Faktor-faktor yang Mempengaruhi Transformasi Mata Pencaharian Masyarakat di Desa Silampayang Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong | Balosi | GeoTadulako 2594 7776 1 PB

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TRANSFORMASI MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT DI DESA

SILAMPAYANG KECAMATAN KASIMBAR KABUPATEN PARIGI MOUTONG

LUTFIANNUR BALOSI A 351 08 063

JURNAL

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Geografi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Tadulako

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

TAHUN, 2014


(2)

ABSTRAK

Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah : Membahas mengenai (1) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi terjadinya transformasi mata pencaharian masyarakat di Desa Silampayangdan (2)Bagaimana kondisi perekonomian masyarakat Desa Silampayang setelah terjadinya transformasi mata pencaharian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya transformasi mata pencaharian masyarakat Desa Silampayang dan untuk mengetahui kondisi ekonomi masyarakat setelah terjadinya transformasi mata pencaharian. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Teknik pengambilan sampel responden menggunakan purposive sampling yang diperoleh 20 kk dari 120 kk. Pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Analisis yang digunakan adalah deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya transformasi mata pencaharian masyarakat Desa Silpanyang yaitu (a) Tuntutan kebutuhan ekonomi keluarga, (b) Produktifitas tidak sesuai dengan yang diharapkan, (c) Faktor lahan yang semakin sempit akibat bertambahnya penduduk. (2) Kondisi perekonomian setelah masyarakat melakukan transformasi pekerjaan sebagai petani rumput laut yaitu meningkat, hal ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan anak-anak para petani dan penghasilan mereka setelah beralih pekerjaan sebagai petani rumput laut.


(3)

ABSTRACT

This research was conducted in Kasimbar and concerned with the parents who have drop-out school years at secondary schools/equivalent. The problems are that the first, what is the parents’ perception on their drop-out school years at secondary schools/equivalent in Kasimbar; the second, the causing factors of drop-out school years at secondary schools/equivalent in Kasimbar.

The method used was descriptive-qualitative. The population was all the parents of the drop-out school years at secondary school/equivalent, totalling 147 families and the sample was 30 families by employing non-random sampling technique (quota sampling). The data were collected through questionnaire, interview, and documentation. The data from the questionnaire were analysed by using percentages and the interview results were analysed through three phases: data reduction, data presentation, and conclusion/data verification.

The research shows that there are two kinds of the parents’ perceptions on their drop-out school years at secondary schools/equivalent; they are less good and not good. The less good response was overlooked with the positive effect rather than the negative one. The positive one was that their children could help them to have a living. In contrast, the less good response was caused by the negative effect rather than the positive one. The positive one was that many parents feel that it is difficult for their children to get a job. In addition, the causing factors of the drop-out school years were that 1) economy, that is, their job as farmers who have low income under the expensive cost for education made them unable to provide school fees for their children; moreover, their busy activities in providing a living for their family caused them not to have time to give motivation to their children; 2) the environment, that is, many school years were influenced by their drop-out peers.


(4)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara maritim, karena memiliki garis pantai sepanjang kurang lebih 81.000 km. Luas wilayah laut (termasuk di dalamnya Zona Ekonomi Eksklusif) mencakup 5,8 juta kilometer persegi dan merupakan negara yang mempunyai jumlah penduduk yang cukup besar, sehingga membutuhkan wilayah atau tempat yang dijadikan sebagai area pemukiman masyarakat. Tujuan pembangunan bangsa Indonesia adalah mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, baik material maupun spiritual yang sehat, menjunjung tinggi martabat dan hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk itu hakekat dari usaha pembangunan seharusnya dilaksanakan bersama-sama oleh pemerintah dan rakyat, sebab tujuan pembangunan tidak tercapai manakala seluruh rakyat Indonesia tidak ikut secara sadar dan aktif dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan di segala bidang. (Frida Afryanti 2013:1)

Pembangunan itu mampu memberikan suatu tingkat kemakmuran dan kesejahteraan rakyat baik lahir maupun bathin. Untuk mencapai suatu kesejahteraan, maka pemberian keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia harus diutamakan, baik keadilan dalam pendapatan pelayanan maupun keadilan dalam memperbaiki tingkat kehidupan sehari-hari demi kesejahtraan seluruh keluarga.

Keadilan semacam itu menjadi hak asasi manusia untuk menentukan apa yang terbaik dalam menentukan profesi yang akan digeluti demi memenuhi kebutuhan dalam mengarungi suatu kehidupan. Kehidupan sosial masyarakat selalu dibarengi dengan perubahan-perubahan, dengan kata lain tidak satupun masyarakat yang tidak mengalami perubahan. Akan tetapi yang membedakan perubahan sosial antara masyarakat adalah proses terjadinya perubahan tersebut adalah perubahan yang tidak direncanakan atau terjadi dengan sendirinya, seperti proses alam atau bencanaalam, peperangan, dan kerusuhan sosial. Serta ada pula perubahan yang direncnak an seperti pembangunan. (http://ms.wikipedia.org/wiki/Indonesia. Online diakses 16 Maret 2013)

Setiap masyarakat pasti mengalami perubahan baik dalam sosial budaya maupun sosial ekonomi, begitu pula yang terjadi pada masyarakat Kecamatan Kasimbar, Tampak terjadi perubahan-perubahan dalam taraf kehidupan sosial ekonomi. Pembangunan pertanian


(5)

Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong dalam menunjang kehidupan sosial ekonomi masyrakatnya, dengan memanfaatkan pembudidayaan rumput laut perlu terus dikembangkan.

Adanya pembudidayaan rumput laut di Kecamatan Kasimbar yang sebelumnya bekerja sebagai petani kebun coklat, dengan penghasilan yang cukup, ada juga yang bekerja sebagai nelayan. Akan tetapi dengan munculnya rumput laut masyarakat beralih menjadi petani rumput laut yang mana memberi harapan masyarakat hidup yang lebih baik dari sebelumnya dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi dari penghasilan sebelumnya dengan pekerjaan yang sebelumnya. Berkaitan dengan pengembangan rumput laut sebagai sarana meningkatkan produksi petani untuk meningkatkan taraf hidup rakyat, maka dampak pengembangan rumput laut sangat besar sehingga dengan adanya rumput laut dapat mengubah kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Kasimbar, dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa dengan adanya pembudidayaan rumput laut oleh pemerintah dapat mengubah kehidupan yang ada yaitu meningkatkan pendapatan masyarakat.

Pembudidayaan rumput laut di Kecamatan Kasimbar yang menjadi objek peneliti yaitu, Desa Silampayang yang mana Desa ini masyarakatnya bekerja sebagai petani rumput laut, sebelum masyarakat setempat bekerja sebagai petani rumput laut, masyarakatnya bekerja sebagai petani sawah, nelayan dan juga berkebun coklat, namun kondisi lahan, faktor lahan yang semakin sempit dikarenakan semakin bertambahnya penduduk sehingga mengkibatkan lahan tersebut digunakan sebagai lahan permukiman penduduk, serta berkebun coklat yang sudah tidak menghasilkan dikarenakan faktor cuaca, penyakit yang mengakibatkan coklat tidak dapat berbuah dengan baik dan dapat mengurangi penghasilan masyarakat maka hal ini yang menyebabkan masyrakat melakukan transformasi pekerjaan menjadi petani rumput laut yang lebih menunjang penghasilan masyarakat tersebut.

Hasil wawancara dengan bapak Sya’ban Alwi, yang merupakan salah satu masyarakat yang bekerja sebagai petani rumput laut Desa Silampayang pada hari Rabu tanggal 06 Februari 2013, dari hasil wawancara tersebut dikatakan bahwa bibit yang digunakan didapatkan dari Desa Ogotion, karena bibit dari desa setempat kurang baik kualitasnya sehingga mereka memutuskan untuk mengambil bibit dari Desa Ogotion sebanyak 2 ton untuk diolah, kemudian diolah langsung di Desa Silampayang, proses pengolahannya yaitu setelah diolah selama 45 hari rumput laut tersebut dijemur 2 atau 3 hari tergantung cuaca, setelah itu rumput laut dijual, terkadang dibawa langsung ke pabriknya terkadang juga pembeli rumput laut datang langsung


(6)

di Desa tersebut untuk membeli dengan harga Rp.10.000/kg jika rumput laut tersebut kering, namun jika butuh dana mendesak rumput laut bisa dipanen dalam jangka waktu 20 hari, itu juga merupakan alasan utama masyarakat memilih berpindah mata pencaharian menjadi petani rumput laut prosesnya cepat dan pasti,kalau berkebun atau bersawah terkadang gagal panen jika cuaca tidak mendukung atau karena hama penyakit.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengemukakan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi terjadinya transformasi mata pencaharian masyarakat di Desa Silampayang

2. Bagaimana kondisi perekonomian masyarakat Desa Silampayang setelah terjadinya transformasi mata pencaharian.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya transformasi mata pencaharian masyarakat di Desa Silampayang

2. Untuk mengetahui kondisi perekonomian masyarakat setelah terjadinya tranformasi mata pencaharian.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai:

1. Menambah pengetahuan dan pengalaman serta wawasan berfikir penulis dengan memperhatikan kaidah-kaidah ilmiah, dalam rangka penyusunan tugas akhir/skripsi S1 Program Studi Pendidikan Geografi FKIP Universitas Tadulako.

2. Diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan masukan bagi pemerintah setempat khususnya masyarakat petani rumput laut.

II. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif yaitu memberikan gambaran tentang proses perubahan yang terjadi pada masyarakat petani rumput laut di Kecamatan Kasimbar. (Suharsimi Arikunto, 2002:86). Dalam hal ini peneliti ingin manggambarkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi transformasi mata


(7)

pencaharian masyarakat di Desa Silampayang Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong.

Di dalam bidang ilmu Geografi sering dijumpai mengenai keadaan lokasi suatu daerah dan kependudukan, dimana dalam hal ini akan dijelaskan mengenai keadaan geografis wilayah Desa Sausu dan Keadaan Demografis Desa Sausu.

Keadaan Geografis Desa Sausu:

1) Sebelah Utara : Desa Tada Selatan 2) Sebelah Timur : Laut Teluk Tomini 3) Sebelah Selatan : Desa Posona 4) Sebelah Barat : Desa Siweli Sebagaimana terlihat pada peta :

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:108) “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi sensus”.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani rumput laut yang ada di Desa Silampayang Kecamatan Kasimbar yang berjumlah 120 kk (kepala rumah tangga).

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:131) “sampel adalah sebagaian atau wakil populasi yang diteliti”. Sampel juga merupakan sebagian dari anggota populasi yang dapat memberikan


(8)

keterangan atau data yang diperlukan dalam suatu penelitian, sampel ini biasanya disimbolkan dengan (n)yang ukurannya selalu lebih kecil dari populasi (N).

Keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka dalam penentuan sampel penelitian ini peneliti melakukan teknik pengambilan sampel secara “purposive sampling”, yaitu menetapkan sampel dengan memilih sejumlah orang dari jumlah populasi yang dianggap dapat memberikan informasi yang relevan dengan objek penelitian. Jumlah sampel ditetapkan sebanyak 20 orang kk (Kepala Keluarga) yang dianggap reperensif dapat mewakili populasi.

Peneliti menggunakan “purposive sampling” karena sampel sebanyak 20 orang tersebut merupakan petani rumput laut yang menggarap sendiri, dari bibit yang di ambil dan diolah sendiri hingga panen, sedangkan petani yang lainnya hanya mengolah bibit yang telah ada, disamping itu juga ditetapkan dua orang informan yaitu:

1. Kepala Desa Silampayang (Bapak Abd. Rahim) 2. Tokoh Petani Rumput Laut (Bapak Sya’ban Alwi)

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Menurut Sudijono (2003:17), “data primer adalah data statistik yang diperoleh atau bersumber dari tangan pertama (firsthanddata), dan data sekunder adalah data statistik yang diperoleh atau bersumber dari tangan kedua (secondhanddata)”.

Berdasarkan pengertian di atas maka, data primer yang akan dikumpulkan yaitu, jumlah petani rumput laut, faktor-faktor yang mempengaruhi transformasi mata pencaharian dan kondisi ekonomi masyarakat sebelum dan sesudah terjadinya transformasi mata pencaharian. Berikutnya data sekunder yang akan dikumpulkan yaitu: Profil Desa Silampayang dan petani rumput laut.

Untuk memperoleh data yang diinginkan, peneliti menggunakan tekhnik pengumpulan data yakni melalui observasi yang merupakan langkah awal yang ditempuh oleh setiap peneliti guna memperoleh data di lokasi penelitian yaitu melihat langsung kondisi lapangan, sekaligus mencatat hal-hal yang dianggap perlu dan berhubungan dengan masalah yang diteliti baik yang bersifat fisik dan sosial di lokasi penelitian. Kegiatan ini dilakukan langsung di lapangan terhadap obyek penelitian yaitu para petani rumput laut, terutama kegiatan yang mereka lakukan selama di lapangan selain observasi peneliti juga menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara dilengkapi dengan instrument penelitian yaitu daftar pertanyaan wawancara, jenis wawancara yang peneliti gunakan yaitu wawancara kombinasi anatara


(9)

wawancara terpimpin dan wawancara bebas. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:132) “wawancara kombinasi adalah perpaduan antara wawancara terpimpin dan wawancara bebas dalam melaksanakan wawancara, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan”.

Suatu metode untuk memperoleh data yang berhubungan dengan permasalahan dengan penelitian ini, yaitu mencatat dokumen-dokumen atau mencatat arsip-arsip yang dapat memberikan informasi akurat yang berhubungan dengan penelitian ini. Adapun dokumen yang dimaksud yaitu data jumlah petani rumput laut, profil Desa dan peta.

Data yang didapatkan di lapangan secara kualitatif, dengan mengacu kepada pokok permasalahan. Analisis data yang dimaksud adalah analisis deskriptif, yaitu teknik yang dipakai untuk memberikan gambaran secara terperinci tentang obyek penelitian. Menurut Miles dan Huberman (1992:16-19) untuk melakukan analisis secara kualitatif melalui tiga tahap yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi dilakukan sebagai proses memilih, menyederhanakan data dan transformasi data kasar yang terdapat dalam catatan penelitian, mengelompokan, mengarahkan dan membuang data yang tidak dibutuhkan serta mengorganisasi data menurut permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini.

2. Penyajian Data

Penyajian data yang dilakukan adalah penyusunan sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan penyajian data.

3. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan setelah memperoleh informasi dari data yang tersusun melalui penyajian data.

III HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi transformasi mata pencaharian masyarakat di Desa Silampayang Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong yaitu ada 3 faktor, faktor ekonomi, faktor hasil produksi yang tidak sesuai dengan yang diharabkan dan faktor lahan yang semakin sempit, tiga faktor tersebut merupakan pemicu utama sehingga masyarakat Desa Silampayang melakukan


(10)

transformasi pekerjaan menjadi petani rumput laut. Pekerjaan awal mereka yaitu petani kebun coklat, nelayan, dan petani sawah.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya transformasi mata pencaharian masyarakat di Desa Silampayang.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sehingga masyarakat memilih untuk beralih pekerjaan sebagai petani rumput laut, adapun faktor-faktor tersebut yaitu :

a. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi merupakan alasan utama para petani untuk beralih pekerjaan. Dari hasil wawancara, informan mengatakan bahwa penghasilan yang diperoleh masyarakat sebelum bekerja sebagai petani rumput laut tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari keluarga mereka.

Beralih pekerjaan dan membudidayakan rumput laut para petani membutuhkan modal awal, modal yang dibutuhkan untuk membudidayakan rumput laut ini bermacam-macam setiap orangnya, tergantung banyaknya bibit yang dibutuhkan dan kondisi keuangan, harga bibit 1000/kg dari hasil wawancara modal setiap orangnya adalah:

1. Sya’ban Alwi : Rp. 500.000

2. Anton : Rp. 300.000

3. Mansur : Rp. 350.000 4. Suparman : Rp. 500.000 5. Ambo Hamsa : Rp. 300.000 6. Jumriati : Rp. 450.000 7. Marsun : Rp. 500.000

8. Nini : Rp. 300.000

9. Arsyad : Rp. 400.000 10. Andrianto : Rp. 350.000 11. Asmin : Rp. 400.000

12. Apon : Rp. 300.000

13. Asli : Rp. 400.000

14. Lambeka : Rp. 500.000 15. Moh. Lubis : Rp. 300.000 16. Rajulan : Rp. 350.000


(11)

17. Bahmid : Rp. 300.000 18. Harun palamusa : Rp. 400.000 19. Hasan : Rp. 400.000

20. Agus : Rp. 300.000

Modal awal para petani ini sudah temasuk bibit, tali nilon, dan pelampung, harga bibit mentah Rp. 1000/ kg, awalnya para petani tidak membeli bibit banyak ada yang membeli 20 kg, ada yang 30 kg hingga 35 kg, dan tali nilon tergantung dari banyaknya bibit yang dibeli, pelampung ada yang sudah memiliki adapula yang beli. Patani yang sudah memiliki pelampung yang merupakan pekerjaan awalnya adalah nelayan, pelampung yang merupakan gabus yang mereka pergunakan saat menjual ikan, mereka bersihkan dan dujadikan pelampung, dengan modal tersebut mereka membeli peralatan untuk membudi dayakan rumput laut dan memperoleh hasil yang lebih disaat panennya. Bibit-bibit rumput laut ini dibeli langsung dari desa Ogotion, mengapa harus dibeli di desa tersebut dikarenakan bibit yang dari Desa tersebut sangat baik, adapun pemilihan bibit yang baik yaitu :

1. Bibit yang telah berumur 25 hari, bibit yang telah dibeli dikembang kan selama 25 hari agar bisa mendapatkan bibit yang lebih banyak, setelah bibit berumur 25 hari maka dipindahkan tempatnya dan ditempatkan di arus yang lebih deras, dan sebelum ditanam bibit-bibit tersebut diikat dan ditambah talinya karena semakin banyak bibitnya setelah 25 hari, namun jika bibit banyak hingga 1 ton tidak perlu dijadikan bibit kembali dan bisa langsung dipanen.

2. Warna bibit yang baik itu berwarna coklat, ada bermacam-macam jenis rumput laut yaitu rumput lautkatonijenis ini berbentuk besar dan harganyapun lebih mahal, katoniini dibuat jadi bahan kosmetik dan adapula jenisspinosumukurannya sedang, dan juga jenisgrasaria jenis ini berukuran kecil dan biasa diolah menjadi agar-agar.

3. Bibit yang baik yaitu bibit yang memilki banyak cabang, dan bibit yang baik yang diambil dari cabang ke 3

4. Bibit yang baik adalah bibit yang tidak berbintik.

b. Faktor Hasil Produksi yang Tidak Sesuai dengan yang Diharabkan

Selain faktor ekonomi adapula faktor hasil produktifitas yang tidak memberi hasil seperti yang diharabkan, seperti berkebun coklat. Kini kebun coklat tidak lagi menghasilkan


(12)

buah yang baik sehingga apabila masyarakat tetap bertahan bekerja sebagai pekebun coklat maka tidak memberi hasil, pada ahir tahun 2007 hasil produksi kebun coklat tidak lagi memberi hasil yang baik seperti sebelumnya, berkebun coklat merupakan mata pencaharian yang digeluti sebagian masyarakat Desa Silampayang dan merupakan pekerjaan yang lebih unggul namun hal itu tidak berlaku lagi diawal tahun 2007 karena hasil produksinya mulai menurun hingga ahir tahun 2007 kebun coklat benar-benar tidak menghasilkan lagi, hal tersebut diakibatkan oleh serangan kangker pada buah coklat sehingga pohon coklat mulai kering dan buahnya tidak layak untuk diproduksi.

c. Faktor Lahan yang Semakin Sempit.

Faktor lahan yang semakin sempit dikarenakan semakin bertambahnya penduduk, sehingga lahan dijadikan sebagai lahan permukiman, hal tersebut merupakan salah satu faktor sehingga masyarakat beralih pekerjaan menjadi petani rumput laut. Rumput laut dikenal masyarakat sejak lama namun masyarakat belum membudidayakannya, namun setelah diadakan sosialisasi oleh pemerintah perikanan dan bidang pertanian mengenai rumput laut baik manfaat dari rumput laut itu sendiri maupun manfaat bagi perekonomian masyarakat. Setelah diadakan sosialisasi tersebut maka masyarakat mulai membudidayakan rumput laut.

Sebelum rumput laut masuk di Desa Silampayang, masyarakatnya bermata pencaharian sebagai pekebun coklat, petani sawah dan nelayan namun mata pencaharian tersebut tidak memberi penghasilan yang cukup untuk masyarakat diakibatkan berbagai faktor sehingga masyakat beralih profesi sebagai petani rumput laut.

2. Kondisi perekonomian masyarakat Desa Silampayang setelah terjadinya transformasi mata pencaharian

Kondisi perekonomian masyarakat setelah beralih pekerjaan sebagai petani rumput laut sangat meningkat dibandingkan sebelum bekerja sebagai petani rumput laut, hal ini dapat dilihat dari penghasilan para petani setiap bulannya (Tabel 4.3), para petani merasa sangat senang dengan pekerjaan yang mereka geluti saat ini sebagai petani rumput laut dikarenakan dari hasil membudidayakan rumput ini maka para petani bisa membiayayai kebutuhan sehari-hari keluarga mereka, meskipun hasilnya tidak berlebihan namun mereka merasa cukup dan tidak kekurangan, cukup dalam hal ini yaitu mereka bisa memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan meskipun secara sederhana, karena semakin banyak penghasilan maka


(13)

semakin banyak pula kebutuhan dan anak-anak mereka bisa sekolah hingga ke jenjang yang lebih tinggi.

Para petani ini merasa sangat senang dengan adanya pembudidayaan rumput laut, karena pekerjaan mereka sebelumnya kini tak lagi memberi hasil maka mereka beralih sebagai petani rumput laut, dan untuk saat ini mereka tidak berfikir untuk beralih pekerjaan lagi selagi membudidayakan rumput laut ini masih memberi hasil untuk kebutuhan ekonomi mereka.

Membudidayakan rumput laut merupakan pekerjaan yang menyenangkan menurut mereka saat ini, dan belum terlintas dibenak mereka untuk beralih profesi yang lain atau meninggalkan pekerjaan sebagai petani rumput laut selama itu masih menguntungkan keluarga mereka, karena dengan membudidayakan rumput laut mereka bisa menyekolahkan anak-anak mereka, mereka bisa membangun warung kecil-kecilan untuk istri, ada yang bisa membeli motor meskipun dengan cara kredit, ada pula yang bisa membeli tv, kulkas, kipas angin, lemari, dan perabot rumah tangga yang lainnya, ada pula yang renovasi rumah mereka secara bertahap, meskipun rumah mereka sederhana namun mereka merasa sangat senang.

Para pekerja rumput laut ini merupakan keluarga, tidak ada yang membedakan anatara ketua dengan anggota dalam hal pekerjaan, yang membedakan ketua yaitu ketua yang membeli bibit dan mengolah sendiri dan anggotanya pun ikut mengolah bibit-bibit yang telah dibeli oleh ketua, dan pekerjanyapun adalah keluarga mereka, terkadang anak mereka juga ikut membantu orang tuanya mengolah rumput laut, sehingga penghasilan mereka tidak terbagi untuk orang lain melainkan dengan keluarga mereka sendiri.

Tingkat pendidikan anak-anak petani rumput laut semenjak mereka mengadakan transformasi pekerjaan dan saat ini bekerja sebagai petani rumput laut yaitu meningkat dari sebelumnya karena semua anak-anak dari petani ini sekolah dan adapula yang sampai ke jenjang perguruan tinggi dan adapula yang sudah meraih gelar sarjana, adapun anak mereka yang putus sekolah itu dikarenakan anak-anak mereaka sudah putus sekolah sebelum orang tua mereka bekerja sebagai petani rumput laut dan telah berhenti 1 atau 2 tahun sehingga saat orang tua mereka memiliki penghasilan lebih mereka tidak bisa lagi melanjutkat sekolah karena telah lama putus sekolah.


(14)

VI KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya transformasi mata pencaharian masyarakat Desa Silpanyang yaitu :

a. Tuntutan kebutuhan ekonomi keluarga, agar perekonomian masyarakat Desa Silampayang dapat meningkat dari pekerjaan sebelumnya.

b. Produktifitas tidak sesuai dengan yang diharabkan, yaitu hasil dari pekerjaan sebelumnya sebagai pekebun coklat yang kini tak lagi menghasilkan buat yang baik disebabkan terserang hama dan kangker coklat, juga pengaruh cuaca sehingga coklat tidak dapat berbuah dengan baik, begitu pula dengan padi yang selalu gagal panen. c. Faktor lahan yang semakin sempit dikarenakan semakin bertambahnya penduduk

sehingga lahan digunakan untuk permukiman warga.

2. Kondisi perekonomian setelah masyarakat melakukan transformasi pekerjaan sebagai petani rumput laut yaitu meningkat, hal ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan anak-anak para petani dan penghasilan mereka setelah beralih pekerjaan sebagai petani rumput laut. 4.2 Saran

Beberapa saran yang akan penulis kemukakan sehubungan dengan hasil penelitian dan pembahasan sebagai berkut:

1. Diharapkan kepada pemerintah agar perlu memperhatikan para petani rumput laut, untuk menyediakan bibit-bibit yang baik agar masyarakat tak perlu lagi pergi membeli bibit di Desa Ogotian.

2. Diharabkan kepada para petani untuk terus membudidayaan rumput laut tersebut agar semakin berkembang.

3. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum begitu sempurna, sehingga penulis menyarankan kepada mahasiswa yang ingin melanjutkan penelitian ini, agar meneliti perkembangan pembudidayaan rumput laut serta perkembangan satu atau dua tahun kedepan mengenai perekonomian dan pembudidayaan rumput laut.


(15)

V DAFTAR PUSTAKA

Afryanti F. (2013). Pengaruh Perubahan Kondisi Geografis Lokasi Tempat Tinggal Terhadap Mata Pencaharian Masyarakat Perumahan Layana Indah. Skripsi Jurusan IPS Prodi Geografi. Palu: FKIP Universitas Tadulako. (tidak diterbitkan).

Arikunto.S. (2002).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:PT.Rineka Cipta. Indriany H, Emi S. 1992. Budidaya Pengolahan dan Pemasaran Rumput Laut. Jakarta:

Penerbit Penebar Swadaya.

Lumangino.D.W. (2006).Mengais rezeki di ayunan ombak. Skripsi: Jurusan IPS Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Tadulako. (tidak diterbitkan).

Miles.M dan Hubermen.M. (1992). Analilis Data Kualitatif. Terjemahan Tejetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Naryo.S.S. (1998).Budi Daya Rumput Laut. Jakarta: Penerbit Balai Pustaka.

Rasuldin. (2012). Analisis Dinamika Sosial Petani Rumput Laut Di Kelurahan Bulagi I Kecamatan Bulagi Kabupaten Banggai Kepulauan. Skripsi: Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Tadulako. (tidak diterbitkan).

Sondoro, Y. (2011) . online : (http://id.wikipedia.org/wiki/Petani). (diakses pada jumat 15 Februari. 2013 20:01).

Sudijono, Anas. (2003)Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Suparno, E. (2012).Mata Pencaharian. [Online]. Tersedia:http://prodigeografi.blogspot.com/2 012/01/html. (diakses tanggal 29 April 2013).


(16)

Suprihartoyo. (2009).Mata Pencaharian. [Online]. Tersedia:http://kre4tif.wordpress.com /2011/03/14//. (di akses 16 maret 2013 17:25).

Tika.P.M . (2005).Metode Penelitian Geografi. Jakarta:Bumi Aksara.

Ramadhan A. et al. (2013). Panduan Tugas Akhir (Skripsi) dan artikel Penelitian. Palu: Universitas Tadulako (tidak diterbitkan).

Wardojo. (2012). Transformasi Mata Pencaharian di Area.[Online]. Tersedia:http://nuphitaikmal.blogspot.com/2012/11/.html. (di akses pada Jumat, 15 Februari 2013 19:45).

Wendrawan, T. F. (2012).Pengertian Masyarakat. [Online]. Tersedia:http://id.wikipedia.org/w iki/Masyarakat.(di Minggu 17 Maret 2013).


(1)

17. Bahmid : Rp. 300.000 18. Harun palamusa : Rp. 400.000 19. Hasan : Rp. 400.000 20. Agus : Rp. 300.000

Modal awal para petani ini sudah temasuk bibit, tali nilon, dan pelampung, harga bibit mentah Rp. 1000/ kg, awalnya para petani tidak membeli bibit banyak ada yang membeli 20 kg, ada yang 30 kg hingga 35 kg, dan tali nilon tergantung dari banyaknya bibit yang dibeli, pelampung ada yang sudah memiliki adapula yang beli. Patani yang sudah memiliki pelampung yang merupakan pekerjaan awalnya adalah nelayan, pelampung yang merupakan gabus yang mereka pergunakan saat menjual ikan, mereka bersihkan dan dujadikan pelampung, dengan modal tersebut mereka membeli peralatan untuk membudi dayakan rumput laut dan memperoleh hasil yang lebih disaat panennya. Bibit-bibit rumput laut ini dibeli langsung dari desa Ogotion, mengapa harus dibeli di desa tersebut dikarenakan bibit yang dari Desa tersebut sangat baik, adapun pemilihan bibit yang baik yaitu :

1. Bibit yang telah berumur 25 hari, bibit yang telah dibeli dikembang kan selama 25 hari agar bisa mendapatkan bibit yang lebih banyak, setelah bibit berumur 25 hari maka dipindahkan tempatnya dan ditempatkan di arus yang lebih deras, dan sebelum ditanam bibit-bibit tersebut diikat dan ditambah talinya karena semakin banyak bibitnya setelah 25 hari, namun jika bibit banyak hingga 1 ton tidak perlu dijadikan bibit kembali dan bisa langsung dipanen.

2. Warna bibit yang baik itu berwarna coklat, ada bermacam-macam jenis rumput laut yaitu rumput lautkatonijenis ini berbentuk besar dan harganyapun lebih mahal, katoniini dibuat jadi bahan kosmetik dan adapula jenisspinosumukurannya sedang, dan juga jenisgrasaria jenis ini berukuran kecil dan biasa diolah menjadi agar-agar.

3. Bibit yang baik yaitu bibit yang memilki banyak cabang, dan bibit yang baik yang diambil dari cabang ke 3

4. Bibit yang baik adalah bibit yang tidak berbintik.

b. Faktor Hasil Produksi yang Tidak Sesuai dengan yang Diharabkan


(2)

buah yang baik sehingga apabila masyarakat tetap bertahan bekerja sebagai pekebun coklat maka tidak memberi hasil, pada ahir tahun 2007 hasil produksi kebun coklat tidak lagi memberi hasil yang baik seperti sebelumnya, berkebun coklat merupakan mata pencaharian yang digeluti sebagian masyarakat Desa Silampayang dan merupakan pekerjaan yang lebih unggul namun hal itu tidak berlaku lagi diawal tahun 2007 karena hasil produksinya mulai menurun hingga ahir tahun 2007 kebun coklat benar-benar tidak menghasilkan lagi, hal tersebut diakibatkan oleh serangan kangker pada buah coklat sehingga pohon coklat mulai kering dan buahnya tidak layak untuk diproduksi.

c. Faktor Lahan yang Semakin Sempit.

Faktor lahan yang semakin sempit dikarenakan semakin bertambahnya penduduk, sehingga lahan dijadikan sebagai lahan permukiman, hal tersebut merupakan salah satu faktor sehingga masyarakat beralih pekerjaan menjadi petani rumput laut. Rumput laut dikenal masyarakat sejak lama namun masyarakat belum membudidayakannya, namun setelah diadakan sosialisasi oleh pemerintah perikanan dan bidang pertanian mengenai rumput laut baik manfaat dari rumput laut itu sendiri maupun manfaat bagi perekonomian masyarakat. Setelah diadakan sosialisasi tersebut maka masyarakat mulai membudidayakan rumput laut.

Sebelum rumput laut masuk di Desa Silampayang, masyarakatnya bermata pencaharian sebagai pekebun coklat, petani sawah dan nelayan namun mata pencaharian tersebut tidak memberi penghasilan yang cukup untuk masyarakat diakibatkan berbagai faktor sehingga masyakat beralih profesi sebagai petani rumput laut.

2. Kondisi perekonomian masyarakat Desa Silampayang setelah terjadinya transformasi mata pencaharian

Kondisi perekonomian masyarakat setelah beralih pekerjaan sebagai petani rumput laut sangat meningkat dibandingkan sebelum bekerja sebagai petani rumput laut, hal ini dapat dilihat dari penghasilan para petani setiap bulannya (Tabel 4.3), para petani merasa sangat senang dengan pekerjaan yang mereka geluti saat ini sebagai petani rumput laut dikarenakan dari hasil membudidayakan rumput ini maka para petani bisa membiayayai kebutuhan sehari-hari keluarga mereka, meskipun hasilnya tidak berlebihan namun mereka merasa cukup dan tidak kekurangan, cukup dalam hal ini yaitu mereka bisa memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan meskipun secara sederhana, karena semakin banyak penghasilan maka


(3)

semakin banyak pula kebutuhan dan anak-anak mereka bisa sekolah hingga ke jenjang yang lebih tinggi.

Para petani ini merasa sangat senang dengan adanya pembudidayaan rumput laut, karena pekerjaan mereka sebelumnya kini tak lagi memberi hasil maka mereka beralih sebagai petani rumput laut, dan untuk saat ini mereka tidak berfikir untuk beralih pekerjaan lagi selagi membudidayakan rumput laut ini masih memberi hasil untuk kebutuhan ekonomi mereka.

Membudidayakan rumput laut merupakan pekerjaan yang menyenangkan menurut mereka saat ini, dan belum terlintas dibenak mereka untuk beralih profesi yang lain atau meninggalkan pekerjaan sebagai petani rumput laut selama itu masih menguntungkan keluarga mereka, karena dengan membudidayakan rumput laut mereka bisa menyekolahkan anak-anak mereka, mereka bisa membangun warung kecil-kecilan untuk istri, ada yang bisa membeli motor meskipun dengan cara kredit, ada pula yang bisa membeli tv, kulkas, kipas angin, lemari, dan perabot rumah tangga yang lainnya, ada pula yang renovasi rumah mereka secara bertahap, meskipun rumah mereka sederhana namun mereka merasa sangat senang.

Para pekerja rumput laut ini merupakan keluarga, tidak ada yang membedakan anatara ketua dengan anggota dalam hal pekerjaan, yang membedakan ketua yaitu ketua yang membeli bibit dan mengolah sendiri dan anggotanya pun ikut mengolah bibit-bibit yang telah dibeli oleh ketua, dan pekerjanyapun adalah keluarga mereka, terkadang anak mereka juga ikut membantu orang tuanya mengolah rumput laut, sehingga penghasilan mereka tidak terbagi untuk orang lain melainkan dengan keluarga mereka sendiri.

Tingkat pendidikan anak-anak petani rumput laut semenjak mereka mengadakan transformasi pekerjaan dan saat ini bekerja sebagai petani rumput laut yaitu meningkat dari sebelumnya karena semua anak-anak dari petani ini sekolah dan adapula yang sampai ke jenjang perguruan tinggi dan adapula yang sudah meraih gelar sarjana, adapun anak mereka yang putus sekolah itu dikarenakan anak-anak mereaka sudah putus sekolah sebelum orang tua mereka bekerja sebagai petani rumput laut dan telah berhenti 1 atau 2 tahun sehingga saat orang tua mereka memiliki penghasilan lebih mereka tidak bisa lagi melanjutkat sekolah karena telah lama putus sekolah.


(4)

VI KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya transformasi mata pencaharian masyarakat Desa Silpanyang yaitu :

a. Tuntutan kebutuhan ekonomi keluarga, agar perekonomian masyarakat Desa Silampayang dapat meningkat dari pekerjaan sebelumnya.

b. Produktifitas tidak sesuai dengan yang diharabkan, yaitu hasil dari pekerjaan sebelumnya sebagai pekebun coklat yang kini tak lagi menghasilkan buat yang baik disebabkan terserang hama dan kangker coklat, juga pengaruh cuaca sehingga coklat tidak dapat berbuah dengan baik, begitu pula dengan padi yang selalu gagal panen. c. Faktor lahan yang semakin sempit dikarenakan semakin bertambahnya penduduk

sehingga lahan digunakan untuk permukiman warga.

2. Kondisi perekonomian setelah masyarakat melakukan transformasi pekerjaan sebagai petani rumput laut yaitu meningkat, hal ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan anak-anak para petani dan penghasilan mereka setelah beralih pekerjaan sebagai petani rumput laut. 4.2 Saran

Beberapa saran yang akan penulis kemukakan sehubungan dengan hasil penelitian dan pembahasan sebagai berkut:

1. Diharapkan kepada pemerintah agar perlu memperhatikan para petani rumput laut, untuk menyediakan bibit-bibit yang baik agar masyarakat tak perlu lagi pergi membeli bibit di Desa Ogotian.

2. Diharabkan kepada para petani untuk terus membudidayaan rumput laut tersebut agar semakin berkembang.

3. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum begitu sempurna, sehingga penulis menyarankan kepada mahasiswa yang ingin melanjutkan penelitian ini, agar meneliti perkembangan pembudidayaan rumput laut serta perkembangan satu atau dua tahun kedepan mengenai perekonomian dan pembudidayaan rumput laut.


(5)

V DAFTAR PUSTAKA

Afryanti F. (2013). Pengaruh Perubahan Kondisi Geografis Lokasi Tempat Tinggal Terhadap Mata Pencaharian Masyarakat Perumahan Layana Indah. Skripsi Jurusan IPS Prodi Geografi. Palu: FKIP Universitas Tadulako. (tidak diterbitkan).

Arikunto.S. (2002).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:PT.Rineka Cipta.

Indriany H, Emi S. 1992. Budidaya Pengolahan dan Pemasaran Rumput Laut. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.

Lumangino.D.W. (2006).Mengais rezeki di ayunan ombak. Skripsi: Jurusan IPS Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Tadulako. (tidak diterbitkan).

Miles.M dan Hubermen.M. (1992). Analilis Data Kualitatif. Terjemahan Tejetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Naryo.S.S. (1998).Budi Daya Rumput Laut. Jakarta: Penerbit Balai Pustaka.

Rasuldin. (2012). Analisis Dinamika Sosial Petani Rumput Laut Di Kelurahan Bulagi I Kecamatan Bulagi Kabupaten Banggai Kepulauan. Skripsi: Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Tadulako. (tidak diterbitkan).

Sondoro, Y. (2011) . online : (http://id.wikipedia.org/wiki/Petani). (diakses pada jumat 15 Februari. 2013 20:01).

Sudijono, Anas. (2003)Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Suparno, E. (2012).Mata Pencaharian. [Online]. Tersedia:http://prodigeografi.blogspot.com/2 012/01/html. (diakses tanggal 29 April 2013).


(6)

Suprihartoyo. (2009).Mata Pencaharian. [Online]. Tersedia:http://kre4tif.wordpress.com /2011/03/14//. (di akses 16 maret 2013 17:25).

Tika.P.M . (2005).Metode Penelitian Geografi. Jakarta:Bumi Aksara.

Ramadhan A. et al. (2013). Panduan Tugas Akhir (Skripsi) dan artikel Penelitian. Palu: Universitas Tadulako (tidak diterbitkan).

Wardojo. (2012). Transformasi Mata Pencaharian di Area.[Online]. Tersedia:http://nuphitaikmal.blogspot.com/2012/11/.html. (di akses pada Jumat, 15 Februari 2013 19:45).

Wendrawan, T. F. (2012).Pengertian Masyarakat. [Online]. Tersedia:http://id.wikipedia.org/w iki/Masyarakat.(di Minggu 17 Maret 2013).


Dokumen yang terkait

Cover Proseding FH UB

0 0 1

Peranan Ibu Rumah Tangga sebagai Pembuat Tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong | Hidayati | GeoTadulako 2626 7897 1 PB

0 0 17

Manfaat Mangrove sebagai Pelestarian Lingkngan Hidup di Desa Olaya Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi Moutong | Aflaha | GeoTadulako 2617 7868 1 PB

0 0 16

Persepsi Orang Tua Terhadap Anak Putus Sekolah Pada Jenjang SLTA/Sederajat di Desa Kasimbar Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong | Sumaga | GeoTadulako 2595 7780 1 PB

0 0 15

Interaksi Sosial Transmigran Jawa dengan Masyarakat Lokal di Desa Kayuagung Kecamatan Mepanga Kabupaten Parigi Moutong | Fitriani | GeoTadulako 2611 7844 1 PB

0 0 13

Pengaruh Kegiatan Pertanian Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Kecamatan Torue Kabupaten Parigi Moutong | Abram | GeoTadulako 2608 7832 1 PB

0 0 18

SIFAT FISIK TANAH DI BAWAH TEGAKAN EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DI DESA KASIMBAR BARAT KECAMATAN KASIMBAR KABUPATEN PARIGI MOUTONG | Marwan | Jurnal Warta Rimba 6357 21049 1 PB

0 0 7

Faktor Pendorong dan Penarik Transmigran di Desa Kotaraya Kecamatan Mepanga Kabupaten Parigi Moutong | Ika Listiqowati | Geotadulako 6029 20106 1 PB

0 0 11

STUDI TENTANG INTERAKSI SOSIAL ANTARA ETNIS KAILI DAN ETNIS BUGIS DITINJAU DARI ASPEK CIVIC RESPONSIBILITY DI DESA SILAMPAYANG KECAMATAN KASIMBAR KABUPATEN PARIGI MOUTONG | Mamma | EDU CIVIC 8884 29162 1 PB

0 0 8

BEBERAPA FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP RESPONS MASYARAKAT BETERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG | Rusdin | AGROLAND 267 932 1 PB

0 0 8