Makalah Lomba Perpustakaan SDN Ciwangi

(1)

0

IMPLIKASI PENGELOLAAN PERUSTAKAAN

BAGI PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Makalah

oleh

HERLINA, S.Pd. NIP. 19620813 198305 2 002

SEKOLAH DASAR NEGERI CIWANGI

UPTD PEMBINAAN TK/SD DAN PLS KECAMATAN BUNGURSARI PURWAKARTA


(2)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (BSNP, 2006).

Tujuan pendidikan nasional yaitu “untuk mewujudkan pendidikan bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat, dan berdaya saing dalam kehidupan global yang menjadikan manusia berkualitas. Sehingga mampu dan proaktif untuk menjawab tantangan zaman yang selalu berubah” (UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003).

Pelaksanaan pendidikan nasional harus menjamin pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan di tengah perubahan global agar warga Indonesia menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cerdas, produktif, dan berdaya saing tinggi dalam pergaulan nasional maupun internasional. Untuk menjamin tercapainya tujuan pendidikan tersebut, Pemerintah telah mengamanatkan penyusunan delapan standar nasional pendidikan sebagaimana diatur dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Terkait dari sistem pendidikan nasional tersebut di atas, maka penyelenggaraan pendidikan dinyatakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tersebut harus ada pendidik yang memberikan keteladanan dan mampu membangun kemauan, serta mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Prinsip tersebut menyebabkan proses pembelajaran dititikberatkan pada peran peserta didik dalam mentransformasikan pengetahuan untuk mengembangkan potensi dalam kreativitas dirinya. Untuk


(3)

2

mencapai tujuan pendidikan nasional tentu saja memerlukan proses berkesinambungan yang harus dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam pendidikan baik itu dari unsur pendidik, peserta didik, kedinasan dan lembaga-lembaga pendidikan maupun lingkungan pendidikan.

Pelaksanaan pembelajaran dalam pendidikan nasional berpusat pada peserta didik agar dapat: (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Untuk menjamin terwujudnya hal tersebut diperlukan adanya sarana dan prasarana yang memadai.

Selama ini siswa hanya duduk diam sambil mendengarkan penjelasan dari gurunya kemudian mencatat kembali apa yang dicatat oleh guru di depan kelas atau papan tulis selanjutnya mengerjakan soal latihan yang soal dan penyelesaiannya tidak berbeda jauh dengan apa yang dicontohkan oleh guru di depan kelas. Hal ini membuat pengetahuan yang dimiliki oleh siswa hanya terbatas pada apa yang telah diajarkan oleh guru saja.

Setelah melakukan observasi di lapangan, gejala yang ada banyak dijumpai dalam proses pembelajaran, guru belum memanfaatkan potensi lingkungan di sekitar sebagai sumber belajar yang berhubungan dengan materi pembelajaran.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran, serta berdampak pada perubahan tingkah laku baik menyangkut unsur kognitif, afektif maupun psikomotor, pembaharuan dalam metode, strategi, dan pendekatan dalam proses pembelajaran haruslah terus dilakukan. Sedangkan pemanfaatan sarana seperti perpustakaan merupakan salah satu upaya ke arah pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan.

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari uraian latar belakang di atas, rumusan masalah yang diangkat dalam kajian ini adalah “Apakah implikasi pengelolaan perpustakaan bagi peningkatan kualitas pembelajaran?”.


(4)

3

C. Tujuan Penulisan

Tujuan yang hendak dicapai dalam kajian ini adalah ingin mengetahui implikasi pengelolaan perpustakaan bagi peningkatan kualitas pembelajaran.

D. Prosedur Pemecahan Masalah

Untuk mengatasi permasalahan yang timbul digunakan prosedur pemecahan masalah berupa menelaah dan mengkaji berdasarkan literatur/referensi berupa buku, dan karya ilmiah.


(5)

4

BAB II

IMPLIKASI PENGELOLAAN PERUSTAKAAN BAGI PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN

A. Hakikat Pembelajaran

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Istilah belajar sudah sangat akrab dengan kehidupan kita sehari-hari.Di masyarakat sering di jumpai penggunaan istilah belajar seperti; belajar membaca, belajar menulis, belajar berbicara, belajar berhitung. Masih banyak lagi penggunaan istilah, bahkan yang sifatnya lebih umum dan tak mudah diamati.

Belajar, merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal batas usia, dan berlangsung seumur hidup. Rahadi (2003: 4) mengemukakan “Belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah perilakunya. Hasil dari kegiatan belajar berupa perubahan perilaku yang relatif permanen pada diri orang yang belajar. Perubahan sebagai hasil kegiatan belajar dapat berupa aspek kognitif, psikomotor maupun afektif”.

Dalam pengertian ini terdapat kata change atau “perubahan” yang berarti bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar, akan mengalami perubahan tingkah laku baik aspek pengetahuannya, keterampilannya maupun aspek sikapnya. Perubahan perilaku dalam proses belajar adalah akibat dari adanya interaksi dengan lingkungan. Interaksi ini biasanya berlangsung secara sengaja.

Di dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang utama. Ini berarti bahwa keberhasilan ketercapaian tujuan pendidikan banyak bergantung bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Pemahaman guru terhadap pengertian pembelajaran sangat mempengaruhi tercapainya tujuan yang sudah ditetapkan.

Sukartini dan Baihaqi (2007: 137) menyatakan: “Secara umum pembelajaran merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungannya dalam


(6)

5

memenuhi keseluruhan hidupnya. Pemebelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Dari beberapa pengertian tentang belajar yang telah dikemukakan di atas dari pendapat beberapa ahli, dapat diambil benang merah dari esensi belajar yaitu perubahan perilaku yang terjadi pada individu (orang yang telah melaksanakan belajar) sebagai akibat karena adanya interaksi dengan lingkungan.

2. Sumber Belajar

Sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan kegiatan belajar yang secara fungsional dapat digunakan untuk membantu optimalisasi hasil belajar. Optimalisasi hasil belajar ini dapat dilihat tidak hanya dari hasil belajar (output) namun juga dilihat dari proses berupa interaksi siswa dengan berbagai macam sumber yang dapat merangsang untuk belajar dan mempercepat pemahaman dan penguasaan bidang ilmu yang dipelajarinya. Implementasi pemanfaatan sumber belajar di dalam proses pembelajaran sudah tercantum dalam kurikulum. Proses pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang menggunakan berbagai ragam sumber belajar.

Ditinjau dari objeknya, sumber belajar itu dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu sumber belajar yang berkaitan dengan manusia dan sumber belajar yang ber-kaitan dengan benda. Dari pembagian sumber belajar tersebut, dapat dikembang-kan lagi menjadi:

a. Sumber belajar yang direncanakan

Sumber belajar yang direncanakan adalah sumber belajar yang dengan sengaja direncanakan dan dipersiapkan untuk menunjang keberhasilan dari satu proses belajar mengajar. Contoh: laboratorium, perpustakaan, bengkel dan lain-lain.

b. Sumber belajar yang tidak direncanakan

Sumber belajar yang tidak direncanakan adalah sumber belajar yang pada dasarnya tidak direncanakan dalam kegiatan pendidikan namun karena keadaan dan kondisinya dimungkinkan dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan pendidikan maka keadaan atau situasi tersebut dapat


(7)

6

dijadikan sebagai sumber balajar. Contoh sebuah pasar, pada awalnya pasar tersebut hanya digunakan untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan suatu masyarakat, tetapi pasar tersebut dapat digunakan sebagai sumber belajar apabila seorang guru sedang membicarakan pokok bahasan tentang pasar. Penggolongan sumber belajar menjadi dua bagian tersebut tidaklah mutlak, masing-masing ahli membagi berdasarkan pengetahuannya. Terbukti dalam pembagian yang dikemukakan oleh AECT (Association of Education Communication Technology) melalui karyanya The Definition of Educational Technology (1977) mengklasifikasikan sumber belajar menjadi enam macam, sebagai berikut:

1) Pesan (Massage) yaitu informasi yang harus diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk ide atau gagasan, fakta, pengertian, dan data. Termasuk dalam kelompok pesan adalah semua bidang studi/mata pelajaran yang diajarkan kepada peserta didik. Contoh sumber belajar yang dirancang untuk jenis ini adalah semua bahan pelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar, misalnya bahan pelajaran IPS, PPKn, Kerajinan dan sebagainya, sedangkan sumber belajar yang tidak direncanakan, tetapi dapat dimanfaatkan adalah cerita rakyat, dongeng, nasihat dan lain-lain.

2) Manusia (People) yakni orang yang bertindak sebagai penyimpan informasi atau menyalurkan informasi. Sangatlah tepat jika dikatakan bahwa manusia adalah sumber dari segala sumber belajar. Hal ini mengingat potensi yang dimiliki manusia dapat mewujudkan berbagai macam informasi yang dibutuhkan. Dengan pemikirannya manusia dapat menciptakan atau menemukan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi, berbagai metode atau teknik yang tepat untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk orang lain. Selain dengan daya pemikirannya manusia juga memiliki perasaaan yang dapat menimbulkan berbagai ekspresi seni, estetika, dan etika yang semuanya dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Contoh sumber belajar yang dirancang untuk jenis ini adalah guru yang memang sengaja dipersiapkan sebagai pendidik sekaligus sebagai sumber


(8)

7

belajar, konselor, tutor, dan fasilitator. Contoh sumber belajar yang tidak dirancang, tetapi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan proses belajar mengajar adalah para pejabat pemerintah mulai dari pejabat tingkat RT, RW, Kelurahan hingga pejabat tingkat pusat, pemuka masyarakat baik dalam bidang politik maupun dalam bidang lainnya. Kelompok masyarakat tertentu yang memiliki keahlian dalam bidangnya umpamanya pedagang, pengusaha, petani, nelayan, dan masih banyak lagi manusia yang memiliki kelebihan yang dapat digunakan oleh peserta didik sesuai dengan topik belajar yang sedang dipelajari.

3) Bahan (Materials) yakni perangkat lunak yang mengandung pesan untuk disajikan kepada peserta didik dengan menggunakan perantara melalui alat/ perangkat keras ataupun oleh dirinya sendiri. Contoh sumber belajar yang dirancang untuk bahan (materials) ini adalah transparansi, film, slide, kaset tape, buku, majalah dan lain sebagainya. Sedangkan sumber belajar yang tidak dirancang, tetapi yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan proses belajar mengajar adalah relief yang terdapat di candi-candi, arca, peralatan listrik dan lain sebagainya.

4) Peralatan (Device) yakni sesuatu peralatan yang digunakan untuk menyampai-kan pesan yang tersimpan dalam bahan (materials). Contoh sumber belajar yang dirancang adalah Overhead Projector (OHP), projector slide, televisi, kamera dan lain sebagainya. Sedang sumber belajar yang tidak dirancang, tetapi dapat dimanfaatkan adalah mesin, generator, mobil. 5. Teknik/metode (Technique) yaitu prosedur atau alur yang dipersiapkan dalam mempergunakan bahan pelajaran, peralatan, situasi, dan orang untuk menyampai-kan pesan. Contoh sumber belajar yang dirancang adalah ceramah, demonstrasi, tanya jawab, diskusi, simulasi, belajar mandiri. Sedang untuk sumber belajar yang tidak dirancang adalah permainan, sarasehan, percakapan biasa, atau spontanitas. 6. Lingkungan (Setting) yaitu situasi atau suasana sekitar di mana pesan disampai-kan/ditransmisikan baik lingkungan fisik: (ruang kelas, gedung


(9)

8

sekolah) maupun nonfisik: (suasana belajar). Contoh sumber belajar yang direncanakan untuk jenis ini adalah ruangan kelas, perpustakaan, auditorium. Sedang sumber belajar yang tidak direncanakan adalah taman, kebun, museum, toko dan lain sebagainya.

Klasifikasi lain mengenai sumber belajar menurut (Sudjana dan Rivai, 1989) sebagai berikut:

a. Sumber belajar tercetak: buku, majalah, brosur, koran, poster, denah ensiklopedia, rumus, booklet dan lain-lain.

b. Sumber belajar noncetak: film, slide, video, model, audiocassette, transparansi, realita, objek dan lain-lain.

c. Sumber belajar yang berbentuk fasilitas: perpustakaan, ruangan belajar, carrel, studi, lapangan olahraga dan lain-lain

d. Sumber belajar berupa kegiatan: wawancara, kerja kelompok, observasi, simulasi, permainan dan lain-lain.

e. Sumber belajar berupa lingkungan di masyarakat: taman, terminal, pasar, toko, pabrik, musium dan lain-lain.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar siswa pada dasarnya merupakan hasil dari suatu interaksi berbagai fakta yang turut serta mempengaruhi dalam proses belajar mengajar secara keseluruhan. Proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai suatu rangkaian interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya.

Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Syah (1995:132) mengemukakan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor-faktor belajar siswa tersebut adalah:

a. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor internal meliputi aspek fisiologi (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologi (yang bersifat rohaniah) yang


(10)

9

termasuk aspek psikologi antara lain inteligensi, sikap, minat, bakat, motivasi.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa) yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor eksternal meliputi lingkungan sosial dan non sosial. Yang termasuk lingkungan sosial antara lain keluarga, guru dan staf, masyarakat, dan teman. Sedangkan yang termasuk lingkungan non sosial antara lain rumah, sekolah, peralatan, dan alam.

c. Faktor pendekatan belajar siswa.

B. Pengelolaan Perpustakaan

1. Pengertian dan Fungsi Perpustakaan

Perpustakaan merupakan komponen utama yang perlu disiapkan, dikelola, didayagunakan seoptimal mungkin agar proses pembelajaran dapat lebih produktif dan berkualitas.

Istilah perpustakaan berasal dari kata dasar pustaka, yang berarti buku atau kitab. Dengan demikian, dalam pengertian sempit perpustakaan dapat diartikan sebagai kumpulan bahan pustaka yang dikelola untuk kepentingan para pemakainya. Perpustakaan dapat diartikan sebagai suatu unit kerja yang mengelola kumpulan bahan pustaka (cetak dan non-cetak), yang dikelola secara sistematis, kemudian disebarluaskan dan dimanfaatkan bagi kepentingan pemakainya sebagai sumber informasi. Seiring dengan perkembangannya, perpustakaan disebut juga Pusat Sumber Belajar (PSB).

Ruang perpustakaan adalah ruang untuk menyimpan dan memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka. Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik dan guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka dengan membaca, mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola perpustakaan.

Secara umum fungsi perpustakaan adalah sebagai berikut: a. Fungsi Informatif

Yaitu memberikan informasi yang dibutuhkan pemakai melalui bahan pustaka yang ada di perpustakaan.


(11)

10

Layanan yang diberikan pada dasarnya sebagai bentuk pendidikan kepada pemakainya. Perpustakaan secara langsung mengajak pemakainya untuk gemar membaca dan belajar mandiri.

c. Fungsi Rekreatif

Fungsi rekreatif perpustakaan di sekolah lebih bersifat rekreasi intelektual. Dengan membaca buku fiksi, cerita pendek, novel ataupun buku-buku yang bersifat rekreatif lainnya.

d. Fungsi Riset

Studi literatur di perpustakaan merupakan salah satu bentuk layanan perpustakaan yang menunjang riset/penelitian. Dalam kadar yang sederhana, seorang siswa harus melakukan observasi atau pengamatan lapangan di alam sekitar,s ebagai informasi awal tentang topik yang diamati seyogianya telah disiapkan di perpustakaan.

Tugas-tugas pokok perpustakaan, antara lain: a. Mengumpulkan bahan pustaka;

b. Menyimpan dan memelihara bahan pustaka;

c. Menyebarluaskan bahan pustaka serta memberikan pelayanan kepada pemakai

2. Pengelolaan Perpustakaan

Keberhasilan penyelenggaraan perpustakaan akan sangat tergantung kepada sejauh mana perpustakaan dikelola dengan baik. Pengelolaan perpustakaan dimaksudkan berbagai upaya serta kegiatan strategis dan teknis, agar keberadaan perpustakaan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan memenuhi dinamika kebutuhan para pemakainya.

Tanggung jawab utama pengelolaan perpustakaan berada pada pustakawan/guru-pustakawan. Namun demikian tidak berarti hanya pustakawan seorang diri yang bertanggung jawab untuk segalanya. Perpustakaan adalah komponen utama sekolah. Oleh karenanya keradaan perpustakaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari organisasi sekolah di mana perpustakaan berada. Dalam berbagai kegiatan yang menyangkut sejumlah aspek pengelolaan perpustakaan di sekolah, melakukan


(12)

11

koordinasi dengan kepala sekolah,serta dengan komponen-komponen sekolah lainnya.

3. Perpustakaan Sebagai Sarana Pendidikan

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional pasal 35 menjelaskan bahwa, Standar sarana dan prasarana pendidikan mencakup ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, dan sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimum tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

Sedangkan menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) bahwa, Standar sarana dan prasarana mencakup: (1) pengadaan satuan pendidikan, (2) kelengkapan prasarana yang terdiri dari lahan, bangunan gedung, ruang-ruang, dan instalasi daya dan jasa yang wajib dimiliki oleh setiap satuan pendidikan, dan (3) kelengkapan sarana yang terdiri dari perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, teknologi informasi dan komunikasi, serta perlengkapan lain yang wajib dimiliki oleh setiap satuan pendidikan.

C. Implikasi Pengelolaan Perpustakaan Bagi Peningkatan Kualitas Pembelajaran

Pelayanan merupakan kunci sukses dalam penyelenggaraan perpustakaan. Oleh karena itu merupakan tanggung jawab profesional setiap petugas perpustakaan untuk senantiasa memiliki motivasi yang kuat, wawasan yang luas, senantiasa berupaya secara aktif agar dapat melaksanakan pelayanan perpustakaan dengan sebaik-baiknya.


(13)

12

Perpustakaan hanya dapat didayagunakan secara efektif dan efesien apabila pemakai merasa senang dan berkepentingan untuk menggunakannya secara berkesinambungan. Untuk sampai kepada suasana seperti itu bukan persoalan mudah. Khususnya dalam strategi pendekatan pembelajaran di kelas-kelas rendah. Kemampuan kebiasaan membaca pada diri siswa merupakan kunci sukses bagi materi pelajaran dan kegiatan pembelajaran secara keseluruhan.

Budaya untuk terbiasa membaca dapat memberikan pengaruh bagi peningkatan kualitas pembelajaran. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengelolaan perpustakaan agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di antaranya:

1. Peranan dan contoh baik dari pustakawan maupun dari guru-guru dalam praktek membaca;

2. Menganalisa hasil kegiatan membaca yang telah dilakukan;

3. Memberikan bantuan terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses pemahaman bahan bacaan.


(14)

13

BAB III KESIMPULAN

Berdasarkan pada hasil pembahasan di atas, maka penulis menyimpulkan hal-hal seperti berikut:

1. Esensi belajar yaitu perubahan perilaku yang terjadi pada individu (orang yang telah melaksanakan belajar) sebagai akibat karena adanya interaksi dengan lingkungan. Keberhasilan ketercapaian tujuan pendidikan banyak bergantung bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.

2. Perpustakaan adalah komponen utama sekolah. Oleh karenanya keradaan perpustakaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari organisasi sekolah di mana perpustakaan berada. Ruang perpustakaan adalah ruang untuk menyimpan dan memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka. Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik dan guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka dengan membaca, mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola perpustakaan.

3. Kemampuan kebiasaan membaca pada diri siswa merupakan kunci sukses bagi materi pelajaran dan kegiatan pembelajaran secara keseluruhan. Budaya untuk terbiasa membaca dapat memberikan pengaruh bagi peningkatan kualitas pembelajaran.


(15)

14

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas ridha dan kehendak-Nya, makalah yang berjudul “Implikasi Pengelolaan Perpustakaan Bagi Peningkatan Kualitas Pembelajaran” dapat

diselesaikan.

Guru belum memanfaatkan potensi lingkungan di sekitar sebagai sumber belajar yang berhubungan dengan materi pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, serta berdampak pada perubahan tingkah laku baik menyangkut unsur kognitif, afektif maupun psikomotor, pembaharuan dalam metode, strategi, dan pendekatan dalam proses pembelajaran haruslah terus dilakukan. Sedangkan pemanfaatan sarana seperti perpustakaan merupakan salah satu upaya ke arah pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan

“Tiada gading yang tak retak” demikian kata pepatah. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat dinantikan .

Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Terma kasih.

Purwakarta, September 2012 Penulis


(16)

15

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penulisan ... 3

D. Prosedur Pemecahan Masalah ... 3

BAB II IMPLIKASI PENGELOLAAN PERUSTAKAAN BAGI PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN ... 4

A. Hakikat Pembelajaran ... 4

B. Pengelolaan Perpustakaan ... 9

C. Implikasi Pengelolaan Perpustakaan Bagi Peningkatan Kualitas Pembelajaran ... 11


(1)

10

Layanan yang diberikan pada dasarnya sebagai bentuk pendidikan kepada pemakainya. Perpustakaan secara langsung mengajak pemakainya untuk gemar membaca dan belajar mandiri.

c. Fungsi Rekreatif

Fungsi rekreatif perpustakaan di sekolah lebih bersifat rekreasi intelektual. Dengan membaca buku fiksi, cerita pendek, novel ataupun buku-buku yang bersifat rekreatif lainnya.

d. Fungsi Riset

Studi literatur di perpustakaan merupakan salah satu bentuk layanan perpustakaan yang menunjang riset/penelitian. Dalam kadar yang sederhana, seorang siswa harus melakukan observasi atau pengamatan lapangan di alam sekitar,s ebagai informasi awal tentang topik yang diamati seyogianya telah disiapkan di perpustakaan.

Tugas-tugas pokok perpustakaan, antara lain: a. Mengumpulkan bahan pustaka;

b. Menyimpan dan memelihara bahan pustaka;

c. Menyebarluaskan bahan pustaka serta memberikan pelayanan kepada pemakai

2. Pengelolaan Perpustakaan

Keberhasilan penyelenggaraan perpustakaan akan sangat tergantung kepada sejauh mana perpustakaan dikelola dengan baik. Pengelolaan perpustakaan dimaksudkan berbagai upaya serta kegiatan strategis dan teknis, agar keberadaan perpustakaan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan memenuhi dinamika kebutuhan para pemakainya.

Tanggung jawab utama pengelolaan perpustakaan berada pada pustakawan/guru-pustakawan. Namun demikian tidak berarti hanya pustakawan seorang diri yang bertanggung jawab untuk segalanya. Perpustakaan adalah komponen utama sekolah. Oleh karenanya keradaan perpustakaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari organisasi sekolah di mana perpustakaan berada. Dalam berbagai kegiatan yang menyangkut sejumlah aspek pengelolaan perpustakaan di sekolah, melakukan


(2)

11

koordinasi dengan kepala sekolah,serta dengan komponen-komponen sekolah lainnya.

3. Perpustakaan Sebagai Sarana Pendidikan

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional pasal 35 menjelaskan bahwa, Standar sarana dan prasarana pendidikan mencakup ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, dan sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimum tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

Sedangkan menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) bahwa, Standar sarana dan prasarana mencakup: (1) pengadaan satuan pendidikan, (2) kelengkapan prasarana yang terdiri dari lahan, bangunan gedung, ruang-ruang, dan instalasi daya dan jasa yang wajib dimiliki oleh setiap satuan pendidikan, dan (3) kelengkapan sarana yang terdiri dari perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, teknologi informasi dan komunikasi, serta perlengkapan lain yang wajib dimiliki oleh setiap satuan pendidikan.

C. Implikasi Pengelolaan Perpustakaan Bagi Peningkatan Kualitas Pembelajaran

Pelayanan merupakan kunci sukses dalam penyelenggaraan perpustakaan. Oleh karena itu merupakan tanggung jawab profesional setiap petugas perpustakaan untuk senantiasa memiliki motivasi yang kuat, wawasan yang luas, senantiasa berupaya secara aktif agar dapat melaksanakan pelayanan perpustakaan dengan sebaik-baiknya.


(3)

12

Perpustakaan hanya dapat didayagunakan secara efektif dan efesien apabila pemakai merasa senang dan berkepentingan untuk menggunakannya secara berkesinambungan. Untuk sampai kepada suasana seperti itu bukan persoalan mudah. Khususnya dalam strategi pendekatan pembelajaran di kelas-kelas rendah. Kemampuan kebiasaan membaca pada diri siswa merupakan kunci sukses bagi materi pelajaran dan kegiatan pembelajaran secara keseluruhan.

Budaya untuk terbiasa membaca dapat memberikan pengaruh bagi peningkatan kualitas pembelajaran. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengelolaan perpustakaan agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di antaranya:

1. Peranan dan contoh baik dari pustakawan maupun dari guru-guru dalam praktek membaca;

2. Menganalisa hasil kegiatan membaca yang telah dilakukan;

3. Memberikan bantuan terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses pemahaman bahan bacaan.


(4)

13 BAB III KESIMPULAN

Berdasarkan pada hasil pembahasan di atas, maka penulis menyimpulkan hal-hal seperti berikut:

1. Esensi belajar yaitu perubahan perilaku yang terjadi pada individu (orang yang telah melaksanakan belajar) sebagai akibat karena adanya interaksi dengan lingkungan. Keberhasilan ketercapaian tujuan pendidikan banyak bergantung bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.

2. Perpustakaan adalah komponen utama sekolah. Oleh karenanya keradaan perpustakaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari organisasi sekolah di mana perpustakaan berada. Ruang perpustakaan adalah ruang untuk menyimpan dan memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka. Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik dan guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka dengan membaca, mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola perpustakaan.

3. Kemampuan kebiasaan membaca pada diri siswa merupakan kunci sukses bagi materi pelajaran dan kegiatan pembelajaran secara keseluruhan. Budaya untuk terbiasa membaca dapat memberikan pengaruh bagi peningkatan kualitas pembelajaran.


(5)

14

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas ridha dan kehendak-Nya, makalah yang berjudul “Implikasi Pengelolaan Perpustakaan Bagi Peningkatan Kualitas Pembelajaran” dapat diselesaikan.

Guru belum memanfaatkan potensi lingkungan di sekitar sebagai sumber belajar yang berhubungan dengan materi pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, serta berdampak pada perubahan tingkah laku baik menyangkut unsur kognitif, afektif maupun psikomotor, pembaharuan dalam metode, strategi, dan pendekatan dalam proses pembelajaran haruslah terus dilakukan. Sedangkan pemanfaatan sarana seperti perpustakaan merupakan salah satu upaya ke arah pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan

“Tiada gading yang tak retak” demikian kata pepatah. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat dinantikan .

Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Terma kasih.

Purwakarta, September 2012 Penulis


(6)

15 DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penulisan ... 3

D. Prosedur Pemecahan Masalah ... 3

BAB II IMPLIKASI PENGELOLAAN PERUSTAKAAN BAGI PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN ... 4

A. Hakikat Pembelajaran ... 4

B. Pengelolaan Perpustakaan ... 9

C. Implikasi Pengelolaan Perpustakaan Bagi Peningkatan Kualitas Pembelajaran ... 11