LAPORAN PROYEK ANATOMI DAN FISIOLOGI HEW

LAPORAN PROYEK ANATOMI DAN FISIOLOGI HEWAN (BI-2103)

PENGENALAN MIKROSKOP, BAHASA ANATOMI, DAN
ANATOMI HEWAN INVERTEBRATA
Tanggal Praktikum

: 31 Agustus 2016

Tanggal Pengumpulan : 07 September 2016
Disusun oleh:
Kennard Jerdy Kusuma
10615025
Kelompok 4
Asisten:
R. Clarissa Rahmanita I.
10614010

PROGRAM STUDI BIOLOGI
SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG


2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Perkembangan pesat ilmu pengetahuan di bidang sains membuat
peneliti dituntut untuk dapat menggunakan alat-alat yang menunjang
pengamatan dan penelitian. Salah satu alat yang wajib dipahami oleh peneliti
biologi adalah mikroskop. Hal ini karena di zaman sekarang, para peneliti
biologi bukan hanya belajar obyek pengamatan secara morfologi dan fisiologi
dari hewan dan tumbuhan secara makroskopik, tetapi juga obyek-obyek yang
mikroskopik dan tidak terlihat oleh mata saja. Mikroskop adalah alat
penunjang untuk dapat mengamati obyek yang biasanya sangat kecil atau
mikroskopis. Mikroskop mempunyai berbagai macam jenis, tetapi yang paling
sering digunakan adalah mikroskop cahaya dan mikroskop bedah (stereo).
Mikroskop cahaya adalah mikroskop yang tingkat perbesarannya pada sel dan
membutuhkan preparat untuk menaruh obyek. Sedangkan, mikroskop bedah
atau stereo adalah mikroskop yang obyek pengamatannya relatif lebih besar

sehingga tidak perlu membuat sayatan preparat.
Sebelum lanjut ke ranah yang lebih dalam, para peneliti juga harus
mengetahui bidang pembelahan dan posisi anatomi dari makhluk hidup.
Dalam bidang anatomi dan fisiologi hewan, struktur tubuh eksternal dan
internal harus diketahui bagian-bagian serta fungsinya. Dengan mengetahui
dan mengerti bidang pembelahan dan posisi anatomi, dapat mempermudah
memahami struktur dari organisme dan menghindari terjadinya kesalahan saat
melakukan pembedahan.
Pengaplikasian dalam pengamatan anatomi hewan invertebrata adalah
peneliti dapat melihat langsung struktur dari masing-masing hewan beserta
hubungan fungsi-fungsi antar organ. Aplikasi lainnya adalah kekerabatan atau

taksonomi dari hewan dapat ditentukan dan dibandingkan dengan hewanhewan yang serupa. Dengan mengamati anatomi internalnya, peneliti bisa
lebih memastikan dalam menentukan kekerabatan dari suatu spesimen.

1.2

Tujuan
Tujuan dari praktikum Pengenalan Mikroskop, Bahasa Anatomi, dan
Anatomi Hewan Invertebrata ini adalah untuk:

1.

Menentukan cara menggunakan mikroskop cahaya dan mikroskop
bedah.

2.

Menentukan nama-nama dari bagian-bagian tubuh manusia pada
bagian permukaan (superficial anatomy).

3.

Menentukan posisi anatomi dan pembelahan pada hewan bipedal dan
quadripedal.

4.

Menentukan morfologi, lokasi, dan nama-nama organ penyusun pada
hewan invertebrata yang mewakili kelompok Arthropoda (jangkrik),
Crustacea (udang), Oligochaeta (cacing), dan Cephalopoda (cumi).


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Mikroskop Cahaya dan Mikroskop Stereo
Mikroskop adalah alat penunjang yang digunakan untuk melihat suatu
obyek pengamatan dengan ukuran yang sangat kecil atau yang mikroskopis.
Dalam tinjauan pustaka ini akan dibahas dua macam mikroskop, yakni
mikroskop cahaya dan bedah (stereo).
Mikroskop cahaya adalah mikroskop yang tingkat perbesarannya pada
sel dan membutuhkan preparat untuk menaruh obyek pengamatan. Mikroskop
ini memiliki tiga lensa, yaitu kondensor, lensa okuler dan lensa objektif. Ada 2
jenis mikroskop cahaya, yaitu monokuler (yang memiliki satu lensa okuler)
dan binokuler (yang memiliki dua lensa okuler). Cahaya dari sumber
ditujukan ke arah lensa di bawah meja preparat yang disebut kondensor.
Kondensor berfungsi untuk memfokuskan cahaya pada obyek pengamatan.
Setelah itu bayangan obyek pengamatan dapat diperbesar oleh lensa obyektif
dengan perbesaran yang diinginkan (40x, 100x, 400x, dan 1000x). Lalu, hasil
dari perbesaran tersebut dapat diamati melalui lensa okuler (Abramowitz,

2003).

Gambar 2.1 Mikroskop Cahaya Modern
Sumber : National Optical & Scientific Instruments, Inc.

Mikroskop bedah atau stereo adalah mikroskop yang obyek
pengamatannya relatif lebih besar sehingga tidak perlu membuat sayatan
preparat. Mikroskop ini memiliki dua sumber cahaya, yaitu lampu atas dan
bawah sesuai dengan tebal tipisnya obyek yang digunakan dalam pengamatan.
Mikroskop bedah dapat melihat bayangan obyek secara tiga dimensi.
Meskipun perbesarannya tidak terlalu tajam, tetapi sudut pandang yang
dihasilkan lebih luas dibandingkan mikroskop cahaya sehingga benda yang
diamati cukup lebar dan dapat digunakan untuk pembedahan (Yudiarti et al.,
2004).

Gambar 2.2 Mikroskop Stereo
Sumber : National Optical & Scientific Instruments, Inc.

2.2


Posisi Anatomi dan Bidang Pembelahan
2.2.1 Superficial Anatomy
Superficial anatomy atau anatomi permukaan merupakan bagian tubuh
yang berlokasi di atau dekat permukaan tubuh. Berikut adalah gambar dari
superficial anatomy manusia beserta bagian-bagiannya.

Gambar 2.3 Superficial Anatomy
(Martini, 2012)

2.2.2

Posisi

Anatomi
Tubuh yang merupakan obyek tiga dimensi dapat dijelaskan berdasarkan
bidang pembelahannya. Terdapat tiga bidang pembelahan, yakni :
1. Transversal (horizontal) adalah bidang yang membagi tubuh menjadi
bagian superior dan inferior.
2. Sagital adalah bidang yang membagi tubuh menjadi bagian kanan dan kiri,
jika letaknya tepat di tengah disebut midsagittal.


3. Frontal (coronal) adalah bidang yang membagi tubuh menjadi bagian
dorsal dan ventral.

Gambar 2.4 Bidang Pembelahan Bipedal
(Martini, 2012)

Gambar 2.5 Bidang Pembelahan Quardipedal
Sumber : www.whitman.edu

Berikut ini adalah macam-macam posisi anatomi dan pengertian dari
setiap istilahnya (Martini, 2012).
Tabel 2.1 Istilah Posisi Anatomi dan Pengertiannya

Posisi Anatomi
Anterior
Ventral
Posterior atau dorsal
Cranial atau cephallic
Superior

Caudal
Inferior
Medial

Pengertian
Bagian depan tubuh
Bagian perut tubuh
Bagian punggung atau belakang
Bagian kepala
Bagian atas, mendekati kepala
Bagian ekor (coccyx in human)
Bagian bawah
Mendekati daerah sumbu panjang

Lateral
Proximal
Distal
Superficial
Deep


tubuh
Menjauhi sumbu panjang tubuh
Mendekati daerah pelekatan
Menjauhi daerah pelekatan
Dekat atau pada permukaan tubuh
Jauh dari permukaan tubuh

2.3

Anatomi Hewan Invertebrata
2.3.1 Anatomi Jangkrik
Jangkrik merupakan hewan berfilum arthropoda. Jangkrik dapat
dibedakan menjadi tiga bagian, yakni kepala, thoraks, dan abdomen. Hewan
ini memiliki tiga pasang kaki dan dua pasang sayap di bagian thoraks. Pada
kepalanya terdapat sepasang antena dan sepasang mata majemuk. Pembeda
antara jangkrik jantan dan betina adalah pada betina terdapat ovipositor,
sedangkan pada jantan hanya terdapat sersus di bagian abdomennya.

Gambar 2.6 Anatomi Internal dan Eksternal Jangkrik
(Hickman, 2004)


2.3.2 Anatomi Udang
Udang merupakan hewan bersubfilum crustacea dan berfilum
arthropoda. Udang memiliki eksoskeleton pada luar tubuhnya. Tubuh udang
dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu cephalothoraks (kepala dan thoraks
menjadi satu) dan abdomen. Pada kepala udang memiliki sepasang antena dan
sepasang antenula. Udang memiliki lima pasang kaki sejati dan lima pasang
kaki semu.

Gam

bar
2.7 Anatomi Eksernal dan Internal Udang
(Hickman, 2004)

2.3.3 Anatomi Cumi-Cumi
Cumi-cumi merupakan hewan berkelas cephalopoda dan berfilum
mollusca. Pada kepala cumi-cumi terdapat tentakel atau lengan (arm).
Tempurung pada cumi-cumi berbentuk panjang, tipis, dan merupakan
lembaran protein yang disebut pen. Pen ini berguna untuk membentuk tubuh

cumi-cumi.

Gambar 2.8 Anatomi Internal Cumi-Cumi
(Hickman, 2004)

2.3.4. Anatomi Cacing Tanah
Cacing tanah merupakan hewan berkelas oligochaeta dan berfilum
annelida. Tubuh cacing tanah bersegmen-segmen. Cacing tanah bergerak

dengan gerakan peristaltic (melata). Cacing tanah memilik seta pada setiap
segmennya yang berfungsi sebagai otot. Cacing tanah mempunyai klitelium
yang berfungsi sebagai reproduksi.

Gambar 2.9 Anatomi Internal dan Eksternal Cacing Tanah
(Hickman, 2004)

BAB III
METODOLOGI
3.1.1

Alat dan Bahan
Berikut adalah alat dan bahan yang dibutuhkan selama praktikum Pengenalan

Mikroskop, Bahasa Anatomi, dan Anatomi Hewan Invertebrata :

Tabel 3.1 Alat dan Bahan Praktikum Proyek Anatomi Fisiologi Hewan

Alat
Scalpel

Bahan
Jangkrik

Gunting bedah

Cumi-Cumi

Papan styrofoam

Udang

Pinset

Cacing tanah

Jarum pentul
Jarum jara
Mikroskop cahaya

Mikroskop stereo
Kaca preparat
Baki

3.1.2

Cara Kerja

3.1.3

Pengenalan mikroskop
3.2.1.1 Mikroskop cahaya
Disiapkan mikroskop cahayanya. Dipasang kabel
mikroskop

cahaya

lalu

dihubungkan

ke

stop

kontak.

Dinyalakan lampu mikroskop, lalu digunakan pembesaran
lensa objektif terkecil dan meletakkan preparat pada meja
obyek, Dengan posisi lensa paling dekat dengan preparat, di
naik-turunkan

meja

obyektif

dengan

makrometer

dan

mikrometer untuk mendapatkan fokus. Dibuka diagfragma
hingga paling terang lalu ditutup lagi untuk menemukan
bayangan yang paling kontras.

3.2.1.2 Mikroskop bedah
Disiapkan mikroskop bedah. Dipasang kabel mikroskop
bedah lalu dihubungkan ke stop kontak. Dinyalakan sumber
cahaya (jika preparat tipis cahaya dari bawah, jika padat
cahaya dari atas). Diletakkan obyek pengamatan pada papan
preparat, dijepit agar posisi preparat tidak berubah-ubah, atur
posisi lensa agar nyaman bagi pengamat. Diatur focus knob
agar obyek tampak lebih tajam dan digeser kearah cahaya agar
lebih kontras bayangannya.
3.1.4

Anatomi hewan invertebrata

3.1.4.1 Prosedur pembedahan jangkrik
Jangkrik disiapkan. Diamati anatomi eksternalnya,
diletakan dengan dorsal menghadap keatas. Lalu diputuskan
semua kakinya. Dibedah eksoskeleton dari bagian segmen
terakhir abdomen hingga kepala sepanjang sisi dorsal dengan
gunting

bedah.

Ditahan

potongan

tersebut

dengan

menggunakan jarum pentul. Diamati anatomi internalnya.
3.1.4.2 Prosedur pembedahan udang
Udang disiapkan. Diamati anatomi eksternal udang.
Udang diletakkan di atas styrofoam dengan bagian dorsal
dihadapkan ke atas. Gunting bedah disisipkan pada segmen
terakhir abdomen. Eksoskeleton dipotong dari segmen terakhir
abdomen hingga kepala dari sisi dorsal. Potongan eksoskeleton
dibuka dan ditahan dengan jarum pentul. Anatomi internal
udang diamati.
3.1.4.3 Prosedur pembedahan cumi-cumi
Cumi-cumi disiapkan. Diamati anatomi eksternal cumicumi. Cumi-cumi diletakkan di atas styrofoam dengan bagian
ventral menghadap ke atas. Posterior mantel dipotong dari
sifon sampai anterior secara lurus. Potongan mantel dibuka dan
ditahan dengan jarum pentul. Anatomi internal cumi-cumi
diamati.
3.1.4.4 Prosedur pembedahan cacing tanah
Cacing tanah disiapkan. Diamati anatomi eksternal
cacing tanah. Cacing tanah diletakkan di atas papan styrofoam
dengan bagian dorsal menghadap ke atas. Bagian klitelum yang

terletak di sekitar segmen ke 33 dipotong sedikit secara
horizontal. Disisipkan gunting bedah pada bagian klitelum
yang telah dipotong. Bagian dorsal cacing dipotong dari bagian
klitelim sampai ke segmen ke 1. Potongan tersebut dibuka dan
ditahan dengan jarum pentul. Anatomi internal cacing tanah
diamati.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1

Hasil Pengamatan
4.1.1

Pengenalan Mikroskop
Berikut adalah hasil pengamatan sel-sel epitel dengan menggunakan

mikroskop cahaya.

Gambar 4.1 Sel epitel kolumnar selapis, Perbesaran 400 kali
(Dokumentasi Rizal, 2016)

Gambar 4.2 Sel epitel pipih selapis, Perbesaran 400 kali
(Dokumentasi Rizal, 2016)

Gambar 4.3 Sel epitel kubus selapis, Perbesaran 100 kali
(Dokumentasi Rizal, 2016)

4.1.2

Anatomi Hewan Invertebrata
Berikut adalah hasil pengamatan anatomi eksternal dan internal

hewan-hewan invertebrata.
Habitus

Situs Solitus

Literatur

Gambar 4.4 Anatomi

Gambar 4.5 Anatomi

Eksternal Jangkrik
(Dokumentasi Rizal, 2016)

Eksternal Jangkrik
(Dokumentasi Rizal, 2016)

Gambar 4.6 Anatomi Internal
dan Eksternal Jangkrik
(Hickman, 2004)

Gambar 4.7 Anatomi

Gambar 4.8 Anatomi

Eksternal Udang
(Dokumentasi Rizal, 2016)

Internal Udang
(Dokumentasi Rizal, 2016)

Gambar 4.9 Anatomi Internal

Udang
(Hickman, 2004)

Gambar 4.10 Anatomi
Eksternal Cacing Tanah
(Dokumentasi Rizal, 2016)

Gambar 4.11 Anatomi
Internal Cacing Tanah
(Dokumentasi Rizal, 2016)

Gambar 4.12 Anatomi
Internal dan Eksternal Cacing
Tanah
(Hickman, 2004)

Gambar 4.15 Anatomi
Internal dan Eksternal Cumicumi
(Hickman, 2004)

Gambar 4.13 Anatomi
Eksternal Cumi-cumi
(Dokumentasi Rizal, 2016)
Gambar 4.14 Anatomi
Internal Cumi-cumi
(Dokumentasi Rizal, 2016)

4.2

Pembahasan
Berikut adalah perbedaan dari mikroskop cahaya dan bedah. Pertama,
objek yang diamati pada mikroskop cahaya berbentuk mikroskopis dan berada
dalam preparat, sedangkan pada mikroskop bedah obyeknya relatif besar,
tidak dalam preparat, dan bisa dilihat tiga dimensi. Mikroskop cahaya
memiliki lensa obyektif sebanyak empat buah pada umumnya, dengan
perbesaran masing-masing 4x, 10x, 40x, dan 100x, sedangkan pada
mikroskop bedah, lensa perbesaran dengan rentang 10x hingga 80x. Yang
terakhir adalah dari segi sumber cahaya. Sumber cahaya pada mikroskop
cahaya hanya berasal dari bawah, sedangkan pada mikroskop bedah sumber
cahaya berasal dari atas atau bawah sesuai dengan tebal tipisnya obyek
pengamatan.
Berikut adalah fungsi dari masing-masing bagian mikroskop. Fungsi
lensa obyektif adalah memperbesar bayangan obyek pengamatan dengan
perbesaran sesuai lensa. Untuk memilih lensa obyektif yang akan digunakan
pada mikroskop cahaya digunakan yang namanya revolver. Lensa okuler
adalah lensa yang berfungsi untuk melihat hasil perbesaran obyek
pengamatan.

Selain

itu,

terdapat

kondensor

yang

berfungsi

untuk

memfokuskan cahaya pada objek pengamatan, dan diafragma yang berfungsi
mengumpulkan cahaya. Selanjutnya, pada mikroskop cahaya tempat untuk
meletakkan objek pengematan adalah meja preparat, sedangkan pada
mikroskop bedah meja preparat berbentuk stage. Kedua mikroskop ini
mempunyai makrometer sebagai pengatur jarak lensa objektif dengan meja
preparat dan mikrometer untuk memfokuskan bayangan agar terlihat gambar
yang jelas. (Hale, 2007)
Alasan mengapa memakai jangkrik, cacing tanah, cumi-cumi atau, dan
udang adalah karena semua hewan tersebut tidak berbahaya, mudah
didapatkan, dan harganya yang relatif murah. Selain itu, hewan invertebrata
tersebut memiliki struktur tubuh yang sederhana dan mudah diamati.

Struktur khas dari jangkrik adalah jangkrik mempunyai dua pasang
sayap, yaitu fore wing (untuk memproduksi suara) dan hind wing yang
posisinya berada dibawah fore wing (untuk terbang), jumping leg untuk
berjalan, melompat, dan alat bantu terbang, ovipositor sebagai tempat
perpindahan telur, cercus sebagai organ sensori, mata majemuk untuk melihat
dan masuknya sensor cahaya, dan antena sebagai alat peraba lingkungan.
Anatomi eksternal dari jangkrik, yaitu bagian cephal, thoraks, dan abdomen.
Struktur khas dari cacing tanah adalah mempunyai protamium sebagai
alat makan dan peraba terhadap lingkungan sekitar, setae untuk menunjang
pergerakan tubuh, dan klitelum sebagai tempat reproduksi dan meletakkan sel
telur. Cacing mempunyai 2 jenis kelamin atau hemaprodit dan organnya
berkumpul di bagian atas klitelum dan setae.
Struktur khas cumi-cumi adalah cumi cumi mempunyai sifon untuk
mengeluarkan air agar dapat bergerak dan saluran pengeluaran tinta, pen
sebagai endoskeleton untuk menopang bentuk tubuh cumi, tentakel untuk
mencari makan dan merasakan lingkungan sekitar, dan leg untuk menangkap
mangsa serta menjadi alat reproduksi cumi-cumi jantan. Cumi-cumi memiliki
delapan buah arm (tentakel) dan dua buah leg. Di dalam tubuh cumi-cumi
juga terdapat kantung tinta untuk mempertahankan diri dari serangan preator.
Struktur khas udang adalah mempunyai antenula untuk mencari
makanan serta lawan jenis dan merasakan terhadap lingkungan sekitar,
periopod untuk bergerak dan mengambil makanan, dan pleiopod sebagai kaki
renang. Anatomi eksternal udang terbagi menjadi dua bagian, yaitu
cephalothorax dan abdomen. Organ internal udang berada di bagian
cephalothorax.
Aplikasi dari pembedahan yang dilakukan pada hewan invertebrata
adalah untuk mengetahui organ-organ internal atau situs solitus dan fungsifungsi dari masing-masing hewan invertebrate. Pembedahan ini juga melatih
kita untuk memberikan praktikan wawasan tentang bidang pembelahan dan

posisi anatomi secara langsung serta membiasakan praktikan untuk
melakukan pembedahan pada hewan-hewan kecil dengan baik dan benar.
BAB V
KESIMPULAN
1. Secara mendasar, cara penggunaan mikroskop cahaya dan bedah (stereo)
hampir sama, yakni menyalakan sumber cahaya, meletakkan obyek di meja
obyek, mengatur posisi lensa okuler agar nyaman, dan mengamati obyek dari
lensa okuler. Yang membedakan adalah dari segi ukuran obyek, sumber
cahaya, dan perbesaran. Mikroskop cahaya dapat mengamati obyek yang
sangat kecil dengan bantuan kaca preparat, sumber cahaya hanya dari bawah
saja, dan perbesarannya bisa diubah hingga perbesaran 1000 kali. Sedangkan,
mikroskop bedah hanya dapat mengamati obyek yang relatif besar (tetapi bisa
melihat secara 3 dimensi), sumber cahaya bisa dari atas dan bawah
(tergantung tebal tipisnya obyek), dan maksimal perbesarannya adalah 80 kali.
2. Nama-nama bagian tubuh manusia pada bagian permukaan adalah frontal,
nasal, okular, otic, buccal, cervical, facial, cranial, cephalic, oral, mental,
axilliary, brachial, anthecubital, antebrachial, calpar, palmar, pollex, digit,
patellar, crural, tarsal, digit, hallux, pedal, femoral, pubic, inguinal, manual,
pelvic, umbilical, abdominal, mammary, thoracic, cephalic, cervical,
acromial, dorsal, olecranal, lumbar, gluteal, popliteal, sural, calcaneal, dan
plantar.
3. Macam-macam istilah pada posisi anatomi adalah anterior (bagian depan
tubuh), ventral (bagian perut tubuh), posterior (bagian punggung), cranial
(bagian kepala), superior (bagian atas mendekati kepala), caudal (bagian
ekor), inferior (bagian bawah), medial (mendekati daerah sumbu panjang
tubuh), lateral (menjauhi sumbu panjang tubuh), proximal (mendekati daerah
pelekatan), distal (menjauhi daerah pelekatan), superficial (dekat atau pada
permukaan tubuh), dan deep (jauh dari permukaan tubuh). Bidang

pembelahan pada bipedal dan quaripedal ada tiga macam, yakni transversal,
sagital, dan frontal.
4. Jangkrik mempunyai sepasang antena, dua pasang sayap (fore wing dan hind
wing), tiga pasang kaki (termasuk sepasang jumping leg), cercus pada bagian
posterior, sepasang mata majemuk, dan ovipositor pada jangkrik betina.
Cacing tanah mempunyai klitelum, prostomium, dan seta pada setiap
segmennya.
Udang mempunyai sepasang antena, sepasang antenula, rostrum, dan mata
majemuk pada bagian kepala. Udang juga memiliki tiga pasang maksiliped,
lima pasang kaki sejati, lima pasang kaki semu, uropod, dan telson pada badan
nya.
Cumi-cumi mempunyai empat pasang leg dan sepasang tentakel. Di bagian
kepala cumi-cumi terdapat sifon dan mata. Di dalam tubuh cumi-cumi
terdapat pen dan juga fin di samping bagian ventral cumi-cumi. Cumi-cumi
juga memiliki kantung tinta pada bagian internalnya.

DAFTAR PUSTAKA

Martini, Frederich.H., Nath, Judi.L., dan Bortholomew, E.F. 2012. Fundamentals
of
Anatomy and Physiology 9th Edition. San Fransisco : Pearson
Yudiarti, Turrini., Widiastuti, Endang., Mulatsih, R.T., dan Pratikno, H. 2004.
Petunjuk Praktikum Biologi. Semarang : Universitas Diponegoro.
Abramowitz, Mortimer. 2003. Microscopes basics and beyond. New York : New
York Microscopial Society.
Hickman, C.P. 2004. Integrated Principles of Zoology. New York : Mc Graw Hill
Instruments, N.O. (2016) Browse for microscopes. Available at:
https://nationaloptical.com/products/ (Accessed: 6 September 2016).
Alan, Hale. 2007. “Microscopes”.
http://www.celestron.com/c3/images/files/downloads/1211246798_microscop
esinfo.pdf. Diakses pada 6 September 2016.
Heys, J.J., Rajaraman, P.K., Gedeon, T., dan Miller, J.P. 2012. “ A Model of
Filiform
Hair
Distributionon
The
Cricket
Cercus”.
http://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0046588.
Diakses pada 6 September 2016.