PENGENDALIAN APLIKASI Pengendalian masuk docx

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Informasi Geografi

2.1.1 Pengertian Sistem

Dengan banyaknya ahli di bidang sistem informasi, maka pemikiran masing-masing ahli mengenai sistem itu sendiri tentunya berbeda-beda, diantaranya:

Menurut Jogiyanto HM (2003, p34), sistem dapat didefinisikan dengan pendekatan prosedur dan dengan pendekatan komponen. Dengan pendekatan prosedur, sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari prosedur-prosedur yang mempunyai tujuan tertentu. Contoh sistem yang didefinisikan dengan pendekatan prosedur ini adalah sistem akuntansi. Sistem ini didefinisikan sebagai kumpulan dari prosedur-prosedur penerimaan kas, pengeluaran kas, penjualan, pembelian, dan buku besar.

Dengan pendekatan komponen, sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu. Contoh sistem yang didefinisikan dengan pendekatan ini misalnya adalah sistem komputer yang didefinisikan sebagai kumpulan dari perangkat keras dan perangkat lunak.

Suatu sistem sebenarnya terdiri dari dua bagian, yaitu struktur dan proses. Struktur adalah komponen dari sistem tersebut dan proses adalah prosedurnya.

Kedua pendekatan tersebut hanya mengambil satu aspek dari sistem saja untuk menjelaskannya dari sudut pandang aspek tersebut.

Menurut Long (1989, p33), sistem adalah sekumpulan dari beberapa komponen (fungsi, manusia, aktivitas, kejadian) yang menjembatani dan melengkapi satu sama lain untuk mencapai satu atau lebih tujuan yang lebih terdefinisi sebelumnya.

Menurut Cole (Baridwan 1991, p3), sistem adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari perusahaan.

Menurut Davis (1984, p47), sistem dapat berupa fisik atau abstrak. Sebuah sistem abstrak adalah suatu susunan yang teratur dari gagasan atau konsepsi yang saling bergantung.

Gambar 2.1 Sistem Menurut Davis (1992, p5)

Menurut McLeod (1995, p13), sistem adalah sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Murdick (1995, p5), sistem adalah suatu kumpulan elemen- elemen yang dijadikan satu untuk tujuan umum. Kesimpulannya, sistem adalah kumpulan elemen yang terdiri dari bagian- bagian yang saling berkaitan, yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2.1.1.1 Elemen - Elemen Sistem

Menurut McLeod (1995, p13), elemen-elemen sistem terdiri dari :

1. Tujuan Merupakan tujuan dari sistem yang berfungsi untuk mengurangi tugas-tugas yang harus dilakukan oleh manusia secara manual dalam melakukan pengolahan data.

2. Batasan Merupakan batasan-batasan yang ada dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh sistem. Batasan ini dapat berupa peraturan- peraturan, biaya-biaya, personal maupun peralatan.

3. Kontrol Merupakan pengawasan dari pelaksanaan pencapaian tujuan sistem, yang dapat berupa kontrol input data, kontrol output data dan kontrol pengoperasian.

4. Input Merupakan bagian dari sistem yang bertugas untuk menerima input data, di mana input data ini dapat berupa: sumber dari input data, frekuensi input data, dan jenis input data.

5. Proses Merupakan bagian yang memproses input data menjadi informasi yang sesuai dengan keinginan, yang berupa: klasifikasi, peringkasan, dan pencaharian.

6. Output Merupakan output atau tujuan akhir dari sistem. Output ini sendiri dapat berupa: laporan, gambar, dan lain sebagainya.

7. Umpan Balik Merupakan sari sistem yang bertugas untuk melihat kembali apakah sistem telah berjalan sesuai dengan rencana. Hal ini dapat berupa perbaikan terhadap sistem, pemeliharaan sistem, dan lain-lain.

Menurut Jogiyanto HM, karakteristik sistem adalah :

1. Sistem mempunyai komponen-komponen Komponen ini bias juga bagian dari sistem (subsistem) di mana tiap subsistem memiliki sifat-sifat dari sistem agar dapat dijalankan. Komponen ini saling berinteraksi dan juga mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.

2. Batasan (boundary) Yang dimaksud dengan batasan pada sistem adalah daerah yang membatasi sistem dengan sistem atau dengan lingkungan luarnya, atau bias juga disebut dengan ruang lingkup dari sistem.

3. Lingkungan luar sistem (environment) Merupakan lingkungan di luar batas sistem yang mempengaruhi sistem operasi. Lingkungan luar sistem dapat menjadi energi positif dari sistem, dengan demikian harus tetap dijaga namun di lain pihak lingkungan luar juga dapat merugikan sistem, bila hal ini terjadi maka harus dikendalikan agar tidak berkelanjutan dan dapat mengganggu kelanjutan hidup sistem.

4. Penghubung (interface) Penghubung antara satu subsistem dengan subsistem lainnya. Keluaran dari saru subsistem akan menjadi masukan bagi subsistem lainnya melalui penghubung. Dengan melalui penghubung suatu subsistem akan berinteraksi dengan subsistem lainnya dalam rangka membentuk satu kesatuan.

5. Sasaran (objective) Tidak akan disebut sistem apabila tidak mempunyai sasaran. Maka dari itu sasaran suatu sistem menentukan jenis masukan yang diperlukan dan jenis kekuatan yang akan dihasilkan. Keberhasilan suatu sistem dinilai dari terpenuhinya sasaran yang diinginkan.

Gambar 2.2 Karakteristik Sistem

2.1.2 Pengertian Informasi

Menurut Lucas (1993, p4), informasi adalah sesuatu yang nyata dan setengah nyata yang dapat mengurangi derajat ketidakpastian tentang suatu keadaan atau kejadian.

Menurut O’Brian (1997, p24), informasi adalah data yang telah dikonversi menjadi lebih berarti dan berarti bagi user khusus. Kesimpulannya, informasi adalah hasil dari pengolahan data yang dilakukan sehingga data yang sebelumnya tidak berguna menjadi berguna dalam rangka pengambilan keputusan.

2.1.2.1 Karakteristik Informasi

Agar suatu informasi memiliki kualitas yang baik, maka informasi itu harus memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Akurat Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak menyesatkan atau bias. Akurat juga berarti informasi harus mencerminkan maksudnya.

2. Tepat Waktu Informasi tidak boleh terlambat. Informasi yang sudah lama dan tidak up to date tidak akan berguna lagi, karena informasi ini sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan.

3. Relevan Informasi harus memberikan manfaat bagi penggunanya. Setiap user memiliki kebutuhan akan informasi yang berbeda-beda.

4. Lengkap Informasi yang disampaikan harus lengkap dan terperinci, namun tetap sesuai dengan kebutuhan.

2.1.2.2 Jenis-Jenis Informasi

Ada berbagai jenis informasi, antara lain :

1. Angka Operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, dan lain-lain dilakukan oleh komputer.

2. Teks Komputer digunakan untuk membuat, mengedit, mengirim, dan menerima teks (komputer sebagai word processor).

3. Gambar Komputer digunakan untuk melakukan pemrosesan terhadap gambar.

4. Daftar / Tabel Contohnya pada lembar kerja.

5. Suara Contohnya pada alat musik.

6. Peta Contohnya pada Sistem Informasi Geografi.

2.1.3 Pengertian Sistem Informasi

Pengertian tentang sistem informasi telah banyak diberikan oleh beberapa ahli, antara lain: Menurut Lucas (1993, p4), menjelaskan bahwa sistem informasi adalah sekumpulan prosedur organisasi yang dilaksanakan akan memberikan informasi bagi pengambil keputusan atau untuk mengendalikan informasi.

Menurut Wilkinson (1993, p4), sistem informasi adalah suatu kerangka kerja di mana sumber daya (manusia dan komputer) dikoordinasikan untuk mengubah masukan (data) menjadi keluaran (informasi) guna mencapai sasaran perusahaan.

Menurut Davis (Moekijat, 1993, p13), sistem informasi menerima masukan data dan instruksi, pengolahan data tersebut dengan instruksi dan mengeluarkan hasil. Model sistem dasar masukan, pengolahan dan keluaran cocok untuk sistem pemgolahan sederhana.

Menurut Steven Alter (1996), sistem informasi adalah sistem yang menggunakan teknologi informasi untuk menangkap, mencari, memanipulasi, atau menampilkan informasi yang dipergunakan dalam satu atau lebih proses.

2.1.3.1 Tujuan Sistem Informasi

Tujuan sistem informasi adalah menghasilkan informasi. Untuk menjadi sistem informasi, maka hasil dari sistem itu harus berupa informasi yang berguna, yaitu harus memenuhi ketiga kriteria relevan, tepat waktu, dan akurat. Satu saja kriteria ini tidak dipenuhi, maka hasil dari sistem tersebut adalah sampah.

2.1.3.2 Komponen-Komponen Sistem Informasi

Sistem informasi mempunyai enam buah komponen yaitu komponen

input /masukan, komponen model, komponen output /keluaran, komponen teknologi, komponen basis data, dan komponen control / pengendalian.

Informasi INPUT

BASIS DATA

KONTROL

Gambar 2.3 Komponen dari Sistem Informasi

1. Komponen Input Input merupakan data yang masuk ke dalam sistem informasi. Input yang masuk ke dalam sistem informasi dapat langsung diolah menjadi informasi atau jika belum dibutuhkan sekarang dapat disimpan terlebih dahulu di storage dalam bentuk basis data (database).

2. Komponen Output Produk dari sistem informasi adalah output berupa informasi yang berguna bagi pemakainya. Sistem informasi yang tidak pernah 2. Komponen Output Produk dari sistem informasi adalah output berupa informasi yang berguna bagi pemakainya. Sistem informasi yang tidak pernah

3. Komponen Basis Data Basis data adalah kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan dalam perangkat keras komputer dan digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya.

4. Komponen Model Informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi berasal dari data yang diambil dari basis data yang diolah lewat suatu model-model tertentu. Model-model yang digunakan di sistem informasi dapat berupa model logika yang menunjukkan suatu proses perbandingan logika atau model matematik yang menunjukkan proses perhitungan matematika.

5. Komponen Teknologi Teknologi merupakan komponen yang penting di sistem informasi. Tanpa adanya teknologi yang mendukung, maka sistem informasi tidak akan dapat menghasilkan informasi yang tepat waktunya. Komponen teknologi mempercepat sistem informasi dalam pengolahan datanya. Komponen teknologi dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu teknologi sistem komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) dan teknologi sistem telekomunikasi.

6. Komponen Kontrol Komponen kontrol ini digunakan untuk menjamin bahwa informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi merupakan informasi yang akurat.

PENGENDALIAN APLIKASI

PENGENDALIAN SECARA UMUM

Pengendalian organisasi.

Pengendalian dokumentasi.

Pengendalian perangkat keras.

Pengendalian keamanan fisik.

Pengendalian keamanan data. Pengendalian komunikasi.

Gambar 2.4 Komponen Pengendalian

2.1.4 Pengertian Geografi

Menurut Widiyatmoko (1995, p3), geografi adalah ilmu yang mempelajari atau mengkaji bumi dan segala sesuatu yang ada di atasnya, seperti penduduk, fauna, flora, iklim, udara, dan segala interaksinya. Yang dimaksud dengan letak astronomis adalah letak suatu tempat dihubungkan dengan posisi garis lintang dan garis bujur, yang akan membentuk suatu titik koordinat.

Garis lintang adalah garis-garis paralel pada bola bumi yang sejajar dengan ekuator. Jadi Lintang Utara (LU) berarti semua posisi atau tempat yang terletak di sebelah utara ekuator. Lintang Selatan (LS) berarti semua posisi atau tempat yang terletak di sebelah selatan ekuator. Yang dimaksud dengan garis bujur (meridian) adalah semua garis yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan, tegak lurus pada garis lintang. Semua meridian adalah setengah lingkaran besar.

Banyak sekali meridian dapat ditarik, namun agar tidak terlalu rapat, dibuat tiap-tiap 10°. Meridian pertama (prime meridian) adalah Meridian Greenwich sebagaimana disepakati bersama oleh bangsa-bangsa pada kongres Meridian Internasional. Kota Jakarta bila dilihat secara geografis terletak pada 106º22’42” Bujur Timur sampai 106°58’18” Bujur Timur dan 5º19’12” Lintang Selatan sampai 6°23’54” Lintang Selatan.

2.1.5 Pengertian Sistem Informasi Geografi

Pengertian SIG menurut Maguire (1991) dapat beragam tergantung pada siapa yang mendefinisikannya, latar belakangnya dan sudut pandangnya selain itu Pickles (1995) beranggapan bahwa definisi SIG berubah seiring dengan perkembangan aplikasi komputer dan teknologi di masa depan.

Namun ada beberapa definisi singkat yang menjelaskan dasar dari SIG, sebagai panduan Rhind(1989) mengusulkan bahwa SIG adalah sistem komputer yang mampu menampung dan menggunakan data untuk menjelaskan suatu tempat di permukaan bumi. Definisi yang lebih lengkap disampaikan oleh Borrough

(1986) sebagai suatu perangkat untuk mengumpulkan, menyimpan, memanggil sesuai dengan kebutuhan, men-transform, dan menampilkan data spasial dari dunia nyata untuk berbagai kebutuhan dan tujuan tertentu. Namun dari semua pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa SIG adalah sebuah sistem untuk menangkap, menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisa dan menampilkan data yang secara spasial mengacu pada permukaan bumi.

Pada dasarnya pengertian SIG terdiri dari komponen utama yaitu sistem

komputer (sistem operasi dan perangkat keras), perangkat lunak, data spasial, manajemen data dan prosedur analisa serta orang yang

mengoperasikan SIG tersebut, adapun komponen SIG tersebut harus bisa menyediakan:

1. Akses yang cepat dan mudah ke data yang berjumlah besar.

2. Kemampuan untuk:

a. Memilih detail dari suatu daerah.

b. Menyambungkan atau menggabungkan suatu set data dengan lainnya.

c. Analisis karakteristik dari suatu data spasial.

d. Mencari suatu karakteristik atau kelebihan dari suatu daerah.

e. Update data secara cepat dan murah.

f. Pemodelan data dan memprediksi alternatif.

3. Kemampuan dalam hal keluaran (output) antara lain peta, grafik, alamat, daftar dan rangkuman statistic yang disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan tertentu.

2.1.6 Komponen-Komponen Sistem Informasi Geografi

Komponen – komponen Sistem Informasi Geografi, antara lain sebagai berikut:

1. Sistem Komputer dan Perangkat Lunak SIG dapat dijalankan pada seluruh jangkauan sistem komputer mulai dari komputer pribadi (PC) sampai multi-user supercomputer dan diprogram dengan berbagai bahasa pemograman. Namun berkaitan dengan itu semua, menurut Burrrough (1986) ada beberapa elemen penting untuk mengefektifkan SIG antara lain :

a. Prosesor yang memiliki kemampuan menjalankan perangkat lunak.

b. Memori yang mencukupi sebagai tempat penyimpanan data dalam jumlah yang besar.

c. Layar monitor berwarna dengan kualitas yang baik dan beresolusi tinggi.

d. Perangkat masukan dan keluaran data seperti mouse, keyboard, scanner, printer, plotter dan sebagainya.

Sedangkan untuk perangkat lunak, beberapa elemen penting yang harus di perhatikan antara lain kemampuan untuk meneriman masukan dari pengguna, penyimpanan, pengaturan, perubahan, analisa dan keluaran data.

2. Data Spasial Semua perangkat lunak SIG telah didesain untuk menangani data spasial (biasa disebut juga dengan data geografis). Menurut Burrough(1986) data spasial dikarakteristikan dengan informasi tentang posisi, koneksi dan diikuti dengan keunggulan dan detail dari data non-spasial.

Sebagai contoh data spasial mengenai suatu stasiun cuaca antara lain :

a. Garis lintang dan bujur sebagai referensi geografis.

b. Detil tentang koneksi jalan, angkutan dan jalur yang memungkinkan akses ke stasiun cuaca.

c. Data non-spasial (atau atribut) seperti informasi curah hujan, temperatur, kecepatan dan arah angin, dan sebagainya.

Dengan karakteristik yang sama, data spasial mengenai suatu tempat bermain ski dapat berupa :

a. Beberapa referensi spasial untuk menjelaskan posisi pemain ski.

b. Detil mengenai jalur ski lain yang memotong atau berhubungan dengan tempat ski.

c. Data atribut seperti jumlah pemain ski yang sering menggunakan jalur tertentu besera tingkat kesulitannya.

Referensi spasial dari data spasial sangatlah penting dan harus dipertimbangkan pada awal suatu projek SIG. Data spasial yang direpresentasikan sebagai layer atau objek harus disederhanakan dulu sebelum dapat disimpan dalam komputer. Cara paling umum yang dilakukan yaitu dengan merubah seluruh fitur geografis menjadi 3 bentuk entiti dasar yaitu titik, garis dan area. Titik dapat digunakan untuk meunjukkan lokasi dari suatu fitur, garis dapat digunakan untuk mewakili fitur seperti jalan, sungai, jalur kereta dan sebaginya. Sedangkan area dapat digunakan untuk zona geografis yang dapat diobservasi dalam dunia nyata. (gambar 2.5).

Gambar 2.5 Real World (Happy Valley) Dari gambar 2.5 Real World (Happy Valley) dapat dijelaskan antara lain:

a. Titik dapat digunakan untuk menunjukkan lokasi dari suatu fitur. Titik digunakan untuk mewakili fitur yang terlalu kecil untuk diwakilkan sebagai suatu area. Fitur yang diwakilkan oleh titik tidak selalu a. Titik dapat digunakan untuk menunjukkan lokasi dari suatu fitur. Titik digunakan untuk mewakili fitur yang terlalu kecil untuk diwakilkan sebagai suatu area. Fitur yang diwakilkan oleh titik tidak selalu

b. Garis dapat digunakan untuk mewakili fitur seperti jalan, sungai, jalur kereta dan sebaginya. Garis digunakan untuk wakili fitur yang berbentuk linear di alam ataupun fitur linear yang sebenarnya tidak ada di dunia nyata seperti batas administrative suatu wilayah atau negara.

c. Area dapat digunakan untuk zona geografis yang dapat diobservasi dalam dunia nyata. Area direpresentasikan sebagai suatu set garis yang tertutup dan sering digambarkan sebagai suatu polygon baik yang eksis di dunia nyata atau hanya imaginer.

Ada dua jenis polygon yang bisa diidentifikasi yaitu polygon pulau (island polygon) terjadi pada berbagai situasi tidak hanya dalam kasus pulau misalnya daerah industri bisa terlihat sebagai pulau bila dikaitkan dengan perbatasannya dengan daerah pemukiman penduduk. Bentuk polygon lainnya adalah polygon perpotongan (adjacent polygon), dalam hal ini perbatasan dibagi menjadi area yang berdekatan.

Area yang berbentuk tiga dimensi disebut permukaan. Permukaan dapat digunakan untuk merepresentasikan variabel topografi atau non- topogafi seperti tingkat polusi atau kepadatan penduduk. Bahkan Martin(1996), Laurini dan Thompson(1992) mempertimbangkan permukaan sebagai entiti keempat yang terpisah.

3. Manajemen Data dan Prosedur Analisis Fungsi yang harus dimiliki dilakukan oleh SIG antara lain menerima data, penyimpanan, manajemen transformasi, analisa dan keluaran data. Memasukkan data (input) adalah proses konversi data dari bentuk aslinya menjadi bentuk yang dapat digunakan oleh SIG (Aronoff,1989). Ini merupakan proses encoding data agar dapat dibaca komputer dan menulis data ke dalam database SIG. Proses ini harus termasuk prosedur verifikasi untuk menguji apakah data sudah benar dan prosedur transformasi yang memungkinkan data dari sumber yang berbeda dapat digunakan. SIG harus dapat menangani dua tipe data yaitu data grafis dan data atribut non-spasial dimana data grafis menjelaskan karakteristik spasial dari model dunia nyata sedangkan data atribut non-spasial menjelaskan fitur yang direpresentasikan.

Fungsi manajemen data diperlukan dalam setiap SIG dimana ini menyediakan penyimpanan, pengorganisasian, pengambilan data melalui system manajemen database (DBMS). Database dalam hal ini dapat mengorganisasikan berbagai tipe data yang dapat digunakan untuk menangani kedua data baik elemen grafis atau non-grafis dari data spasial.

Merupakan kemampuan SIG untuk mentransformasi data spasial, sebagai contoh dari suatu tipe Entiti (titik, garis atau area) ke bentuk lainnya dan kemampuannya menampilkan analisa spasial, inilah yang membedakan SIG dari sistem informasi lainnya. Transformasi mungkin melibatkan mengubah proyeksi dari lapisan peta atau koreksi kesalahan semantic akibat proses digitalisasi.

Menurut Aronoff (1989) prosedur analisa SIG terdiri dari 3 tipe :

a. Bagi sistem digunakan penyimpanan dan pengambilan data, maka sebagai contoh kemampuan presentasi diperbolehkan.

b. Query pengambilan data yang dibatasi yang memungkin pengguna melihat pola data mereka.

c. Pemodelan prosedur, fungsi untuk prediksi data apa yang mungkin berada di tempat dan waktu yang berbeda.

2.1.7 Pemetaan

2.1.7.1 Pengertian peta

Secara umum, peta adalah sarana guna memperoleh gambaran data ilmiah yang terdapat di atas permukaan bumi dengan cara menggambarkan berbagai tanda-tanda dan keterangan-keterangan sehingga mudah dibaca dan dimengerti.

Menurut Burrough (1986, p13), peta adalah kumpulan dari titik, garis, dan area yang didefinisikan sesuai dengan lokasinya serta referensinya melalui sistem koordinat dan atribut-atributnya.

Menurut Takasaki (Suyono 1992, p235), peta adalah hasil pengukuran dan penyelidikan yang dilaksanakan baik langsung maupun tidak langsung mengenai hal-hal yang bersangkutan dengan permukaan bumi dan didasarkan pada landasan ilmiah.

Menurut Takasaki (Suyono 1992, p235), peta topografi adalah gambaran mengenai permukaan bumi yang dinyatakan dengan simbol- simbol, tanda-tanda serta keterangan dalam skala tertentu.

Menurut definisi BAKOSURTANAL peta adalah suatu penyajian di atas bidang datar dari unsur-unsur (feature) pada muka bumi maupun bawah muka bumi dengan skala tertentu dan berdasarkan proyeksi peta tertentu.

BAKOSURTANAL memberikan definisi peta rupa bumi sebagai peta yang menyajikan informasi spasial dari unsur-unsur pada muka bumi dan di bawah muka bumi yang meliputi:

1. Hidrografi (tinggi rendahnya landscape dalam bentuk kontur).

2. Vegetasi (budidaya dan nonbudidaya).

3. Batas-batas administrasi.

4. Unsur buatan manusia (jalan, bendungan, bangunan).

2.1.7.2 Jenis-Jenis Peta

Peta dapat dikelompokkan menjadi berbagai macam jenis, antara lain:

1. Peta Dasar Bila dilihat dari segi pengadaannya peta dasar adalah peta yang dibuat langsung dari survei lapangan (R.Janicot, World Cartography, vo ix UN Publication 1969).

Menurut dari fungsinya peta dasar adalah peta yang menyajikan informasi dasar di atas peta di mana data tambahan yang sifatnya khusus dikompilasikan atau dicetak, sehingga menghasilkan peta baru. Peta baru ini disebut juga peta tematik.

2. Peta Tematik Peta tematik adalah peta yang mempunyai tujuan khusus, pada peta ini hanya mempunyai isi mengenai suatu pokok bahasan atau pokok pikiran saja (Burrough, 1986, p1). Contoh peta tematik adalah peta geologi, peta hutan di mana peta tersebut hanya menampilkan informasi secara khusus tentang geologi atau hutan.

3. Peta Umum Peta umum adalah penggambaran tentang kenampakan di permukaan bumi atau di ruang angkasa secara terpilih, baik yang nyata maupun abstrak pada bidang datar dan dengan suatu skala tertentu.

4. Peta Topografi Peta topografi adalah penggambaran permukaan bumi dengan skala yang mungkin tergambar.

2.1.8 Format Penyajian Data Peta

Penyajian data peta geografi dalam suatu Sistem Informasi Geografi (SIG), bentuk:

1. Titik (point) Dalam peta maupun SIG, titik dapat digunakan sebagai petunjuk lokasi atau posisi kenampakan geografi.

2. Garis (line) Merupakan gabungan dari titik-titik, garis umumnya digunakan untuk menunjukkan batas wilayah.

3. Bidang (area) Merupakan bidang tertutup oleh garis, biasanya disajikan dalam bentuk polygon digunakan untuk menggambarkan wilayah.

Gambar 2.6a Titik

Gambar 2.6b. Garis

Gambar 2.6c. Bidang

Gambar 2.6 Penyajian Data SIG

2.1.8.1 Penyajian Data Geografi

Penyajian data geografi memiliki dua format yaitu:

1. Format Raster Objek yang ditampilkan berbentuk sel-sel dalam bentuk matrik kolom dan baris yang berukuran sama atau sering disebut juga pixel (picture element), setiap objek memiliki alamat dan nilai yang 1. Format Raster Objek yang ditampilkan berbentuk sel-sel dalam bentuk matrik kolom dan baris yang berukuran sama atau sering disebut juga pixel (picture element), setiap objek memiliki alamat dan nilai yang

2. Format Vektor Objek yang ditampilkan berbentuk sel yang sama dengan format raster, tetapi pada entitas garis dan area ada perbedaannya di mana pada garis sel-sel yang disimpan dalam format vektor hanya titik-titik yang penting saja seperti pada simpul-simpul saja dan setiap ujung dari obyek garis tersebut, untuk area terbentuk dari pertemuan titik-titik berupa garis yang membentuk suatu daerah yang tertutup, sedangkan pada titik sama dengan sel raster.

Format ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk itu perlu diperhatikan kebutuhan yang dihasilkan. Apabila suatu informasi menginginkan adanya integrasi antardata dan memiliki banyak data dan memiliki banyak anotasi dalam penggunaannya maka sebaiknya digunakan vektor, tetapi kelemahannya dibutuhkan struktur data yang komplek dan teknologi yang cukup mahal. Raster memiliki masalah dengan garis yang memiliki ketelitian informasi yang diinginkan.

2.1.9 Analisis Data pada Sistem Informasi Geografi

Ada berbagai macam jangkauan fungsi untuk analisis data yang tersedia dalam kebanyakan paket Sistem Informasi Geografi, termasuk di dalamnya adalah teknik pengukuran (measurement technique), query atribut (attribute query), Ada berbagai macam jangkauan fungsi untuk analisis data yang tersedia dalam kebanyakan paket Sistem Informasi Geografi, termasuk di dalamnya adalah teknik pengukuran (measurement technique), query atribut (attribute query),

Langkah awal penting untuk memahami analisis data spasial dalam Sistem Informasi Geografi adalah memiliki pengetahuan mengenai terminologi yang digunakan. Mencari istilah standar menjadi suatu hal yang sulit sejak berbagai paket perangkat lunak Sistem Informasi Geografi seringkali menggunakan kata yang berbeda – beda untuk menjelaskan suatu fungsi yang sama, dan individu dengan latar belakang suatu bidang tertentu cenderung lebih senang menggunakan istilah – istilah tersendiri. Adapun terminologi yang kami gunakan adalah sebagai berikut:

Istilah Definisi

Entiti Titik, garis, area individual dalam suatu database SIG. Data tentang entiti. Dalam SIG vektor data disimpan dalam

database , sedangkan dalam SIG raster nilai suatu sel dalam grid raster merupakan kode numerik yang digunakan untuk mewakili

Atribut ada tidaknya suatu atribut. Lebih jauh, atribut pada suatu entiti

dapat disimpan dalam database yang disambungkan dengan gambar raster.

Suatu object dalam dunia nyata yang akan diterjemahkan dalam Fitur

database Sistem Informasi Geografi. Suatu set data untuk suatu kepentingan dalam suatu SIG. layer

Layer data data dalam SIG biasanya mengandung data dari satu tipe entiti saja.

Layer data dalam SIG raster. Yang harus diingat adalah setiap sel Gambar

dalam gambar raster akan membawa suatu nilai tunggal yang berfungsi sebagai kunci atribut yang ada didalamnya.

Sel Suatu titik (pixel) tunggal dalam gambar raster.

Fungsi atau operasi Prosedur analisis data yang dilakukan oleh SIG. Implementasi komputer sebagai suatu urutan aksi yang dirancang

Algoritma

untuk memecahkan suatu masalah.

Tabel 2.1 Terminologi SIG

2.1.9.1 Pengukuran dalam SIG – Panjang, Keliling dan Area

Menghitung panjang, keliling dan area adalah aplikasi yang umum ada dalam SIG. Dalam hal ini, mungkin suatu pengukuran diperoleh tergantung pada tipe SIG yang digunakan (raster atau vector) dan juga metode pengukuran yang dipergunakan. Perlu diingat bahwa semua hasil pengukuran dalam SIG hanya bersifat pendekatan, ini dikarenakan data vector teridiri dari potongan-potongan garis lurus dan semua data raster merupakan pendekatan menggunakan representasi grid cell.

Sebagai contoh dalam SIG raster, untuk menjawab berapa jarak antara A dan B dimana A dan B merupakan pertemuan dua garis lurus. Akan ada lebih dari satu jawaban. Jawaban bervariasi tergantung pada metode pengukuran yang digunakan. Normalnya jarak terpendek atau jarak Euclidean dihitung dengan menggambar garis lurus antara titik akhir suatu garis dan kemudian dibuat suatu segitiga sama sisi sehingga

2 2 geometri phitaghoras dapat digunakan. AB 2 = AC + CB .

Sebagai alternatif, jarak Manhattan dapar digunakan. Jarak ini merupakan jarak di sepanjang sisi sel raster dari suatu titik ke titik lainnya. Metode ke tiga untuk menghitung jarak dalam raster SIG adalah Sebagai alternatif, jarak Manhattan dapar digunakan. Jarak ini merupakan jarak di sepanjang sisi sel raster dari suatu titik ke titik lainnya. Metode ke tiga untuk menghitung jarak dalam raster SIG adalah

2 (a) 2 A

(c) A 3 B 3 B = 5.7 units = 5.7 units

1 B 1 = A 1 C 1 + C 1 B 1 (b) A 2 B B 2 = 8 units

(d) Perimeter = 26 units

2 Area = 28 units

Gambar 2.7 Pengukuran Raster GIS: (a) Jarak Phytagorean; (b) Jarak Manhattan;

(c) Jarak Terdekat; (d) Perimeter dan area

Untuk mendapatkan pengukuran keliling dalam raster SIG, jumlah dari sisi sel yang membangun batasan dari suatu fitur dikalikan dengan resolusi yan gtelah ditetapkan sebelumnya pada raster grid. Perhitungan area dan keliling dalam data raster dapat dipengaruhi oleh asal dan juga orientasi dari raster grid dan untuk menghindari pengaruh tersebut orientasi grid utara-selatan dan menggunakan data asal yang konsisten.

Dalam SIG vektor, jarak dihitung menggunakan teorema phitaghoras untuk mendapatkan jarak Euclidean (gambar 2.8). Geometri juga digunakan untuk menkalkulasi keliling dan area. Keliling diperoleh dari penjumlahan panjang garis lurus dan area diperoleh dengan menjumlahkan area berbentuk geomerti sederhana yang dilakukan dengan membagi-bagi suatu fitur tertentu (gambar 2.8). Dalam SIG vektor, data panjang, keliling dan area dapat disimpan sebagai atribut dalam suatu database sehingga data-data ini hanya perlu dihitung sekali saja dan kemudian secara permanent tersimpan.

2 (a) Jarak AB = 2 AC + BC

2 2 = 4 + 4 = 5.7 units

(b) Area DEF =

= 10 units 2

Gambar 2.8 Pengukuran Vektor GIS: (a) Jarak; (b) Area

2.1.9.2 Queries

Melakukan query dalam database SIG untuk menampilkan data adalah bagian dasar dan penting dari kebanyakan proyek SIG. Query menawarkan metode untuk mendapatkan data, dapat dilakukan pada data yang menjadi bagian database SIG ataupun pada data prosedur baru hasil dari analisis data. Query berguna pada setiap tahapan analisa SIG untuk memeriksa kualitas dari pengukuran SIG raster.

Secara umum, ada dua tipe query yang dapat dilakukan SIG yaitu spasial dan aspasial. Query aspasial merupakan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan atribut dari suatu fitur. Berapa banyak hotel mewah yang ada disana? Merupakan suatu query aspasial karena baik pertanyaan ataupun jawabannya tidak melibatkan analisis dari komponen spasial data. Query ini dapat dilakukan oleh perangkat lunak database sendiri. Dimana hotel mewah di daerah itu? Karena informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan “dimana”, maka query tersebut merupakan query spasial. Lokasi dari hotel akan dilaporkan dan dapat direpresentasikan dalam bentuk peta.

Metode menspesifikasikan query pada SIG dapat menjadi suatu hal yang sangat interaktif. Pengguna dapat memberi pertanyaan pada peta lewat layar komputer atau menjelajah database lewat serangkaian pertanyaan dan pembangun query (query builders). Query dapat menjadi kompleks dengan kombinasi pertanyaan mengenai area, keliling ataupun Metode menspesifikasikan query pada SIG dapat menjadi suatu hal yang sangat interaktif. Pengguna dapat memberi pertanyaan pada peta lewat layar komputer atau menjelajah database lewat serangkaian pertanyaan dan pembangun query (query builders). Query dapat menjadi kompleks dengan kombinasi pertanyaan mengenai area, keliling ataupun

Query tunggal dapat dikombinasikan untuk mengidentifikasi Entiti dalam database yang bisa memenuhi kebutuhan dua atau lebih criteria spasial atapun aspasial, contoh “dimana hotel mewah yang mempunyai lebih dari 20 kamar?” operator Boolean seperti and, or, not, xor juga bisa digunakan.

2.1.9.3 Reklasifikasi

Merupakan variasi dalam ide query pada SIG, dapat digunakan pada query untuk SIG raster. Sebagai contoh: “dimanakan semua area hutan?” Jawabannya dapat diperoleh dengan menggunakan query atau dengan mengklasifikasikan gambar. Reklasifikasi akan ditampilkan di gambar yang baru dengan seluruh area hutan diberikan kode 1 dan semua area yang bukan hutan diberikan kode dengan nilai 0.

2.1.9.4 Buffering dan Neighbourhood Functions

Ada berbagai fungsi dalam SIG yang memungkinkan entiti spasial mempengaruhi sekitarnya, ataupun sebaliknya dimana lingkungan sekitar mempengaruhi karakteristik entiti. Contoh yang paling umum adalah buffering yaitu pembuatan suatu daerah kepentingan (zone of interest ) di sekitar suatu Entiti. Fungsi neighbourhood lainnya termasuk Ada berbagai fungsi dalam SIG yang memungkinkan entiti spasial mempengaruhi sekitarnya, ataupun sebaliknya dimana lingkungan sekitar mempengaruhi karakteristik entiti. Contoh yang paling umum adalah buffering yaitu pembuatan suatu daerah kepentingan (zone of interest ) di sekitar suatu Entiti. Fungsi neighbourhood lainnya termasuk

Pertanyaan “hotel mana yang berada dalam jangkauan 200 meter dari jalan utama?” Pilihan pertama yaitu menggunakan daerah buffer yang mengidentifikasi seluruh daerah sampai 200 meter dari jalan utama lalu mencari tahu hotel apa saja yang berada dalam daerah buffer tersebut tentunya dengan bantuan query. Alternatif lain yaitu mengukur jarak dari setiap hotel ke jalan utama, lalu mengidentifikasi mana yang jaraknya kurang dari 200 meter. Dari kasus ini terlihat dalam analisis data SIG bisa digunakan lebih dari satu metode, namun yang terpenting adalah pemilihan mana yang paling efisien dan tepat.

Jika sebuah titik dijadikan buffer (buffering) maka akan terbentuk area lingkaran, buffering pada garis atau area akan menghasilkan suatu area yang baru (gambar 2.9). Buffering merupakan suatu konsep yang sederhana namun dengan operasi perhitungan yang rumit dan juga beragam. Sebagai contoh: Andersson (1987) menggunakan buffering pada data tempat perhentian bis dan data populasi untuk mengidentifikasi tempat perhentian bis yang terbaik. Daerah buffer dikalkulasi dari setiap perhentian bis yang potensial, menggunakan nilai yang mencerminkan berapa jarak orang siap berjalan ke tempat perhentian bis. Populasi kepadatan dalam daerah ini juga dihitung dan pada akhirnya satu kelompok perhentian bis ditentukan yang meningkatkan tingkat tangkapan dan jangkauan bis terhadap penduduk.

Gambar 2.9 Buffer Zones Around: (a) Titik; (b) Garis; (c) Area

Metode daerah buffer sering dipergunakan dalam SIG vektor. Sedangkan untuk SIG raster digunakan metode lainnya yaitu dengan memperhitungkan pendekatan dan akan menghasilkan suatu layer data raster baru dimana atribut dari setiap sel merupakan suatu pengukuran jarak. Operasi lainnya dalam SIG raster dimana nilai dari sel tunggal dirubah sebagai dasar pendekatan disebut fungsi tetangga (neighbourhood function). Penyaringan (filtering) merupakan contoh yang digunakan untuk memproses perbandingan terpisah (remotely sensed imagery ). Filterisasi akan mengubah nilai suatu sel didasarkan pada atribut di sel sekitarnya. Ukuran dan bentuk dari penyaringan ditentukan oleh operator. Umumnya bentuk filter berupa kotak dan lingkaran dan bentuk tiga dimensi penyaringan menentukan banyaknya sel sekitar yang digunakan dalam proses penyaringan.

Filter akan disebarkan ke seluruh bagian data raster dan digunakan untuk kalkulasi ulang nilai dari sel target yang ada di pusatnya. Nilai baru yang diberikan pada sel target diperhitungkan dengan menggunakan berbagai algoritma, misalnya nilai terbesar sel dan nilai yang paling sering muncul (Gambar 2.10).

Example: Forest Data In Happy Valley GIS - Applying 3x3 square filter to

recalculate value for cell c4:

minimum filter c4 = 1 maximum filter c4 = 3 mean filter c4 = 1.89 modal filter c4 = 2 (most frequently occuring class) diversity filter c4 = 3 (number of different classes)

Gambar 2.10 Operasi Filter Raster GIS

2.1.9.5 Mengintegrasikan Data – Map Overlay

Kemampuan mengintegrasikan data dari dua sumber menggunakan overlay peta (map overlay) mungkin merupakan fungsi kunci dari analisi SIG. SIG memungkinkan dua buah layer peta tematik berbeda dari area yang sama saling di overlay satu di atas lainnya untuk membentuk suatu layer baru. Map overlay pada awalnya merupakan hasil kerja McHarg (1969) dengan banyaknya aplikasi termasuk kemampuan membandingkan secara visual antar layer data. Untuk lebih jelasnya, berikut ini kami berikan contoh integrasi data dengan map overlay. Untuk menjawab pertanyaan “hotel mana saja yang berada dalam jangkauan 200 meter dari jalan utama?” Langkah pertama adalah melakukan operasi buffering untuk mengetahui daerah dalam jangkauan 200 meter dari jalan utama, lalu fungsi overlay digunakan untuk mengkombinasikan daerah buffer dengan layer data hotel sehingga dapat diidentifikasikan hotel-hotel mana saja yang berada dalam daerah buffer.

Dengan semakin berkembangnya aplikasi dan analisis SIG, maka ada perbedaan memperlakukan map overlay antara dunia raster atau vector. Dalam sistem yang berbasis vector, map overlay lebih banyak memakan waktu, lebih kompleks, dan sedikit mahal. Sebaliknya dalam sistem berbasis raster bisa dilakukan secara cepat, langsung dan lebih efisien.

1. Overlay Vektor (Vector Overlay) Peta vektor sangat berpedoman pada dua disiplin ilmu yaitu geometri dan topologi. Layer data yang nantinya akan di-overlay haruslah benar dan tepat secara topologi sehingga semua garis haruslah bertemu pada satu titik dan batasan dari suatu poligon harus tertutup. Untuk membuat topologi untuk layer data yang baru sebagai hasil proses overlay, perpotongan garis dan poligon dari layer data input haruslah melalui serangkaian perhitungan geometri yang tidak mudah. Gambar 2.11 menampilkan tiga tipe utama dari overlay vektor: titik dalam polygon (point-in-poligon), garis dalam polygon (line-in-poligon) dan poligon dalam poligon (polygon-in- polygon ).

Gambar 2.11 Overlay Vektor: (a) Titik dalam Poligon; (b) Garis dalam Poligon;

(c) Poligon pada Poligon

Overlay titik dalam poligon digunakan untuk mencari tahu poligon dimana suatu titik berada. Contohnya kantor polisi hutan dalam Taman Nasional Ujung Kulon diwakilkan dalam bentuk titik dan Taman Nasional diwakilkan sebagai poligon. Mengguunakan overlay titik dalam poligon dalam layer data vector, memungkinkan untuk mengetahui di daerah poligon manakah setiap kantor polisi hutan berada.

Overlay garis dalam poligon lebih sulit dibanding overlay titik dalam poligon. Sebagai contoh kita ingin tahu dimana jalan akan menembus daerah hutan untuk merencanakan pembangunan jalur wisata hutan. Untuk melakukan ini, kita harus meng-overlaykan data tentang jalan pad layer yang memuat poligon hutan. Peta hasil keluaran akan mengandung jalan bercabang menjadi bagian yang lebih kecil yang mewakili jalan di dalam area hutan dan jalan diluar area hutan.

Overlay polygon dalam polygon dapat digunakan untuk memeriksa suatu area. Misalnya memeriksa area hutan di pegunungan Jayawijaya. Dua layer data input diperlukan yaitu layer data daerah hutan yang berisi banyak polygon daerah hutan dan layer batasan daerah pegunungan. Tiga jenis keluaran yang mungkin diperoleh antara lain:

a. Layer data keluaran dapat mengandung semua poligon dari

kedua input peta. Ini terjadi bila menggunakan operator Boolean kedua input peta. Ini terjadi bila menggunakan operator Boolean

b. Layer data keluaran berisi semua area pegunungan dan area hutan di dalamnya. Batasan dari daerah pegunungan digunakan sebagai ujung-ujung dari peta keluaran dan daerah hutan akan akan dipotong bila melewati batas tersebut. Dalam matematika disebut operasi idEntiti. Contoh: “dimanakan batasan pegunungan dan dimanakan daerah hutan di dalamnya”.

c. Hasil keluaran layer data dapat berupa area yang memenuhi kedua persyaratan, pada contoh di atas yaitu daerah hutan dalam kawasan pegunungan. Sebuah peta keluaran akan dihasilkan menunjukkan seluruh polygon hutan tanpa kecuali yang kesemuannya berada dalam batasan kawasan pegunungan dan mememotong poligon hutan yang berada di luar batasan pegunungan. Secara matematis disebut intersect. Contohnya “dimana daerah hutan dalam kawasan pegunungan Jayawijaya?”

2. Raster overlay Dalam struktur data raster, semua data diwakilkan oleh sel. Titik diwakilkan oleh sel tunggal, garis oleh beberapa sel beurutan, dan area oleh sekelompok sel. Overlay peta raster memperkenalkan ide akan adanya peta algebra atau mapematics (Berry,1993). Dengan 2. Raster overlay Dalam struktur data raster, semua data diwakilkan oleh sel. Titik diwakilkan oleh sel tunggal, garis oleh beberapa sel beurutan, dan area oleh sekelompok sel. Overlay peta raster memperkenalkan ide akan adanya peta algebra atau mapematics (Berry,1993). Dengan

Sebagai contoh, empat layer data pada Happy Valley resort telah dikonversi menjadi raster antara lain: lokasi stasiun meteorologikal, jaringan jalan, layer penggunaan daerah, dan batasan resort . Stasiun meteorologikal direpresentasikan dalam layer data raster dimana nilai 1 diberikan pada sel yang memiliki stasiun. Jalan diberi kode 2 dalam layer data jalan di sel telah dihubungkan untuk membentuk rangkaian. Setiap sel dalam layer penggunaan lahan mempunyai nilai yang mewakili fungsinya masing-masing, pemukiman diberi nilai 1, air 2, pertanian 4 dan hutan 5. Area resort telah diberi nilai 10 dan disemua data layer nilai 0 diberikan pada darah yang tidak memiliki obyek penelitian.

Untuk mencari stasiun meteorologikal mana saja yang ada dalam Happy Valley sama dengan operasi vektor titik dalam poligon, untuk melakukan proses berikut suatu cara akan menggunakan kedua data layer dan peta keluaran akan mengandung sel dengan nilai berikut : Untuk mencari stasiun meteorologikal mana saja yang ada dalam Happy Valley sama dengan operasi vektor titik dalam poligon, untuk melakukan proses berikut suatu cara akan menggunakan kedua data layer dan peta keluaran akan mengandung sel dengan nilai berikut :

b. 1 untuk sel memiliki stasiun namun berada di luar batasan resort.

c. 10 untuk sel dalam batasan resort namun tidak memiliki stasiun.

d. 11 untuk sel dalam batasan resort dan memiliki stasiun meteorological. Untuk operasi yang ekuivalen dengan metode garis dalam poligon dalam layer vektor, bagian jalan yang melewati hutan bisa didapatkan dengan menggunakan layer jalan dan reklasifikasi layer penggunaan lahan yang di dalamnya terdapat are hutan. Dua buah peta akan ditambahkan dan peta keluaran akan mengandung sel dengan nilai:

a. 0 untuk sel yang tidak memiliki jalan ataupun hutan.

b. 2 untuk sel dengan jalan namun diluar daerah hutan.

c. 5 untuk sel dengan hutan namun tanpa jalan.

d. 7 untuk sel dimana terdapat jalan dan hutan. Analisis poligon ke polygon dapat dilihat pada gambar 2.12.

Sekali lagi, kode dari layer inputan adalah kunci untuk mengerti hasil keluaran dari overlay raster. Sebagai contoh, menambahkan layer daerah hutan dan batasan resort akan menghasilkan layer dengan kode berikut: Sekali lagi, kode dari layer inputan adalah kunci untuk mengerti hasil keluaran dari overlay raster. Sebagai contoh, menambahkan layer daerah hutan dan batasan resort akan menghasilkan layer dengan kode berikut:

b. 5 untuk sel yang berada di luar batasan resort dan memiliki hutan.

c. 10 untuk sel yang berada dalam batasan resort dan tidak memiliki hutan.

d. 15 untuk sel yang berada dalam batasan resort dan memiliki hutan.

Gambar 2.12 Overlay Raster: (a) Titik dalam Poligon (dengan jumlah); (b) Garis dalam

Poligon (dengan jumlah); (c) Poligon pada Poligon (dengan jumlah); (d) Poligon pada Poligon (Alternatif Boolean)

Peta hasil keluaran akan ekuivalen dengan metode polygon dalam polygon dalam GIS vector. Reklasifikasi akan menghasilkan variasi dari peta keluaran tersebut dan beberapa operasi overlay bisa dilakukan.

Ada dua masalah yang secara khusus mempengaruhi overlay raster yang perlu dipertimbangkan oleh pengguna yaitu resolusi dan skala pengukuran. Resolusi ditentukan oleh besarnya ukuran sel yang digunakan. Misalnya data satelit SPOT mengumpulkan data dalam resolusi 10 meter. Masalah kedua yaitu skala pengukuran. Operasi overlay sembarang dapat dilakukan pada layer peta. Sebagai contoh, memang dimungkinkan untuk menambahkan, mengurangkan atau mengalikan dua peta satu menampilkan kode penggunaan lahan menggunakan skala nominal dan lainnya menampilkan kode curah hujan tahunan menggunakan skala rasio. Hasilnya bagaimanapun akan tidak masuk akal karena tidak ada hubungan secara logis antara angka-angka tersebut.

2.1.9.6 Interpolasi Spasial

Interpolasi spasial merupakan prosedur pengukuran nilai dari tempat yang belum disample dalam suatu daerah observasi (Waters, 1989). Dalam situasi ideal, suatu set data spasial akan menyediakan nilai terpercaya dari setiap lokasi spasial. Satelit atau photography akan menyediakan data. Namun semakin sering data di stratifikasi (terdiri dari Interpolasi spasial merupakan prosedur pengukuran nilai dari tempat yang belum disample dalam suatu daerah observasi (Waters, 1989). Dalam situasi ideal, suatu set data spasial akan menyediakan nilai terpercaya dari setiap lokasi spasial. Satelit atau photography akan menyediakan data. Namun semakin sering data di stratifikasi (terdiri dari

Aplikasi umum untuk interpolasi adalah untuk membangun suatu kontur ketinggian. Kontur dalam peta topografi digambar dari beberapa nilai dari observasi ketinggian dengan survey dan fotografi udara. Ketinggian antara permukaan tanah antara titik-titik tersebut ditentukan menggunakan metode interpolasi dan direpresentasikan dalam peta menggunakan kontur.

Teknik interpolasi yang dibahas dalam beberapa buku dan tulisan (Burrough, 1986; Davis, 1986; Lam, 1983; Waters, 1989) secara singkat menjelaskan tiga metode yang paling sering digunakan yaitu Thiessen polygon, TIN, dan pergerakan rata-rata spasial.

Thiessen poligon adalah metode interpolasi yang secara tepat mengasumsikan bahwa nilai dari lokasi yang belum disample adalah sama dengan nilai dari titik sample terdekat. Thiessen polygon dibuat dengan membagi garis yang bergabung dengan titik sekitar terdekat, menggambar daerah tegak lurus melalui garis ini dan lalu menggunakan daerah tersebut untuk mendapatkan ujung-ujung polygon (Laurini dan Thompson, 1992). Penggunaan paling umum dari Thiessen polygon adalah untuk menentukan batas teritori suatu daerah dari suatu set titik. Meskipun Thiessen poligon dapat digambar disekitar observasi Thiessen poligon adalah metode interpolasi yang secara tepat mengasumsikan bahwa nilai dari lokasi yang belum disample adalah sama dengan nilai dari titik sample terdekat. Thiessen polygon dibuat dengan membagi garis yang bergabung dengan titik sekitar terdekat, menggambar daerah tegak lurus melalui garis ini dan lalu menggunakan daerah tersebut untuk mendapatkan ujung-ujung polygon (Laurini dan Thompson, 1992). Penggunaan paling umum dari Thiessen polygon adalah untuk menentukan batas teritori suatu daerah dari suatu set titik. Meskipun Thiessen poligon dapat digambar disekitar observasi

Triangulated Irregular Network (TIN) adalah cara elegan membangun permukaan dari suatu set data point yang tidak beraturan. Metode ini biasa digunakan untuk menghasilkan model daerah digital. Model TIN merupakan metode interpolasi tepat didasarkan pada data point local. Dalam metode ini data point yang berdekatan dihubungkan dengan garis untuk membentuk suatu jaringan segitiga tidak beraturan. Karena nilai dari tiap data point dapat diketahui dan jarak antara titik- titik ini dapat dihitung, maka persamaan linear dan trigonometri dapat digunakan untuk menghasilkan nilai interpolasi untuk titik lainnya yang masih ada dalam batasan TIN.

Pergerakan rata-rata spasial merupakan metode interpolasi yang paling umum yang digunakan dalam SIG. Metode ini melibatkan perhitungan nilai untuk lokasi didasarkan pada range nilai yang berada titik-titik sekitar yang masih termasuk dalam range yang ditentukan pengguna. Pergerakan rata – rata spasial sangat cocok untuk contoh – contoh dimana nilai dari data point yang telah diketahui tidaklah tepat dan bisa menjadi subyek pengukuran kesalahan, namun itu semua tidak lain akan menggambarkan variasi dari pola global.

2.1.9.7 Analisis Permukaan

Slope , aspect dan visibility merupakan aplikasi yang paling sering digunakan dalam model permukaan yang digunakan dalam SIG.

1. Menghitung Slope (Lereng) dan Aspect (Pemandangan) Lereng (slope) merupakan kecuraman atau gradian dari suatu daerah, biasanya diukur dalam satuan derajat sudut atau sebagai persentasi. Pemandangan (aspect) adalah arah dimana suatu daerah menghadap, biasanya diekspresikan dengan satuan derajat dari utara. Slope dan aspect dihitung dengan menggunakan dua cara berdasarkan pada tipe DTM yang sedang digunakan. Dalam raster DTM slope dan aspect dihitung menggunakan jendela ukuran 3 x 3 yang kemudian melewati database untuk menentukan titik tengah jendela, dengan kata lain, bisa digunakan persamaan

z = a + bx + cy

dimana z merupakan tinggi pada poin (pusat dari jendela), (x,y) merupakan koordinat titik dari pusat jendela dan a,b,c merupakan nilai konstanta.

Slope dan aspect dari pusat suatu sel dapat dihitung menggunakan formula

2 2 S=b -1 +c A = tan (c/b)

2.1.9.8 Analisis Visibility

Salah satu pengunaan umum dari DTM adalah analisis jarak penglihatan (visibility), identifikasi area dari suatu daerah yang dapat dilihat dari suatu titik tertentu dari suatu permukaan daerah. DeMers (1997) menjelaskan bagaimana analisis ini bekerja. Lokasi dari pengamat dihubungkan dengan setiap lokasi target yang memungkinkan dari suatu daerah. Garis atau ray diikuti dari masing-masing target kembali ke pengamat, mencari daerah yang lebih tinggi. Titik yang lebih tinggi akan mengaburkan apa saja yang ada dibelakang mereka. Lalu dengan ray tracing yang berulang-ulang peta penglihatan dapat dibuat (Gambar 2.13).

Gambar 2.13 Ray tracing for visibility analysis

2.1.9.9 Analisis Jaringan