangsaan agar sesuai dengan nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa yang pada akhirnya tujuan pendidikan nasional dapat tercapai.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian, dengan judul: “IMPLEMENTASI KEGIATAN EKTRAKURIKULER KESENIAN TARI TOPENG CIREBON


(24)

10

Ani Yuliani, 2013

Implementasi Kegiatan Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon Dalam Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Siswa Sekolah Dasar (Studi Deskriptif Pada Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng DALAM MENINGKATKAN RASA CINTA TANAH AIR SISWA SEKOLAH DASAR”

(Studi Deskriptif Pada Ekstrakurikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon di SD Negeri 3 Arjawinangun Kabupaten Cirebon)

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dikaji adalah tentang implementasi kegiatan ektrakurikuler kesenian tari topeng cirebon dalam meningkatkan rasa cinta tanah air siswa sekolah dasar. Untuk memudahkan pembahasan hasil penelitian masalah pokok tersebut, maka peneliti mengidentifikasikan dalam beberapa sub masalah, sebagai berikut:

1. Nilai-nilai budaya apa saja yang terkandung dalam kesenian tari topeng dalam kaitannya dengan meningkatkan rasa cinta tanah air siswa sekolah dasar? 2. Bagaimana proses pembelajaran nilai-nilai budaya kesenian tari topeng

Cirebon dalam kegiatan ektrakurikuler untuk meningkatkan rasa cinta tanah air siswa SD Negeri 3 Arjawinangun?

3. Bagaimana bentuk-bentuk perilaku cinta tanah air siswa yang tercermin dari kegiatan ekstrakurikuler kesenian tari topeng Cirebon dalam kehidupan di lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Sesuai dengan rumusan permasalahan, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan mengenai implementasi kegiatan ektrakurikuler kesenian tari topeng cirebon dalam meningkatkan rasa cinta tanah air siswa SD Negeri 3 Arjawinangun.


(25)

11

Ani Yuliani, 2013

2. Tujuan Khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui nilai-nilai budaya apa saja yang terkandung dalam kesenian tari topeng dalam kaitannya dengan meningkatkan rasa cinta tanah air siswa Sekolah Dasar.

2. Untuk mengetahui proses pembelajaran nilai-nilai budaya kesenian tari topeng Cirebon dalam kegiatan ektrakurikuler untuk meningkatkan rasa cinta tanah air siswa SD Negeri 3 Arjawinangun.

3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku cinta tanah air siswa yang tercermin dari kegiatan ekstrakurikuler kesenian tari topeng Cirebon dalam kehidupan di lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

D. Manfaat Penelitian

Secara garis besar penelitian ini berkaitan dengan upaya untuk memperoleh informasi dan data mengenai nilai budaya kesenian tari topeng Cirebon dalam meningkatkan rasa cinta tanah air pada siswa sekolah dasar. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dapat diperoleh manfaat, sebagai berikut: 1. Secara teoritis

Secara teoritis, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan informasi, pengetahuan dan bahan tambahan referensi untuk mengenalkan budaya daerah sejak dini kepada peserta didik agar mereka menyukai budaya daerahnya sehingga dapat meningkatkan rasa cinta tanah air dan wawasan kebangsaan yang akan menjadikan peserta didik tersebut sebagai generasi berbudaya. Selain itu nilai-nilai budaya luhur yang terkandung dalam kebudayan dapat terinternalisasi dalam dirinya sehingga mereka dapat menyaring pengaruh budaya luar dan bahkan cenderung untuk menerima budaya luar dengan proses pertimbangan (valueing).

2. Secara Praktis a. Bagi guru


(26)

12

Ani Yuliani, 2013

Implementasi Kegiatan Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon Dalam Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Siswa Sekolah Dasar (Studi Deskriptif Pada Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng

Dapat meningkatkan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di sekolah dasar yang kreatif, efektif dan inovatif dengan memanfaatkan kegiatan ektrakurikuler sebagai pembentukan moral dan karakter peserta didik.

b. Bagi siswa

Dengan mempelajari budaya lokal siswa dapat menyukai budaya daerahnya sehingga rasa cinta tanah air, wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme itu kokoh dalam jiwa mereka yang pada akhirnya mereka mampu menjadi generasi berbudaya.

c. Bagi sekolah

Dapat menjadikan salah satu solusi alternatif bagaimana mengenalkan kebudayaan daerah di persekolahan, salah satunya melalui kegiatan ektrakurikuler.

d. Bagi peneliti

Dapat memberikan sumbangan pemikiran atau bahan kajian dalam dunia pendidikan khususnya yang berkaitan dengan penanaman nilai budaya dalam pembentukan karakter siswa.

E. Struktur Organisasi Skripsi Bab I Pendahuluan

Pada bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

Bab II Kajian Pustaka

Kajian pustaka berisi tentang teori yang sedang dikaji dan kedudukan masalah masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti. Pada bab ini, akan dijelaskan mengenai kegiatan ekstrakurikuler kesenian tari topeng cirebon, kesenian tari topeng cirebon sebagai sistem nilai budaya,


(27)

13

Ani Yuliani, 2013

internalisasi nilai-nilai budaya sebagai pembinaan rasa cinta kepada tanah air, dan meningkatkan rasa cinta tanah air melalui kegiatan ekstrakurikuler kesenian tari topeng cirebon serta penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti termasuk prosedur, subjek dan temuannya. Bab III Metode Penelitian

Bab ini berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian termasuk beberapa komponen seperti lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengolahan data dan analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari pengolahan data atau analisis data untuk menghasilkan temuan yang berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, analisis data dan pembahasan dari analisis data yang sudah dilakukan oleh peneliti.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Bab kesimpulan dan saran ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Bab ini berisi tentang kesimpulan-kesimpulan yang ditarik dari analisis data, pembahasan dan saran-saran.


(28)

Ani Yuliani, 2013

Implementasi Kegiatan Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon Dalam Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Siswa Sekolah Dasar (Studi Deskriptif Pada Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon Di SD Negeri 3 Arjawinangun Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2007: 6) penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:

Penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Sedangkan menurut Bodgan dan Taylor (Basrowi dan Suwandi, 2008: 21) mendefinisikan bahwa “Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.

Sejalan dengan hal di atas, Sugiyono (2009: 1) memaparkan mengenai penelitian kualitatif yaitu:

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna dan generalisasi

Dari beberapa pendapat para pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif dapat dikatakan sangat deskriptif yang dijabarkan dengan kata-kata, dituangkan dalam sebuah laporan dan uraian dan peneliti melakukan sebuah pengamatan dari suatu fenomena yang alamiah serta penelitian kualitatif bersifat ilmiah. Penelitian kualitatif disebut juga sebagai penelitian naturalistik. Berkaitan dengan hal tersebut, menurut Nasution (2003: 18) disebut naturalistik


(29)

59

Ani Yuliani, 2013

karena “Situasi lapangan penelitian bersifat „natural‟ atau wajar, sebagaimana adanya, tanpa dimanipulasi, diatur dengan eksperimen atau test”.

Nasution pun menjabarkan dalam bukunya yang berjudul “Metode penelitian naturalistik kualitatif” bahwa sumber data dalam penelitian kualitatif adalah situasi yang wajar atau “natural setting”. Peneliti mengumpulkan data berdasarkan observasi situasi yang wajar, sebagaimana adanya, tanpa dipengaruhi dengan sengaja. Peneliti yang memasuki lapangan berhubungan langsung dengan situasi dan orang yang diselidikinya.

Pertimbangan dalam menggunakan metode kualitatif dalam penelitian ini adalah antara lain pertama, karena peneliti dapat mengamati secara langsung bagaimana proses-proses pembelajaran nilai-nilai budaya kesenian tari topeng Cirebon dalam kegiatan ektrakurikuler untuk meningkatkan rasa cinta tanah air siswa di SD Negeri 3 Arjawinangun. Kedua, peneliti dapat berinteraksi secara langsung dengan objek penelitian sehingga peneliti mendapatkan keakuratan dan keabsahan data dari informasi yang diperoleh, dan yang ketiga adalah peneliti bisa mengetahui kondisi nyata di lapangan mengenai ekstrakurikuler kesenian tari topeng Cirebon dan pengaruhnya terhadap rasa cinta tanah air siswa-siswa yang mengikuti kegiatan tersebut. Dengan demikian penelitian ini akan menghasilkan data yang akan dijabarkan secara deskriptif dan menekankan keterlibatan peneliti selama proses penelitian.

Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari para sumber. Dalam penelitian ini, sumber datanya adalah Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Cirebon, kepala sekolah, pembina ekstrakurikuler tari topeng Cirebon, pelatih tari topeng Cirebon dan siswa siswa yang mengikuti kegiatan ektrakurikuler tari topeng Cirebon. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara yang didukung dengan observasi, studi dokumentasi, catatan lapangan dan studi literatur.


(30)

60

Ani Yuliani, 2013

Implementasi Kegiatan Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon Dalam Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Siswa Sekolah Dasar (Studi Deskriptif Pada Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng 2. Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Nazir (2005: 54) mengemukakan bahwa:

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau sesuatu pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang terjadi.

Dari kutipan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pada metode deskriptif peneliti mencoba untuk mencermati individu, lingkungan atau sebuah unit secara mendalam yang didasarkan pada perumusan masalah berdasarkan fenomena, kenyataan dan fakta-fakta yang ada pada saat sekarang yang dipusatkan pada masalah aktual yang terjadi pada saat penelitian dilakukan. Dalam penelitian deskriptif ini pun populasi yang akan diteliti lebih terfokus dan lebih terarah.

Relevan dengan permasalahan yang hendak diteliti mengenai implementasi kegiatan ekstrakkurikuler kesenian tari topeng Cirebon dalam meningkatkan rasa cinta tanah air siswa sekolah dasar maka metode deskriptif dianggap relevan untuk digunakan dalam penelitian ini karena peneliti ingin mengumpulkan data yang menyangkut individu, lingkungan, dan bagaimana faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu sama lain yang dirumuskan dalam rumusan masalahnya yaitu:

a. Nilai-nilai budaya apa saja yang terkandung dalam kesenian tari topeng dalam kaitannya dengan meningkatkan rasa cinta tanah air siswa sekolah dasar? b. Bagaimana proses pembelajaran nilai-nilai budaya kesenian tari topeng

Cirebon dalam kegiatan ektrakurikuler untuk meningkatkan rasa cinta tanah air siswa SD Negeri 3 Arjawinangun?

c. Bagaimana bentuk-bentuk perilaku cinta tanah air siswa yang tercermin dari kegiatan ekstrakurikuler kesenian tari topeng Cirebon dalam kehidupan di lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat?


(31)

61

Ani Yuliani, 2013

Sebagaimana yang telah dikemukakan di atas bahwa dalam penelitian deskriptif ditujukan untuk mengungkapkan dan memahami kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan sebagaimana adanya serta berupaya untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada saat sekarang yang akan memberikan gambaran atau deskripsi mengenai hal-hal yang diteliti. Pernyataan ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Komalasari (2010) bahwa “Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pencandraan/gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat pada suatu obyek penelitian tertentu”.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Mengacu pada pendapat Nasution (2003: 43) yang mengemukakan bahwa “Lokasi penelitian menunjukkan pada pengertian tempat atau lokasi penelitian yang dicirikan oleh adanya unsur yaitu pelaku, tempat dan kegiatan yang dapat diobservasi dan lokasi penelitian tersebut menggambarkan lokasi situasi sosial” Adapun wilayah kajian yang menjadi latar dalam penelitian ini dilakukan di SD Negeri 3 Arjawinangun, Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon, yang berlokasi di Jl. Kebon Baru No. 10 Kecamatan Arjawinangun. Pertimbangan memilih karena SD Negeri 3 Arjawinangun karena sekolah ini telah menerapkan kegiatan ektrakurikuler berbasis kebudayaan lokal yaitu kesenian tari topeng Cirebon.

2. Subjek Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, “Subjek penelitian pada umumnya manusia adalah benda, hal, atau orang tempat data untuk variabel penelitian yang dipermasalahkan ( Arikunto, 2009: 88) .

Dari kutipan di atas, subjek penelitian dapat diartikan sebagai pihak-pihak terkait baik itu berupa benda, hal, atau orang yang dapat memberikan informasi terhadap permasalahan yang akan kita teliti. Subjek penelitian dalam penelitian ini


(32)

62

Ani Yuliani, 2013

Implementasi Kegiatan Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon Dalam Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Siswa Sekolah Dasar (Studi Deskriptif Pada Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng adalah lingkup sekolah dasar. Pertimbangan dalam memilih lingkup sekolah dasar sebagai subjek penelitian untuk penelitian ini adalah karena pendidikan sekolah dasar merupakan pendidikan yang paling lama jenjang pendidikannya yaitu dimulai pada saat kelas 1 SD sampai dengan kelas 6 SD. Apabila penanaman nilai-nilai budaya benar-benar di implementasikan kepada peserta didik khususnya masa Sekolah Dasar (SD) maka nilai-nilai budaya yang ada benar-benar terinternalisasi didalam diri dan jiwa mereka sehingga mereka dapat menyaring pengaruh budaya luar bahkan cenderung untuk menerima budaya luar dengan proses pertimbangan (valueing).

Berdasarkan hal tersebut di atas, secara lebih terperinci subjek penelitian yang dipilih sebagai sumber informasi dalam penelitian ini adalah:

a. Kepala sekolah SDN 3 Arjawinangun

b. Pembina ekstrakurikuler kesenian tari topeng Cirebon c. Pelatih kesenian tari topeng Cirebon

d. Siswa SDN 3 Arjawinangun yang mengikuti ektrakurikuler kesenian tari topeng Cirebon

e. Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Cirebon C. Desain Penelitian

Desain penelitian menurut Nasution (2002: 40) dalam bukunya yang berjudul “Metode penelitian naturalistik kualitatif” adalah

Suatu rencana tentang cara melakukan penelitian itu. Desain penelitian naturalistik bersifat “emergent”, tidak dapat ditentukan lebih dahulu dengan pasti, karena itu bersifat fleksibel. Desain ini tidak mengemukakan hipotesis, sedangkan analisis dilakukan sejak awal penelitian.

Dari pendapat yang telah dipaparkan oleh Nasution di atas desain penelitian di sebut “emergent” karena tidak dimantapkan sejak awal penelitian namun baru mendapatkan hasil yang jelas sepanjang penelitian dijalankan. Desain penelitian harus dirancang secara sistematis agar penelitian berjalan sesuai dengan apa yang guna mencapai hasil yang maksimal jika penelitian itu sesuai dengan langkah-langkah yang telah direncanakan sebelumnya. Oleh karena itu, agar


(33)

63

Ani Yuliani, 2013

penelitian ini berjalan dengan lancar dan sesuai dengan hasil yang maksimal, maka peneliti menyusun tahap-tahap penelitian sebagai berikut:

1. Tahap pra penelitian

Tahap pra penelitian merupakan tahap dimana peneliti mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Tahap pertama yang peneliti lakukan adalah studi pendahuluan. Studi pendahuluan dimaksudkan untuk mengecek apakah hal-hal yang menjadi fokus penelitian layak diteliti atau tidak dengan cara mensurvey lapangan terlebih dahulu. Pada tahap ini, peneliti melakukan pra penelitian ke SDN 3 Arjawinangun dengan tujuan untuk mengetahui kondisi secara umum mengenai kegiatan ekstrakurikuler kesenian tari topeng Cirebon yang ada di sekolah tersebut. Hal ini dilakukan guna mengetahui nilai-nilai budaya apa saja yang terkandung dalam kesenian tari topeng Cirebon kaitannya dengan meningkatkan rasa cinta tanah air siswa sekolah dasar.

Setelah mengadakan pra penelitian kemudian peneliti mengajukan rancangan penelitian yang berisi tentang judul penelitian, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian yang digunakan, lokasi dan subjek penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data. 2. Tahap perizinan

Pada tahap perijinan ini, untuk memasuki suatu lapangan peneliti harus melakukan perizinan terlebih dahulu kepada pihak-pihak yang yang berwenang. Seperti yang diungkapkan oleh Moleong (2007: 128) bahwa “Pertama-tama yang perlu diketahui peneliti adalah siapa saja yang berwenang memberikan izin bagi pelaksanan penelitian”. Perizinan merupakan hal yang sangat penting guna kelancaran jalannya penelitian dan agar penelitian yang dilaksanakan mendapatkan legalitas. Adapun tahap perizinannya sebagai berikut:

a. Peneliti mengajukan surat permohonan izin untuk melakukan penelitian kepada Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)


(34)

64

Ani Yuliani, 2013

Implementasi Kegiatan Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon Dalam Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Siswa Sekolah Dasar (Studi Deskriptif Pada Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng b. Perizinan dilanjutkan ke tingkat fakultas. Surat perizinan untuk mengadakan

penelitian ditujukan kepada Dekan FPIPS UPI melalui Pembantu Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan untuk mendapatkan surat rekomendasi dari Rektor UPI melalui Direktur Direktorat Akademik UPI yang secara formal kelembagaan mengatur segala jenis urusan administratif dan akademis. c. Pembantu Rektor Bidang Akademik dan Hubungan Internasional atas nama

Rektor UPI Bandung melalui Direktur Direktorat Akademik mengeluarkan surat permohonan izin penelitian untuk disampaikan kepada Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Cirebon

d. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Cirebon mengeluarkan surat izin penelitian untuk disampaikan kepada Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Cirebon dan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon.

e. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Cirebon mengeluarkan surat permohonan izin mengadakan penelitian untuk disampaikan kepada Kepala SDN 3 Arjawinangun.

f. Konfirmasi pada pihak SDN 3 Arjawinangun terkait izin sekolah sebagai tempat penelitian.

g. Peneliti menyiapkan instrument penelitian dengan terlebih dahulu membuat format wawancara

3. Tahap pelaksanaan penelitian

Setelah tahap pra penelitian dan tahap perizinan telah diperoleh maka langkah seanjutnya adalah tahap pelaksanan penelitian. Dalam hal ini data merupakan hal yang sangat penting, seperti apa yang diungkapkan oleh Arikunto (2009: 126) bahwa “Dengan data, peneliti dapat menjawab permasalahan, mencari sesuatu yang menjadi tujuan penelitian”. Oleh karena pada tahap pelaksanaan penelitian ini, peneliti mencari informasi dari beberapa sumber data yang selanjutnya akan diolah menjadi suatu data sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan. Informasi-informasi tersebut


(35)

65

Ani Yuliani, 2013

didapat dengan cara menggunakan pedoman wawancara yang sebelumnya sudah peneliti persiapkan

4. Tahap analisis data

Setelah data-data yang diperoleh dilapangan dirasa sudah cukup memadai maka tahap berikutnya adalah tahap analisis data. Tahap analisis data adalah:

Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sisntesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2009: 89).

Pada tahap analisis data ini, data yang diperoleh di lapangan diolah, dianalisis untuk mencari keabsahan data dan kebenarannya guna menjawab berbagai permasalahan yang menjadi fokus penelitian.

5. Tahap penyusunan laporan

Setelah tahap pelaksanaan penelitian dan analisis data, kini peneliti memasuki tahap yang sangat penting yaitu tahap penyusunan laporan. Suharsimi Arikunto (2009: 471) mengemukakan bahwa:

Laporan penelitian adalah uraian tentang hal-hal yang berkaitan dengan proses kegiatan penelitian. Dengan demikian isi laporan penelitian bukan hanya tentang langkah-langkah yang telah dilalui oleh peneliti saja tetapi juga latar belakang permasalahan, kerangka berpikir, dukungan teori, dan lain sebagainya yang bersifat memperkuat makna penelitian yang dilakukan. Pada tahap ini, semua data-data dan temuan-temuan yang didapat oleh peneliti dalam proses penelitian digabungkan dan disusun dalam suatu laporan penelitian yang ilmiah. Merujuk pada pendapat yang dikemukakan oleh Sugiyono dalam bukunya yang berjudul” Memahami penelitian kualitatif” (2009: 151) bahwa “Laporan penelitian ini harus dibuat secara sistematis dan logis pada setiap bagian sehingga pembaca mudah memahami langkah-langkah yang telah ditempuh selama proses penelitian dan hasilnya”. Laporan penelitian ini untuk selanjutnya dipertanggungjawabkan pada ujian sidang.


(36)

66

Ani Yuliani, 2013

Implementasi Kegiatan Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon Dalam Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Siswa Sekolah Dasar (Studi Deskriptif Pada Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng 1. Nilai budaya adalah merupakan konsep-konsep mengenai apa yang hidup

dalam alam pikiran. Sebagian besar warga suatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap bernilai, dan penting dalam hidupnya, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan pada warga masyarakat. (Koentjaraningrat (1999: 68).

Dari pendapat di atas, karena nilai budaya itu terdiri dari konsep-konsep mengenai segala sesuatu yang dianggap berharga dan bernilai serta dianggap penting oleh suatu masyarakat maka dapat berfungsi sebagai suatu pedoman orientasi kehidupan para warga masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, nilai budaya dapat mengarahkan tingkah laku masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sehingga individu/masyarakat tersebut lebih menyadari nilai-nilai sosial budaya merupakan bagian dari dirinya.

2. Kesenian tari topeng Cirebon adalah salah satu kesenian tradisional Indonesia yang telah tumbuh dan berkembang sejak abad ke-15 M Sebagai salah satu kebudayaan daerah, kesenian tari topeng merupakan hasil karya masyarakat Cirebon yang memiliki filosofi tersendiri yang membedakannya dengan kesenian tari di daerah lain yang mengandung aspek-aspek nilai dasar manusia.

Juju Masunah dan Uus (2003:9), menyatakan bahwa:

Topeng Cirebon seperti kita kenal sekarang adalah salah satu jenis seni pertunjukan tari yang penarinya itu menggunakan penutup muka/ kedok dengan cara menggigit bagian canggem-nya (benda yang menonjol pada bagian dalam mulut topeng) atau mengikatkannya di kepala dengan seutas tali. 3. Cinta Tanah Air

“Cinta tanah air adalah cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa”. (Pusat kurikulum, 2010: 10).

Rasa cinta tanah air diwujudkan dengan cara bangga sebagai bangsa Indonesia, rasa memiliki dan rela berkorban untuk keutuhan wilayah NKRI, serta menunjukkan perilaku melidungi, memelihara, menjaga keamanan, ketertiban,


(37)

67

Ani Yuliani, 2013

dan ketentraman di lingkungannya baik di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.

4. Ektrakurikuler Kesenian

Ektrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah. (Puskur, 2006: 14) Sejatinya, ektrakurikuler kesenian merupakan jenis ektrakurikuler keberbakatan yang dapat membentuk siswa untuk kreatif dan mampu menjiwai nilai-nilai luhur budayanya. Depdikbud (2003: 3) menyatakan bahwa “Ektrakurikuler kesenian yang merupakan program pengembangan diri ini siswa mampu mempergelarkan dan memamerkan karya seni di sekolah, di kelas atau di luar sekolah”.

E. Instrumen Penelitian

“Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument penelitian atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri” (Moleong, 2007; Nasution, 2003; Sugiyono, 2009). Yang dalam hal ini peneliti disebut sebagai “key instrument”atau alat penelitian utama (Nasution, 2003: 9). Berkaitan dengan hal tersebut, Nasution pun menegaskan bahwa peneliti mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara tak terstruktur. Ia tidak menggunakan alat-alat seperti test atau angket seperti yang lazim digunakan dalam penelitian kuantitatif. Hanya manusia sebagai instrumen dapat memahami makna interaksi antar menusia, membaca gerak muka, menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan responden. Walaupun digunakan alat rekam atau kamera, peneliti tetap memegang peranan utama sebagai alat penelitian.

Lain halnya dengan pendapat Sugiyono (2009: 60) yang juga berpendapat bahwa peneliti sebagai instrumen kunci dalam penelitian kualitatif. Beliau menyebutnya dengan “the researcher is the key instrument”. Dalam hal instrumen penelitian kualitatif, Lincoln and Guba (Sugiyono: 2009: 60) menyatakan bahwa:


(38)

68

Ani Yuliani, 2013

Implementasi Kegiatan Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon Dalam Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Siswa Sekolah Dasar (Studi Deskriptif Pada Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng

The instrument of choice in naturalistic inquiry is the human, we shall she that other forms of instrumentation may be used in later phases of the inquiry, but the human is the initial and continuing mainstay. But the human interest has been used extensively in earlier stages of inquiry. So that an instrument can be constructed that is grounded in the data that the human instrument has product.

Instrumen pilihan dalam penyelidikan naturalistik adalah manusia, kita mengetahui bahwa bentuk-bentuk lain dari instrumentasi dapat digunakan pada tahap selanjutnya dari penyelidikan, dan manusia adalah menjadi andalan awal dan berkelanjutan. Tapi kepentingan manusia telah digunakan secara luas dalam tahap awal penyelidikan. Sehingga instrumen dapat dibangun yang didasarkan pada data bahwa instrumen manusia memiliki hasil.

Selanjutnya Nasution (2003: 55) mengemukakan bahwa:

Dalam penelitian kualitatif atau naturalistik tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatu belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, data yang akan dikumpulkan, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang , itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tak pasti dan jelas itu tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri satu-satunya alat yang dapat menghadapinya

Berdasarkan hal di atas, Sugiyono (2009: 61) menegaskan bahwa:

Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti itu sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Peneliti akan terjun ke lapangan sendiri, baik pada ground tour question, tahap focused and selection, melakukan pengumpulan data, analisis dan membuat kesimpulan.

Dari pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen penelitian itu adalah peneliti itu sendiri ketika pada awalnya permasalahan belum jelas, tetapi ketika fokus permasalahan menjadi jelas maka dapat dikembangkan suatu instrument penelitian bisa berupa daftar pertanyaan yang akan diajukan pada saat wawancar ke beberapa sumber penelitian.


(39)

69

Ani Yuliani, 2013

Walaupun yang menjadi instrumen penelitian atau alat penelitian itu adalah peneliti itu sendiri namun peneliti juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Menurut Sugiyono (2009: 59) mengenai validasi tersebut adalah “Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya”.

Menurut Arikunto (2009: 101) bahwa:

Instrument penelitian yang diartikan sebagai „alat bantu‟ merupakan saran yang dapat diwujudkan dalam benda, misalnya angket (questioner), daftar cocok (checklist) atau pedoman wawancara (interview guide atau interview schedule), lembar pengamatan atau panduan pengamatan (observation sheet atau observation schedule)soal tes (yang kadang-kadang hanya disebut „tes‟ saja, inventori (inventory), skala (scala) dan lain sebagainya.

Sesuai dengan uraian di atas, dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen penelitian memang peneliti sendiri, namun agar fokus masalah menjadi jelas maka didukung oleh observasi dan wawancara. Hasil observasi menggambarkan peritiwa-peristiwa yang terjadi di lapangan yang selanjutnya memerlukan data berupa penjelasan. Penjelasan tersebut diperoleh dengan proses wawancara sehingga akan didapatkan data yang otentik guna memperjelas temuan-temuan yang ada di lapangan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2009: 63) “Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta wawancara mendalam dan dokumen mendalam”. Selanjutnya, Chaterine Marshalll dan Gretshen B. Rossman (Sugiyono, 2009: 63) menyatakan bahwa “The fundamental methods relied on by qualitative researcher for gathering informatjon are, participation in the setting, direct observastion, in-depth interviewing, document review”. (Metode mendasar diandalkan oleh peneliti


(40)

70

Ani Yuliani, 2013

Implementasi Kegiatan Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon Dalam Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Siswa Sekolah Dasar (Studi Deskriptif Pada Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng kualitatif untuk mengumpulkan informasi yang, partisipasi dalam pengaturan, observasi langsung, wawancara mendalam, review dokumen).

Hal ini pun sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Nasution (2003: 54) bahwa “Dalam penelitian naturalistik peneliti sendirilah yang menjadi instrumen utama yang terjun ke lapangan serta berusaha sendiri mengumpulkan informasi melalui observasi dan wawancara”

Dari pendapat di atas, maka teknik pengumpulan data dan informasi yang peneliti pergunakan adalah teknik pengumpulan data kualitatif yang meliputi observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi literatur.

Bermacam-macam teknik pengumpulan data ditunjukkan pada gambar 3.1 dibawah ini:

Gambar 3.1

Macam-macam teknik pengumpulan data

Sumber: Sugiyono (2009: 63) Macam teknik

pengumpulan data

Triangulasi/gabungan Wawancara

Dokumentasi Observasi


(41)

71

Ani Yuliani, 2013

Dari gambar di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian kualitatif secara umum terdapat empat macam teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan gabungan/triangulasi.

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Observasi

Menurut Purwanto (Basrowi dan Suwandi, 2008: 93) mengemukakan bahwa “Observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat dan mengamati individu atau kelompok secara langsung ”. Metode observasi ini digunakan untuk melihat dan mengamati secara langsung keadaan di lapangan agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti.

Observasi bisa juga diartikan sebagai “Dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi”. (Nasution, 2002: 56). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan observasi, peneliti dapat memahami secara langsung beberapa peristiwa yang terjadi di lapangan sehingga peneliti memiliki kesempatan untuk mendapatkan data secara rinci dan menyeluruh.

Observasi dilakukan secara langsung yaitu peneliti melihat bagaimana kegiatan ektrakurikuler kesenian tari topeng Cirebon dapat menjadi suatu media dalam meningkatkan rasa cinta tanah air siswa SD Negeri 3 Arjawinangun. Namun dalam hal ini peneliti menggunakan observasi pasif (passif participation) (Sugiyono, 2009: 66). Jadi dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.

2. Wawancara

“Wawancara merupakan suatu alat/teknik untuk memperoleh informasi atau data tentang sesuatu yang sedang dikaji. Teknik pengumpulan data dengan


(42)

72

Ani Yuliani, 2013

Implementasi Kegiatan Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon Dalam Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Siswa Sekolah Dasar (Studi Deskriptif Pada Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng cara mengadakan dialog, tanya jawab antara peneliti dan responden secara sungguh-sungguh” (Danial, 2007:60).

Susan Stainbeck (Sugiyono, 2009: 72) mengemukakan bahwa “ interviewing provide the researcher a means to gain a deeper understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon than can be gained through observation alone. (Wawancara memberikan sarana bagi peneliti untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana peserta menafsirkan situasi atau fenomena daripada yang dapat diperoleh melalui pengamatan sendiri). Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melaui observasi.

Maka dapat disimpulkan dari pendapat di atas bahwa wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab, dialog, dan diskusi antara peneliti dengan narasumber mengenai beberapa permasalahan yang diangkat dalam penelitian.

Wawancara dalam penelitian ini menggunakan tiga pendekatan wawancara, seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2009: 73-74), yaitu:

a. Wawancara terstruktur, yaitu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternative jawabannya pun telah disiapkan.

b. Wawancara Semiterstruktur, yaitu jenis wawancara yang termasuk ke dalam in dept interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajaka wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.

c. Wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telash tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yag digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.


(43)

73

Ani Yuliani, 2013

Teknik wawancara dilakukan melalui komunikasi langsung dengan responden dalam hal ini yaitu kepada Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Cirebon, Kepala Sekolah, Pembina ektrakurikuler, Pelatih kesenian tari topeng dan siswa yang ikut dalam ektrakurikuler tari topeng .

3. Studi Dokumentasi

Merujuk pendapat Danial dan Wasriah (2007: 66) bahwa studi dokumentasi adalah pengeumpulan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian”.

Studi dokumentasi yang diambil oleh penulis adalah adalah berupa gambar-gambar kegiatan ekstrakurikuler kesenian tari topeng Cirebon dan data-data dari SDN 3 Arjawinangun berupa profil sekolah.

4. Studi Literatur

Penelitian ini tidak hanya menggali informasi dari hasil wawancara dan studi dokumentasi namun perlu adanya studi literatur untuk memperlengkap hasil penelitian yang menggunakan beberapa literatur, yaitu berupa buku, jurnal, artikel, dan sebagainya yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian. Danial dan Wasriah (2007: 80) mengemukakan bahwa “Studi liteatur adalah teknik penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku, majalah, leaflet yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian”.

Dalam studi literatur ini, yang peneliti lakukan adalah dengan membaca dan mempelajari beberapa buku yang berhubungan dengan penelitian ini.

5. Triangulasi Data

Triangulasi diartikan sebagai “Pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu”. (Sugiyono, 2009: 125). Dalam penelitian ini, triangulasi ini dilakukan terhadap sumber data yaitu kepala sekolah, pelatih ekstrakurikuler kesenian tari topeng Cirebon, pembina ekstrakurikuler kesenian tari topeng Cirebon dan dinas pariwisata dan kebudayaan kabupaten


(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. SUMBER BUKU

Ahmadi, A. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Baroroh-Baried, S. (1987). Panji: Citra Pahlawan Nusantara. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Budimansyah, D. dan Karim S. (2008). PKn dan Masyarakat Multikultural. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pasca Sarjana UPI

Budiyono, K. (2007). Nilai-nilai Kepribadian dan Kejuangan Bangsa Indonesia. Bandung: Alfabeta

Bungin, B. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Aktualisasi Metodologis ke

Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Daniel, M. (2002). Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta: Bumi Aksara. Harjanto. (2008). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Ibrahim dan Nana S. (2003). Perencanaan dan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta Kansil, C.S.T dan Christine S.T Kansil. (2011). Empat Pilar Berbangsa dan

Bernegara. Jakarta: Rineka Cipta.

Kementrian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan (2010).

Pengembangan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta

Kencana-Sari, D. (2010). Suatu Kajian Upaya Pengembangan Sikap

Nasionalisme Siswa Melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Skripsi

Sarjana Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS UPI Bandung: Tidak di terbitkan

Koentjaraningrat. (1999). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama


(2)

Ani Yuliani, 2013

Implementasi Kegiatan Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon Dalam Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Siswa Sekolah Dasar (Studi Deskriptif Pada Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon Di SD Negeri 3 Arjawinangun Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Komalasari. (2010). Pembelajaran Kontekstual. Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama

Kosasih-Djahiri, A. (1985). Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-Moral VCT dan

Games dalam VCT. Bandung: Jurusan PMPKN IKIP Bandung

Maftuh, B dan Sapriya. (2005). “Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Pemetaan Konsep”. Jurnal Civicus: Impelementasi KBK Dalam Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Berbagai Konteks, 319-328.

Mahfud, C. (2006). Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Maryaeni. (2005). Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara

Masunah, J dan Tati N. (2003). Seni dan Pendidikan Seni Sebuah Bunga Rampai. Bandung: P4ST

Masunah, J dan Uus K. (2003). Topeng Cirebon. Bandung: P4ST

Masunah, Juju. dkk. (2003). Metodologi Pengajaran Topeng Cirebon. Bandung: P4ST

Moleong, L.J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mulyana, R. (2011). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Murniatmo, G dkk. (1999). Aktualisasi Nilai Budaya Bangsa di Kalangan

Generasi Muda Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta

Narawati, T. (2003). Wajah Tari Sunda dari Masa Ke Masa. Bandung: P4ST UPI Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Nawawi, H. (1985). Organisasi dan Pengelolaan Kelas. Jakarta: Gunung Agung. Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurmalina, K dan Syaifullah. (2008). Memahami Pendidikan Kewarganegaraan.


(3)

Nusarastriya, Y. (2011). “Filsafat dan Eksistensi Ekstrakurikuler dan Pendidikan Kewarganegaraan”. Jurnal Prospektus, 2, 145-158.

Pambudi, A. (2007). Proses Pembelajaran Terompet Pada Ekstrakurikuler Drum

Band Di SMPN 4 Bandung. Skripsi Sarjana Sendratasik FPBS UPI

Bandung: Tidak di terbitkan

Pelly dan Menanti. (1994). Teori-Teori Sosial Budaya. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Poerwanto, H. (2010). Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif

Antropologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Pratama, A. (2011). Pembelajaran Ekstrakurikuler Seni Musik Melalui Materi

Nasyid di SMP Negeri 24 Bandung. Skripsi Sarjana Jurusan Seni Musik

FPIPS UPI Bandung: Tidak di terbitkan

Rosala, D. (1999). Bunga Rampai Tarian Khas Jawa Barat. Bandung: Humaniora Utama Press

Rosidi, A. (2011). Kearifan Lokal dalam Perspektif Budaya Sunda. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.

Samani, M. dan Hariyanto. (2011). Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sanjaya, W. (2011). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sedyawati, E. (2007). Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Siagian, M. (2008). “Memahami Kewilayahan Nasional Melalui Konsepsi Wawasan Nusantara dalam Menumbuhkan Nasionalisme Indonesia”.

Jurnal Civicus. 1, 679-687

Soedarsono, R.M (1999) Seni Pertunjukkan Indonesia di Era Globalisasi. Jakarta: Ditjen Dikti, Depdikbud

Soekanto, S. (2010). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada


(4)

Ani Yuliani, 2013

Implementasi Kegiatan Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon Dalam Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Siswa Sekolah Dasar (Studi Deskriptif Pada Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon Di SD Negeri 3 Arjawinangun Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Soelaeman, M. (2010). Ilmu Budaya Dasar. Bandung: PT Refika Aditama

Soepandi, A dkk. (1994). Ragam Cipta, Mengenal Seni Pertunjukkan Daerah

Jawa Barat. Bandung: CV Sampurna.

Suanda, T. (2001). Topeng Cirebon dan Perubahan. Bandung: Depdiknas STSI Sudjana, N dan Ahmad R. (2005). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru. Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta Suryaatamadja. (1980). Topeng Cirebon dalam Perkembangan Penyebaran serta

Peranannya dalam Masyarakat Jawa Barat khususnya di Daerah Cirebon.

Bandung: ASTI

Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Sutisna, O. (1989). Administrasi Pendidikan: Dasar teoritis Untuk Praktek

Profesional. Bandung: Angkasa

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan. (2010). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan

Tim Penyusun Master. (2003). PPKn Kelas 1 SLTP. Solo: Cempaka Putih. Trijono, L (1996) Globalisasi Modernitas dan Krisis Negara-bangsa: Tantangan

Integrasi Nasional dalam Konteks Global. Analisis CSIS. Tahun XXV, No

2, Maret-April 1996: 136-148.

Wuryan, S. dan Syaifullah. (2008). Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia

B. SUMBER DARI INTERNET

Alfin, A.(2011). Nilai dan Norma Sosial. [Online]. Tersedia: http://alfinsosiologi.wordpress.com/2011/12/10/nilai-dan-norma-sosial/ [26 Desember 2012].

Cahyantoro, E. (2011). Makalah Menanamkan Sikap Cinta Tanah Air Kepada

Anak- Anak Tk. [Online]. Tersedia:


(5)

http://mbenxxcaem.blogspot.com/2011/09/menanamkan-sikap-cinta-tanah-air-kepada.html. [28 Desember 2012]. Farman, A. (2010). Kebutuhan Afiliasi. [Online]. Tersedia:

http://adipsi.blogspot.com/2010/06/kebutuhan-afiliasi.html. [ 11 Januari 2013].

Halimi. (2010). Sejarah Perkembangan ,Pokok-pokok Tari dan Jenis Topeng

Cirebon.[Online].

Tersedia:http://cirebonkukotaku.blogspot.com/2010/03/sejarah-perkembangan-pokok-pokok-tari.html [08 April 2012]

Marleviandra. (2009). Pengertian Kegiatan Ekstra Kurikuler. [Online]. Tersedia: http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/pengertian-kegiatan-ekstra-kurikuler/ [08 Maret 2012]

Rengganis, A. (2011). Melestarikan Budaya Lokal di Tengah Arus Globalisasi:

Upaya Menumbuhkan Semangat Nasionalisme. [Online]. Tersedia:

http://kem.ami.or.id/2011/10/melestarikan-budaya-lokal/ [15 Januari 2012] Ridwan. (2011). Tari Topeng orang. [Online]. Tersedia:

http://informasicirebon.blogspot.com/2011/08/tari-topeng-orang.html [08 April 2012]

Rochim, Z. (2012). Realisasi Wujud Cinta Tanah Air. [Online]. Tersedia: http://misikcobra.wen.ru/css/pelajaran/pancasila_uud45.html. [30 Desember 2012]

Sofyan. (2009). Tujuan Pendidikan dan Nilai Keagamaan. [Online]. Tersedia: http://eddysetia.wordpress.com/2009/11/17/tujuan-pendidikan-dan-nilai-keagamaan/ [12 Desember 2012]

Sunaryo, A. (2009). Internalisasi Nilai-nilai Tradisi pada Penciptaan Tari Anak

Berbasis Budaya Lokal. Dalam jurnal.upi.edu [Online], 5 halaman.

Tersedia:http://scholar.google.com/scholar?hl=id&lr=&q=related:-

Mha6GTEdSUJ:scholar.google.com/&um=1&ie=UTF-8&sa=X&ei=YOr5UJb_CMrsrAe8loCIDA&ved=0CC4QzwIwAA

http://berandakawasan.wordpress.com/2010/03/page/2/. [12 Februari 2012]

Waluyanti, W. (2010). Bung Karno Alergi, Ibu Negara Murka. [Online]. Tersedia: http://berandakawasan.wordpress.com/2010/03/page/2/.[16 Maret 2012]

Wuryandani, W. (2010). Integrasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dalam

Pembelajaran Untuk Menanamkan Nasionalisme Di Sekolah Dasar.

[Online].Tersedia: http://www.google.com/search?q=INTEGRASI+NILAI-NILAI+KEARIFAN+LOKAL+DALAM+PEMBELAJARAN+UNTUK+


(6)

Ani Yuliani, 2013

Implementasi Kegiatan Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon Dalam Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air Siswa Sekolah Dasar (Studi Deskriptif Pada Ekstrakulikuler Kesenian Tari Topeng Cirebon Di SD Negeri 3 Arjawinangun Kabupaten Cirebon)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

MENANAMKAN+NASIONALISME+DI+SEKOLAH+DASAR+Oleh%3 A+Wuri+Wuryandani%2C+M.Pd.+Dosen+Jurusan+PPSD+FIP+UNY&ie= utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:id:official&client=firefox-a.[08 Januari 2013]

Yuni-Prasetya, A. (2011). Kembali kepada Kearifan Budaya Lokal sebagai Wujud

Kecintaan Kita kepada Bangsa dan Negara. [Online]. Tersedia:

http://kem.ami.or.id/2011/09/kembali-kepada-kearifan-budaya-lokal/ [13 Januari 2012]

Wikipedia .(2012). Tari Topeng Cirebon. [Online]. Tersedia:

http://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Topeng_Cirebon [13 April 2010]

C. SUMBER PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan

D. SUMBER-SUMBER LAIN

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2008). Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan nasional