OPTIMALISASI FUNGSI MANAJEMEN KESISWAAN DALAM MENINGKATKAN POTENSI BERORGANISASI SISWA DI MA MA’ARIF 7 SUNAN DRAJAT PACIRAN LAMONGAN.

(1)

OPTIMALISASI FUNGSI MANAJEMEN KESISWAAN DALAM MENINGKATKAN POTENSI BERORGANISASI SISWA

DI MA MA’ARIF 7 SUNAN DRAJAT PACIRAN LAMONGAN

SKRIPSI

Oleh : Miftahul Abidin NIM.D03209022

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Miftahul Abidin (NIM.D03209022). Optimalisasi fungsi manajemen kesiswaan dalam meningkatkan potensi berorganisasi siswa di MA Ma’arif 7 Sunan Drajat Paciran Lamongan. Skripsi. Surabaya: Program Strata 1 Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya.

Penelitian ini mengkaji dua rumusan masalah yaitu: 1) Bagaimana manajemen kesiswaan di MA Ma’arif 7 Sunan Drajat? 2) Bagaimana Optimalisasi fungsi manajemen kesiswaan dalam meningkatkan potensi berorganisasi siswa di MA Ma’arif 7 Sunan Drajat?

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Manajemen kesiswaan di MA Ma’arif 7 Sunan Drajat. 2) Optimalisasi fungsi manajemen kesiswaan dalam meningkatkan potensi berorganisasi siswa di MA Ma’arif 7 Sunan Drajat.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif lapangan dengan teknik pengumpulan data yaitu: observasi, wawancara, dokumentasi dan triangulasi data. Analisis data dalam penelitian ini berupa teknik analisis deskriptif, yaitu metode analisis data yang berupa kata-kata, gambar dan bukan angka.

Kesimpulan/temuan penelitian ini yaitu meliputi: 1) Manajemen kesiswaan di MA Ma’arif 7 Sunan Drajat tidak hanya dilaksanakan oleh waka kesiswaan saja akan tetapi dengan cara bekerjasama dengan waka kurikulum dan waka BK. Tugas manajemen kesiswaan di MA Ma’arif 7 Sunan Drajat meliputi: perencanaan kesiswaan, penerimaan siswa baru, pengelompokan siswa, pembinaan disiplin siswa, kelulusan dan alumni, kegiatan ekstra kelas serta Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). 2) Manajemen kesiswaan MA Ma’arif 7 Sunan Drajat dalam meningkatkan potensi berorganisasi siswa yaitu: Pertama, selama tiga bulan yang akan dijadikan calon ketua OSIS mengikuti training. Kedua, seluruh siswa kelas XI dan siswa yang berpotensi menjadi pengurus mengikuti pembekalan. Ketiga, debat calon ketua OSIS. Keempat, pemilihan ketua secara demokratis. Kelima, mengadakan kumpul rutin. Keenam, siswa diberi kepercayaan untuk mengelola organisasinya/kegiatannya.

Hasil dari optimalisasi fungsi manajemen kesiswaan dalam meningkatkan potensi berorganisasi siswa di MA Ma’arif 7 Sunan Drajat yaitu: pertama, pengurus yang pada awalnya menunggu arahan dari kepala sekolah/waka kesiswaan/pembina OSIS, sekarang mereka mampu mengambil keputusan sendiri. Kedua, para pengurus mampu mengorganisir para anggotanya. Ketiga, pengurus menjadi percaya diri. Keempat, memiliki sikap adil. Kelima, mampu mengendalikan organisasi. Keenam, memiliki jiwa keikhlasan. Ketujuh, pengurus OSIS tetap berprestasi, walaupun mereka telah menjadi pengurus Kemudian dari kajian dan temuan tersebut kiranya dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan potensi berorganisasi siswa di lembaga pendidikan. Selanjutnya, penelitian ini diharapkan menjadi khazanah dan masukan bagi pengelola manajemen kesiswaan di MA Ma’arif 7 Sunan Drajat, pengurus OSIS MA Ma’arif 7 Sunan Drajat, bahan informasi bagi civitas akademika dan semua pihak yang membutuhkan di lingkungan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya.


(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Sudah menjadi suatu rahasia umum bahwa maju atau tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor pendidikan. Begitu pentingnya pendidikan, sehingga suatu bangsa dapat diukur apakah bangsa itu maju atau mundur, karna seperti yang kita ketahui bahwa suatu Pendidikan tentunya akan mencetak Sumber Daya Manusia yang berkualitas baik dari segi spritual, intelegensi dan skill dan pendidikan merupakan proses mencetak generasi penerus bangsa. Apabila output dari proses pendidikan ini gagal maka sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan.

Agar tujuan pendidikan bisa tercapai, maka perlu adanya manajemen, alasannya keberhasilan dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan akan sangat bergantung kepada Manajemen, komponen-komponen pendukung pelaksanaan kegiatan seperti kurikulum, kesiswaan, pembiayaan, tenaga pelaksana, dan sarana prasarana. Komponen-komponen tersebut merupakan satu kesatuan dalam upaya pencapaian tujuan lembaga pendidikan, artinya


(7)

2

bahwa satu komponen tidak lebih penting dari komponen lainnya. Akan tetapi satu komponen memberikan dukungan bagi komponen lainnya sehingga memberikan kontribusi yang tinggi terhadap pencapaian tujuan lembaga pendidikan tersebut.

Salah satu komponen yang keberadaannya sangat dibutuhkan yaitu Manajemen kesiswaan, terlebih bahwa pelaksanaan kegiatan pendidikan di sekolah, peserta didik merupakan subyek sekaligus objek dalam proses transformasi ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan. Oleh karena itu keberadaan peserta didik tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan saja, akan tetapi harus merupakan bagian dari kebermutuan dari lembagaan pendidikan. Artinya bahwa dibutuhkan Manajemen kesiswaan yang bermutu bagi lembaga pendidikan itu sendiri. Sehingga peserta didik itu dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial emosional, dan kejiwaan peserta didik.

Hal ini selaras dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 yang menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan


(8)

3

Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Kebutuhan peserta didik dalam mengembangkan dirinya tentu saja beragam dalam hal pemrioritasan, seperti disatu sisi para peserta didik ingin sukses dalam hal prestasi akademiknya, disisi lain ia juga ingin sukses dalam hal sosialisasi dengan teman sebayanya. Bahkan ada juga peserta didik yang ingin sukses dalam segala hal. Pilihan-pilihan yang tepat atas keberagaman keinginan tersebut tidak jarang menimbulkan masalah bagi para peserta didik. Oleh karena itu diperlukan layanan bagi peserta didik yang dikelola dengan baik.

Mulyono, dalam manajemen administrasi dan organisasi pendidikan mengemukakan bahwa manajemen kesiswaan adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara kontinu terhadap seluruh peserta didik (dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti PBM dengan efektif dan efisien.2 Manajemen kesiswaan juga berarti seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara kontinu terhadap seluruh peserta didik agar dapat mengikuti proses belajar mengajar secara efektif dan

1

UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Bandung; Fokusmedia, 2006), hlm. 7.

2

Mulyono, Manajemen Administrasi Dan Organisasi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), hlm. 178.


(9)

4

efesien, mulai dari penerimaan peserta didik hingga keluarnya peserta didik dari suatu sekolah.3

Kegiatan lain yang berhubungan langsung dengan siswa di antaranya adalah organisasi siswa. Organisasi pada dasarnya merupakan wadah sekelompok manusia yang dipersatukan dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.4 Kita tahu bahwa kemampuan dalam berorganisasi memang harus dimiliki oleh setiap peserta didik. Oleh karena itulah, siswa perlu dibekali kemampuan dalam berorganisasi, karena tugas peserta didik disekolah tidak hanya belajar, selain itu peserta didik juga ditutut untuk mengamalkan ilmunya di masyarakat untuk mengajar, dan membimbing masyarakat.

Mengingat tugas dan kewajiban tersebut, maka sudah sepatutnya para peserta didik selalu mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya guna menghadapi tugas di masa depan. Dan seiring dengan dinamika kemajuan zaman dan tuntutan perkembangan masyarakat, maka para peserta didik juga harus terus berupaya membekali diri dengan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi serta berbagai metodologi dakwah, sehingga dapat mengiringi kemajuan masyarakat, dan kegiatan dakwahnya dapat diterima di masyarakat.5

3

Ary Gunawan, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), Cet.I, hlm.9.

4

MU YAPPI, Manajemen Pengembangan Pondok Pesantren, (Jakarta: Media Nusantara, 2008), hlm. 104.

5


(10)

5

Mengingat proses pembelajaran di dalam kelas tidak cukup untuk memberikan bekal tentang organisasi dan metode bermasyarakat, maka peran organisasi siswa menjadi sangat penting bagi peserta didik. Organisasi siswa dengan berbagai kegiatan ekstra kurikulernya akan berfungsi sebagai wahana untuk berlatih di bidang keorganisasian, kepemimpinan dan keterampilan.

Salah satu perwujudan dari peningkatan potensi berorganisasi siswa adalah dengan dibentuknya OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Secara mendasar OSIS merupakan organisasi peserta didik yang resmi diakui dan diselenggarakan di sekolah dengan tujuan untuk melatih kepemimpinan peserta didik serta memberikan wahana bagi murid untuk melakukan kegiatan-kegiatan ko-kurikuler yang sesuai.6

Nilai yang terdapat dalam OSIS adalah pengalaman memimpin, pengalaman bekerjasama, hidup demokratis, berjiwa toleransi dan pengalaman mengendalikan organisasi.7 Karena OSIS merupakan salah satu wadah dari manajemen kesiswaan, maka perlu adanya usaha dari fungsi manajemen kesiswaan untuk mencapai tujuan, tentunya untuk meningkatkan potensi berorganisasi peserta didik itu sendiri, seperti di MA Ma’arif 7 Sunan Drajat yang memberi pelatihan-pelatihan berorganisasi, salah satunya yaitu dengan adanya program LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan) .

6

Drs. H. M. Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), cet. III, hlm. 62.

7

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan, Administrasi Pendidikan, (Malang: FIP IKIP Malang, 1989), cet. II, hlm. 127.


(11)

6

Berangkat dari permasalahan di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang “Optimalisasi Fungsi Manajemen Kesiswaan Dalam Meningkatkan Potensi Berorganisasi Siswa Di MA Ma’arif 7 Sunan Drajat”.

B. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini dapat terarah dan mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan, maka penelitian ini merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana manajemen kesiswaan di MA Ma’arif 7 Sunan Drajat?

2. Bagaimana Optimalisasi fungsi manajemen kesiswaan dalam meningkatkan potensi berorganisasi siswa di MA Ma’arif 7 Sunan Drajat Paciran Lamongan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Manajemen kesiswaan di MA Ma’arif 7 Sunan Drajat Lamongan.

2. Untuk mengetahui Optimalisasi fungsi manajemen kesiswaan dalam meningkatkan potensi berorganisasi siswa di MA Ma’arif 7 Sunan Drajat Lamongan.


(12)

7

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian terhadap Optimalisasi Fungsi Manajemen Kesiswaan dalam Meningkatkan Potensi Berorganisasi Siswa di MA Ma’arif 7 Sunan Drajat ini diharapkan memberikan sejumlah manfaat, antara lain:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangsih dalam menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan Optimalisasi Fungsi Manajemen Kesiswaan dalam Meningkatkan Potensi Berorganisasi Siswa, baik pada jurusan Kependidikan Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya maupun bagi masyarakat umum.

2. Secara praktis, dapat bermanfaat bagi para pembaca, pengajar, dan para pihak yang berkecimpung dalam lembaga pendidikan pada umumnya, serta bagi penulis khususnya agar menyadari betapa pentingnya Optimalisasi Fungsi Manajemen Kesiswaan dalam Meningkatkan Potensi Berorganisasi Siswa.

3. Secara institusional/ kelembagaan, dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran, bahan masukan dan bahan pertimbangan di MA Ma’arif 7 Sunan Drajat dalam memecahkan permasalahan atau pengambilan keputusan khususnya yang berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan dengan mengoptimalkan fungsi manajemen kesiswaan dalam meningkatkan potensi berorganisasi siswa.


(13)

8

E. Definisi Operasional

Untuk memudahkan pemahaman dan menghindari kesalahpahaman, maka penulis akan memberikan penegasan beberapa istilah terkait dengan judul skripsi yang berjudul “Optimalisasi Fungsi Manajemen Kesiswaan Dalam Meningkatkan Potensi Berorganisasi Siswa di MA Ma’arif 7 Sunan Drajat”.

1. Optimalisasi Manajemen Kesiswaan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, optimalisasi adalah proses, cara, perbuatan mengoptimalkan (menjadikan paling baik, paling tinggi, dan sebagainya).8 Jadi optimalisasi disini adalah usaha manajemen kesiswaan untuk meningkatkan potensi berorganisasi siswa.

Sedangkan Manajemen kesiswaan merupakan proses pengurusan segala hal yang berkaitan dengan siswa, pembinaan sekolah mulai dari perencanaan penerimaan siswa, pembinaan selama siswa berada di sekolah, sampai dengan siswa menamatkan pendidikannya melalui penciptaan suasana yang kondusif terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif.9

Dari penjelasan diatas yang dimaksud penulis yaitu upaya manajemen kesiswaan dalam membina siswa dalam berorganisasi, sehingga siswa memiliki kemampuan dalam berorganisasi di sekolah.

8

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), Edisi 3, hlm. 800.

9


(14)

9

2. Potensi Keorganisasian Siswa

Potensi : daya, kekuatan, kemampuan, kesanggupan, kekuasaan, yang mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkan, atau sesuatu yang dapat menjadi actual.10

Keorganisasian: berasal dari kata Organisasi : suatu sistem yang terdiri dari pola aktivitas kerjasama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh sekelompok orang untuk mmencapai suatu tujuan.11

Siswa : orang yang melakukan aktifitas dan kegiatan di kelas yang ditempatkan sebagai obyek dan arena perkembangan ilmu pengetahuan dan kesadaran manusia, maka siswa bergerak kemudian menduduki fungsi sebagai subyek. Artinya siswa bukan barang atau obyek yang hanya dikenai akan tetapi juga objek yang memiliki potensi dan pilihan untuk bergerak.12

Dari penjelasan diatas yang dimaksud penulis dengan keorganisasian siswa adalah suatu wadah atau arena kehidupan siswa yang berada di tingkat sekolah, yang dikelola oleh siswa yang terpilih dari beberapa siswa untuk menjadi pengurus. Organisasi yang ada di sekolah biasanya adalah organisasi siswa intra sekolah, pramuka, dll. Akan tetapi peneliti hanya fokus meneliti pada Organsasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).

10

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet. III, hlm. 890.

11

Komang Ardana dkk, Perilaku Keorganisasian, (Jogyakarta: Graha Ilmu, 2008), hal. 1.

12


(15)

10

3. MA Ma’arif 7 Sunan Drajat

MA Ma’arif 7 Sunan Drajat adalah Madrasah yang bernaung dibawah yayasan Pondok Pesantren Sunan Drajat. Adapun letak geografisnya di daerah pesisir utara laut jawa tepatnya di Desa Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika yang dimaksud di sini adalah merupakan keseluruhan dari isi penelitian secara singkat yang terdiri dari 5 (lima) bab. Maka untuk lebih jelasnya penulisan sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN, Dalam bab ini peneliti memaparkan secara singkat tentang beberapa permasahan yang melatarbelakangi penelitian ini, yaitu terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, definisi operasional dan sistematika pembahasan.

BAB II : KAJIAN TEORI, Dalam bab ini berisi kajian teori yang menjelaskan secara rinci tentang konsep manajemen kesiswaan, (pengertian manajemen kesiswaan, landasan hukum manajemen kesiswaan, tujuan manajemen kesiswaan, peran dan fungsi manajemen kesiswaan), keorganisasian siswa, dan optimalisasi fungsi manajemen kesiswaan dalam meningkatkan potensi


(16)

11

berorganisasi siswa.

BAB III : METODE PENELITIAN, Bab ini merupakan penjelasan tentang metode penelitian yang peneliti gunakan yang terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan temuan, dan tahapan-tahapan penelitian.

BAB IV : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN, Pada bab IV (empat) ini merupakan pembahasan mendetail yaitu gambaran umum MA Ma’arif 7 Sunan Drajat Lamongan, temuan data penelitian dan analisis temuan data penelitian.

BAB V : PENUTUP, Bab ini merupakan Bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran dari peneliti.


(17)

12

BAB II LANDASAN TEORI A Manajemen Kesiswaan

Manusia adalah makhluk sosial yang setiap saat harus berhubungan dengan makhluk yang lain. Oleh karena itu sebenarnya manusia adalah anggota organisasi, yang selalu bekerjasama dan selalu mengadakan aktivitas. Aktivitas-aktivitas tersebut dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan. Agar organisasi dapat berjalan sebagaimana mestinya dalam mencapai tujuan dapat efektif dan efisien, maka perlu dikelola dan diatur dengan sebaik-baiknya, yaitu dengan ilmu yang disebut manajemen.1 Oleh karena itu kita perlu memahami hal-hal yang berhubungan dengan manajemen, di antaranya yaitu:

1. Pengertian Manajemen Kesiswaan

Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur.2 Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.3 Di bawah ini dijelaskan beberapa pendapat yang menjelaskan tentang pengertian manajemen.

1

Musfirotun Yusuf, Manajemen Pendidikan: Sebuah Pengantar, hlm. 1. 2

Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007),Cet.10, hlm. 1-2.

3

Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen, Dasar, Pengertian dan Masalah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Cet. 4, hlm. 1.


(18)

13

a. Malayu S. P. Hasibuan

Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.4

b. Arifin Abdurrachman

Sebagaimana dikutip oleh M. Ngalim Purwanto, yang mengartikan manajemen merupakan kegiatan-kegiatan untuk mencapai sasaran-sasaran dan tujuan pokok yang telah ditentukan dengan menggunakan orang-orang pelaksana. Jadi, dalam hal ini kegiatan dalam manajemen terutama adalah mengelola orang-orangnya sebagai pelaksana.5

c. Henry L. Sisk

Management is the coordination of all resources through the processes of planning, organizing, directing, and controlling in order to attain stated objectives.6 (Manajemen adalah Pengkoordinasian dari semua sumber-sumber melalui proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pemberian bimbingan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan). Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian inilah yang kemudian disebut sebagai prinsip-prinsip manajemen.

4

Malayu S. P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, op.cit., hlm. 1-2. 5

M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. XVIII, hlm. 7.

6

Henry L. Sisk, Principles of Management (Ohio, South-Western Publishing Company, 1969), hlm. 10.


(19)

14

d. Harold Konts dan Cyril O’Donell

Management is getting things done through people. (Manajemen adalah

penyelesaian pekerjaan melalui orang lain).7 e. George R. Terry

Management is a distinct process consisting of planning, organizing,

actuating, and controlling performance to determine and accomplish stated

objectives by the use ofhuman being and other resources. (Manajemen

merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan: perencanaan, pengorganisasian, penggiatan dan pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lain).8

Dari beberapa pengertian manajemen di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan sebuah proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggiatan dan pengawasan secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.

Sedangkan yang disebut dengan manajemen kesiswaan adalah proses pengurusan segala hal yang berkaitan dengan siswa, pembinaan sekolah mulai dari perencanaan penerimaan siswa, pembinaan selama siswa berada di sekolah,

7

Mulyono, Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), Cet. I, hlm. 17

8


(20)

15

sampai dengan siswa menamatkan pendidikannya melalui penciptaan suasana yang kondusif terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif.9

Mulyono, dalam Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan mengemukakan bahwa manajemen kesiswaan adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara kontinu terhadap seluruh siswa (dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan) agar dapat mengikuti proses PBM dengan efektif dan efisien.10

Manajemen kesiswaan juga berarti seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara kontinyu terhadap seluruh peserta didik agar dapat mengikuti proses belajar mengajar secara efektif dan efisien mulai dari penerimaan peserta didik hingga keluarnya peserta didik dari suatu sekolah.11

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen kesiswaan merupakan proses pengurusan segala hal yang berkaitan dengan siswa mulai dari penerimaan peserta didik hingga keluarnya peserta didik dari suatu sekolah.

Setiap sekolah pastilah berhubungan dengan siswa, yang dalam dunia pendidikan disebut dengan manajemen kesiswaan. Di lingkungan sekolah, siswa merupakan unsur inti kegiatan pendidikan. Karena itu, jika tidak ada

9

W. Mantja, op.cit., hlm. 35.

10

Mulyono, op.cit., hlm. 178 11

Ary Gunawan, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), Cet. I, hlm. 9


(21)

16

siswa, tentunya tidak akan ada kegiatan pendidikan. Lebih-lebih di era persaingan antar lembaga pendidikan yang begitu ketat seperti sekarang, sekolahharus berjuang secara sungguh-sungguh untuk mendapatkan siswa. Tak sedikit lembaga pendidikan yang mati karena kehabisan siswa. Bahkan ada ketua yayasan pendidikan yang mengatakan bahwa mencari siswa jauh lebih sulit daripada mencari guru baru. Ketua Yayasan tersebut mengatakan bahwa, untuk mendapatkan guru baru cukup membuka lamaran, sehari sudah banyak yang datang. Sedangkan untuk mencari siswa, belum tentu dengan mengedarkan brosur dan memasang spanduk siswa akan datang. Hal ini menggambarkan bahwa dalam kegiatan pendidikan di era persaingan ini, siswa merupakan unsur utama yang harus dimenej dan dihargai martabatnya tak jauh berbeda dengan pembeli/konsumen dalam dunia usaha.12

2. Dasar Manajemen Kesiswaan

Dasar hukum manajemen kesiswaan di sekolah secara hierarkis dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang mengamanatkan mencerdaskan kehidupan bangsa.13

b. Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yang menyatakan setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.14

12

Mulyono, op.cit., hlm. 177-178 13

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, UUD ’45 dan Amandemennya, (Surakarta: Pustaka Mandiri), hlm. 2.


(22)

17

c. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yang menyatakan:

“Pada satuan pendidikan SMA/MA/SMALB, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat, kepala satuan pendidikan dalam melaksanakan tugasnya dibantu minimal oleh tiga wakil kepala satuan pendidikan yang masing-masing secara berturut-turut membidangi akademik, sarana dan prasarana, serta kesiswaan (pasal 50 bab VIII tentang standar pengelolaan).”15

d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan:

1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu (pasal 5).

2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus (pasal 5).

3) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus (pasal 5).

14

Ibid., hlm. 23 15

Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: Bp. Cipta Jaya, 2005), hlm. 27.


(23)

18

4) Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak: mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya (pasal 12).16

Dari beberapa dasar hukum di atas dapat disimpulkan bahwa dasar hukum manajemen kesiswaan di sekolah yaitu setiap warganegara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan baik yang memiliki potensi kecerdasan maupun memiliki kelainan fisik.

3. Tujuan dan Fungsi Manajemen Kesiswaan

Manajemen kesiswaan merupakan salah satu bidang operasional yang penting dalam kerangka manajemen sekolah.17 Tujuan umum manajemen kesiswaan adalah untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah.18

Selain itu manajemen kesiswaan di sekolah secara baik dan berdaya guna akan membantu seluruh staf maupun masyarakat untuk memahami

16

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi, 2003), Cet. 1, hlm. 12-15.

17

Nurdin Matry, Implementasi Dasar-Dasar Manajemen Sekolah dalam Era Otonomi Daerah, (Makassar: Aksara Madani, 2008), hlm. 155.

18

E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 46.


(24)

19

kemajuan sekolah. Mutu dan derajat suatu sekolah tergambar dalam sistem sekolahnya.19

Adapun fungsi manajemen kesiswaan secara umum adalah sebagai wahana bagi peserta didik (siswa) untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosialnya, segi aspirasinya, segi kebutuhannya dan segi-segi potensi peserta didik (siswa) yang lainnya.20

Jadi tujuan dan fungsi manajemen kesiswaan ialah mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan serta sebagai wahana bagi siswa untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin.

4. Prinsip-Prinsip Manajemen Kesiswaan

Berkenaan dengan manajemen kesiswaan, ada beberapa prinsip dasar yang harus mendapat perhatian berikut ini, yaitu :

a. Siswa harus diperlakukan sebagai subjek dan bukan objek, sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka.

b. Keadaan dan kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan sebagainya. Oleh karena

19

Piet Sahertian, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), hlm. 103.

20

Imron A., dkk., Manajemen Pendidikan: Analisis Substantif dan Aplikasinya dalam Institusi Pendidikan, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2003), hlm. 53


(25)

20

itu, diperlukan wahana kegiatan yang beragam sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal.

c. Pada dasarnya siswa hanya akan termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang diajarkan.

d. Pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif dan psikomotorik.21

Adapun kewajiban siswa adalah:

a. Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan kecuali siswa yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan ketentuan peraturan undang-undang yang berlaku.

b. Mematuhi ketentuan peraturan yang berlaku. c. Menghormati tenaga kependidikan.

d. Ikut memelihara sarana dan prasarana serta kebersihan dan ketertiban serta keamanan sekolah yang bersangkutan.

Jadi dalam manajemen kesiswaan perlu memperhatikan prinsip-prinsip yang ada agar siswa melaksanakan kewajibannya dan mendapatkan haknya.

5. Tugas Manajemen Kesiswaan

Manajemen kesiswaan memiliki beberapa tugas yang tentunya berkaitan dengan bidang kesiswaan. Yang menjalankan tugas tersebut ialah wakil kepala

21

Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya terhadap Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 121-122.


(26)

21

sekolah (waka kesiswaan) namun kepala sekolah juga tidak lepas dari tugas tersebut, mengapa demikian karena meskipun ada wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, kepala sekolah tetap memegang peran sangat penting karena keputusan akhir setiap kegiatan ada pada kepala sekolah.22

Kepala sekolah mempunyai suatu tanggung jawab kepemimpinan terhadap pengembangan personil murid di sekolah yang dipimpinnya.23 Seorang kepala sekolah harus menyadari bahwa titik pusat tujuan sekolah adalah menyediakan program pendidikan yang direncanakan untuk memenuhi kebutuhan hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan, pribadi dan kebutuhan kemasyarakatan serta kepentingan individu para siswa.24 Indikator keberhasilan kepala sekolah sebagai seorang pemimpin adalah kepuasan kerja guru, sebagai internal customerdan kepuasan siswa serta orang tua siswa sebagai external customer.25

Tugas kepala sekolah (dibantu wakil kepala sekolah bidang kesiswaan) meliputi:26 perencanaan di bidang kesiswaan, penerimaan siswa baru, pengaturan siswa dalam kelompok-kelompok, pembinaan siswa, berakhir

22

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Panduan Manajemen Sekolah, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 1999), hlm. 85-86.

23

Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, Administrasi Pendidikan, (Semarang: IKIP Semarang Press, 1991), hlm. 126

24

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 239.

25

Hari Suderajat, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Bandung: CV Cipta Cekas Grafika, 2005), hlm. 50.

26


(27)

22

dengan pelepasan siswa dari sekolah, serta kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan langsung dengan siswa.27

Oleh karena itu, manajemen kesiswaan akan membahas pengelompokan secara berturut-turut: perencanaan kesiswaan, penerimaan siswa baru, pengelompokan siswa, pembinaan disiplin siswa, kelulusan dan alumni, kegiatan ekstra kelas, serta Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).28

a. Perencanaan Kesiswaan

Kegiatan ini mencakup: sensus sekolah dan penentuan jumlah siswa yang diterima. Sensus sekolah adalah pendataan anak-anak usia sekolah yang diperkirakan akan masuk sekolah. Sensus sekolah akan mempengaruhi penetapan penentuan jumlah siswa yang diterima, di samping diperlukan untuk mendirikan sekolah-sekolah baru bila dianggap perlu. Penentuan jumlah siswa yang diterima sangat bergantung pada jumlah kelas atau fasilitas tempat duduk yang tersedia. Prakiraan jumlah siswa yang akan diterima dapat dibuat berdasarkan prakiraan siswa yang akan meninggalkan sekolah, walaupun mungkin ada yang harus tetap tinggal di sekolah itu.29 b. Penerimaan Siswa Baru

27

Tholib Kasan, Teori dan Aplikasi Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Studi Press), hlm. 75

28

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan, Administrasi Pendidikan, (Malang: FIP IKIP Malang, 1989), hlm. 89.

29


(28)

23

Pengelolaan penerimaan siswa baru harus dilakukan sedemikian rupa, sehingga kegiatan mengajar-belajar sudah dapat dimulai pada hari pertama setiap tahun ajaran baru.30

Dalam penerimaan siswa baru terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan seperti: penetapan persyaratan siswa yang akan diterima, pembentukan panitia penerimaan siswa baru,31 dan orientasi siswa baru.32

1) Penetapan persyaratan siswa yang akan diterima.

Setiap sekolah berbeda dalam menetapkan persyaratan calon siswa yang akan diterima. Pada umumnya persyaratan itu menyangkut aspek: umur, kesehatan, kemampuan hasil belajar dan persyaratan administrasi lainnya. Pemerintah dalam hal ini departemen pendidikan dan kebudayaan, melalui kantor wilayah tingkat propinsi selalu memberikan pedoman kepada setiap tingkat dan jenis sekolah menjelang awal masa penerimaan siswa baru. Kewajiban kepala sekolah untuk aktif mencari informasi baru tentang ketentuan-ketentuan tersebut. Persyaratan untuk masuk SMA adalah sebagai berikut:

a) Salinan Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) yang disahkan. b) Salinan raport kelas tertinggi.

c) Surat keterangan kelahiran.

30

B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 74.

31

Rohiat, Manajemen Sekolah: Teori dan Praktik, (Bandung: PT Refika Aditama, 2008), hlm. 25.

32


(29)

24

d) Surat keterangan kesehatan. e) Surat keterangan kelakuan baik. f) Mengisi formulir pendaftaran. g) Pas foto ukuran 3 x 4 atau 4 x 6. h) Membayar biaya pendaftaran.

Adapun persyaratan yang telah ditentukan hendaknya dapat dikomunikasikan kepada masyarakat luas beberapa hari sebelum waktu pendaftaran dimulai.33

Cara penerimaan siswa baru yaitu: Pertama, berdasarkan hasil tes masuk, yaitu siapa yang diterima dari calon peserta didik yang mendaftar, ditentukan berdasarkan hasil tes yang diadakan. Sekolah menentukan nilai batas lulus, calon yang memperoleh nilai tes masuk sama atau lebih tinggi dari nilai batas lulus dinyatakan diterima. Kedua, berdasarkan hasil evaluasi akhir atau UN. Dengan cara ini filter atau penyaring diterimanya calon peserta didik yang mendaftar didasarkan pada posisi jumlah nilai UN yang dimiliki dikaitkan dengan posisi jumlah nilai UN dari semua pendaftar. Semua calon diranking menurut jumlah nilai UN, penentuan siapa yang diterima didasarkan pada ranking nilai UN, dimulai dari nilai UN tertinggi hingga

33


(30)

25

nilai UN tertentu, sampai jumlah peserta didik yang diperlukan sekolah terpenuhi.34

2) Pembentukan panitia penerimaan siswa baru

Pembentukan panitia penerimaan siswa baru dilakukan sekali setahun. Oleh karena itu dibentuk khusus untuk itu dan dibubarkan setelah kegiatan selesai.35

Panitia penerimaan siswa baru terdiri dari kepala sekolah dan beberapa guru yang ditunjuk untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan yakni: a) Syarat-syarat pendaftaran murid baru.

b) Formulir pendaftaran. c) Pengumuman.

d) Buku pendaftaran. e) Waktu pendaftaran.

f) Jumlah calon yang diterima.36 3) Orientasi siswa baru

Orientasi siswa baru adalah kegiatan yang merupakan salah satu bagian dalam rangka proses penerimaan siswa baru. Ada beberapa istilah yang digunakan untuk memberi kegiatan ini. Istilah-istilah itu di antaranya ialah Masa Orientasi Siswa (MOS) dan pengenalan kampus menjadi OSPEK.

34

Harbangan Siagian, Administrasi Pendidikan: Suatu Pendekatan Sistemik, (Semarang: Satya Wacana), hlm. 101-102.

35

Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, op.cit., hlm. 127.

36


(31)

26

Tujuan orientasi siswa baru ialah memperkenalkan berbagai masalah tentang sekolah, agar siswa baru dapat segera menyesuaikan diri dengan kehidupan sekolah.37

Sebelum siswa baru menerima pelajaran biasa di kelas-kelas, ada sejumlah kegiatan yang harus diikuti oleh mereka selama OSPEK, kegiatan-kegiatan itu diantaranya, yaitu :

a) Perkenalan dengan para guru dan staf sekolah. b) Perkenalan dengan siswa lama.

c) Perkenalan dengan pengurus OSIS. d) Penjelasan tentang tata tertib sekolah.

e) Mengenal dan meninjau fasilitas-fasilitas sekolah, misalnya laboratorium, perpustakaan, ruang senam, sanggar tari, sanggar musik, dan lain sebagainya.38

c. Pengelompokan Siswa

Sebagai kegiatan ketiga dalam manajemen kesiswaan adalah pengelompokan siswa. Pengelompokan siswa dilakukan terutama bagi siswa yang baru diterima dalam kegiatan penerimaan siswa baru. Tujuannya agar program kegiatan belajar bisa berlangsung dengan sebaik-baiknya.39 Oleh karena itu setiap sekolah setiap tahunnya pastilah selalu melaksanakan pengelompokan

37

Tholib Kasan, hlm. 75.

38

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan, op.cit., hlm. 98 39

Ibrahim Bafadal, Dasar-Dasar Manajemen dan Supervisi Taman Kanak-Kanak,


(32)

27

siswa. Macam-macam pengelompokan siswa, diantaranya yaitu sebagai berikut:

1) Pengelompokan dalam kelas-kelas

Agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik, maka siswa dalam jumlah besar perlu dibagi-bagi dalam kelompok yang lebih kecil yang disebut kelas. Banyaknya kelas disesuaikan dengan jumlah murid yang diterima sedangkan jumlah murid untuk setiap kelas (class size) berbeda untuk setiap tingkat dan jenis sekolah.40

Dalam menentukan berapa besar kelas ini, berlaku prinsip: semakin kecil kelas semakin baik. Karena, dengan demikian guru akan bisa lebih memperhatikan murid-murid secara individual.41

2) Pengelompokan berdasarkan bidang studi

Pengelompokan berdasarkan bidang studi yang lazim disebut juga dengan istilah penjurusan. Ialah pengelompokan siswa yang disesuaikan dengan minat dan bakatnya. Pengukuran minat dan bakat siswa didasarkan pada hasil prestasi belajar yang dicapai dalam mata pelajaran yang diikuti. Berdasarkan hasil-hasil yang dicapai dalam berbagai mata pelajaran itulah seorang siswa diarahkan pada jurusan di mana ia memperoleh nilai-nilai baikpada mata pelajaran untuk jurusan tersebut.42

40

W. Mantja, op.cit., hlm. 38 41

Ibrahim Bafadal, Dasar-Dasar Manajemen dan Supervisi Taman Kanak-Kanak,

(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), hlm. 34

42


(33)

28

3) Pengelompokan berdasarkan spesialisasi

Pengelompokan berdasarkan spesialisasi hanya terdapat di sekolah-sekolah kejuruan. Pada hakikatnya, penjurusan sama dengan pengelompokan berdasarkan bidang studi, namun lebih menjurus ke arah yang lebih khusus.43

4) Pengelompokan dalam sistem kredit

Pengajaran dengan sistem kredit ialah sistem yang menggunakan ukuran satuan kredit untuk memberikan bobot bagi setiap mata pelajaran bobot satu kredit, lengkapnya satu satuan kredit semester (1 SKS). Pengajaran dengan sistem kredit bisa dilaksanakan dengan dua cara yaitu: sistem kredit dengan sistem paket dan sistem kredit dengan sistem pilihan. Sistem kredit yang dilaksanakan di SMA dewasa ini ialah sistem kredit dengan sistem paket, di perguruan tinggi dilaksanakan sistem kredit dengan sistem paket dan pilihan.44

5) Pengelompokan berdasarkan kemampuan

Pengelompokan ini didasarkan atas kemampuan siswa di mana siswa yang pandai dikumpulkan dalam kelompok siswa yang pandai, dan siswa yang kurang pandai berada dalam kelompok kurang pandai atau lambat.45

6) Pengelompokan berdasarkan minat

43

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan, op.cit., hlm. 99.

44

Tholib Kasan, hlm. 77

45


(34)

29

Pengelompokan berdasarkan minat banyak dilaksanakan dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler.Oleh karena kegiatan-kegiatan-kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler cukup banyak jenisnya, maka kepada para siswa diberi kebebasan untuk memilih jenis kegiatan yang sesuai dengan minatnya.46

d. Pembinaan Disiplin Siswa

Masalah disiplin merupakan suatu masalah penting yang dihadapi sekolah-sekolah dewasa ini. Bahkan sering masalah disiplin digunakan sebagai barometer pengukur kemampuan kepala sekolah dalam memimpin sekolahnya.47 Disiplin juga sangat penting artinya bagi siswa. Oleh karena itu, ia harus ditanamkan secara terus menerus agar menjadi kebiasaan bagi siswa. Orang-orang yang berhasil dalam bidangnya masing-masing umumnya mempunyai kedisiplinan yang tinggi. Sebaliknya orang yang gagal, umumnya tidak disiplin.

Apa yang dimaksud dengan disiplin? Disiplin adalah suatu keadaan di mana sesuatu itu berada dalam keadaan tertib, teratur dan semestinya, serta tiada suatu pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung atau tidak langsung. Adapun pengertian disiplin siswa adalah suatu keadaan tertib dan teratur yang dimiliki oleh siswa di sekolah, tanpa ada

46

Tholib Kasan, hlm. 77

47


(35)

30

pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap siswa sendiri dan terhadap sekolah secara keseluruhan.

Teknik-teknik pembinaan disiplin siswa adalah sebagai berikut:

1) Teknik external control, ialah suatu teknik di mana disiplin siswa haruslah dikendalikan dari luar siswa.48 Teknik external controlini berupa bimbingan dan penyuluhan. Sering external controldalam arti “pengawasan” perlu diperketat, namun hendaklah secara “human” (kemanusiaan). Yang perlu diperhatikan ialah, bahwa penggunaan teknik ini hendaklah disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik.49

2) Teknik inner control, atau internal control. Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik di atas. Teknik ini mengupayakan agar siswa dapat mendisiplinkan diri mereka sendiri. Siswa disadarkan akan arti pentingnya disiplin. Jika teknik inner controlini yang dipilih oleh guru, maka guru haruslah bisa menjadi teladan dalam hal kedisiplinan. Sebab, guru tidak akan dapat mendisiplinkan siswa, tanpa ia sendiri harus berdisiplin.

3) Teknik cooperative control. Menurut teknik ini, antara guru dan siswa harus saling bekerjasama dengan baik dalam menegakkan disiplin. Guru dan siswa lazimnya membuat semacam kontrak perjanjian yang berisi

48

Ali Imron, dkk., Perspektif Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2004), hlm. 93-94

49


(36)

31

aturan-aturan kedisiplinan yang harus ditaati bersama-sama. Sanksi atas pelanggaran disiplin juga ditaati dan dibuat bersama.50

e. Kelulusan dan Alumni

Proses kelulusan adalah kegiatan paling akhir dari manajemen kesiswaan. Kelulusan adalah pernyataan dari sekolah sebagai suatu lembaga tentang telah diselesaikannya program pendidikan yang harus diikuti oleh siswa. Setelah seorang siswa selesai mengikuti seluruh program pendidikan di suatu sekolah, dan berhasil lulus dalam UN, maka kepadanya diberikan surat keterangan atau sertifikat, yang umumnya disebut Ijazah atau Surat Tanda Tamat Belajar (STTB).

Proses kelulusan biasanya ditandai atau dikukuhkan dalam suatu upacara, yang biasa disebut “upacara kelulusan”. Akhir-akhir ini istilah kelulusan banyak diganti dengan istilah “wisuda”. Dalam wisuda ini, di samping mewisuda siswa-siswa yang lulus, sekaligus sekolah “melepas” siswa dan “menyerahkan kembali” kepada para orang tua. Dengan demikian “habislah” (dalam arti telah selesai) hubungan ikatan antara sekolah dan orang tua siswa. Sedangkan hubungan para lulusan (alumni) dan sekolah diharapkan masih akan tetap terjalin.

Hubungan sekolah dan alumni memang perlu tetap dipelihara. Dari hubungan dengan alumni ini, sekolah bisa memanfaatkan hasil-hasilnya. Sekolah bisa menjaring berbagai informasi. Misalnya, informasi tentang

50


(37)

32

materi-materi pelajaran mana yang kiranya sangat membantu studi di perguruan tinggi. Mungkin juga informasi tentang lapangan kerja yang bisa dijangkau bagi alumni yang tidak melanjutkan studi. Hubungan antara sekolah dengan para alumni dapat dipelihara pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan oleh para alumni, yang biasa disebut dengan istilah “reuni”.51

f. Kegiatan Ekstra Kurikuler

Langkah tepat yang harus diambil kepala sekolah dan para guru harus mengembangkan pengertian yang lebih besar dan memahami isi hati para siswa, untuk melibatkan para siswa secara aktif di dalam berbagai keputusan. Wahana yang paling tepat untuk melibatkan para siswa tersebut adalah kegiatan-kegiatan di luar kurikuler atau kegiatan ekstrakurikuler.52 Yang dimaksud dengan kegiatan ekstra kurikuler di sini adalah kegiatan di luar jam-jam pelajaran resmi. Artinya di luar jam-jam pelajaran yang tercantum dalam jadwal pelajaran.53

Kegiatan ekstra kurikuler dimaksudkan untuk mengembangkan pribadi siswa karena kegiatan-kegiatan itu walaupun tidak secara langsung menuju kegiatan kurikuler yang berdampak pengajaran, namun ekstrakurikuler berdampak pengiring, yang kemungkinan hasilnya akan berjangka panjang.

51

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan, op.cit., hlm. 120-121.

52

Wahyosumidjo, op cit, hlm. 239

53


(38)

33

Tujuan ekstra kurikuler adalah agar siswa dapat memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan, mendorong pembinaan nilai dan sikap demi untuk mengembangkan minat dan bakat siswa. Jenis-jenis kegiatan ekstrakurikuler yang dapat disediakan seperti: Pramuka, olahraga dan sebagainya.54

g. Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)

Arti organisasi secara umum ialah suatu sistem kerjasama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan.55 Selain itu organisasi juga merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar, yang memungkinkan anggota mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai melalui tindakan individu secara terpisah.56

Sedangkan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) merupakan wadah atau arena tempat kehidupan siswa di sisi lain, yaitu kehidupan siswa sebagai calon-calon anggota masyarakat.57 OSIS merupakan satu-satunya wadah organisasi siswa di sekolah untuk mencapai atau sebagai salah satu jalur tercapainya tujuan pembinaan kesiswaan.58

54

W. Mantja, op.cit., hlm. 40-41.

55

Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, (Jakarta: CV Rajawali, 1990), hlm. 17

56

Dydiet Hardjito, Teori Organisasi dan Teknik Pengorganisasian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), hlm. 5

57

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan, op.cit., hlm. 125-126

58


(39)

34

B Organisasi Kesiswaan 1. Definisi Organisasi

Suatu organisasi di bentuk karena mempunyai dasar dan tujuan yang ingin dicapai. Pencapaian tujuan bukan hanya kepuasan individual, tetapi kepuasan dan manfaat bersama.

Untuk itu kalau kita berbicara tentang organisasi maka sebagian dari para ahli berpendapat,bahwa organisasi ditinjau dari segi etimologis (bahasa) adalah berasal dari kata “organ” yang berarti susunan badan manusia yang terdiri dari berbagai bagian menuju satu tujuan .

Jika ditinjau dari segi terminology (istilah) sebagaimana yang dikemukakan oleh James D Mooney, organisasi adalah bentuk perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama.59 Akan tetapi perlu kita fahami bahwa yang menjadi dasar organisasi, bukan “SIAPANYA”akan tetapi “APANYA”yang berarti bahwa yang dipentingkan bukan siapa orang yang akan memegang organisasi ,tetapi “APAKAH”tugas dari dari organisasi ?

Masih banyak rumusan-rumusan pendapat tentang organisasi, akan tetapi dapat kita ambil kesimpulan ada kesamaan dasar tentang organisasi.

1. Adanya sekelompok orang yang saling bekerjasama 2. Adanya tujuan yang sama

3. Adanya bentuk/struktur dan

59


(40)

35

4. Adanya aktivitas.

2. Prinsip Organisasi

Suatu organisasi bisa dikatakan solid jika memiliki sifat sebagai berikut: 1. Mempunyai tujuan yang jelas

2. Tujuan organisasi harus di terima dan di fahami oleh setiap orang di dalam organisasi

3. Memiliki kesatuan arah

4. Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggungjawab 5. Berkesinambungan

6. Penempatan orang harus sesuai ahlinya serta 7. Adanya pembagian tugas.

3. Contoh-Contoh Organisasi Di Sekolah

Di bawah ini contoh beberapa organisasi dalam lembaga pendidikan, diantaranya:

a. Pendidikan Kepramukaan

b. Pasukan Pengibar Bendera (PASKIBRA) c. Palang Merah Remaja (PMR)

d. OSIS


(41)

36

C. Minat Siswa Dalam Berorganisasi & Peran Sekolah Dalam Meningkatkan Minat Siswa Berorganisasi

Ketertarikan atau minat siswa terhadap organisasi yang ada di sekolah dipengaruhi oleh beberapa hal seperti:

1) Kebutuhan Psikologis, seperti pertemanan, merasakan kebersamaan 2) Kebutuhan untuk mewujudkan cita-cita atau pengembangan bakat

Keinginan dan cita-cita dapat mendorong munculnya minat terhadap sesuatu, seperti keinginan atau cita-cita menjadi dokter. Secara otomatis orang tersebut terdorong dan berminat untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan ilmu kedokteran (kesehatan, penyakit-penyakit). Semakin besar cita-cita atau keinginan, maka semakin besar/tinggi minat yang muncul dalam diri seseorang

3) Pengaruh Kebudayaan

Kebudayaan terdiri dari dua lingkup, yakni lingkup mikro (individual) dan lingkup makro (sosial,adat istiadat) kebudayaan dapat memunculkan minat-minat tertentu seperti tari-tarian, lagu, karya seni, semua itu akan menarik orang untuk memperhatikan dan mempelajari kebudayaan dari


(42)

37

daerah asal kesenian tersebut. Begitu juga berorganisasi, minat berorganisasi siswa dapat timbul karena adanya kebiasaan belajar.60

Sedangkan hal-hal yang bisa dilakukan sekolah untuk meningkatkan minat siswa dalam berorganisasi salah satunya yaitu:

 Melakukan Penelusuran Minat Siswa

Penelusuran minat siswa ini dilakukan oleh sekolah bisa dengan berbagai cara, baik secara angket maupun kegiatan psikotest, sehingga hasil yang di dapat lebih akurat, karena berasal dari diri siswa secara langsung

 Pemberian Nilai

Pemberian nilai ini dimaksudkan agar siswa lebih tertarik dalam mengikuti organisasi, karena banyak siswa yang berfikir malas mengikuti sebuah organisasi dikarenakan tidak adanya reward dari sekolah, sehingga pemberian nilai ini diharapkan dapat menjadi motivator bagi siswa dalam mengikuti organisasi

 Penyediaan Sarana Dan Prasarana

60


(43)

38

Sekolah dapat menyediakan sarana dan prasarana untuk setiap organisasi sehingga dapat menunjang berjalannya organisasi tersebut dengan baik dan memberikan dampak yang baik pula bagi siswanya.

Menumbuhkan Rasa Kebersamaan

Di dalam sebuah organisasi, di mana terdiri dari sekelompok orang atau anggota membuat setiap siswa yang menjadi anggota, dapat merasakan kebersamaan ketika mereka melakukan suatu kegiatan rutinitas yang selalu bersama-sama. Hal ini tentu saja sangat bermanfaat bagi psikologis setiap siswa, terutama siswa yang kurang terbiasa bergaul atau cenderung penyendiri.61

Memperkuat Tali Persaudaraan

Dari kegiatan yang cenderung selalu di lakukan bersama-sama tersebut, membuat siswa merasa semakin dekat dengan antar anggota yang lain sehingga tali persaudaraanpun meningkat

Menebarkan Rasa Tolong-Menolong

61


(44)

39

Ketika setiap siswa melakukan kegiatan di dalam organisasinya, dengan tali persaudaraan yang begitu solid, membuat siswa terbiasa untuk saling tolong-menolong, toleransi dan solidaritas

Memperkaya Informasi

Tentu saja, ketika seorang siswa mulai memasuki sebuah organisasi, itu berarti menambah pula informasi atau ilmu yang di dapatnya, sehingga siswa tidak hanya mendapat informasi atau ilmu dari pelajaran di kelas formal saja melainkan melalui organisasi juga

Meningkatkan Kualitas Pribadi

Kebersamaan yang di rasakan oleh siswa yang aktif di sebuah organisasi, membuat adanya perubahan dari kualitas pribadi setiap siswa, yaitu tentu saja perubahan kea rah yang lebih baik, contohnya: Siswa menjadi lebih sabar, mudah bergaul, tidak pemalu, berani menyatakan pendapat, dan percaya diri

Membangkitkan Semangat Juang

Organisasi atau ekstakulikuler yang ada di sekolah seperti paskibra,pmr,dan ekstrakulikuler lain yang secara umum sering mengikuti ajang-ajang perlombaan membuat para siswa yang aktif


(45)

40

dalam ekstrakulikuler tersebut memiliki semangat juang yang tinggi demi mencapai target kemenangan maupun target mengharumkan nama baik diri, organisasi dan sekolah

Mengurangi Sifat Egois

Siswa yang aktif di dalam organisasi, otomatis akan sering melakukan musyawarah demi menyelesaikan masalah, dan di dalam musyawarah tersebut siswa di tuntut membiasakan diri menerima pendapat orang lain, sehingga perlahan-lahan dapat mengikis sifat egoisme yang ada di dalam diri setiap siswa

Meningkatkan Kemampuan Bersosialisasi

Bentuk organisasi yaitu perkumpulan sekelompok orang yang memiliki tujuan sama, oleh karena itu setiap siswa yang berperan aktif di dalam organisasi cenderung terbiasa bersosialisasi dengan banyak orang yang ada di sekelilingnya, dengan kata lain meningkatkan kemampuan bergaul

Belajar Berbicara Di Depan Umum

Banyak sekali siswa setingkat SMA yang belum atau bahkan tidak berani berbicara di depan forum, maka di dalam sebuah organisasilah


(46)

41

mereka dapat belajar bagaimana cara berbicara di depan umum, meskipun hal ini di pelajari secara tidak langsung di dalam sebuah organisasi, tetapi karena kegiatan tersebut menuntut setiap siswa untuk berbicara atau memimpin pembicaraan di depan sebuah forum, otomatis membuat mereka terlatih untuk berbicara di depan umum dengan percaya diri

 Belajar Manajemen Organisasi

Mengatur suatu organisasi tentulah bukan hal yang mudah, oleh karena itu di perlukan pengalaman sebelumnya. Maka, di sinilah setiap siswa di tuntut agar bisa mengatur dan memanage semua hal yang ada di organisasi tempatnya bernaung, sebagai bekal untuk berserikat dengan organisasi yang lebih besar lagi ketika mereka terjun di masyarakat di masa depan.

D. Tujuan dan Program Kegiatan Organisasi Kesiswaan

1. Tujuan

Organisasi ini bertujuan mempersiapkan siswa sebagai kader penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insan pembangunan nasional sebagaimana termaktub dalam Permendiknas No. 39 Tahun 2008, Bab I Pasal I, yaitu untuk:


(47)

42

a) Mengembangkan potensi siswa secara optimal dan terpadu yang meliputi bakat, minat, dan kreativitas

b) Memantapkan kepribadian siswa untuk mewujudkan ketahanan sekolah sebagai lingkungan pendidikan sehingga terhindar dari usaha dan pengaruh negatif dan bertentangan dengan tujuan pendidikan

c) Mengaktualisasikan potensi siswa dalam pencapaian prestasi unggulan sesuai bakat dan minat

d) Menyiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yang berakhlak mulia, demokratis, menghormati hak-hak asasi manusia dalam rangka mewujudkan masyarakat madani (civil society).

2. Program Materi Pembinaan Organisasi Kesiswaan

Materi pembinaan organisasi kesiswaan sebagaimana termaktub dalam Permendiknas No. 39 Tahun 2008, Pasal 3 ayat 2 meliputi:

a) Keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa b) Budi pekerti luhur atau akhlak mulia

c) Kepribadian unggul, wawasan kebangsaan, dan bela Negara d) Prestasi akademik, seni, dan/olah raga sesuai bakat dan minat

e) Demokrasi, hak asasi manusia, pendidikan politik, lingkungan hidup, kepekaan dan toleransi social dalam konteks masyarakat plural


(48)

43

g) Kualitas jasmani, kesehatan, dan gizi berbasis sumber gizi yang terdisertivikasi

h) Sastra dan budaya

i) Teknologi informasi dan komunikasi j) Komunikasi dalam bahasa Inggris.

3. Peranan Organisasi Kesiswaan

Peranan adalah manfaat atau kegunaan yang dapat disumbangkan OSIS dalam rangka pembinaan kesiswaan.

Sebagai salah satu jalur pembinaan kesiswaan, peranan OSIS adalah:

a. Sebagai Wadah

Organisasi Siswa Intra Sekolah merupakan satu-satunya wadah kegiatan para siswa di Sekolah bersama dengan jalur pembinaan yang lain untuk mendukung tercapainya tujuan pembinaan kesiswaan. Oleh sebab itu OSIS dalam mewujudkan fungsinya sebagai wadah dan wahana harus selalu bersama-sama dengan jalur lain, yaitu latihan kepemimpinan, ekstrakurikuler, dan wawasan wiyatamandala. Tanpa saling bekerjasama dari berbagai jalur, peranan OSIS sebagai wadah tidak akan berfungsi lagi


(49)

44

b. Sebagai Penggerak / Motivator

Motivator adalah perangsang yang menyebabkan lahirnya keinginan, semangat para siswa untuk berbuat dan melakukan kegiatan bersama dalam mencapai tujuan. OSIS akan tampil sebagai penggerak apabila para pembina, pengurus mampu membawa OSIS selalu dapat menyesuaikan dan memenuhi kebutuhan yang diharapkan, yaitu menghadapi perubahan, memiliki daya tangkal terhadap ancaman, memanfaatkan peluang dan perubahan, dan yang paling penting memberikan kepuasan kepada anggota. Dengan bahasa manajemen OSIS mampu memainkan fungsi intelektual, yaitu mampu meningkatkan keberadaan OSIS baik secara internal maupun eksternal.Apabila OSIS dapat berfungsi demikian sekaligus OSIS berhasil menampilkan peranannya sebagai motivator.

c. Peranan Yang Bersifat Preventif

Apabila peran yang bersifat intelek dalam arti secara internal OSIS dapat menggerakkan sumber daya yang ada secara eksternal OSIS mampu mengadaptasi dengan lingkungan, seperti : menyelesaikan persoalan perilaku menyimpang siswa dan sebagainya. Dengan demikian secara preventif OSIS berhasil ikut mengamankan sekolah dari segala ancaman yang datang dari dalam


(50)

45

maupun dari luar. Peranan Preventif OSIS akan terwujud apabila peranan OSIS sebagai pendorong lebih dahulu harus dapat diwujudkan.62

Melalui peranan OSIS tersebut dapat ditarik beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Meningkatkan nilai-nilai ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

2. Meningkatkan kesadaran berbangsa, bernegara, dan cinta tanah air

3. Meningkatkan kepribadian dan budi pekerti luhur

4. Meningkatkan kemampuan berorganisasi, pendidikan politik dan kepemimpinan

5. Meningkatkan ketrampilan, kemandirian dan percaya diri 6. Meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani serta

7. Menghargai dan menjiwai nilai-nilai seni, meningkatkan dan mengembangkan kreasi seni.

62

Abdussalam Al Khalili. 2005. Mengembangkan Kreativitas Anak. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,hal. 41


(51)

46

E. Optimalisasi Fungsi Manajemen Kesiswaan dalam Meningkatkan Potensi Berorganisasi Siswa

Optimasi atau optimalisasi mengacu pada pemilihan elemen terbaik dari beberapa set alternatif yang tersedia. Yang berarti memecahkan masalah-masalah dimana orang berusaha untuk meminimalkan atau memaksimalkan fungsi dengan sistematis memilih nilai variabel integer atau real dari dalam dalam set yang diperbolehkan. Optimalisasi yang juga berarti Pencarian nilai-nilai terbaik dari yang tersedia dari beberapa fungsi yang diberikan pada suatu konteks.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa:

“setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak: mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya (pasal 12)”63

Untuk itu kegiatan organisasi siswa yang sah di sekolah perlu selalu di dorong sehingga menampakkan kegiatan sekolah yang penuh dengan semangat pemuda pemudi yang berjiwa nasionalisme. Dalam artian bahwa kegiatan

63


(52)

47

organisasi siwa meningkatkan potensi siswa yang selalu disertai dengan tanggung jawab. 64

Pedoman kegiatan Organisasi Kesiswaan ini disusun dengan model R2D2. Pedoman ini memuat latar belakang, landasan Yuridis, landasan Empris, konsep umum tentang Organisasi Kesiswaan dalam pembinaan budaya. Buku pedoman ini dilengkapi pula dengan model pengembangan program Ekstrakurikuler serta langkah-langkah pengembangan program kegiatan ekstrakurikuler dengan menggunakan fungsi manajemen mulai dari perencanaan, pemgorganisasian sampai pada pengevaluasian kegiatan Organisasi Kesiswaan dalam Pembinaan budaya.

R2D2 adalah desain yang memiliki tiga prinsip umum yaitu, reflection, recursion, dan participation. Model R2D2 terdiri atas tiga focus/tahap yaitu define, design and development, dan dissemination, dimana kegiatan diseminasi tidak dilakukan dalam kegiatan ini. Pada tahap pendefinisian dilakukan pembentukan tim partisipan.65 Pada tahap ini pengembang juga melakukan

64

Fadli, Yeni. 2012. Peran Kepala Sekolah Memaksimalkan Sumber Daya Sekolah Dalam Kegiatan Belajar Mengajar. http://yeni-fadli.blogspot.com/2012/01/peran-kepala-sekolah-memaksimalkan.html. Diakses tanggal 9 Juni 2013.

65

Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Hal.55


(53)

48

pemecahan masalah secara progresif dan pengembangan phronesis atau pemahaman kontekstual.

Tahap desain dan pengembangan terdiri atas empat kegiatan yaitu pemilihan lingkungan, pemilihan media dan format, prosedur evaluasi dan desain dan pengembangan produk. Pada tahap ini ditetapkan pengembangan pedoman berupa media cetak. Evaluasi dilakukan terus menerus pada sepanjang fase pengembangan.66

Evaluasi dilakukan oleh para ahli dan guru Pembina sebagai pengguna buku pedoman. Prosedur evaluasi dilakukan melalui evaluasi pengguna dan uji coba program kegiatan oleh pengurus Organisasi Kesiswaan. Ujicoba dilakukan untuk mendapatkan informasi bagaimana praktek produk pengembangan dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.67

Dengan begitu kegiatan berorganisasi untuk siswa merupakan kelompok kerja sama antarpribadi yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Sebagai organisasi, OSIS atau organisasi yang lainnya dibentuk dalam usaha mencapai terwujudnya pembinaan kesiswaan. Siswa adalah peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, yaitu SMP dan SMA dan yang setara. Kata “intra” menunjukkan bahwa OSIS adalah suatu organisasi siswa yang ada di

66

Davis, Keith & John W. Newstrom. 2000. Perilaku dalam Organisasi. Alih bahasa Agus Darma. Jakarta: Erlangga. Hal. 25

67


(54)

49

dalam dan di lingkungan suatu sekolah. Keberadaan OSIS di suatu sekolah tidak ada kaitan dengan OSIS yang ada di sekolah lain. Kata “sekolah” menunjukkan satuan pendidikan tempat penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan.68

Tampak bahwa OSIS merupakan satu-satunya wadah kegiatan siswa di sekolah bersama dengan jalur pembinaan yang lain untuk mendukung tercapainya pembinaan kesiswaan. Untuk mewujudkan fungsinya sebagai wadah, OSIS harus selalu bersama-sama dengan jalur yang lain dalam mengadakan latihan kepemimpinan, ekstrakurikuler, dan wawasan wiyatamandala. Tanpa bekerja sama dengan yang lain, OSIS sebagai wadah tidak akan berfungsi.

68


(55)


(56)

50

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekaan kualitatif dengan berusaha melaksanakan pengkajian data deskriptif yang akan dituangkan dalam bentuk laporan atau uraian.

Penelitian kualitatif menurut Suharsimi Arikunto adalah penelitian naturalistic. Istilah “naturalistic” menunjukkan bahwa pelaksanaan penelitian ini memang terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskripsi secara alami. Pengambilan data atau penjaringan fenomena dilakukan dari keadaan yang sewajarnya ini dikenal dengan sebutan “pengambilan data secara alami atau natural”.1

Pendekatan kualitatif dapat dipandang sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.2

Peneliti menggunakan metode kualitatif karena ada beberapa pertimbangan antara lain: pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila

1

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), hal. 12.

2

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002), hal. 6.


(57)

51

berhadapan dengan kenyataan jamak; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan informan; ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak pentajaman, pengaruh bersama dan terhadap pola-pola yang dihadapi.

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian.3 Adapun tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat subyek penelitian. Penelitian ini digunakan untuk mengetahui bagaimana “Optimalisasi Fungsi Manajemen Kesiswaan Dalam Meningkatkan Potensi Berorganisasi Siswa di MA Ma’arif 7 Sunan Drajat”.

B. Informan Penelitihan

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah “subyek dari mana data dapat diperoleh”.4 Adapun dalam penelitian ini, penulis mengelompokkan penentuan sumber data menjadi dua buah data yaitu:

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari kepala sekolah, waka kesiswaan, pembina organisasi siswa dan pengurus organisasi siswa itu sendiri yaitu

3

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 18.

4

Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), cet. 13, hlm. 129.


(58)

52

untuk meningkatkan potensi berorganisasi siswa di MA Ma’arif 7 Sunan Drajat.

2. Data sekunder, yaitu data yang mendukung terhadap data primer. Data sekunder ini diperoleh dari waka kurikulum, waka BK, mantan pembina OSIS, karyawan/bagian Tata Usaha (TU) di antaranya yaitu mengenai sejarah berdiri dan perkembangan, visi dan misi MA Ma’arif 7 Sunan Drajat, letak geografis, struktur organisasi, serta keadaan guru dan siswa.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.5 Menurut Sukardi, observasi adalah cara pengambilan data dengan menggunakan salah satu panca indra yaitu indra penglihatansebagai alat bantu utamanya untuk melakukan pengamatan langsung, selain panca indra biasanya penulis menggunakan alat bantu lain sesuaidengan kondisi lapangan antara lain buku catatan, kamera, film proyektor, checklist yang berisi obyek yang diteliti dan lain sebagainya.6 Namun dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan

5

Kholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian: Memberi Bekal Teoritis pada mahasiswa Tentang Metodologi Penelitian Serta Diharapkan dapat Melaksanakan Penelitian dengan langkah-langkah yang benar, (Jakarta: PT. Bukti Aksara, 2005), cet. 7, hlm. 70.

6

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 78-79.


(59)

53

alat bantu buku catatan, kamera dan recorder. Metode ini digunakan untuk melihat langsung bagaimana usaha manajemen kesiswaan dalam meningkatkan potensi berorganisasi siswa, serta kegiatan berorganisasi siswa itu sendiri. 2. Wawancara

Wawancara adalah menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Dalam wawancara penulis dapat menggunakan dua jenis yaitu: wawancara terpimpin dan wawancara tidak terpimpin.7 Metode ini digunakan untuk menggali data yang berkaitan dengan optimalisasi fungsi manajemen kesiswaan dalam meningkatkan potensi berorganisasi siswa di MA Ma’arif 7 Sunan Drajat. Sedangkan obyek yang diwawancarai adalah kepala sekolah, waka kesiswaan, pembina organisasi siswa serta pengurus organisasi siswa tersebut.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu metode dengan mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda ,dan sebagainya.8 Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan topik kajian yang berasal dari dokumen-dokumen MA Ma’arif 7 Sunan Drajat, di antaranya yaitu buku profil MA Ma’arif 7 Sunan Drajat dan foto kegiatan berorganisasi siswa.

7

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet ke-6, 2006), hlm. 82.

8


(60)

54

D. Metode Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.9 Selain itu teknik analisis data juga berarti proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.10

Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif yaitu metode analisis data yang berupa kata-kata, gambar dan bukan angka.11

Kemudian agar data yang diperoleh nanti sesuai dengan kerangka kerja maupun fokus masalah, akan ditempuh tiga langkah utama dalam penulisan ini, yaitu:

1. Reduksi data adalah proses memilih, menyederhanakan, memfokuskan, mengabstraksikan dan mengubah data kasar yang muncul dari

9

Ibid, hlm. 280.

10

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2005), hlm. 89.

11


(61)

55

catatan lapangan.12 Reduksi data dimaksudkan untuk menentukan data ulang sesuai dengan permasalahan yang akan penulis teliti. Mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan abstraksi yaitu usaha membuat rangkuman inti, proses dan pernyataanpernyataan yang perlu. Data mengenai optimalisasi fungsi manajemen kesiswaan dalam meningkatkan potensi berorganisasi siswa diperoleh dan terkumpul, baik dari hasil penelitian lapangan/kepustakaan kemudian dibuat rangkuman.

2. Sajian data (display data) adalah suatu cara merangkai data dalam suatu organisasi yang memudahkan untuk membuat kesimpulan atau tindakan yang diusulkan.13 Sajian data dimaksudkan untuk memilih data yang sesuai dengan kebutuhan penelitian tentang optimalisasi fungsi manajemen kesiswaan dalam meningkatkan potensi berorganisasi siswa. Artinya data yang telah dirangkum tadi kemudian dipilih. Sekiranya data mana yang diperlukan untuk penulisan laporan penelitian.

3. Verifikasi atau mengumpulkan data yaitu penjelasan tentang makna data dalam suatu konfigurasi yang secara jelas menunjukkan alur kausalnya, sehingga dapat diajukan proposisi-proposisi yang terkait dengannya.14 Verifikasi data dimaksudkan untuk penentuan data akhir dari keseluruhan proses tahapan analisis, sehingga keseluruhan permasalahan mengenai

12

Mohammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1993), cet. 1, hlm. 167.

13

Ibid, hlm. 167.

14


(62)

56

bagaimana “optimalisasi fungsi manajemen kesiswaan dalam meningkatkan potensi berorganisasi siswa di MA Ma’arif 7 Sunan Drajat” dapat dijawab sesuai dengan kategori data dan permasalahannya, pada bagian akhir ini akan muncul kesimpulan-kesimpulan yang mendalam secara komprehensif dari data hasil penelitian. Jadi langkah terakhir ini digunakan untuk membuat kesimpulan.

Metode ini bertujuan untuk menyajikan deskripsi (gambaran) secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan fenomena yang diselidiki. Dengan demikian analisis ini dilakukan saat peneliti berada di lapangan dengan cara mendeskripsikan segala data yang telah didapat, lalu dianalisis sedemikian rupa secara sistematis, cermat dan akurat. Dalam hal ini data yang digunakan berasal dari wawancara dan dokumen-dokumen yang ada serta hasil observasi yang dilakukan.

E. Teknik Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data merupakan pembuktian bahwa apa yang telah dialami oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada. Untuk mengetahui keabsahan data peneliti menggunakan beberapa teknik, yaitu: 1. Trianggulasi.

Triangulasi adalah pengecekan terhadap kebenaran data dan penafsirannya dengan cara membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain,


(1)

117

3. Kemudian kepada seluruh pengelola lembaga pendidikan, agar senantiasa

berupaya mengoptimalkan potensi berorganisasi siswanya, sehingga para

siswa dapat mengamalkannya ketika sudah terjun di masyarakat.


(2)

118

C.

PENUTUP

Dengan mengucap rasa syukur alhamdulillah, karena berkat kekuatan

dari-Nya, penulis memiliki kemampuan untuk menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima

kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses

penyelesaian skripsi ini dari awal hingga akhir. Semoga amal ibadah yang telah

diberikan mendapatkan balasan dari sisi Allah SWT. Tiada gading yang tidak retak,

penulis sadar meskipun telah berusaha semaksimal mungkin, namun tentunya tetap

terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang konstruktif

sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Segala kebenaran hanyalah milik

Sang Pencipta, teriring doa semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada

khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Bukhari, Abi Abdillah Muhammad bin Ismail,

Shahih Bukhari

, Juz I,

Indonesia: Maktabah Dahlan, 1996.

Alex,

Kamus Ilmiah Popular Kontemporer

, Surabaya: Karya Harapan,2005.

Ali, Mohammad,

Strategi Penelitian Pendidikan

, Bandung: Angkasa, 1993.

Al-Wahidi, Imam Abil Hasan Ali Bin Ahmad,

Tafsir Al-Munir

, Juz I,

Indonesia:Maktabah Daarun Ahya’.

Arikunto, Suharsimi,

Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi

danKejuruan

, Jakarta: CV Rajawali, 1990.

_______,

Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktik

, Jakarta: Rineka

Cipta, 2006.

Azizah, Nur,

Peran Manajemen Kesiswaan Untuk Meningkatkan Mutu MTs N

Model Brebes.

Bafadal, Ibrahim,

Dasar-Dasar Manajemen dan Supervisi Taman Kanak

Kanak

, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004.

Daryanto, M,.

Administrasi Pendidikan

, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005.

Data Dinding di MA Ma’arif Sunan Drajat paciran 2009/2010.

Departemen Agama RI,

Alqur’an dan Terjemahnya

, Bandung: CV Penerbit J

Art, 2007.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Panduan Manajemen Sekolah

,

Jakarta:

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan

Menengah Umum, 1999.

Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia,

Undang-Undang

Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional

, Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi, 2003.

Depdiknas,

Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka, 2005.

Faruq, Umar, dkk,

Pidato 3 Bahasa, Arab, Inggris, Indonesia

, Surabaya:


(4)

Fattah, Nanang,

Landasan Manajemen Pendidikan

, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2008.

Gunawan, Ary,

Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro

,

Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996. Handoko, T. Hani,

Manajemen

,

Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2001.

Hardjito, Dydiet,

Teori Organisasi dan Teknik Pengorganisasian

, Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 1997.

Hasan, M. Iqbal,

Pokok-Pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya

,

Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002.

Hasbullah,

Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan

, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2005.

_________,

Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan

Implikasinya

terhadap Penyelenggaraan Pendidikan

, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2006.

Hasibuan, Malayu S. P.,

Manajemen Sumber Daya Manusia

, Jakarta: Bumi

Aksara, 2007. _________,

Manajemen, Dasar, Pengertian dan Masalah

,

Jakarta: Bumi Aksara, 2005.

Henry L. Sisk,

Principles of Management

Ohio, South-Western Publishing

Company, 1969.

http://id.wikipedia.org/wiki/OSIS-22k, download Rabu 1 April 2009.

Imron, Ali, dkk.,

Manajemen Pendidikan: Analisis Substantif dan Aplikasinya

dalam Institusi Pendidikan

, Malang: Universitas Negeri Malang, 2003.

_________, dkk.,

Perspektif Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah

,

Malang: Universitas Negeri Malang, 2004.

Kasan, Tholib,

Teori dan Aplikasi Administrasi Pendidikan

, Jakarta: Studi

Press.

Mantja, W.,

Profesionalisasi Tenaga Kependidikan

, Malang: Elang Mas,

2007.

Matry, Nurdin,

Implementasi Dasar-Dasar Manajemen Sekolah dalam Era

Otonomi Daerah

, Makassar: Aksara Madani, 2008.


(5)

Moleong, Lexy J.,

Metodologi Penelitian Kualitatif

, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2004.

MU YAPPI,

Manajemen Pengembangan Pondok Pesantren

, Jakarta: Media

Nusantara, 2008.

Mulyasa, E.,

Manajemen Berbasis Sekolah

, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2007.

Mulyono,

Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan

, Yogyakarta:

Ar- Ruzz Media, 2008.

Munandar, Utami,

pengembangan Kreativitas anak Berbakat

, Jakarta: Rineka

Cipta, 2004.

Narbuko, Kholid, dan Abu Achmadi,

Metodologi Penelitian: Memberi Bekal

Teoritis pada mahasiswa Tentang Metodologi Penelitian Serta

Diharapkan dapat Melaksanakan Penelitian dengan langkah-langkah

yang bena

r, Jakarta: PT. Bukti Aksara, 2005.

O’Donnell, Koontz-,

Principles of Management: An Analysis of Managerial

Functions

, Kogakusha, McGraw Hill.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan

, Jakarta: Bp. Cipta Jaya, 2005.

Purwanto, M. Ngalim,

Administrasi dan Supervisi Pendidikan

, Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2008.

Rivai, Veithzal,

Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi

, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2003.

Rohiat,

Manajemen Sekolah: Teori dan Praktik

, Bandung: PT Refika

Aditama, 2008.

Sahertian, Piet,

Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah

,

Surabaya: Usaha Nasional, 1994.

Shofwan, Muhammad Adib, dkk,

30 Hari Menjadi Seorang Da’i

, Kendal:

Pustaka Amanah, 2008.


(6)

Suderajat, Hari,

Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah

, Bandung:

CV Cipta Cekas Grafika, 2005.

Sudijono, Anas,

Pengantar Evaluasi Pendidikan

, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, Cet ke-6, 2006.

Sugiyono,

Memahami Penelitian Kualitatif

, Bandung: Alfabeta, 2005.

Sukardi,

Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya

,

Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

Suryosubroto, B.,

Manajemen Pendidikan di Sekolah

, Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2004.

Syafaruddin,

Manajemen Lembaga Pendidikan Islam

, Ciputat: Ciputat Press,

2005.

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan,

Administrasi Pendidikan

,

Malang: FIP IKIP Malang, 1989.

Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang,

Administrasi Pendidikan

,

Semarang: IKIP Semarang Press, 1991.

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, UUD ’45 dan Amandemennya

,

Surakarta: Pustaka Mandiri.

Usman, Husaini,

Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan

, Jakarta:

Bumi Aksara, 2006.

Wahjosumidjo,

Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan

Permasalahannya

, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001.

Williams, Chuck,

Management

, United States of America: South-Western

College Publishing, 2000.

Yusuf, Musfirotun,

Manajemen Pendidikan: Sebuah Pengantar

. Zainuddin,

Muhadi, dan Abd. Mustaqim,

Studi Kepemimpinan Islam

, Semarang: PT

Karya Toha Putra, 2005.