KONTRIBUSI PENDIDIKAN ISLAM DALAM MENANAMKAN AKHLAK MULIA (STUDI DINIYAH PONDOK PESANTREN SUNAN DRAJAT PACIRAN LAMONGAN).
KONTRIBUSI PENDIDIKAN ISLAM DALAM
MENANAMKAN AKHLAK MULIA
(Studi Diniyah Pondok Pesantren Sunan Drajat Paciran - Lamongan)
SKRIPSI
Oleh:
HENI MAGHRIFATUL ARIFAH NIM. D01212079
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JANUARI 2016
(2)
KONTRIBUSI PENDIDIKAN ISLAM DALAM
MENANAMKAN AKHLAK MULIA
(Studi Diniyah Pondok Pesantren Sunan Drajat Paciran - Lamongan)
SKRIPSI Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Dalam Menyelesaikan Program Sarjana
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh:
HENI MAGHRIFATUL ARIFAH NIM. D01212079
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JANUARI 2016
(3)
(4)
(5)
(6)
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ...viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...xiii
DAFTAR TRANSLITERASI ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D.Kegunaan penelitian ... 8
E. Penelitian Terdahulu ... 9
F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan ... 11
G.Definisi Operasional ... 11
H.Sistematika Pembahasan ... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Pendidikan Islam ... 14
1. Pengertian Pendidikan Islam ... 14
2. Tujuan Pendidikan Islam ... 20
3. Visi dan Misi Pendidikan Islam ... 24
4. Kurikulum Pendidikan Islam ... 26
5. Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam ... 28
6. Metode Pendidikan Islam ... 30
7. Lingkungan dalam Pendidikan Islam ... 33
B. Menanamkan Akhlak Mulia ... 36
DAFTAR ISI SAMPUL DALAM...ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...iv
MOTTO ...v
PERSEMBAHAN...vi
ABSTRAK...vii
ABSTRACT...viii
KATA PENGAANNNNNNTN ARRR...ix
DAFTAR ISI... ...x
DAFTAR TABBEEEEELELL...xii
DAFTAR LAMAMAMAMMMMMMMMMPPIPPPRAANNNN...xiii
DAFTARARRRRTTTTTTTTTTTTTTTRARAANAAAAANNNNNSLITTEEEERRASIS ...xiv
BAAB B BIIII IIIIIIIIPEPPPPPPPPPP NDAHAHAAAAHAHAHAHAHHHHHHULULULUUULULUAUAAANN A A.LaLaLLaLaLaLaLaLLaLaLaLaLaLaatatatatatttar BeB llllakakakkkkakakakakakakakanngngngngngngngngngngggMMMMMMasa allaha ...1
B. Rumumuuuuuuuuuusaussasssssasssaaaann nMasaaaaaaaalalllalalalalallalalaahh ...7
C. TujuanPPPeneenenenenenenenennnnnnneeeelelelitian... ...8
D. Kegunaaanannnnnnpppppppppppppeeeeneeeneeenenenene eeeeleeleleleeleelelelittian ...8
E. PenelitiaannnnTTTTerrddadadadadadadaaaaaaaahhhuhuhuhhuhhhhuhuululululu ...9
F. Ruang LiLingngngngngngnnn kukupp dadan n KeKeteterbr atasan...11
G. DefinisiiOpO erasiionall ...11
H. Sistematika Pembahasan ...12
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Islam ...14
1. Pengertian Pendidikan Islam...14
2. Tujuan Pendidikan Islam ...20
3. Visi dan Misi Pendidikan Islam ...24
4. Kurikulum Pendidikan Islam ...26
5. Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam ...28
6. Metode Pendidikan Islam ...30
7. Lingkungan dalam Pendidikan Islam...33
(7)
1. Pengertian Akhlak ... 36
2. Klasifikasi Akhlak ... 38
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Akhlak ... 40
4. Contoh-Contoh Akhlak Mulia ... 43
5. Metode Pembinaan Akhlak ... 45
6. Manfaat Akhlak ... 48
BAB III Metode Penelitian A.Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 49
B. Kehadiran peneliti ... 51
C. Lokasi Penelitian ... 51
D.Sumber dan Jenis Data ... 52
E. Teknik Pengumpulan Data ... 53
F. Teknik Analisis Data ... 56
G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 58
BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A.Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren Sunan Drajat ... 59
B. Manajemen Pondok Pesantren Sunan Drajat... 64
1. Sistem Organisasi Pondok Pesantren Sunan Drajat ... 64
2. Struktur Pengurus Yayasan Pondok Pesantren Sunan Drajat ... 66
3. Struktur Pengurus Diniyah Pondok Pesantren Sunan Drajat ... 68
C. Madrasah Diniyah Sunan Drajat ... 69
1. Tata Tertib Diniyah Sunan Drajat ... 70
D.Penanaman Akhlak di Pondok Pesantren Sunan Drajat ... 72
BAB V PEMBAHASAN A.Sistem Pendidikan Islam ... 91
B. Implementasi Pendidikan Akhlak ... 100
C. Kontribusi Diniyah dalam Menanamkan Akhlak Mulia ... 103
BAB VI PENUTUP A.Simpulan ... 108
B. Saran ... 109
DAFTAR PUSTAKA ... 110
1. Pengertian Akhlak ...36
2. Klasifikasi Akhlak ...38
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Akhlak ...40
4. Contoh-Contoh Akhlak Mulia ...43
5. Metode Pembinaan Akhlak...45
6. Manfaat Akhlak ...48
BAB III Metode Penelitian A. Pendekatan dan Jenis Penelittiaian.nnnnnnnn...49
B. Kehadiraran n pepenenelilititi...51
C. LokasiPPeeeennnneliitiian...51
D. Sumberddanaanan JennnisisisisssssssssssDDDDDDDDDDDaatatataaaata... ...52
E. Teknik PPeeneenenngummpppululllaaana DDDDDDatatatatatatatataataatttaa ...aaa ...53
F. Teknik AAnnnnnnaalisis DaDDDaaatatatattataaaaaaaaaa... ...56
G. TeknknikikikkkkkkkkPePPPPPPPPPPPPPPPPPemeememmmerikksssassaananKKeaabsahanb a Datata ... ...58
BAB IVVPPAPPPPPPPPPPPPPPPAAAAAAPA AAARARARARARARAAAANDDDAAATA DDAN TETEMUM ANAN PENNELE ITIIANN A A. A...SSeSeSeSSS jarah hhdadadaddadadddadadadadannnnnnnnnn nnnnnPPPPePePP rkrkkemkk mbaangn anPPonddok Pesanttrren SSunaan DDrajajata ...59
B. MMaMaMaMaMaMaMaMaMaaaaanananannnnnnnnnajjjjemen nnnnnnPoPoPPoPPoPoPoPoPoPoPoPonnnnnndndnnndnndndndook Peesantren Sunnan Drajaat...64
1. SiSiststststtttttttteeemeeeeeemememememee Organananannnnnnniiiisiisisisiisisissssasasi PoP nddok Pesantren Suunanan Draajat...64
2. StruuktktururururururuururrrPPenPPPPPPPPPPPenggugururuuusssss ssssssYYYYYYYYYaYayay san PoPondndokokPPessaantrenenSSSunununuunuununununununununnnnanaaanannnnDDDDDDrajat...66
3. StruuktktururururuuuuurPPPPPPPPPPPPPPeneeenenenenenenenennnngguruguggugugugguguguguguuuuurururur s DisssDiDiDiDiininninnnininininninininininiiyayayyyyyyyy h h PoPondndokokPPesesanantrtrenenenenenenenenennnnnnSSSSSunannnnnDDDDDrrarajat...68
C. MadrasaahhhDDDDiniiyii ahhhhSSunan DDDDDrajjat ...t ...69
1. TataaTTTTTTTererererereeertititibbb DiDiDDinininiyayayay h hhSuSuSuSunanananannnn DrDrDrDrajajajjjjjatatattttttttttttttt...70
D. Penanaman Akhlak di PondndddddookokokokoookokookkkkkkkPPPPPeesesananannttrtrentren SununununnnannnnnnnaaaaanaaaanDDDrajat ...72
BAB V PEMBAHASAN A. Sistem Pendidikan Islam...91
B. Implementasi Pendidikan Akhlak ... 100
C. Kontribusi Diniyah dalam Menanamkan Akhlak Mulia... 103
BAB VI PENUTUP A. Simpulan... 108
B. Saran ... 109
(8)
ABSTRAK
Nama / NIM : Heni Maghrifatul Arifah / D01212079
Judul : Kontribusi Pendidikan Islam dalam Menanamkan Akhlak
Mulia (Studi Diniyah Pondok Pesantren Sunan Drajat
Paciran – Lamongan)
Pembimbing : Moh. Faizin, M.Pd.I
Kata Kunci : Kontribusi, Pendidikan Islam, Akhlak, Pesantren, Diniyah
Pendidikan mempunyai peran yang sangat urgent dalam kehidupan.
Kegagalan dunia pendidikan dalam menyiapkan masa depan umat manusia merupakan kegagalan bagi kelangsungan kehidupan bangsa. Dunia modern saat ini, termasuk Indonesia ditandai oleh gejala kemerosotan akhlak yang benar-benar berada pada taraf yang menghawatirkan. Tuduhan sering kali diarahkan kepada dunia pendidikan sebagai penyebabnya. Hal ini terjadi karena pendidikan merupakan salah satu pranata yang terlibat langsung dalam mempersiapkan masa depan umat manusia. Terlebih lagi dunia pendidikan Islam yang notabene pendidikan yang sangat berkaitan dengan akhlak. Hal ini dapat dimengerti, karena pendidikan berada pada barisan terdepan dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas (cakap secara jasmani dan rohani). Kaitannya dengan hal tersebut, pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua yang bertujuan untuk tafaqquh fiddin (memahami agama) dan membentuk moralitas umat melalui pendidikan. Sehingga pondok pesantren sering kali dijadikan sebagai alternatif untuk memperbaiki akhlak seseorang. Sehingga untuk mengetahui kontribusi yang dilakukan oleh pondok dalam kasus ini harus diketahui secara menyeluruh, mulai dari sistem pendidikan Islam yang ada di Pondok Pesantren Sunan Drajat dan implementasi pendidikan akhlak yang ada di pondok tersebut.
Kajian pustaka yang digunakan adalah pendidikan Islam dan akhlak. Dalam hal ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Lokasi penelitian di Pondok Pesantren Sunan Drajat Paciran-Lamongan. Subjek penelitian adalah para pengurus dan pendidik di Pondok Pesantren Sunan Drajat. Teknik pengumpulan data menggunakan; observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data menggunakan reduksi, penyajian data, dan kesimpulan data. Adapun teknik pemeriksaan keabsahaan data menggunakan ketekunan pengamatan, triangulasi data, dan diskusi teman sejawat.
Hasil dari penelitian ini, secara umum terdapat dua lembaga pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Sunan Drajat yakni pendidikan formal dan pendidikan non formal. Penanaman akhlak di pondok ini dilakukan oleh semua
lembaga dan stake holder yang ada di dalamnya termasuk kehidupan di pondok.
Adapun cara penanaman akhlak diantaranya melalui materi akhlak, uswah
(keteladanan), dan pengontrolan. Dari keberagaman pendidikan dan cara penanaman tersebut dapat diketahui kontribusi Diniyah Pondok Pesantren Sunan Drajat sebagai berikut: pembelajaran akhlak melalui kitab, keteladanan, pengawasan, dan pengontrolan.
(9)
ABSTRACT
Name / NIM : Heni Maghrifatul Arifah / D01212079
Title : Contribution of Islamic Education to Inculcate Noble
Character (Study Case at Sunan Drajat Islamic Boarding
School Paciran – Lamongan)
Preceptor : Moh. Faizin, M.Pd.I
Key Word : Contribution, Islamic Education, Moral, Islamic Boarding
School, Diniyah
Education has a very important role in the life. The failure of education
in preparing for the future of mankinds a failure for the nation’s survival. This
modern era, including Indonesia is characterized by symptoms deterioration of moral that really at the level worrying. Often time, accusation directed at education as the cause. It can be happen because education is one of the institution that are directly involved in preparing for the future of mankind. Moreover islamic
education as education be related with moral. It’s can be understood, because
education stay in the frst line to preparing qualified human resource (skilled phisycall and spiritually). Relation with that, islamic boarding school is the oldest
islamic eduational institution have a purpose to tafaqquh fiddin (understand the
religion) and form moral community through education. So, islamic boarding school usually used as an alternative to improve moral of someone. So, as to know the contribution made by islamic boarding school is this case must be known throughly, starting from the existing system of islamic education in Sunan Drajat islamic boarding school and implementation of moral at the islamic boarding school.
The literature review using theory of islamic education and moral. In this case, using the method of qualitative research with case study approach. Research
sites in Sunan Drajat islamic boarding school Paciran – Lamongan. The research
subjects are officials and educators Sunan Drajat islamic boarding school. The technique of data collecting use; observation, interview, and documentation. While data analysis technique using reduction, data presentation, and conclution of data. As for the technical examination of data using presistence observation, triangulation, and peer discussion.
The result of this research, in general there are two educational institutions in Sunan Drajat islamic boarding school, namely formal education and non formal education. Cultivitation of morality in the islamic boarding school was carried out by all institutions and stakeholders in it, including life in islamic boarding school. As for inculcating the moral throught the material morality morals, modeling, and control. By diversity education and inculcate can be known contribution Diniyah Sunan Drajat islamic boarding school as follows: learning by book, providing a model, supervision, and control.
(10)
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan merupakan salah satu pranata yang terlibat langsung dalam mempersiapkan masa depan umat manusia. Kegagalan dunia pendidikan dalam menyiapkan masa depan umat manusia merupakan kegagalan bagi
kelangsungan kehidupan bangsa.1 Sehingga, pendidikan mempunyai peran
yang sangat urgent dalam kehidupan. Terlebih lagi pendidikan Islam yang berbasis keislaman yang di dalamnya memadukan ilmu pengetahuan umum
dan ilmu pengetahuan agama secara seimbang demi terbentuknya insan kamil
(manusia sempurna).
Secara sederhana, pendidikan Islam diartikan sebagai pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana yang tercantum dalam
Al-Qur‟an dan al-Hadis. Sehingga, semua komponen dalam pendidikan Islam
mulai dari visi, misi, tujuan, kurikulum, guru, metode, pola hubungan guru murid, sarana-prasarana, lingkungan, dan evaluasi pendidikan harus didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam. Berbagai komponen tersebut berpadu membentuk
suatu sistem yang disebut sebagai sistem pendidikan Islam.2
Pendidikan Islam dalam praktik dan operasionalnya diselenggarakan oleh semua pihak, yakni keluarga, sekolah, masyarakat dan lainnya. Hal ini
1
Fadhil Al-Jamali, Menerobos Krisis Pendidikan Dunia Islam, (Jakarta: Golden Terayon Press, 1992), h. 19
2
Ahmad Tafsir, Epistemologi untuk Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: IAIN Sunan Gunung Jati, 1995), h. 15
(11)
2
sesuai dengan prinsip, pendidikan untuk semua (education for all) dan pendidikan sepanjang hayat (long life education). Melalui berbagai lembaga pendidikan tersebut, pendidikan Islam telah melahirkan orang-orang yang tidak hanya ahli cakap dalam ilmu agama, melainkan juga ahli dan cakap dalam
bidang ilmu pengetahuan umum.3
Berbicara mengenai pendidikan Islam tidak dapat dipisahkan dengan lembaga pendidikan Islam itu sendiri. Lembaga pendidikan Islam merupakan wadah atau tempat berlangsungnya pendidikan Islam yang bersamaan dengan proses pembudayaan. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua yang berfungsi sebagai salah satu benteng pertahanan umat Islam, pusat dakwah dan pusat pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. Pesantren
merupakan lembaga pendidikan Islam yang bertujuan untuk tafaqquh fiddin
(memahami agama) dan membentuk moralitas umat melalui pendidikan. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang memiliki akar secara historis yang cukup kuat, sehingga menduduki posisi relatif sentral dalam dunia keilmuan. Adapun unsur dari pesantren adalah kiai, santri, masjid, pondok dan kitab-kitab Islam klasik.
Pesantren biasa dipandang sebagai lembaga ritual, lembaga pembinaan moral, lembaga dakwah, yang mengalami konjungtur dan romantika kehidupan dalam menghadapi berbagai tantangan internal dan
eksternal.4 Sehingga peran pesantren menjadi sangat kompleks dalam
3
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia), (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), h. 327
4
Mujamil Qomar, Pesantren (Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi Institusi), (Jakarta: Erlangga,_____), h. xiii
(12)
3
kehidupan sehari-hari serta menjadi fenomena unik dengan segala karakteristik yang ada di dalamnya.
Said Aqil Siradj dalam Abdurrahman Wahid, menyatakan bahwa
kehadiran pesantren dikatakan unik karena dua alasan yakni: pertama,
pesantren hadir untuk merespon terhadap situasi dan kondisi suatu masyarakat yang dihadapkan pada runtuhnya sendi-sendi moral atau bisa disebut
perubahan sosial. Kedua, didirikannya pesantren adalah untuk menyebar
luaskan ajaran universalitas Islam ke seluruh pelosok nusantara.5 Pondok
pesantren dengan segala keunikannya, mampu menarik berbagai kalangan masyarakat, baik masyarakat menengah ke bawah maupun masyarakat menengah ke atas. Daya tarik pesantren ini secara umum terletak pada bidang pendidikannya yakni pendidikan selama 24 jam setiap harinya. Disebut demikian karena segala sesuatu yang dilihat, dirasa, didengar selama di pondok pesantren adalah pendidikan. Dalam hal pendidikan ini, pondok pesantren tidak membedakan suku, ras, golongan, stratifikasi masyarakat dan lain sebagainya yang sering dijumpai di lembaga lain.
Dalam perkembangannya, pesantren selalu menanamkan nilai-nilai budaya dan tradisi pesantren yang menjadikan lembaga ini berhasil mencetak insan-insan bermoral (al-akhlaq al-karimah). Ciri dominan yang selalu menjadi acuan prinsip dari tradisi pesantren adalah tertanamnya ajaran-ajaran yang termanifestasi dalam keikhlasan, ketulusan, kemandirian, kebersahajaan
5
Abdurrahman, Wahid, Pesantren Masa Depan, Wacana Pemberdayaan Dan Transformasi Pesantren, (Bandung : Pustaka Hidayah. 1999), h. 202
(13)
4
dan keberanian. Semuanya itu merupakan karakteristik yang diteladankan dalam kehidupan sehari-hari (yaumiyyah) oleh kiai kepada para santrinya.
Kaitannya dengan berbagai penjelasan sebelumnya, dapat dikatakan
bahwa generasi penerus bangsa adalah generasi yang berkepribadian insan
kamil (manusia yang sempurna) yang dapat menyeimbangkan iman dan amal
dalam satu pengabdian. Dengan kata lain generasi penerus bangsa adalah manusia yang berakhlak dan berperangai yang baik.
Akan tetapi realita yang ada, berbalik 180 derajat. Walaupun masyarakat di era modern telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih untuk mengatasi berbagai masalah kehidupannya. Namun pada sisi lain, ilmu pengetahuan dan teknologi canggih tersebut tidak mampu menumbuhkan akhlak yang mulia. Dunia modern saat ini, termasuk Indonesia ditandai oleh gejala kemerosotan akhlak yang benar-benar berada pada taraf yang menghawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong, dan kasih sayang sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan, penindasan, saling menjegal, dan saling merugikan.
Menghadapi fenomena tersebut, tuduhan sering kali diarahkan kepada dunia pendidikan sebagai penyebabnya. Dunia pendidikan benar-benar tercoreng wajahnya dan tampak tidak berdaya untuk mengatasi krisis tersebut. Terlebih lagi dunia pendidikan Islam yang notabene pendidikan yang sangat berkaitan dengan akhlak. Hal ini dapat dimengerti, karena pendidikan berada pada barisan terdepan dalam menyiapkan sumber daya manusia yang
(14)
5
berkualitas (cakap secara jasmani dan rohani).6 Kegagalan dunia pendidikan
dalam menyiapkan masa depan umat manusia merupakan kegagalan bagi kelangsungan kehidupan bangsa. Hal ini senada dengan ungkapan Seorang penyair Mesir yang bernama Syauqi Bei berikut:
أتَيِقَب اَم ُق ََأخَأْا ُمَمُأْا اَمِإ
–
اأوُ بََذ أمُهُ ق ََأخَأ أتَبََذأوُُ أنِإَو
Artinya:Hanya saja bangsa itu kekal, selama berakhlak. Bila akhlaknya
telah lenyap, maka lenyap pulalah bangsa itu.7
Dari syair tersebut, dapat dikatakan bahwa tumpuan suatu bangsa terletak pada akhlak. Akhlak merupakan suatu yang fundamental, karena pembinaan akhlak merupakan inti ajaran Islam. Akhlak merupakan mutiara hidup yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya, sebab seandainya
manusia tanpa akhlak, maka akan hilang derajat kemanusiaannya.8 Sehingga,
dari pentingnya akhlak tersebut menjadi salah satu tugas diutusnya Rasulullah saw ke dunia ini.
Dari berbagai problematika yang telah dijelaskan di atas, pesantren merupakan salah satu lembaga yang berperan dalam menanggulangi krisis moral di era modern ini. Hal ini sejalan dengan salah satu tujuan pesantren yakni memperbaiki akhlak. Pada dasarnya pesantren yang ada di Indonesia ini sangatlah banyak dan beragam. Keberagaman ini tampak dari proses
6
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan (Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia), (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), h. 222
7
Kahar Masyhur, Membina Moral dan Akhlak, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), h. 3 8
Chabib Thoha, dkk, Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 1999), h. 114
(15)
6
pembelajarannya, ada yang tradisional, modern, dan ada yang
mengkolaborasikan antara tradisional dan modern. Kaitannya dengan hal tersebut, Pondok Pesantren Sunan Drajat termasuk dalam kategori pondok yang ketiga (terakhir). Meskipun sudah banyak yang modern baik dalam membangun pendidikan formal, mengembangkan bahasa asing, akan tetapi masih menggunakan kitab klasik dalam proses bembelajaran ilmu agamanya.
Pondok Pesantren Sunan Drajat merupakan salah satu pondok pesantren yang maju dan terkenal di daerah Paciran Lamongan Jawa Timur. Hal ini karena dilihat dari nama pondok pesantren tersebut merupakan salah satu nama Wali Songo yang ada di pulau Jawa. Pondok Pesantren Sunan Drajat merupakan salah satu pondok peninggalan Wali Songo yang masih eksis ditengah hiru pikuk era modernisasi dengan segala kemajuan dan perkembangannya. Dalam hal ini, banyak santri yang berbondong-bondong datang untuk mendapatkan pendidikan di pondok atau atas dasar kepentingan lainnya. Akan tetapi, banyaknya santri yang mondok di Pondok Pesantren Sunan Drajat tidak semuanya murni atas niatnya sendiri. Ada yang memang niatan dari dalam diri sendiri, ada yang paksaan dari orang tua, saran orang tertentu, ikut teman, atau lain sebagainya. Sehingga tidak semua santri yang masuk pondok pesantren sudah memiliki akhlak mulia. Kaitannya dengan hal tersebut, melalui pola kehidupan dan pengajaran yang ada di Pondok Pesantren
Sunan Drajat diharapkan mampu merubah mindset dan perilaku santri menjadi
(16)
7
dijadikan alternatif untuk merubah akhlak seseorang yang kurang berakhlak agar menjadi manusia yang berakhlak mulia.
Sejalan dengan penjelasan sebelumnya, pondok pesantren menjadi idola masyarakat diberbagai kalangan. Hal tersebut didasari atas dasar dan harapan agar diri atau anak keturunannya menjadi manusia yang berakhlak mulia. Karena antara akhlak dan ilmu harus seimbang, agar tidak menimbulkan berbagai kerusakan. Kaitannya dengan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, pondok pesantren Sunan Drajat memiliki daya tarik tersendiri bagi penulis. Karena hampir tidak ada pondok pesantren peninggalan Wali Songo yang masih eksis hingga saat ini seperti pondok Sunan Drajat dalam menjalankan perannya di tengah hiruk pikuk era modernisasi, sehingga perlu adanya pembahasan lebih intens. Sehingga, penulis berkeinginan untuk
melakukan penelitian dengan judul “Kontribusi Pendidikan Islam dalam
Menanamkan Akhlak Mulia (Studi Diniyah Pondok Pesantren Sunan
Drajat Paciran - Lamongan)”.
B.Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem pendidikan Islam di pondok pesantren Sunan Drajat
Paciran - Lamongan?
2. Bagaimana implementasi pendidikan akhlak di pondok pesantren Sunan
Drajat Paciran - Lamongan?
3. Bagaimana kontribusi diniyah dalam menanamkan akhlak mulia di pondok
(17)
8
C.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui sistem pendidikan Islam yang ada di pondok pesantren
Sunan Drajat Paciran - Lamongan.
2. Untuk mengetahui implementasi pendidikan akhlak di pondok pesantren
Sunan Drajat Paciran - Lamongan.
3. Untuk mengetahui kontribusi diniyah dalam menanamkan akhlak mulia di
pondok pesantren Sunan Drajat Paciran - Lamongan.
D.Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis
Menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memperdalam teori pendidikan Islam dalam menanamkan akhlak mulia. Serta sebagai sumber informasi yang dapat digunakan untuk referensi penelitian-penelitian berikutnya yang masih berhubungan dengan topik penelitian ini.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis, diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan menambah
wawasan penulis tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kontribusi diniyah dalam menanamkan akhlak mulia khususnya di pondok pesantren Sunan Drajat Paciran - Lamongan.
b. Bagi lembaga pendidikan, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan dalam menanamkan akhlak mulia secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan yang maksimal demi kemajuan bangsa.
(18)
9
c. Bagi pihak lain yang membaca tulisan ini diharapkan dapat bermanfaat
dalam memberikan informasi dan pengetahuan mengenai kontribusi diniyah dalam menanamkan akhlak mulia, ataupun sebagai bahan kajian lebih lanjut bagi peneliti berikutnya.
E. Penelitian Terdahulu
Pada dasarnya segala sesuatu yang terjadi saat ini bukanlah sesuatu yang baru, melainkan sesuatu yang telah ada sejak dulu. Begitupula dengan penelitian yang dilakukan saat ini bukanlah penelitian yang murni baru, melainkan penelitian yang pernah dilakukan oleh orang-orang sebelumnya. Sehingga penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan, diantaranya adalah sebagai berikut:
Pertama, penelitian yang berjudul Kontribusi Yayasan Pondok
Pesantren Dalam Mengembangkan Pendidikan Islam (Studi di Yayasan Serba Bhakti Pondok Pesantren Suryalaya Koordinator Wilayah Indonesia Timur Jl. Benteng No.54 Kelurahan Ampel Kecamatan Semampir Kota Surabaya). Penelitian tersebut merupakan skripsi yang di tulis oleh Rahmad Hidayatullah, (2004), program studi Pendidikan Agama Islam / FITK, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Penelitian tersebut membahas bagaimana kontribusi yayasan pondok pesantren dalam mengembangkan pendidikan Islam. Metode yang digunakan yakni deskriftif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Lokasi penelitian dilakukan di Yayasan Serba Bhakti Pondok Pesantren Suryalaya Coordinator Wilayah Indonesia Timur Jl. Benteng No.54 Kelurahan Ampel Kecamatan Semampir Kota Surabaya. Subyek penelitian
(19)
10
adalah penyelenggara sistem atau kegiatan dan kontribusi yayasan, khususnya keberhasilan yayasan dalam pendidikan Islam. Adapun hasil dari penelitian ini
menyebutkan bahwa, kontribusinya terbagi menjadi dua macam: pertama
adalah khusus, sebagai upayanya didirikannya yang meliputi: (a) lembaga-lembaga pendidikan dan sosial kemasyarakatan, (b) membuka cabang dakwah
pendidikan Islam melalui perwakilan – perwakilan diberbagai daerah, (c)
pondok Inabah, (d) ibu Bella. Adapun bagian kedua adalah universal, artinya yang diperuntukkan secara umum yakni berupa metode thariqat yang mengajarkan tentang dzikrillah.
Kedua, penelitian skripsi dengan judul “Peran Pesantren Darut
Tauhid Al- Alawi Dalam Pendidikan Moral Untuk Mencegah Penyimpangan Seksual Remaja“.Skripsi ini ditulis oleh Ahmad Shofiyuddin, (2012), program studi Pendidikan Agama Islam / FTK, Institut Agama Islam Negeri Surabaya. Skripsi ini membahas bagaimana peran pesantren dalam pendidikan moral untuk mencegah penyimpangan seksual remaja. Metode penelitian yang digunakan yakni kualitatif deskriptif yang memusatkan pada fenomena yang terjadi saat ini. Subyek penelitian ini adalah dewan asatidz dan semua pihak yang dapat membantu peneliti memberikan informasi sehubungan dengan masalah penelitian ini. Adapun hasil penelitian ini adalah: pembinaan moral di
pondok pesantren darut tauhid al - alawi yang pertama adalah dengan
internalisasi nilai-nilai dari kitab kuning. Kedua dengan pembiasaan kegiatan keagamaan di pesantren.
(20)
11
F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang sudah dipaparkan di atas. Peneliti ingin memberikan batasan masalah dengan fungsi sebagai penyempit obyek yang akan diteliti agar fokus dalam penelitian ini tidak melebar luas. Dalam hal ini yang menjadi tolak ukur dalam pembatasan masalah adalah bentuk kontribusi diniyah sebagai lembaga pendidikan Islam dan cara menanamkan akhlak mulia kepada santri di pondok pesantren Sunan Drajat Paciran - Lamongan.
G. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah hasil dari operasionalisasi. Menurut Black dan Champion untuk membuat definisi operasional adalah dengan memberi makna pada suatu konstruk atau variabel dengan menetapkan “operasi” atau
kegiatan yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel tersebut.9
Untuk lebih memperjelas dan mempermudah pemahaman dan menghindari kesalah pahaman, maka peneliti akan menegaskan definisi operasional variabel-variabel penelitian ini sebagai berikut:
Kontribusi : uang iuran (kepada perkumpulan, dsb), sumbangan.10
Pendidikan : proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
9
James A. Black dan Dean J. Champion, Metode dan Masalah Penelitian Sosial, E.Koeswara, dkk, (Penerj.)(Bandung: Refika Aditama, 1999), h. 161
10
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 592
(21)
12
melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara,
perbuatan mendidik.11
Islam : agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw
berpedoman pada kitab suci al-Qur‟an yang diturunkan ke
dunia melalui wahyu Allah swt.12
Menanamkan : menanam sesuatu di……….13
Akhlak : budi pekerti, kelakuan, pendidikan.14
Mulia : tinggi, luhur, bermutu tinggi.15
Dari definisi di atas, maka yang dimaksud dengan Kontribusi
Pendidikan Islam dalam Menanamkan Akhlak Mulia di Pondok Pesantren Sunan Drajat adalah untuk mengetahui bentuk sumbangan diniyah pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam dalam menanamkan budi pekerti yang luhur/ akhlak mulia yang ada di Pondok Pesantren Sunan Drajat.
H.Sistematika Pembahasan
Dalam penelitian ini, sistematika pembahasannya dapat dijelaskan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan yang meliputi: Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Penelitian Terdahulu, Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian, Definisi Operasional , dan Sistematika Pembahasan.
Bab II Kajian Pustaka meliputi: A. Pendidikan Islam dengan menjelaskan; Pengertian Pendidikan Islam, Tujuan Pendidikan Islam, Visi dan
11
Ibid.,h. 263 12
Ibid.,h. 444 13
Ibid.,h. 1134 14
Ibid.,h. 20 15
(22)
13
Misi Pendidikan Islam, Kurikulum Pendidikan Islam, Pendidik dalam Pendidikan Islam, Peserta Didik dalam Pendidikan Islam, Metode dan Teknik Pengajaran Pendidikan Islam, Lingkungan Pendidikan Islam. Adapun bagian B. Akhlak Mulia yang meliputi: Pengertian Akhlak, Klasifikasi Akhlak, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Akhlak, Contoh Akhlak Mulia, Manfaat Akhlak Mulia.
Bab III Metode Penelitian yang berisi mengenai: Pendekatan dan Jenis Penelitian, Kehadiran Peneliti, Lokasi Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, dan Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data.
Bab IV Paparan Data dan Temuan Penelitian yang berisi tentang deskripsi hasil penelitian yang didapat melalui observasi, wawancara maupun dokumentasi. Data tersebut meliputi sistem pendidikan Islam yang ada di Pondok pesantren Sunan Drajat khususnya diniyah Sunan Drajat, implementasi pendidikan akhlak serta kontribusi diniyah dalam menanamkan akhlak mulia.
Bab V Pembahasan yakni berisi mengenai analisis data tentang seluk beluk Pondok Pesantren Sunan Drajat khususnya diniyah, sehingga menghasilkan kontribusi dalam menanamkan akhlak mulia.
(23)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Pendidikan Islam
1. Pengertian Pendidikan Islam
Dalam khazanah pemikiran pendidikan Islam, terdapat banyak istilah yang digunakan oleh ulama dalam memberikan pengertian tentang pendidikan Islam. Langgulung dalam Muhaimin menyebutkan bahwa
pendidikan Islam setidaknya tercakup dalam delapan pengertian, yaitu;
al-tarbiyah al-diniyah (pendidikan keagamaan), ta’lim al-din (pengajaran
agama), al-ta’lim al-diny (pengajaran keagamaan), al-ta’lim al-Islamy
(pengajarang keIslaman), tarbiyah al-muslimin (pendidikan orang Islam),
al-tarbiyah fi al-Islam (pendidikan dalam Islam), al-tarbiyah „inda al
-muslimin (pendidikan dikalangan orang-orang Islam), dan tarbiyah
al-Islamiyah (pendidikan Islami). Akan tetapi, para ahli pendidikan biasanya
lebih menyoroti istilah tersebut dari aspek perbedaan tarbiyah dan ta’lim.16
Istilah ta‟dib juga digunakan dalam menjelaskan pengertian pendidikan selain dua kata di atas. Dengan kata lain, istilah pendidikan
dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada term tarbiyah,
al-ta’dib dan al-ta’lim. Dari ketiga istilah tersebut term yang populer
digunakan dalam praktek pendidikan Islam adalah term al-tarbiyah.
16
(24)
15
Sedangkan term al-ta’dib dan al-ta’lim jarang digunakan. Padahal kedua
istilah tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam.17
Kendatipun demikian, dalam hal-hal tertentu, ketiga term tersebut
memiliki kesamaan makna. Namun secara esensial, setiap term memiliki
perbedaan, baik secara tekstual maupun konstektual. Untuk itu, perlu dikemukakan uraian dan analisis argumentasi tersendiri dari beberapa pendapat para ahli pendidikan Islam.
a. Istilah al-Tarbiyah
Penggunaan istilah al-tarbiyah berasal dari kata rabb. Walaupun
kata ini memiliki banyak arti akan tetapi pengertian dasarnya menunjukan makna tumbuh, berkembang, memelihara, merawat,
mengatur, dan menjaga kelestarian atau eksistensinya.18Dalam penjelasan
lain, kata al-tarbiyah berasal dari tiga kata, yaitu : Pertama, rabba-yarbu
yang berarti bertambah, tumbuh dan berkembang (Q.S. Ar Ruum /30. Kedua, rabiya-yarba yang berarti menjadi besar. Ketiga, rabba-yarubbu
berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun dan memelihara.19
Pendidikan Islam yang dikandung dalam term al-tarbiyah terdiri
atas empat unsur pendekatan, yaitu: (1) memelihara dan menjaga fitrah peserta didik menjelang dewasa (baligh). (2) mengembangkan seluruh
17
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 7
18
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014), h. 10-11
19
(25)
16
potensi menuju kesempurnaan. (3) mengarahkan seluruh fitrah menuju
kesempurnaan. (4) melaksanakan pendidikan secara bertahap. 20
Dari paparan sebelumnya, term al-tarbiyah mempunyai makna
yang sangat luas dalam menjelaskan pendidikan. Pendidikan di sini mengatur memaksimalkan segala kemampuan yang ada pada diri peserta didik mulai dari lahir hingga dewasa termasuk semua potensi yang dimilikinya melalui pendidikan yang dilakukan dengan bertahap.
b. Istilah al-Ta’lim
Istilah al-ta’lim telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan
pendidikan Islam. Menurut para ahli, kata ini lebih universal dibanding
dengan al-tarbiyah maupun al-ta’dib. Rasyid Ridha dalam Ramayulis,
mengartikan al-ta’lim sebagai proses transmisi berbagai ilmu
pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan
tertentu.21 Argumentasinya didasarkan dengan merujuk pada (Q.S.
Al-Baqarah :151). Kalimat wa yu’allimu hum al-kitab wa al-hikmah dalam
ayat tersebut menjelaskan tentang aktifitas Rasulullah mengajarkan
tilawat al-Qur‟an kepada kaum muslimin. Menurut Abdul Fatah Jalal,
apa yang dilakukan Rasul bukan hanya sekedar membuat Islam bisa membaca, melainkan membawa kaum muslimin kepada nilai pendidikan tazkiyah an-nafs (penyucian diri) dari segala kotoran, sehingga
memungkinkannya menerima al-hikmah serta mempelajari segala yang
bermanfaat untuk diketahui.
20M. Jindar Wahyudi, Nalar Pendidikan Qur’ani, (Yogyakarta: Apeiron Philotes, 2006), h. 53
21
(26)
17
Oleh karena itu, makna al-ta’lim tidak hanya terbatas pada
pengetahuan yang lahiriyah akan tetapi mencakup pengetahuan teoritis, mengulang secara lisan, pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan; perintah untuk melaksanakan pengetahuan dan pedoman untuk berperilaku. Hal ini juga dapat dikatakan bahwa istilah ta’lim lebih luas jangkauannya dan lebih umum sifatnya.22
Dari penjelasan sebelumnya, diketahui bahwa manusia
merupakan makhluk yang sempurna dibanding makhluk ciptaan Allah yang lainnya. Manusia mempunyai nafsu dan akal yang harus digunakan dengan baik. Adanya pendidikan sebagai jalan untuk mendayagunakan akal dalam mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, serta membawa
nafsu ke arah yang baik. Sehingga kata ta’lim cakupannya luas.
c. Istilah al-Ta’dib
Menurut Al-Atas, istilah yang paling tepat untuk menunjukan
pendidikan Islam adalah al-ta’dib. Al-ta’dib berarti pengenalan dan
pengakuan secara berangsur-angsur yang ditanamkan ke dalam diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan. Dengan pendekatan ini, pendidikan akan berfungsi sebagai pembimbing ke arah pengenalan dan pengakuan
tempat Tuhan yang tepat dalam tatanan wujud dan kepribadiannya.23
Terlepas dari perdebatan makna dari ketiga term di atas, secara
terminologi para ahli pendidikan Islam menjelaskannya sebagai berikut:
22
Sri Miniarti, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: AMZAH, 2013), h. 30 23
Ar-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Ciputat: PT Ciputat Press, 2005), h.30-31
(27)
18
a. Al-Syaibaniy; mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah proses
mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktifitas asasi dan profesi
diantara sekian banyak profesi dalam masyarakat.24
b. Muhammad Fadhil al-Jamaly; mendefinisikan pendidikan Islam sebagai
upaya mengembangkan mendorong serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia. Melalui proses tersebut, diharapkan akan terbentuk pribadi peserta didik yang sempurna, baik yang berkaitan dengan potensi akal,
perasaan maupun perbuatannya.25
c. Ahmad Tafsir; mendefinisikan pendidikan Islam sebagai bimbingan yang
diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai
dengan ajaran Islam.26
d. Hamka; pendidikan adalah serangkaian upaya yang dilakukan pendidik
untuk membantu membentuk watak, budi, akhlak, dan kepribadian peserta didik, sehingga ia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Pengajaran berarti upaya untuk mengisi intelektual peserta
didik dengan sejumlah ilmu pengetahuan.27
24
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencama Prenada Media Group, 2010), h. 28
25
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014), h. 26
26
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Ramaja Rosdakarya, 2013), h. 32
27
Samsul Nizar, Memeperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), cet. Ke-1, h. 111
(28)
19
e. Qardawi; pendidikan adalah sebuah keniscayaan sekaligus menjadi
sebuah kebutuhan setiap manusia. Hal tersebut dikarenakan manusia pada hakikatnya memliki tiga peran yakni peran untuk beribadah, peran sebagai wakil Tuhan serta peran sebagai pembangun peradaban. Sebagai tokoh muslim abad modern yang dianggap sebagai seorang pembaharu (reformer) Qardhawi mendefinisikan pendidikan Islam sebagai pendidikan manusia seutuhnya yang meliputi akal dan hatinya, rohani
dan jasmaninya, serta akhlak dan tingkah laku.28
Dari berbagai argumen menurut para tokoh pendidikan Islam di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan Islam merupakan tindakan sadar yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk mendayagunakan dan mengoptimalkan potensi yang ada pada peserta didik.
Kaitannya dengan berbagai definisi yang dikemukaan oleh para ahli mengenai pendidikan Islam. Sehingga dalam praktiknya, pendidikan Islam di Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam lima jenis, yaitu:
a. Pondok pesantren atau madrasah diniyah, berdasarkan UU No. 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional disebut sebagai pendidikan keagamaan (Islam) formal seperti pondok pesantren/ madrasah diniyah (ula, wustha, „ulya, dan ma’had „ali)
b. Madrasah dan pendidikan lanjutannya seperti IAIN/STAIN atau UIN
universitas Islam negeri yang bernaung di bawah departemen agama
28
(29)
20
c. Pendidikan usia dini/ TK, sekolah/ perguruan tinggi yang
diselenggarakan di bawah naungan yayasan dan organisasi Islam.
d. Pelajaran agama Islam di sekolah/ madrasah/ perguruan tinggi sebagai
suatu mata pelajaran atau mata kuliah atau program studi
e. Pendidikan Islam dalam keluarga atau di tempat-tempat ibadah,
forum-forum kajian keIslaman, atau pendidikan Islam melalui jalur pendidikan
non formal, dan informal.29
Dari batasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam. Melalui pendekatan ini, ia akan dengan mudah membentuk kehidupan dirinya sendiri sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam yang diyakininya.
2. Tujuan Pendidikan Islam
Jika kita berbicara tentang tujuan pendidikan Islam, berarti berbicara tentang nilai-nilai ideal yang bercorak Islami. Sedang idealitas Islami itu sendiri pada hakikatnya adalah mengandung nilai prilaku manusia yang didasari oleh iman dan takwa kepada Allah sebagai sumber kekuasaan mutlak yang harus ditaati.
Secara umum, tujuan pendidikan terdapat dua pandangan teoritis.
Pertama, berorientasi kemasyarakatan, yaitu pandangan yang
mengungkapkan pendidikan sebagai sarana utama dalam menciptakan
29
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, (Jakarata: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2013), 15-16
(30)
21
rakyat. Kedua, berorientasi kepada individu, yang lebih memfokuskan diri
pada kebutuhan dan minat pelajar.30
Adapun tujuan pendidikan Islam menurut Muhammad Fadhil
al-Jamaly, tujuan pendidikan Islam menurut al-Qur‟an meliputi; (1)
menjelaskan posisi peserta didik sebagai manusia diantara makhluk Allah lainnya dan tanggung jawabnya dalam kehidupan ini. (2) menjelaskan hubungannya sebagai makhluk sosial dan tanggung jawabnya dalam tatanan kehidupan bermasyarakat. (3) menjelaskan hubungan manusia dengan alam dan tugasnya untuk mengetahui hikmah penciptaan dengan cara memakmurkan alam semesta. (4) menjelaskan hubungannya dengan Khaliq
sebagai pencipta alam semesta.31
Secara praktis, Muhammad Athiyah al-Abrasyi, menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam terdiri atas 5 sasaran, yaitu: (1) membentuk akhlak mulia (2) mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat (3) persiapan untuk mencari rizki dan memelihara segi kemanfaatannya (4)
menumbuhkan semangat ilmiah dikalangan peserta didik (5)
mempersiapkan tenaga profesional yang terampil.32
Quraiy Syihab berpendapat bahwa tujuan pendidikan (al-Quran) Islam adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba dan khalifah-Nya guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang telah ditetapkan Allah.
30
M. Jindar Wahyudi, Nalar Pendidikan Qur’ani, (Yogyakarta: Apeiron Philotes, 2006), cet.I, h. 29
31
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014), h. 83
32
(31)
22
Sedangkan menurut Al-Ghazali tujuan dari pendidikan adalah mendekatkan diri kepada Allah, bukan pangkat dan bermegah-megah, dan hendaklah seorang pelajar itu belajar bukan untuk menipu orang-orang bodoh atau bermegah-megahan. Jadi pendidikan itu tidak keluar dari pendidikan
Akhlak.33
Tujuan pendidikan menurut Qardhawi tidak sebatas membentuk manusia mampu berhubungan vertikal kepada Allah SWT semata, namun pendidikan lebih ditekankan pada unsur menciptakan manusia-manusia yang siap mengarungi kehidupan dalam berbagai situasinya serta mempersiapkan peserta didik untuk mampu hidup bermasyarakat dalam aneka ragam gejolaknya. Pendidikan dalam tataran praktik juga bertujuan mengantarkan setiap peserta didik menuju kedewasaan baik dalam aspek mental, emosional, moral, intelektual dan spiritual. Sehingga materi yang
ditawarkan Qardhawi melingkupi: al-imaniyah (pendidikan iman),
al-khuluqiyah (pendidikan akhlak), al-jismiyah (pendidikan jasmani),
al-aqliyah (pendidikan mental), al-nafsiyah (pendidika jiwa), al-ijlimaiyah
(pendidikan sosial), serta al-jinisiyah (pendidikan seks).34
Menurut Hamka dan Samsul Nizar dijelaskan bahwa pendidikan
Islam bertujuan untuk membentuk al-insan al-kamil atau manusia
sempurna. Beranjak dari konsep tersebut, maka setidaknya pendidikan Islam seyogyanya diarahkan pada dua dimensi. Dalam hal ini yaitu; dimensi
33
Abd. Ranchman Assegaf, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 112
34
(32)
23
dialektika horisontal terhadap sesama manusia dan dimensi ketundukan
vertikal kepada Allah.35
Dilihat dari segi cakupan atau ruang lingkupnya, tujuan pendidikan dapat dibagi dalam tahapan berikut:
a. Tujuan pendidikan Islam secara universal
Rumusan tujuan pendidikan yang bersifat universal dapat dirujuk pada hasil kongres se-Dunia ke II tentang Pendidikan Islam tahun 1980 di Islamabad menyatakan:
“Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai
keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia (peserta didik) secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran (intelektual), diri manusia yang rasional; perasaan dan indera. Kerena itu, pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik; aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif; dan mendorong semua aspek tersebut berkembang ke arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukkan yang sempurna kepada Allah, baik secara pribadi, komunitas, maupun
seluruh umat manusia.”36
b. Tujuan Pendidikan Islam Secara Nasional
Tujuan pendidikan Islam secara nasional dapat dirujuk kepada tujuan pendidikan yang terdapat dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional berikut:
“Membentuk manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak
mulia, berkepribadian, memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan, sehat jasmani, dan rohani, memiliki
35
Samsul Nizar, Memeperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), cet. Ke-1, h. 116
36
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 62
(33)
24
rasa seni, serta bertanggung jawab bagi masyarakat, bangsa, dan
Negara.37
Berdasarkan rumusan di atas dapat dipahami, bahwa pendidikan Islam merupakan proses membimbing dan membina fitrah peserta didik secara maksimal dan bermuara pada terciptanya pribadi peserta didik sebagai muslim paripurna (insan kamil).
3. Visi dan Misi Pendidikan Islam
a. Visi Pendidikan Islam
Visi adalah konsep atau rumusan yang dihasilkan melalui
pemikiran. Adapun visi secara terminologi yaitu tujuan jangka panjang,
cita-cita masa depan keinginan besar yang hendak diwujudkan, angan-angan, khayalan, dan impian ideal tentang sesuatu yang hendak diwujudkan di masa yang akan datang. Visi adalah jawaban dari
pertanyaan: what are will becoming (kita ingin menjadi apa?). 38
Visi pendidikan Islam sesungguhnya melekat pada cita-cita dan tujuan jangka panjang ajaran Islam itu sendiri, yaitu mewujudkan rahmat bagi seluruh umat manusia, sesuai dengan firman Allah SWT surat al-Anbiya‟ ayat 107, berikut:
Artinya:
“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan
untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”(QS. Al
-Anbiya‟:107)
37
Ibid., h. 64 38
(34)
25
Ayat tersebut dapat ditafsirkan sebagai berikut:
“Maksud dari ayat yang artinya tidaklah aku utus
engkau Muhammad melainkan agar menjadi rahmat bagi seluruh alam, adalah bahwa tidaklah aku utus engkau
Muhammad dengan al-Qur‟an ini, serta berbagi
perumpamaan dari ajaran agama dan hukum yang menjadi dasar rujukan untuk mencapai bahagia dunia dan akhirat, melainkan agar menjadi rahmat dan petunjuk bagi mereka dalam segala urusan kehidupan dunia dan akhirat. Dengan kata lain, Rasulullah adalah rahmat, kedatangannya tidak hanya membawa ajaran saja, tetapi sosok dan kepribadian
beliau adalah rahmat yang dianugerahkan Allah SWT.”39
Dengan demikian, visi pendidikan Islam memegang peranan yang sangat penting untuk mencapai tujuan pendidikan Islam dalam mewujudkan cita-cita ajaran Islam. Sehingga seluruh komponen pendidikan Islam sebagaimana tersebut di atas, harus diarahkan kepada tercapainya visi. Visi itu harus dipahami, dihayati, dan diamalkan oleh seluruh unsur yang terlibat dalam kegiatan pendidikan. Dengan demikian, visi tersebut akan menjiwai seluruh pola pikir (mindset), tindakan dan kebijakan pengelola pendidikan. Pada tahap selanjutnya visi tersebut akan menjadi budaya yang hidup dan dirasakan manfaatnya oleh seluruh pihak yang ada di pondok pesantren dan sekitarnya.
b. Misi Pendidikan Islam
Misi berasal dari bahasa Inggris, mission, yang memiliki arti
tugas, perutusan, utusan, atau misi.40 Misi dapat diartikan sebagai
tugas-tugas atau pekerjaan yang harus dilaksanakan dalam rangka mencapai visi yang ditetapkan. Dengan demikian, antara visi dan misi harus
39
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), vol.8, h. 518-519 40
(35)
26
memiliki hubungan fungsional-simbiotik, yakni saling mengisi dan timbal balik. Dari satu sisi visi mendasari rumusan misi, sedangkan dari sisi lain, keberadaan misi akan menyebabkan tercapainya visi. Misi
merupakan jawaban atas pertanyaan what are will doing (apa yang akan
dikerjakan?).
Berdasarkan uraian di atas, maka misi pendidikan Islam dapat
dirumuskan sebagai berikut: mendorong timbulnya kesadaran umat
manusia agar mau melakukan kegiatan belajar dan mengajar, melaksanakan kegiatan belajar mengajar sepanjang hayat, melaksanakan
program wajib belajar, melaksanakan program pendidikan anak usia dini
(PAUD), dan mengangkat harkat dan martabat manusia sebagai makhluk
yang paling sempurna.41
4. Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum (manhaj) merupakan jalan terang yang dilalui oleh pendidik bersama peserta didiknya dalam rangka mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka menuju tercapainya tujuan
pendidikan yang dicita-citakan.42
Adapun, isi dari kurikulum pendidikan Islam sebagai berikut:
a. Pendidikan keimanan. Pendidikan keimanan ini didapat melalui pelajaran
Tauhid. Melalui pelajaran Tauhid akan menambah keimanan peserta didik dalam ketaatan kepada Allah. Materi-materi yang berkaitan dengan pendidikan keimanan menjadi sangat penting karena salah satu ciri
41
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 46-53
42
(36)
27
manusia berkepribadian muslim yang menjadi tujuan pendidikan Islam
adalah manusia yang memiliki keimanan yang kokoh.43
b. Pendidikan amal ubudiyah. Salah satu manusia berkepribadian muslim
adalah giat dan gemar beribadah. Hal ini sejalan dengan diciptakannya manusia yakni untuk beribadah.
c. Pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak merupakan bagian besar dari isi
pendidikan Islam. Melalui pembelajaran akhlak, akan memajukan rohani, menuntun kebaikan, menyempurnakan iman, memperoleh keutamaan di
hari akhir, dan memperoleh keharmonisan rumah tangga.44
d. Pendidikan al-Qur‟an. Al-Qur‟an adalah kitab Allah yang diturunkan
kepada nabi Muhammad yang mengandung hal keimanan, ilmu pengetahuan, kisah-kisah, falsafah, peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku dan tata cara hidup manusia baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial demi meraih kebahagiaan hidup.
e. Pendidikan iptek. Zaman yang semakin canggih diberbagai aspek
merupakan realita dari ayat al-Qur‟an mengenai ilmu pengetahuan dan
teknologi. Melalui iptek tersebut, peserta didik akan memiliki “quwwatul
ilmi” (kekuatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang unggul).
f. Pendidikan jasmani dan kesehatan. Islam menghendaki umatnya sehat
dan kuat baik jasmani, rohani, dan akalnya. Dengan pendidikan jasmani
43
Sohari, Sahrani, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 157
44
Chabib Toha, dkk, Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: IAIN Wali Songo Semarang, 1999), Cet.1, h. 114-116
(37)
28
dan kesehatan ini, peserta didik akan memiliki “quwwatul jismi”
(kekuatan badan yang prima).
g. Pendidikan wirausaha dan keterampilan. Kunci untuk bisa meraih
kebahagiaan kehidupan dunia adalah adanya kemampuan dan keterampilan untuk berwirausaha. Pada akhirnya peserta didik akan
memiliki “quwatul iqtishadi” (kekuatan ekonomi) yang tangguh.45
5. Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam
a. Pendidik
Pendidik dalam Islam adalah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik. Dalam Islam, orang yang paling bertanggung jawab tersebut adalah orang tua (ayah dan ibu). Di
Indonesia, pendidik disebut juga guru yaitu “orang yang digugu dan
ditiru”.46 Adapun tugas pendidik (termasuk guru) sebagai berikut:
1) Wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak-peserta didik
dengan berbagai cara seperti observasi, wawancara
2) Berusaha menolong peserta didik mengembangkan pembawaan yang
baik dan menekan perkembangan pembawaan yang buruk
3) Memperlihatkan kepada peserta didik tugas orang dewasa dengan cara
memperkenalkan berbagai bidang keahlian, keterampilan, agar peserta didik memilihnya dengan tepat
4) Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah
perkembangan peserta didik berjalan dengan baik
45
Mangun Budiyanto, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ombak, 2013), 126-138 46
(38)
29
5) Memberikan bimbingan dari penyuluhan tatkala peserta didik
menemui kesulitan dalam mengembangkan potensinya.47
Adapun Al-Abrasyi dalam Ahmad Tafsir menyebutkan bahwa guru dalam Islam sebaiknya memilki sifat-sifat sebagai berikut ini; zuhud,
bersih tubuhnya, bersih jiwanya, tidak riya‟, tidak memendam rasa
dengki dan iri hati, tidak menyenangi permusuhan, ikhlas dalam melaksanakan tugas, sesuai perbuatan dengan perkataan, tidak malu mengakui ketidak tahuan, bijaksana, tegas dalam perkataan dan perbuatan, rendah hati, lemah lembut, pemaaf, sabar, tidak marah karena hal-hal kecil, berkepribadian, mengetahui karakter murid, mencakup
pembawaan, kebiasaan, perasaan, dan pemikiran.48
b. Peserta Didik
Menurut Hamka, hidup adalah cita-cita. Cita-cita menjadikan manusia untuk senantiasa berjuang mempertahankan eksistensinya agar tercapai apa yang dituju secara sempurna. Melalui cita-cita, menjadikan hidup manusia lebih berarti. Demikian pula halnya dengan setiap pribadi
peserta didik.49
Adapun etika yang harus dimiliki peserta didik sebagai berikut:
1) Peserta didik harus membersihkan hatinya dari kotoran dan penyakit
jiwa sebelum ia menuntut ilmu. Sebab belajar merupakan ibadah yang dikerjakan dengan hati yang bersih
47
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2013), h. 126.
48
Ibid., h. 131. 49
Samsul Nizar, Memeperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), cet. Ke-1, h. 158
(39)
30
2) Peserta didik harus mempunyai tujuan menuntut ilmu dalam rangka
menghiasi jiwa dengan keimanan, mendekatkan diri kepada Allah
3) Seseorang peserta didik harus tabah dalam memperoleh ilmu
pengetahuan dan sabar dalam menghadapi tantangan dan cobaan
4) Seseorang harus ikhlas dalam menuntut ilmu dan menghormati guru
atau pendidik. Berusaha memperoleh kerelaan dari guru dengan
mempergunakan cara yang baik. 50
6. Metode Pendidikan Islam
Dalam rangkaian sistem pengajaran, metode menempati urutan sesudah materi (kurikulum). Penyampaian materi memerlukan metode untuk mencapai tujuan pembelajaran. Seperti halnya materi, metode hanya sebagai alat bukan tujuan. Alat merupakan syarat mutlak bagi setiap
kegiatan pendidikan dan pengajaran.51
Dalam memilih metode pendidikan, ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan. Faktor tersebut antara lain tujuan dari masing-masing materi, faktor kesiapan dan kematangan peserta didik, faktor alat-alat yang tersedia, dan faktor kemampuan pendidik itu sendiri dalam menggunakan metode tersebut. Abdullah Nashih Ulwan menyatakan bahwa teknik atau metode pendidikan Islam itu ada lima macam.
a. Pendidikan dengan Keteladanan
Keteladanan dalam adalah metode yang paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk anak di dalam
50
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), cet.8, h. 120 51
Mujamil Qamar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Instistusi, (Jakarta: Erlangga, ________), h. 141
(40)
31
moral, spiritual, dan sosial. Hal ini karena pendidik adalah contoh terbaik dalam pandangan anak yang ditirunya dalam tindak tanduknya dan tata santunnya. Disadari ataupun tidak, pendidik menjadi gambaran bagi peserta didik baik dalam ucapan atau perbuatan, baik materil, atau spiritual. Melalui metode keteladanan ini pulalah Rasulullah membina
akhlak. Metode keteladanan disebut juga metode uswah hasanah.52
Teladan yang baik adalah menyelaraskan perkataan dan perbuatan
dalam satu kesatuan yang tak terpisahkan. Ada peribahasa “guru kencing
berdiri murid kencing berlari”. Dalam pembelajaran sesuatu kepada
anak, pada intinya harus menyertakan tiga unsur yakni hati, telinga, dan mata. Sejatinya saat berkenaan dengan nilai agama, tidak cukup jika orang tua hanya memberikan petuah dan perintah. Anak-anak memerlukan dukungan yang lebih penting, yakni keteladanan agar setiap
nilai yang disampaikan menjadi lebih bermakna.53
b. Pendidikan dengan Adat Kebiasaan
Islam mempergunakan kebiasaan sebagai salah satu teknik pendidikan, lalu mengubah seluruh sifat-sifat baik menjadi kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan, tanpa menemukan kesulitan. Kecenderungan dan naluri anak-anak dalam pengajaran dan pembiasaan adalah sangat besar dibanding usia lainnya. Maka, hendaklah para pendidik, ayah, ibu, dan pengajar untuk memusatkan perhatian pada pengajaran anak-anak tentang kebaikan dan upaya membiasakannya
52
Sri Miniarti, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: AMZAH, 2013), h. 142 53
Sohari, Sahrani, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 42
(41)
32
sejak ia mulai memahami realita kehidupan ini. Untuk dapat hidup teratur, disiplin, tolong, menolong, sabar, mandiri dalam kehidupan
memerlukan latihan yang kontinyu setiap hari.54
c. Pendidikan dengan Nasihat
Pemberian nasihat merupakan metode yang penting dalam pendidikan, pembentukan keimanan, mempersiapkan moral, spiritual, dan sosial. Sebab nasihat itu dapat membukakan mata anak-anak pada hakikat sesuatu, mendorongnya menuju situasi luhur, menghiasinya dengan akhlak yang mulia, dan membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam. Setiap anak mempunyai kecenderungan untuk meniru dan terpengaruh oleh kata-kata yang didengarnya, kemudian direspon ke dalam tingkah lakunya. Nasihat itu harus mengandung tiga materi pokok:
1) Tentang peringatan kebaikan yang dilakukan peserta didik
2) Motivasi untuk beramal, dan menunjukkan kebaikan akhirat
3) Tentang peringatan adanya kemadlaratan kerusakan yang harus
dihindarkan baik yang menimpa dirinya ataupun orang lain.55
d. Pendidikan dengan Memberi Perhatian
Pendidikan dengan memberi perhatian adalah mencurahkan, memperhatian dan senantiasa mengikuti perkembangan anak dalam pembinaan akhlak dan moral, persiapan spiritual dan sosial, disamping selalu bertanya tentang situasi pendidikan jasmani dan daya hasil ilmiyahnya. Metode pendidikan anak dengan cara memberikan perhatian
54
Chabib Toha, dkk, Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: IAIN Wali Songo Semarang, 1999), Cet.1, h. 125
55
(1)
104
Dengan demikian, pesantren adalah sebuah tempat di mana para santri menginap dan menuntut ilmu.158
Sedangkan pesantren menurut Sudjoko Prasodjo dalam Samsul Nizar adalah lembaga pendidikan dan pengajaran ilmu agama umumnya dengan cara nonklasikal, di mana seorang kiai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama abad pertengahan, dan para santri biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam pesantren tersebut.159
Dengan demikian, dalam lembaga pendidikan Islam yang disebut pondok pesantren tersebut, sekurang-kurangnya memiliki unsur-unsur: kiai, santri, masjid sebagai tempat penyelenggara pendidikan dan pondok atau asrama sebagai tempat tinggal para santri serta kitab-kitab klasik sebagai sumber atau bahan pelajaran. Hal ini senada dengan pendapat Dhofier dalam Sukamto yang menyatakan bahwa: unsur-unsur dasar yang membentuk lembaga pondok pesantren adalah kiai, asrama, santri, dan kitab kuning.160
Menurut Zamakhsyari Dhofir (1978:41) dalam bukunya Tradisi Pesantren menyatakan bahwa :
Lembaga pesantren saat ini dikelompokan menjadi dua kelompok besar yaitu: Pertama, Pesantren salafi yakni pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab klasik sebagai inti pendidikan di pesantren. Kedua, Pesantren khalafi yakni
158
Abdurrahman Wahid, Pesantren Masa Depan, Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren, (Bandung : Pustaka Hidayah, 1999), h. 133
159
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 286 160
Sukamto, Kepemimpinan Kiai Dalam Pesantren, (Jakarta: PT Pustaka Lp3es, 1999), h. 1-2
(2)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
105
pesantren yang telah memasukan pelajaran-pelajaran umum dalam madrasah-madrasah yang dikembangkannya.161
Dari paparan sebelumnya, Pondok Pesantren Sunan Drajat termasuk dalam pesantren khalafi yakni pondok yang telah memasukkan pelajaran-pelajaran umum dalam madrasah-madrasah yang dikembangan oleh pondok. Tujuan dari pondok pesantren adalah mencetak insan-insan bermoral ( al-akhlaq al-karimah). Pendidikan yang ada di pondok ini beragam mulai dari PAUD hingga perguruan tinggi serta pendidikan non formal yang beragam pula. Adapun tujuan khusus pesantren adalah sebagai berikut:
1. Mendidik santri/ siswa menjadi muslim yang bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, memiliki kecerdasan, keterampilan, dan sehat lahir batin. 2. Mendidik siswa/ santri untuk mejadi kader ulama dan mubaligh yang
berjiwa ikhlas, tabah, tangguh, wiraswasta dalam mengamalkan sejarah Islam secara utuh dan dinamis.
3. Mendidik siswa/ santri agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap dalam berbagai sektor pembangunan, khususnya pembangunan mental-spiritual.162
Tujuan pesantren di atas, sejalan dengan tujuan Pondok Pesantren Sunan Drajat yang tertuang dalam visi dan misi ingin dicapai oleh pendiri pondok pesantren. Visi Pondok Pesantren Sunan Drajat yakni Pesantren revolusioner menuju masyarakat madani penerus cita-cita Wali Songo, berakhlakul karimah, berpengetahuan luas dan bertanggung jawab terhadap agama, nusa dan bangsa. Sedangkan Misi Pondok Pesantren Sunan Drajat
161
Dhofier, Zamakhsyari. 1978. Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kiai. Jakarta: LP3ES
162
Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, (Jakarta: Erlangga, ____), h.6-7
(3)
106
yakni Menjadi pondok pesantren yang bisa menjadikan santrinya sebagai santri yang berkompetensi serta dijadikan contoh bagi pondok pesantren lainnya, Menyelenggarakan pendidikan Islam dan di bekali dengan pendidikan formal. Mengikuti pedoman Sunan Kalijaga “Kenek Iwak’e Gak Buthek Banyune” dan mengembangkan jiwa mandiri pada santri sebagaimana wasiat Sunan Drajat “Wenehono” (Berilah). Sehingga pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Sunan Drajat, merupakan pendidikan yang perfect (sempurna ) karena melingkupi semua aspek baik jasmani maupun rohani, baik dunia maupun akhirat.
Adapun kegiatan-kegiatan dalam pondok pesantren yang mencakup “Tri Dharma Pondok Pesantren” yaitu: keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT, pengembangan keilmuan yang bermanfaat dan pengabdian terhadap agama, masyarakat dan negara.
Adapun proses penanaman akhlak dimulai dari pemberian materi akhlak. Kitab yang digunakan bertahap sesuai dengan jenjang dan kebutuhan. Adapun materi yang diajaran adalah akhlak, nahwu, sharaf, tauhid, fikih, hadis, dan tafsir. Adapun targetnya yaitu dapat membaca, memahami, serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Selain materi, penanaman akhlak juga dilakukan melalui teladan/ uswah oleh pengurus asramah, pengurus pusat dan pendidik. Teladan ini dapat digabungkan dengan pembiasaan melalui tata tertib yang diawasi oleh keamanan dan perhatian yang diberikan pengurus dan pendidik kepada peserta didik. Sehingga diantara metode-metode tersebut saling berkesinambungan dan
(4)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
107
memaksimalkan hasil dari penanaman akhlak. Sehingga sebagai seorang teladan harus senantiasa benar dalam ucapan dan perbuatan, amanah, lemah lembut, rendah hati, dan kasih sayang. Selain itu, nasihat dan hukuman juga diperlukan untuk menopang metode yang telah dijelaskan sebelumnya. Seperti contoh, peserta didik yang melanggar peraturan maka langkah awal adalah dingatkan dan dinasehati. Apabila masih melanggar lagi, maka perlu adanya hukuman, agar peserta didik jera dan tidak meremehkan aturan ataupun pengurus. Karena pada dasarnya, aturan dan tugas pengurus adalah menanamkan akhlak mulia kepada santri agar santri memiliki akhlak yang mulia yang merupakan tujan pendidikan Islam.
Dari berbagai penjelasan sebelumnya, kontribusi pondok sebagai lembaga pendidikan Islam dapat disingkat sebagai berikut: (1) memberikan uswah hasanah, uswah hasanah tersebut dilakukan oleh semua yang ada di pondok mulai dari pak kiai, pengurus pondok, dan pendidik, (2) memberikan pengetahuan akhlak, yang terdiri dari mata pelajaran; nahwu, sharaf, tauhid, fiqih, hadis, tafsir, dan akhlak, (3) mengontrol, santri juga dikontrol melalui tata tertib yang ada melalui keamanan akan tetapi semua pengurus dan pendidik juga mengontrol.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Ranchman Assegaf, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013).
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014).
Abdurrahman, Wahid, Pesantren Masa Depan, Wacana Pemberdayaan Dan Transformasi Pesantren, (Bandung : Pustaka Hidayah. 1999).
Abu Bakar Jabir, Pola Hidup Muslim, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991), h. 347.
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010).
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan (Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia), (Jakarta: Prenada Media Group, 2010).
Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003).
Ahmad Bin Hanbal, Musnad Imam Ahmad Bin Hanbal Juz II, (Beirut: Darul Kitab Al-‘Alamiyah, 1993).
Ahmad Tafsir, Epistemologi untuk Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: IAIN Sunan Gunung Jati, 1995).
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Ramaja Rosdakarya, 2013).
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2013),
Al-Ghazali, Mengobati Penyakit Hati, (Bandung: Karisma, 2000).
Ar-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Ciputat: PT Ciputat Press, 2005).
Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002). Basrowi Sudjarwo, Manajemen Penelitian Sosial, (Bandung : Mandar Maju.
2009).
Chabib Thoha, dkk, Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 1999).
Deswita, Akhlak Tasawuf, (Batusangkar: STAIN Batusangkar Press, 2010). Husami Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008).
Imam Al-Ghozali, Ihya' 'Ulum Al-din Jilid III ( Beirut: Dar al-Fikr,_____).
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 2004).
Kahar Masyhur, Bulughul Maram, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992).
Kahar Masyhur, Membina Moral dan Akhlak, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994). Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosadakarya, 2014).
M. Amir, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Grafindo Persada, 1995). M. Jindar Wahyudi, Nalar Pendidikan Qur’ani, (Yogyakarta: Apeiron Philotes,
2006).
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002). DAFTAR PUSTAKA
Abd. Ranchman Assegaf, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013).
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir,u Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014).
Abdurrahman, Wahid, Pesantren Masa Depan, Wacana Pemberdayaan Dan Transformasi Pesantren,(Bandung : Pustaka Hidayah. 1999).
Abu Bakar Jabir, Pola Hidup Muslim,m,m,m,,, (B(((((((((Banandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991), h. 347.
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikann n IsIslIsIsIIsIIsIIsIsIIIIsIsIslam, (J(JJJJakakakakakakakkkkkkkkkkarkaaaaaaaaa tata: Kencana Prenada Media Group, 2010).
Abuddin Naatataa,,,, MMaMaManaMaMM nananajjjjejejjjemememmememeeeeeeeeeeenn nnn nnn PPPPePPPPePPePePPP ndnddididikikikikikikkankkkkkkkkananananananananannnnn ((M((((((((MengMeMMeMMM ngnngatatatasasasiiiiiKKKeKeKeKellelemallelel mamamahhhanhhhahhh nnnnnnnnnnn Pendidikan Islam di Indooneeeeesesia),) (J((((J(J(J(JJaaakaakakakaakakakakakaakaakaraaarararararaarararaattatata: Prenennnadnnnnnnnnnadadadadadadadaddaddaaaa aaa aaaaaaaaMMMediiaa GrGrououpp, 2010).
Abuddin Natta.... AAAkhlaakakakakakakakakakkkkkTTaTTTTTTTasa awwwufufufufufufufufufufuf,fffff,(J(J(J(JJJJJJJJJakakaakakarakakakkararararartarrtatata::::RajRRRajajajaaaa GrGrGrGrafGraafafafinindoinindododoooPPerPPPPPPPPPPPPPeereeeesadddddada, 2003).
Ahmad Bin HHHHHaHaanbaal,, MMusnMuMusnsnsnannnnaadaadadadadadaadadaadd IImam Ahmad BBiBiiniiiiiinnnnnnnnnn HHHHHaH nbnbnnnbbbbaalaaalalaalalalalalalalal JJuzJJJJJJJJJJJJuzuuuuzuzuuuzuz III, (Beirut: Darul Kitab AAlllll----‘Alamimmimiyaiiiyayayayaah,h,hhh,h,h,hh,h,h,hh,hh,119993).
Ahmad Tafssiir,,,EEEpistteeemommomomomomomommmomomololol gi uiuntttukkIlmIlmu PePendidddiki anIIslslslsllalllllamaaamaaaaamaamamamamm,(BBBananduannnnnnnndddddddddddudunng: IAIN Sunan GununuuunguuuuuuuunngngnngnngngnnngnnggJati,JJJJ 11999999 55).).
Ahmaad d TTTTTTaTTTTTTaTTaTaTafsfsfsfssssssssirirr,rr,, Ilmmuuuuu Penenddidikakann daalalamm PePersr pekktif IIslslsllalllllllamam,amamamaaamamamamamamamam, (B(B((B(B(BanB ndunndudududududududuunguuuuunnnnnnngnnnnngng:: Ramaja R R R R R Ro Ro Ro Ro R R R R R
R sdakkkkkkkkkaaaarryayayyy ,, 2200000113)..
Ahhmamamamamamamad mammamaaaaaaaad ddddTafssiriririrr,rrrrrr,,,,IIlIlIIlIIlIIlIlIlIlIlllmummmmmmmmmmmumm PendiPPPP diddikan IslamII m,(Banndud nng: PPT RREMEMMMMMAJAJAJJJAAAAAAAAAA AAARRRRRORRRORRR SDDADDAAAAAAAAKAAAKAAAKAARYA, 20
200000 200000013011111111131313),,
Al-Ghazalallllllllii,i,i,ii,iiiiiii, MeMMMMM ngobobobobobobobobobobobbbbbataaaaaaaati i PePenyakkit Hati,(Banddungng: KKarismsma,aaaaaa 200000000)0)0)0)0))))))))....
Ar-Rasyididinin daddddddddddddddaaaaaanaana SSammsmmmsusul ssusssususususususul NiNzar, Filsaffata Penndididid kaannn IsIIsIsIsIsIsIsIsIsIsIsIsIsslalalaaaaam,a (CCCCCCCiCCCiputat: PT Ciputat Press,2200000000000000000000000000555).555555555555)))))))).).)).).)
Asmaran Ass,,PePPePePePePePPPengngngnngngngngngngngnganngggantaanaaanananananannnntattattat r rr r StStStStudududududududududududududdddidi i iiiAkAkhlhlakak,,((JaJakakartrtaa ::RRRRaRaRaRRaRaRRRRRaja GGrGGGrrraaaaffinfffndoPPPPPersada, 2002). Basrowi Suddjaaaraararwowooo,ooo,, MaMMMaMaMaM nanananajejejejemeeeemmenmmemmem nnn PenePePePeenenenelielillililitititittititianianaaanananaanannnnn SSoSSSSSSSSSSSSSosial, (oos (Ba((((((((((((BaBanBaBaBaBaBaBaBBaBaBaBaandunununggggg : Mandar Maju.
2009).
Chabib Thoohahhaa,aaaaaaaaaaa,,,,, dkddkdkkk,kkk,,, MeMeMeMeetotototototodododododoloooolololololologigigggigigigigi PPenPPPPPPPPPPeeeneenenenenenenenenggggaggggggggagagaggg jjaj rannnn AgAgAgAgAgAgAgAgAgAgAgAgAggggamamamaaamamamaamaa,aaa,a,,, (((((Y(Y(Y(YYYYogoogogogogogogogogoogggggggyyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisoongngngngggggogggggoooooooooo SeSeSSeSeSSemamamammmarrarrang bbebbekeekekekekekekekekekkkkererrjasama dengan Pustaka Pelajar, 1999).
Deswita, Akhlak Tasawuf, (Batususanangkgkarar::STSTAIN Batusangkar Press, 2010). Husami Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008).
Imam Al-Ghozali, Ihya' 'Ulum Al-dinJilid III ( Beirut: Dar al-Fikr,_____).
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 2004).
Kahar Masyhur, Bulughul Maram, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992).
Kahar Masyhur, Membina Moral dan Akhlak,(Jakarta: Rineka Cipta, 1994). Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,ff (Bandung: PT Remaja
Rosadakarya, 2014).
M. Amir, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Grafindo Persada, 1995).
M. Jindar Wahyudi, Nalar Pendidikan Qur’ani, (Yogyakarta: Apeiron Philotes, 2006).
(6)
111
Mangun Budiyanto, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ombak, 2013).
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002). Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, (Jakarata: PT RAJAGRAFINDO
PERSADA, 2013).
Muhamad Rabbi, Keistimewaan Akhlak Islami (Bandung: Pustaka Setia,2006). Mujamil Qomar, Pesantren (Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi
Institusi), (Jakarta: Erlangga,_____).
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan. Manajemen, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2002).
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia 2010).
S. Faisal, penelitian kualitatif dasar-dasar dan aplikasi, (Malang: YA3, ___). Safrudin Aziz, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Tokoh Klasik dan
Kontemporer, (Yogyakarta: KALIMEDIA, 2015).
Samsul Nizar, Memeperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008).
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2011).
Sholihin dan Rosyid Anwar, Akhlak Tasawuf : Manusia, Etika, dan Makna Hidup, (Bandung: Nuansa, 2005).
Sohari, Sahrani, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008). Sri Miniarti, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: AMZAH, 2013).
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta : CV Alfabeta, 2005). Sugiyono, Metode Penelitian Adminitrasi, (Bandung: Alfabeta, 2003).
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2008).
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2006).
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010).
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:Rineka Cipta, 2002).
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta : Rineka Cipta, 2006).
Sukamto, Kepemimpinan Kiai Dalam Pesantren, (Jakarta: PT Pustaka Lp3es, 1999), h. 1-2
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya,(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009).
Tim Media, Kamus Ilmiah Populer, (_______: Media Center, 2001).
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Akhlak Tasawuf, (Surabaya: SUNAN AMPEL PRESS, 2012).
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Studi Islam (Surabaya: SUNAN AMPEL PRESS, 2012).
Yunahar, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999).
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kiai. (Jakarta: LP3ES, 1978).
Zuhairini, Abdul Ghofir, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013).
111
Mangun Budiyanto,Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ombak, 2013).
Muhaimin,Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002). Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, (Jakarata: PT RAJAGRAFINDO
PERSADA, 2013).
Muhamad Rabbi, Keistimewaan Akhlak Islami(Bandung: Pustaka Setia,2006). Mujamil Qomar, Pesantren (Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi
Institusi),(Jakarta: Erlangga,_____).
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan. Manajemen,(YYogogogogogogogogoggggggyagyyyyyyyyyakak rta: BPFE Yogyakarta, 2002).
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,m, ((J((J((J(J(J(J(J(J(J(J(J(JJakakarakakkkkararararararrrrrrrrrrrtttttttttata:: Kalam Mulia 2010).
S. Faisal, penelitian kualitatif daasaasasssasasasasasasasaaaarr-dad sar r dadadadan daddaddadadadddadadadanapa likasi,(Malang: YA3, ___). Safrudin AAziziz,z, PPememikikiriranan PenPPPPPPPPPPPPPPPPe diddiiiiikakkakkkakkakkakakannnnnn IsIslaIsIsIIIsIIsslalalalalalalalalalaaaam;m; KKajajiaian n ToTokoh Klasik dan
Kontemmppppopopppoppopopoorerrerererrr, ((Y(Y(Y(Y(Y(YYYogogogogogogogggggggggyyayyayayayayayayayayayayayakkkkkakakakkakakkkkk rtrta:a: KKKALKKKKALAALALALALALAALALALALALAALIIIMIMIMIIMIMIIMIMIMIIIMMEDEDEDEDEDDIADDDIA,IAIAIAIAIA 20202020201515)1515155)))))).
Samsul Nizaar,, MMemeepeM peppepepepepepepepepepepperbrbrbrbrbrbrbrbrbrbrbbbbbiiinininiii cangggkggggkakakakakakkakakakakakaann Dn nnnn n n DiDDDDDDDDDDiDnnamimikaka IIntnteleektual dannn PPemikiran Hamka tentangg PPPPPPePP ndidddikdddddddddikikikikikakkkkkkkkkaananana Islamamammmmmmmmmmmm,(J(J(JJJaJJJJJJJJakakarakakakakakkarartaaararrrtatata::::PrPrenPrPrenenenadadadaddaaaa MeMeMediMeM dididiaa GraaaaGGGGGGGGGGGGGGGrououppppp,p, 2008).
Samsul Nizaar, SSSeS jarraaahh PhhhPPenenennndididdidididididididididiiddikddddddiddddd kan IslamII , (Jakarttatatattataaa:aaa::::::::KKKenKKK nnncaccacacaana,nnnnannanananannana,222222020220202020111).
Sholihin dann RRRRRRosoo yidd AAnAAnAAnAAnwawwwwwwawawawawawwwawawar, Akhlak Tasawufr, f : MManannuuuuusuususuusususuusiiaii ,,Etttikikikikikkka,kkkkkkkkkaaaaaaa,aa,aa,a,a dddan Makna Hidup, (Banduunnnngnggg: Nuuananannnnnnnnnnsa,sasasssasssasssas ,20200505)).
Sohari, SaSahrhrhrhrhrahhrhrhrhrhrhrhrrrranananaaananannniiii,i Peerrrrarananann PePendididikann Aggama IsIslalam m dddalddalamamamamammmmmmmmmm MMenncececegcececececeeeeeegagaggggagggggggagag hh Kenakalan Re
Reeeeemeeeemammmmmammmammamammmmm jajajaaaaaaaaa(((((JJuveJJ ennnnille DDelelinquuenencyc ), ((JaJakartta:a PT RajajaGraGGGGGGGGGGGGGGGGGrrrarrrararrararararafiffififfififififfififififinnnndndnndndndndo Peeeeersrsrsrsrsrsrssssssssadsaaaaaaaaaada,a, 2008). Sri MMiMMiMiMiMiMiMiMiMiiiiinnnnnnininininininnarti,IlIlIlIlIlIllllmmumuPeePeneendididikkan IsIslamm, (Jakakartaa:AAMZZAHH,22012220101113)3)333)3)3)3)3)3)3)3)3)3)3)3).
Suugigiyoiiiiiiiiyyyyyoyoyyoyoyoyoyyoyoyonooonnn ,MeMeMeMeMeMeeemaeeemammmmamamamamamamamamahhhhhhhhahhhhahaammmmmimi Penenelitian Kualaitatif, Jakff kartaa : CCVVV Alfaffaf bbbbbbbbebb ttttatattt , 2000505050505050505050500555))))).. Sugiyyononononononononononoooooo, ,, ,Metoodeoodededededdededededededed PPPPPPePPPPPPPPPPeennelittian Adminiitrasi,(BBaandungg: AAlfffafaaaabeta,,, 22020000300333)3333333)))))))))))).
Sugiyonoo, MeMMMMMMMMM todeee eee PePePP nenelitianan Kuantitatiff,, KuKualiitatiiff ddanddddd RR&DRRRRRR&D&&D&D&D&D&D&D&D&D&D&D&D&D, (Bandung : DDD Alfaf bebetatatatatatatataaaaa,,,,,,, , , 202 08088))))))..
Sugiyono,MetoMetotototottotttotototooodeddeddedededdedededededededePPPenenelellllllititititiititititititttttiaiiiiiaiiiaiaann Pendidikdikan, (BBandudunngngngngngngngg:ggggggg::::AAlAAlAAllfaaaaaabbeta, 22222022 06).
Sugiyono,MetMetotttototoodeoodededddededededddededededeePPenPPPPPPPPPPeneeeneneneleleleitiaitititiaiaiaiaian annnnnnnnnnnnnnn PePendndididikikanan::PendPendddekekeekekekekekekekekekekekkkataaannKKuKKKuuuuuauantitttaaaatif, Kualitatif, dan R&D, ((BBBBBanBanaa dududuuuunuuunnngngngnngnngngngnnng::::AlAlAlAlfafafafabebebebebebebebetata, tata, 202020201010101010))))))..
Suharsimi AAAAArArrrikunto,, Prosedur Peenenenenennnelnnnnnelelelelelelellliitiitiiiitiititititiittiiaian SuSuSSuSuSuSSuSuSuSuSuSuuuataaatatatatatatatatatttuu uuu Penndddddekatan Praktek, (Jakartata:::Ri:RiRRiRRRRneneneekaekakkaaCipCCCCipipipppptatatataaa,,,,202020200000200202020202)))))))))...
Suharsimi Arikunto, Prosedduruurururrrrrrrrr PPenPPPPPPenenenenelelielelelelllititiaiitiitiiitiai n SuSuSuuuauuuuuuaaaaataaatatataatuu u Pendekatan Praktik (Jakarta : Rineka Cipta, 2006).
Sukamto, Kepemimpinan Kiai DaDaD lalamm PePesasantren, (Jakarta: P(( T Pustaka Lp3es, 1999), h. 1-2
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya,(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009).
Tim Media, Kamus Ilmiah Populer,(_______: Media Center, 2001).
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Akhlak Tasawuf,ff (Surabaya: SUNAN AMPEL PRESS, 2012).
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Pengantar Studi Islam (Surabaya: SUNAN AMPEL PRESS, 2012).
Yunahar,Kuliah Akhlak, kk (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999).
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kiai. (Jakarta: LP3ES, 1978).
Zuhairini, Abdul Ghofir, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013).