MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP CULEX Sp.docx

CULEX Sp
(SIKLUS HIDUP,MORFOLOGI CLASS INSECTA)

NAMA MAHASISWA
NIM
SEMESTER
KELAS
MATA KULIAH
PROGRAM STUDI
DOSEN

1.1. DEFINISI

: WINDY YULIA ZAHARA
: AK816071
: IV
: IV A
: PARASITOLOGI III
: DIII ANALIS KESEHATAN
: PUTRI KARTIKA SARI M


Nyamuk Culex sp merupakan golongan serangga penular(vektor). Nyamuk
dari genus Culex sp dapat menyebarkan penyakit Japanese Encephalitis (radang
otak), dan Filariasis. Japanese Encephalitis (JE) adalah suatu penyakit yang
menyerang susunan syaraf pusat yang disebabkan oleh virus. Ada beberapa macam
encephalitis diantaranya Japanese Encephalitis dan St Louis Encephalitis.
Dilingkungan pemukiman nyamuk Culex sp mempunyai aktivitas pada malam hari,
yaitu pada permulaan malam, sampai sesudah matahari terbenam sampai dengan
matahari terbit. Tempat perindukan nyamuk Culex sp disembarang tempat misalnya
di air bersih, air kotor, yaitu genangan air, got terbuka. Nyamuk Culex cm sp suka
beistirahat dalam rumah pada kelambu, tali jemuran atau kain/benda tergantung
yang berada ditempat lembab dan kurangnya pencahayaan, pada ketinggian 0- >
225 cm diatas permukaan tanah. Tempat tempat yang disenangi Nyamuk untuk
hinggap dan beristirahat adalah tempat gelap, lembab dan sediki angin. Termasuk
dikamar mandi , kamar kecil, maupun di dapur. Di dalam ruangan, permukaan
istirahat yang mereka suka adalah di bawah furniture, benda yang tergantung
seperti baju dan gorden.(Chen,2005)
1.2. MORFOLOGI
Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vector penyakit
yang penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louis
encephalitis. Nyamuk dewasa dapat berukuran 4 – 10 mm (0,16 – 0,4 inci), dalam

morfologinya nyamuk memiliki tiga bagian tubuh umum yaitu kepala, dada, dan
perut. Nyamuk Culex yang banyak di temukan di Indonesia yaitu jenis
Culexquinquefasciatus.
Ciri Secara Umum :
a. Telur
: lonjong seperti peluru
b. Larvasifon
: panjang dan bulunya lebih dari satu pasang
c. Fase dewasa :abdomen bagian ujung tumpul, warna cokelat muda tanpa tanda
khas
d. Sayap
:sisik sempit panjang dengan ujung runcing
e. Peran medis :sebagai vektor filariasis dan penyakit Japanese B. encephalitis
f. Perilaku
:mengisap darah pada malam hari
g. Habitat
:air jernih dan air keruh

Nyamuk mempunyai beberapa ciri yaitu tubuhnya dibedakan atas kaput,
toraks, abdomen dan mempunyai 3 pasang kaki dan sepasang antena. Satu pasang

sayap dan halter menempatkan nyamuk dalam ordo Diptera. Sisik pada sayap dan

lat mul
panjan
i jaru

adanya a
ut yang
g sepert
m

menempatkan nyamuk ke dalam familia Culicidae. (Adebayo,2009)
Genus Culex dicirikan dengan bentuk abdomen nyamuk betina yang
tumpul pada bagian ujungnya. Kepala Culex umumnya bulat atau sferik dan
memilikisepasang mata,sepasangantena, sepasang palpi yang terdiri atas 5segm
en dan 1 probosis antena yang terdiri atas 15 segmen. Berbeda dengan 6
Aedes,pada genus Culex tidak terdapatrambut pada spiracular maupun pada post
spiracular. (Adebayo,2009)
Panjang palpus maxillaries nyamuk jantan sama dengan proboscis.
Bagian toraks nyamuk terdiri atas 3 bagian yaitu protoraks,

mesotoraks
dan metatoraks. Bagian metatoraks mengecil dan terdapat sepasang sayap yang
mengalami modifikasi menjadi halter. Abdomen terdiri atas segmen tanpa bintik
putih di tiap segmen.( Adebayo.2009)
Ciri
lain
dari
nyamuk
Culex
adalah
posisi
yang sejajar
dengan bidang permukaan yang dihinggapi saat istirahat atau saat
menusuk
dengan
kaki
belakang
yang
sedikit
terangkat.

Genus Culex
dikenali dengan struktur sketelumnya yang trilobus, ujungabdomen yang tump
ul dan badannya yang penuh dengan sisik-sisik. Selain itu, struktur yang
membedakan genus ini dengan genus yang lain adalah struktur yang
disebut pulvilus yang berdekatan dengan kuku
diujung
skaki nyamuk
Nyamuk Culex quinquefasciatus berwarna coklat, berukuran sedang,dengan bin
tikbintik putih di bagian dorsal abdomen. Sedangkan kaki danproboscis berwa
rna hitam polos tanpa bintik-bintik putih. Spesies ini sulit dibedakan dengan
nyamuk genus Culex lainnya. ( Adebayo,2009)
1.3. Siklus Hidup

1.3.1. Telur
Seekor nyamuk betina mampu meletakan 100-400 butir telur. Setiap spesies
nyamuk mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda. Nyamuk Culex sp
meletakan telurnya diatas permukaan air secara bergelombolan dan bersatu
membentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung. Telur
nyamuk Culex Sp berbentuk rakit (raft). Warna telur yang baru diletakkan
adalah putih, kemudian warnanya berubah menadi hitam setelah 1-2 jam.

Telur nyamuk Culex Sp. berbentuk menyerupai peluru senapan. Spesiesspesies nyamuk Culex Sp. berkembang biak ditempat yang berbeda-beda,
sebagai contoh, nyamuk Culex quinquefasciatus bertelur di air comberan
yang kotor dan keruh, nyamuk Culex annulirostris bertelur di air sawah,
daerah
pantai
dan
rawa
berair
payau,
nyamuk Culex
bitaeniorrhynchus bertelur di air yang mengandung lumut dalam air tawar
dan atau air payau .
1.3.2. Larva
Setelah kontak dengan air, telur akan menetas dalam waktu 2-3 hari.
Pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh faktor temperature,
tempat perindukan dan ada tidaknya hewan predator. Pada kondisi optimum
waktu yang dibutuhkan mulai dari penetasan sampai dewasa kurang lebih 5
hari.
Ciri-ciri Larva Culex Sp. adalah sebagai berikut :
1. Pada segmen yang terakhir terdapat corong udara.

2. Tidak ada rambut-rambut berbentuk kipas (Palmatus hairs) pada
segmen abdomen.
3. Terdapat pectin pada corong udara.
4. Pada corong (siphon) terdapat sepasang rambut serta jumbai.
5. Terdapat comb scale sebanyak 8-21 pada setiap sisi abdomen segmen
kedelapan.
6. Setiap comb scale berbentuk seperti duri.
7. Terdapat duri yang panjang dengan bentuk kurva pada sisi thorax.

8.

terdapat sepasang rambut di kepala.

Larva nyamuk Culex Sp. memiliki 4 tingkatan perkembangan (instar),
sesuai dengan pertumbuhannya yaitu :
1. Larva instar ke-1: ukurannya 1-2 mm, belum terlihat jelas bentuk dari
duri-duri (spinae) pada dada dan corong pernapasan pada siphon.
2. Larva instar ke-2: ukurannya 2,5–3,5 mm, corong kepala mulai
menghitam, tetapi duri–duri masih belum terlihat jelas,.
3. Larva instar ke-3: ukurannya 4-5 mm, duri-duri dada mulai terlihat jelas

dan corong pernapasan terlihat berwarna coklat kehitaman.
4. Larva instar ke-4: ukurannya 5-6 mm dengan warna kepala terlihat gelap.
1.3.3. Pupa
Pupa merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air,
pada stadium ini tidak memerlukan makanan dan terjadi pembentukan sayap
hingga dapat terbang, stadium kepompong memakan waktu lebih kurang
satu sampai dua hari. Pada fase ini nyamuk membutuhkan 2-5 hari untuk
menjadi nyamuk, dan selama fase ini pupa tidak akan makan apapun dan
akan keluar dari larva menjadi nyamuk yang dapat terbang dan keluar dari
air. Pupa jantan lebih cepat menetas menjadi nyamuk daripada pupa betina.
Pupa tidak memerlukan makanan, tetapi memerlukan oksigen yang diambil
melalui tabung pernapasan . Tabung pernapasannya berbentuk sempit dan
panjang
1.3.4. Dewasa
Setelah muncul dari pupa nyamuk jantan dan betina akan kawin dan
nyamuk betina
yang sudah dibuahi akan menghisap darah waktu 24-36
jam. Darah merupakan sumber protein yang esensial untuk mematangkan
telur. Perkembangan telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10
sampai 12 hari. Biasanya, nyamuk jantan tidak pergi jauh dari tempat

perindukannya karena menunggu nyamuk betina untuk berkopulasi.
Nyamuk betina akan mencari darah untuk pembentukkan telurnya .
Nyamuk Culex Sp. betina memiliki palpi yang lebih pendek daripada
probosisnya, sedangkan nyamuk Culex Sp. jantan memiliki palpi yang lebih
panjang daripada probosisnya. Sayap nyamuk Culex Sp. berbentuk sempit
dan panjang. Nyamuk Culex Sp. biasanya mencari darah pada malam hari.
Gambar nyamuk Culex Sp. dan siklus hidupnya dapat dilihat dari gambar di
bawah ini. (Soedarto,2002)
1.4. Bionomik Nyamuk Culex sp

Nyamuk betina menghisap darah untuk proses pematangan telur, berbeda
dengan nyamuk jantan. Nyamuk jantan tidak memerlukan darah tetapi hanya
menghisap sari bunga. Setiap nyamuk mempunyai waktu menggigit, kesukaan
menggigit, tempat beristirahat dan berkembang biak yang berbeda-beda satu
dengan yang lain.
1.4.1. Tempat berkembang biak
Nyamuk Culex sp suka berkembang biak di sembarang tempat misalnya di
air bersih dan air yang kotor yaitu genangan air, got terbuka dan empang ikan.
1.4.2. Perilaku makan
Nyamuk Culex sp suka menggigit manusia dan hewan terutama pada malam

hari. Nyamuk Culex sp suka menggigit binatang peliharaan, unggas,
kambing, kerbau dan sapi. Menurut penelitian yang lalu kepadatan menggigit
manusia di dalam dan di luar rumah nyamuk Culex sp hampir sama yaitu di
luar rumah (52,8%) dan kepadatan menggigit di dalam rumah (47,14%),
namun ternyata angka dominasi menggigit umpan nyamuk manusia di dalam
rumah lebih tinggi dari nyamuk menggigit umpan orang di luar rumah.
1.4.3. Kesukaan beristirahat
Setelah nyamuk menggigit orang atau hewan nyamuk tersebut akan
beristirahat selama 2 sampai 3 hari. Setiap spesies nyamuk mempunyai
kesukaan beristirahat yang berbeda-beda. Nyamuk Culex sp suka beristirahat
dalam rumah. Nyamuk ini sering berada dalam rumah sehingga di kenal
dengan nyamuk rumahan.
1.4.4. Aktifitas menghisap darah
Nyamuk Culex sp suka menggigit manusia dan hewan terutama pada malam
hari (nocturnal). Nyamuk Culex sp menggigit beberapa jam setelah matahari
terbenam sampai sebelum matahari terbit. Dan puncak menggigit nyamuk ini
adalah pada pukul 01.00-02.00. (Budiman & Suryono,2010)
1.5. Sistem Peredaran Darah
Pada serangga, darah (atau lebih dikenal sebagai hemolimfe) tidak terlibat
dalam peredaran oksigen. Oksigen pada serangga diedarkan melalui sistem trakea

berupa saluran-saluran yang menyalurkan udara secara langsung ke jaringan tubuh.
Darah serangga mengangkut zat ke jaringan tubuh dan menyingkirkan bahan sisa
metabolisme. (Almahy,2001)

1.6. Sistem Pernafasan
Corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan
arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di
kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh
silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh.

Spirakel mempunyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka dan
menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya spirakel terbuka selama
serangga terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat. Oksigen dari luar masuk
lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel menuju pembuluh-pembuluh trakea
dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut
trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam.
Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut
trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus
ini mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler pada sistem pengangkutan
(transportasi) pada vertebrata. ( Almahy,2001)
1.7. Sistem Pencernaan
Sebagaimana pada cacing tanah, serangga memiliki sistem pencernaan makanan
yang sudah sempurna, mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus sampai
anus. Pencernaan pada serangga dilakukan secara ekstrasel (Ben-dov,2005)
1.8. Patologi dan Gejala Klinis
Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit yang
penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louis
encephalitis.Gejala klisnis filariasis limfatik disebabkan oleh microfilaria dan
cacing dewasa baik yang hidup maupun yang mati. Microfilaria biasanya tidak
menimbulkan kelainan tetapi dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan occult
filariasis. Gejala yang disebabkan oleh cacing dewasa menyebabkan limfadenitis
dan limfagitis retrograd dalam stadium akut, disusul dengan okstruktif menahun 10
sampai 15 tahun kemudiam.
Perjalanan filariasis dapat dibagi beberapa stadium: stadium mikrofilaremia tanpa
gejala klinis, stadium akut dan stadium menahun. Ketiga stadium tumpang tindih,
tanpa ada batasan yang nyata. Gejala klinis filariasis bankrofti yang terdapat di
suatu daerah mungkin berbeda dengan dengan yang terdapat di daerah lain.
Pada penderita mikrofilaremia tanpa gejala klinis, pemeriksaan dengan
limfosintigrafi menunjukkan adanya kerusakan limfe. Cacing dewasa hidup dapat
menyumbat saluran limfe dan terjadi dilatasi pada saluran limfe,
disebutlymphangiektasia. Jika jumlah cacing dewasa banyak dan lymphangietaksia
terjadi secara intensif menyebabkan disfungsi system limfatik. Cacing yang mati
menimbulkan reaksi imflamasi. Setelah infiltrasi limfositik yang intensif, lumen
tertutup dan cacing mengalami kalsifikasi. Sumbatan sirkulasi limfatik terus
berlanjut pada individu yang terinfeksi berat sampai semua saluran limfatik tertutup
menyebabkan limfedema di daerah yang terkena. Selain itu, juga terjadi hipertrofi
otot polos di sekitar daerah yang terkena.
Stadium akut ditandai dengan peradangan pada saluran dan kelenjar limfe, berupa
limfaadenitis dan limfagitis retrograd yang disertai demam dan malaise. Gejala

peradangan tersebut hilang timbul beberapa kali setahun dan berlangsung beberapa
hari sampai satu atau dua minggu lamanya. Peradangan pada system limfatik alat
kelamin laki-laki seperti funikulitis, epididimitis dan orkitis sering dijumpai.
Saluran sperma meradang, membengkak menyerupai tali dan sangat nyeri pada
perabaan. Kadang-kadang saluran sperma yang meradang tersebut menyerupai
hernia inkarserata. Pada stadium menahun gejala klinis yang paling sering dijumpai
adalah hidrokel. Dapat pula dijumpai gejala limfedema dan elephantiasis yang
mengenai seluruh tungkai, seluruh lengan, testis, payudara dan vulva. Kadangkadanag terjadi kiluria, yaitu urin yang berwarna putih susu yang terjadi karena
dilatasi pembuluh limfe pada system ekskretori dan urinary. Umumnya penduduk
yang tinggal di daerah endemis tidak menunjukan peradangan yang berat walaupun
mereka mengandung mikrofilaria. ( Backer,2010)

DAFTAR PUSTAKA
Adebayo, E.A., ishola, O.R., Taiwo, O.S., Majolagbe, O.N., &
Adekeye, B.T., 2009, Evaluations of The Methanol Extract of
Ficus exasperate Stem Bark, Leaf and Root for Phytochemical
Analysis and Antimicrobial Activities, African Journal of Plant

Science Vol. 3 (12), pp. 283-287.
Almahy, H.A., Rahmani, M., Sukari, M.A., & Ali, A.M., 2001,
Investigation of Chemical Constituent of the Leaves Ficus
elastica Roxb. and Their Antimicrobial Activity, Pertanika
Journal Sciences and Technology 11(1), Hlm 57-63
Backer, C.A., dan Vad Den Brink, R.C.B., 2010, Flora of Java: Culex
sp Volume 2, Netherland, Noordhoff-Groningen, Hal 23
Ben-Dov, E., Boussyba, F., Zaritsky, A. 2005,.Mosquito Larvicidal
Activity of Escherichia coli with Combinations of Genes from
Bacillus thuringiensis subsp. Israelensis. Journal of
Bacteriology, p. 2851–2857.
Budiman dan Suyono. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Konteks
Kesehatan Lingkungan.Jakarta : EGC
Chen, C.D., Nazni, W.A., Lee, H.L. and Sofian-Azirun, M., 2005,
Susceptibility of Culex sp and Aedes albopictus to temephos in
four study sites in Kuala Lumpur City Center and Selangor
State, Malaysia, Topical biomedicine 22(2), pp. 207-216.
Crawley, J., Chu, C., Mtove, G. & Nosten, F., 2010, Malaria in
children, Lancet, 375(9724).pp.1468-81.
Khanna, V.G. & Kannabiran, K., 2007, Larvicidal effect of
Hemidesmus indicus, Gymnema sylvestre, and Eclipta prostrata
against Culex qinquifaciatus mosquito larvae, African Journal
of Biotechnology, 6(3), pp.30
Kuete V., Kamga J., Sandjo Louis P., Ngameni B., Poumale Herve
MP., Ambbasa P., Ngadjul Bonaventure T., 2011, Antimicrobial
activities of the methanol extract, fractions and compounds
from Ficus polita Vahl. (Moraceae), BMC Complementary and
Alternative Medicine 2011, 1
Soedarto, 2002, Entomologi Kedokteran, Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Hal. 58-63.