Peranan Lamun Serta Interaksi Autotrof

REHABILITASI KAWASAN PESISIR

PERANAN LAMUN SERTA INTERAKSI AUTOTROF DI LINGKUNGAN
EKOSISTEM LAUT DANGKAL

DISUSUN OLEH :
PRIMA TEGAR ANUGRAH (125080601111024)
I3

Program Studi Ilmu Kelautan
Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Ilmu Kelautan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Malang
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun sampaikan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah – Nya jualah penyusun bisa menyelesaikan paper ini sebagai tugas dari
mata kuliah Rehabilitasi Kawasan Pesisir yang berjudul “Peranan Lamun Serta
Interaksi Autotrof Di Lingkungan Ekosistem Laut Dangkal”.

Selain bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Rehabilitasi Kawasan
Pesisir, penyusun berharap makalah ini juga bisa digunakan sebagaimana mestinya
oleh dosen, mahasiswa maupun pada masyarakat umum. Akhir kata, semoga
bermanfaat.

Malang, 10 September 2015

Penyusun

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................................4
DAFTAR TABEL..................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.................................................................................................................................6
1.1 LATAR BELAKANG..................................................................................................................6
1.2 TUJUAN PENULISAN.............................................................................................................7

TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................................8
2.1 PERANAN LAMUN DI LINGKUNGAN LAUT DANGKAL...................................................8
2.1.1 Lamun Sebagai Produsen Primer...................................................................................8
2.1.2 Lamun Sebagai Habitat Biota........................................................................................11
2.1.3 Lamun Sebagai Penangkap Sedimen..........................................................................11
2.1.4 Lamun Sebagai Pendaur Zat Hara...............................................................................12
2.1.5 Lamun Sebagai Makanan Dan Kebutuhan Lain.........................................................12
PEMBAHASAN.................................................................................................................................13
3.1 HUBUNGAN ANTARA PADANG LAMUN DAN IKAN.......................................................13
3.1.1 Sebagai Daerah Asuhan Dan Perlindungan................................................................13
3.1.2 Sebagai Makanan Ikan...................................................................................................13
3.1.3 Sebagai Padang Pengembalaan..................................................................................13
SINTESA............................................................................................................................................14
4.1 INTERAKSI AUTOTROF PADA EKOSISTEM LAUT DANGKAL.....................................14
PENUTUP..........................................................................................................................................16
5.1 KESIMPULAN.........................................................................................................................16
5.2 SARAN.....................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................17

3


DAFTAR GAMBAR
Gambar 1......................................................................................................................9
Gambar 2....................................................................................................................13

4

DAFTAR TABEL
Tabel 1..........................................................................................................................8
Tabel 2..........................................................................................................................9
Tabel 3........................................................................................................................11

5

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sebagian besar (70%) wilayah dunia merupakan lautan. Ekosistem perairan
di seluruh dunia telah dipengaruhi secara kuat oleh pembuangan nutrient dari
aktivitas manusia, sumber utamanya seperti limbah perkotaan, perumahan, dan

industri, dan sumber tidak utamanya adalah limbah pertanian. Meskipun demikian
hanya sebagian kecil merupakan wilayah yang produktif yaitu wilayah laut dangkal.
Di wilayah laut dangkal ini terdapat beberapa ekosistem bahari yang produktif
seperti mangrove, estuaria, terumbu karang dan padang lamun. Ketiga ekosistem
pertama (mangrove, estuaria dan terumbu karang) telah banyak diketahui dan
dipelajari, te-tapi tidak demikian dengan padang lamun.
Indonesia yang merupakan negara kepulauan, memiliki luas wilayah laut yang
besar dengan panjang pantai 81.000 km, wilayah Indonesia sangat dipengaruhi oleh
sifat – sifat dan keadaan laut. Hal ini meliputi pasang surut air laut, gelombang laut,
arus laut. Wilayah yang dipengaruhi oleh sifat – sifat dan keadaan laut disebut
wilayah pesisir. Pada umumnya wilayah pesisirnya mempunyai ekosistem yang
sangat beraneka ragam, antara lain hutan mangrove, terumbu karang, padang
lamun, dan rumput laut.
Laut memiliki banyak fungsi, peran serta manfaat bagi kehidupan manusia
dan makhluk hidup lainnya karena di dalam dan di atas laut terdapat kekayaan
sumber daya alam yang dapat kita manfaatkan diantaranya yaitu sebagai tempat
hidup sumber makanan manusia, tempat budidaya ikan, kerang mutiara, rumput
laut, tempat hiburan atau rekreasi, serta tempat barang tambang berada dan juga
sebagai jalur transportasi air.
Pesisir merupakan wilayah peralihan dan interaksi antara ekosistem darat

dan laut. Pesisir dipengaruhi oleh gelombang air laut. Pesisir juga merupakan zona
yang menjadi tempat pengendapan hasil pengikisan air laut dan merupakan bagian
dari pantai, oleh karenanya rawan terhadap proses abrasi serta kerusakan yang
ditimbulkan oleh manusia di daratan. Karena begitu pentingnya arti laut dan pesisir
bagi kehidupan manusia, maka adalah kewajiban manusia untuk tetap menjaganya.
Ekosistem lamun (seagrass) merupakan salah satu ekosistem di laut dangkal
yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan jasad hidup di laut serta
merupakan salah satu ekosistem bahari yang paling produktif. Padang lamun di
Indonesia tidak banyak diketahui dan bahkan hampir tidak diperhatikan, padahal
ekosistem ini mempunyai berbagai fungsi penting di lingkungan laut dangkal.
Banyak ekosistem perairan dangkal yang dipengaruhi oleh nutrient bisa
mendukung sejumlah varietas autotrof, kontras dengan ekosistem perairan dalam
yang didominasi oleh plankton. Autotrof tersebut seperti tumbuhan berpembuluh,
alga yang menempel pada substrat seperti tumbuhan, sedimen, bebatuan dan
lainnya, makroalga, dan fitoplankton. Autotrof ini bersaing untuk mendapatkan
6

nutrien, cahaya, dan ruang, dan mempunyai interaksi ekologi kompleks lainnya
yang bisa mempengaruhi bagaimana keadaan ekosistem tersebut sebagai respons
terhadap tekanan nutrien.

Model konseptual telah dikembangkan untuk menjelaskan perubahan pada
biomassa relatif tumbuhan, alga bentik, dan fitoplankton sebagai sebuah fungsi yang
memuat nutrien dan pemancaran bawah air. Pada perairan kaya – nutrien,
fitoplankton akan mendominasi karena mereka secara cepat hidup terasing pada
nutrien kolom perairan, biomassanya meningkat, dan menaungi alga bentik serta
tumbuhan. Makroalga diprediksi akan membentuk kanopi yang akan menaungi,dan
secepatnya membunuh tumbuhan berpembuluh. Pada kecepatan tertinggi pemuatan
nutrien, fitoplankton diprediksi mendominasi karena mereka mempunyai kecepatan
kompensasi penyinaran, pengambilan nutrien, dan pertumbuhan yang lebih rendah
dibanding alga bentik.
1.2 TUJUAN PENULISAN
Tujuan ditulisnya paper ini antara lain untuk memenuhi tugas mata kuliah
Rehabilitasi Kawasan Pesisir serta mencoba untuk menguraikan peranan lamun di
lingkungan laut dangkal dengan harapan dapat merangsang para peneliti untuk
mulai memperhatikannya dan memulai upaya untuk mengelolanya.

7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PERANAN LAMUN DI LINGKUNGAN LAUT DANGKAL
2.1.1 Lamun Sebagai Produsen Primer
Lamun memfiksasi sejumlah karbon organik dan sebagian besar memasuki
rantai makanan di laut, baik melalui pemangsaan langsung oleh herbivora maupun
melalui proses dekomposisi sebagai serasah. Produksi dari beberapa jenis lamun
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1

Meskipun beberapa hewan dapat mengkonsumsi langsung lamun, tetapi
proses dekomposisi juga merupakan hal yang penting. Proses dekomposisi
menghasilkan materi yang langsung dapat dikonsumsi oleh hewan pemakan
serasah. Serasah yang mengendap akan dikonsumsi oleh fauna bentik, sedangkan
partikel – partikel serasah di dalam air merupakan makanan invertebrata pemakan
penyaring. Pada gilirannya nanti hewan – hewan tersebut akan menjadi mangsa dari
karnivora yang terdiri dari berbagai jenis ikan dan invertebrata. Selain ikan,
beberapa jenis hewan lain mengkonsumsi langsung lamun seperti, berbagai jenis
cacing, krustasea, reptil dan mamalia (Tabel 2).
Beberapa peneliti memperkirakan bahwa padang lamun ini juga memberikan
sumbangan terhadap produktivitas terumbu karang. Serasah yang diproduksi oleh
lamun mungkin membantu meningkatkan kelimpahan fito dan zooplankton di

perairan terumbu karang. Sementara itu karang dan segenap biota pemakan
penyaring yang hidup di situ makan fito dan zoopiankton tersebut. Dengan cara ini,
enerji yang disadap oleh lamun dialihkan ke ekosistem terumbu karang.

8

Tabel 2

Interaksi antara ketiga ekosistem laut dangkal yaitu terumbu karang, lamun
dan mangrove telah dilakukan. Walaupun penelitian dalam bidang tersebut sangat
kurang, tetapi pada masa akhir – akhir ini telah menjadi perhatian para ahli di
wilayah Karibia. Mereka telah berhasil mengklasifikasikan lima tipe interaksi utama
yaitu : Interaksi – interaksi fisik, nutrien dan organik terlarut (dissolved organic
matter), materi organik melayang (particulate organic matter), ruaya hewan dan
dampak manusia (Gambar 1).

9

Gambar 1
Pada lingkungan yang tidak terganggu, aliran nutrien terlarut dari mangrove

telah meningkatkan produktivitas primer padang lamun. Padang lamun dan
mangrove meningkatkan produktivitas sekunder terumbu karang dengan
menyediakan tempat mencari makan. Fungsi pengendali sedimen kurang terlihat,
tetapi peranannya menjadi sangat menonjol apabila lingkungan tersebut terganggu.
Dalam keadaan ini aliran dari darat ke laut menjadi faktor yang kritis. Seringkali
terlihat terumbu karang menjadi rusak karena sistem – sistem lain dan sebaliknya.
Hal tersebut merupakan gambaran secara umum, tetapi mekanisme yang lebih
mendalam masih terbuka untuk penelitian lebih lanjut.

10

2.1.2 Lamun Sebagai Habitat Biota
Lamun memberikan perlindungan dan tempat menempel berbagai hewan dan
tumbuh – tumbuhan. Lebih jauh dapat dikatakan bahwa lamun sebagai habitat biota
dapat juga berfungsi sebagai daerah asuhan dan daerah perlindungan. Pada tabel 3
diperlihatkan jenis makroalgae dan mikroalgae epifitik serta invertebrata epifitik pada
lamun.
Tabel 3

2.1.3 Lamun Sebagai Penangkap Sedimen

Vegetasi lamun yang lebat memperlambat gerakan air yang disebabkan oleh
arus dan ombak, serta menyebabkan perairan di sekitarnya tenang. Dengan
demikian ekosistem ini bertindak sebagai pencegah erosi dan penangkap sedimen.
Sedimentasi sendiri memberikan pengaruh negatif terhadap lamun.

11

2.1.4 Lamun Sebagai Pendaur Zat Hara
Lamun memegang peranan yang berarti dalam daur berbagai zat hara dan
elemen – elemen langka di lingkungan bahari. Penelitian – penelitian dalam bidang
ini sekarang sedang berkembang. Hubungan kimiawi antara lamun dan algae epifitik
baru diteliti beberapa tahun yang lalu Zat hara tersebut secara potensial dapat
dipergunakan oleh epifitik apabila mereka berada dalam medium yang miskin fosfat.
Nitrogen yang dibawa ke dalam sistem tumbuh – tumbuhan baik oleh algae
biru – hijau epifitik atau bakteri rhizophere akan dapat dipergunakan jenis – jenis
algae epifitik, baik melalui hospesnya atau dari pengayaan (enrichment) terhadap air
laut. Di samping lamun sebagai pendaur zat hara, juga diketahui bahwa dari hasil
ekstrak ditemukan zat – zat kimia yang sangat berguna.
2.1.5 Lamun Sebagai Makanan Dan Kebutuhan Lain
Di samping peranan – peranan lamun yang telah dibahas di atas juga masih

ada beberapa hal yang tidak kalah pentingnya khususnya lamun sebagai makanan,
apakah itu sebagai makanan hewan atau manusia, serta kegunaan lain misalnya
sebagai bahan baku dalam pembuatan kertas.
Buah Enhalus sering dimakan setelah dimasak di Australia, juga dari
pengalaman penulis penduduk sekitar Kepulauan Seribu sering memakan buah
Enhalus yang dicampur dengan kelapa. Beberapa jenis lamun juga digunakan
sebagai makanan ternak di Papua New Guinea, dan Thalassia sebagai makanan
gajah di Srilangka. Beberapa hewan darat (terrestrial herbivovores) ada yang makan
langsung seperti angsa (Angser canagica) yang memakan Zostera.
Zostera dalam beberapa percobaan sering digunakan sebagai bahan baku
pembuatan kertas, begitu pula jenis Phyllospadix sebagai bahan kertas / karton. Dari
Zostera dapat dihasilkan substansi "zosterin", pektin dan lignin.

12

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 HUBUNGAN ANTARA PADANG LAMUN DAN IKAN
Lamun mempunyai berbagai peranan bagi kehidupan ikan. la dapat
merupakan daerah asuhan, sebagai makanan ikan – ikan itu sendiri dan sebagai
padang pengembalaan atau tempat mencari makan (feeding ground).
3.1.1 Sebagai Daerah Asuhan Dan Perlindungan
Peranan tradisional padang lamun adalah sebagai daerah asuhan. Beberapa
ikan niaga mempergunakan padang lamun sebagai daerah asuhan. Jenis – jenis
ikan tersebut ialah : Sebastes inermis, Stephanolepsis, Sebasticus marmorutus.
Padang lamun juga mempunyai peran sebagai perlindungan ikan. Kelimpahan ikan
juga meningkat dengan meningkatnya suhu dan bertambahnya biomassa lamun dan
menurun dengan menurunnya suhu dan berkurangnya biomassa lamun.
3.1.2 Sebagai Makanan Ikan
Banyak ikan herbivora yang diketahui pada saat ini menjadikan lamun
sebagai makanan utamanya.
3.1.3 Sebagai Padang Pengembalaan
Beberapa ikan karnivora mengeksploitasi lamun yang jauh dari terumbu
karang pada malam hari. Hal tersebut memberikan indikasi bahwa padang lamun
tersebut merupakan padang pengembalaan (feeding area) bagi ikan – ikan
nokturnal. Padang lamun yang berdekatan dengan terumbu karang merupakan
padang pengembalaan ikan – ikan karang yang besar. Begitu hari gelap gerombolan
ikan tersebut berenang ke tempat tertentu di ujung karang dalam jalur yang tetap
dari tahun ke tahun. Jarak yang ditempuhnya 1 km atau lebih. Gerombolan peruaya
tersebut, setelah sampai di padang lamun, merebahkan diri dan secara individual
mencari makan berupa invertebrata yang berasosiasi dengan lamun selama malam
hari. Pada dini hari mereka berkumpul dan melalui lintasan yang sama kembali ke
terumbu karang. Kenyataan tersebut juga merupakan petunjuk bahwa padang lamun
merupakan padang pengembalaan ikan – ikan karang.

13

BAB IV
SINTESA
4.1 INTERAKSI AUTOTROF PADA EKOSISTEM LAUT DANGKAL
Dinamika dari komunitas produsen primer di ilustrasikan menggunakan
sebuah gambar model konseptual dibawah. Kumpulan interaksi kompleks fisika,
kimia, dan biologi ini membuat lebih sulit untuk memprediksi respons dari ekosistem
perairan dangkal terhadap tekanan nutrien daripada sistem perairan yang lebih
dalam, dimana fitoplankton merupakan satu – satunya autotrof dan pasangan bentik
– pelagis mempunyai kepentingan yang relatif rendah.

Gambar 2
Pada teluk, penyuburan nutrien mengarah kepada peningkatan pertumbuhan
makroalga, dan penurunan pada tumbuhan berpembuluh (lamun) karena lamun
tersebut ditutupi oleh makroalga sehingga mengalami kesulitan dalam
berfotosintesis. Pada danau, air keruh yang kaya – nutrien menghasilkan
pengurangan biomassa dan kandungan fosfor pada epiphyton dan epipelon, dan
hanya fitoplankton (pada campuran kolom perairan) yang mengalami mendapatkan
cahaya matahari untuk berfotosintesisi sehingga mendukung pertumbuhannya.
Walaupun tidak diamati disini, biomassa fitoplankton yang tinggi bisa mengarah
kepada pengurangan ketersediaan cahaya bagi lamun dan menyebabkan
penurunan pertumbuhan pada lamun serta alga yang menempel padanya.
14

Kumpulan fitoplankton yang padat bisa mempengaruhi komponen lain dari
ekosistem serta manusia yang memanfaatkan sumberdaya perairan. Beberapa
anggota taksa alga yang blooming merupakan spesies yang termasuk bisa
memproduksi racun yang berbahaya, yang berdampak pada berakhirnya blooming
dan pengurangan biomassanya yang semula tinggi karena racun yang dihasilkan
tersebut.
Blooming makroalga mempunyai dampak berbeda dibandingkan dengan
blooming fitoplankton. Saat tingkat kepadatan lamun menurun, organisme yang
menggunakan mereka sebagai habitat hidup juga ikut terpengaruhi. Pengaruh dari
blooming makroalga bisa lebih bertahan lama dibandingkan dengan blooming
fitoplankton.

15

BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Lamun merupakan tumbuhan autotrof yang hidup pada lingkungan perairan
ekosistem laut dangkal dan memiliki beberapa peran penting, diantaranya :









Sebagai produsen primer
Sebagai habitat biota
Sebagai penangkap sedimen
Sebagai pendaur zat hara
Sebagai makanan dan kebutuhan lain
Sebagai daerah asuhan dan perlindungan ikan
Sebagai makanan ikan
Sebagai padang pengembalaan ikan

Mikroalga (fitoplankton dan alga yang menempel) mempunyai kecepatan
pengambilan nutrien yang lebih tinggi daripada makroalga, dan tumbuhan
angiospermae air laut. Dengan meningkatnya pertumbuhan fitoplankton dan
makroalga ada pengurangan penetrasi cahaya dan ini menyebabkan penurunan
jumlah tumbuhan angiospermae. Pada kecepatan pengangkutan nutrien tertinggi,
biomassa fitoplankton menjadi sangat tinggi hingga autotrof lain tidak bisa
mempertahankan pertumbuhannya. Oleh karena itu, biomassa fitoplankton
meningkat setelah tumbuhan mayor mati satu demi satu. Sebagai kemungkinan lain,
tumbuhan yang mati mungkin telah melepaskan nutrien yang menstimulasi
pertumbuhan fitoplankton.
5.2 SARAN
Saran yang bisa diberikan oleh penyusun setelah selesainya makalah ini
dibuat adalah perlu adanya perhatian lebih terhadap ekosistem lamun dan tumbuhan
autotrof lainnya pada ekosistem laut dangkal, terutama dengan mencegah adanya
masukan limbah ke dalam ekosistem ini melalui peraturan perundang – undangan
yang jelas dengan sanksi tegas agar kondisi ekosistem tersebut menjadi lebih
lestari.

16

DAFTAR PUSTAKA
Havens K. E., J. Hauxwell, A. C. Tyler, S. Thomas, K. J. McGlathery, J. Cebrian, I.
Valiela, A. D. Steinman, Soon – Jin Hwang. 2000. Complex Interactions
Between Autotrophs In Shallow Marine And Freshwater Ecosystems :
Implications For Community Response To Nutrient Stress. Environmental
Pollution 113. 95 – 107.
Hutomo, M. dan M. H. Azkab. 1987. Peranan Lamun Di Lingkungan Laut Dangkal.
Oseana – Volume XII. Nomor 1 : 13 – 23.

17