BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Ph Dan Kapasitas Buffer Saliva Terhadap Pembentukan Kalkulus Pada Pasien Di Instalasi Periodonsia Rsgm Usu
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kalkulus
2.1.1 Pengertian Kalkulus
Kalkulus adalah suatu massa adheren yang merupakan mineralisasi dari
23 plak bakteri yang terbentuk pada permukaan gigi dan protesa di rongga mulut.
2 Kalkulus merupakan etiologi sekunder dari penyakit periodontal. Kalkulus
meningkatkan retensi dari plak dimana permukaan kalkulus dilapisi oleh plak yang
24
tidak termineralisasi sehingga dapat meningkatkan laju formasi plak. Selain itu, sifat porositas dari kalkulus dapat menjadi tempat untuk patogen-patogen periodontal dan mempertahankan komponen bakteri yang berbahaya seperti
2 endotoksin.
2.1.2 Komposisi Kalkulus
Komposisi kalkulus secara umum terdiri dari komponen organik dan anorganik. Setidaknya duapertiga dari komponen anorganik adalah dalam struktur kristal. Bentuk kristal yang utama adalah 58% hidroksiapatit, 21% whitlockite
24
magnesium, 12% oktakalsium fosfat dan 9% brushite. Secara umum, setidaknya
1 dua atau lebih dari kristal ini ditemukan dalam sampel kalkulus.
Kalkulus terdiri dari 70% sampai dengan 90% bahan anorganik dan sisanya adalah komponen organik. Bahan anorganik kalkulus supragingiva diperkirakan terdiri dari 76% kalsium fosfat (Ca (PO ) ), 3% kalsium karbonat (CaCO ),
3
4
2
3
magnesium fosfat (Mg
3 (PO 4 ) 2 ) dan logam lainnya. Komponen anorganik yang
utama antara lain adalah 39% kalsium, 19% fosfor, 2% karbondioksida, 1% stronsium, brom, tembaga, manggan, tungsten, emas, aluminum, silikon, besi dan ftor. Bahan organik kalkulus supragingiva terdiri dari campuran kompleks protein polisakarida, sel epitel deskuamasi, leukosit dan tipe mikroorganisme yang
1 bervariasi.
Komposisi kalkulus supragingiva dan subgingiva hampir sama, tetapi ada
5
beberapa perbedaan dari keduanya. Perbedaan antara komponen kalkulus supragingiva dan subgingiva tidak terlalu banyak. Kalkulus supragingiva dan subgingiva mempunyai konten hidroksiapatit yang sama, tetapi pada kalkulus subgingiva komponen whitlockite magnesiumnya lebih banyak dengan komponen
1 brushite dan oktakalsium fosfat yang lebih sedikit.
2.1.3 Klasifikasi Kalkulus
Berdasarkan hubungannya terhadap margin gingiva, kalkulus
24 diklasifikasikan menjadi kalkulus supragingiva dan kalkulus subgingiva.
2.1.3.1 Kalkulus Supragingiva
Kalkulus supragingiva merupakan kalkulus yang terletak di bagian korona dari margin gingiva sehingga dapat terlihat secara klinis. Kalkulus supragingiva dapat dibersihkan dengan mudah dari permukaan gigi menggunakan skeler tetapi dapat terbentuk kembali dengan cepat terutama di permukaan lingual gigi anterior rahang bawah. Kalkulus supragingiva ini mempunyai konsistensi seperti tanah liat dan biasanya berwarna putih atau putih kekuningan tetapi warna ini juga dapat
1
dipengaruhi oleh substansi seperti tembakau atau pigmen makanan. Bentuk kalkulus ini sangat tergantung pada bentuk anatomis gigi, kontur dari margin
25
gingiva, tekanan dari lidah, bibir dan pipi. Kalkulus ini dapat terjadi pada satu
1 gigi, sekelompok gigi atau pada seluruh gigi.
Kalkulus supragingiva terutama banyak ditemui pada permukaan bukal dari gigi molar maksila dan pada permukaan lingual dari gigi anterior mandibula. Pada kasus yang ekstrim, kalkulus dapat terbentuk seperti struktur jembatan diatas papila interdental dari gigi yang berdekatan atau bahkan menutupi permukaan oklusal dari gigi. Kalkulus supragingiva juga dikenal sebagai kalkulus saliva
1 karena pembentukannya dibantu oleh saliva.
Gambar 1. Kalkulus supragingiva pada
permukaan lingual gigi anterior 1 rahang bawah2.1.3.2 Kalkulus Subgingiva
Kalkulus subgingiva merupakan kalkulus yang terletak di bawah puncak margin gingiva sehingga tidak dapat terlihat secara klinis. Pada keadaan dimana gingiva mengalami resesi, kalkulus subgingiva menjadi tersingkap sehingga
1 klasifikasinya dapat mengalami perubahan menjadi kalkulus supragingiva.
Lokasi dan perluasan kalkulus subgingiva biasa dideteksi dengan
1
menggunakan prob dan eksplorer. Kalkulus subgingiva biasanya berwarna cokelat tua atau hijau kehitaman dengan konsistensi yang lebih rapuh. Bentuk
25
kalkulus ini biasanya rata karena adanya tekanan dari dinding poket. Secara siginifikan, kalkulus subgingiva lebih banyak terdapat pada permukaan lingual daripada permukaan bukal. Pada permukaan lingual, gigi molar pertama mandibula memiliki kalkulus subgingiva terbanyak, sedangkan pada permukaan bukal, gigi anterior mandibula dan gigi molar maksila memiliki kalkulus subgingiva yang paling banyak. Kalkulus subgingiva juga dikenal sebagai
1 Kalkulus subgingiva dapat dijumpai dalam beberapa bentuk yang bervariasi antara lain adalah bentuk spikula, ledge dan cincin. Bentuk spikula merupakan bentuk kalkulus kecil dan banyak terdapat pada daerah interdental. Bentuk
ledge adalah bentuk deposit yang lebih besar dan letaknya paralel dengan
pertemuan sementoenamel. Sedangkan, bentuk cincin adalah kalkulus yang
25 membentuk cincin dan mengelilingi gigi.
25 Gambar 2. Variasi bentuk kalkulus subgingiva
2.1.4 Proses Pembentukan Kalkulus
26 Kalkulus adalah plak gigi yang mengalami mineralisasi. Oleh sebab itu,
proses pembentukan kalkulus di awali dengan proses pembentukan plak dimana pada awalnya terbentuk lapisan acquired pellicle yang merupakan interaksi antara bakteri dengan pelikel. Pada tahap ini, hanya bakteri yang dapat membentuk polisakarida ekstraseluler yang dapat tumbuh 24 jam pertama membentuk suatu
5
lapisan yang tipis. Selanjutnya, terjadi proliferasi bakteri yang menyebabkan peningkatan massa plak. Pertumbuhan plak gigi ini dapat berupa pertumbuhan melalui adhesi dari bakteri yang baru atau melalui multiplikasi dari bakteri yang
24 sudah melekat. Mineralisasi pada plak hanya bisa terjadi apabila plak mengalami
26
kejenuhan oleh komponen dari kalkulus seperti kalsium fosfat. Plak gigi yang lunak mengalami pengerasan karena adanya presipitasi dari garam mineral dan pengerasan ini dapat terjadi antara hari pertama dan keempat belas setelah pembentukan plak. Selain itu, plak gigi yang berkembang menjadi kalkulus akan mengalami peningkatan komponen anorganik. Proses kalsifikasi ini hanya membutuhkan waktu 4-8 jam dan dapat mencapai 50% setelah dua hari bahkan 60-
3
90% setelah dua belas hari. Peran mikroorganisme dalam pembentukan kalkulus tidak selalu penting karena kalkulus dapat terbentuk pada hewan percobaan yang
1 bebas dari mikroorganisme.
2.2 Saliva
2.2.1 Pengertian Saliva
Saliva adalah sekresi kelenjar yang berkontak secara konstan dengan
27
jaringan lunak dan keras dari rongga mulut. Saliva merupakan bagian yang penting untuk melindungi dan mempertahankan kesehatan rongga mulut. Setiap komponen saliva saling berinteraksi dan bertanggung jawab terhadap setiap fungsi
28 dari saliva.
2.2.2 Komposisi Saliva
Saliva adalah sekresi eksokrin yang terdiri dari 99% air, dan 1% terdiri dari ion dan unsur organik. Ion penting yang terdapat dalam saliva adalah kation seperti
29 Na dan K sedangkan anion adalah Cl dan bikarbonat (HCO3 ). Selain itu,
elektrolit lain yang terdapat di dalam saliva adalah kalsium fosfat, fluoride,
30
tiosianat, magnesium sulfat, dan iodin. Unsur organik yang terdapat di dalam
29 saliva adalah seperti protein, karbohidrat, lemak dan molekul organik kecil.
2.2.3 Fungsi Saliva
Saliva merupakan cairan yang kompleks dan serbaguna yang penting untuk
28-
berbagai fungsi fisiologis didalam rongga mulut. Fungsi saliva antara lain adalah
31
: 1.
Memfasilitasi proses bicara.
2. Membasahi makanan di dalam rongga mulut sehingga mempermudah proses mastikasi dan penelanan makanan.
3. Membantu persepsi rasa dengan melarutkan makanan secara kimia yang merupakan langkah awal untuk stimulasi reseptor taste bud, sifat hipotonisitas dari saliva memungkinkan taste bud untuk mempersepsikan rasa yang berbeda, protein saliva juga penting untuk pertumbuhan dan maturasi dari taste bud tersebut.
4. Membentuk suatu lapisan seromukosa yang dapat melubrikasi dan melindungi mukosa oral dari agen yang mengiritasi.
5. Mengencerkan dan membersihkan rongga mulut dengan membilas debris, sisa makanan dan bakteri dari rongga mulut sehingga aktivitas bakteri di rongga mulut menjadi terbatas.
6. Sebagai buffer yang dapat menetralkan dan membersihkan asam untuk menjaga integritas enamel dengan mencegah terjadinya demineralisasi enamel.
2.3 Gambaran Klinis Gingiva Normal
Gambaran klinis gingiva normal perlu diketahui sebagai dasar untuk mengetahui perubahan patologis pada gingiva. Gambaran klinis gingiva normal tidak mempunyai patokan yang jelas karena gambaran klinis gingiva normal antara
5 setiap individu berbeda.
Gambaran klinis gingiva normal antara lain adalah berwarna merah jambu (coral pink) dan berkonsistensi kenyal. Gingiva cekat yang normal mempunyai permukaan yang berbintik-bintik seperti kulit jeruk. Selain itu, gingiva normal
5 Gambar 3. Gingiva normal yang terlihat secara 32 klinis pada pasien dewasa muda
2.4 Gingivitis
Gingivitis adalah suatu proses inflamasi yang mengenai jaringan lunak yang mengelilingi gigi tanpa adanya kehilangan perlekatan epitel penyatu sehingga
13
perlekatannya belum mengalami perubahan. Gingivitis bersifat reversibel dan
8 inflamasinya tidak meluas ke tulang alveolar, ligamen periodontal atau sementum.
Gingivitis terbagi menjadi dua kategori yaitu gingivitis yang disebabkan oleh plak (plaque-induced gingivitis) dan gingivitis yang tidak disebabkan oleh
8
plak (nonplaque-induced gingivitis). Gingivitis yang disebabkan oleh plak (plaque-induced gingivitis) sangat berhubungan dengan akumulasi plak dan
7 kalkulus. Gingivitis ini adalah bentuk gingivitis yang paling sering terjadi.
Gingivitis ini diawali dengan akumulasi plak bakteria yang berdekatan dengan gigi. Bakteri dan produk metabolisnya menstimulasi sel epitel dan jaringan ikat yang akhirnya memroduksi mediator inflamasi dan menyebabkan inflamasi lokal di daerah tersebut. Gingivitis yang tidak disebabkan oleh plak (nonplaque-induced
gingivitis ) biasanya jarang terjadi dan sering disebabkan oleh bakteri, virus, atau
jamur. Gingivitis dapat berhenti perkembangannya atau berkembang menjadi
8 periodontitis.
33 Gambar 4. Penyakit gingiva yang di induksi oleh plak
2.5 Periodontitis
Periodontitis adalah penyakit inflamasi dari jaringan pendukung gigi disebabkan oleh mikroorganisme yang menyebabkan destruksi yang progresif dari ligamen periodontal, tulang alveolar dengan peningkatan kedalaman probing,
33 resesi atau keduanya.
Periodontitis adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang alveolar. Penyakit periodontal ini berawal dari akumulasi bakteri lokal dan produk metaboliknya yang dapat menstimulasi epitel penyatu untuk berproliferasi dan memroduksi proteinase yang merusak jaringan sehingga terjadi degradasi dari membran dasar dan menyebabkan migrasi apikal dari epitel penyatu. Dengan demikian, celah gingiva menjadi lebih dalam sehingga terbentuk poket periodontal yang berhubungan dengan kehilangan perlekatan dan
8 merupakan lesi yang khas dari periodontitis.
33 Gambar 5. Penyakit periodontal kronis
2.6 Pengaruh pH dan Kapasitas Buffer Saliva Terhadap Keadaan Rongga Mulut 2.6.1 pH Saliva
pH saliva adalah derajat keasaman dari saliva. pH saliva normal
28
mempunyai nilai diantara 6 sampai 7. pH saliva merupakan hal yang penting dari
21
saliva. Walaupun pembentukan kalkulus sebagian besar dipengaruhi oleh kebiasaan oral higiene dari seorang individu, tetapi banyak faktor lain yang juga
18
berpengaruh terhadap pembentukan kalkulus, salah satunya adalah pH saliva. pH
19 saliva mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan kalkulus.
Peningkatan pH dapat mendukung pembentukan kalkulus dengan meningkatkan
20
tingkat kejenuhan kalsium fosfat pada plak. Dawes menyatakan bahwa derajat
26
kejenuhan plak meningkat ketika pH dalam keadaan tinggi. Hasil penelitian lain menunjukkan pentingnya pH yang bersifat alkali untuk deposisi kalsium fosfat
20 yang dapat menyebabkan mineralisasi plak gigi.
pH kritis adalah pH saliva yang apabila berada dibawah nilai tersebut maka material anorganik dari gigi geligi mulai larut. Nilai pH kritis adalah 5,5 dengan
31 kisaran antara 5,2-5,7.
2.6.2 Kapasitas Buffer Saliva
Kapasitas buffer saliva merupakan suatu mekanisme pertahanan yang penting dimana kapasitas buffer saliva adalah suatu kemampuan dari saliva untuk
34
menjaga pH saliva tetap berada dalam nilai diatas pH kritis. Kapasitas buffer dari saliva mempengaruhi perubahan pH dan dapat mencegah penurunan pH saliva
22 dengan menetralkan asam yang ada di dalam rongga mulut (netralisasi).
20 Salah satu buffer yang terdapat dalam cairan saliva adalah urea. Urea
adalah suatu hasil dari katabolisme protein dan asam amino yang dapat menyebabkan peningkatan pH secara cepat dengan melepaskan ammonia dan
28
karbondioksida. Selain urea, fluorida juga berpotensi meningkatkan pH yang membantu remineralisasi jaringan keras di rongga mulut. Oleh sebab itu, fluorida yang terkandung dalam saliva yang berasal dari makanan, pasta gigi dan obat
3 kumur dapat memfasilitasi terbentuknya kalkulus.
2.7 Kerangka Teori
Kalkulus Penyakit Saliva
Periodontal Saliva yang di stimulasi
Kapasitas pH saliva buffer saliva
Kapasitas pH diatas buffer tinggi batas normal Mineralisasi plak
2.8 Kerangka Konsep Variabel Bebas : Variabel Tergantung :
- pH saliva pasien
- Pembentukan kalk
- Kapasitas buffer saliva pada pasien pasien
Variabel Terkendali : Variabel Tak