Faktor Pendorong dan Penarik Transmigran di Desa Kotaraya Kecamatan Mepanga Kabupaten Parigi Moutong | Ika Listiqowati | Geotadulako 6029 20106 1 PB

(1)

TRANSMIGRAN DI DESA KOTARAYA

KECAMATAN MEPANGA

KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ARIF MASHURI HIDAYAT & IKA LISTIQOWATI

Alumni dan Dosen Program Studi Pendidikan Geografi

Jurusan Pendidikan Ilmu Peengetahuan Sosial FKIP Universitas Tadulako

Alamat E-mail :arif_mashuri@yahoo.com&ikalistiqowati@ymail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang Faktor Pendorong dan Penarik serta Keadaan Sosial Ekonomi Transmigran Di Desa Kotaraya Kecamatan Mepanga Kabupaten Parigi Moutong. Metode penelitian ini adalah deskripsi kualitatif. Teknik pengambilan sampel digunakan dengan teknik random sampling. Adapun populasi dalam penelitian 670 KK dan kemudian diambil 10% dari banyaknya KK, sehingga dari hasil perhitungan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 67 KK. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang mendorong masyarakat transmigran bermigrasi ke Desa Kotaraya Kecamatan Mepanga Kabupaten Parigi Moutong ialah masyarakat transmigran ingin merubah kehidupan sosial ekonomi dan keadaan sosial ekonomi masyarakat transmigran dapat disimpulkan bahwa dari kehidupan sosial sudah baik dilihat dari hubungan interaksi antar masyarakat lokal dan pemerintah terjalin dengan baik melalui hubungan kerja sama dalam bidang sosial ekonomi. Begitu pun kehidupan ekonomi masyarakat transmigran sudah cukup baik dilihat dari segi penghasilan, pangan, bangunan rumah, kesehatan, dan pendidikan, meskipun ada sebagian kecil masyarakat transmigran mengalami kehidupan kurang baik.

Kata Kunci: Transmigran, faktor pendorong dan sosial ekonomi

I. Pendahuluan

Kehidupan manusia yang selalu berpindah-pindah dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya sudah mulai dari sejak awal


(2)

kehidupan. Perpindahan yang dilakukan oleh manusia cenderung untuk mencari tempat yang lebih baik dari yang sebelumnya, yaitu tempat yang lebih aman dan dapat meningkatkan taraf hidupnya.

Perpindahan sekelompok manusia dari suatu tempat ke tempat yang lainnya sekarang ini biasa disebut migrasi, imigrasi, transmigrasi dan sebagainya. Di Indonesia sendiri transmigrasi sudah dilakukan sejak diterapkannya politik etis atau politik balas budi pemerintah Belanda terhadap bangsa Indonesia pada awalnya mempunyai tujuan agar negara jajahannya mendapat kehidupan lebih baik.

Pulau Jawa sebagai pulau utama pengirim transmigrasi merupakan pulau yang keadaan wilayahnya subur. Namun, ketimpangan pertumbuhan penduduknya yang tidak seimbang dengan luas wilayahnya menyebabkan masalah kepadatan penduduk. Kondisi ini kemudian berdampak pada mata pencaharian dan kurangnya lapangan pekerjaan bagi penduduknya. Kenyataan tersebut kemudian mendorong pemerintah untuk memindahkan sebagian penduduk Pulau Jawa ke pulau-pulau yang jarang penduduknya di indonesia.

Etnis Jawa yang biasa disebut dengan orang jawa sebenarnya cenderung tidak tertarik untuk melaksanakan Migrasi. Orang jawa melakukan Migrasi karena disebabkan oleh faktor-faktor tertentu dan bukan atas kemauan pribadi. Astrini (1994:114) menyatakan bahwa Dalam sejarah penyebaran penduduk di Indonesia, tampaknya orang jawa menduduki posisi paling rendah dibandingkan dengan suku Bugis-Makasar, Minangkabau ataupun Tapanuli Selatan misalnya, tingkat mobilitas orang jawa belumlah seberapa .

Perpindahan penduduk yang dilakukan oleh orang Jawa berkaitan erat dengan kondisi keadaaan wilayah tempat mereka berasal. Orang Jawa lebih cenderung dipindahkan oleh pemerintah (transmigrasi) dari pada pindah dari tempat tinggalnya atas keinginan sendiri. Kemauan mereka pindah disebabkan oleh beberapa faktor seperti: Lahan yang semakin sempit, kurangnya lapangan pekerjaan, atau karena diberi kesempatan untuk memperbaiki kehidupan keluarga mereka dengan diberi bantuan-bantuan dari pemeritah.

Lokasi transmigrasi yang baru pada umumnya masih berupa kawasan hutan belantara, keadaan tersebut memaksa para transmigran untuk berusaha menyesuaikan diri dan memulai


(3)

kehidupannya dengan lingkungan yang baru. Oleh karena itu penulis tertarik mengangkat judul tentang Faktor Pendorong dan Keadaan Sosial Ekonomi Transmigran di Desa Kotaraya Kecamatan Mepanga Kabupaten Parigi Moutong .

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Faktor-faktor pendorong dan Penarik Transmigran bermigrasi ke desa Kotaraya Kec. Mepanga Kab. Parigi Moutong, (2) Bagaimana keadaan kehidupan sosial ekonomi para Transmigran di Desa Kotaraya Kec. Mepanga Kab. Parigi Moutong.

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk menjelaskan faktor-faktor pendorong para Transmigran yang melakukan transmigrasi ke Desa Kotaraya Kec. Mepanga Kab. Parigi Moutong, (2) Untuk menjelaskan keadaan kehidupan sosial ekonomi para Transmigran di Desa Kotaraya Kec. Mepanga Kab. Parigi Moutong.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, sebagai berikut: (1) Menjadi perbandingan bagi pihak terkait khususnya pemerintah daerah Kabupaten Parigi Moutong dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat (2) Menjadi bahan perbandingan bagi pemerintah kecamatan dalam usaha membangaun daerah dengan cara menggali potensi yang ada baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya.

II. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, menurut Tika (2005: 8-12) Penelitian kualitatif melalui pendekatan deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:130). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh para transmigran yang ada di Desa Kotaraya Kecamatan Mepanga Kabupaten Parigimoutong dengan jumlah transmigran 670 KK. Menurut Arikunto (2002: 112), dalam pengambilan sampel penelitian, apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Dalam penelitian ini yang dijadikan sampel adalah Kepala Keluarga (KK) yang ada di desa Kotaraya. Untuk mempermudah


(4)

peneliti dalam pengambilan sampel dan juga menghemat biaya, waktu, dan tenaga, maka dihitung dari jumlah KK (populasi) para transmigran sebanyak 670 KK. Kemudian diambil 10% dari banyaknya KK, Sehingga dari hasil perhitungan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 67 KK.

Jenis data penelitian mencakup data primer yang bersumber langsung dari masyarakat transmigran dengan teknik pengumpulan data menggunakan pedoman wawancara dan angket. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualiatif, yakni dengan cara menguraikan atau menjelaskan data yang telah dikumpulkan dan dipresentasekan.

III. Hasil dan Pembahasan 3.1. Hasil Penelitian

Berikut paparan hasil angket yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap masyarakat transmigran di Desa Kotaraya Kecamatan Mepanga Kabupaten Parigi Moutong untuk lebih jelasnya untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut ini:

Untuk mengetahui faktor pendorong dan kondisi sosial ekonomi masyarakat transmigran di Desa Kotaraya Kecamatan Mepanga Kabupaten Parigi Moutong dapat dilihat dari tingkat pendidikan keluarga, interaksi masyarakat dan tingkat pendapatan masyarakat.

Tabel 3.1 Pendidikan Formal Terakhir

No Pendidikan Frekuensi Persentase (%) 1

2 3 4 5

Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat Perguruan Tinggi

44 11 9

-3

65,67 16,42 13,43

-4,48

Jumlah 67 100

Sumber hasil pengelolaan data primer 2015

Tabel 3.1 di atas menunjukan bahwa persentase tertinggi adalah responden belum mengeyam pendidikan sebanyak 44


(5)

(65,67%) Jiwa, dan persentase terendah terdapat pada tamat PT (Perguruan Tinggi) terdiri dari 3 (4,48%) Jiwa.

Tabel 3.2 Latar Belakang Melakukan Transmigrasi

No Latar Belakang Melakukan Transmigrasi

Frekuensi Persentase (%) 1

2 3 4 5

Diminta pemerintah untuk ditransmigrasikan

Keinginan sendiri dan meminta jadi transmigrasi

Tidak mempunyai lahan tempat tinggal

Ingin merubah kehidupan sosial ekonomi

Ingin merasa aman dan hidup jauh dari Konflik

6 19

2 39

1

8,96 28,36

2,99 58,21

1,49

Jumlah 67 100

Sumber hasil pengelolaan data primer 2015

Tabel 3.2 di atas menunjukan bahwa rata-rata responden terdiri dari 39 (58,21%) ingin merubah kehidupan sosial ekonomi, diminta pemerintah untuk ditransmigrankan dikemukakan 6 (8,96%) responden, tidak mempunyai lahan tempat tinggal dikemukakan oleh 2 (2,99%) responden, 19 (28,36%) menjawab menjadi transmigran atas keinginan sendiri, dan ingin merasa aman dan hidup jauh dari konflik 1(1,49%).

Tabel 3.3 Berdasarkan Pekerjaan Mereka di Daerah Asal

No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) 1

2 3

Petani Pegawai Wirasuwasta

65 -2

97,01 -2,99

Jumlah 67 100

Sumber hasil pengelolaan data primer 2015

Tabel 3.3 di atas menunjukan bahwa rata-rata reponden terdiri dari 65 (97,01%) jiwa berkerja sebagai petani, dan responden yang berkerja sebagai wiraswasta terdiri dari 2 (2,99%) jiwa.


(6)

No Kepemilikan Frekuensi Persentase (%) 1

2 3

Miliki sendiri Keluarga Sewa

10 52 5

14,93 77,61 7,46

Jumlah 67 100

Sumber hasil pengelolaan data primer 2015

Berdasarkan tabel 3.4 diatas menunjukan bahwa rata-rata responden yang terdiri dari 52 (77,61%) KK status kepemilikan lahan pertanian milik keluarga, adapun responden yang status kepemilikan lahan pertanian mereka sewa yaitu terdiri dari 5 (7,46%) KK.

Tabel 3.5 Luas Lahan Pertanian di Daerah Asal

No Luas Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4

0,5 0,75 ha 1 1,75 ha 2 2,75 ha 3 ha <

12 16 38 1

17,91 23,88 56,71 1,49

Jumlah 67 100

Sumber hasil pengelolaan data primer 2015

Berdasarkan tabel 3.5 diatas menunjukan bahwa rata-rata responden memiliki lahan pertanian seluas 2 2,75 ha terdiri dari 38 (56,71%) Jiwa dan ada pula yang memiliki lahan pertanian di atas 3 ha terdiri dari 1 (1,49%) Jiwa.

Berdasarkan angket menunjukan bahwa semua responden menerima bantuan dari pemerintah kepada transmigran di Desa Kotaraya berupa lahan perkarangan seluas 0,25 ha beserta rumah ukuran 7 x 4 m2, luas lahan pertanian 1 ha (sawah), luas lahan

pertanian 0,75 ha dan bantuan bahan pokok (beras, gula, garam, vitsin dan lain-lain) peralatan dapur dan peralatan pertanian.

Tabel 3.6 Hubungan Interaksi Dengan Masyarakat Setempat Dan Masyarakat Lokal

No Kategori Frekuensi Persentase (%) 1

2 3

Baik

Cukup Baik Kurang Baik

62 5

-92,54 7,46

Jumlah 67 100


(7)

Tabel 3.6 di atas menunjukan bahwa rata-rata responden terdiri dari 62 (92,54%) responden menjawab, hubungan interaksi mereka dengan masyarakat setempat dan masyarakat lokal baik, dan di kemukakan oleh 5 (7,46%) responden menjawab, hubungan interaksi mereka dengan masyarakat setempat dan masyarakat lokal cukup baik.

Tabel 3.7 Hubungan Masyarakat Dengan Pemerintah

No Kategori Frakuensi Persentase

(%) 1

2 3

Baik

Cukup Baik Kurang Baik

65 2

-97,01 2,99

-Jumlah 67 100

Sumber hasil pengelolaan data primer 2015

Tabel 3.7 di atas menunjukan bahwa rata-rata responden terdiri dari 65 (97,01%) responden menjawab, hubungan mereka dengan pemerintah baik dan responden yang menjawab, hubungan mereka dengan pemerintah cukup baik terdiri dari 2 (2,99%).

Berdasarkan angket yang dibagikan kepada responden menunjukan bawah semua responden menjawab, mereka menerima bantuan lain yang di berikan pemerintah seperti beras, terigu, telur, BLSM (bantuan langsung sementara masyarakat), serta anak-anak mereka yang mengikuti jenjang pendidikan SD dan SMP.

Tabel 3.8 Pemanfaatan Lahan Perkarangan yang Disediakan

No Pemanfaatan lahan perkarangan

Frekuensi Persentase (%) 1

2 3 4

Dijadikan lahan pertanian Dijadikan lahan untuk industri

Dibangun bangunan untuk usaha

Dibiarkan saja

42 3 9 13

62,69 4,48 13,43 19,40

Jumlah 67 100

Sumber hasil pengelolaan data primer 2015

Tabel 3.8 di atas menunjukan bahwa rata-rata responden menjadikan lahan perkarangan ini sebagai lahan pertanian


(8)

dikemukakan oleh 42 (62,69%) responden dan sebagian dari responden memanfaatkan lahan pertanian untuk lahan industri tahu dan tempe, industri roti yang terdiri dari 3 (4,48%) responden, perkarangannya.

Tabel 3.9 Pertanian Yang Menunjang Penghasialan Yang Berkerja Sebagai Petani

No Jenis Tanaman Pertanian Frekuensi Persentase (%) 1

2 3 4 5

Padi Kakao Cengkeh Kelapa

Tanaman lain-nya

61 2 -4

91,04 2,99

-5,97

Jumlah 67 100

Sumber hasil pengelolaan data primer 2015

Tabel 3.9 di atas menunjukan bahwa rata-rata responden yang terdiri dari 61 (91,04%) jiwa menjawab, tanaman yang paling menunjang hasil pertanian adalah padi dan sebagian responden terdiri dari 2 (2,99%) jiwa menjawab tanaman yang menunjang hasil pertanian adalah kakao.

Tabel 3.10 Pendataan Rata-Rata Responden Dalam 1 Bulan

No Jumlah penghasilan Frekuensi Persentase (%) 1

2 3 4

Rp.1.000.000-1.500.000 Rp.1.600.000-2.500.000 Rp.2.600.000-3.500.000 Di atas Rp.

3.600.000,-6 21 26 14

8,96 31,34 38,81 20,90

Jumlah 67 100

Sumber hasil pengelolaan data primer 2015

Tabel 3.10 diatas menunujukan ada responden yang berpenghasilan cukup tinggi diatas Rp.3.600.000 terdiri dari 14 (20,90%) Jiwa dan ada. responden terdiri dari 6 (8,96%) jiwa berpenghasilan rendah berkisar Rp.1.000.000-1.500.000.


(9)

3.2. Pembahasan

Sesuai dengan rumusan masalah, maka dalam penelitian ini akan dipaparkan faktor yang mendorong transmigran bermigrasi dan keadaan sosial ekonomi para transmigran di Desa Kotaraya Kecamatan Mepanga Kabupaten Parigi Moautong.

Tabel 3.1 menunjukkan bahwa responden berjenjang pendidikan tamat SD (Sekolah Dasar) terdiri dari 11 (16,42%) jiwa, tamat SMP (Sekolah Menengah Pertama) terdiri dari 9 (13,43%) jiwa, tamat PT (Perguruan Tinggi) terdiri dari 3 (4,48%) jiwa, bahkan sebanyak 44 (65,67%) jiwa tidak mengikuti jenjang pendidikan. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden masih sangat rendah, jenjang pendidikan SD yang mereka ikuti tanpa melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi, disebabkan karena kurangnya pemahaman dari orang tua tentang pendidikan, rendahnya penghasilan mendorong mereka untuk berhenti bersekolah dan memilih untuk membantu orang tua dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Alasan responden menjadi transmigran di daerah ini memiliki latar belakang yang berbeda-beda hal ini ditunjukan pada Tabel 3.2 menunjukan bahwa responden terdiri dari 19 (28,36%) menjawab menjadi transmigran atas keinginan sendiri, diminta pemerintah untuk ditransmigrankan dikemukakan 6 (8,96%) responden, tidak mempunyai lahan tempat tinggal dikemukakan oleh 2 (2,99%) responden, ingin merubah kehidupan sosial ekonomi di kemukakan 39 (58,21%) responden, dan ingin merasa aman dan hidup jauh dari konflik 1(1,49%) responden.

Pekerjaan yang mereka tekuni hanya menggarap lahan yang sangat sempit ini dapat di buktikan pada tabel 3.4 menunjukan bahwa rata-rata responden memiliki lahan pertanian seluas 2 2,75 ha terdiri dari 38 (56,71%) jiwa, responden memiliki lahan pertanian seluas 1 1,75 ha terdiri dari 16 (23,88%) jiwa, responden memiliki lahan pertanian seluas 0,5 0,75 ha terdiri dari 12 (17,91%) jiwa, dan ada pula yang memiliki lahan pertanian di atas 3 ha terdiri dari 1 (1,49%) jiwa. Lahan pertanian yang mereka kelolah di daerah asal sebagian besar bukan miliki pribadi melainkan di sewa ataupun milik keluarga, hanya sebagian kecil yang memiliki lahan sendiri, hal ini dibuktikan dengan tabel 3.5 diatas menunjukan bahwa rata-rata responden yang terdiri dari 52 (77,61%) jiwa status kepemilikan lahan pertanian milik keluarga, responden yang terdiri dari 10 (14,93%)


(10)

jiwa status kepemilikan lahan milik sendiri, adapun responden yang status kepemilikan lahan pertanian mereka sewa yaitu terdiri dari 5 (7,46%) jiwa.hal inilah yang mendorong para transmigran barsedia untuk melakukan transmigrasi di Desa Kotaraya.

Transmigran tidak dipindah begitu saja dengan pemerintah namun, transmigan di beri bantuan. Hasil angket yang di bagikan kepada responden bahwa semua responden menerima bantuan dari pemerintah kepada transmigran di Desa Kotaraya berupa lahan perkarangan seluas 0,25 ha beserta rumah ukuran 7 x 4 m2, luas lahan

pertanian 1 ha (sawah), luas lahan pertanian 0,75 ha dan bantuan bahan pokok (beras, gula, garam, vitsin dll) peralatan dapur dan peralatan pertanian. Hal inilah yang menyebabkan para transmigran tertarik untuk melakukan transmigrasi di Desa Kotaraya.

Penghasilan yang diperoleh dirata-ratakan tiap bulan sebagai mana ditunjukan pada Tabel 3.10 menunjukan responden terdiri dari 6 (8,96%) jiwa berpenghasilan Rp.1.000.000-1.500.000, responden yang berpenghasilan Rp.1.600.000-2.500.000 dari 21 (31,34%) Jiwa, responden yang berpenghasilan Rp.2.600.000-3.500.000 terdiri dari 26 (38,81%) jiwa, meskipun ada diantara responden yang berpenghasilan cukup tinggi diatas Rp.3.600.000 terdiri dari 14 (20,90%) Jiwa.

IV. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Faktor yang mendorong responden menjadi transmigran di Desa Kotaraya ialah mereka ingin merubah kehidupan ekonomi. Semua responden yang berkerja sebagai petani di daerah asalnya, pekerjaan yang mereka tekuni hanya menggarap lahan yang sangat sempit bahkan lahan pertanian yang mereka kelolah pun sebagian besar bukan miliki pribadi melainkan di sewa ataupun milik keluarga yang hasil dari pertanian mereka bagi dengan anggota keluarga, hal ini yang menyebabkan perekonomian di daerah asal kurang baik.

2. Faktor penarik yang menyebabkan para transmigran sangat tertarik untuk melakukan transmigrasi di Desa Kotaraya ialah pemerintah memberikan bantuan yang berupa lahan pekarangan seluas 0,25 ha beserta rumah ukuran 7 x 4 m2, luas lahan pertanian


(11)

pokok (beras, gula, garam, vitsin dll) peralatan dapur dan peralatan pertanian.

3. Keadaan sosial ekonomi masyarakat transmigran yang sudah tinggal 41 tahun di daerah ini. Sejak awal mereka tinggal di daerah ini, mereka memiliki taraf kehidupan ekonomi yang sama sesuai dengan bantuan yang di berikan pemerintah. Kehidupan sosial masyarakat transmigran sudah baik dilihat dari hubungan interaksi antar masyarakat lokal dan pemerintah terjalin dengan baik melalui hubungan kerja sama dalam bidang sosial ekonomi. Begitu pun kehidupan ekonomi masyarakat transmigran sudah cukup baik dilihat dari segi penghasilan, pangan, bangunan rumah, kesehatan, dan pendidikan, meskipun ada sebagian kecil masyarakat transmigran mengalami kehidupan kurang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Astrini. (1994). Kultur Migrasi Dan Transmigrasi Swakarsa Mandiri Mereka Yang Berhasil Menembus Malangke dan Parigi dalam Majalah Perspektif No.VI: 111-18


(1)

No Kepemilikan Frekuensi Persentase (%) 1

2 3

Miliki sendiri Keluarga Sewa

10 52 5

14,93 77,61 7,46

Jumlah 67 100

Sumber hasil pengelolaan data primer 2015

Berdasarkan tabel 3.4 diatas menunjukan bahwa rata-rata responden yang terdiri dari 52 (77,61%) KK status kepemilikan lahan pertanian milik keluarga, adapun responden yang status kepemilikan lahan pertanian mereka sewa yaitu terdiri dari 5 (7,46%) KK.

Tabel 3.5 Luas Lahan Pertanian di Daerah Asal

No Luas Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4

0,5 0,75 ha 1 1,75 ha 2 2,75 ha 3 ha <

12 16 38 1

17,91 23,88 56,71 1,49

Jumlah 67 100

Sumber hasil pengelolaan data primer 2015

Berdasarkan tabel 3.5 diatas menunjukan bahwa rata-rata responden memiliki lahan pertanian seluas 2 2,75 ha terdiri dari 38 (56,71%) Jiwa dan ada pula yang memiliki lahan pertanian di atas 3 ha terdiri dari 1 (1,49%) Jiwa.

Berdasarkan angket menunjukan bahwa semua responden menerima bantuan dari pemerintah kepada transmigran di Desa Kotaraya berupa lahan perkarangan seluas 0,25 ha beserta rumah ukuran 7 x 4 m2, luas lahan pertanian 1 ha (sawah), luas lahan

pertanian 0,75 ha dan bantuan bahan pokok (beras, gula, garam, vitsin dan lain-lain) peralatan dapur dan peralatan pertanian.

Tabel 3.6 Hubungan Interaksi Dengan Masyarakat Setempat Dan Masyarakat Lokal

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Baik

Cukup Baik Kurang Baik

62 5

-92,54 7,46

Jumlah 67 100


(2)

Tabel 3.6 di atas menunjukan bahwa rata-rata responden terdiri dari 62 (92,54%) responden menjawab, hubungan interaksi mereka dengan masyarakat setempat dan masyarakat lokal baik, dan di kemukakan oleh 5 (7,46%) responden menjawab, hubungan interaksi mereka dengan masyarakat setempat dan masyarakat lokal cukup baik.

Tabel 3.7 Hubungan Masyarakat Dengan Pemerintah

No Kategori Frakuensi Persentase

(%) 1

2 3

Baik

Cukup Baik Kurang Baik

65 2

-97,01 2,99

-Jumlah 67 100

Sumber hasil pengelolaan data primer 2015

Tabel 3.7 di atas menunjukan bahwa rata-rata responden terdiri dari 65 (97,01%) responden menjawab, hubungan mereka dengan pemerintah baik dan responden yang menjawab, hubungan mereka dengan pemerintah cukup baik terdiri dari 2 (2,99%).

Berdasarkan angket yang dibagikan kepada responden menunjukan bawah semua responden menjawab, mereka menerima bantuan lain yang di berikan pemerintah seperti beras, terigu, telur, BLSM (bantuan langsung sementara masyarakat), serta anak-anak mereka yang mengikuti jenjang pendidikan SD dan SMP.

Tabel 3.8 Pemanfaatan Lahan Perkarangan yang Disediakan

No Pemanfaatan lahan

perkarangan

Frekuensi Persentase (%) 1

2 3 4

Dijadikan lahan pertanian Dijadikan lahan untuk industri

Dibangun bangunan untuk usaha

Dibiarkan saja

42 3 9 13

62,69 4,48 13,43 19,40

Jumlah 67 100

Sumber hasil pengelolaan data primer 2015

Tabel 3.8 di atas menunjukan bahwa rata-rata responden menjadikan lahan perkarangan ini sebagai lahan pertanian


(3)

dikemukakan oleh 42 (62,69%) responden dan sebagian dari responden memanfaatkan lahan pertanian untuk lahan industri tahu dan tempe, industri roti yang terdiri dari 3 (4,48%) responden, perkarangannya.

Tabel 3.9 Pertanian Yang Menunjang Penghasialan Yang Berkerja Sebagai Petani

No Jenis Tanaman Pertanian Frekuensi Persentase (%) 1

2 3 4 5

Padi Kakao Cengkeh Kelapa

Tanaman lain-nya

61 2 -4

91,04 2,99

-5,97

Jumlah 67 100

Sumber hasil pengelolaan data primer 2015

Tabel 3.9 di atas menunjukan bahwa rata-rata responden yang terdiri dari 61 (91,04%) jiwa menjawab, tanaman yang paling menunjang hasil pertanian adalah padi dan sebagian responden terdiri dari 2 (2,99%) jiwa menjawab tanaman yang menunjang hasil pertanian adalah kakao.

Tabel 3.10 Pendataan Rata-Rata Responden Dalam 1 Bulan No Jumlah penghasilan Frekuensi Persentase

(%) 1

2 3 4

Rp.1.000.000-1.500.000 Rp.1.600.000-2.500.000 Rp.2.600.000-3.500.000 Di atas Rp.

3.600.000,-6 21 26 14

8,96 31,34 38,81 20,90

Jumlah 67 100

Sumber hasil pengelolaan data primer 2015

Tabel 3.10 diatas menunujukan ada responden yang berpenghasilan cukup tinggi diatas Rp.3.600.000 terdiri dari 14 (20,90%) Jiwa dan ada. responden terdiri dari 6 (8,96%) jiwa berpenghasilan rendah berkisar Rp.1.000.000-1.500.000.


(4)

3.2. Pembahasan

Sesuai dengan rumusan masalah, maka dalam penelitian ini akan dipaparkan faktor yang mendorong transmigran bermigrasi dan keadaan sosial ekonomi para transmigran di Desa Kotaraya Kecamatan Mepanga Kabupaten Parigi Moautong.

Tabel 3.1 menunjukkan bahwa responden berjenjang pendidikan tamat SD (Sekolah Dasar) terdiri dari 11 (16,42%) jiwa, tamat SMP (Sekolah Menengah Pertama) terdiri dari 9 (13,43%) jiwa, tamat PT (Perguruan Tinggi) terdiri dari 3 (4,48%) jiwa, bahkan sebanyak 44 (65,67%) jiwa tidak mengikuti jenjang pendidikan. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden masih sangat rendah, jenjang pendidikan SD yang mereka ikuti tanpa melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi, disebabkan karena kurangnya pemahaman dari orang tua tentang pendidikan, rendahnya penghasilan mendorong mereka untuk berhenti bersekolah dan memilih untuk membantu orang tua dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Alasan responden menjadi transmigran di daerah ini memiliki latar belakang yang berbeda-beda hal ini ditunjukan pada Tabel 3.2 menunjukan bahwa responden terdiri dari 19 (28,36%) menjawab menjadi transmigran atas keinginan sendiri, diminta pemerintah untuk ditransmigrankan dikemukakan 6 (8,96%) responden, tidak mempunyai lahan tempat tinggal dikemukakan oleh 2 (2,99%) responden, ingin merubah kehidupan sosial ekonomi di kemukakan 39 (58,21%) responden, dan ingin merasa aman dan hidup jauh dari konflik 1(1,49%) responden.

Pekerjaan yang mereka tekuni hanya menggarap lahan yang sangat sempit ini dapat di buktikan pada tabel 3.4 menunjukan bahwa rata-rata responden memiliki lahan pertanian seluas 2 2,75 ha terdiri dari 38 (56,71%) jiwa, responden memiliki lahan pertanian seluas 1 1,75 ha terdiri dari 16 (23,88%) jiwa, responden memiliki lahan pertanian seluas 0,5 0,75 ha terdiri dari 12 (17,91%) jiwa, dan ada pula yang memiliki lahan pertanian di atas 3 ha terdiri dari 1 (1,49%) jiwa. Lahan pertanian yang mereka kelolah di daerah asal sebagian besar bukan miliki pribadi melainkan di sewa ataupun milik keluarga, hanya sebagian kecil yang memiliki lahan sendiri, hal ini dibuktikan dengan tabel 3.5 diatas menunjukan bahwa rata-rata responden yang terdiri dari 52 (77,61%) jiwa status kepemilikan lahan pertanian milik keluarga, responden yang terdiri dari 10 (14,93%)


(5)

jiwa status kepemilikan lahan milik sendiri, adapun responden yang status kepemilikan lahan pertanian mereka sewa yaitu terdiri dari 5 (7,46%) jiwa.hal inilah yang mendorong para transmigran barsedia untuk melakukan transmigrasi di Desa Kotaraya.

Transmigran tidak dipindah begitu saja dengan pemerintah namun, transmigan di beri bantuan. Hasil angket yang di bagikan kepada responden bahwa semua responden menerima bantuan dari pemerintah kepada transmigran di Desa Kotaraya berupa lahan perkarangan seluas 0,25 ha beserta rumah ukuran 7 x 4 m2, luas lahan

pertanian 1 ha (sawah), luas lahan pertanian 0,75 ha dan bantuan bahan pokok (beras, gula, garam, vitsin dll) peralatan dapur dan peralatan pertanian. Hal inilah yang menyebabkan para transmigran tertarik untuk melakukan transmigrasi di Desa Kotaraya.

Penghasilan yang diperoleh dirata-ratakan tiap bulan sebagai mana ditunjukan pada Tabel 3.10 menunjukan responden terdiri dari 6 (8,96%) jiwa berpenghasilan Rp.1.000.000-1.500.000, responden yang berpenghasilan Rp.1.600.000-2.500.000 dari 21 (31,34%) Jiwa, responden yang berpenghasilan Rp.2.600.000-3.500.000 terdiri dari 26 (38,81%) jiwa, meskipun ada diantara responden yang berpenghasilan cukup tinggi diatas Rp.3.600.000 terdiri dari 14 (20,90%) Jiwa.

IV. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Faktor yang mendorong responden menjadi transmigran di Desa Kotaraya ialah mereka ingin merubah kehidupan ekonomi. Semua responden yang berkerja sebagai petani di daerah asalnya, pekerjaan yang mereka tekuni hanya menggarap lahan yang sangat sempit bahkan lahan pertanian yang mereka kelolah pun sebagian besar bukan miliki pribadi melainkan di sewa ataupun milik keluarga yang hasil dari pertanian mereka bagi dengan anggota keluarga, hal ini yang menyebabkan perekonomian di daerah asal kurang baik.

2. Faktor penarik yang menyebabkan para transmigran sangat tertarik untuk melakukan transmigrasi di Desa Kotaraya ialah pemerintah memberikan bantuan yang berupa lahan pekarangan seluas 0,25 ha beserta rumah ukuran 7 x 4 m2, luas lahan pertanian


(6)

pokok (beras, gula, garam, vitsin dll) peralatan dapur dan peralatan pertanian.

3. Keadaan sosial ekonomi masyarakat transmigran yang sudah tinggal 41 tahun di daerah ini. Sejak awal mereka tinggal di daerah ini, mereka memiliki taraf kehidupan ekonomi yang sama sesuai dengan bantuan yang di berikan pemerintah. Kehidupan sosial masyarakat transmigran sudah baik dilihat dari hubungan interaksi antar masyarakat lokal dan pemerintah terjalin dengan baik melalui hubungan kerja sama dalam bidang sosial ekonomi. Begitu pun kehidupan ekonomi masyarakat transmigran sudah cukup baik dilihat dari segi penghasilan, pangan, bangunan rumah, kesehatan, dan pendidikan, meskipun ada sebagian kecil masyarakat transmigran mengalami kehidupan kurang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Astrini. (1994). Kultur Migrasi Dan Transmigrasi Swakarsa Mandiri Mereka Yang Berhasil Menembus Malangke dan Parigi dalam Majalah Perspektif No.VI: 111-18


Dokumen yang terkait

Peranan Ibu Rumah Tangga sebagai Pembuat Tempe di Desa Sausu Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong | Hidayati | GeoTadulako 2626 7897 1 PB

0 0 17

Manfaat Mangrove sebagai Pelestarian Lingkngan Hidup di Desa Olaya Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi Moutong | Aflaha | GeoTadulako 2617 7868 1 PB

0 0 16

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Transformasi Mata Pencaharian Masyarakat di Desa Silampayang Kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong | Balosi | GeoTadulako 2594 7776 1 PB

0 6 16

Interaksi Sosial Transmigran Jawa dengan Masyarakat Lokal di Desa Kayuagung Kecamatan Mepanga Kabupaten Parigi Moutong | Fitriani | GeoTadulako 2611 7844 1 PB

0 0 13

Pemetaan Perubahan Penggunaan Lahan Kecamatan Sausu Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2007 dan 2013 | Andresi | GeoTadulako 2610 7840 1 PB

0 0 17

Pengaruh Kegiatan Pertanian Terhadap Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Kecamatan Torue Kabupaten Parigi Moutong | Abram | GeoTadulako 2608 7832 1 PB

0 0 18

Efektivitas Pemanfaatan Internet Pada Pembelajaran Geografi di SMAK GPID Sumbersari Kecamatan Parigi Selatan Kabupaten Parigi Moutong | Hermanus | GeoTadulako 5826 19306 1 PB

0 0 19

KLASIFIKASI KOMUNITAS BURUNG DICAGAR ALAM GUNUNG TINOMBALA KECAMATAN MEPANGA KABUPATEN PARIGI MOUTONG | Miranda | Jurnal Warta Rimba 3612 11367 1 PB

0 0 9

this PDF file PEMIMPINAN KEPALA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS) MEPANGA KECAMATAN MEPANGA KABUPATEN PARIGI MOUTONG | IIN MASRIAH | PUBLICATION 1 SM

0 0 8

INTERAKSI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT TRANSMIGRASI ETNIS JAWA DAN BALI DI DESA KOTARAYA KECAMATAN MEPANGA KABUPATEN PARIGI MOUTONG

0 0 11