123147105 PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA123147105 PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA

PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA
BABI
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sejauh menyangkut ancaman militer dari luar, tidak diragukan bahwa
peningkatan kemampuan militer (modernisasi dan profesionalisasi) merupakan
sa1ah satu pilihan. Namun, selain karena pertimbangan ekonomi, peningkatan
kekuatan militer selalu mengundang kecurigaan pihak 1ain, terutama jika hal itu
dilakukan dengan lebih banyak memberikan prioritas pada modernisasi senjatasenjata ofensif.
Dalam suasana anarki dan ketidakpastian, upaya unilateral bisa menimbulkan
dilema keamanan (security dilemma) terutama jika upaya unilateral itu berupa
penggelaran jenis senjata- senjata ofensif baru. Pengembangan kekuatan militer
yang mengarah pada non-provocative defense merupakan salah satu pilihan
strategis.
Selain

itu,

di

tengah


gelombang

interdependensi

dalam

kehidupan

antarbangsa, suatu negara tidak bisa mengamankan dirinya dengan mengancam
orang lain. Upaya untuk membangun keamanan, oleh karenanya, bergeser dari
konsep “security against” menjadi “security with”. Apa yang selama ini dikenal
sebagai cooperative security, confidence building measures, dan preventive
diplomacy yang dilakukan secara bilateral, regiona1, global, maupun multilateral
adalah sebagian dari berbagai upaya menjawab persoalan ini.
2. Tujuan Penulisan Makalah
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal berikut:
1. Pengertian Pertahanan Negara?
2. Definisi Keamanan Negara?
3. Pertahanan terhadap Keamanan Neagara?

4. Komponen Pertahanan Negara?
5. Redifinisi Doktrin, Pembagian Wewenang dan Strategi Pertahanan ?

1

3. Identifikasi Penulisan Makalah
1. Pengertian Pertahanan Negara
2. Definisi Keamnan Negara
3. Pertahanan terhadap Keamanan Neagara
4. Komponen Pertahanan Negara
5. Redifinisi Doktrin, Pembagian Wewenang dan Strategi Pertahanan
1.4. Sistematika Penulisan Makalah

2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pertahanan Negara
Pertahanan negara disebut juga pertahanan nasional adalah segala
usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah sebuah

negara dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan
terhadap keutuhan bangsa dan negara.
Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta
yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan
kewajiban

warga

negara

serta

keyakinan

pada

kekuatan

sendiri.


Pertahanan negara dilakukan oleh pemerintah dan dipersiapkan secara dini
dengan sistem pertahanan negara.
Pertahanan nasional merupakan kekuatan bersama (sipil dan militer)
diselenggarakan oleh suatu Negara untuk menjamin integritas wilayahnya,
perlindungan dari orang dan/atau menjaga kepentingan-kepentingannya.
Pertahanan nasional dikelola oleh Departemen Pertahanan. Angkatan
bersenjata disebut sebagai kekuatan pertahanan dan, di beberapa negara
(misalnya Jepang), Angkatan Bela Diri.
B. Definisi Keamnan Negara
Keamanan merupakan istilah yang secara sederhana dapat dimengerti
sebagai suasana "bebas dari segala bentuk ancaman bahaya, kecemasan,
dan ketakutan". Dalam kajian tradisional, keamanan lebih sering ditafsirkan
dalam konteks ancaman fisik (militer) yang berasal dari luar. Walter Lippmann
merangkum kecenderungan ini dengan pernyataannya yang terkenal: "suatu
bangsa berada dalam keadaan aman selama bangsa itu tidak dapat dipaksa
untuk mengorbankan nilai-nilai yang diaggapnya penting (vital) ...dan jika
dapat menghindari perang atau, jika terpaksa melakukannya, dapat keluar
sebagai pemenang. Karena itu, seperti kemudian disimpulkan Arnord Wolfers,
masalah utama yang dihadapi setiap negara adalah membangun kekuatan
untuk menangkal (to deter) atau mengalahkan (to defeat) suatu serangan.

Dengan semangat yang sama, kolom keamanan nasional dalam International
Encyclopaedia of the Social Science mendefinisikan keamanan sebagai
3

kemampuan suatu bangsa untuk melindungi nilai-nilai internalnya dari
ancaman luar".
Kajian keamanan mengenal dua istilah penting, dilemma keamanan
(security dilemma) dan dilemma pertahanan (defence di1emma). Istilah yang
pertama, dilema keamanan, menggambarkan betapa upaya suatu negara
untuk meningkatkan keamanannya dengan mempersenjatai diri justru, dalam
suasana anarki internasional, membuatnya

semakin

rawan

terhadap

kemungkinan serangan pertama pihak lain. Istilah kedua, dilema pertahanan,
menggambarkan betapa pengembangan dan penggelaran senjata baru

maupun aplikasi doktrinal nasional mungkin saja justru tidak produktif atau
bahkan bertentangan dengan tujuannya untuk melindungi keamanan
nasional. Berbeda dari dilema keamanan yang bersifat interaktif dengan apa
yang [mungkin] dilakukan pihak lain, dilema pertahanan semata-mata bersifat
non-interaktif, dan hanya terjadi dalam lingkup nasional, terlepas dari apa
yang mungkin dilakukan pihak lain.
C. Pertahanan terhadap Keamanan Neagara
Dalam bahasa militer, pertahanan adalah cara-cara untuk menjamin
perlindungan dari satu unit yang sensitif dan jika sumber daya ini jelas,
misalnya tentang cara-cara membela diri sesuai dengan spesialisasi mereka,
pertahanan udara (sebelumnya pertahanan terhadap pesawat: DCA),
pertahanan rudal, dll. Tindakan, taktik, operasi atau strategi pertahanan
adalah untuk menentang/membalas serangan.
Jenis pertahanan:


Pertahanan militer untuk menghadapi ancaman militer, dan




Pertahanan nonmiliter/nirmiliter untuk menghadapi ancaman
nonmiliter/nirmiliter.

D. Komponen Pertahanan Negara
Di Indonesia, sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman
militer menempatkan Tentara Nasional Indonesia sebagai "komponen utama"
dengan didukung oleh "komponen cadangan" dan "komponen pendukung".
Sistem

Pertahanan

Negara

dalam

4

menghadapi

ancaman


nonmiliter

menempatkan lembaga pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur
utama, sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi dengan
didukung oleh unsur unsur lain dari kekuatan bangsa.
E. Komponen utama
"Komponen utama" adalah Tentara Nasional Indonesia, yang siap digunakan
untuk melaksanakan tugas tugas pertahanan.
F. Komponen cadangan
"Komponen cadangan" (Komcad) adalah "sumber daya nasional" yang telah
disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan
memperkuat kekuatan dan kemampuan komponen utama.
G. Komponen pendukung
"Komponen pendukung" adalah "sumber daya nasional" yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama
dan komponen cadangan. Komponen pendukung tidak membentuk kekuatan
nyata untuk perlawanan fisik. "Sumber daya nasional" terdiri dari sumber
daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya buatan. Sumber daya
nasional yang dapat dimobilisasi dan didemobilisasi terdiri dari sumber daya

alam, sumber daya buatan, serta sarana dan prasarana nasional yang
mencakup berbagai cadangan materiil strategis, faktor geografi dan
lingkungan, sarana dan prasarana di darat, di perairan maupun di udara
dengan segenap unsur perlengkapannya dengan atau tanpa modifikasi.
Komponen pendukung terdiri dari 5 segmen :


Para militer



Polisi (Brimob) - (lihat pula Polri)



Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)



Perlindungan masyarakat(Linmas) lebih dikenal dengan sebutan

pertahanan sipil (Hansip)



Satuan pengamanan (Satpam)



Resimen Mahasiswa (Menwa)



Organisasi kepemudaan
5



Organisasi bela diri




Satuan tugas (Satgas) partai

H. Redifinisi

Doktrin,

Pembagian

Wewenang

dan

Strategi

Pertahanan

Threat, survival dan defence dilemma itu membawa implikasi serius. Pesan
yang hendaknya digarisbawahi adalah penggunaan eksesif dari resources
tidak boleh. Penggunaan kekerasan untuk menghadapi ancaman harus
sepadan. Ancaman tertentu harus dihadapi dengan instrumen tertentu yang
sesuai, efektif, efisien, dan tidak menimbulkan dislokasi sosial, ekonomi,
politik, ideologi. Security deficit yang timbu1 karena vu1nerabilitas membawa
kompleksitas tersendiri. Semuanya bermuara pada satu persoalan besar:
perlunya kajiulang terhadap doktrin keamanan dan pertahanan nasional,
khususnya sejauh menyangkut “apa yang harus dipertahankan”, “bagaimana
untuk mempertahankannya”, dan “siapa yang harus memikul tanggungjawab”
itu.
Jawaban atas pertanyaan pertama, apa yang harus dipertahankan,
memerlukan suatu kesepakatan politik. Pertimbangan historis, geografis,
ideologis dan perkembangan politik kontemporer harus dimasukkan dalam
kalkulasi itu. Gravitas hubungan antarnegara pada dinamika ekonomi tidak
sepenuhnya menghapus relevansi konteks politik geostrategi. Bagi sebuah
negara kepulauan, termasuk Indonesia, melindungi keamanan nasional
adalah usaha besar untuk melindungi dan mempertahankan kedaulatan
maritim berikut sumberdaya yang berada di dalamnya. Pada tingkat strategi,
bagaimana mempertahankan dari ancaman, tantangan yang dihadapi adalah
bagaimana merumuskan ancaman secara lebih realistik. Untuk waktu yang
dapat diperhitungkan ke depan, keamanan terhadap ancaman interna1 masih
akan mendominasi pemikiran strategis di Indonesia. Pluralisme sosial,
ketimpangan ekonomi, disparitas regional menjadikan upaya bina-bangsa dan
bina-bangsa menjadi soal serius. Indonesia adalah suatu entitas politik
(negara) yang dibangun di atas fondasi pluralitas. Persatuan Indonesia
seperti diikrarkan dalam Sumpah Pemuda 1928, selama ini lebih direkat oleh
common history anti-kolonia1isme. Common history menghadapi kolonialisme
kelihatannya perlu dijelmakan dalam wujud yang lebih konkret, misalnya

6

common platform dan komitmen untuk menegakkan keadilan sosia1, dan
dengan menggunakan instrumen yang lebih appropriate seperti ketentuan
hukum yang demokratik.
Di tengah keharusan untuk mempersiapkan diri terhadap keamanan
internal, ancaman militer dari luar merupakan sesuatu yang harus selalu
diperhitungkan, sekalipun pada saat yang sama harus diakui pula bahwa
untuk beberapa tahun yang dapat diperhitungkan ke depan sukar
dibayangkan terjadinya perang dalam pengertian tradisional. Menduduki
wilayah asing (occupation) menjadi sesuatu yang secara moral memperoleh
gugatan semakin tajam dan secara ekonomis semakin mahal. Konflik
bersenjata, jika harus terjadi, kemungkinan besar akan bersifat terbatas,
berlangsung dalam waktu singkat, dan menggunakan teknologi tinggi.
Amerika Serikat diperkirakan tetap memainkan peranan penting di
kawasan Asia Pasifik, baik karena potensi ketidakstabilan di semenanjung
Korea, hubungan tradisionalnya dengan Jepang dan Korea Selatan,
kekhawatirannya terhadap tampilnya Cina sebagai kekuatan hegemon
regional, maupun karena kepentingan ekonominya di kawasan ini. Ancaman
militer dari luar terhadap Indonesia kelihatannya akan bersifat ancaman tidak
langsung yang terjadi karena ketidakstabiIan regional. Termasuk dalam
kategori

ini

adalah

perlombaan

senjata

yang

dapat

terjadi

karena

ketidakstabilan di Semenanjung Korea dan Asia Timur, prospek penyelesaian
masalah Taiwan, dan kemungkinan konf1ik tapalbatas.
Masalah pokok, seperti dirumuskan sebagai pertanyaan ketiga, adalah
apa cara yang paling efektif dan efisien untuk menghadapi sumber dan watak
ancaman-ancaman tertentu. Ancaman internal harus diketahui dengan pasti
alasan

timbulnya.

Gagasan-gagasan,

termasuk

komunisme

dan

fundamentalisme religius, tidak pernah secara langsung mempengaruhi
tindakan [kekerasan] politik. Menghilangkan deprivasi ekonomi, politik dan
kultural. Demokratisasi dalam penggunaan dan pengelolaan sumberdaya,
dan distribusi pembangunan. Penghormatan pada budaya lokal. Bhineka

7

Tunggal Ika adalah semboyan yang seharusnya ditafsirkan sebagai
komitmen untuk menghormati keragaman, bukan untuk menciptakan
keseragaman.

Upaya

nasional,

unilateral,

adalah

demokratisasi.

Pengenda1ian dan resolusi konflik seharusnya semata-mata dilakukan
sebagai tindakan polisionil.
I. Ketahanan Pada Aspek Sosial Budaya
Ketahanan di bidang sosial budaya atau ketahanan sosial budaya diartikan
sebagai kondisi dinamik budaya bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional di
dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan serta
gangguan baik dari luar maupun dalam
Kondisi kehidupan sosial budaya bangsa yang dijiwai kepribadian nasional
berdasarkan pancasila. Esensi pengaturan dan penyelenggaraan kehidupan sosial
budaya bangsa Indonesia adalah pengembngan kondisi sosial budaya di mana
setiap warga masyarakat dapat merealisasikan pribadi dan segenap potensi
manusiawinya yang dilandasi nilai-nliai pancasila.
Pengaruh Aspek Pertahanan dan Keamanan, yaitu:
1. Pokok-pokok pengetahuan pertahanan dan keamanan
Pertahanan dan keamanan negara RI dilaksanakan dengan menyusun,
mengerahkan dan menggerakan seluruh potensi nasional temasuk kekuatan
masyarakat

diseluruh

bidang

kehidupan

nasional

secara

terintegrasi

dan

terkoordinasi. Penyelenggaraan pertahanan dan keamanan secara nasional
merupakan salah satu fungsi utama dari pemerintah dan negara RI. Ketahanan
pertahanan dan keamanan diartikan sebagai kondisi dinamik kehidupan pertahanan
dan keamanan bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional.
Wujud ketahanan pertahanan dan keamanan tercermin dalam kondisi daya
tangkal bangsa yang dilandasi kesadaran bela negara seluruh rakyatnya
mengandung kemampuan memelihara stabilitas pertahanan dan keamanan negara
yang dinamis.
8

Analog dengan pengertian ketahanan nasional maka ketahanan pertahanan
dan keamanan pada hakikatnya adalah keuletan dan ketnguuhan bangsa dalam
mewujudkan kesiapsiagaan serta upaya bela negara, suatu perjuangan rakyat
semesta, dalam mana seluruh potensi dan kekuatan ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya. Kesinambungan pembangunan nasional dan kelangsungan hidup bangsa
dan negara berdasarkan pancasila dan UUD 1945 yang ditandai sebagai berikut.
a. Pandangan bangsa Indonesia tentang perang dan damai
b. Penyelanggaraan pertahanan dan keamanan negara kesatuan RI
c. Pertahanan dan keamanan negara merupakan upaya nasional terpadu
d. Pertahanan dan keamanan negara RI diselenggarakan dengan siskamnas
(sishankamrata)
e. Segenap kekuatan dan kemampuan pertahanan dan keamanan rakyat
semesta.
2. Postur Kekuatan Pertahanan Dan Keamanan
Postur Kekuatan Hankam. Untuk membangun postur kekuatan Hankam
terdapat empat pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan ancaman, misi,
kewilayahan dan politik.
Pembangunan kekuatan Hankam. Konsepsi Hankam perlu mengacu kepada
konsep Wawasan Nusantara, dimana Hankam diarahkan kepada upaya pertahanan
seluruh wilayah kedaulatan Negara kesatuan RI. Hakekat Ancaman. Rumusan ini
akan mempengaruhi kebijaksanaan dan strategi pembangunan kekuatan Hankam.
Gejolak Dalam Negeri. Di dalam era globalisasi saat ini dan di masa
mendatang, tidak menutup kemungkinan akan mengundang campur tangan asing,
dengan alasan menegakkan nilai-nilai HAM, demokrasi, penegakan hukum dan
lingkungan hidup, di balik kepentingan nasional mereka.
Geopolitik Kearah Geoekonomi. Kondisi ini mengandung implikasi semakin
canggihnya

upaya

diplomasi guna mencapai tujuan politik dan ekonomi.

Perkembangan Lingkungan Strategis. Penerapan cara-cara baru telah melibatkan
super power di dalamnya.

9

Mewujudkan Postur Kekuatan Hankam. Susunan kekuatan Hankamneg yang
meliputi: pertama, perlawanan bersenjata yang terdiri atas bala nyata merupakan
kekuatan TNIyang selalu siap. Kedua, perlawanan tidak bersenjata yang terdiri atas
Ratih dengan fungsi Tibum, Linra, Kamra dan Linmas. Ketiga, komponen pendukung
perlawanan bersenjata dan tidak bersenjata sesuai dengan bidang profesinya.
3.

Ketahanan Pada Aspek Pertahanan dan Keamanan
a. Pertahanan dan keamanan harus dapat mewujudkan kesiapsiagaan serta
upaya bela Negara, yang berisi ketangguhan, kemampuan dan kekuatan
melalui penyelenggaraan Siskamnas (Sishankamrata).
b. Bangsa Indonesia cinta damai, akan tetapi lebih cinta kemerdekaan dan
kedaulatannya.
c. Pembangunan kekuatan dan kemampuan pertahanan dan keamanan
dimanfaatkan untuk menjamin perdamaian dan stabilitas keamanan.
d. Potensi nasional dan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai harus
dilindungi dari segala ancaman dan gangguan.
e. Perlengkapan dan peralatan untuk mendukung pembangunan kekuatan dan
kemampuan pertahanan dan keamanan sedapat mungkin harus dihasilkan
oleh industri dalam negeri.
f. Pembangunan dan penggunaan kekuatan dan kemampuan pertahanan dan
keamanan haruslah diselenggarakan oleh manusia-manusia yang berbudi
luhur, arif bijaksana, menghormati Hak Asasi Manusia (HAM) dan menghayati
makna nilai dan hakikat perang dan damai.
g. Sebagai tentara rakyat, tentara pejuang dan tentara nasional, TNI
berpedoman pada Sapta Marga yang merupakan penjabaran Pancasila
h. Sebagai kekuatan inti Kamtibmas
i.

Masyarakat secara terus menerus perlu ditingkatkan kesadaran dan
ketaatannya kepada hukum.

Keberhasilan Ketahanan Nasional Indonesia Kondisi kehidupan nasional
merupakan pencerminan Ketahanan Nasional yang mencakup aspek ideologi,
politik, ekonomi, social budaya dan pertahanan keamanan. Untuk mewujudkan
keberhasilan Ketahanan Nasional diperlukan kesadaran setiap warganegara
Indonesia, yaitu:

10

1.

Memiliki semangat perjuangan bangsa dalam bentuk perjauangan Non
Fisik yang berupa keuletan dan ketangguhan yang tidak mengenal
menyerah.

2.

Sadar dan peduli terhadap pengaruh-pengaruh yang timbul pada aspek
ideology, politik, ekonomi, social budaya dan pertahanan keamanan.
Untuk mewujudkan Ketahanan Nasional diperlukan suatu kebijakan umum
dan pengambil kebijakan yang disebut Politik dan Strategi Nasional
(Polstranas).
Berdasarkan pemahaman tentang hubungan tersebut diperoleh gambaran

bahwa konsepsi ketahanan nasional akan menyangkut hubungan antar aspek yang
mendukung kehidupan yaitu :
1. aspek yang berkaitan dengan alamiah bersifat statis meliputi aspek geografi,
kependudukan, dan sumber daya alam
2. aspek yang berkaitan dengan sosial bersifat dinamis meliputi aspek ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam.
a. Pengaruh Aspek Ideologi
Ideologi adalah suatu sistem nilai yang merupakan kebulatan ajaran yang
memberikan motivasi. Dalam ideologi juga terkandung konsep dasar tentang
kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu bangsa. Keampuhan suatu ideologi
tergantung kepada rangkaian nilai yang dikandungnya yang dapat memenuhi serta
menjamin segala aspirasi hidup dan kehidupan manusia baik sebagai perseorangan
maupun sebagai anggota masyarakat. Secara teori suatu ideologi bersumber dari
suatu aliran pikiran/falsafah dan merupakan pelaksanaan dari sistem falsafah itu
sendiri.
Ideologi besar yang ada di dunia adalah :
b. Liberalisme
Aliran pikiran perseorangan atau individualistik. Aliran pikiran ini mengajarkan
bahwa negara adalah masyarakat hukum (legal society) yang disusun atas kontrak
semua orang (individu) dalam masyarakat itu (kontrak sosial). Menurut aliran ini,
kepentingan harkat dan martabat manusia (individu) dijunjung tinggi sehingga
masyarakat tiada lebih dari jumlah para anggotanya saja tanpa ikatan nilai tersendiri.
11

Hak dan kebebasan orang seorang dibatasi hanya oleh hak yang sama yang dimiliki
orang lain bukan oleh kepentingan mastarakat seluruhnya. Liberalisme bertitik tolak
dari hak asasi yang melekat pada manusia sejak lahir dan tdak dapat diganggu
gugat oleh siapapun termasuk penguasa, terkecuali atas persetujuan yang
bersangkutan. Faham ini mempunyai nilai-nilai dasar (intrinsik) yaitu kebebasan dan
kepentingan pribadi yang menuntut kebebasan individu secara mutlak yaitu
kebebasan mengejar kebahagiaan hidup ditengah-tangah kekayaan materiil yang
melimpah dan dicapai dengan bebas. Faham ini juga selalu mengaitkan aliran
pikirannya dengan hak asasi manusia yang menarik minat/daya tarik yang kuat
untuk kalangan masyarakat tertentu. Aliran ini diajarkan oleh Thomas Hobbes, John
Locke, Jean Jaques Rousseau, Herbert Spencer dan Harold J.Laski.
c. Komunisme
Aliran pikiran teori golongan (class theory) yang diajarkan oleh Karl Marx, Engels,
Lenin. Bermula merupakan kritikan Marx terhadap kehidupan sosial ekonomi
masyarakat pada awal revolusi industri. Aliran ini beranggapan bahwa negara
adalah susunan golongan (kelas) untuk menindas kelas lain. Kelas atau golongan
ekonomi kuat menidas ekonomi lemah. Golongan borjuis menindas golongan
proletar (kaum buruh). Oleh karena itu, Marx menganjurkan agar kaum buruh
mengadakan revolusi politik untuk merebut kekuasaan negara dari kaum golongan
kaya kapitalis dan borjuis agar kaum buruh dapat ganti berkuasa dan mengatur
negara. Aliran ini erat hubungannya dengan aliran material dialiktis atau
materialistik. Aliran ini juga menonjolkan adanya kelas/penggolongan, pertentangan
amtar golongan, konflik dan jalan kekerasan/revolusi dan perebutan kekuasaan
negara.
Pikiran-pikiran

Karl Marx tentang sosial,

ekonomi, politik yang kemudian

disistematisasikan oleh Frederick Engels ditambah dengan pikiran Lenin terutama
dalam pengorganisasian, dan operasionalisasinya menjadi landasan dari paham
komunisme. Sesuai dengan aliran pikiran yang melandasi komunisme maka dalam
upaya

merebut

kekuasaan

ataupun

mempertahankan

komunisme akan :

12

kekuasaannya

maka

1. menciptakan situasi konflik untuk mengadu golongan-golongan tertentu serta
menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan
2. ajaran

komunisme

adalah

atheis

dan

didasarkan

pada

kebendaan

(materialistis) dan tidak percaya akan adanya Tuhan Yang Maha Esa, bahkan
agama dinyatakan sebagai racun bagi kehidupan masyarakat.
3. Masyarakat komunis bercorak internasional. Masyarakat yang dicita-citakan
komunis adalah masyarakat komunis dunia yang tidak dibatasi oleh
kesadaran nasional. Hal ini tercermin dalam seruan Marx yang terkenal
“kaum buruh di seluruh dunia bersatulah !”. Komunisme menghendaki
masyarakat tanpa nasionalisme.
4. Masyarakat komunis yang dicita-citakan adalah masyarakat tanpa kelas.
Masyarakat tanpa kelas dianggap masyarakat yang dapat memberikan
suasana hidup yang aman dan tenteram, tidak ada pertentangan, tidak
adanya hak milik pribadi atas alat produksi dan hapusnya pembagian kerja.
Perombakan masyarakat hanya dapat dilaksanakan melalui jalan revolusi.
Setelah revolusi berhasil maka kaum proletar akan memegang tampuk
pimpinan kekuasaan negara dan menjalankan pemerintahan secara ditaktur
mutlak (diktator proletariat).
4. HAKIKAT, DASAR, TUJUAN, DAN FUNGSI PERTAHANAN NEGARA RI
Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta,
yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban
warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri. Penyelenggaraan Pertahanan
dan Keamanan Negara berdasarkan prinsip-prinsip seperti berikut.
1. Bangsa Indonesia berhak dan wajib membela serta mempertahankan
kemerdekaan negara.
2. Bahwa upaya pembelaan negara tersebut merupakan tanggung jawab dan
kehormatan setiap warga negara yang dilandasi asas:
a. keyakinan akan kekuatan dan kemampuan sendiri;
b. keyakinan akan kemenangan dan tidak kenal menyerah (keuletan);
c. tidak mengandalkan bantuan atau perlindungan negara atau kekuatan
asing.

13

3. Pertentangan yang timbul antara Indonesia dengan bangsa lain akan selalu
diusahakan dengan cara-cara damai. Perang adalah jalan terakhir yang
dilakukan dalam keadaan terpaksa.
4. Pertahanan dan keamanan keluar bersifat defensif-aktif yang mengandung
pengertian tidak agresif dan tidak ekspansif. Ke dalam bersifat preventif-aktif
yang mengandung pengertian sedini mungkin mengambil langkah dan
tindakan guna mencegah dan mengatasi setiap kemungkinan timbulnya
ancaman.
5. Bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam membela serta mempertahankan
kemerdekaan bersifat kerakyatan dan kesemestaan.
Sistem

Pertahanan

dan

Keamanan

Rakyat

Semesta

(Sishankamrata)

Sishankamrata adalah suatu sistem pertahanan dan keamanan yang komponennya
terdiri dari seluruh potensi, kemampuan, dan kekuatan nasional untuk mewujudkan
kemampuan dalam upaya pertahanan dan keamanan negara (tujuan Hankamneg)
dalam mencapai tujuan nasional.
Sishankamrata bersifat semesta dalam konsep, semesta dalam ruang lingkup
dan semesta dalam pelaksanaannya. Komponen kekuatannya terdiri dari berikut ini.
1. Komponen dasar, yaitu rakyat terlatih.
2. Komponen utama, yaitu ABRI dan cadangan TNI.
3. Komponen Perlindungan Masyarakat (Linmas).
4. Komponen pendukung, yaitu sumber daya dan prasarana nasional.
Pengalaman

penyelenggaraan

hankam

menghasilkan

berbagai

doktrin

pertahanan dan keamanan, yaitu doktrin perang gerilya rakyat semesta, doktrin
perang wilayah, doktrin perang rakyat semesta dan doktrin pertahanan dan
keamanan rakyat semesta. Sasaran operasi Hankamnas, yaitu mencegah dan
menghancurkan serangan terbuka, menjamin penguasaan dan pembinaan wilayah
nasional RI dan ikut serta memelihara kemampuan hankam Asia Tenggara bebas
dari campur tangan asing.
Pola operasi Hankamrata, yaitu operasi pertahanan, operasi keamanan dalam
negeri, operasi intelijen strategis dan pola operasi kerja sama pertahanan dan
keamanan Asia Tenggara. Pola operasi pertahanan bertujuan untuk menggagalkan
14

serangan dan ancaman nyata dari kekuatan perang musuh. Pola operasi keamanan
dalam

negeri

bertujuan

untuk

memelihara

atau

mengembalikan

kekuatan

pemerintah/negara RI pada salah satu atau beberapa daerah (bagian wilayah)
negara yang terganggu keamanannya.
Pola operasi intelijen strategis (Intelstrat) bertujuan untuk memperoleh informasi
yang diperlukan dalam pelaksanaan strategi nasional dan operasi-operasi Hankam,
menghancurkan sumber-sumber infiltrasi, subversi, dan spionase yang terdapat di
wilayah musuh, dan mengadakan perang urat syaraf dan kegiatan-kegiatan tertutup
lainnya

untuk

mewujudkan

kondisi-kondisi

strategis

yang

menguntungkan.

Pola operasi kerja sama, yaitu usaha bersama kemungkinan gangguan keamanan
stabilitas nasional dan perdamaian khususnya di Asia Tenggara.
5. Upaya Penyelenggaraan Bela Negara dalam Kerangka Sistem Pertahanan
dan Keamanan Rakyat Semesta
Kelangsungan hidup bangsa dan negara (national survival) merupakan tanggung
jawab (hak, kewajiban, dan kehormatan) setiap warga negara dan bangsa. Untuk itu,
diperlukan pembinaan kesadaran, dan partisipasi setiap warga negara dalam upaya
bela negara.
Persepsi tentang bela negara dihadapkan kepada tantangan/ancaman yang
dihadapi secara kontekstual dalam periode waktu tertentu. Pada periode 1949 bela
negara dipersepsikan identik dengan perangtahun 1945 kemerdekaan. Hal ini
berarti bahwa wujud partisipasi warga negara dalam pembelaan negara adalah
keikutsertaan dalam perang kemerdekaan baik secara bersenjata maupun tidak
bersenjata.
1965, bela negara dipersepsikan identik dengan upaya Pada periode 1950
pertahanan dan keamanan yang dilaksanakan melalui komponen-komponen
hankam, seperti ABRI, HANSIP, PERLA SUKWAN/ SUKWATI. Hal ini sejalan
dengan kondisi tantangan dan ancaman yang kita hadapi pada periode itu, yaitu
menghadapi pemberontakan di dalam negeri, peperangan Trikora, membebaskan
Irian Barat (sekarang Irian Jaya) dan Dwikora.
Pada periode Orde Baru ATHG yang dihadapi lebih kompleks dan lebih luas
daripada periode sebelumnya. ATHG tersebut dapat muncul dari segenap aspek
15

kehidupan bangsa (ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankam). Oleh
karena itu, dalam konteks ini bela negara dapat dilakukan dalam bidang-bidang
kehidupan nasional tersebut dalam upaya mencapai tujuan nasional. Untuk itu,
dikembangkan konsepsi tannas. Dalam hal ini, bela negara dapat dikatakan pula
sebagai partisipasi warga negara dalam menciptakan dan membangun tannas di
segenap aspek kehidupan bangsa.
Upaya bela negara sebagaimana dipersepsikan merupakan pengertian atau
penafsiran yang cukup luas (segala aspek kehidupan bangsa). Dalam pengertian
yang lebih sempit diartikan sebagai upaya pertahanan dan keamanan yang dilandasi
oleh dasar negara Pancasila, UUD 1945 (Pasal 30 ayat (1) dan (2)) dan UU No. 20
Tahun 1982 tentang Pertahanan dan Keamanan Negara disempurnakan dengan UU
No. 3 Tahun 2000 tentang Pertahanan Negara
Wujud upaya bela negara dilakukan melalui pemberian kesadaran bela negara
yang dilakukan sejak dini di sekolah dasar dan berlanjut sampai perguruan tinggi
dan di luar sekolah melalui kegiatan pramuka dan organisasi sosial kemasyarakatan.
Di sekolah dilakukan melalui Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN), yang
diintegrasikan ke dalam kurikulum; Pendidikan dasar dan menengah, sedangkan di
pendidikan

tinggi

diwujudkan

dalam

mata

kuliah

Kewiraan

(sekarang

Kewarganegaraan). Di luar Pendidikan Pendahuluan Bela Negara wujud bela
negara dibakukan dalam bentuk Rakyat Terlatih, ABRI, Cadangan ABRI, dan
Perlindungan Masyarakat (Linmas) yang merupakan komponen khusus dalam
Pertahanan dan Keamanan Negara.
6. Politik serta Strategi Pertahanan dan Keamanan
Dwi fungsi ABRI mengandung pengertian bahwa ABRI mengemban dua fungsi,
yaitu fungsi sebagai kekuatan Hankam dan fungsi sebagai kekuatan sosial politik.
Fungsi sebagai kekuatan sosial politik hakikatnya adalah tekad dan semangat
pengabdian ABRI untuk ikut secara aktif berperan serta bersama-sama dengan
segenap kekuatan sosial politik lainnya memikul tugas dan tanggung jawab
perjuangan bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaan dan kedaulatannya.

16

Tujuannya ialah untuk mewujudkan stabilitas nasional yang mantap dan dinamik
di segenap aspek kehidupan bangsa dalam rangka memantapkan tannas untuk
mewujudkan tujuan nasional berdasarkan Pancasila.
Lahirnya ABRI sebagai kekuatan sosial politik di Indonesia berangkat dari
perjalanan sejarah bangsa Indonesia merebut kemerdekaan dan mempertahankan
kemerdekaan RI. Pengalaman sejarah itu mengakibatkan bagaimana ABRI
memandang dirinya yakni sebagai alat revolusi dan alat negara, juga sebagai
pejuang yang terpanggil untuk memberikan jasanya kepada semua aspek kehidupan
dan pembangunan bangsa. Keterlibatannya dalam memerankan fungsi sosial politik
ini, didorong oleh kondisi internal (ABRI) dan kondisi eksternal termasuk lingkungan
strategik internasional.
1949 (Agresi Militer Belanda II) pemimpin-pemimpinPada tahun 1948 politik
ditangkap Belanda, peran ABRI menjadi meningkat. Pada tahun 1959 ketika
pem1957impin politik sipil juga tidak mampu mengatasi pemberontakan daerah,
ABRI tampil menyelamatkan negara Kesatuan Republik Indonesia. Pada saat
pemberontakan G 30 S/PKI di mana kepemimpinan sipil gagal menyelamatkan
Pancasila dari rongrongan Partai Komunis, lagi-lagi ABRI tampil di depan
menyelamatkan Republik ini. Secara historis dan budaya dwi fungsi ABRI dapat
diterima oleh rakyat Indonesia kendatipun harus disesuaikan dengan perkembangan
masyarakat.
Peran serta politik tersebut semakin besar setelah penumpasan G 30 S/PKI
sehingga memungkinkan ABRI turut menentukan kebijaksanaan nasional dalam
pembangunan. Hal itu ditunjukkan oleh masuknya para perwira ABRI ke dalam
berbagai bidang; lembaga pemerintahan, lembaga legislatif, lembaga ekonomi
kemasyarakatan. Meskipun demikian tidak berarti militer menggantikan peranan
sipil. Perluasan peran biasanya pada posisi-posisi kunci dengan cara penempatan
(kekaryaan) dan yang diminta oleh lembaga instansi terkait, serta dengan
memperhatikan

perkembangan

pembangunan

dan

kehidupan

bangsa.

Luasnya penempatan personil militer tersebut pada instansi/lembaga pemerintahan
dan lembaga masyarakat menimbulkan silang pendapat yang menuntut perlunya
aktualisasi dwi fungsi ABRI (fungsi sospol) di masa depan.

17

Aktualisasi dwi fungsi ABRI di masa depan ini akan efektif apabila ada
keseimbangan kepentingan, yaitu keharmonisan antara kepentingan militer dan
kepentingan sipil. Konsensus selalu dapat dibuat atas dasar tidak satu pun pihak
boleh mendominasi pihak yang lain. Kecurigaan terhadap golongan lain harus
dihindari, kearifan harus ditumbuhkan agar konflik internal tentang hal ini tidak
merebak menjadi perpecahan yang mengganggu tannas.
Runtuhnya rezim orde baru diganti dengan orde reformasi mengeliminasi peran
TNI (militer) dalam negara secara bertahap. TNI diharapkan menjadi kekuatan,
pertahanan yang profesional sebagaimana layaknya kekuatan pertahanan di
negara-negara yang sudah maju untuk itu segala keperluannya harus didukung oleh
pemerintah dan pengelolaan yang profesional.

18

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertahanan adalah sebuah system yang harus diterapkan sebagai
sebuah kesadaran bersama antara Negara, pemerintah, masyarakat, dan
seluruh tatanan.
Pertahanan Negara melingkupi bidang-bidang:
1. politik
2. social
3. budaya
4. persatuan
5. ancaman-ancaman lain terhadap keselamatan bangsa dan Negara
Persoalan siapa yang harus bertanggungjawab untuk menjawab
ancaman keamanan tertentu menjadi rumit dan politikal: rumit, karena
perkembangan konsep dan ketidapastian setelah berakhirnya Perang Dingin
dan politikal, karena landasan konstitusiona1, sejarah, maupun realita politik
bisa menjadi kekuatan inersia untuk membangun pola pembagian kerja baru.
Salah satu konsekuensi penting adalah perlunya ketentuan yang mengatur
level of engagement dan instrumen yang boleh digunakan dalam setiap
bagian dari spektrum ancaman terhadap keamanan nasional.
B. Saran-Saran
Saran-saran dalam menerapkan sistm pertahanan nasional adalah:


Sebagai pelajar ada baiknya menghindari pengaruh negative seperti
narkoba, pergaulan bebas, dan kriminalitas.



Menyikapi perbedaan suku bangsa, ras, atau agama di negera kita
sebagai keragaman yang indah untuk saling memahami dan bertukar
pengetahuan.



Tidak memicu atau ikut dalam tawuran atau perkelahian antar pelajar.

19

DAFTAR PUSTAKA
blogspot.com/2010/03/pertahanan-dan-keamanan-negara.html
blogspot.com/2011/03/bab-3-pertahanan-dan-keamanan-ri.html
http://keamanan-negara.blogspot.com/

20