PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MEMBINA KECERDASAN EMOSIONAL SISWA BERBAKAT DI MTs NEGERI SUMBER BUNGUR - PAMEKASAN.

(1)

PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MEMBINA KECERDASAN EMOSIONAL SISWA BERBAKAT DI MTs NEGERI

SUMBER BUNGUR-PAMEKASAN

SKRIPSI

Oleh:

Siti Fatimah NIM: D03212056

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


(2)

(3)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada : Kedua orang tuaku tercinta

yang tak henti-hentinya mengalirkan do a, mendidik, membimbing dengan cinta

dan kasih sayang

Guru-guru dan dosen-dosen ku yang telah membuka cakrawala

fikir dan selalu memberikan sinar setiap langkahku semoga Allah memberikan balasan yang setimpal

Bagi jiwa yang selalu mengasihi dan kukasihi yang menyinari hidup dan tak henti-hentinya membantu untuk menyelesaikan

hingga menjadi mudah jalan hidup ini dengan penuh keindahan yang tak terhenti

Kerabat dan sahabatku

yang selalu menjadi pengindah di setiap waktuku, yang selalu ada dalam suka maupun dukaku

sehingga terselesaikannya skripsi ini

Thank you so much for all semoga sukses !!!


(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Siti Fatimah. NIM: D03212056. Tahun 2016, Judul skripsi “Peran Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Membina Kecerdasan Emosional Siswa Berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur-Pamekasan”. Kependidikan Islam.

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Guru bimbingan dan konseling, Kecerdasan emosional (EQ) dan siswa berbakat

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan Siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur akan penanganan ekstra dari guru Bimbingan Konseling (BK) dalam menyikapi adanya gejala-gejala rendahnya kecerdasan emosional (EQ) siswa berbakat.untuk mengimbangi IQnya yang tinggi maka perlu adanya peran guru BK dalam membina kecerdasan emosionalnya agar supaya intelektual dan ilmu pengetahuan yang tinggi bisa bermanfaat bagi kehidupannya dan masyarakat.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang mencoba untuk mendeskripsikan data-data yang diperoleh peneliti di lapangan dengan mengambil latar MTs Negeri Sumber Bungur-Pamekasan. Pengumpulan data dilakukan melalui metode observasi, wawancara dan dokumentasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kecerdasan emosional siswa berbakat, peran guru bimbingan dan konseling dalam membina kecerdasan emosional siswa berbakat, serta faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan bimbingan dan konseling.

Hasil penelitian menunjukkan: Pertama, kecerdasan emosional siswa berbakat tergolong rendah, hal itu ditandai dengan ketidakmampuan dalam

mengelola emosi, mengendalikan emosi, serta kesulitan dalam membina

hubungan sosial dengan siswa reguler. Kedua, peran guru bimbingan dan konseling (BK) dalam meningkatkat EQ siswa berbakat adalah sebagai motivator, pembangun kerjasama dan sebagai konselor. dalam melaksanakan tugasnya guru BK memberikan dua layanan pokok yaitu layanan individu dan kelompok.Ketiga, faktor pendukung pelaksanaan BK meliputi: adanya kerjasama antara guru BK dengan pihak guru dan kepala sekolah, adanya partisipasi siswa, dan tersedianya sarana dan prasarana. Sedangkan faktor penghambatnya adalah: keterbatasan waktu dan kurangnya kontrol dari wali murid.


(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ...iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...v

PERSEMBAHAN...vi

MOTTO ...vii

ABSTRAK ...viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL ...xv

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian ... 8

E. Penelitian Terdahulu ... 9

F. Definisi Operasional... 11


(8)

BAB II : KAJIAN PUSTAKA... 15

A. Bimbingan dan Konseling... 15

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling ... 15

2. Fungsi danTujuan dan Bimbingan Konseling... 19

3. Layanan Bimbingan dan Konseling ... 23

4. Metode Bimbingan dan Konseling... 27

B. Kecerdasan Emosional (EQ) ... 28

1. Pengertian Kecerdasan Emosional ... 28

2. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional ... 35

3. Faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Emosional... 37

C. Konsep Dasar Keberbakatan ... 38

1. Pengertian anak berbakat ... 38

2. Karakteristik anak berbakat... 42

3. Layanan pendidikan anak berbakat ... 42

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN... 46

A. Metode Penelitian... 46

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 49

C. Sumber Data... 49

D. Teknik Pengumpulan Data... 50

E. Analisis Data ... 53

BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN ... 57

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 57


(9)

2. Profil MTs Negeri Sumber Bungur... 59

3. Visi dan Misi MTs Negeri Sumber Bungur ... 61

4. Keadaan guru dan siswa MTs Negeri Sumber Bungur ... 62

5. Sarana dan prasaranaMTs Negeri Sumber Bungur ... 67

6. Program kerja bimbingan dan konseling... 68

7. Mekanisme kerja bimbingan dan konseling... 70

8. Struktur organisasi bimbingan dan konseling ... 71

B. Penyajian Data ... 72

1. Profil kecerdasan emosional siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur ... 72

2. Peran guru BK dalam membina kecerdasan emosional siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur ... 76

3. Faktor pendukung dan penghambat implementasi bimbingan dan konseling dalam membina kecerdasan emosional siswa berbakat MTs Negeri Sumber Bungur ... 83

C. Analisis Data ... 85

1. Profil kecerdasan emosional siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur ... 85

2. Peran guru BK dalam membina kecerdasan emosional siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur ... 86

3. Faktor pendukung dan penghambat implementasi bimbingan dan konseling dalam membina kecerdasan emosional siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur ... 87


(10)

BAB IV : PENUTUP ... 89 A. Kesimpulan ... 89 B. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk pribadi unggul dan berkualitas. Pendidikan hendaknya menjamin peserta didik secara pribadi mendapatkan layanan yang dapat mengembangkan kepribadian mereka secara optimal. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari keseluruhan sistem pendidikan sebagai upaya yang memungkinkan peserta didik mengenal dan menerima dirinya sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis, serta dapat mengambil keputusan, mengarahkan dan mewujudkan potensinya secara efektif dan produktif.

Bimbingan dan Konseling sangat erat hubungannya dengan pendidikan yang dapat dilakukan pada lembaga pendidikan formal (sekolah/madrasah), keluarga, masyarakat, organisasi, industri, dan lain

1

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 1.


(12)

2

sebagainya.2Dalam kurikulum KTSP kedudukan bimbingan dan konseling semakin kuat untuk mendorong perkembangan pribadi siswa. Dalam kebijakan kurikulum pendidikan dasar dan menengah di Indonesia, keberadaan bimbingan dan konseling di lembaga pendidikan formal sangatlah penting dalam membentuk siswa yang berkompeten dalam penguasaan materi dan berkarakter pribadi insan kamil, oleh karenanya tidak cukup hanya dengan kegiatan pembelajaran, dibutuhkan pula kegiatan bimbingan melalui layanan bimbingan dan konseling.

Dasar pemikiran penyelenggaraan layanan bimbingan dan

konseling dalam satuan jalur pendidikan formal bukan semata-mata terletak adanya hukum (perundang-undangan) yang berlaku, tetapi yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya yang mencakup aspek emosi, sosial, intelektual, dan moral spiritual. Sekolah sebagai instansi pendidikan tidak hanya berfungsi memberikan wawasan ilmu pengetahuan (kognitif) tetapi juga bertanggung jawab mengembangkan keseluruhan potensi siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler maupun layanan bimbingan dan konseling. Selama ini prestasi akademis yang menjadi tolak ukur keberhasilan belajar siswa menyebabkan evaluasi belajar hanya mengacu pada pencapaian standar hasil belajar pada setiap mata pelajaran, sedangkan aspek kreativitas, tanggung jawab, komitmen, emosi dan spiritual siswa tidak memperoleh

2

Tohirin,Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), hal. 1.


(13)

3

perhatian. Oleh karena itu keberadaan layanan bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari keseluruhan proses pendidikan dimaksudkan untuk membantu tercapainya tujuan pendidikan yaitu mengantarkan peserta didik mencapai perkembangan yang optimal.

Peran guru BK tentu tidak hanya sebatas membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang sedang dihadapinya, tetapi juga membantu mengembangkan kualitas pribadi siswa agar mampu berkembang secara optimal. Karena siswa merupakan individu yang sedang berkembang menuju dewasa, maka guru BK hendaknya mampu memberikan layanan yang mengarah kepada keberhasilan perkembangan siswa baik dari aspek intelektual, emosi, spiritual, dan sosial. Perkembangan emosi siswa sekolah menengah belum sepenuhnya stabil karena mereka baru menuju pada perkembangan selanjutnya, yaitu tahap usia dewasa. Pada usia sekolah, siswa mulai belajar mengenai bagaimana cara mengendalikan dan mengontrol emosinya. Emosi-emosi yang dialami siswa pada usia sekolah ini diantaranya adalah marah, takut, cemburu, iri hati, kasih sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan.3

Emosi pada dasarnya mempengaruhi tindakan seseorang, rencana seketika untuk mengatasi masalah. Jika emosi tidak dapat dikendalikan dan dikelola dengan baik, maka siswa akan mengalami kesulitan emosional. Jika itu terjadi secara terus-menerus maka akan merugikan kemampuan intelektual siswa, sehingga akan melumpuhkan kemampuan

3

Syamsu Yusuf L.N,Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 181


(14)

4

belajarnya.4 Siswa yang memiliki masalah emosi akan mengalami kesulitan belajar, kesulitan bergaul, dan kurang mampu mengendalikan emosinya. Kecerdasan Emosional (EQ) mempengaruhi keterampilan-keterampilan yang dimilikinya termasuk keterampilan-keterampilan intelektual.5artinya, Kecerdasan Intelektual (IQ) bukan sepenuhnya faktor yang mempengaruhi keberhasilan individu dalam mencapai prestasi belajar maupun kesuksesan dalam hidupnya. Akan tetapi faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi keberhasilan dan kesuksesan hidup termasuk keberhasilan secara akademis seseorang adalah EQ.

Kecerdasan emosional dipandang perlu untuk semua orang, begitu juga untuk siswa berbakat yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi. Kecerdasan emosional sama pentingnya dengan IQ dalam menentukan keberhasilan masa depan seseorang. Idealnya siswa yang memiliki IQ tinggi akan memiliki kecerdasan emosional yang tinggi pula. Akan tetapi anggapan itu tidak sepenuhnya benar, seperti yang penulis temukan dilapangan, kondisi kecerdasan emosional siswa berbakat yang masuk dalam kelas akselerasi tergolong rendah.

Siswa berbakat dengan segenap kelebihannya juga memiliki kekurangan, mereka sama seperti siswa biasa lainnya yang memiliki

masalah baik dalam hubungan sosial maupun dalam masa

4

Daniel Goleman,Kecerdasan Emosional. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), hal. 36.

5

Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 89.


(15)

5

perkembangannya. Seperti berikut yang di ungkapkan Ibu Ruki Herawati, S.Psi selaku guru BK siswa berbakat

“siswa berbakat adalah siswa yang mempunyai kemampuan diatas

rata-rata sehingga mereka lebih cepat dalam menyerap pelajaran, akan tetapi siwa berbakat juga mengalami masalah seperti siswa lainnya. Masalah yang banyak dialami siswa berbakat adalah masalah emosi, mereka belum sepenuhnya bisa mengelola dan mengontrol emosinya dengan baik, seperti mudah tersinggung. Berdasarkan hasil analisis IKMS (identifikasi kebutuhan dan masalah siswa) di dapatkan bahwa siswa berbakat merasa kesulitan dalam membina hubungan sosial dengan siswa reguler lainnya, hal itu disebabkan padatnya kegiatan dan banyaknya tugas yang harus diselesaikan sehingga tidak punya banyak waktu untuk bergaul

dengan mereka.”

MTs Negeri Sumber Bungur merupakan lembaga Pendidikan formal dibawah naungan pondok pesantren yang terletak di Pakong-Pamekasan. MTs ini adalah salah satu madrasah yang menyelenggarakan program kelas akselerasi bagi siswa cerdas dan berbakat. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Bab IV pasal 5 tentang Sistem Pendidikan

Nasional mengamanatkan bahwa “warga negara yang memiliki potensi

kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan layanan khusus”. Untuk menjalankan amanat Undang-Undang tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah mengeluarkan Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar bagi siswa SD, SMP dan SMA yang cerdas dan berbakat istimewa.6Selain itu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

6

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Bab IV pasal 5 tentang Sistem Pendidikan Nasional


(16)

6

Penyelenggaraan Pendidikan, pasal 134 ayat 2 mengamanatkan

“pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan

dan bakat istimewa bertujuan mengaktualisasikan seluruh potensi keistimewaannya tanpa mengabaikan keseimbangan perkembangan kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, sosial, estetik, kinestetik, dan kecerdasan lain”.7Madrasah yang merupakan jenjang pendidikan di bawah naungan Kementrian Agama RI, juga menyelenggarakan program akselerasi untuk peserta didik cerdas istimewa.

Anak berbakat adalah individu yang sudah diidentifikasi oleh orang professional sebagai anak yang berbakat, tentunya dengan beberapa karakteristik dan persyaratan tertentu. Menurut Renzulli kriteria keberbakatan ialah adanya kemampuan umum di atas rata-rata, kreativitas yang tinggi dan pengikatan diri terhadap tugas (task commitmen).8Definisi keberbakatan dari Renzulli, mengandung arti bahwa intelegensi yang tinggi bukan satu-satunya tolak ukur siswa brbakat, akan tetapi ketiga kriteria tersebut saling berkaitan, yaitu antara intelegensi, kreativitas dan komitmen pada tugas.

Di MTs Negeri Sumber Bungur program bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan kegiatan

pendidikan. Untuk mengimbangi potensi kognitifnya, guru BK

mempunyai peran penting dalam meningkatkan kemampuan emosional

7

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 pasal 134 ayat 2 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan

8

Utami Munandar, cet. Ke-2,Pokok-Pokok Masalah Identifikasi Anak Berbakat Di Indonesia, (Jakarta: Rajawali, 1985), hal. 26


(17)

7

siswa berbakat. Madrasah sebagai lembaga pendidikan berbasis agama bertanggung jawab dalam membentuk karakter siswa. MTs Negeri Sumber Bungur dikenal sangat kental dengan pendidikan agamanya karena berdiri dibawah naungan yayasan pondok pesantren, sehingga nilai-nilai akhlakul karimah selalu tercermin dalam perilaku sehari-hari siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan permasalahan utama yaitu :

1. Bagaimana profil kecerdasan emosional siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan?

2. Bagaimana peran guru BK dalam membina kecerdasan emosional siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan?

3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi BK dalam dalam membina kecerdasan emosional siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, maka tujuan utama yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui profil kecerdasan emosional siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan

2. Untuk mengetahui peran guru BK dalam membina kecerdasan emosional siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan


(18)

8

3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat implementasi BK dalam dalam membina kecerdasan emosional siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan

D. Kegunaan Penelitia

Sebagai aktifitas akademis, penelitian ini jelas mempunyai manfaat, baik bagi peneliti sendiri maupun bagi lembaga pendidikan. Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak terkait, yaitu:

a. Manfaat bagi peneliti

Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai tambahan wawasan pengetahuan tentang keberbakatan anak serta pelaksanaan layanan bimbingan konseling sebagai upaya membantu siswa berbakat dalam membina kecerdasan emosionalnya.

b. Manfaat bagi fakultas

Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai tambahan koleksi bacaan tentang Bimbingan dan Konseling.

c. Manfaat bagi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru BK dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling terhadap siswa berbakat yang dapat membantu meningkatkan kecerdasan emosional mereka.


(19)

9

E. Penelitian Terdahulu

Kajian pustaka ini pada intinya adalah untuk mendapatkan gambaran hubungan topik yang akan diteliti dengan peneliti sejenis yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, sehingga tidak terjadi pengulangan. Kajian tentang bimbingan dan konseling serta peran guru BK dalam pembinaan EQ siswa telah banyak dilakukan baik oleh pakar pendidikan, hingga praktisi pendidikan itu sendiri. Untuk lebih memperjelas tentang alur penelitian, berikut ini merupakan ilustrasi dari beberapa peneliti yang ada korelasinya dengan tema penelitian skripsi ini yaitu :

1. Penelitian dilakukan oleh saudara Syaeful Qomar yang berjudul

“Implementasi Program Bimbingan Konseling Islami Untuk

Meningkatkan Kecerdasan Emosi Dan Implikasinya Terhadap Manajemen Madrasah (Studi Kasus Di Kelas V Mi Negeri Jetis Sukoharjo Tahun 2012-2013)”.

2. Skripsi saudara Eny Ulfatur Rohmah dengan judul “Peran Guru Dalam Pembinaan ESQ (Emotional Spiritual Quotient) Siswa Di Madrasah Aliyah Muallimin Muallimat Rembang”

3. Skripsi saudara Rokhatul Usriyah yang berjudul “Pengaruh Peranan Guru PAI Terhadap Pembentukan Kecerdasan Emosional Siswa di SMAN I

Welahan Jepara.”

4. Skripsi yang ditulis oleh Adita Pramanasari dengan judul “Peran Guru Bimbingan Konseling Dalam Membina Kecerdasan Emosional Dan


(20)

10

Spiritual Siswa Berkebutuhan Khusus di SMP PGRI Kasihan Bantul

Yogyakarta”. Penelitian ini dilakukan di sekolah inklusi yang berfokus pada pembinaan kecerdasan emosional dan spiritual siswa yang mengalami kebutuhan khusus seperti autis, tuna rungu, dan lainnya.

Terdapat persamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu menguraikan tentang implementasi layanan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan emosi siswa berkebutuhan khusus. Selain itu jenis penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan sama yaitu jenis penelitian kualitatif. Namun, terdapat perbedaan yang mendasar yaitu subyek penelitian ini adalah siswa anak berkebutuhan khusus yang mempunyai kekurangan, seperti tuna rungu, autis dan kekurangan lainnya. Sedangkan subyek penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah siswa berkebutuhan khusus yang mempunyai kelebihan yaitu anak berbakat. Variabel dependennya dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional dan spiritual, sedangkan dalam penelitian yang akan dilakukan adalah kecerdasan emosional saja.

Dari beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian yang akan penulis teliti belum pernah dilakukan sebelumya yaitu tentang

“peran guru bimbingan dan konseling dalam dalam membina kecerdasan emosional Siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan”. Penelitian ini adalah melihat dan mendeskripsikan mengenai keadaan kecerdasan emosional siswa berbakat serta peran guru BK dalam membantu meningkatkan kecerdasan emosionalnya.


(21)

11

F. Definisi Operasional

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan dalam hidupnya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.9 Sedangkan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu, dengan tujuan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan masyarakat.10

Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara individu maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, sosial, kemampuan belajar dan perencanaan karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma yang berlaku.11 2. Pengertian kecerdasan emosioal (EQ)

Kecerdasan: perihal cerdas, kesempurnaan pengembangan akal budi pekerti serta kepandaian dan ketajaman pikiran.12

9

Bimo Walgito,Bimbingan dan Penyuluhan di sekolahIII (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), hal. 4

10

Anas Salahudin.Bimbingan dan konseling. ( Bandung: Pustaka Setia, 2010 ), hal. 16 11

Fenti Hikmawati,Bimbingan Konseling, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), hal. 1 12


(22)

12

Kecerdasan emosional, kepiawaian, kepandaian dan ketepatan seseorang dalam mengelola diri sendiri dalam berhubungan dengan orang lain di sekitar mereka dengan menggunakan seluruh potensi psikologis yang dimiliki secara inisiatif, empati, adaptasi, komunikasi, kerja sama, dan kemampuan persuasif yang secara keseluruhan telah mempribadikan pada diri seseorang. Kecerdasan emosi adalah seperti kemampuan memotivasi diri dan bertahan dalam menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak berlebihan, mengatur suasana hati dan menjaga agar tetap berpikir jernih, berempati dan optimis.13

3. Pengertian anak berbakat

Anak berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang profesional diidentifikasikan sebagai anak-anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mereka memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul. Kemampuan tersebut secara potensial atau yang telah nyata meliputi:

Kemampuan intelektual umum, kemampuan akademik khusus,

kemampuan berpikir kreatif-produktif, kemampuan memimpin,

kemampuan dalam salah satu bidang seni, kemampuan psikomotor (seperti dalam olah raga).14

G. Sistematika Pembahasan

Untuk memperoleh kemudahan dalam penyusunan skripsi maka penulis membuat sistematika pembahasan. Adapun rancangan sistematika

13

Daniel Goleman,Emotional Intelligence, (New York: Bantam Books, 1996), hal. 76 14

Utami Munandar,Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), hal. 23


(23)

13

pembahasan dalam penyusunan skripsi ini dibagi menjadi empat bab dan tiap bab terdapat sub-sub bab yang menjelaskan pokok bahasan dari bab yang bersangkutan dengan penjabaran sebagai berikut:

Bab Pertama : Pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua : Merupakan kajian pustaka mengenai a). bimbingan dan konseling, b) kecerdasan emosional, dan c) tinjauan tentang anak berbakat.

Bab ketiga : metode penelitian

Bab keempat : hasil penelitian dan Analisis Data, Bab ini berisi tentang:

A. Gambaran umum MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan yang

mencakup: sejarah singkat berdirinya MTs Negeri Sumber Bungur, Profil Sekolah, visi dan misi, keadaaan siswa, keadaan guru dan karyawan, mekanisme kerja BK, struktur organisasi BK, program kerja BK

B. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dalam membina

kecerdasan emosional siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan yang meliputi:

1. Profil kecerdasan emosional siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan


(24)

14

2. Peran guru bimbingan dan konseling dalam membina

kecerdasan emosional siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan

3. Faktor pendukung dan penghambat implementasi BK dalam dalam membina kecerdasan emosional siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan

C. Analisis data

1. Profil kecerdasan emosional siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan

2. Peran guru bimbingan konseling dalam membina kecerdasan emosional siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan

3. Faktor pendukung dan penghambat implementasi BK dalam dalam membina kecerdasan emosional siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan


(25)

15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Bimbingan Dan Konseling

Dalam berbagai literatur disebutkan bahwa bimbingan dan konseling di sekolah adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku. Definisi tersebut dipertegas dalam Panduan Pengembangan Diri yang menyebutkan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan bimbingan dan konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik, secara individual, kelompok dan atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan bimbingan dan konseling ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik. Berikut pengertian bimbingan menurut para tokoh 1) Menurut Drs. H.M Alisuf Sabri, Bimbingan adalah suatu proses


(26)

16

kontinu agar siswa tersebut dapat memahami dirinya dengan bantuan yang ada di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.1

2) Menurut Prayitno dan Erman Amti, merumuskan arti Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.2

3) Kartini Kartono lebih lanjut mengungkapkan, Bimbingan adalah: pertolongan yang diberikan oleh seseorang yang telah dipersiapkan dengan pengetahuan pemahaman keterampilan-keterampilan tertentu yang diperlukan dalam menolong orang lain yang memerlukan pertolongan.3

4) Menurut Rahman Natawijaya Bimbingan adalah sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya.

1

M. Alisuf Sabri,Pengantar Ilmu Pendidikan, Cet.1, (UIN Jakarta Press,2005), hal. 175 2

Prayitno, Erman Amti,Dasar-daras Bimb ingan dan Konseling,(Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 9

3

Katini Kartono,Bimbingan Dan Dasar-Dasar Pelaksanaanya, (Jakarta: Rajawali, 1985), hal. 9


(27)

17

Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai mahluk sosial.4

Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli diatas, penulis mempunyai pandangan bahwa Bimbingan adalah proses bantuan yang dilakukan secara terus menerus agar individu yang dibimbing dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, untuk mencapai pemahaman diri dan penyesuaian terhadap segala situasi yang akan dihadapi serta mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalahnya sendiri agar dapat mencapai kebahagiaan hidup dan dapat direfkesikan untuk kepentingan masyarakat sekitarnya.

Sedangkan pengertian konseling dalam bahasa Inggris Counseling

dikaitkan dengan kataCounsel yang diartikan sebagai berikut : nasehat (to abtain counsel), anjuran (to give counsel), pembicaraan (to take counsel). Dengan demikian konseling diartikan sebagai pemberian nasehat, pemberian anjuran dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.5 Konseling merupakan pelayanan terpenting dalam program bimbingan. Layanan ini memfasilitasi untuk memperoleh bantuan pribadi secara langsung untuk mengatasi masalah yang timbul pada siswa.

Mengenai kedudukan dan hubungan antara bimbingan dan konseling terdapat banyak pandangan, salah satunya memandang bahwa konseling sebagai teknik bimbingan, dengan kata lain konseling berada

4

Dewa Ketut Sukari,Pengantar Pelaksanaan Programm Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 36

5

M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky,Konseling dan Psikoterapi Islam,(Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002), hal. 179


(28)

18

dalam bimbingan. Pendapat lain menyatakan bahwa bimbingan merupakan pencegahan munculnya masalah yang dialami oleh individu dengan kata lain bimbingan sifatnya preventif (pencegahan), sedangkan konseling sifatnya kuratif dan Korektif. Namun bimbingan dan konseling dihadapkan pada objek yang sama yaitu Problem sedangkan perbedaannya terletak pada perhatian dan perlakuan dari masalah.

Pengertian konseling ini juga terdapat beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, di antaranya adalah:

a. Menurut Maclean, dan Sherzer dan Stone yang di kutip oleh H. Prayitno dan Erman Amti bahwa: “Konseling adalah suatu proses yang terjadi dalam hubungan tetap maka antara seorang individu yang terganggu oleh karena masalah-masalah yang tidak dapat diatasinya sendiri dengan seorang pekerja profesional, yaitu orang yang telah berlatih dan pengalaman membantu orang lain mencapai pemecahan-pemecahan terhadap berbagai jenis kesulitan pribadi”.6

b. Menurut M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling adalah suatu aktivitas pemberian nasehat dengan berupa anjuran-anjuran dan saran-saran dalam bentuk pemberian yang komunikatif antara konselor dan konseli atau klien, yaitu konseling datang dari pihak klien yang disebabkan karena ketidaktahuan atau kurangnya pengetahuan sehingga ia meminta bantuan kepada konselor.7

6

Ibid, hal.100 7


(29)

19

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, penulis mempunyai pemahaman bahwa konseling lebih bersifat rahasia dan hubungan yang lebih intens daripada bimbingan, karena konseling merupakan salah satu teknik utama dalam bimbingan. Bimbingan dan konseling bukanlah kegiatan pembelajaran dalam konteks adegan mengajar yang layaknya dilakukan guru sebagai pembelajaran bidang studi, melainkan layanan ahli dalam konteks memandirikan peserta didik. Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya. Semua perubahan perilaku tersebut merupakan proses perkembangan individu, yakni proses interaksi antara indiividu dengan lingkugan melalui interaksi yang sehat dan produktif.

2. Fungsi dan Tujuan Bimbingan dan Konseling

a.

Fungsi

Fungsi bimbingan dan konseling sangat berhubungan dengan upaya yang dilakukan guru pembimbing karena adanya upaya yang dilakukan maka akan terbentuk atau terwujudnya fungsi tersebut. Ada empat fungsi bimbingan dan konseling, yaitu:


(30)

20

1) Fungsi pemahaman

Adalah fungsi bimbingan dan konseling yang menghasilkan pemahaman tentang diri peserta didik, masalah peserta didik, dan lingkungan yang lebih luas. Pemahaman dilakukan oleh peserta didik (klien ) sendiri, oleh Guru BK atau konselor maupun pihak-pihak lain (seperti guru, orang tua) yang amat berkepentingan dengan meningkatnya kualitas perkembangan dan kehidupan peserta didik atau klien.

2) Fungsi pencegahan (preventif)

Adalah fungsi bimbingan yang sifatnya mengantisipasi timbulnya masalah dan menghasilkan kondisi bagi tercegahnya atau terhindarnya peserta didik yang mendapat pelayanan dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang akan dapat mengganggu, menghambat atau menimbulkan kesulitan dan

kerugian-kerugian tertentu dalam kehidupan dan proses

pengembangannya. 3) Fungsi perbaikan (kuratif)

Fungsi perbaikan (pengobatan) adalah fungsi bimbingan yang diberikan kepada siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Fungsi pengentasan melalui bimbingan dan konseling berdimensi luas. Pelaksanaannya tidak hanya melalui bentuk layanan konseling individu, tetapi dapat pula menggunakan bentuk-bentuk layanan lainnya, seperti konseling klompok,


(31)

21

program orientasi dan informasi serta program-program lainya yang disunsun secara khusus.

4) Fungsi pemeliharaan dan pengembangan

Adalah menjaga sesuatu yang baik yang ada pada siswa, baik hal itu merupakan bawaan maupun hasil perkembangan yang telah dicapai. Memelihara dalam hal ini tidak terbatas menjaga saja melainkan termasuk mengembangkan agar tertuju pada hal yang lebih baik.8 Fungsi ini menghasilkan terpeliharanya dan berkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik yang mendapat pelayanan dalam rangka perkembangan diri secara mantap dan berkelanjutan.

Berdasarkan fungsi bimbingan dan konseling di atas, terlihat bahwa substansi layanan tersebut adalah untuk memecahkan setiap persoalan yang di hadapi oleh peserta didik terutama pada masa remaja dalam kehidupan sehari-hari serta mengusahakan sedapat mungkin agar masalah yang sama tidak terulang lagi. Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui terselenggaranya berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana terkandung di dalam masing-masing fungsi. Setiap layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling yang dilaksanakan harus secara langsung mengacu kepada satu atau lebih fungsi-fungsi tersebut di atas agar

hasil-8

Saring Marsudi,dkk,Layanan Bimbingan Konseling Di Sekolah(Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2010), hal. 39


(32)

22

hasil yang hendak dicapainya secara jelas dapat diidentifikasi dan dievaluasi.

b.

Tujuan

Tujuan merupakan pernyataan yang menggambarkan hasil yang diharapkan, atau sesuatu yang ingin dicapai melalui berbagai kegiatan yang diprogramkan. Tujuan bimbingan dan konseling merupakan pernyataan yang menggambarkan kualitas perilaku atau pribadi peserta didik yang diharapkan berkembang melalui berbagai strategi layanan kegiatan yang diberikan. Tujuan bimbingan dan konseling membantu peserta didik mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis sesuai dengan peranan yang diinginkannya di masa depan.

Tujuan bimbingan dan konseling adalah agar peserta didik dapat :

1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya dimasa yang akan datang,

2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin

3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya,

4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja


(33)

23

Disamping itu, bimbingan dan konseling juga bertujuan untuk membantu peserta didik agar memiliki kemampuan menginternalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasainya. Untuk masing-masing jenjang pendidikan secara umum adalah sama, hanya karena tahap dan tugas perkembangannya berbeda, maka tujuan spesifik bimbingan dan konseling berdasarkan perkembangan peserta didik dimungkinkan berbeda.

3. Layanan Bimbingan dan Konseling

Layanan bimbingan dan konseling di Madrasah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, sosial, belajar, dan karir. Pelayanan bimbingan dan konseling memfasilitasi peserta didik baik secara individu maupun kelompok sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat. Layanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik. Berbagai jenis layanan perlu dilakukan sebagai wujud nyata penyelenggaraan program bimbingan dan konseling. Suatu kegiatan dalam bimbingan dan konseling disebut layanan apabila kegiatan tersebut dilakukan melalui kontak langsung dengan sasaran layanan (klien) dan secara langsung berkenaan dengan permasalahan ataupun kepentingan tertentu yang dirasakan oleh siswa serta dampak positif layanan diharapkan dapat dirasakan oleh sasaran yang mendapatkan layanan tersebut. Layanan-layanan bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:


(34)

24

a. Layanan orientasi.

Orientasi dalam kamus ilmiah populer mempunyai arti “ peninjauan; hal mencari pedoman”.9Dalam Bimbingan dan Konseling, layanan orientasi merupakan layanan pengenalan terhadap situasi baru yang dihadapi peserta didik. Layanan ini diberikan pada peserta didik yang baru memasuki jenjang sekolah, yaitu dilakukan pada awal tahun pelajaran dimulai, dimana peserta didik belum bisa beradaptasi dengan lingkungan sekolah maupun dengan teman sebayanya. Layanan orientasi ini sesuai dengan ajaran Islam yang menganjurkan untuk saling mengenali satu dengan lainnya, sebagaimana terdapat dalam Q.S al-Hujuraat:13                                   

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S al-Hujuraat:13)

Dalam konsep Islam dikenal dengan kata ta’aruuf (saling

mengenali) dalam artian Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai sosial. Layanan ini memungkinkan peserta didik (klien) memahami lingkungan yang baru dimasuki, untuk mempermudah berperannya

9


(35)

25

peserta didik di lingkungan yang baru serta memperlancar hubungan sosialnya sehinggga mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.

b. Layanan informasi.

Layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami berbagai informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik. Layanan ini ditujukan untuk semua peserta didik berdasarkan kebutuhan masing-masing. Seperti informasi tentang sekolah lanjutan diberikan untuk siswa kelas akhir.

c. Layanan penempatan dan penyaluran.

Layanan ini memungkinkan peserta didik memperoleh

penempatan dan penyaluran yang tepat, sesuai dengan potensi, bakat dan minat, serta kondisi pribadinya.

d. Layanan pembelajaran.

Layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.

e. Layanan konseling Individu.

Layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mendapatkan layanan langsung tatap muka (face to face) secara


(36)

26

perorangan dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya.

f. Layanan bimbingan kelompok.

Layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama guru pembimbing) membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari dan untuk perkembangan dirinya baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, serta pertimbangan dalam pengambilan keputusan atau tindakan tertentu. Jadi dalam bimbingan kelompok membahas satu topik permasalahan yang dianggap penting dan perlu diketahui oleh peserta didik, seperti tentang bahaya narkoba dan lainnya.

g. Layanan konseling kelompok.

Layanan ini memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok, masalah yang dibahas itu adalah masalah-masalah pribadi yang di alami oleh masing-masing anggota kelompok. Kemudian satu individu mendapat solusi atau arahan dari anggota kelompoknya.


(37)

27

4. Metode Bimbingan dan Konseling

Semua masalah memerlukan penyelesaian dengan cara-cara tertentu, karena terkadang masalah yang sama bisa menggunakan metode yang berbeda jika subyek (kliennya) berbeda. Maka dari itu, guru pembimbing (konselor) harus kaya dengan metode dalam mengatasi masalah siswa.

Secara umum, metode yang dapat digunakan dalam Bimbingan dan Konseling ada tiga,direktif, non-direktif, elektif.10

a. Metode direktif : Adalah metode terapeutik dalam proses pelayana konseling. Dengan metode tersebut konselor mengambil posisi aktif dalam merangsang dan mengarahkan klien dalam pemecahan masalahnya. Jadi dalam metode ini yang berperan aktif adalah konselor, sedangkan klien adalah pasif dan statis, maka kemungkinan untuk mencapai keberhasilan yang tinggi hanya bisa diperoleh kalau ini benar-benar dilakukan oleh konselor yang ahli. Contoh teknik konseling yang termasuk ke dalam metode ini adalah nasehat. Teknik bimbingan seperti ini banyak disebutkan dalam al-Qur’an, seperti yang terdapat

dalam kisah Lukman al-Hakim dalam menasehati anaknya. Di dalam kisah tersebut tersirat metode bimbingan dan konseling.

b. Non-direktif : adalah metode kebalikan dari direktif dimana klien diberi kesempatan seluas-luasnya dan sebebasnya untuk mengutarakan isi hati atau permasalahannya. Metode ini disebutclient centered (metode yang

10

Fenti Hikmawati,Bimbingan Konseling, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), hal.193-194


(38)

28

terpusat pada klien), konselor hanya berperan untuk merangsang dan memberi kebebasan pada klie agar klien mempunyai keberanian untuk mengemukakan masalahnya. Metode ini kurang cocok apabila kliennya adalah anak introfet, karena biasanya siswa introfet tidak mau bercerita panjang lebar tentang apa yang dialaminya, jadi konselor harus jeli dalam keadaan ini.

c. Metode Elektif : adalah metode yang memadukan antara metode

direktifdannon-direktif. Istilah elektif berarti memilih yang terbaik dari metode yang ada. Dengan metode ini, konselor dalam melakukan pendekatan bimbingan dan konseling tidak terfokus pada satu metode saja.

B. Kecerdasan Emosional (EQ)

1. Pengertian kecerdasan emosional (EQ)

Belakangan ini seringkali membicarakan tentang berbagai kecerdasan, seperti kecerdasan intelektual, emosional, dan kecerdasan spiritual. Kecerdasan dalam bahasa inggris disebut intelligence dan dalam bahasa arab disebut al-dzkra’ menurut arti bahasa adalah pemahaman, kecepatan, dan kesempurnaan sesuatu. Dalam arti, kemampuan ( al-qudrah) dalam memahami sesuatu secara tepat dan sempurna. Begitu cepat penangkapannya sehingga ibnu sina seorang psikolog falsafi,


(39)

29

menyebutkan kecerdasan sebagai kekuatan intuitif (al-hads).11 P.Chaplin (1999) kemudian merumuskan tiga definisi kecerdasan, yaitu: (1) kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif; (2) kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif, yang meliputi empat unsur, seperti memahami, berpendapat, mengontrol, dan mengkritik; (3) kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar dengan cepat sekali.

Emosi adalah suatu gejolak dalam jiwa yang biasanya diluapkan dalam bentuk perbuatan yang tidak terkendali. Menurut Chaplin emosi ialah setiap kegiatan atau pergolakan perasaan, pikiran, nafsu, dan keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Sedanagkan menurut Soergada Poerbakawatja emosi adalah respon terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk diluapkan.12

Istilah kecerdasan emosional muncul secara luas pada pertengahan tahun 1990-an. Sebelumnya Gardner mengemukakan 8 kecerdasan pada manusia (kecerdasan majemuk), yaitu kecerdasan linguistik, matematis, spasial, kinestetik, musikal, antarpribadi, intrapribadi dan naturalis. Menurut Goleman kecerdasan majemuk yang dikemukakan oleh Gardner adalah manisfestasi dari penolakan akan pandangan intelektual quotient (IQ). Salovey menempatkan kecerdasan

11

Abdul Mujib Dan Jusuf Mudzakir,Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), cet. Ke-2, hal. 317

12


(40)

30

pribadi dari Gardner sebagai definisi dasar dari kecerdasan emosional. Kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan antar pribadi dan kecerdasan intrapribadi.13 Kecerdasan emosi dapat menempatkan emosi individu pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik.

Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang ditanamkan secara berangsur-angsur oleh evolusi. Emosi dapat didefinisikan sebagai suatu gejala psiko-fisiologis yang menimbulkan efek pada persepsi, sikap dan tingkah laku.14 Book menjelaskan pendapat Peter Salovey dan JohnMater pencipta istilah kecerdasan emosional, bahwa kecerdasan emosional adalah mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, serta mengendalikan perasan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual.15

Para pakar memberikan definisi beragam mengenai kecerdasan emosional (EQ), diantaranya adalah kemampuan untuk menyikapi pengetahuan-pengetahuan emosional dalam bentuk menerima, memahami, dan mengelolanya. Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali, mengekspresikan dan mengelola emosi, baik emosi dirinya sendiri maupun emosi orang lain dengan tindakan konstruktif, yang

13

Daniel Goleman,Emotional Intelligence, (New York: Bantam Books, 1996), hal. 57 14

M. Darwis Hude,Emosi (Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia Di Dalam Al-Quran),(jakarta: penerbit Erlangga, 2006), hal. 16-18

15


(41)

31

mempromosikan kerja sama sebagai tim yang mengacu pada produktifitas dan bukan pada konflik.16

Selanjutnya Daniel Goleman menyatakan bahwa “means of

emotional intelligence is abilities such as being able to motivate one self and persist in the face frustration to control impulse and delay

gratification, to regulate, to one’s mood and keep distress from swarming

the ability to think, to empathize and to hope.”17(Kecerdasan emosi adalah

seperti kemampuan memotivasi diri dan bertahan dalam menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak berlebihan, mengatur suasana hati dan menjaga agar tetap berpikir jernih, berempati dan optimis). Sedangkan menurut Suharsono EQ (kecerdasan emosional) merupakan kemampuan untuk memahami perasaan diri masing-masing dan perasaan orang lain. Kemampuan untuk memotivasi dirinya sendiri dan menata dengan baik emosi yang muncul dalam dirinya dan hubungannya dengan orang lain.18

Kecerdasan emosional bekerja secara sinergi dengan kecerdasan kognitif. Tanpa kecerdasan emosi, orang tidak akan bisa menggunakan keterampilan-keterampilan kognitif mereka sesuai dengan potensi yang maksimal. Hal ini berlaku juga pada siswa berbakat yang memiliki kecerdasan luar biasa. Siswa berbakat penting memiliki kecerdasan emosional yang tinggi karena tanpa ada kecerdasan emosional siswa

16

Gemozaik,Pentingnya

Pendidikan-kecerdasan-emosional/http://zulasri.wordpress.com, diakses tanggal 4 April 2016 17

Daniel Goleman,Emotional Intelligence, (New York: Bantam Books, 1996), hal. 76 18


(42)

32

berbakat akan mengalami berbagai masalah di kehidupan. Salah satu permasalahan yang timbul akibat kelemahan aspek sosial emosional dari siswa berbakat adalah underachiver, yaitu berprestasi di bawah potensi dan kemampuan yang sebenarnya dimiliki.

Dalam Al Quran persoalan emosi sering disebut dengan kalbu.

Kata “Qalb” banyak di jumpai di dalam Al Quran bahkan di dalam hadis RasulullahSAW banyak ditemukan kata-kata kalbu yang menunjukkan bahwa qalbu menempati posisi penting dalam meraih kebermaknaan hidup. Hati merupakan cermin daripada tingkah laku (akhlak) seseorang, sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim:

:

:

. .

“Telah menceritakan kepada kami, Abu Nuaim dia berkata, Zakariya telah menceritakan kepada kami, dari Amir dia berkata

“Aku mendengar Naiman bin Basyir berkata bahwa Rasulullah

SAW bersabda ketahuilah sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh jasadnya, jika ia rusak, maka rusaklah jasadnya. Ketauhilah itu adalah hati.”19

Ayat-ayat Al Quran dan hadis dalam mengurai makna emosi digambarkan dengan kondisi perasaan senang, takut, marah, benci, gembira, sedih, kecewa, atau dalam keadaan yang lain. Sebagaimana dalam al-Qur;an

19

I mam Abi Abdullah Muh Bin Ismail bin Ibrohim bin Mughiroh bin Bardizbah Al Bukhari Al Ja’fi,Shahih Bukhari, Juz 1, (Beirut Libanon : Darul Al-Kutub al-Ilmiyah, 1992 M / 1424 H),juz 1, hal.23.


(43)

33                          

“Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah” (QS Al An’am : 33)

                                               

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”(QS Ali Imran 14 )

Dengan demikian terdapat makna bahwa emosi menurut Al Quran itu terbagi pada emosi yang besifat positif dan emosi negatif. Emosi positif mengantar manusia pada keimanan dan keyakinan akan kebenaran yang

hakiki dan menjadi pembelajaran sekaligus penggerak dalam

melaksanakan ibadah dan ketaatan pada Allah SWT. Sementara emosi negatif cenderung menggerakkan kearah yang bertentangan dengan hakikat kebenaran. Disamping itu Islam juga menganjurkan manusia untuk berupaya dan bersungguh-sungguh dalam mengembangkan kemampuan atau kecerdasan emosinya melalui pemahaman dan penghayatan terhadap berbagai fenomena didalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dipahami dari firman Allah dalam Q.S Al-Baqarah ayat 9


(44)

34                   

“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.”

Ayat diatas mengandung pesan bahwa orang yang tidak memiliki kecerdasan emosi tidak dapat mengetahui dampak negatif dari perbuatan menipu hukum Allah SWT serta tidak dapat membina hubungan sosial dengan baik.20

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional (EQ) pada intinya adalah kemampuan atau kepiawaian seseorang dalam mengelola dan mengontrol perasaannya serta menyikapi apa yang terjadi dalam dirinya sendiri maupun tuntutan dan tekanan di sekitarnya dengan baik, sehingga mampu bekerjasama dengan lancar dalam rangka mencapai tujuan bersama. EQ bukanlah lawan IQ atau kecerdasan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. Selain itu, EQ tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan. Kecerdasan emosional atau EQ dibutuhkan untuk dapat hidup bermasyarakat termasuk didalamnya menjaga keutuhan hubungan sosial. Seseorang yang cerdas emosinya akan mampu mengendalikan perasaannya dan mampu berpikir positif serta mengarahkan energinya kearah yang positif. Bahkan dari beberapa

20

Hamdani Bakran Adz-Dzaky,Prophetic Intelligence (Kecerdasan Kenabian) : Menumbuhkan Potensi Hakiki Insani Melalui Pengembangan Kesehatan Ruhani, (Yogyakarta: Islamika,2004), hal. 633


(45)

35

penelitian menyatakan bahwa faktor Emosi lebih dominan dalam mencapai kesuksesan baik dalam dimensi vertikal maupun horizontal yang bahasa Islam disebut dengan “ Hablumminallah wa hablumminannas “ ,

hubungan dengan Allah SWT dan hubungannya dengan sesama, bahkan dengan lingkungannya

2. Aspek-aspek kecerdasan emosional

Menurut Goleman aspek-aspek kecerdasan emosi meliputi:

a. Mengenali emosi diri, yaitu kemampuan individu yang berfungsi untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu, mencermati perasaan yang muncul. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya menandakan bahwa orang berada dalam kekuasaan emosi. Kemampuan mengenali diri sendiri meliputi kesadaran diri. Sesungguhnya Islam telah menyerukan manusia untuk dapat menguasai dan mengendalikan emosi pada diri mereka karena apabila gagal melakukannya akan banyak timbul keterguncangan dalam kehidupan manusia yang mendatangkan banyak penyakit pada tubuh dan jiwanya, dengan memiliki jiwa yang sehat maka individu telah memiliki kematangan mosi dan sosial hingga mampu membentuk kepribadian baik yang diidamkan selama ini. Dengan kepribadian yang kokoh maka individupun akan lebih siap dalam mengemban tanggung jawabnya dalam kehidupan dan melaksanakan peranannya dalam memakmurkan bumi serta membentuk masyarakat yang dinamis.


(46)

36

b. Mengelola emosi, yaitu kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang timbul karena kegagalan ketrampilan emosi dasar. Orang yang buruk kemampuan dalam ketrampilan ini akan terus menerus bernaung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar akan dapat bangkit kembali jauh lebih cepat. Kemampuan mengelola emosi meliputi kemampuan penguasaan diri dan kemampuan menenangkan kembali.

c. Memotivasi diri sendiri, yaitu kemampuan untuk mengatur emosi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan sangat penting untuk memotivasi dan menguasai diri. Orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam upaya apapun yang

dikerjakannya. Kemampuan ini didasari oleh kemampuan

mengendalikan emosi. Kemampuan ini meliputi: pengendalian dorongan hati, kekuatan berfikir positif dan optimis.

d. Mengenali emosi orang lain. Kemampuan ini disebut empati, Yaitu kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif orang lain. Kemampuan ini merupakan ketrampilan dasar dalam bersosial. Orang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang dibutuhkan orang atau dikehendaki orang lain.

e. Membina hubungan. Yaitu kemampuan mengendalikan dan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain, cermat


(47)

37

membaca situasi dan kondisi sosial, berinteraksi dengan lancar, memahami dan bertindak bijaksana dalam hubungan antar manusia. Seni membina hubungan sosial merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain, meliputi ketrampilan sosial yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan hubungan antar pribadi.21

Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini menggunakan aspek-aspek dalam kecerdasan emosi dari Goleman yang meliputi: mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan dikarenakan aspek aspek menurut Goleman mencakup keseluruhan dan lebih terperinci.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi

Kecerdasan emosi tidak ditentukan sejak lahir tetapi dapat dilakukan melalui proses pembelajaran. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi individu menurut Goleman (2009:267-282), yaitu:

a. Lingkungan keluarga.

Kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama dalam mempelajari emosi. Peran serta orang tua sangat dibutuhkan karena orang tua adalah subyek pertama yang perilakunya diidentifikasi, diinternalisasi yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari kepribadian anak. Kecerdasan emosi ini dapat diajarkan pada saat anak masih bayi dengan contoh-contoh ekspresi. Kehidupan emosi yang dipupuk dalam

21


(48)

38

keluarga sangat berguna bagi anak kelak di kemudian hari, sebagai contoh: melatih kebiasaan hidup disiplin dan bertanggung jawab, kemampuan berempati, kepedulian, dan sebagainya. Hal ini akan menjadikan anak menjadi lebih mudah untuk menangani dan menenangkan diri dalam menghadapi permasalahan, sehingga anak-anak dapat berkonsentrasi dengan baik dan tidak memiliki banyak masalah tingkah laku seperti tingkah laku kasar dan negatif.

b. Lingkungan non keluarga.

Dalam hal ini adalah lingkungan masyarakat dan lingkungan penduduk. Kecerdasan emosi ini berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan mental anak. Pembelajaran ini biasanya ditunjukkan dalam aktivitas bermain anak seperti bermain peran. Anak berperan sebagai individu di luar dirinya dengan emosi yang menyertainya sehingga anak akan mulai belajar mengerti keadaan orang lain. Pengembangan kecerdasan emosi dapat ditingkatkan melalui berbagai macam bentuk pelatihan diantaranya adalah pelatihan asertivitas, empati dan masih banyak lagi bentuk pelatihan yang lainnya.

C. Konsep Dasar Keberbakatan

1. Pengertian anak berbakat

Anak berbakat adalah istilah yang dikenakan pada anak-anak dengan kecerdasan diatas rata-rata. Kata berbakat berasal dari bahasa Inggris yaitu gifted atau talent. Dalam bahasa Indonesia istilah berbakat


(49)

39

mewakili arti “gifted dan talented“. Meskipun sebenarnya dua kata tersebut memiliki perbedaan. Gifted menunjukan kemampuan berpikir dengan ditandai IQ yang tinggi (±140), disamping itu giftedmenunjukkan kecakapan khusus yang menonjol pada suatu bidang ilmu pengetahuan tertentu dimana antara gifted satu dengan gifted yang lainnya tidak sama,

tergantung pembawaan mereka masing-masing. Talent hanya

menunjukkan kemahiran menguasai sesuatu bidang khusus saja, misalnya seni musik, bahasa, melukis, matematika dan sebagainya. Kemahiran tersebut berasal dari pembawaan anak. Secara singkat “talent” adalah

penonjolan pada salah satu bidang tertentu saja dari individu yang dibawa

seajak lahir, atau secara umum “talent” disebut juga “ kecakapan khusus”

yang sifatnya non intelektif.22 Berdasarkan pertimbangan bahwa “gifted“

meliputi macam-macam dimensi atau bidang kemampuan atau

ketrampilan, sedang “intellectual giftedness” hanya merupakan salah satu

bentuk keberbakatan, karena itu sebaiknya digunakan istilah “anak berbakat “ untuk gifted dan talented.23 Jadi jika berbicara tentang “anak berbakat“ berarti sudah terkandung aspek “gifted” dan “talented”.

Konsep anak berbakat itu sendiri masing-masing ahli memiliki sudut pandang yang berbeda-beda, namun semua dapat dipakai sebagai rujukan untuk memahami tentang pengertian anak berbakat. United States Office of Education (USOE) mendifinisikan anak-anak berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang profesional diidentifikasikan sebagai

anak-22

Sutratinah Tirtonegoro,Anak Supernormal, (Jogyakarta : Rineka Cipta, 1984), hal. 4 23

Utami Munandar, cet. Ke-2,Pokok-Pokok Masalah Identifikasi Anak Berbakat Di Indonesia, (Jakarta: Rajawali, 1985), hal. 26


(50)

40

anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mereka memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul. Kemampuan tersebut secara potensial atau yang telah nyata meliputi : Kemampuan intelektual umum, kemampuan akademik khusus, kemampuan berpikir kreatif-produktif, kemampuan memimpin, kemampuan dalam salah satu bidang seni, kemampuan psikomotor (seperti dalam olah raga).24

Renzulli, dkk, menyatakan dengan model “Three Ring Conception”, Ia menyatakan bahwa 3 ciri pokok yang merupakan kriteria keberbakatan ialah : adanya kemampuan umum di atas rata-rata, kreativitas di atas rata-rata dan pengikatan diri terhadap tugas (task commitmen). Difinisi yang dikemukakan Renzulli ini melihat keterkaitan antara tiga persyaratan atau kriteria keberbakatan. Berikut 3 ciri pokok keberbakatan:25

1) kemampuan diatas rata-rata

Dalam istilah kemampuan umum tercakup berbagai bidang kemampuan yang biasanya diukur oleh tes inteligensi, prestasi, bakat, kemampuan,mental primer, dan berpikir kreatif

2) kreativitas

ciri ini sebagai kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan suatu masalah

24

Utami Munandar,Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), hal. 23

25


(51)

41

3) pengikatan diri pada tugas

ciri ketiga yang ditemukan pada individu yang kreatif produktif ialah pengikatan diri pada tugas sebagai bentuk motivasi internal yang mendorong individu untuk tekun dan ulet mengerjakan tugasnya meskipun mengalami rintangan, menyelesaikan tugas sudah menjadi tanggung jawabnya karena ia telah mengikat diri terhadap tugasnya.

Menurut Mőnks , anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan intelektual, kreativitas dan motivasi yang tinggi serta adanya dukungan dari faktor lingkungan sosial. Konsep keberbakatan ini menunjukkan bahwa kompetensi internal (intelektual, kreativitas dan motivasi) tidak akan terwujud bila lingkungan (sekolah, keluarga dan teman sebaya) tidak memberi kesempatan atau mendukung untuk berkembang.26Salah satu kesalahan dalam identifikasi anak berbakat ialah anggapan bahwa hanya kecerdasan dan kecakapan yang diukur dengan tes prestasi belajar yang menentukan keberbakatan. Seperti yang dikatakan Terman, bahwa intelegensi yang tinggi tidak sinonim dengan keberbakatan. Wallach pun menunjukkan bahwa pencapaian skor tertinggi pada test akademik belum tentu mencerminkan potensi untuk kinerja kreatif atau produktif. Dengan demikian untuk mengidetifikasi bakat atau keberbakatan tidak cukup hanya dilihat dari kemampuan yang di atas rata-rata, tetapi juga kreativitas dan komitmen terhadap tugas sebagai ciri afektif yang memberi motivasi pada anak berbakat.

26


(52)

42

2. Karakteristik Anak Berbakat

Dari beberapa konsep dan teori yang terkait dengan karakteristik siswa berbakat yang diungkapkan oleh Utami Munandar, anak berbakat memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Membaca pada usia lebih muda, mampu membaca dengan cepat dan lebih banyak

2) Memiliki perbendaharaan kata yang luas 3) Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat 4) Mempunyai minat yang luas

5) Mampu menghasilkan ide-ide yang orisinal 6) Mampu memberikan banyak ide dengan lancar 7) Luwes dalam berpikir

8) Terbuka terhadap rangsangan dan pengalaman dari lingkungan 9) Mampu memfokuskan diri dalam waktu yang cukup lama 10) Berpikir kritis dan senang mencoba hal-hal baru

11) Mempunyai daya imajinasi yang kuat

12) Tidak cepat puas dengan prestasi yang diraih 13) Peka (sensitif) dan menggunakan firasat (intuisi)

14) Menginginkan kebebesan dalam gerakan dan tindakan.27 3. Layanan pendidikan anak berbakat

Secara umum kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang sebanding dengan kemampuan adalah hak setiap warga indonesia.

27

Utami Munandar, cet. Ke-2,Pokok-Pokok Masalah Identifikasi Anak Berbakat Di Indonesia, (Jakarta: Rajawali, 1985), hal. 28


(53)

43

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Bab IV pasal 5 tentang Sistem

Pendidikan Nasional bahwa “warga negara yang memiliki potensi

kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan layanan

khusus.”28 Untuk menjalankan amanat Undang-Undang tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah mengeluarkan Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar bagi siswa SD, SMP dan SMA yang cerdas dan berbakat istimewa. Anak berbakat tidak akan dapat mencapai prestasi yang tinggi dengan sendirinya tanpa memerlukan perhatian dan pelayanan pendidikan khusus.

John Fredrich Feldhusen menyebutkan perlunya anak berbakat intelektual diberikan pendidikan khusus dengan alasan kebutuhan aktualisasi diri agar mereka dapat berkembang sebaik mungkin dalam segala bidang yang mereka miliki sehingga aktualisasi diri akan tercapai. Fetterman lebih melihat bahwa pendidikan khusus untuk anak berbakat akan memberikan kontribusi yang sangat banyak, anak berbakat akan mewakili satu kekayaan terbesar dari setiap masyarakat dan merupakan bagian dari spirit intelektual dan semangat masa depan.29 Dengan demikian pendidikan khusus untuk anak berbakat memberikan kontribusi besar bukan hanya untuk dirinya namun juga untuk masyarakat luas. Program layanan pendidikan khusus anak berbakat adalah:

28

Departemen Pendidikan Nasional. 2003.Pedoman Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar SD, SMP dan SMA (Satu Model Pelayanan Pendidikan bagi Peserta Didik yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa). (Jakarta: Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional).

29

Reni Akbar-Hawadi, AKSELERASI A-Z,Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual, ( Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004), hal. 7


(54)

44

1) Pengayaan (Enrichment) adalah pembinaan anak supernormal dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat vertikal (intensif, pendalaman) dan horizontal (ekstensif, memperluas). Guru dapat memberikan pembelajaran yang berbeda kepada siswa berbakat dengan cara memberi tugas yang lebih kompleks yang menuntut cara berpikir tinggi.

2) Percepatan (Acceleration) yaitu cara penanganan anak supernormal

dengan memperbolehkan naik kelas secara meloncat atau

menyelesaikan program reguler dalam jangka waktu yang lebih singkat.

Ada dua cara dalam pelaksanaan program kelas akselerasi :

a.

Meloncatkan anak pada kelas-kelas yang lebih tinggi (skipping) sesuai dengan keadaannya dimana usia mental pada anak berbakat lebih tinggi dari usia sebenarnya, akan tetapi percepatan dengan skipping dianggap kurang baik karena mempermudah timbulnya masalah-masalah penyesuaian, baik di sekolah, di rumah maupun di lingkungan sosial lainnya.

b.

Percepatan (telescoping grades) diberikan kepada anak untuk menyelesaikan bahan pelajaran dalam waktu yang lebih singkat sesuai dengan kemampuannya yang istimewa.30

30

Hargio Santoso,Cara Memahami Dan Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus, (Yogyakarta:Gosyen Publishing. 2012), hal. 66


(55)

45

3) Pengelompokan Khusus (Segregation) dapat dilakukan secara penuh atau sebagian yaitu bila sejumlah anak supernormal dikumpulkan dan diberi kesempatan untuk secara khusus memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan potensinya.31

Program akselerasi yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama Wilayah Jawa Timur untuk tingkat Madrasah Tsanawiyah dan

Madrasah Aliyah adalah dalam bentuk “Kelas Khusus”. Yang dimaksud dengan “Kelas Khusus” adalah, sejumlah peserta didik yang memiliki

potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar dalam kelas khusus.

31

Sri Sayekti,Majalah Ilmiah Pawiyatan: Permasalahan Anak Berbakat Di Indonesia, Edisi Khusus Dies Natalis) Vol : XX, No : 3, Agustus 2013


(56)

46

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu tertentu dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku secara ilmiah. Metode ilmiah memerlukan suatu desain penelitian yang sesuai dengan kondisi yang diteliti dan mesti mengikuti metode penelitian.1 Metode penelitian adalah suatu teknik, cara dan alat yang digunakan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah. Secara umum metode penelitian didefinisikan sebagai suatu kegiatan ilmiah yang terencana, terstruktur, sistematis dan memiliki tujuan tertentu baik secara praktis maupun teoritis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, yaitu suatu metode yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada yang berlangsung pada saat ini atau masa lampau.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan fokus pada kajian terhadap fenomena-fenomena objektif bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kecerdasan spiritual siswa. Pendekatan penelitian kualitatif dipilih karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang natural atau menggambarkan keadaan yang sesungguhnya dari

1


(57)

47

Madrasah Tsanawiyah Negeri Sumber Bungur Pamekasan. Penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan Peran guru bimbinga dan konseling dalam membina kecerdasan emosional siswa berbakat di di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian yang mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam materi yang terdapat dalam kepustakaan (buku) atau jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif kualitatif yaitu metode penelitian yang berupa gambaran mengenai situasi atau kejadian, kata-kata tertulis atau lisan dan orang-orang serta perilaku yang dapat diamati dan diarahkan pada latar alamiah tersebut secara menyeluruh.2

Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan data yang ada, di samping itu penelitian deskriptif terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau suatu keadaan peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar menggunakan fakta.3 Sedangkan menurut Travers, sebagaimana dikutip Sevill, dkk mendefinisikan bahwa metode deskriptif adalah menggambarkan sifat atas suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Jadi metode deskriptif ini menekankan gambaran obyek yang sedang

2

Ibid, hal. 55

3

Handari Nabawi, Metode Penelitian Bidang Sosial(Yogyakarta: Gajah Muda Press, 2005), hal. 31


(58)

48

diteliti dalam keadaan sekarang pada waktu penelitian dilakukan (berlangsung ).4

Penggunaan jenis metode penelitian dekriptif karena ada dua pertimbangan. Pertama, jenis penelitian deskriptif ini merupakan bagian dari karakteristik pendekatan kualitatif karena dalam penelitian kualitatif dibutuhkan deskripsi data dengan kata-kata atau gambar (dokumentasi), bukan dengan menghitung data. Kedua, relevansi penelitian deskriptif dengan objek penelitian. Dengan jenis penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan secara sistematis fakta yang akurat mengenai Peran guru BK dalam membina kecerdasan emosional siswa berbakatdi MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan.

Penelitian kualitatif berusaha menampilkan secara holistic

(utuh) yang membutuhkan kecermatan dalam pengamatan sehingga kita dapat memahami secara menyeluruh hasil penelitian, disamping itu dalam penelitian kualitatif ini peneliti harus terjun langsung ke lapangan guna memperoleh data yang peneliti butuhkan. Peneliti berusaha untuk menggambarkan dan mengklasifikasikan fakta atau karakteristik fenomena yang ada secara factual dan cermat, tidak mengandalkan bukti logika sistematis, prinsip angka atau metode stastik sehingga dapat digambarkan kondisi dan keadaan yang sebenar-benarnya dengan isyarat atau tindakan sosial.

4

Imam Suprayogo Taboni, Metodologi Penelitian Sosial Agama, ( Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001 ), hal. 137


(59)

49

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dimulai sejak tanggal 24 November 2015 s/d 25 Desember 2015 yang bertempat di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan Jl. PonPes Sumber Bungur Pakong Pamekasan 69352; Telp. 0324-7710196. Lokasi ini dipilih sebagai objek penelitian karena MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan merupakan Madrasah Tsanawiyah tertua dan sekarang menjadi Madrasah percontohan yang sangat maju dan menjadi pilihan peserta didik khususnya di Kabupaten Pamekasan.

C. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata atau pernyataan-pernyataan yang disampaikan oleh responden, dan tingkah laku yang ditunjukkan oleh objek penelitian. Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Adapun sumber data dalam penelitian ini meliputi : sumber data primer dan sumber data skunder.

1. Sumber data utama (primer)

Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukur atau alat pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari.5Dalam penelitian ini sumber data primer adalah data utama dari berbagai refrensi adapun yang menjadi data primer dalam penulisan skripsi ini adalah guru BK kelas akselerasi, kepala sekolah, guru kelas

5


(60)

50

akselerasi, siswa, serta buku tentang kecerdasan emosi dan bimbingan konseling.

2. Sumber data penunjang (sekunder)

Untuk memperoleh data yang sesuai dan mendukung penelitian ini, maka diperlukan sumber data skunder. Sumber data sekunder adalah sumber data yang terlebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang diluar penyelidik sendiri walaupun yang dikumpulkan itu sesungguhnya merupakan data yang asli yang terlebih dahulu perlu diteliti keasliannya.6 Menurut Saifuddin Azwar, sumber data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung di peroleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya, data sekunder diantaranya adalah data mengenai hal-hal berupa catatan, transkrip, dokumen-dokumen dan sebagainya.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data melalui

pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Pengamatan dapat dilakukan terhadap suatu benda, keadaan, kegiatan, proses, atau penampilan tingkah laku seseorang.7 Teknik observasi ini digunakan penulis untuk mengetahui bagaimana penerapan Bimbingan dan konseling di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan.

6

Winarno Surakhman.Pengantar ilmiyah dasar metode tehnik, (Bandung: Tarsito.1998), hal. 63

7

Sanapiah Faisal.Format-format penelitian Sosial:Dasar-Dasar dan Aplikasi,(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1995), hal.134


(1)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

90

2. Peran guru BK dalam meningkatkan kecerdasan emosional siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur.

a. Sebagai motivator dalam mengatasi kejenuhan siswa berbakat di dalam kelas, maka guru BK memimpin pembacaan ayat-ayat pendek sebelum jam pelajaran dimulai atau mengisi jam kosong dengan permainan dan guru BK memberikan motivasi agar supaya siswa selalu mempunyai semangat dalam berprestasi dan rasa sosial yang tinggi.

b. Sebagai pembangun kerjasama antara guru dan kepala sekolah dalam mengoptimalkan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling serta dalam mengawasi perkembangan emosional siswa berbakat.

c. Sebagai konselor dalam menangani permasalahan dan kebutuhan siswa. Untuk menjalankan tugasnya sebagai konselor guru BK melaksanakan dua layanan sebagai upaya dalam membina kecerdasan emosional siswa berbakat, yaitu:

a) Layanan individual

layanan ini diberikan kepada siswa yang mengalami masalah emosional, layanan ini dilakukan dengan bertatap muka langsung dengan siswa yang bermasalah dan berjalan secara terus menerus sehingga permasalahannya teratasi.


(2)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

91

b) Layanan bimbingan kelompok

Bimbingan kelompok Layanan ini dilakukan satu kali dalam satu bulan tepatnya hari kamis dan dilaksanakan 1 jam pelajaran yakni 1x40 menit dan guru BK sebagai nara sumbernya.

Faktor pendukung terlaksananya layanan bimbingan konseling dalam membina kecerdasan emosional siswa adalah: a) adanya kerjasama antara guru BK dengan kepala sekolah dan guru bidang studi, b) partisipasi dari siswa berbakat, c) adanya sarana dan prasarana sebagai media dalam pelaksanaan layanan. Sedangkan faktor faktor penghambatnya adalah: a) keterbatasan waktu dalam melakukan layanan, b) tidak adanya kontrol dari orang tua siswa terhadap perkembangan anaknya, baik dari perkembangan intelektual maupun emosionalnya. Namun kendala-kendala ini dapat ditanggulangi dengan cara memaksimalkan faktor-faktor pendukung, agar upaya dalam membina kecerdasan emosional siswa berbakat di MTs Negeri Sumber Bungur dapat berjalan dengan maksimal.

B. Saran

1. Kepada Kepala Sekolah

a) Diharapkan selalu mendukung dan menjadikan program bimbingan dan konseling sebagai kebutuhan siswa dan jika memungkinkan berilah jam pelajaran khusus BK.

b) Hendaknya memberikan kesadaran kepada orang tua siswa melalui sosialisasi agar tetap selalu mengontrol perkembangan emosional


(3)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

92

putra putrinya dan memperkenalkan adanya program BK di sekolah.

2. Kepada Guru BK

a) Jangan bosan-bosan untuk selalu berkoordinasi dengan kepala sekolah, wali kelas, guru bidang studi dan orang tua siswa untuk memantau kemajuan siswa

b) Hendaknya selalu memantau perkembangan kecerdasan emosional siswa berbakat, agar supaya diketahui hasil dari program bimbingan dan efeknya terhadap perubahan emosi siswa.

3. Kepada wali murid

Diharapkan turut serta dalam meningkatkan kerjasama dengan pihak sekolah, terutama dengan guru Bk dalam upaya mengawasi perkembangan siswa selama berada diluar lingkungan sekolah

4. Kepada siswa berbakat

Tingkatkan terus semangatnya dalam berprestasi dengan tanpa mengabaikan hubungan sosialnya dan tetap menghargai sesama.


(4)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mujib Dan Jusuf Mudzakir, 2002, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada)

Anas Salahudin, 2010, Bimbingan dan konseling, (Bandung: Pustaka Setia)

Afifudin & Beni Ahmad Saebani, 2009, Metodologi Penelitian Kualitatif.(Bandung: Pustakasetia)

BurhanBungin. 2001, Metodologi Penelitian Sosial: Format-format penelitian kuantitatif dan kualitatif. (Surabaya: Airlangga University Press)

Bimo Walgito, 1995, Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah III (Yogyakarta: Andi Offset)

Daniel Goleman, 1996, Kecerdasan Emosional. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama)

Dewa Ketut Sukari, 2008, Pengantar Pelaksanaan Programm Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: RinekaCipta)

Fenti Hikmawati, 2012, Bimbingan Konseling, (Jakarta: Raja Grafindo Persada)

Katini Kartono, 1985, Bimbingan Dan Dasar-Dasar Pelaksanaanya, (Jakarta: Rajawali)


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Muhibbin Syah, 2006, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya)

M. Alisuf Sabri, 2005, Pengantar Ilmu Pendidikan, Cet.1, (UIN Jakarta Press)

M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, 2002,Konseling dan Psikoterapi Islam,(Fajar Pustaka Baru: Yogyakarta)

M. Darwis Hude, 2006, Emosi (Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia Di Dalam Al-Quran),(jakarta: penerbit Erlangga)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 pasal 134 ayat 2 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan

Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1998, (Jakarta: Balai Pustaka)

Prayitno, Erman Amti, 2004, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling,(Jakarta: Rineka Cipta)

Reni Akbar-Hawadi, 2004, AKSELERASI A-Z,Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual, ( Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia)

Syamsu Yusuf L.N, 2008, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya)

Suharsono, 2000,Mencerdaskan Anak, (Jakarta: Inisiasi Press) Saring Marsudi,dkk, 2010, Layanan Bimbingan Konseling Di Sekolah(Surakarta: Muhammadiyah University Press)


(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Sutratinah Tirtonegoro,1984, Anak Supernormal, (Jogyakarta : Rineka Cipta)

Tohirin, 2009, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 1.

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Bab IV pasal 5 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Utami Munandar, 1985, Pokok-Pokok Masalah Identifikasi Anak Berbakat Di Indonesia, (Jakarta: Rajawali)

Utami Munandar, 2012, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta)

Wawancara dengan Bapak Mohamad Halil, S.Ag sebagai guru kelas akselerasi di MTs Negeri Sumber Bungur. Pada tanggal 22 Nopember 2015

Wawancara dengan Bapak Khairil Anwar, S.Psi, M.Pd sebagai koordinator guru BK di MTs Negeri Sumber Bungur. Pada tanggal 18 Nopember 2015

Wawancara dengan Ibu Ruki Herawati, S.Psi sebagai psikolog dan guru BK di MTs Negeri Sumber Bungur, Pada tanggal 18 Nopember 2015

Wawancara dengan Bapak Drs. Akh.Syafiudin, M.Pd sebagai guru kelas akselerasi di MTs Negeri Sumber Bungur. Pada tanggal 22 Nopember 2015