SIMULASI DAN OPTIMASI HARGA AIR BERSIH P

SIMULASI DAN OPTIMASI HARGA AIR BERSIH PADA PROYEK
WADUK TITAB KABUPATEN BULELENG PROPINSI BALI
I Gusti Ngurah Antariza1

Rispiningtati2

Ussy Andawayanti2

1

Program Studi Magister Teknik Pengairan, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang
Dosen Pengajar Program Studi Magister Teknik Pengairan, Fakultas Teknik Universitas
Brawijaya Malang

2

ABSTRAK
Air adalah sumber kehidupan bagi mahluk hidup yang keberadaannya mutlak
diperlukan, dengan bertambah tuanya planet bumi ini telah terjadi pemanasan global yang
mengakibatkan berkurangnya jumlah volume air hujan. Pertemuan internasional oleh
UNED badan dari PBB pada tahun 1996 mengulas tentang hubungan pengaturan air

melalui mekanisme ekonomi.
Propinsi Bali dengan luas wilayah sekitar 5.632,86 Km2 dan luas daerah aliran
sungai di lokasi Bendungan Titab adalah sebesar 69,54 km2 dengan panjang sungai 25 km.
Proyek Bendungan Titab berfungsi untuk penyediaan air irigasi di Saba seluas 1396.40 ha
dan Puluran seluas 398.42 ha, serta suplai air baku untuk air minum, pembangkit listrik
3,15 MW.
Tujuan dari studi ini adalah memberikan sumbangan pemikiran untuk penetapan
dan analisa simulasi harga air bersih yang sesuai dengan ketentuan dan kebutuhan
masyarakat pengguna setelah berdirinya proyek Waduk Titab tersebut.
Lokasi waduk Titab terletak pada Sub Satuan Wilayah Sungai (Sub SWS) Bali
Penida, dan secara administratif termasuk di empat wilayah desa, yaitu Desa Telaga, Desa
Ularan, Desa Busungbiu Kecamatan Busungbiu dan Desa Ringdikit Kecamatan Seririt,
Kabupaten Buleleng. Luas daerah aliran sungai di lokasi bendungan adalah sebesar 69,54
km2 dengan panjang sungai 25 km.
Hasil perhitungan uji kesesuaian metode proyeksi penduduk diambil dengan
menggunakan metode eksponensial sebesar 0,921115 karena memiliki angka mendekati +1
dibandingkan metode yang lainnya. Penduduk Kabupaten Buleleng pada tahun 2025
berjumlah sebanyak 2,343,380 jiwa yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan
kebutuhan air bersih. Kebutuhan air rata–rata yang digunakan adalah kebutuhan air rata
rata tahun 2025 dimana sebagai acuan untuk perhitungan BCR yaitu 65,095,932 lt/hari x

5500 (Harga air eksisting maksimum) = Rp 130,680,082,750 (Manfaat air bersih). Dalam
perhitungan Benefit Cost Ratio dengan tingkat suku bunga 12% B/C Waduk Titab >1
maka dapat dikatakan bahwa proyek ini layak secara ekonomi, atau lebih tepatnya proyek
ini melebihi nilai impas. Dari hasil analisa perbandingan dapat diketahui bahwa harga air
mimimum eksisting sebesar Rp 800/m³ dan harga air maksimum sebesar 5500/m³,
sedangkan dari hasil simulasi didapat harga air minimum sebesar Rp.982/ m³ dan harga air
maksimum sebesar 5695/m³ sehingga didapat bahwa untuk mendapakan nilai B/C > 1
maka pihak pengelola air dapat menerapkan harga air yang sudah di analisa.
Ketersediaan air pada musim kemarau sangat terbatas, sehingga perlu dilakukan
pendekatan kepada petani agar mau melaksanakan pola tata tanam yang sudah di
jadwalkan dan hendaknya pihak-pihak terkait selalu meninjau dan turut serta dalam
pemeliharaan Waduk Titab agar waduk dapat beroperasi secara optimal sesuai usia
gunanya serta terjaga keefektifitasannya.
Kata kunci : simulasi, optimasi, harga air bersih, waduk titab.

ABSTRACT
Water is a life source absolutely needed for any creatures. Earth is aging because
global warming has reduced rainfall volume. International assembly organized by UNED
of United Nations in 1996 reviews about water management through economic mechanism.
Bali Province has 5,632.86 km2 land width. Titab Reservoir river basin is 69.64

km2 width with 25 km length. Titab Reservoir Project is designed to provide irrigating
water to Saba with 1396.40 ha width and Puluran with 398.42 ha width, to supply
standard water for tap water, and to generate 3.15 mv electric.
The objective of research is to contribute to the determination and analysis of
simulation of clean water price based on the determination and demand of the user
community after the launching of Titab Reservoir Project.
Titab Reservoir is located at River Basin Subunit in Bali Penida. Administratively,
it has boundary with four villages, Telaga Village, Ularan Village, Busungbiu Village at
Busungbiu Subdistrict, and Ringdikit Village at Seririt Subdistrict in Buleleng Regency.
River basin width of the reservoir is 69.64 km2 width with length of 25 km.
Result of compatibility test with using residential projection and exponential
methods is 0.921115 because the number approaches +1 compared to other mehod. The
residents of Buleleng Regency in 2025 are estimated to count for 2,343,380 heads. This
number is useful for the base of measuring the demand of tap water. The average water
demand is the average water demand in 2025 to calculate BCR, which is 65,095,932 lt/day
x 5500 (maximum existing water price) = Rp. 130,680,082,750 (clean water benefit). In the
calculation of Benefit Cost Ratio at 12 % interest rate, B/C of Titab Reservoir is > 1,
which is meant that this project is reliable economically, or the project has exceeded
return on investment. Result of comparative analysis shows that the existing tap water is
Rp 800/m3 and maximum water price is 5500/m3. Result of simulation indicates that

minimum water is Rp 982/m3 and maximum water price is Rp 5695/m3 such that to obtain
B/C > 1, the water manager employs the analyzed water price.
Water availability in dry season is very limited such that the farmer must be
convinced to keep the scheduled planting pattern. The authority should review the
maintenance of Titab Reservoir to ensure its optimum operation, cycle life, and
effectiveness.
Keywords: simulation, optimization, clean water price, Titab Reservoir
1.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Air adalah sumber kehidupan bagi
mahluk hidup yang keberadaannya
mutlak diperlukan, dengan bertambah
tuanya planet bumi ini telah terjadi
pemanasan global yang mengakibatkan
berkurangnya jumlah volume air hujan.
Pertemuan
internasional

oleh
UNED badan dari PBB pada tahun 1996

mengulas tentang hubungan pengaturan
air
melalui mekanisme ekonomi.
Pertemuan ini meng hasilkan prinsip
bahwa air merupakan komoditi ekonomi
dan perlu program serta aturan yang jelas
dalam alokasi dan pembayaran sesuai
nilainya. Adapun alokasi dan pembayaran
yang sesuai akan berimplikasi antara lain
seperti perbaikan efisiensi penggunaan
air yang menunjang pelestarian sumber
air yang ada.

Penelitian yang dilaksanakan oleh
Lund (1998), Hatmoko (1999), Labadie
(1999), Leon (2000) kebanyakan hanya
mencakup studi optimasi khusus alokasi

air tanpa mempertimbangkan harga air.
sehingga jelas terdapat
kesenjangan
antara kebutuhan saat ini dengan yang
sudah ada. Penelitian yang dibutuhkan
saat ini antara lain penelitian yang
menghasilkan :
• Aturan pendistribusian atau alokasi
air yang pasti pada satu sistem
sungai dengan mempertimbangkan
air sebagai komoditas ekonomi.
• Kepastian alokasi air dan harga air
dari hasil optimasi gabungan
ketersediaan air dan harga air
secara simultan .
• Studi optimasi yang mudah
digunakan
oleh
yang
berkepentingan.

Luas daerah aliran sungai di lokasi
bendungan adalah sebesar 69,54 km2
dengan panjang sungai 25 km. Proyek
Bendungan Titab berfungsi untuk:
1. Penyediaan air irigasi di Saba seluas
1396.40 Ha dan Puluran seluas
398.42 ha.
2. Suplai air baku untuk air minum,
pembangkit listrik 3,15 mw.
Sesuai dengan kebutuhan air untuk
tujuan seperti tersebut diatas maka
bendungan direncanakan dengan tinggi
59,8 m dari dasar sungai, dengan
tampungan effektif sebesar 10,37 juta m3
yaitu antara Muka Air Tinggi (HWL) El.
156,00 m dan Muka Air Rendah (LWL)
El. 131,20 m.
Secara
geografis,
kondisi

pemenuhan kebutuhan air Bali Utara dan
Bali
Timur
kurang
baik
jika
dibandingkan dengan Bali Barat dan
Tengah. Hal ini mengakibatkan areal
sawah di Bali Utara belum mampu
dikelola dengan baik dan masih
mengandalkan air hujan dan pengairan
tradisional. Potensi lahan pertanian dan
perkebunan yang cukup luas dan
sebagian besar masyarakat bekerja di

sektor ini mendorong adanya pemikiran
pengoptimalan sumber air yang ada.
Propinsi Bali dengan luas wilayah
sekitar 5.632,86 Km2 merupakan daerah
berkembang pesat dengan pariwisata

sebagai sektor andalan. Sektor Pariwisata
secara tidak langsung mendorong arus
pembaharuan dan kemajuan sehingga
Bali menjadi penunjang devisa terbesar
bagi Indonesia. Perkembangan yang pesat
ini berdampak pada meningkatnya
kebutuhan air bersih, baik untuk
keperluan domestik maupun untuk air
industri.
Saat ini kebutuhan air bersih
Kabupaten Buleleng untuk keperluan
domestik dan industri adalah sebesar 15
m3.det-1 (PDAM Kota Buleleng) dan
diperkirakan akan terus meningkat
sejalan dengan perkembangan Kabupaten
Buleleng di masa yang akan datang.
Untuk mengantisipasi maka dilakukan
upaya
alternatif,
yaitu

dengan
memanfaatkan alur sungai Tukad Saba
sebagai tampungan memanjang (long
storage) sebagai penampung air baku.
Tampungan memanjang ini dibuat
dengan membangun Waduk Titab di
bagian hilir sungai Tukad Saba.
Pembangunan proyek Waduk Titab
ini membutuhkan investasi yang cukup
besar, maka sebelum dilaksanakan harus
diperhatikan beberapa faktor yang dapat
membatalkan pelaksanaannya. Salah satu
faktor diantaranya adalah kelayakan
ekonomi proyek. Hal ini disebabkan
karena pada setiap investasi akan ditemui
permasalahan
antara
biaya
yang
dikeluarkan dan manfaat yang dihasilkan.

Perbandingan
antara
keduanya
merupakan salah satu faktor penting yang
sangat
mempengaruhi
kelayakan
ekonomi proyek tersebut.
Identifikasi Masalah
Pemanfaatan air sebagai air minum
merupakan tingkatan tertinggi dalam
pemanfaatan air. Hal ini berdasarkan
kenyataan bahwa penggunaan air sebagai
air minum (dalam kondisi normal) harus
disertai dengan syarat kualitas air yang

sangat ketat sehingga air tersebut layak
untuk dikonsumsi (diminum). Seperti
diketahui bahwa kebutuhan air untuk
irigasi dan air baku tidak dapat diganggu
gugat. Dengan adanya proyek Bendungan
Titab ini dapat dipergunakan untuk
melihat kemungkinan pemanfaatan air
yang berlimpah pada musim penghujan
dengan
menampungnya
dan
dipergunakan pada saat-saat kekurangan
air.
Batasan Masalah
Adapun batasan-batasan masalah
dalam kajian ini adalah sebagai berikut:
1. Besarnya kebutuhan air bersih untuk
keperluan domestik, dan irigasi
Kabupaten Buleleng
2. Dalam perhitungan biaya konstruksi
didasarkan pada harga yang berlaku
pada akhir tahun 2009.
3. Penentuan harga air per m3 dari debit
air yang dapat dihasilkan.
4. Penentuan harga air irigasi per m3
dari debit air yang dapat dihasilkan.
5. Penentuan harga listrik per kWh dari
daya listrik yang dapat dihasilkan
oleh PLN.
6. Analisa simulasi optimasi harga air
keseluruhan per m3 dari debit outflow
waduk.
7. Tidak membahas analisis konstruksi
Waduk Titab Kabupaten Buleleng
Propinsi Bali.
Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan batasanbatasan masalah, maka permasalahan
dalam kajian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Berapakah besarnya biaya proyek
pembanganunan Waduk Titab
2. Berapakah manfaat yang didapat dari
air irigasi dan air baku
3. Berapakah besarnya perbandingan
antara manfaat dan biaya (benefit cost
ratio/BCR)
serta
tingkat
pengembalian internal (internal rate
of return/IRR)?
4. Mengetahui besaran harga air dan
simulasi harga bagi para pengguna
(Irigasi, PLTA, dan Air Baku).

Maksud dan Tujuan
Maksud dari kajian ini adalah untuk
mengetahui besaran manfaat modal
diperoleh dari air yang dijual, serta
perbandingan yang dibutuhkan dari biaya
(cost) , manfaat (benefit), dan (internal
rate of return/IRR) serta mensimulasi dan
mengoptimasi harga air bersih dari
proyek Waduk Titab Kabupaten Buleleng
Propinsi Bali yang selanjutnya dapat
digunakan
sebagai
acuan
dalam
menetapkan tarif harga jual air bersih.
Tujuan dari kajian ini adalah
memberikan sumbangan pemikiran untuk
penetapan dan analisa simulasi harga air
bersih yang sesuai dengan ketentuan dan
kebutuhan masyarakat pengguna setelah
berdirinya proyek Waduk Titab tersebut.
2. METODE PENELITIAN
Daerah Kajian
Lokasi waduk Titab terletak pada
Sub Satuan Wilayah Sungai (Sub SWS)
Bali Penida, dan secara administratif
termasuk di empat wilayah desa, yaitu
Desa Telaga, Desa Ularan, Desa
Busungbiu Kecamatan Busungbiu dan
Desa Ringdikit Kecamatan Seririt,
Kabupaten Buleleng.
Data-Data Yang Dibutuhkan
Data-data yang digunakan dalam
kajian ini sebagian besar adalah data
sekunder yang diperoleh dari Balai
Wilayah Sungai Bali Penida antara lain:
1. Data teknik Waduk Titab dan fasilitas
pengolahan air (IPA).
2. Data biaya konstruksi dan usia guna
bangunan.
3. Data curah hujan DAS Tukad Saba.
4. Data luas daerah irigasi pada DAS
Tukad Saba.
5. Data pola tata tanam DAS Tukad
Saba.
6. Data debit sungai Tukad Saba dari
tahun 2001 sampai tahun 2010.
7. Data jumlah penduduk Kabupaten
Bulelemg dari tahun 2005 sampai
dengan 2010

8. Data jumlah Industri di Kabupaten
Buleleng periode tahun 2005 sampai
dengan 2010.
Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan penetapan
harga air baku ini secara umum dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Dari data teknis Waduk Titab,
menghitung biaya konstruksi.
2. Dari biaya konstruksi, biaya operasi
dan pemeliharaan, dan usia guna
bangunan dilakukan analisa biaya.
3. Dari data jumlah penduduk dihitung
proyeksi jumlah penduduk sampai
dengan tahun 2025.
4. Menghitung besarnya kebutuhan air
baku berdasarkan proyeksi jumlah
penduduk.
5. Menghitung kebutuhan air baku
terhadap debit sumber air yang ada,
apakah debit sumber tersebut
mencukupi
untuk
memenuhi
kebutuhan air bersih sampai dengan
tahun 2025.
6. Menghitung besarnya produksi air
dari tingkat pemakaian air penduduk
di Kecamatan Binangun, sehingga
diperoleh nilai manfaat.
7. Setelah mengetahui besarnya manfaat
dan biaya selanjutnya dilakukan
analisa ekonomi yaitu B-C, B/C, IRR,
Analisa sensivitas.
8. Menetapkan harga air bersih per m3
dari hasil analisa ekonomi.
Perusahaan Listrik Negara (PLN)
1. Melakukan
analisa
sistem
interkoneksi
listrik
yang
dilakukan PLN.
2. Melakukan analsis harga tarif
listrik PLN Kabupaten Buleleng
Sistematika pembahasan penetapan
harga air irigasi dalam studi ini secara
umum dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Menghitung total biaya proyek
Waduk Titab
• Biaya Konstruksi
• Biaya Operasional dan
Pemeliharaan
2. Menghitung keuntungan / manfaat
selama umur ekonomi proyek

3. menghitung B/C, B-C, IRR dan
analisa sensivitas
4. Menghitung harga air irigasi
Sistematika pembahasan simulasi
dan optimasi harga air dalam studi ini
secara umum dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Menghitung total biaya
• Biaya Konstruksi
• Biaya O&P
2. Menghitung keuntungan / manfaat
selama umur ekonomi proyek
3. Menghitung B/C, B-C, IRR dan
analisa sensivitas
4. Menghitung analisa simulasi dan
optimasi harga air.
3. ANALISIS DATA
Pembangunan Bendungan Titab
yang terletak di, Kabupaten Buleleng ini
direncanakan untuk memenuhi akan
kebutuhan air baku, air irigasi, dan PLTA
berdasarkan dari data primer yang
diperoleh.
Proyeksi Jumlah Penduduk
Perhitungan proyeksi penduduk
pada studi ini menggunakan tiga metode,
yaitu
metode
aritmatik,
metode
eksponensial dan metode geometrik.
Setelah diketahui hasil perhitungan dari
masing-masing metode, maka digunakan
metode penentuan nilai koefisien korelasi
untuk menentukan metode perhitungan
yang akan digunakan dalam perhitungan
proyeksi
kebutuhan
air.
Kriteria
penentuan metode proyeksi penduduk
yang dipilih
berdasarkan pada nilai
koefisien
korelasi
yang
terbesar
mendekati +1.
Proyeksi Pertumbuhan Penduduk
dengan Metode Eksponensial
Contoh perhitungan pertumbuhan
penduduk tahun 2011:
P0 = 857.960 jiwa (Tahun 2010)
n = 2 (proyeksi tahun ke-n)
r = 6,698 % (rata-rata tingkat
pertumbuhan penduduk)

Maka perhitungan proyeksi jumlah
penduduk untuk tahun 2011 adalah
sebagai berikut :
Pn = P0 . er.n
= 857,960 2,7182818 0,06698 . 3
= 917,400 jiwa
Dengan cara yang sama, didapatkan
pula hasil proyeksi jumlah penduduk
hingga tahun 2025 yang disajikan pada
tabel 1.
Tabel 1. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk
Kabupaten Buleleng dengan Metode
Eksponensial
No

Tahun

Jumlah Penduduk

1

2011

917,400

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025

980,958
1,048,920
1,121,589
1,199,294
1,282,382
1,371,226
1,466,225
1,567,807
1,676,425
1,792,569
1,916,759
2,049,554
2,191,548
2,343,380

Sumber : Perhitungan

Uji Kesesuaian Metode Proyeksi
Perhitungan uji kesesuaian metode
proyeksi yaitu dengan menggunakan
angka koefisien korelasi pada persamaan.
Dari hasil perhitungan koefisien korelasi
pada ketiga metode tersebut, diperoleh
hasil bahwa metode eksponensial
memiliki koefisien korelasi terbesar dan
mendekati +1. Dengan demikian metode
yang dipilih untuk proyeksi jumlah
penduduk pada Kabupaten Buleleng
hingga tahun 2020 adalah metode
eksponensial
karena
metode
ini
mendekati perkembangan penduduk
sesungguhnya.
r=

n

n

n

i =1

i =1

i =1

n.∑ X i .Yi − ∑ X i .∑ Yi
2
2
n

 n
 n 2  n
 n.∑ X −  ∑ X  . n.∑ Y 2 −  ∑ Y  
i
i
i
i
 i =1
 i =1  
 i =1    i =1


Analisa Ekonomi
Benefit Cost Ratio (B/C)
Dalam perhitungan Benefit Cost
Ratio ini dilakukan dengan tingkat suku

bunga yang dipakai dalam kajian ini
adalah 12% (Indonesia,Bank 2008:178)
dan usia guna waduk Titab adalah 60
tahun. Adapun Contoh perhitungan BCR
untuk Konstruksi Waduk Titab adalah
sebagai berikut :
• Komponen biaya (Cost)
Total biaya Konstruksi (tahun 1s/d5) :
Rp 428,716,771,000
Faktor Konversi (F/P, 12): 1,761
Nilai sekarang biaya konstruksi :
Rp 754,970,233,731
Total O&P(tahun 6 s/d 60) :
Rp 2,388,065,073
Faktor Konversi (P/A, 12, 60) : 8,324
Nilai sekarang biaya konstruksi OP :
Rp 754,970,233,731
Total Biaya sekarang :
Rp754,970,233,731+Rp19,878,253,671

= Rp 774,848,487,402
• Komponen Manfaat (benefit)
Total manfaat air bersih (6 s/d 60) :
Rp. 130,680,082,750
Faktor Konversi (P/A, 12, 60): 8,324
Nilai sekarang biaya konstruksi:
Rp.1,087,781,008,814
Sehingga:
BCR =

PVdarimanf aat
PVdaribiay a

BCR =

Rp1,087,781,088,814
Rp774,848,487,402

= 1,404 >1

Karena B/C Waduk Titab ini >1
maka dapat dikatakan bahwa proyek ini
layak secara ekonomi, atau lebih tepatnya
proyek ini melebihi nilai impas.
Net Present Value (NPV atau B-C)
Metode kedua dalam evaluasi
ekonomi ini adalah analisa ekonomi
dengan menggunakan selisih benefit dan
cost (B-C). Dalam evaluasi proyek ini
nilai pada NPV pada tingkat suku bunga
yang berlaku harus mempunyai harga >0.
Jika nilai NPV=0 maka proyek tersebut
mempunyai manfaat yang senilai dengan
biaya investasinya. Jika NPV < 0 maka
proyek tersebut dari segi ekonomi tidak
layak dibangun. Contoh perhitungan
NPV proyek rencana untuk tingkat suku
bunga 12 % adalah sebagai berikut :

Nilai sekarang total manfaat (B)
= Rp 1,087,781,008,814
Nilai sekarang total biaya (C)
= Rp 774,848,487,402
B-C = Rp 214,043,338,793
Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (tingkat
pengembalian internal) didefinisikan
sebagai tingkat suku bunga yang
membuat
manfaat
dan
biaya
mempunyai nilai yang sama atau B-C=0
atau tingkat suku bunga yang membuat
B/C
=
1
(Kodoatie,1995:112).
Perhitungan
IRR
untuk
proyek
pembangunan waduk titab ini adalah
sebagai berikut:
IRR = I '+

NPV '
(I "−I ')
NPV '− NPV "



Komponen biaya (cost) naik 10%,
manfaat (benefit) turun10%,
• Komponen
biaya
(cost)
turun10%, manfaat (benefit) naik
10%
Penetapan Harga Air Baku
Dalam kajian ini penetapan harga
air berdasarkan kondisi paling kritis yaitu
pada saat manfaat turun 10% sedangkan
biaya naik 10%, sehingga harga jual air
berdasarkan
kondisi
yang
paling
minimum yang dapat dikenakan pada
konsumen agar proyek Pembangunan
Waduk Titab benar-benar layak. Pada
kondisi manfaat turun 10% dan biaya
naik 10%, maka harga jual air dihitung
sebagai berikut :
§
§
§
§
§

dimana :
I’ = suku bunga memberikan nilai
NPV positif = 14%
I” = suku bunga memberikan nilai
NPV negatif = 15%
NPV’ = NPV positif = 90,725,222,039
NPV” = NPV negatif = -7,083,128,664
Sehingga,
IRR = 14% +

90,725,222,039
(14% − 15% )
(90,725,222,039 − (7,083,128,664)

= 14% + 0.93% = 14,93% > 12% bunga
yang digunakan dalam kegiatan.
Analisa Sensivitas
Analisis sensivitas dimaksudkan
untuk mengetahui apa yang terjadi
dengan hasil proyek apabila terjadi
kemungkinan
perubahan
dalam
penentuan nilai-nilai untuk biaya dan
manfaat masih merupakan suatu estimasi
(perkiraan), sehingga bila terjadi asumsiasumsi yang tidak sama dengan keadaan
sebenernya.
Dalam analisis ini dilakukan
perhitungan terhadap :
• Komponen biaya (cost) naik 10%,
manfaat (benefit) tetap
• Komponen
biaya
(cost)
turun10%, manfaat (benefit) tetap
• Komponen biaya (cost) tetap,
manfaat (benefit) naik 10%
• Komponen biaya (cost) tetap,
manfaat (benefit) naik 10%

§

§

nilai B/C = 1.126
B-C
= Rp 256,754,029,530
IRR
= 15.203%
Bunga bank = 12%
Kebutuhan rata - rata air baku = 0.493
m3/dt
Kebutuhan baku /tahun = 0.493 x 365
hari x 24 jam x 60 menit x 60 detik
= 15.547.248 m3/tahun
Manfaat air baku = Harga air baku x
Kebutuhan air baku x (P/A,12,60) x
(P/F,12,5)

Harga Air Baku :
TotalAlokasiAirBaku
KebutuhanAirBakuX ( P / A,12,60) X ( P / F ,12,5)

Harga Air Baku
=

Rp.256.754.029.530
15.547.248 X (8.324) X (1.1761)

=Rp.1127/ m3

PLN Kota Buleleng
Pelayanan listrik di Kabupaten
Buleleng dilaksanakan oleh Perusahaan
Listrk Negara (PLN) Kota Singaraja.
sumber pasokan listrik ke PLN Buleleng
merupakan interkoneksi dari beberapa
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
maupun Pembangkit Listrik Tenaga
Diesel (PLTD) yang ada dalam sistem
interkoneksi pembangkit listrik JawaBali.
Biaya operasi dan pemeliharaan
proyek PLTA Waduk Titab diperkirakan

(BWS Bali Penida) sebesar = Rp.
1,752,065,073
Nilai Depresiasi.
Nilai depresiasi dipengaruhi oleh
nilai SFF yang ditentukan berdasarkan
tabel dari hubungan besarnya bunga dan
umur proyek.
Dari bunga 12 % dan umur proyek
60 tahun didapat nilai SFF = 0.00013
Maka besarnya depresiasi adalah =
0,00013 x Rp. 11,425,875,700 =
Rp.1,485,363.Perhitungan biaya tahunan.
Perhitungan biaya tahunan yang
dilakukan adalah perhitungan biaya
tahunan konstan dalam artian analisa
dilakukan berdasarkan atas biaya tahunan
yang tetap sepanjang usia proyek bukan
berdasarkan biaya tahunan yang tidak
tetap. Perhitungannya adalah sebagai
berikut :
1. Bunga 12 % x 11,425,875,700
=
1,371,105,084,2. Depresiasi
= 1,485,363,3. Biaya O&P
= 1,752,065,073,Total biaya tahunan = 3.124.655.520,Perhitungan Tarif Rata-Rata
Perhitungan diambil dengan cara
mengambil nilai rata-rata dari tiap
pelanggan
Sosial = 123 + 200 + 605 + 650 + 755 = 466,60
5

Rumah Tangga = 169+ 275+ 790 + 795+ 890+ 1330 = 708.81
6

Bisnis = 254 + 420 + 795 + 905 + 1420 = 758.80
5
Industri = 160 + 315 + 765 + 790 + 915 = 589.00
5

Pemerintah dan Penerangan Jalan Umum
575 + 600 + 880 + 885 + 1020
=
= 792.00
5
Maka Nilai Rata-rata Total adalah
=

466.60 + 708.81+ 758.80 + 589.00 + 792
= 663,042
5

Dengan perhitungan Tarif Dasar
diatas maka untuk pemakaian pada Blok I
diperkirakan PLN mendapat pemasukan
Rp. 663,042 per kWh tiap bulannya.

Sehingga pemasukan selama 1 tahun
sebesar 12 x Rp 663,042 = Rp 7,956. per
kWh.
Perhitungan Penetapan Tarif Harga
Listrik Menurut Teori EkonomiTeknik
Contoh
langkah
perhitungan
penetapan harga jual energi listrik
Diketahui:
• Usia guna proyek PLTA Titab:
60 tahun
• Tingkat suku bunga (i): 12 %
Perhitungannya adalah :
1. Produksi Energi Tahunan:
Kwh
(sumber Skripsi : Studi Penetapan
Harga Energi Listrik Terhadap
Kelayakan Ekonomi Teknik Pada
Proyek PLTA Kesamben Blitar; Sidik
Budi Sayogyo NIM 9001060387-64)
2. Biaya Proyek PLTA Waduk Titab
dan penunjangnya:
= Rp. 11,425,875,700.00
3. Biaya Tahunan PLTA Waduk Titab:
=
=

(A/P, 12, 60) * Rp. 11,425,875,700 ,Rp. 1,372,642,444-

4. Biaya energi listrik per Kwh:
= Rp.1,372,642,444. − = Rp. 2416,567,943.00

5. Tarif harga jual energi listrik Rp.
663,042 (cara rerata tarif dasar listrik
pada Blok I)
6. Manfaat energi listrik per Kwh =
Tarif Harga jual - Biaya energi per
KWh:
= Rp. 2416 - Rp. 663,042= Rp.1752,7. Manfaat energi listrik per tahun =
Manfaat energi listrik per Kwh *
Produksi Energi Tahunan:
= Rp. 1752 x 567,943.00
= Rp 995,036,136.00
Manfaat energi listrik PLTA Titab = Rp
995,036,136.00
Keuntungan Pertanian
Keuntungan yang Dapat Dihitung
(Tangible Benefit)
Keuntungan proyek didapatkan dari
pertambahan produksi pertanian dari
hasil produksi pertanian sebelum adanya
proyek dan sesudah adanya proyek

Bendungan Titab. Pola tanam yang
direncanakan di daerah studi adalah:
• Padi – Palawija- Angggur
Sedangkan curah hujan efektif yang
digunakan dengan tingkat keandalan 50%
serta alternatif awal tanam ditentukan
pada 1 November.
Keuntungan yang Tidak Dapat
Dihitung (Intangible Benefit)
Dengan adanya proyek waduk
Titab ini secara langsung akan
mempengaruhi ketersediaan air irigasi
pada musim kemarau, sehingga panen
akan lebih banyak dan perekonomian
masyarakat meningkat.
Benefit Cost Ratio
Dalam perhitungan Benefit Cost
Ratio ini masing-masing komponen
manfaat dan biaya dijadikan nilai
sekarang (present value). Hal ini
dilakukan
untuk
mempermudah
perhitungan. Tingkat suku bunga yang
dipakai dalam kajian ini adalah 12%
(Indonesia,Bank 2008:178) Dan usia
guna waduk Titab adalah 60 tahun.
Adapun Contoh perhitungan BCR untuk
Konstruksi Waduk Titab adalah sebagai
berikut :
• Komponen biaya (Cost)
Total biaya Konstruksi (tahun 1 s/d 5) : Rp
428,716,771,000
Faktor Konversi (F/P, 12, 5) : 1,761
Nilai sekarang biaya konstruksi :
Rp 722,387,759,135
Total O&P(tahun 6 s/d 60) :
Rp 2,388,065,073
Faktor Konversi (P/A, 12, 60): 8,324
Nilai sekarang biaya konstruksi OP:
Rp 19,878,253,671
Total Biaya sekarang :
Rp754,970,233,731+Rp19,878,253,671
= Rp 744,848,487,402

• Komponen Manfaat (benefit)
Total manfaat air irigasi (6 s/d 60):
Rp. 154,150,729,909
Faktor Konversi (P/A, 12, 60) : 8,324
Nilai sekarang biaya konstruksi :
Rp 1,283,150,675,758.
Sehingga :
BCR =

PVdarimanf aat
PVdaribiaya

BCR =

Rp1,283,150,675,758
Rp 774,848,487,402

= 1,656 >1

Karena B/C Waduk Titab ini >1
maka dapat dikatakan bahwa proyek ini
layak secara ekonomi, atau lebih tepatnya
proyek ini melebihi nilai impas.
Net Present Value (NPV atau B-C)
Metode kedua dalam evaluasi
ekonomi ini adalah analisa ekonomi
dengan menggunakan selisih benefit dan
cost (B-C). Dalam evaluasi proyek ini
nilai pada NPV pada tingkat suku bunga
yang berlaku harus mempunyai harga >0.
Jika nilai NPV=0 maka proyek tersebut
mempunyai manfaat yang senilai dengan
biaya investasinya. Jika NPV < 0 maka
proyek tersebut dari segi ekonomi tidak
layak dibangun.
Contoh perhitungan NPV proyek
rencana untuk tingkat suku bunga 12 %
adalah sebagai berikut :
Nilai sekarang total manfaat (B) =
Rp 1,283,150,675,758
Nilai sekarang total biaya (C) =
Rp 774,848,487,402
B-C = Rp 508,302,188,356
Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (tingkat
pengembalian internal) didefinisikan
sebagai tingkat suku bunga yang
membuat
manfaat
dan
biaya
mempunyai nilai yang sama atau B-C=0
atau tingkat suku bunga yang membuat
B/C = 1 (Kodoatie,1995:112).
Perhitungan IRR untuk proyek
Pembangunan Waduk Titab ini adalah
sebagai berikut:
IRR = I '+

NPV '
(I "−I ')
NPV '− NPV "

dimana :
I’ = suku bunga, nilai NPV positif = 15%
I” = suku bunga, nilai NPV negatif =
20%
NPV’ = NPV positif = 149,348,734,645
NPV” = NPV negatif =
-307,834,002,072
Sehingga,
IRR = 15% +

149,348,734,645
(20% − 15% )
(149,348,734,645 − (307,834,002,072)

= 15% + 0.6%
= 15,06 % > 12% bunga yang digunakan

Analisa Sensivitas
Analisis sensivitas dimaksudkan
untuk mengetahui apa yang terjadi
dengan hasil proyek apabila terjadi
kemungkinan
perubahan
dalam
penentuan nilai-nilai untuk biaya dan
manfaat masih merupakan suatu estimasi
(perkiraan), sehingga bila terjadi asumsiasumsi yang tidak sama dengan keadaan
sebenernya. Dalam analisis ini dilakukan
perhitungan terhadap :
• Komponen biaya (cost) naik 10%,
manfaat (benefit) tetap
• Komponen
biaya
(cost)
turun10%, manfaat (benefit) tetap
• Komponen biaya (cost) tetap,
manfaat (benefit) naik 10%
• Komponen biaya (cost) tetap,
manfaat (benefit) naik 10%
• Komponen biaya (cost) naik 10%,
manfaat
(benefit)
turun10%,
(kondisi ekstrim
Penetapan Harga Air Irigasi
Dalam kajian ini penetapan harga
air berdasarkan kondisi paling kritis yaitu
pada saat manfaat turun 10% sedangkan
biaya naik 10%, sehingga harga jual air
berdasarkan
kondisi
yang
paling
minimum yang dapat dikenakan pada
konsumen agar proyek ini benar-benar
layak. Pada kondisi manfaat turun 10%
dan biaya naik 10%, maka harga jual air
dihitung sebagai berikut :
§ nilai B/C = 1.55
§ B=C = Rp.449,776,631,758
§ IRR
= 16,648%
§ Bunga bank = 12%
§ Kebutuhan air irigasi total
=
3
407,652,010.26 m /tahun
§ Manfaat air irigasi = Harga air
irigasi x Kebutuhan air irigasi x
(P/A,12,60) x (P/F,12,5)
Harga Air Irigasi
TotalAloka siAirIriga si
=
KebutuhanIrigasiX ( P / A,9,50) X ( P / F ,9, 2)

Harga Air Irigasi
Rp.449.776.631.758
=
407.652.010. X (8,324) X (1.761)

=Rp.88,69m3/tahun

Simulasi
Operasi Waduk dan
Optimasi Harga Air Bersih Waduk
dengan Program Solver
Kapasitas Tampungan dan Luas
Genangan
Kapasitas tampungan Waduk Titab
dihitung
berdasarkan
peta
hasil
pengukuran. Elevasi kontur tertinggi pada
elevasi +162,00 m. Hubungan antara
elevasi dengan kapasitas waduk dan luas
tampungan seperti diuraikan pada gambar
1.

Gambar 1. Kurva Kapasitas Tampungan dan
Luas Bendungan Titab

Simulasi pada waduk dimaksudkan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan
waduk berdasarkan ketersediaan air dan
jumlah kebutuhan air yang akan
dikeluarkan dari waduk yaitu untuk
irigasi dan air baku.
Kapasitas
tampungan
efektif
dihitung dengan menggunakan kurva
lengkung massa yang didasarkan pada
besarnya debit inflow dan kebutuhan air
serta kehilangan air akibat evaporasi.
Kurva Kapasitas Tampungan dan Luas
Waduk Titab disajikan pada gambar 1.
Prinsip dasar dalam analisis
kapasitas tampungan efektif bendungan
adalah
untuk
mengoptimalkan
ketersediaan air. Debit inflow pada
analisa kapasitas tampungan efektif
menggunakan debit andalan Q80.
Sedangkan debit outflow untuk irigasi
menggunakan alternatif terpilih ditambah
dengan air baku, maintenance flow, debit
untuk pembangkit tenaga listrik, dan
besarnya evaporasi pada bendungan.
Tampungan mati direncanakan pada
elevasi El. 131.20 m dengan kapasitas
tampungan sebesar 2.19 juta m3.

Debit inflow pada analisa kapasitas
tampungan efektif menggunakan debit
andalan Q80. Sedangkan debit outflow
untuk irigasi menggunakan alternatif
terpilih ditambah dengan air baku dan
besarnya evaporasi pada bendungan.
Persamaan umum untuk kapasitas
tampungan efektif sbb:
St = S(t-1) + It – Ot – Et - Lt
0 ≤ St-1 ≤ C
dimana,
C
=
St
=

kapasitas tampungan efektif
kapasitas tampungan pada
periode waktu t
S(t-1)
= kapasitas tampungan pada
periode waktu t-1
It
= debit masuk (inflow) pada
waktu ke t
Ot
= debit
kebutuhan
pada
periode waktu ke t
Et
= penguapan yang terjadi pada
tampungan pada periode
waktu ke t
Lt
= kehilangan air pada periode
waktu ke t
Dari hasil analisa tampungan
efektif didapatkan kapasitas tampungan
efektif untuk Waduk Titab sebesar 10,37
x 106 m3 dan volume tampungan total
sebesar 12,795 juta m3.
Optimasi Harga Air dan Simulasi
Keadalan Waduk Titab
Optimasi harga untuk waduk adalah
optimasi yang dilakukan hanya pada satu
waduk tanpa hubungan dengan waduk
lain.
Fungsi Tujuan Memaximumkan
Total Net Benefit Pengguna (Model R1)
Max : TNB = ∑ ni =1 (Bi-Yi) Xi, n = 5
Kendala :
X i ≥ besaran volume kebutuhan
∑ ni =1X i ≤ besaran volume tertentu
Y i…….≤ ratio model
B i = Benefit per m3
Z =∑ ni =1 X i Y i
Z = Total biaya waduk

Hasil
perhitungan
layanan
maksimum waduk untuk masing-masing
awal tanam adalah sebagai berikut :
Simulasi tampungan Waduk Titab
digunakan untuk mengetahui hubungan
antara :
1. Perubahan volume tampungan dan
elevasi waduk, sepanjang tahun
2. Keandalan waduk
3. Menentukan Pola Operasi Waduk
Pada simulasi ini digunakan debit
inflow 15 harian untuk tiap tahun
sedangkan
untuk
debit
outflow
berdasarkan kebutuhan air irigasi untuk 6
alternatif Awal Tanam dihitung dengan
beberapa variasi yaitu 1 Januari, 16
Januari, 1 Pebruari, 16 Pebruari, 1 Maret,
dan 16 Maret, kebutuhan air baku sampai
tahun 2025, maintenance flow, besarnya
evaporasi
dan kebutuhan air untuk
pembangkit tenaga listrik.
Kegagalan dari simulasi tampungan
waduk
ditentukan
dengan
angka
prosentase jumlah kegagalan dari total
periode simulasi maksimal 20 % atau
prosentase angka kepercayaan 80%.
Perhitungan
simulasi
waduk
disajikan pada bab ini. Contoh
rekapitulasi elevasi waduk hasil simulasi
dengan awal tanam 1 Januari dan 16
Januari.
Awal Tanam 1 Januari
-Inflow waduk=101,388,636 m3
-Irigasi Saba = i.MT I:1396,4 ha,
ii.MT II :1186,94 ha,
iii.MT III :1256,76 ha
-Irigasi Puluran = i. MT :398,42 ha,
ii.MT II :338,657 ha,
iii.MT III :358,578 ha
-Suplesi Air Baku = 0,526 m3/detik
-Vol. Tampungan Total = 12,795 juta m3
-Vol. Tampungan Eff = 10,37 juta m3
-El. MAW maksimum = El. 156 m
-Maintenance Flow = 0,29 m3/detik
-QPLTA/Suplesi interkoneksi =
0.77m3/detik
-Dayamax PLTA = 3.15 MW
-DayaminPLTA = 1.36 MW

Tabel.2 Hasil Optimasi Harga Air
Simulasi (a1)
Vol.Tot.Outflow

?

Kendala
81.059

X106m3

Total Alokasi

Hasil optimasi
47.950

Beaya Dam

?

4,287

X10^8Rp

Total Harga

4,287
5,055

Total Net Benefit

Alokasi X106m3

Harga / m3
90.00

?

24.20

Benefit X10^Rp
99

Irigasi

?

40.30

128

40.30

12.01

74

126

Air Baku
Jumlah
Nilai Rata-rata

?

16.55
81
27

108
335

16.55
81
27

98.18
200
67

99
260
87

130
385
128

? Vol.Inflow

Vol.Out

Pengguna
PLTA
Irigasi
Air Baku

81

Jumlah

81

Nilai Rata-rata
Sumber : Perhitungan

Vol.Tot.Outflow

?

Kendala
6 3
X10 m
82.740

Total Alokasi

Beaya Dam

?

4,287

Total Harga

Hasil optimasi

X10^8Rp

47.950
4,287
5,055

Total Net Benefit

Pengguna
PLTA

53

Alokasi
24.20

Tabel 3. Hasil Optimasi Harga Air Simulasi (b1)

F.power
87

F.Expon
129

Vol Wdk Alok X Harga
Alok X net ben
19
24
2,178
484
1,625

Ratio F.Logarit
218
4,674
162

90
83
98

146
126
161

24

4,287

5,055

271

433

2,132

3,297

53

142

6 3

?

Alokasi X10 m
24.20

Irigasi

?

40.30

128

40.30

12.01

74

126

Air Baku
Jumlah
Nilai Rata-rata

?

16.55
81
27

108
335

16.55
81
27

98.18
200
67

99
260
87

130
385
128

Vol Wdk Alok X Harga
Alok X net ben
13
2,178
218
484
4,674

Ratio

F.Logarit

90
81

146
126

1,625
4,287

162
5,055

98
270

161
433

2,132

3,297

52

142

? Vol.Inflow
Pengguna
PLTA
Irigasi
Air Baku
Jumlah

Benefit X10^Rp
99

52
Vol.Out

83
24

83

Alokasi
24.20

3

Pengguna
PLTA

24

Nilai Rata-rata

Harga / m
90.00

F.power
87

F.Expon
129

Sumber : Perhitungan

Gambar 3. Grafik Alokasi dan Harga Air (b1)
Gambar 2. Grafik Alokasi dan Harga Air (a1)

4. KESIMPULAN
Awal Tanam 16 Januari
- Inflow waduk = 100,999,374 m3
- Irigasi Saba =
i.MT I:1396,4 ha,
ii.MT II :1186,94 ha,
iii.MT III :1256,76 ha
- Irigasi Puluran =
i.MT I:398,42 ha,
ii.MT II :338,657 ha,
iii.MT III :358,578 ha
- Suplesi Air Baku = 0,526 m3/detik
- Vol. Tampungan Total = 12,795 juta
m3
- Vol. Tampungan Eff = 10,37 juta m3
- El. MAW maksimum = El. 156 m
- Maintenance Flow = 0,29 m3/detik
- QPLTA/Suplesi interkoneksi = 0.77
m3/detik
- Daya max PLTA=3.18 MW
- Daya min PLTA=1.32 MW 0.77
m3/detik
- Daya max PLTA = 3.18 MW
- Daya min PLTA = 1.32 MW

Harga Air Baku Waduk Titab
Berdasarkan hasil analisa data
maka harga air baku dapat disimpulkan
hal sebagai berikut :
1. Alokasi biaya proyek Pembangunan
Waduk Titab
Biaya Konstruksi Waduk Titab
: Rp 428,716,771,000
Biaya Operasional dan Pemeliharaan
(pertahun) : Rp 2,388,065,073.
Manfaat yang diperoleh setelah
adanya proyek Waduk Titab :
- Manfaat yang dapat dihitung
(tangible Benefit ) : Rp
130,680,082,750
- Manfaat yang tidak dapat dihitung
(Intangible Benefit)
2. Besarnya nilai B-C,B/C dan IRR pada
kondisi cost naik 10%, benefit turun
10% yaitu: B-C sebesar Rp
256,754,029,530, B/C sebesar 1,31
dan IRR sebesar 15,203 %.
3. Harga air baku pada kondisi cost naik
10%, benefit turun 10% , biaya
sebesar Rp 256,754,029,530 dan
harga air (m3) sebesar Rp 1, 127

Harga Air Irigasi Waduk Titab
Berdasarkan hasil analisa data
dapat disimpulkan Harga Air Irigasi
sebagai berikut :
1. Alokasi biaya proyek Pembangunan
Waduk Titab
Biaya Konstruksi (perbaikan) :
Rp 428,716,771,000
Biaya Operasional dan Pemeliharaan
(pertahun) : Rp 2,388,065,073.
Manfaat yang diperoleh setelah
adanya proyek Waduk Titab :
- Manfaat yang dapat dihitung
(tangible Benefit )
:
Rp.
154,150,729,909
- Manfaat yang tidak dapat dihitung
(Intangible Benefit)
• Bagi petani
Adanya rasa aman, sehingga tidak
muncul kekhawatiran kekeringan
yang akan berdampak pada
kegagalan panen.Panen melimpah
sehingga tingkat perekonomian
masyarakat meningkat.
• Bagi pemerintah
Pertambahan
Pendapatan
asli
daerah dari sektor pertanian.
1. Besarnya nilai B-C,B/C dan
IRR pada kondisi cost naik
10%, benefit turun 10% yaitu
B-C
sebesar
Rp.
449,776,631,758, B/C sebesar
1,55 dan IRR sebesar 16,648%.
2. Harga air irigasi pada kondisi
cost naik 10%, benefit turun
10% , biaya sebesar Rp
529,946,667,935.31 dan harga
air sebesar Rp 88,69.
Harga Air Hasil Simulasi Waduk
Titab Kabupaten Buleleng
Dari hasil analisa perbandingan
maka dapat diketahui bahwa harga air
mimimum eksisting sebesar Rp 800/m³
dan harga air maksimum sebesar
5500/m³, sedangkan dari hasil simulasi
didapat harga air minimum sebesar
Rp.982/m³ dan harga air maksimum
sebesar 5695/m³ sehingga didapat bahwa
untuk mendapakan nilai B/C > 1 maka

pihak pengelola air dapat menerapkan
harga air yang sudah di analisa.
Tarif Listrik Kabupaten Buleleng
Perhitungan tarif rata-rata dilakukan
sebagai berikut
Sosial = 123 + 200 + 605 + 650 + 755 = 466,60
5

Rumah Tangga = 169+ 275+ 790 + 795+ 890+ 1330 = 708.81
6

Bisnis = 254 + 420 + 795 + 905 + 1420 = 758.80
5
Industri = 160 + 315 + 765 + 790 + 915 = 589.00
5

Pemerintah dan Penerangan Jalan Umum
575 + 600 + 880 + 885 + 1020
= 792.00
=
5
Maka Nilai Rata-rata Total adalah
=

466.60 + 708.81+ 758.80 + 589.00 + 792
= 663,042
5

Sehingga pemasukan selama 1 tahun
sebesar = 12 x Rp 663,042 = Rp 7,956.
per kWh
5. SARAN
1. Ketersediaan air pada musim
kemarau sangat terbatas, sehingga
perlu dilakukan pendekatan kepada
petani agar mau melaksanakan pola
tata tanam yang sudah di jadwalkan.
2. Hendaknya pihak-pihak terkait selalu
meninjau dan turut serta dalam
pemeliharaan Waduk Titab agar
waduk dapat beroperasi secara
optimal sesuai usia gunanya serta
terjaga keefektifitasannya.
3. Harga air yang sudah dipehitungkan
hendaknya dibayarkan tepat waktu
agar waduk Titab dapat terpelihara
dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous , 1996. Laporan Pra Studi
Kelayakan
Waduk
Basoka
Kabupaten
Madura : Balai
Besar Wilayah Sungai Brantas

Anonimous , 2009.
Laporan Studi
PDAM Kabupaten Buleleng
Aghte, D E. 1996. Water Price Effect on
Residential and Appartment
Low-flow fixtures. Journal of
Water Resources Planning and
Mana gement122(1):20-32
Ahsan, M.R. 1999. Water Resources
Management–A Comprehensive
Approach. Proc. Civil and
Engineering
Conference,
Bangkok, Thailand p33-50.
Alfredo, A. 1987. Probability Concepts
In Engineering Planning And
Design. First edition. John
Wiley & Sons, Inc.USA.
Beecher, J. A. 1999. Sustainable Water
Pricing.
Water
Resources
Update 114:26-33
Fauzi. A. 2002. Microsoft Excel
2002.First
edition.
PT
Gramedia Jakarta.
Gleick, P. H. 2000. Water Planning And
Management Under Climate
Change. The World’s Water.
112: p25-32.
Grigg, N.S. 1996. Management Frame
work for Large-Scale Water
Problems. Journal of Water Resources
Planning
and
Management. 122 (4) : 296-300.
Hunt, C.1999. Transposing of Water
Policies From Developed To
Deve-loping Countries the Case
of
User
Pays.
Water
International. 24(4): 293-306.
Harald D. 1996. Water Crisis in Developing World Misconceptions
about Solution. Journal Of
Water Resources Planning and
Management, 122(2):79-87
Hatmoko, W. 1999. Model Alokasi Air
Untuk
Mendukung
Pengusahaan Sumberdaya Air
Yang
Adil
Dan
Berkesinambungan.
proc
Seminar Nasional Desentralisasi
Pengelolaan Sumberdaya Air Di
Indonesia.ITB Bandung.p 5463.

Hernowo S.M. 1999. Pengusahaan Air
dan Sumber Air di Satuan
Wilayah Sungai Citarum. Proc.
Seminar National Desentralisasi
Pengelolaan Sumber Daya Air
di Indonesia. ITB Bandung. P 16.
Kadariah. 1989. Evaluasi Proyek. Jakarta
: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Kuiper, Edward. 1971. Water Resources
Project Economics. Canada :
University of Manitoba.
Kodoatie, J. Robert.1995. Analisis
Kelayakan Ekonomi Proyek.
Yogyakarta: Kanisius
Labadie, J.W.2001. Reservoir System
Optimization Models. Water
Resources Update, USA.108:
83-110.
Lasdon,L.1998. Microsoft Excel Solver
uses the Generalized Reduced
Gradient
Non
linear
Optimization. University of
Texas Austin Cleveland State
University.
Linsley, Ray. K, Joseph B. Franzinni.
1985. Teknik Sumber Daya Air.
Terjemahan Djoko Sasongko.
Jakarta : Erlangga.
Lippai, I.2000. Efficient and Equitable
Impact Fees for Urban Water
System Journal Of Water
Resources
Planning
and
Management, 126(2): 75-84
Loucks, D.P. 1985. Water Resources
Systems Planning And Analysis
Prentice Hall, Inc. Englewood
Cliffs, New Jersey. 07632
Lund, J.R. 1996.Operating Rule Optimization for Missouri River
Reservoir System Journal of
Water Resources Planning and
Mana-gement.122(4) : 287-295
Macdonald, A. 2001. Water Resources in
Twenty First Century, Global
Challenge. Journal of Comission
Water
Engineering
Management.15 : 157-161

Major, D.C. 1998. Climate Change And
Water Resources The Role Of
Risk
Management
Methods.Water
Re-sources
Update, USA. 112: 47-50
Mc. Neill, D. 2000. Water as an
Economic
Good.
Water
Resources Update USA.
Niedda, M. 1996. Mixed Optimization
Technique For Large Scale
Water
Resources
Systems.
Journal of Water Resources
Planning and
Management.
122(6) : 387-396
Pigram, J.J. 2000. Economic Instrument
In
The
Management
Of
Australia’s Water Resources : A
Critical View. Water Policy
Research, Armidale, Australia.
LooseLeaf n. p.
Rispiningtati. 1992. Using Spreadsheet
For
Irrigation
Distribution
System. Development Techno
logies Unit The University of
Melbourne. Australia.
Rispiningtati. 2008. Water Allocation and
Water Price Model at Multi
reservoir River System. Argitek
Vol 16.FTUB.
Sayogyo, Sidik Budi . 1995. Studi
Penetapan Harga Energi Listrik
Terhadap Kelayakan Ekonomi
Teknik Pada Proyek PLTA
Kesamben Blitar. FT UB.