Pengaruh Kegiatan Pertanian Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Kecamatan Torue Kabupaten Parigi Moutong | Abram | GeoTadulako 2608 7832 1 PB

(1)

PENGARUH KEGIATAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KECAMATAN TORUE

KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ASTRI ABRAM A 351 09 026

JURNAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

TAHUN 2014


(2)

ABSTRAK

Masyarakat Kecamatan Torue sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Oleh karena itu, diperlukan pengkajian tentang pengaruh kegiatan pertanian terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Torue. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan pertanian dan mendeskripsikan kondisi kesejahteraan masyarakat Kecamatan Torue dalam memenuhi kebutuhan hidup untuk mencapai keluarga yang sejahtera. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Jenis data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari 44 KK sampel petani sawah, serta data sekunder sebagai data pendukung dalam penelitian ini. Teknik pengambilan sampel wilayah dan sampel penduduk menggunakan Purposive Sampling dengan pertimbangan jumlah populasi yang begitu banyak sehingga membutuhkan waktu yang lama, biaya dan tenaga yang banyak. Hasil dari penelitian berdasarkan jawaban dari responden menunjukkan bahwa faktor kepemilikan lahan, pendapatan, dan pengalaman bertani mempunyai pengaruh dalam mendorong masyarakat bekerja di bidang kegiatan pertanian agar dapat memenuhi kebutuhan hidup untuk mencapai keluarga yang sejahtera. Begitu pula dengan faktor jumlah tanggungan, usia dan pendidikan oleh sebagian responden menyatakan mempunyai pengaruh dalam mendorong masyarakat bekerja di bidang kegiatan pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam mencapai kesejahteraan.


(3)

ABSTRACT

Most of the villagers in Torue Subdistrict work as farmers to fulfill the needs of their family. Therefore, it is necessary to assess the effects of agricultural activities to the level of the people welfare in District Torue. The purpose of this study is to determine the factors affecting the agricultural activities and to describe the welfare condition of the villagers of Torue Subdistrict to fulfill their daily needs to become prosperous family. The method used in this study is qualitative method using descriptive approach. The type of data used is primary data collected from 44 families sample of rice farmers, as well as secondary data as the supporting data in this study. Sampling techniques and sample area residents used were purposive sampling with the consideration to the number of the population, so it would not take too much time, cost and effort. The results of the study were taken from the answers of the respondents. It showed that the factor of land lord, income, and farming experience have an influence in encouraging the villagers to work in the field of agricultural sector in order to fulfill their daily needs to become prosperous family. Furthermore, the number of the family members, age and educational background also claimed by the respondents to be the influencing factors to encourage the villagers to work in the field of agricultural sector to fulfill their daily needs to become prosperous family.


(4)

PENDAHULUAN

Masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani sangat tergantung pada kepemilikan lahan dan sumberdaya lahan. Perekonomian masyarakat tersebut bergantung pada hasil panen dan kegiatan pertanian lainnya yang memanfaatkan sumberdaya lahan. Oleh sebab itu, lahan merupakan sumberdaya yang memegang peranan penting bagi kelangsungan hidup masyarakat tani yang ada di desa (Nuhung, 2007). Kondisi alam di Kecamatan Torue didominasi oleh areal persawahan pada dataran rendah, perbukitan, bahkan di daerah pegunungan. Kondisi alamnya menjadikan wilayah Kecamatan Torue sebagai daerah pertanian yang potensial, sehingga perekonomiannya banyak bertumpu di sektor pertanian (Kecamatan Torue dalam Angka 2012). Sebagian besar masyarakat Kecamatan Torue bermata pencaharian sebagai petani. Baik itu usaha tani pertanian, peternakan, perikanan dan pungutan hasil laut (Hernanto, 1989: 26). Mulai dari yang usia yang tergolong produktif sampai yang tergolong sudah tidak produktif lagi memiliki semangat yang tinggi untuk mengelola lahan pertanian yang mereka miliki.

Penelitian ini bertujuan untuk (a) mengetahui faktor-faktor yang mendorong masyarakat dalam melakukan kegiatan pertanian di Kecamatan Torue kabupaten Parigi Moutong, (b) mendeskripsikan kondisi kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Torue kabupaten Parigi Moutong. Kegunaan dan manfaat penelitian ini dalam (a) aspek keilmuan geografi pertanian dapat mengkaji yang berkaitan dengan aktivitas-aktivitas dalam konteks ruang, lokasi pertanian secara keseluruhan dan aktivitas-aktivitas di dalamnya. Selain itu, dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran dan referensi untuk menulis karya ilmiah. (b)Aspek praktis, diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat Kecamatan Torue mengenai faktor-faktor pendorong kegiatan pertanian. (c) Aspek pendidikan, dijadikan sumber informasi atau penunjang bahan materi yang berkaitan dengan materi IPS Geografi kelas XI Sekolah Menengah Atas.

Adapun yang menjadi batasan istilah dalam penelitian ini yaitu kegiatan pertanian adalah suatu kegiatan manusia yang terdiri dari kegiatan bercocok tanam, peternakan, perikanan dan juga kehutanan dalam usaha pemenuhan kebutuhan hidupnya (Khaafidh, 2013: 27). Kesejahteraan ialah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung


(5)

tinggi hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila (Undang-Undang No.6 Tahun 1974 tentang kesejahteraan). Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain (Hasan, 1983).

Menurut Anim dalam Khaafidh (2013), faktor yang mendorong masyarakat untuk bekerja di kegiatan pertanian antara lain: pengalaman bertani, jenis kelamin, usia, jenis pertanian, luas lahan garapan, struktur organisasi pertanian, kepemilikan peralatan (mesin) untuk kegiatan pertanian, jumlah anggota rumah tangga yang bekerja diluar kegiatan pertanian, jumlah tanggungan rumah tangga, pendapatan (upah riil), jarak dengan pasar hasil pertanian, serta pengetahuan dan teknologi.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif, yaitu suatu penelitian yang menggambar dan mendeskripsikan hasil dari wawancara, catatan di lapangan, dokumen pribadi, catatan, memo dan dokumen resmi lainnya tentang pengaruh kegiatan pertanian terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat Kecamatan Torue Kabupaten Parigi Moutong. Secara administratif daerah penelitian terletak di Kecamatan Torue Kabupaten Parigi Moutong. Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan (Zuriah, 2006: 116). Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 3.034 KK petani. Sampel adalah sebagian anggota populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu yang disebut dengan teknik sampel (Usman dan Setiady, 2008: 43). Pengambilan sampel wilayah dan penduduk dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu pemilihan sampel yang ditentukan secara sengaja sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Jumlah populasi yang begitu banyak, serta keterbatasan dana, tenaga, waktu peneliti, maka sampel wilayah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Desa Tolai, Tolai Timur dan Tolai Barat. Sedangkan jumlah sampel penduduk yang digunakan adalah 44 KK . Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data mengunakan analisis deskriptif dan kualitatif.


(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kepemilikan Lahan

Luas kepemilikan lahan merupakan keseluruhan luas lahan yang diusahakan petani responden baik milik sendiri maupun menyewa. Luas kepemilikan lahan akan berpengaruh terhadap kegiatan seseorang. Hal ini disebabkan karena luas kepemilikan lahan akan mempengaruhi banyaknya pendapatan yang diterima oleh petani Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Deskripsi Kepemilikan Lahan Berdasarkan Luas Lahan

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase %

1 Sangat Luas 12 27

2 Luas 10 23

3 Cukup Luas 17 39

4 Sempit 3 7

5 Sangat Sempit 2 4

Total 44 100

Sumber: Olah Data Primer, 2013

Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa kepemilikan lahan berdasarkan luas lahan yang dimiliki oleh petani dalam hal ini responden sebanyak 27% (12 orang) yang memiliki lahan sangat luas dan yang memiliki lahan yang tergolong sangat sempit 4% (2 orang).

Tabel 1.2 Kepemilikan Lahan Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase %

1 Milik Pribadi 44 100

2 Garapan 0 0

3 Sewa 0 0

4 Warisan 0 0

5 Kerja Sama 0 0

Total 44 100


(7)

Tabel 1.2 di atas menunjukkan bahwa kepemilikan lahan berdasarkan status kepemilikan lahan 100% (44 orang) merupakan lahan milik pribadi petani walaupun awalnya mereka bekerja dilahan sawah bersama atau warisan. Namun, setelah mereka mempunyai modal yang cukup untuk membeli, maka mereka membeli lahan sawah sendiri.

Tabel 1.3 Tanggapan Faktor Kepemilikan Lahan dalam Mendorong Kegiatan Pertanian Di Kecamatan Torue

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase %

1 Sangat Berpengaruh 22 50

2 Berpengaruh 21 48

3 Cukup Berpengaruh 1 2

4 Tidak Berpengaruh 0 0

5 Sangat Tidak Berpengaruh 0 0

Total 44 100

Sumber: Olah Data Primer, 2013

Tabel 1.3 di atas menunjukkan bahwa tanggapan petani terhadap faktor kepemilikan lahan dalam mendorong mereka untuk bekerja sebagai petani sawah yakni sebanyak 50% (22 orang) yang mengatakan sangat berpengaruh karena bila lahan sawah ada pasti ada kemauan untuk bekerja dibidang tersebut. Sebanyak 2% (1 orang) mengatakan kepemilikan lahan cukup berpengaruh.

2. Pengalaman Bertani

Semakin banyak pengalaman bertani seorang petani maka semakin baik kemampuan atau keahlian seorang petani dalam membaca kondisi alam seperti seperti perubahan musim yang dapat mempengaruhi jumlah hasil produksi.

Tabel 1.4 Deskripsi Pengalaman Bertani Berdasarkan Lama Bertani

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase %

1 Sangat Lama 26 59

2 Lama 10 23

3 Cukup Lama 4 9


(8)

5 Sangat Tidak Lama 0 0

Total 44 100

Sumber: Olah Data Primer, 2013

Tabel 1.4 menunjukkan sebanyak 59% (26 orang) yang memiliki pengalaman bertani yang sangat lama. Sebanyak 9,09% (4 orang) yang memiliki pengalaman yang tergolong tidak lama. Melihat persentase terbanyak dari pengalaman bertani tersebut yang sudah sangat lama menekuni pekerjaan sebagai petani sawah sebanyak 59% karena mereka sudah bertahun-tahun menjadi petani, mulai dari mereka berumur 20 bertahun-tahun sudah dikenal dengan pertanian.

Tabel 1.5 Tanggapan Faktor Pengalaman Bertani dalam Mendorong Kegiatan Pertanian No Jawaban Responden Frekuensi Persentase %

1 Sangat Berpengaruh 24 55

2 Berpengaruh 20 45

3 Cukup Berpengaruh 0 0

4 Tidak Berpengaruh 0 0

5 Sangat Tidak Berpengaruh 0 0

Total 44 100

Sumber: Olah Data Primer, 2013

Tabel 1.5 mengenai tanggapan responden tentang faktor pengalaman bertani dalam mendorong kegiatan pertanian yang mereka tekuni saat ini. Sebanyak 55% (24 orang) mengatakan sangat berpengaruh pengalaman bertani terhadap kegiatan pertanian karena kalau sudah pengalaman pasti akan menarik untuk dikerjakan. Sebanyak 45% (20 orang) yang mengatakan bahwa pengalaman bertani berpengaruh terhadap terhadap kegiatan tani sawah yang mereka tekuni saat ini.

Tabel 1.6 Tanggapan Mengikuti Penyuluhan Pertanian

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase %

1 Sangat Terpaksa 0 0

2 Terpaksa 0 0

3 Cukup Terpaksa 0 0


(9)

5 Sangat Tidak terpaksa 17 39

Total 44 100

Sumber: Olah Data Primer, 2013

Tabel 1.6 mengenai tanggapan responden memilih untuk mengikuti penyuluhan pertanian yang diadakan oleh pemerintah setempat. Sebanyak 61% (27 orang) mengatakan mereka mengikuti penyuluhan tidak terpkasa sama sekali karena mereka ingin menambah pengetahuan tentang pertanian lebih banyak. Sama halnya dengan 39% (17 orang) yang memilih untuk mengikuti penyuluhan sangat tidak terpaksa. Selain, menambah pengetahuan juga dapat menambah koneksi untuk tempat saling bertukar pendapat terkait tentang bidang pekerjaan yang mereka tekuni sampai saat ini.

3. Pendidikan

Pendidikan merupakan lama pendidikan yang ditempuh responden pada bangku sekolah. Pendidikan akan berpengaruh terhadap suatu kegiatan pertanian seseorang. Adapun hasil deskripsi tingkat pendidikan petani dalam hal ini responden di Kecamatan Torue dapat dilihat pada Tabel 1.7.

Tabel 1.7 Deskripsi Pendidikan Berdasarkan Lama Pendidikan yang ditempuh No Jawaban Responden Frekuensi Persentase %

1 Sangat Tinggi 1 2

2 Tinggi 8 18

3 Cukup Tinggi 13 30

4 Rendah 22 50

5 Sangat Rendah 0 0

Total 44 100

Sumber: Olah Data Primer, 2013

Tabel 1.7 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berdasarkan lamanya pendidikan yang ditempuh oleh petani, sebanyak 50% (22 orang) memiliki tingkat pendidikan yang tergolong rendah yakni lulusan SD. Sebanyak 2% (1 orang) memiliki pendidikan yang sangat tinggi yakni sarjana lulusan D3.


(10)

Tabel 1.8 Tanggapan Faktor Pendidikan dalam Mendorong Kegiatan Pertanian Di Kecamatan Torue

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase %

1 Sangat Berpengaruh 0 0

2 Berpengaruh 0 0

3 Cukup Berpengaruh 3 7

4 Tidak Berpengaruh 27 61

5 Sangat Tidak Berpengaruh 14 32

Total 44 100

Sumber: Olah Data Primer, 2013

Tabel 1.8 mengenai tanggapan responden tentang faktor pendidikan dalam mendorong kegiatan pertanian. Sebanyak 61% (27 orang) mengatakan tidak ada pengaruhnya pendidikan terhadap kegiatan pertanian. Sebanyak 7% (3 orang) mengatakan mereka cukup berpengaruh pendidikan dalam bertani karena menurut mereka dengan memiliki pendidikan yang tinggi akan menambah pengetahuan bertani seseorang.

4. Usia

Umur akan mempengaruhi seseorang dalam melakukan kegiatan pertanian dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Kriteria usia responden di Kecamatan Torue dapat dilihat pada Tabel 1.9.

Tabel 1.9 Deskripsi Usia Petani dalam melakukan Kegiatan Pertanian

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase %

1 Sangat Produktif 7 16

2 Produktif 22 50

3 Cukup Produktif 12 27

4 Tidak Produktif 3 7

5 Sangat Tidak Produktif 0 0

Total 44 100


(11)

Tabel 1.9 menunjukkan bahwa pada usia produktif responden memilih menjadi petani sebanyak 50% (22 orang) yaitu rentang usia dari 32 - 47 tahun. Sebanyak 7% (3 orang) menjadi petani berumur sangat tidak produktif dengan rentang usia 6277 tahun.

Tabel 1.10 Tanggapan Faktor Usia dalam Mendorong Kegiatan Pertanian di Kecamatan Torue

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase %

1 Sangat Berpengaruh 0 0

2 Berpengaruh 0 0

3 Cukup Berpengaruh 10 23

4 Tidak Berpengaruh 26 59

5 Sangat Tidak Berpengaruh 8 18

Total 44 100

Sumber: Olah Data Primer, 2013

Tabel 1.10 menunjukkan bahwa tanggapan terhadap faktor usia dalam mendorong responden menjadi petani sawah sebanyak 59% (26 orang) mengatakan tidak ada pengaruh usia dalam bertani. Sebanyak 18% (8 orang) mengatakan sangat tidak berpengaruh usia pada kegiatan pertanian. Dimana menjadi petani membutuhkan tenaga yang besar serta fisik yang kuat.

5. Pendapatan

Pendapatan usaha tani diperoleh dari total penerimaan usaha tani dikurangi biaya usaha tani. Penerimaan usaha tani dihitung dengan mengalikan produksi untuk tiap-tiap jenis usaha tani dengan harga tiap-tiap jenis pula. Penerimaan per panen responden pada penelitian ini dibedakan ke dalam lima kategori ukuran yaitu:

1. Penerimaan sangat rendah Rp.5.000.000 - Rp. 22.600.000, 2. Penerimaan rendah Rp. 22.600.000 - Rp. 40.200.000, 3. Penerimaan cukup tinggi Rp. 40.200.000 - Rp. 57.800.000 4. Penerimaan tinggi Rp. 57.800.000 - Rp. 75.400.000


(12)

Tabel 1.11 Deskripsi Penerimaan Petani Perpanen

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase %

1 Sangat Tinggi 5 11

2 Tinggi 7 16

3 Cukup Tinggi 9 21

4 Rendah 1 2

5 Sangat Rendah 22 50

Total 44 100

Sumber: Olah Data Primer, 2013

Tabel 1.11 menunjukkan bahwa tingkat penerimaan petani setiap panen yang tergolong sangat tinggi sebanyak 11% (5 orang). Sebanyak 50% (22 orang) memiliki tingkat penerimaan tergolong sangat rendah.

Pengeluaran per panen responden pada penelitian ini dibedakan ke dalam lima kategori ukuran :

1. Pengeluaran sangat rendah Rp.1.000.000 - Rp. 6.600.000, 2. Pengeluaran rendah Rp. 6.600.000 - Rp. 12.200.000,

3. Pengeluaran cukup tinggi Rp. 12.200.000Rp. 17.800.000 4. Pengeluaran tinggi Rp. 17.800.000Rp. 23.400.000

5. Pengeluaran sangat tinggi Rp. 23.400.000 - Rp. 29.000.000 Tabel 1.12 Deskripsi Biaya Pengeluaran Petani Perpanen

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase %

1 Sangat Tinggi 9 21

2 Tinggi 0 0

3 Cukup Tinggi 12 27

4 Rendah 1 2

5 Sangat Rendah 22 50

Total 44 100


(13)

Tabel 1.12 menunjukkan bahwa tingkat pengeluaran petani yang tergolong sangat tinggi sebanyak 21% (9 orang). Sebanyak 50% (22 orang) memiliki tingkat pengeluaran yang sangat rendah.

Pekerjaan responden sebagai petani sehingga pendapatan yang digunakan pendapatan perpanen usaha tani responden. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel 1.13.

Tabel 1.13 Deskripsi Pendapatan Petani Perpanen

No Kisaran Pendapatan Frekuensi Persentase % 1 Rp. 3.000.000,00Rp. 15.200.000,00 27 61 2 Rp. 15.200.000,00Rp. 27.400.000,00 1 2 3 Rp. 27.400.000,00–Rp. 39.600.000,00 4 9 4 Rp. 39.600.000,00Rp. 51. 800.000,00 10 23

5 > Rp. 51. 800.000 2 5

Total 44 100

Sumber: Olah Data Primer, 2013

Tabel 1.13 menunjukkan bahwa tingkat pendapatan petani yang tergolong sangat tinggi sebanyak 5% (2 orang). Sebanyak 61% (27 orang) memiliki tingkat pendapatan perpanen yang sangat rendah.

Tabel 1.14 Tanggapan Faktor Pendapatan dalam Mendorong Kegiatan Pertanian di Kecamatan Torue

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase %

1 Sangat Berpengaruh 31 70

2 Berpengaruh 13 30

3 Cukup Berpengaruh 0 0

4 Tidak Berpengaruh 0 0

5 Sangat Tidak Berpengaruh 0 0

Total 44 100


(14)

Tabel 1.14 menunjukkan bahwa jawaban responden terhadap faktor pendapatan sehingga mereka lebih memilih kegiatan pertanian khususnya sebagai petani sawah, cenderung mengatakan sangat berpengaruh sebanyak 70% (31 orang).

6. Jumlah Tanggungan dalam Keluarga

Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka akan semakin meningkat pula kebutuhan keluarga. Hal ini tentunya juga akan membuat biaya hidup yang dikeluarkan semakin besar. Walaupun demikian apabila dalam suatu keluarga terdapat beberapa orang yang bekerja maka penghasilan keluarga pun akan semakin meningkat. Adapun jumlah anggota keluarga responden di lihat pada Tabel 1.15:

Tabel 1.15 Deskripsi Jumlah Tanggungan Dalam Keluarga

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase %

1 Sangat Banyak 1 2

2 Banyak 5 11

3 Cukup Banyak 13 30

4 Sedikit 18 41

5 Sangat Sedikit 7 16

Total 44 100

Sumber: Olah Data Primer, 2013

Tabel 1.15 menunjukkan bahwa jumlah tanggungan dalam keluarga responden sebanyak 41% (18 orang) memiliki jumlah tanggungan tergolong sedikit. Sebanyak 2% (1 orang) yang memiliki jumlah tanggungan sangat banyak. Berdasarkan hasil penelitian rata-rata responden memiliki jumlah anggota sebanyak 3 - 4 orang. Hal ini berarti beban hidup yang ditanggung oleh responden relatif ringan.

Tabel 1.16 Tanggapan Faktor Jumlah Tanggungan Keluarga dalam Mendorong Kegiatan Pertanian di Kecamatan Torue

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase %

1 Sangat Berpengaruh 0 0

2 Berpengaruh 1 2


(15)

4 Tidak Berpengaruh 23 52 5 Sangat Tidak Berpengaruh 11 25

Total 44 100

Sumber: Olah Data Primer, 2013

Tabel 1.16 menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap faktor jumlah tanggungan keluarga dalam mendorong responden bekerja di kegiatan pertanian khusunya petani sawah, sebanyak 52% (23 orang) mengatakan tidak berpengaruh jumlah tanggungan keluarga terhadap kegiatan pertanian. Sebanyak 2% (1 orang) mengatakan berpengaruh terhadap kegiatan pertanian karena jumlah tanggungan yang banyak akan mendorong seseorang untuk bekerja di kegiatan pertanian khususnya petani sawah.

7. Jenis Kelamin

Jenis kelamin menunjukkan kemampuan fisik dalam berusaha dalam kegiatan pertanian. Selain itu, jenis kelamin juga berpengaruh terhadap kemampuan memimpin dan mengambil keputusan dalam berbagai kegiatan termasuk dalam kegiatan usaha tani.

Tabel 4.20 Tanggapan Faktor Jenis Kelamin dalam Mendorong Kegiatan Pertanian No Jawaban Responden Frekuensi Persentase %

1 Sangat Berpengaruh 0 0

2 Berpengaruh 0 0

3 Cukup Berpengaruh 0 0

4 Tidak Berpengaruh 24 55

5 Sangat Tidak Berpengaruh 20 45

Total 44 100

Sumber: Olah Data Primer, 2013

Tabel 4.20 menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap faktor jenis kelamin dalam mendorong responden untuk bekerja di bidang kegiatan pertanian khususnya petani sawah, sebanyak 55% (24 orang) mengatakan tidak ada pengaruhnya jenis kelamin terhadap kegiatan pertanian. Hal ini karena laki-laki dan perempuan sama-sama melakukan pekerjaan sebagai petani. Jenis kelamin bukan suatu penghalang bagi mereka untuk mengambil suatu pekerjaan.


(16)

8. Kondisi Kesejahteraan Masyarakat Kecamatan Torue

Kondisi masyarakat Kecamatan Torue untuk 3 bulan terakhir tidak mengalami keluhan sakit parah hanya mengalami sakit flu, panas dan batuk, ini berarti jumlah pengeluaran berkurang. Pengetahuan masyarakat mengenai kegiatan pertanian seperti mengolah sawah, melakukan pemupukan diperoleh petani dalam pendidikan non formal seperti dalam penyuluhan maupun perkumpulan kelompok tani. Oleh karena itu, walaupun petani memiliki pendidikan formal yang cukup tinggi akan tetapi tidak dibarengi dengan pendidikan non formal untuk menunjang maka pengetahuan yang mereka miliki hanya sebatas pengetahuan saja tanpa ada pengaplikasian dari pengetahuan ilmu tersebut dalam melakukan kegiatan pertanian untuk mewujudkan keluarga yang sejahtera. Kondisi rumah sebagian penduduk/masyarakat Kecamatan Torue berupa semi permanen maupun permanen. Kondisi lantai rumah penduduk berlantaikan bukan tanah dan mayoritas menggunakan seng sebagai atap rumah. Hal ini disebabkan daerah Sulawesi Tengah merupakan daerah rawan gempa bumi sehingga penggunaan atap seng tidak membahayakan anggota keluarga seandainya tertimpa atap. Tingkat pengeluaran yang rendah, membuktikan bahwa tingkat pendapatan masyarakat tergolong cukup tinggi. Pendapatan yang besar akan memberi peluang seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik kebutuhan materi meliputi kebutuhan primer (sandang, pangan dan papan) maupun kebutuhan sekunder. Selain itu juga kebutuhan immateri misalnya kebutuhan akan memperkaya wawasan dan pengetahuan seseorang melalui pendidikan formal maupun informal. Begitu pula dengan pakaian yang dikenakan oleh anggota keluarga umumnya memperoleh satu stel atau lebih pakaian baru dalam setahun. Hal ini dibuktikan dengan melihat banyaknya hari raya baik itu hari raya agama islam, agama kristen, maupun agama hindu masyarakat berbondong-bondong membeli pakaian baru untuk anggota keluarga mereka. Selain itu, masih banyak moment-moment masyarakat membeli pakaian misalnya setelah panen sawah.

Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan pertanian khususnya tani sawah sudah lama di tekuni oleh masyarakat Kecamatan Torue sebagai objek dalam penelitian ini. Faktor-faktor yang sangat mendorong masyarakat memilih kegiatan pertanian di Kecamatan Torue ialah faktor kepemilikan lahan, pengalaman bertani, pendapatan, sedangkan faktor usia, pendidikan, dan jumlah tanggungan hanya sebagian kecil yang menyatakan sangat mendorong


(17)

untuk memilih kegiatan pertanian, sehingga akan berpengaruh terhadap tingat kesejahteraan masyarakat dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya. Masyarakat Kecamatan Torue memiliki tingkat kesejahteraan yang tergolong keluarga sejahtera I sampai keluarga sejahtera III +. Oleh karena itu, tingkat kesejahteraan masyarakat Kecamatan Torue tergolong baik. Hal menunjukkan bahwa kegiatan pertanian sangat mempengaruhi masyarakat Kecamatan Torue khususnya yang mempunyai matapencaharian sebagai petani dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka sehingga mencapai tingkat kesejahteraan.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mendorong masyarakat untuk melakukan kegiatan pertanian di wilayah Kecamatan Torue adalah faktor kepemilikan lahan, pengalaman bertani, pendapatan, jumlah tanggungan, usia dan pendidikan. Kondisi kesejahteraan masyarakat Kecamatan Torue termasuk dalam keluarga sejahtera tahap I sampai tahap III+.

Saran

Bagi Pemerintah setempat lebih mengembangkan pendidikan pertanian, melakukan pemberdayaan kelembagaan pertanian dan mengupayakan petani yang mandiri. Bagi petani diharapkan dapat mengusahakan tanaman lain di lahan sawahnya selain padi untuk ekonomi tambahan selama menunggu waktu untuk panen padi dan untuk mengantisipasi terjadinya kegagalan panen padi. Bagi pendidikan diharapkan skripsi ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya seperti implementasi pengukuran pengaruh dari kegiatan pertanian terhadap kesejahteraan masyarakat petani dan evaluasi kegiatan pertanian terhadap kesejahteraan masyarakat dapat dijadikan tema dalam penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup penelitian geografi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. (1974). Undang-Undang No.6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Sekretariat Negara RI.


(18)

Hasan, Shadily. (1983). Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta : Bina Aksara.

Hernanto, F. (1989). Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya

Khaafidh, Muhammad. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Tenaga Kerja Untuk Berkerja Di Kegiatan Pertanian. Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Semarang: Universitas Diponegoro.

Nuhung, I.A . 2007. Membangun Pertanian Masa Depan. Semarang. Aneka Ilmu.

Usman, Husaini dan Setiady, Purnomo. (2008). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara.


(1)

Tabel 1.12 menunjukkan bahwa tingkat pengeluaran petani yang tergolong sangat tinggi sebanyak 21% (9 orang). Sebanyak 50% (22 orang) memiliki tingkat pengeluaran yang sangat rendah.

Pekerjaan responden sebagai petani sehingga pendapatan yang digunakan pendapatan perpanen usaha tani responden. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel 1.13.

Tabel 1.13 Deskripsi Pendapatan Petani Perpanen

No Kisaran Pendapatan Frekuensi Persentase

% 1 Rp. 3.000.000,00Rp. 15.200.000,00 27 61 2 Rp. 15.200.000,00Rp. 27.400.000,00 1 2 3 Rp. 27.400.000,00–Rp. 39.600.000,00 4 9 4 Rp. 39.600.000,00Rp. 51. 800.000,00 10 23

5 > Rp. 51. 800.000 2 5

Total 44 100

Sumber: Olah Data Primer, 2013

Tabel 1.13 menunjukkan bahwa tingkat pendapatan petani yang tergolong sangat tinggi sebanyak 5% (2 orang). Sebanyak 61% (27 orang) memiliki tingkat pendapatan perpanen yang sangat rendah.

Tabel 1.14 Tanggapan Faktor Pendapatan dalam Mendorong Kegiatan Pertanian di Kecamatan Torue

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase %

1 Sangat Berpengaruh 31 70

2 Berpengaruh 13 30

3 Cukup Berpengaruh 0 0

4 Tidak Berpengaruh 0 0

5 Sangat Tidak Berpengaruh 0 0

Total 44 100


(2)

Tabel 1.14 menunjukkan bahwa jawaban responden terhadap faktor pendapatan sehingga mereka lebih memilih kegiatan pertanian khususnya sebagai petani sawah, cenderung mengatakan sangat berpengaruh sebanyak 70% (31 orang).

6. Jumlah Tanggungan dalam Keluarga

Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka akan semakin meningkat pula kebutuhan keluarga. Hal ini tentunya juga akan membuat biaya hidup yang dikeluarkan semakin besar. Walaupun demikian apabila dalam suatu keluarga terdapat beberapa orang yang bekerja maka penghasilan keluarga pun akan semakin meningkat. Adapun jumlah anggota keluarga responden di lihat pada Tabel 1.15:

Tabel 1.15 Deskripsi Jumlah Tanggungan Dalam Keluarga

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase %

1 Sangat Banyak 1 2

2 Banyak 5 11

3 Cukup Banyak 13 30

4 Sedikit 18 41

5 Sangat Sedikit 7 16

Total 44 100

Sumber: Olah Data Primer, 2013

Tabel 1.15 menunjukkan bahwa jumlah tanggungan dalam keluarga responden sebanyak 41% (18 orang) memiliki jumlah tanggungan tergolong sedikit. Sebanyak 2% (1 orang) yang memiliki jumlah tanggungan sangat banyak. Berdasarkan hasil penelitian rata-rata responden memiliki jumlah anggota sebanyak 3 - 4 orang. Hal ini berarti beban hidup yang ditanggung oleh responden relatif ringan.

Tabel 1.16 Tanggapan Faktor Jumlah Tanggungan Keluarga dalam Mendorong Kegiatan Pertanian di Kecamatan Torue

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase %

1 Sangat Berpengaruh 0 0

2 Berpengaruh 1 2


(3)

4 Tidak Berpengaruh 23 52

5 Sangat Tidak Berpengaruh 11 25

Total 44 100

Sumber: Olah Data Primer, 2013

Tabel 1.16 menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap faktor jumlah tanggungan keluarga dalam mendorong responden bekerja di kegiatan pertanian khusunya petani sawah, sebanyak 52% (23 orang) mengatakan tidak berpengaruh jumlah tanggungan keluarga terhadap kegiatan pertanian. Sebanyak 2% (1 orang) mengatakan berpengaruh terhadap kegiatan pertanian karena jumlah tanggungan yang banyak akan mendorong seseorang untuk bekerja di kegiatan pertanian khususnya petani sawah.

7. Jenis Kelamin

Jenis kelamin menunjukkan kemampuan fisik dalam berusaha dalam kegiatan pertanian. Selain itu, jenis kelamin juga berpengaruh terhadap kemampuan memimpin dan mengambil keputusan dalam berbagai kegiatan termasuk dalam kegiatan usaha tani.

Tabel 4.20 Tanggapan Faktor Jenis Kelamin dalam Mendorong Kegiatan Pertanian

No Jawaban Responden Frekuensi Persentase %

1 Sangat Berpengaruh 0 0

2 Berpengaruh 0 0

3 Cukup Berpengaruh 0 0

4 Tidak Berpengaruh 24 55

5 Sangat Tidak Berpengaruh 20 45

Total 44 100

Sumber: Olah Data Primer, 2013

Tabel 4.20 menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap faktor jenis kelamin dalam mendorong responden untuk bekerja di bidang kegiatan pertanian khususnya petani sawah, sebanyak 55% (24 orang) mengatakan tidak ada pengaruhnya jenis kelamin terhadap kegiatan pertanian. Hal ini karena laki-laki dan perempuan sama-sama melakukan pekerjaan sebagai petani. Jenis kelamin bukan suatu penghalang bagi mereka untuk mengambil suatu pekerjaan.


(4)

8. Kondisi Kesejahteraan Masyarakat Kecamatan Torue

Kondisi masyarakat Kecamatan Torue untuk 3 bulan terakhir tidak mengalami keluhan sakit parah hanya mengalami sakit flu, panas dan batuk, ini berarti jumlah pengeluaran berkurang. Pengetahuan masyarakat mengenai kegiatan pertanian seperti mengolah sawah, melakukan pemupukan diperoleh petani dalam pendidikan non formal seperti dalam penyuluhan maupun perkumpulan kelompok tani. Oleh karena itu, walaupun petani memiliki pendidikan formal yang cukup tinggi akan tetapi tidak dibarengi dengan pendidikan non formal untuk menunjang maka pengetahuan yang mereka miliki hanya sebatas pengetahuan saja tanpa ada pengaplikasian dari pengetahuan ilmu tersebut dalam melakukan kegiatan pertanian untuk mewujudkan keluarga yang sejahtera. Kondisi rumah sebagian penduduk/masyarakat Kecamatan Torue berupa semi permanen maupun permanen. Kondisi lantai rumah penduduk berlantaikan bukan tanah dan mayoritas menggunakan seng sebagai atap rumah. Hal ini disebabkan daerah Sulawesi Tengah merupakan daerah rawan gempa bumi sehingga penggunaan atap seng tidak membahayakan anggota keluarga seandainya tertimpa atap. Tingkat pengeluaran yang rendah, membuktikan bahwa tingkat pendapatan masyarakat tergolong cukup tinggi. Pendapatan yang besar akan memberi peluang seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik kebutuhan materi meliputi kebutuhan primer (sandang, pangan dan papan) maupun kebutuhan sekunder. Selain itu juga kebutuhan immateri misalnya kebutuhan akan memperkaya wawasan dan pengetahuan seseorang melalui pendidikan formal maupun informal. Begitu pula dengan pakaian yang dikenakan oleh anggota keluarga umumnya memperoleh satu stel atau lebih pakaian baru dalam setahun. Hal ini dibuktikan dengan melihat banyaknya hari raya baik itu hari raya agama islam, agama kristen, maupun agama hindu masyarakat berbondong-bondong membeli pakaian baru untuk anggota keluarga mereka. Selain itu, masih banyak moment-moment masyarakat membeli pakaian misalnya setelah panen sawah.

Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan pertanian khususnya tani sawah sudah lama di tekuni oleh masyarakat Kecamatan Torue sebagai objek dalam penelitian ini. Faktor-faktor yang sangat mendorong masyarakat memilih kegiatan pertanian di Kecamatan Torue ialah faktor kepemilikan lahan, pengalaman bertani, pendapatan, sedangkan faktor usia, pendidikan, dan jumlah tanggungan hanya sebagian kecil yang menyatakan sangat mendorong


(5)

untuk memilih kegiatan pertanian, sehingga akan berpengaruh terhadap tingat kesejahteraan masyarakat dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya. Masyarakat Kecamatan Torue memiliki tingkat kesejahteraan yang tergolong keluarga sejahtera I sampai keluarga sejahtera III +. Oleh karena itu, tingkat kesejahteraan masyarakat Kecamatan Torue tergolong baik. Hal menunjukkan bahwa kegiatan pertanian sangat mempengaruhi masyarakat Kecamatan Torue khususnya yang mempunyai matapencaharian sebagai petani dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka sehingga mencapai tingkat kesejahteraan.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mendorong masyarakat untuk melakukan kegiatan pertanian di wilayah Kecamatan Torue adalah faktor kepemilikan lahan, pengalaman bertani, pendapatan, jumlah tanggungan, usia dan pendidikan. Kondisi kesejahteraan masyarakat Kecamatan Torue termasuk dalam keluarga sejahtera tahap I sampai tahap III+.

Saran

Bagi Pemerintah setempat lebih mengembangkan pendidikan pertanian, melakukan pemberdayaan kelembagaan pertanian dan mengupayakan petani yang mandiri. Bagi petani diharapkan dapat mengusahakan tanaman lain di lahan sawahnya selain padi untuk ekonomi tambahan selama menunggu waktu untuk panen padi dan untuk mengantisipasi terjadinya kegagalan panen padi. Bagi pendidikan diharapkan skripsi ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya seperti implementasi pengukuran pengaruh dari kegiatan pertanian terhadap kesejahteraan masyarakat petani dan evaluasi kegiatan pertanian terhadap kesejahteraan masyarakat dapat dijadikan tema dalam penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup penelitian geografi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. (1974). Undang-Undang No.6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Sekretariat Negara RI.


(6)

Hasan, Shadily. (1983). Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta : Bina Aksara. Hernanto, F. (1989). Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya

Khaafidh, Muhammad. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Tenaga Kerja Untuk Berkerja Di Kegiatan Pertanian. Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Semarang: Universitas Diponegoro.

Nuhung, I.A . 2007. Membangun Pertanian Masa Depan. Semarang. Aneka Ilmu.

Usman, Husaini dan Setiady, Purnomo. (2008). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara.


Dokumen yang terkait

Ragam Kekariban penguat akar Kehidupan bahasa ibu transmigran Bali di Kecamatan Torue Kabupaten Parigi Moutong.

0 0 6

Manfaat Mangrove sebagai Pelestarian Lingkngan Hidup di Desa Olaya Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi Moutong | Aflaha | GeoTadulako 2617 7868 1 PB

0 0 16

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Transformasi Mata Pencaharian Masyarakat di Desa Silampayang Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong | Balosi | GeoTadulako 2594 7776 1 PB

0 6 16

Interaksi Sosial Transmigran Jawa dengan Masyarakat Lokal di Desa Kayuagung Kecamatan Mepanga Kabupaten Parigi Moutong | Fitriani | GeoTadulako 2611 7844 1 PB

0 0 13

Pemetaan Perubahan Penggunaan Lahan Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2007 dan 2013 | Andresi | GeoTadulako 2610 7840 1 PB

0 0 17

Efektivitas Pemanfaatan Internet Pada Pembelajaran Geografi di SMAK GPID Sumbersari Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi Moutong | Hermanus | GeoTadulako 5826 19306 1 PB

0 0 19

Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove untuk menanggulangi abrasi di pantai Sari desa Tolai Barat kecamatan Torue kabupaten Parigi Moutong | Rediasti | GeoTadulako 5806 19220 1 PB

0 0 17

DETEKSI CACING PITA (Taenia solium L.) MELALUI UJI FESES PADA MASYARAKAT DESA PURWOSARI KECAMATAN TORUE KABUPATEN PARIGI MOUTONG SULAWESI TENGAH | Suriawanto | Biocelebes 3939 12554 1 PB

0 0 12

Faktor Pendorong dan Penarik Transmigran di Desa Kotaraya Kecamatan Mepanga Kabupaten Parigi Moutong | Ika Listiqowati | Geotadulako 6029 20106 1 PB

0 0 11

PERAN KELOMPOK TANI TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI DI DESA PURWOSARI KECAMATAN TORUE KABUPATEN PARIGI MOUTONG | Budiarta | GeoTadulako 8998 29509 1 SM

0 1 15