Pengaruh Ph Dan Kapasitas Buffer Saliva Terhadap Pembentukan Kalkulus Pada Pasien Di Instalasi Periodonsia Rsgm Usu

(1)

1 Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia Tahun 2015

Fellicia Lestari

Pengaruh pH dan Kapasitas Buffer Saliva Terhadap Pembentukan Kalkulus Pada Pasien di Instalasi Periodonsia RSGM USU.

xi + 44 halaman

Kalkulus adalah plak termineralisasi yang terdiri dari komponen anorganik dan matriks organik. Kalkulus dapat terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi serta tidak dapat dibersihkan dengan penyikatan gigi konvensional. Kalkulus adalah masalah yang umum bagi semua kalangan usia. Kalkulus juga merupakan salah satu faktor etiologi lokal yang berperan dalam penyakit periodontal. Salah satu hal yang berpengaruh terhadap pembentukan kalkulus adalah saliva. pH dan kapasitas buffer saliva dapat berpengaruh terhadap pembentukan kalkulus. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa pH dan kapasitas buffer saliva saling berpengaruh terhadap pembentukan kalkulus. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pH dan kapasitas buffer saliva terhadap pembentukan kalkulus. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Periodonsia RSGM USU dengan jumlah sampel 40 orang.


(2)

2 Sampel pada penelitian ini adalah pasien yang datang berkunjung ke Instalasi Periodonsia RSGM USU. Penelitian ini diawali dengan mengumpulkan saliva yang distimulasi menggunakan permen karet wax dengan metode spitting untuk pemeriksaan pH dan kapasitas buffer saliva, kemudian dilakukan pemeriksaan jaringan rongga mulut berupa indeks kalkulus dan indeks periodontal yang terdiri dari pemeriksaan

Oral Calculus Index Simplified, Volpe Manhold Index dan Periodontal Disease Index.

Hasil penelitian ini menunjukkan ada korelasi yang positif dan signifikan antara pH dan kapasitas buffer saliva terhadap indeks kalkulus dan indeks periodontal (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pH dan kapasitas buffer saliva berpengaruh secara signifikan terhadap pembentukan kalkulus.


(3)

3 Faculty of Dentistry

Department of Periodontology 2015

Fellicia Lestari

Influence of Salivary pH and Buffer Capacity on Calculus Formation Toward Patients at Periodontics Installation, USU Dental Hospital.

xi + 44 pages

Dental calculus is mineralized dental plaque which composed of inorganic and organic components. Calculus forms on the surfaces of natural teeth and cannot be removed by conventional tooth brushing. Calculus is a common problem for all age groups. Calculus is also an etiological local factor that causes periodontal diseases. One of many factors that influence the formation of calculus is saliva. pH and buffer capacity of saliva can influence dental calculus formation. Previous studies have shown that salivary pH and buffer capacity have a major role in calculus formation. The purpose of this study was to analyze the influence of salivary pH and buffer capacity on calculus formation. This study was an observational analytic study with cross sectional approach. This study was held in Periodontics Installation, USU Dental Hospital with total 40 samples. The samples of this study were patients that visited Periodontics Installation, USU Dental Hospital. This study began with collecting stimulated saliva


(4)

4 using wax gum with spitting method. Research was continued with oral examination including Oral Calculus Index Simplified, Volpe Manhold Index and Periodontal Disease Index. Research results show positive and significant correlation between salivary pH and buffer capacity on calculus and periodontal indexes (p<0,05). This show that salivary pH and buffer capacity significantly influence the calculus formation.


(5)

5

PENGARUH pH DAN KAPASITAS BUFFER SALIVA

TERHADAP PEMBENTUKAN KALKULUS PADA

PASIEN DI INSTALASI PERIODONSIA

RSGM USU

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh : Fellicia Lestari NIM : 110600092 Dosen pembimbing :

Pitu Wulandari, drg., S. Psi., Sp. Perio NIP : 19790514 200502 2 001

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(6)

6

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 25 Februari 2015

Pembimbing : Tanda tangan

Pitu Wulandari, drg., S. Psi., Sp. Perio ...


(7)

7

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 25 Februari 2015

TIM PENGUJI

KETUA : drg. Pitu Wulandari, S. Psi., Sp. Perio

……… …

ANGGOTA : 1. drg. Irma Ervina, Sp. Perio(K)

……… …


(8)

8 2. drg. Zulkarnain, M.Kes

……… …

Mengetahui,

KETUA DEPARTEMEN Irmansyah Rangkuti, drg., Ph.D

NIP. 19540210 198303 1 002 ………

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Rasa terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang tua tersayang Darlin dan Julinar serta saudara penulis, Cynthia Lestari, S.E., BBA dan Jody Hartanto yang senantiasa menyayangi, mendoakan, dan mendukung penulis sehingga penulis dapat mengecap masa pendidikan hingga selesai di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis juga telah banyak mendapat bimbingan, bantuan, motivasi dan saran-saran serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati serta penghargaan yang tulus penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Nazaruddin, drg., C.Ort., PhD., Sp.Ort, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.


(9)

9 2. Pitu Wulandari, drg., S.Psi., Sp. Perio, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan, masukan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan proposal ini.

3. Irmansyah R., drg., PhD, selaku Ketua Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

4. Dosen penguji skripsi Zulkarnain,drg.,M.Kes dan Irma Ervina, drg., Sp. Perio(K) atas saran dan masukan sehingga skripsi ini dapat lebih baik.

5. Irma Ervina, drg., Sp. Perio(K), selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan perhatian dan motivasi kepada penulis selama menjalani pendidikan di FKG USU.

6. Seluruh staf pengajar di Departemen Periodonsia FKG USU yang telah banyak memberikan saran dalam penyelesaian proposal ini.

7. M. Zulkarnain, drg., M.Kes., selaku Pembantu Dekan I FKG USU yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

8. Terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Periodonsia, Robert, Sona, Felix, Febrina, Diah, Febrina, Dwi, Lisna, Eka, Dziah, dll.

9. Para sahabat penulis yang telah memberi semangat, doa dan dukungan selama studi dan penelitian ini.

Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena ada kelemahan dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki, namun penulis mengharapkan kiranya hasil karya sederhana ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.


(10)

10

Medan, 25 Februari 2015 Penulis,

(Fellicia Lestari) Nim : 110600092

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Hipotesis Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1Kalkulus ... 5


(11)

11

2.1.1 Pengertian Kalkulus ... 5

2.1.2 Komposisi Kalkulus ... 5

2.1.3 Klasifikasi Kalkulus ... 6

2.1.3.1 Kalkulus Supragingiva ... 6

2.1.3.2 Kalkulus Subgingiva ... 7

2.1.4 Proses Pembentukan Kalkulus ... 8

2.2Saliva.. ... 9

2.2.1Pengertian Saliva ... 9

2.2.2 Komposisi Saliva ... 9

2.2.3 Fungsi Saliva ... 9

2.3 Gambaran Klinis Gingiva Normal ... 10

2.4 Gingivitis ... 11

2.5 Periodontitis ... 12

2.6 Pengaruh pH dan Kapasitas Buffer Saliva Terhadap Keadaan . Rongga Mulut... . 13

2.6.1 pH Saliva ... 13

2.6.2 Kapasitas Buffer Saliva ... 14

2.7 Kerangka Teori... 15

2.8 Kerangka Konsep ... 16

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian ... 17

3.2Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

3.2.1 Tempat Penelitian... 17

3.2.2 Waktu Penelitian ... 17

3.3Populasi dan Sampel ... 17

3.3.1 Populasi ... 17

3.3.2 Sampel ... 17

3.3.2.1 Besar Sampel ... 17

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 18

3.4.1 Kriteria Inklusi ... 18

3.4.2 Kriteria Eksklusi... 19

3.5 Variabel Penelitian ... 19

3.6 Definisi Operasional... 19

3.7 Alat dan Bahan Penelitian ... 20

3.7.1 Alat Penelitian ... 20

3.7.2 Bahan Penelitian... 20

3.8 Proses Pengambilan dan Pengumpulan Data ... 21

3.8.1 Pengisian Kuesioner. ... 21

3.8.2 Proses Pengumpulan Saliva Distimulasi ... 21

3.8.3 Pemeriksaan Kalkulus ... 22


(12)

12

3.8.5 Pengukuran pH Saliva Distimulasi ... 23

3.8.6 Pengukuran Kapasitas Buffer Saliva Distimulasi ... 24

3.9 Skema Alur Penelitian... 26

3.10 Pengolahan dan Analisis Data ... 26

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1Data Demografi Subjek Penelitian ... 27

4.2 Data Kebiasaan Oral Higiene ... 28

4.3 Data Riwayat Dental ... 29

4.4 Keadaan Jaringan Periodontal Dinilai Melalui Skor Periodontal Disease Index (PDI) ... 30

4.5 Penumpukan Kalkulus Dinilai Melalui Skor Oral Calculus Index Simplified (OCIS)... ... 31

4.6 Penumpukan Kalkulus Dinilai Melalui Skor Volpe Manhold Index (VMI) ... 31

4.7 pH saliva Distimulasi ... 32

4.8 Kapasitas Buffer Saliva Distimulasi ... 32

4.9 Hubungan pH dan Kapasitas Buffer Saliva Distimulasi Dengan Oral Calculus Index Simplified (OCIS) ... 33

4.10 Hubungan pH dan Kapasitas Buffer Saliva Distimulasi Dengan Penumpukan Kalkulus Dinilai Melalui Volpe Manhold Index (VMI) ... 33

4.11 Hubungan pH dan Kapasitas Buffer Saliva Distimulasi Dengan Keadaan Jaringan Periodontal Dinilai Melalui Periodontal Disease Index (PDI) ... 34

BAB 5 PEMBAHASAN... 35

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan... ... 39

6.2 Saran... ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40 LAMPIRAN


(13)

13 DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Distribusi data demografi pasien di Instalasi Periodonsia RSGM USU ... 27 2 Distribusi data kebiasaan oral higiene pasien di Instalasi Periodonsia

RSGM USU ... 28 3 Distribusi data riwayat dental pasien di Instalasi Periodonsia RSGM

USU ... 29 4 Keadaan jaringan periodontal yang dinilai melalui skor Periodontal

Disease Index keseluruhan subjek ... 30 5 Penumpukan kalkulus yang dinilai melalui skor Oral Calculus Index

Simplified keseluruhan subjek ... 31 6 Penumpukan kalkulus yang dinilai melalui skor Volpe Manhold

Index keseluruhan subjek ... 31 7 Nilai pH saliva distimulasi keseluruhan subjek ... 32 8 Nilai kapasitas buffer saliva distimulasi keseluruhan subjek .. 32 9 Nilai pH dan kapasitas buffer saliva distimulasi keseluruhan subjek

dengan Oral Calculus Index Simplified ... 33 10 Nilai pH dan kapasitas buffer saliva distimulasi keseluruhan subjek

dengan Volpe Manhold Index ... 34 11 Nilai pH dan kapasitas buffer saliva distimulasi keseluruhan subjek


(14)

14 DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Kalkulus supragingiva pada permukaan lingual gigi anterior rahang bawah ... 7 2 Variasi bentuk kalkulus subgingiva ... 8 3 Gingiva normal yang terlihat secara klinis pada pasien dewasa

muda ... 11 4 Penyakit gingiva yang di induksi oleh plak ... 12 5 Penyakit periodontal kronis ... 13 6 Permen karet wax yang digunakan untuk menstimulasi saliva 21 7 Pot saliva... 21 8 Pengukuran pH saliva distimulasi dengan pH meter ... 23 9 Strip indikator pH saliva ... 23 10 Pengukuran kapasitas buffer saliva distimulasi dengan GC buffer

foil test pack ... 24 11 Saliva kit yang terdiri dari strip indikator pH, buffer foil test pack, permen karet wax, pot saliva dan pipet saliva ... 24 12 Alat dan bahan penelitian yang terdiri dari nierbekken, tiga

serangkai, pH meter, pH strip, buffer foil test pack, alkohol, aqua bidestilata, pipet saliva dan pot saliva ... 25


(15)

15 DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian

2 Informed consent

3 Kuesioner

4 Rencana anggaran penelitian 5 Personalia

6 Jadwal Kegiatan

7 Surat Persetujuan Komisi Etik 8 Hasil Analisis Statistik


(16)

16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kalkulus adalah plak yang mengalami mineralisasi yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi geligi.1 Plak gigi merupakan perintis terbentuknya kalkulus.2 Kalkulus terdiri dari komponen inorganik dan matriks organik.3 Kalkulus tidak dapat dibersihkan dengan penyikatan gigi konvensional karena ketahanan dan sifatnya yang keras.4

Kalkulus adalah masalah yang umum bagi semua kalangan usia.4 Berdasarkan hubungannya terhadap margin gingiva, kalkulus sendiri terbagi menjadi kalkulus supragingiva dan kalkulus subgingiva.5 Kalkulus merupakan salah satu faktor etiologi lokal yang berperan dalam penyakit periodontal dan juga merupakan salah satu faktor predisposisi terhadap terjadinya inflamasi gingiva. Kalkulus juga memegang peranan penting dalam perkembangan penyakit periodontal.1 Individu dengan akumulasi plak dan kalkulus yang berat dapat menderita gingivitis.6 Ryan juga menyatakan bahwa gingivitis adalah inflamasi gingiva yang berkaitan dengan akumulasi plak dan kalkulus dimana gingivitis ini dapat mengalami perkembangan menjadi penyakit yang lebih parah yang dikenal sebagai periodontitis.7

Penyakit periodontal adalah suatu keadaan rongga mulut yang sering ditemui pada manusia dan merupakan penyebab terbanyak kehilangan gigi pada orang dewasa.8 Carneiro dan Kabulwa menyatakan karies dental dan penyakit periodontal adalah masalah utama rongga mulut yang sering ditemui didunia.Bahkan, penyakit periodontal termasuk ke dalam daftar penyakit yang sering diderita oleh manusia.9 Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 2009 sampai 2010 menunjukkan prevalensi periodontitis pada individu yang berusia 30 tahun ke atas


(17)

17 adalah sebesar 47,2%.10 Wahyukundari menyatakan bahwa penyakit periodontal menduduki urutan kedua utama yang masih merupakan masalah bagi masyarakat di Indonesia.11 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Situmorang N di Kota Medan berdasarkan Community Periodontal Index Treatment Need (CPITN), prevalensi penyakit periodontal pada semua usia adalah 96,58%.12 Secara umum, penyakit periodontal terbagi menjadi dua, yaitu gingivitis dan periodontitis.13

Salah satu hal yang berpengaruh terhadap pembentukan plak dan kalkulus adalah saliva. Jin dkk., menyatakan bahwa saliva sangat berkaitan erat dengan pola distribusi dari kalkulus supragingiva.3 Saliva merupakan salah satu faktor yang penting untuk menjaga keseimbangan mineral dan kesehatan rongga mulut. 14,15 Saliva adalah suatu cairan biologis di dalam rongga mulut yang merupakan campuran hasil sekresi kelenjar ludah mayor dan minor.16 Komposisi saliva terdiri dari bahan organik, anorganik dan makromolekul.17

Berdasarkan teori presipitasi dalam pembentukan kalkulus, kalsifikasi dari plak menjadi kalkulus dapat terjadi apabila pH saliva serta konsentrasi ion kalsium dan fosfat cukup tinggi sehingga mengakibatkan presipitasi garam kalsium fosfat.17 pH saliva tersebut sangat berhubungan dengan kapasitas buffer dimana buffer adalah kemampuan untuk menetralkan keadaan yang asam. Oleh karena itu, pH dan kapasitas buffer saling berpengaruh dalam pembentukan karies dan kalkulus.18 Penelitian Mashhadani menyatakan adanya korelasi yang positif antara pH dan indeks gingiva yaitu berupa peningkatan rerata pH saliva seiring dengan peningkatan keparahan inflamasi gingiva.15 Selain itu, urea, fluorida dan silikon juga berperan dalam kalsifikasi kalkulus.3

Penelitian Gupta dkk., menyatakan bahwa pH saliva mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan kalkulus, sedangkan Ramisetti dkk., menyatakan bahwa pH saliva memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap pembentukan kalkulus.19,20 Kitasako dkk., dalam penelitiannya menyatakan bahwa penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk menentukan hubungan antara kapasitas buffer seorang individu dengan parameter penyakit periodontal seperti pembentukan kalkulus.21 Gopinath dkk., juga menyatakan bahwa banyak keuntungan dapat diperoleh melalui


(18)

18 pemeriksaan saliva yang dilakukan oleh dokter gigi seperti mendiagnosis dan mendeteksi suatu masalah secara dini serta meningkatkan kesadaran pasien akan kesehatan gigi.22

Berdasarkan teori dan hasil penelitian tersebut, penulis merasa tertarik dan ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh dari pH dan kapasitas buffer saliva terhadap pembentukan kalkulus.

1.2Rumusan Masalah

1.Apakah pH dan kapasitas buffer dalam saliva dapat berpengaruh terhadap pembentukan kalkulus?

2. Bagaimana pengaruh pH dan kapasitas buffer dalam saliva terhadap pembentukan kalkulus?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis apakah pH dan kapasitas buffer saliva berpengaruh terhadap pembentukan kalkulus

2. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh pH dan kapasitas buffer saliva terhadap pembentukan kalkulus

1.4 Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh dari pH dan kapasitas buffer saliva terhadap pembentukan kalkulus.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tambahan bagi peneliti dan dokter gigi mengenai pengaruh pH dan kapasitas buffer saliva terhadap pembentukan kalkulus.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan edukasi dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pengaruh pH dan kapasitas buffer saliva terhadap pembentukan kalkulus.


(19)

19 3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan bagi perkembangan bidang kedokteran gigi khususnya di bidang ilmu Periodonsia.


(20)

20

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kalkulus

2.1.1 Pengertian Kalkulus

Kalkulus adalah suatu massa adheren yang merupakan mineralisasi dari plak bakteri yang terbentuk pada permukaan gigi dan protesa di rongga mulut.23 Kalkulus merupakan etiologi sekunder dari penyakit periodontal.2 Kalkulus meningkatkan retensi dari plak dimana permukaan kalkulus dilapisi oleh plak yang tidak termineralisasi sehingga dapat meningkatkan laju formasi plak.24 Selain itu, sifat porositas dari kalkulus dapat menjadi tempat untuk patogen-patogen periodontal dan mempertahankan komponen bakteri yang berbahaya seperti endotoksin.2

2.1.2 Komposisi Kalkulus

Komposisi kalkulus secara umum terdiri dari komponen organik dan anorganik. Setidaknya duapertiga dari komponen anorganik adalah dalam struktur kristal. Bentuk kristal yang utama adalah 58% hidroksiapatit, 21% whitlockite

magnesium, 12% oktakalsium fosfat dan 9% brushite.24 Secara umum, setidaknya dua atau lebih dari kristal ini ditemukan dalam sampel kalkulus.1

Kalkulus terdiri dari 70% sampai dengan 90% bahan anorganik dan sisanya adalah komponen organik. Bahan anorganik kalkulus supragingiva diperkirakan terdiri dari 76% kalsium fosfat (Ca3(PO4)2), 3% kalsium karbonat (CaCO3),

magnesium fosfat (Mg3(PO4)2) dan logam lainnya. Komponen anorganik yang

utama antara lain adalah 39% kalsium, 19% fosfor, 2% karbondioksida, 1% magnesium dan kandungan dalam jumlah yang sedikit dari natrium, seng,


(21)

21 stronsium, brom, tembaga, manggan, tungsten, emas, aluminum, silikon, besi dan ftor. Bahan organik kalkulus supragingiva terdiri dari campuran kompleks protein polisakarida, sel epitel deskuamasi, leukosit dan tipe mikroorganisme yang bervariasi.1

Komposisi kalkulus supragingiva dan subgingiva hampir sama, tetapi ada beberapa perbedaan dari keduanya.5 Perbedaan antara komponen kalkulus supragingiva dan subgingiva tidak terlalu banyak. Kalkulus supragingiva dan subgingiva mempunyai konten hidroksiapatit yang sama, tetapi pada kalkulus subgingiva komponen whitlockite magnesiumnya lebih banyak dengan komponen

brushite dan oktakalsium fosfat yang lebih sedikit.1

2.1.3 Klasifikasi Kalkulus

Berdasarkan hubungannya terhadap margin gingiva, kalkulus diklasifikasikan menjadi kalkulus supragingiva dan kalkulus subgingiva.24

2.1.3.1Kalkulus Supragingiva

Kalkulus supragingiva merupakan kalkulus yang terletak di bagian korona dari margin gingiva sehingga dapat terlihat secara klinis. Kalkulus supragingiva dapat dibersihkan dengan mudah dari permukaan gigi menggunakan skeler tetapi dapat terbentuk kembali dengan cepat terutama di permukaan lingual gigi anterior rahang bawah. Kalkulus supragingiva ini mempunyai konsistensi seperti tanah liat dan biasanya berwarna putih atau putih kekuningan tetapi warna ini juga dapat dipengaruhi oleh substansi seperti tembakau atau pigmen makanan.1 Bentuk kalkulus ini sangat tergantung pada bentuk anatomis gigi, kontur dari margin gingiva, tekanan dari lidah, bibir dan pipi.25 Kalkulus ini dapat terjadi pada satu gigi, sekelompok gigi atau pada seluruh gigi.1

Kalkulus supragingiva terutama banyak ditemui pada permukaan bukal dari gigi molar maksila dan pada permukaan lingual dari gigi anterior mandibula. Pada kasus yang ekstrim, kalkulus dapat terbentuk seperti struktur jembatan diatas papila interdental dari gigi yang berdekatan atau bahkan menutupi permukaan


(22)

22 oklusal dari gigi. Kalkulus supragingiva juga dikenal sebagai kalkulus saliva karena pembentukannya dibantu oleh saliva.1

Gambar 1. Kalkulus supragingiva pada permukaan lingual gigi anterior rahang bawah1

2.1.3.2Kalkulus Subgingiva

Kalkulus subgingiva merupakan kalkulus yang terletak di bawah puncak margin gingiva sehingga tidak dapat terlihat secara klinis. Pada keadaan dimana gingiva mengalami resesi, kalkulus subgingiva menjadi tersingkap sehingga klasifikasinya dapat mengalami perubahan menjadi kalkulus supragingiva.1

Lokasi dan perluasan kalkulus subgingiva biasa dideteksi dengan menggunakan prob dan eksplorer.1 Kalkulus subgingiva biasanya berwarna cokelat tua atau hijau kehitaman dengan konsistensi yang lebih rapuh. Bentuk kalkulus ini biasanya rata karena adanya tekanan dari dinding poket.25 Secara siginifikan, kalkulus subgingiva lebih banyak terdapat pada permukaan lingual daripada permukaan bukal. Pada permukaan lingual, gigi molar pertama mandibula memiliki kalkulus subgingiva terbanyak, sedangkan pada permukaan bukal, gigi anterior mandibula dan gigi molar maksila memiliki kalkulus subgingiva yang paling banyak. Kalkulus subgingiva juga dikenal sebagai kalkulus serum karena pembentukannya dibantu oleh transudat serum.1


(23)

23 Kalkulus subgingiva dapat dijumpai dalam beberapa bentuk yang bervariasi antara lain adalah bentuk spikula, ledge dan cincin. Bentuk spikula merupakan bentuk kalkulus kecil dan banyak terdapat pada daerah interdental. Bentuk

ledge adalah bentuk deposit yang lebih besar dan letaknya paralel dengan pertemuan sementoenamel. Sedangkan, bentuk cincin adalah kalkulus yang membentuk cincin dan mengelilingi gigi.25

Gambar 2. Variasi bentuk kalkulus subgingiva25

2.1.4 Proses Pembentukan Kalkulus

Kalkulus adalah plak gigi yang mengalami mineralisasi.26 Oleh sebab itu, proses pembentukan kalkulus di awali dengan proses pembentukan plak dimana pada awalnya terbentuk lapisan acquired pellicle yang merupakan interaksi antara bakteri dengan pelikel. Pada tahap ini, hanya bakteri yang dapat membentuk polisakarida ekstraseluler yang dapat tumbuh 24 jam pertama membentuk suatu lapisan yang tipis.5 Selanjutnya, terjadi proliferasi bakteri yang menyebabkan peningkatan massa plak. Pertumbuhan plak gigi ini dapat berupa pertumbuhan melalui adhesi dari bakteri yang baru atau melalui multiplikasi dari bakteri yang sudah melekat.24


(24)

24 Mineralisasi pada plak hanya bisa terjadi apabila plak mengalami kejenuhan oleh komponen dari kalkulus seperti kalsium fosfat.26 Plak gigi yang lunak mengalami pengerasan karena adanya presipitasi dari garam mineral dan pengerasan ini dapat terjadi antara hari pertama dan keempat belas setelah pembentukan plak. Selain itu, plak gigi yang berkembang menjadi kalkulus akan mengalami peningkatan komponen anorganik. Proses kalsifikasi ini hanya membutuhkan waktu 4-8 jam dan dapat mencapai 50% setelah dua hari bahkan 60-90% setelah dua belas hari.3 Peran mikroorganisme dalam pembentukan kalkulus tidak selalu penting karena kalkulus dapat terbentuk pada hewan percobaan yang bebas dari mikroorganisme.1

2.2 Saliva

2.2.1 Pengertian Saliva

Saliva adalah sekresi kelenjar yang berkontak secara konstan dengan jaringan lunak dan keras dari rongga mulut.27 Saliva merupakan bagian yang penting untuk melindungi dan mempertahankan kesehatan rongga mulut. Setiap komponen saliva saling berinteraksi dan bertanggung jawab terhadap setiap fungsi dari saliva.28

2.2.2 Komposisi Saliva

Saliva adalah sekresi eksokrin yang terdiri dari 99% air, dan 1% terdiri dari ion dan unsur organik. Ion penting yang terdapat dalam saliva adalah kation seperti Na+ dan K+ sedangkan anion adalah Cl- dan bikarbonat (HCO3-).29 Selain itu, elektrolit lain yang terdapat di dalam saliva adalah kalsium fosfat, fluoride, tiosianat, magnesium sulfat, dan iodin.30 Unsur organik yang terdapat di dalam saliva adalah seperti protein, karbohidrat, lemak dan molekul organik kecil.29


(25)

25

2.2.3 Fungsi Saliva

Saliva merupakan cairan yang kompleks dan serbaguna yang penting untuk berbagai fungsi fisiologis didalam rongga mulut. Fungsi saliva antara lain adalah

28-31

:

1. Memfasilitasi proses bicara.

2. Membasahi makanan di dalam rongga mulut sehingga mempermudah proses mastikasi dan penelanan makanan.

3. Membantu persepsi rasa dengan melarutkan makanan secara kimia yang merupakan langkah awal untuk stimulasi reseptor taste bud, sifat hipotonisitas dari saliva memungkinkan taste bud untuk mempersepsikan rasa yang berbeda, protein saliva juga penting untuk pertumbuhan dan maturasi dari taste bud tersebut.

4. Membentuk suatu lapisan seromukosa yang dapat melubrikasi dan melindungi mukosa oral dari agen yang mengiritasi.

5. Mengencerkan dan membersihkan rongga mulut dengan membilas debris, sisa makanan dan bakteri dari rongga mulut sehingga aktivitas bakteri di rongga mulut menjadi terbatas.

6. Sebagai buffer yang dapat menetralkan dan membersihkan asam untuk menjaga integritas enamel dengan mencegah terjadinya demineralisasi enamel.

2.3 Gambaran Klinis Gingiva Normal

Gambaran klinis gingiva normal perlu diketahui sebagai dasar untuk mengetahui perubahan patologis pada gingiva. Gambaran klinis gingiva normal tidak mempunyai patokan yang jelas karena gambaran klinis gingiva normal antara setiap individu berbeda.5

Gambaran klinis gingiva normal antara lain adalah berwarna merah jambu (coral pink) dan berkonsistensi kenyal. Gingiva cekat yang normal mempunyai permukaan yang berbintik-bintik seperti kulit jeruk. Selain itu, gingiva normal punya besar dan kontur gingiva yang bervariasi.5


(26)

26

Gambar 3. Gingiva normal yang terlihat secara klinis pada pasien dewasa muda32

2.4 Gingivitis

Gingivitis adalah suatu proses inflamasi yang mengenai jaringan lunak yang mengelilingi gigi tanpa adanya kehilangan perlekatan epitel penyatu sehingga perlekatannya belum mengalami perubahan.13 Gingivitis bersifat reversibel dan inflamasinya tidak meluas ke tulang alveolar, ligamen periodontal atau sementum.8

Gingivitis terbagi menjadi dua kategori yaitu gingivitis yang disebabkan oleh plak (plaque-induced gingivitis) dan gingivitis yang tidak disebabkan oleh plak (nonplaque-induced gingivitis).8 Gingivitis yang disebabkan oleh plak (plaque-induced gingivitis) sangat berhubungan dengan akumulasi plak dan kalkulus. Gingivitis ini adalah bentuk gingivitis yang paling sering terjadi.7 Gingivitis ini diawali dengan akumulasi plak bakteria yang berdekatan dengan gigi. Bakteri dan produk metabolisnya menstimulasi sel epitel dan jaringan ikat yang akhirnya memroduksi mediator inflamasi dan menyebabkan inflamasi lokal di daerah tersebut. Gingivitis yang tidak disebabkan oleh plak (nonplaque-induced gingivitis) biasanya jarang terjadi dan sering disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Gingivitis dapat berhenti perkembangannya atau berkembang menjadi periodontitis.8


(27)

27

Gambar 4. Penyakit gingiva yang di induksi oleh plak33

2.5 Periodontitis

Periodontitis adalah penyakit inflamasi dari jaringan pendukung gigi disebabkan oleh mikroorganisme yang menyebabkan destruksi yang progresif dari ligamen periodontal, tulang alveolar dengan peningkatan kedalaman probing, resesi atau keduanya.33

Periodontitis adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang alveolar. Penyakit periodontal ini berawal dari akumulasi bakteri lokal dan produk metaboliknya yang dapat menstimulasi epitel penyatu untuk berproliferasi dan memroduksi proteinase yang merusak jaringan sehingga terjadi degradasi dari membran dasar dan menyebabkan migrasi apikal dari epitel penyatu. Dengan demikian, celah gingiva menjadi lebih dalam sehingga terbentuk poket periodontal yang berhubungan dengan kehilangan perlekatan dan merupakan lesi yang khas dari periodontitis.8


(28)

28

Gambar 5. Penyakit periodontal kronis33

2.6 Pengaruh pH dan Kapasitas Buffer Saliva Terhadap Keadaan Rongga Mulut

2.6.1 pH Saliva

pH saliva adalah derajat keasaman dari saliva. pH saliva normal mempunyai nilai diantara 6 sampai 7.28 pH saliva merupakan hal yang penting dari saliva.21 Walaupun pembentukan kalkulus sebagian besar dipengaruhi oleh kebiasaan oral higiene dari seorang individu, tetapi banyak faktor lain yang juga berpengaruh terhadap pembentukan kalkulus, salah satunya adalah pH saliva.18 pH saliva mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan kalkulus.19 Peningkatan pH dapat mendukung pembentukan kalkulus dengan meningkatkan tingkat kejenuhan kalsium fosfat pada plak.20 Dawes menyatakan bahwa derajat kejenuhan plak meningkat ketika pH dalam keadaan tinggi.26 Hasil penelitian lain menunjukkan pentingnya pH yang bersifat alkali untuk deposisi kalsium fosfat yang dapat menyebabkan mineralisasi plak gigi.20

pH kritis adalah pH saliva yang apabila berada dibawah nilai tersebut maka material anorganik dari gigi geligi mulai larut. Nilai pH kritis adalah 5,5 dengan kisaran antara 5,2-5,7.31


(29)

29

2.6.2 Kapasitas Buffer Saliva

Kapasitas buffer saliva merupakan suatu mekanisme pertahanan yang penting dimanakapasitas buffer saliva adalah suatu kemampuan dari saliva untuk menjaga pH saliva tetap berada dalam nilai diatas pH kritis.34 Kapasitas buffer dari saliva mempengaruhi perubahan pH dan dapat mencegah penurunan pH saliva dengan menetralkan asam yang ada di dalam rongga mulut (netralisasi).22

Salah satu buffer yang terdapat dalam cairan saliva adalah urea.20 Urea adalah suatu hasil dari katabolisme protein dan asam amino yang dapat menyebabkan peningkatan pH secara cepat dengan melepaskan ammonia dan karbondioksida.28 Selain urea, fluorida juga berpotensi meningkatkan pH yang membantu remineralisasi jaringan keras di rongga mulut. Oleh sebab itu, fluorida yang terkandung dalam saliva yang berasal dari makanan, pasta gigi dan obat kumur dapat memfasilitasi terbentuknya kalkulus.3


(30)

30

2.7 Kerangka Teori

Kalkulus Penyakit

Periodontal

Saliva

Saliva yang di stimulasi

Kapasitas buffer saliva

pH saliva

Kapasitas buffer tinggi

pH diatas batas normal

Mineralisasi plak


(31)

31

2.8 Kerangka Konsep

Variabel Bebas :

- pH saliva pasien - Kapasitas buffer saliva pasien

Variabel Tergantung :

- Pembentukan kalkulus pada pasien

Variabel Terkendali :

- Wax yang digunakan untuk menstimulasi saliva

- Teknik pengumpulan saliva

- Strip indikator pH - Buffer test foil pack

- pH meter

Variabel Tak Terkendali : - Diet


(32)

32

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian cross sectional

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Periodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari bulan November 2014 sampai Januari 2015

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah pasien di Instalasi Periodonsia RSGM USU

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini diperoleh dari populasi saliva pasien di Instalasi Periodonsia RSGM USU. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti agar maksud dan tujuan penelitian ini dapat tercapai

3.3.2.1 Besar Sampel

Pertimbangan penentuan besar sampel pada penelitian ini adalah berdasarkan rumus35:


(33)

33

=

������

(�−��)+�����(�−��)��

(��−��)�

n = � 64 ,

1 0,5(1−0,5) + 0,842 0,70(1−0,70)�2 �0,2�2

n = 36,35 Keterangan :

n = Jumlah sampel minimal

α = level of significant, penelitian ini menggunakan α = 10%, sehingga Zα

= 1,64

β = power of test, penelitian ini menggunakan β = 20%, sehingga Zβ =

0,842

Po = proporsi awal penelitian, pada penelitian ini digunakan Po = 50%

Pα = proporsi yang diinginkan dari penelitian, pada penelitian ini

digunakan Pα = 70% Pα – Po = 20%

Dari hasil perhitungan berdasarkan rumus sampel, maka besar sampel pada penelitian ini adalah sebesar 40 sampel saliva dari 40 orang pasien di Instalasi Periodonsia RSGM USU.

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4.1 Kriteria Inklusi

- Subjek yang berusia 18-60 tahun

- Subjek yang sehat secara sistemik


(34)

34

3.4.2 Kriteria Eksklusi

- subjek yang sedang mengonsumsi obat – obatan sistemik

- hamil

- perokok berat

- pecandu alkohol

- pemakai pesawat ortodonti

- subjek yang mengonsumsi asam 2 jam terakhir

3.5 Variabel Penelitian Variabel Bebas

- pH saliva pasien

- Kapasitas buffer saliva pasien

Variabel Tergantung

- Pembentukan kalkulus pada pasien

Variabel Terkendali

- Wax yang digunakan untuk menstimulasi saliva - Teknik pengumpulan saliva

- Strip indikator pH - pH meter

- Buffer test foil pack Variabel Tak Terkendali - Diet

- Cara menyikat gigi

3.6 Definisi Operasional

- pH saliva yang distimulasi adalah nilai derajat keasaman saliva yang diukur menggunakan pH test strips dan pH meter. pH saliva dibagi menjadi tiga kategori yaitu saliva bersifat asam dengan nilai pH <6, saliva normal dengan nilai pH 6-7, dan saliva bersifat alkali dengan nilai pH >7.


(35)

35 - Kapasitas buffer saliva yang distimulasi adalah nilai kemampuan saliva untuk menetralisir asam yang diukur menggunakan buffer test strips.

Kapasitas buffer saliva dibagi menjadi tiga kategori yaitu kapasitas buffer sangat rendah dengan nilai 0-5, kapasitas buffer rendah dengan nilai 6-9 dan kapasitas buffer normal dengan nilai 10-12.

- Kalkulus adalah massa padat yang melekat pada permukaan gigi yang diukur menggunakan sonde dan prob periodontal dengan menggunakan

Oral Calculus Index Simplified dan Volpe Manhold Index.

- Pasien di Instalasi Periodonsia adalah pasien yang baru pertama sekali datang berkunjung ke Instalasi Periodonsia RSGM USU untuk mendapatkan perawatan.

3.7 Alat dan Bahan Penelitian 3.7.1 Alat Penelitian

- pH meter

- pH test strips (GC, Japan)

- Buffer test foil pack (GC, Japan)

- Pot saliva

- Pipet saliva

- Prob periodontal UNC 15

- Kaca mulut

- Pinset - Sonde - Nierbekken

3.7.2 Bahan Penelitian - Permen karet wax - Aqua bidestilata


(36)

36

3.8 Proses Pengambilan dan Pengumpulan Data 3.8.1 Pengisian Kuesioner

Subjek yang terpilih diberi penjelasan terlebih dahulu mengenai tujuan, manfaat dan prosedur penelitian yang akan dilakukan dan apabila subjek bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian, maka subjek diminta menandatangani lembar informed consent. Setelah itu, maka subjek diminta untuk mengisi beberapa pertanyaan yang ada di kuesioner melalui wawancara.

3.8.2 Proses Pengumpulan Saliva Distimulasi

Subjek diminta untuk mengunyah permen karet wax selama 30 detik lalu meludahkan saliva kedalam pot saliva, kemudian subjek diminta untuk kembali mengunyah permen karet wax selama 5 menit dan kembali meludahkan saliva ke dalam pot saliva.

Gambar 6. Permen karet wax yang digu- nakan untuk menstimulasi saliva.


(37)

37

Gambar 7. Pot saliva.

3.8.3 Pemeriksaan Kalkulus

Kalkulus diperiksa menggunakan Volpe Manhold Index dimana kalkulus diperiksa pada tiga dataran yaitu permukaan mesial, tengah dan distal dengan menggunakan prob periodontal (dalam satuan milimeter) pada permukaan lingual dari keenam gigi anterior mandibula. Untuk pengukuran pada dataran mesial dan distal, kalkulus diukur secara diagonal dengan prob periodontal sedangkan untuk pengukuran dataran tengah kalkulus diukur secara tegak lurus dengan prob periodontal. Selain itu, kalkulus juga diperiksa menggunakan Oral Calculus Index Simplified dimana pemeriksaan kalkulus dilakukan pada permukaan bukal gigi 16 dan 26, permukaan labial gigi 11 dan 31, serta permukaan lingual gigi 36 dan 46.

3.8.4 Pemeriksaan Jaringan Periodontal

Jaringan periodontal pasien diperiksa untuk melihat keadaan jaringan periodontal pasien dan untuk mendapatkan skor Periodontal Disease Index dari pasien. Dari hasil pemeriksaan tersebut akan ditentukan apakah pasien termasuk penderita gingivitis ringan, sedang, berat atau periodontitis yang dilihat melalui kehilangan perlekatan. Untuk memudahkan pengukuran, hanya gigi yang terpilih yang diukur untuk digunakan sebagai indeks yaitu adalah molar pertama kanan


(38)

38 atas, insisif pertama kiri atas, premolar pertama kiri atas, molar pertama kiri bawah, insisif pertama kanan bawah, dan premolar pertama kanan bawah.

3.8.5 Pengukuran pH Saliva Distimulasi

Pengukuran pH saliva yang distimulasi dilakukan dengan dua cara yaitu pertama dengan mencelupkan pH meter yang telah dikalibrasi sebelumnya ke dalam pot saliva kemudian dilakukan pencatatan terhadap hasil pH saliva yang ditunjukkan pada alat dan kedua dengan mencelupkan kertas pH strip ke dalam saliva selama 10 detik dan kemudian perubahan warna dari strip dicocokkan dengan tabel pH indikator.

Gambar 8. Pengukuran pH saliva distimulasi dengan


(39)

39

Gambar 9. Strip indikator pH saliva.

3.8.6 Pengukuran Kapasitas Buffer Saliva Distimulasi

Pengukuran kapasitas buffer dilakukan dengan cara mengambil 3 tetes saliva yang diteteskan keatas foil test pack. Kemudian, setelah 2 menit, warna pada

test pad akan mengalami perubahan, kemudian warna tersebut dibandingkan dengan tabel kapasitas buffer.

Gambar 10. Pengukuran kapasitas buffer saliva distimulasi dengan GC buffer foil test pack.


(40)

40

Gambar 11. Saliva kit yang terdiri dari strip indikator pH, buffer foil test pack, permen karet wax, pot saliva dan pipet saliva.36

Gambar 12. Alat dan bahan penelitian yang terdiri dari nierbekken, tiga serangkai, pH meter, pH strip, buffer foil test pack, alkohol, aqua bidestilata, pipet saliva dan pot saliva.


(41)

41

3.9 Skema Alur Penelitian

3.10 Pengolahan dan Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis dengan memakai uji statistik sebagai berikut:

- Uji Kolmogorov-Smirnov untuk melihat apakah data yang didapat dari hasil penelitian terdistribusi dengan normal

- Uji korelasi Pearson untuk melihat pengaruh pH dan kapasitas buffer saliva terhadap pembentukan kalkulus pada pasien di Instalasi

Periodonsia RSGM USU.

Pengumpulan Saliva Distimulasi Pemeriksaan Kalkulus Pemeriksaan Jaringan

Periodontal Pengukuran pH Saliva

Distimulasi

Pengukuran Kapasitas Buffer Saliva Distimulasi


(42)

42

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari 2015 di Instalasi Periodonsia RSGM USU Medan. Pengumpulan data diperoleh dari kuesioner dan pemeriksaan klinis terhadap sampel pasien di Instalasi Periodonsia RSGM USU.

Total subjek yang diperiksa berjumlah 40 orang dan seluruhnya merupakan pasien di Instalasi Periodonsia RSGM USU.

4.1 Data Demografi Subjek Penelitian

Data demografi subjek penelitian ini terdiri dari jenis kelamin dan usia yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Distibusi data demografi pasien di Instalasi Periodonsia RSGM USU

No Variabel Jumlah Persentase

1 Jenis kelamin a. Laki – laki b. Perempuan

7 33

17,5 82,5

Total 40 100

2 Kelompok usia a. < 20 tahun b. 20-29 tahun c. 30-39 tahun d. 40-49 tahun e. 50-59 tahun f. ≥ 60 tahun

2 26 7 2 3 0 5 65 17,5 5 7,5 0


(43)

43

Pada tabel 1 terlihat bahwa sebagian besar subjek berjenis kelamin perempuan yaitu 33 orang (82,5%). Subjek dengan kelompok usia 20-29 tahun merupakan jumlah subjek terbanyak yaitu berjumlah 26 orang (65%) dibandingkan dengan kelompok usia lainnya.

4.2 Data Kebiasaan Oral Higiene

Data kebiasaan oral higiene terdiri dari frekuensi sikat gigi, frekuensi penggantian sikat gigi, kunjungan ke dokter gigi, dan alasan tidak ke dokter gigi yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Distribusi data kebiasaan oral higiene pasien di Instalasi Periodonsia RSGM USU

No Variabel Jumlah Persentase

1 Frekuensi sikat gigi a. 1 kali

b. 2 kali c. 3 kali d. > 3 kali

3 28 8 1 7,5 70 20 2,5

Total 40 100

2 Frekuensi penggantian sikat gigi a. 1 kali setahun

b. 2 kali setahun c. 3 kali setahun d. > 3 kali setahun

3 7 8 22 7,5 17,5 20 55

Total 40 100

3 Kunjungan ke dokter gigi a. Ya b. Tidak 31 9 77,5 22,5


(44)

44

No Variabel Jumlah Persentase

4 Alasan tidak ke dokter gigi a. Biaya mahal

b. Perawatan butuh waktu lama c. Penyakit gigi tidak berbahaya d. Takut dengan peralatan dokter e. Belum mengetahui pentingnya

perawatan gigi 13 8 8 8 3 32,5 20 20 20 7,5

Total 40 100

Pada tabel 2 terlihat bahwa sebagian besar subjek melakukan penyikatan gigi setiap harinya sebanyak dua kali dimana 28 subjek (70%) melakukan penyikatan gigi dua kali sehari. Sebagian besar subjek yaitu 22 subjek (55%) mengganti sikat gigi lebih dari tiga kali setahun. Jumlah subjek yang pernah berkunjung ke dokter gigi lebih banyak dibandingkan yang tidak pernah berkunjung ke dokter gigi yaitu 31 subjek (77,5%). Selain itu, sebanyak 13 orang (32,5%) menyatakan tidak ke dokter gigi karena biaya yang mahal dimana hal ini merupakan jawaban terbanyak dari subjek penelitian ini.

4.3 Data Riwayat Dental

Tabel berikut ini menunjukkan data riwayat dental dari responden yang terdiri dari pengalaman sakit gigi, gusi berdarah dan bau mulut.

Tabel 3. Distribusi data riwayat dental pasien di Instalasi Periodonsia RSGM USU

No Variabel Jumlah Persentase

1 Sakit gigi a. Ya b. Tidak 28 12 70 30


(45)

45

No Variabel Jumlah Persentase

2 Gusi berdarah a. Ya b. Tidak 27 13 67,5 32,5

Total 40 100

3 Bau mulut a. Ya b. Tidak 14 26 35 65

Total 40 100

Pada tabel 3 terlihat bahwa jumlah subjek yang pernah sakit gigi berjumlah 28 orang (70%). Sebagian besar subjek mengalami gusi berdarah yaitu sebanyak 27 subjek (67,5%). Selain itu, sebagian besar subjek tidak sering merasakan mulut berbau yaitu sebanyak 26 subjek (65%) tidak sering merasakan bau mulut.

4.4 Keadaan Jaringan Periodontal Dinilai Melalui Skor Periodontal Disease Index (PDI)

Tabel berikut ini merupakan data dari keadaan jaringan periodontal yang dilihat melalui Periodontal Disease Index (PDI) keseluruhan subjek penelitian. Pada tabel ini terlihat bahwa sebagian besar subjek yaitu 32 subjek (80%) merupakan penderita gingivitis.

Tabel 4. Keadaan jaringan periodontal yang dinilai melalui skor Periodontal Disease Index (PDI) keseluruhan subjek

Variabel Jumlah Persentase

Periodontal Disease Index

a. Normal b. Gingivitis c. Periodontitis 6 32 2 15 80 5


(46)

46

4.5 Penumpukan Kalkulus Dinilai Melalui Skor Oral Calculus Index Simplified (OCIS)

Tabel menunjukkan data penumpukan kalkulus yang dinilai melalui skor Oral Calculus Index Simplified (OCIS) dari keseluruhan subjek penelitian. Pada tabel ini terlihat bahwa sebagian besar subjek yaitu 20 subjek (50%) merupakan subjek dengan penumpukan kalkulus sedang.

Tabel 5. Penumpukan kalkulus yang dinilai melalui skor Oral Calculus Index Simplified (OCIS) keseluruhan subjek

Variabel Jumlah Persentase

Oral Calculus Index Simplified

a. Baik b. Sedang c. Buruk 17 20 3 42,5 50 7,5

Total 40 100

4.6 Penumpukan Kalkulus Dinilai Melalui Skor Volpe Manhold Index (VMI)

Tabel menunjukkan data penumpukan kalkulus yang dinilai melalui skor Volpe Manhold Index (VMI) dari keseluruhan subjek penelitian. Pada tabel ini terlihat bahwa sebagian besar subjek yaitu 32 subjek (80%) merupakan subjek dengan pembentukan kalkulus ringan.

Tabel 6. Penumpukan kalkulus yang dinilai melalui skor Volpe Manhold Index (VMI)

keseluruhan subjek

Variabel Jumlah Persentase

Volpe Manhold Index

a. Tidak ada pembentukan kalkulus b. Pembentukan kalkulus ringan c. Pembentukan kalkulus berat

4 32 4 10 80 10


(47)

47

4.7 pH Saliva Distimulasi

Hasil penelitian mengenai pH saliva distimulasi dari seluruh subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7. Nilai pH saliva distimulasi keseluruhan subjek

Variabel Jumlah Persentase

pH saliva

a. Saliva bersifat asam b. Saliva normal c. Saliva bersifat alkali

0 9 31 0 22,5 77,5

Total 40 100

Pada tabel 7 terlihat bahwa sebagian besar subjek penelitian yaitu 31 subjek (77,5%) memiliki pH saliva bersifat alkali dan sebagian kecil yaitu 9 orang (22,5%) memiliki pH saliva normal.

4.8 Kapasitas Buffer Saliva Distimulasi

Hasil penelitian mengenai kapasitas buffer saliva distimulasi dari seluruh subjek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 8. Nilai kapasitas buffer saliva distimulasi keseluruhan subjek

Variabel Jumlah Persentase

Kapasitas buffer saliva a. Sangat rendah b. Rendah c. Normal 3 21 16 7,5 52,5 40

Total 40 100

Pada tabel 8 terlihat bahwa sebagian besar subjek penelitian memiliki kapasitas buffer saliva rendah yaitu 21 subjek (52,5%) dan sebagian subjek memiliki kapasitas


(48)

48 buffer saliva normal yaitu 16 subjek (40%), sisanya memiliki kapasitas buffer saliva sangat rendah yaitu 3 orang (7,5%).

4.9 Hubungan pH dan Kapasitas Buffer Saliva Distimulasi Dengan Penumpukan Kalkulus Dinilai Melalui Oral Calculus Index Simplified (OCIS)

Hasil penelitian mengenai pH dan kapasitas buffer saliva distimulasi dengan

Oral Calculus Index Simplified (OCIS) secara umum menunjukkan hubungan positif antara pH dan kapasitas buffer saliva terhadap Oral Calculus Index Simplified (OCIS)

dimana peningkatan dari pH dan kapasitas buffer saliva diikuti dengan peningkatan skor Oral Calculus Index Simplified (OCIS). Hasil uji stastik juga menunjukkan adanya korelasi yang kuat dan signifikan antara pH dengan Oral Calculus Index Simplified (OCIS) dan korelasi yang moderat antara kapasitas buffer saliva dengan Oral Calculus Index Simplified (OCIS). Data penelitian dapat dilihat pada tabel 9 berikut :

Tabel 9. Nilai pH dan kapasitas buffer saliva distimulasi keseluruhan subjek dengan Oral Calculus Index Simplified

Saliva Korelasi Hasil uji statistik

pH saliva 0,519 0,001*

Kapasitas buffer saliva 0,488 0,001*

Keterangan: * Uji Korelasi Pearson signifikan pada nilai p < 0,05

4.10 Hubungan pH dan Kapasitas Buffer Saliva Distimulasi Dengan Penumpukan Kalkulus Dinilai Melalui Volpe Manhold Index (VMI)

Hasil penelitian mengenai pH dan kapasitas buffer saliva distimulasi dengan

Volpe Manhold Index (VMI) secara umum menunjukkan hubungan positif antara pH dan kapasitas buffer saliva terhadap Volpe Manhold Index (VMI) dimana peningkatan dari pH dan kapasitas buffer saliva diikuti dengan peningkatan skor Volpe Manhold Index (VMI). Hasil uji stastik juga menunjukkan adanya korelasi yang kuat dan


(49)

49 signifikan antara pH dan kapasitas buffer saliva dengan Volpe Manhold Index (VMI). Data penelitian dapat dilihat pada tabel 10 berikut :

Tabel 10. Nilai pH dan kapasitas buffer saliva distimulasi keseluruhan subjek dengan Volpe Manhold Index

Saliva Korelasi Hasil uji statistik

pH saliva 0,658 0,000*

Kapasitas buffer saliva 0,604 0,000*

Keterangan: * Uji Korelasi Pearson signifikan pada nilai p < 0,05

4.11 Hubungan pH dan Kapasitas Buffer Saliva Distimulasi Dengan Keadaan Jaringan Periodontal Dinilai Melalui Periodontal Disease Index (PDI)

Hasil penelitian mengenai pH dan kapasitas buffer saliva distimulasi dengan

Periodontal Disease Index (PDI) secara umum menunjukkan adanya hubungan positif dengan korelasi moderat yang signifikan antara pH dan kapasitas buffer saliva terhadap

Periodontal Disease Index (PDI) dimana peningkatan dari pH dan kapasitas buffer saliva diikuti dengan peningkatan skor Periodontal Disease Index (PDI). Data penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 11. Nilai pH dan kapasitas buffer saliva distimulasi keseluruhan subjek dengan

Periodontal Disease Index

Saliva Korelasi Hasil uji statistik

pH saliva 0,421 0,007*

Kapasitas buffer saliva 0,472 0,002*


(50)

50

BAB 5

PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang diperoleh melalui penelitian ini antara lain adalah berupa data demografi, data kebiasaan oral higine, data riwayat dental, indeks kalkulus, indeks periodontal, pH dan kapasitas buffer saliva dari subjek penelitian. Data demografi subjek yang meliputi jenis kelamin, usia dan tempat tinggal menunjukkan sebagian besar subjek berjenis kelamin perempuan yaitu 33 orang. Subjek dengan kelompok usia 20-29 tahun merupakan subjek terbanyak dibandingkan dengan kelompok lainnya, yaitu berjumlah 26 orang (65%). Penelitian Health Policy Institute tahun 2000-2010 di

United States menunjukkan bahwa kelompok usia 21-34 tahun memiliki peningkatan persentase kunjungan ke dokter gigi yang paling banyak dibandingkan kelompok usia lainnya. 38

Berdasarkan data kebiasaan oral higiene, persentase frekuensi sikat gigi terbanyak adalah dua kali sehari yaitu 28 responden (70%) menyikat giginya dua kali sehari, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Eaton dkk., di Belanda pada kelompok usia 25-54 tahun yang menunjukkan 71% subjek menyikat giginya dua kali sehari dan 24% menyikat gigi satu kali sehari.39 Pada persentase frekuensi penggantian sikat gigi terbanyak adalah lebih dari tiga kali setahun yaitu 22 responden (55%) mengganti sikat gigi lebih dari 3 kali setahun, hal ini sesuai dengan data World Health Organization (WHO) yang menunjukkan kebanyakan penggantian sikat gigi di daerah kota adalah satu sampai tiga bulan sekali di kalangan usia dewasa muda.40 Selain itu, persentase terbanyak kunjungan ke dokter gigi adalah sebagian besar responden yaitu 31 responden (77,5%) pernah berkunjung ke dokter gigi dan 13 responden (32,5%) mempunyai alasan tidak ke dokter gigi adalah karena biaya yang mahal. Penelitian Zhu dkk., tahun 2005 juga menyatakan bahwa didaerah perkotaan, 68% responden berusia 35-44 tahun dan 83% responden berusia 65-74 setidaknya pernah melakukan satu kali kunjungan ke dokter gigi. 40


(51)

51 Berdasarkan data riwayat dental, persentase terbanyak dari responden adalah 28 responden (70%) pernah sakit gigi, 27 responden (67,5%) pernah mengalami gusi berdarah dan 26 responden (65%) tidak sering merasakan bau mulut.

Pada penelitian ini, sebagian besar responden yaitu 32 responden (80%) menderita gingivitis, 20 responden (50%) adalah subjek dengan skor Oral Calculus Index Simplified sedang, dan 32 responden (80%) adalah subjek dengan pembentukan kalkulus ringan. Selain itu, 31 responden (77,5%) memiliki saliva bersifat alkali dan 21 responden (52,5%) memiliki kapasitas buffer saliva rendah. Hasil penelitian Kitasako dkk., mengenai kapasitas buffer saliva di Jepang juga menunjukkan subjek penelitian memiliki pH awal diatas 7,0.21 Perhitungan terhadap pH saliva ini dilakukan dengan menggunakan pH meter dan pH strip. Perhitungan menggunakan pH strip dapat menunjukkan tingkat keasaman saliva yang berkisar dari 5,0-7,8, sedangkan, penggunaan pH meter menunjukkan tingkat keasaman yang sangat bervariasi dari nilai 1-14 yang ditunjukkan secara digital pada monitor pH meter.20,36

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan nilai korelasi signifikansi yang mutlak dengan hubungan yang kuat antara pH dan kapasitas buffer saliva dengan penumpukan kalkulus yang dinilai melalui Oral Calculus Index Simplified (OCIS) dan

Volpe Manhold Index (VMI). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan pH dan kapasitas buffer saliva secara signifikan diikuti dengan peningkatan skor OCIS dan VMI. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Gupta dkk. yang menyatakan bahwa pH saliva mempunyai pengaruh yang signifikan dalam pembentukan kalkulus.19 Penelitian Davidovich dkk., juga menyatakan adanya korelasi yang positif antara pH saliva dengan skor kalkulus dental.41 Wong dkk., dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa peningkatan pH secara kritis memengaruhi deposisi kalsium fosfat yang menyebabkan mineralisasi plak.42 Penelitian Motamayel dkk., juga menyatakan bahwa pH saliva secara signifikan lebih rendah pada kelompok laki-laki dibandingkan pada kelompok perempuan.43 Pallomares dkk., dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa kapasitas buffer saliva pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada kelompok perempuan.44 Hal ini disebabkan karena ditemukannya kadar ion bikarbonat yang lebih sedikit pada perempuan dimana sistem buffer


(52)

52 bikarbonat adalah sistem buffer yang utama di dalam saliva.14,44 Penelitian Rantonen juga menunjukkan bahwa perempuan memiliki kapasitas buffer yang lebih rendah.45

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini juga menunjukkan hasil korelasi positif yang signifikan dengan hubungan yang moderat dari pH dan kapasitas buffer saliva terhadap keadaan jaringan periodontal yang dinilai melalui Periodontal Disease Index (PDI) secara umum. Hal ini menunjukkan kenaikan pH dan kapasitas buffer saliva diikuti dengan kenaikan skor Periodontal Disease Index. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Mashhadani yang menyatakan adanya korelasi yang positif berupa peningkatan pH seiring dengan peningkatan keparahan inflamasi gingiva.15 Hinrichs juga menyatakan adanya korelasi positif antara penumpukan kalkulus dengan prevalensi gingivitis.1

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien dengan pH saliva yang lebih tinggi cenderung untuk mempunyai penumpukan kalkulus yang lebih banyak. Hal ini diperkirakan karena pH saliva yang tinggi dapat mendukung pembentukan kalkulus dengan cara meningkatkan kejenuhan dari komponen kalkulus pada plak gigi.26 Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa pH yang bersifat basa sangat penting untuk deposisi dari kalsium fosfat yang dapat mendukung mineralisasi plak sehingga terbentuk kalkulus.20 Kandungan mineral dari kalkulus terdiri dari kalsium fosfat dalam empat bentuk yang berbeda seperti hidroksiapatit, trikalsium fosfat, oktakalsium fosfat dan dikalsium fosfat, dari keempat bentuk tersebut, hidroksiapatit adalah bentuk yang paling utama. Semua bentuk tersebut bersifat larut dalam keadaan pH yang rendah dibandingkan dengan keadaan pH yang lebih tinggi. Ketika keadaan pH berada diatas nilai kritis, pH akan mengalami kejenuhan karena hidroksiapatit sehingga meningkatkan kecenderungan deposit dari kalkulus dan remineralisasi dari lesi white spot enamel. Oleh sebab itu, pembentukan kalkulus lebih dapat terjadi ketika pH bertahan pada keadaan diatas pH kritis dalam jangka waktu yang lama.26 Sebaliknya, pasien dengan pH saliva yang rendah mempunyai penumpukan kalkulus yang lebih sedikit. Hal ini disebabkan karena pada pH di bawah nilai kritis, kristal kalsium fosfat cenderung larut dan sebaliknya, pada keadaan pH seperti ini, karies cenderung banyak terjadi.26


(53)

53 Penelitian ini juga menunjukkan pasien dengan kapasitas buffer saliva yang lebih tinggi cenderung untuk mempunyai penumpukan kalkulus yang lebih banyak. Hal ini diperkirakan karena kapasitas buffer saliva yang tinggi dapat mendukung pembentukan kalkulus dengan cara mempertahankan nilai pH tetap berada di atas nilai pH kritis yang mendukung kejenuhan dari hidroksiapatit pada plak gigi. Kapasitas buffer saliva ini sangat berhubungan erat dengan pH saliva dimana kapasitas buffer ini memegang peranan penting dalam pemeliharaan pH saliva.31,44 Kapasitas buffer akan bekerja secara cepat untuk mengembalikan pH saliva yang turun akibat proses masuknya substrat ke dalam rongga mulut sehingga pH saliva kembali berada pada nilai normal.43 Sebaliknya, pasien dengan kapasitas buffer saliva yang rendah mempunyai penumpukan kalkulus yang lebih sedikit karena pH saliva cenderung bertahan pada keadaan asam dalam jangka waktu lama sehingga menyebabkan terjadinya demineralisasi enamel. Penelitian Motamayel dkk., menunjukkan kelompok individu dengan karies aktif memiliki kapasitas buffer yang lebih rendah dibandingkan kelompok individu yang bebas karies dengan perbedaan yang secara statistik signifikan.43 Penelitian Kitasako dkk., juga menunjukkan kapasitas buffer saliva merupakan salah satu faktor yang penting terhadap kesehatan rongga mulut. 21

Beberapa hal yang dapat berpengaruh terhadap pH dan kapasitas buffer saliva antara lain adalah konsumsi makanan asam. Penelitian Tanabe dkk. menunjukkan adanya penurunan nilai pH saliva pada individu yang baru mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung asam dibandingkan dengan individu yang baru mengonsumsi air mineral.46 Selain itu, konsumsi alkohol yang berlebihan dan kebiasaan merokok yang berat dapat memengaruhi kapasitas buffer saliva. 44

Hipotesis penelitian ini yaitu ada pengaruh dari pH dan kapasitas buffer saliva terhadap pembentukan kalkulus diterima. Hal ini terbukti dengan diperolehnya hasil penelitian yang menunjukkan bahwa individu dengan pH saliva dan kapasitas buffer saliva yang tinggi mempunyai penumpukan kalkulus yang lebih banyak.


(54)

54

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Ada hubungan yang signifikan antara pH dan kapasitas buffer saliva terhadap pembentukan kalkulus. (p<0,05)

2. Ada hubungan yang signifikan antara pH dan kapasitas buffer saliva terhadap indeks periodontal. (p<0,05)

6.2 Saran

1. Penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor dalam saliva yang dapat memengaruhi pembentukan kalkulus.

2. Dokter gigi turut berperan serta dalam memberikan nasihat dan motivasi pada pasien dengan pH dan kapasitas buffer saliva yang tinggi agar melakukan kontrol berkala secara rutin ke dokter gigi untuk mencegah penumpukan kalkulus yang banyak. 3. Individu dengan pH dan kapasitas buffer saliva yang tinggi diharapkan agar memperhatikan kesehatan rongga mulutnya dengan memelihara kebersihan rongga mulut dan memeriksakan gigi secara rutin untuk mencegah penumpukan kalkulus yang banyak.

4. Saliva diharapkan dapat menjadi salah satu media diagnostik untuk pemeriksaan jaringan periodontal.


(55)

55

DAFTAR PUSTAKA

1. Hinrichs JE. The role of dental calculus and other local predisposing factors. In: Carranza FA ed. Carranza’s Clinical Periodontology. Ed. 11. Missouri: Elsevier, 2012: 217-22.

2. Wirthlin MR, Armitage GC. Dental plaque and calculus: microbial biofilms and periodontal diseases. In: Rose LF, Mealey BL, Genco RJ, Cohen DW. eds. Periodontics medicine, surgery, and implants. Missouri: Mosby, 2004: 218-20, 235-7.

3. Jin Y, Yip HK. Supragingival calculus: formation and control. Critical reviews in oral biology and medicine 2002; 13(5): 426-41.

4. Schiff T, Saletta L, He T, Winston JL. Anticalculus efficacy and safety of a stabilized stannous fluoride/sodium hexametaphosphate dentifice. Compendium 2005; 26(9): 29-34.

5. Putri MH, Herijulianti E, Nurjannah N. Ilmu pencegahan penyakit jaringan keras dan jaringan pendukung gigi. Jakarta: EGC, 2012: 56-63, 67-8, 85-9. 6. Chung WO, An JY. Periodontal diseases and gingival innate immunity – who

has the upper hand?. In: Jane Manakil,ed. Periodontal diseases – a clinician’s guide. Croatia: intech, 2012: 3, 7, 70-1.

7. Ryan ME. Nonsurgical Approaches for the Treatment of periodontal diseases. Dent Clin N Am 2005; 49: 611.

8. Gu Y, Ryan ME. Overview of periodontal diseases: causes, pathogenesis and characteristics. In: Genco RJ, Williams RC, eds. Periodontal disease and overall health: a clinician’s guide. USA: the colgate-palmolive company, 2010: 5-15. 9. Carneiro LC, Kabulwa MN. Dental caries, and supragingival plaque and

calculus among students,tanga,tanzania. ISRN Dentistry 2012; 1-6.

10.Eke PI, Dye BA, Wei L, Thornton-evans GO, Genco RJ. Prevalence of periodontitis in adults in the united states: 2009 and 2010. J Dent Res 2012; 91 (10): 914-20.


(56)

56 11.Wahyukundari MA. Perbedaan kadar matrix mettaloproteinase-8 setelah

scalling dan pemberian tetrasiklin pada penderita periodontitis kronis. Jurnal PDGI 2009; 58: 1-6.

12.Saptorini KK. Poket periodontal pada lanjut usia di posyandu lansia kelurahan wonosari kota semarang. Dalam: Peran kesehatan masyarakat dalam pencapaian MDG’s di indonesia, ed. Prosiding seminar nasional, 2011: 261-6.

13.Dumitrescu AL, Kobayashi J. Genetic variants in periodontal health and disease. German: Springer-verlag berlin heidelberg, 2010: 1-14.

14.Walsh LJ. Clinical aspects of salivary biology for the dental clinician. J of minim interv dent 2008; 1(1): 7-24.

15.Al- Mashhadani AT, Al-obaidi WA. The pH of stimulated saliva in relation to oral health status among children and adults. J college dentistry 2005; 17(1): 89-91.

16.Fabian TK, Fejerdy P, Csermely P. Saliva in health and disease, chemical biology of. Wiley encyclopedia of chemical biology 2007: 1-9.

17.Wu KP, Ke JY, Chung CY, Chen CL, Hwang TL, Chou MY. Relationship between unstimulated salivary flow rate and saliva composition of healthy children in taiwan. Chang Gung Med J 2008; 31(3): 281-5.

18.Arabaci T, cicek Y, Beydemir S, Canakci CF, Canakci V. Are increased salivary carbonic anhydrase VI levels related to the amount of supragingival dental calculus formation and clinical periodontal scores?. J of Dent Sciences 2013:1-5.

19.Gupta S, Bhat KM, Kumar MSA. Influence of oral hygiene measures, salivary pH and urea level on calculus formation – A clinical Study. J of Indian Dental Association 2011; 5(5): Abstract.

20.Ramisetti A, Babu R, Kotha K, Tej G, Chirtha S. Influence of salivary pH and urea level on calculus formation – a clinical study. Carib J Seitech 2014; 2: 503-8.


(57)

57 21.Kitasako Y, Ikeda M, Burrow MF, Tagami J. Oral health status in relation to stimulated saliva buffering capacity among japanese adults above or below 35 years of age. J med dent sci 2006; 53: 175-80.

22.Gopinath VK, Arzreanne AR. Saliva as a diagnostic tool for assessment of dental caries. Archives of orofacial sciences 2006; 1: 57-9.

23.Lang NP, Mombelli A, Attstrom R. Oral biofilms and calculus. In: Lindhe J et al,eds. Clinical periodontology and implant dentistry. Fifth edition. United Kingdom: Blackwell, 2008: 183-203.

24.Reddy S. Essentials of clinical periodontology and periodontics. Second edition. New Delhi: Jaypee, 2008: 57-75.

25.Bathla S. Dental calculus and other contributing factors. In: Periodontics revisited. New Delhi: Jaypee, 2011: 72,73.

26.Dawes C. Why does supragingival calculus form preferentially on the lingual surface of the 6 lower anterior teeth?. JCDA 2006-7; 72(10): 923-6.

27.DePaola DP. Saliva: the precious body fluid. JADA 2008; 139(suppl 2): 5s-10s. 28.Almeida PDV, Gregio AMT, Machado MAN, Lima AAS, Azevedo LR. Saliva

composition and functions: a comprehensive review. The J of contemporary dental practice 2008; 9(3): 1-11.

29.Berkovitz B, Moxham B, Linden R, Sloan A. Master dentistry volume three. London: Elsevier, 2011: 79-85.

30.Tucker AS, Miletich I, eds. Salivary glands development, adaptations, and disease. London: Karger, 2010: 1-2.

31.Naveen S, Asha M, Shubha G, Bajoria AA, Jose AA. Salivary flow rate, pH and buffering capacity in pregnant and non pregnant women – a comparative study. JMED research 2014: 1-8.

32.Fiorellini JP, Kim DM, Uzel NG. Anatomy of the periodontium. In: Carranza FA ed. Carranza’s clinical periodontology. Edisi ke-11. Missouri: Elsevier, 2012: 25.


(58)

58 33.Hinrichs JE, Novak MJ. Classification of diseases and conditions affecting the periodontium. In: Carranza FA ed. Carranza’s Clinical Periodontology. Edisi ke-11. Missouri: Elsevier, 2012: 35,41,45.

34.Pedersen AML. Saliva. Denmark: institute of odontology university of copenhagen, 2007: 2-8.

35.Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-4. Jakarta: Sagung seto, 2011: 368-9.

36.GC America. Saliva-Check buffer testing mat

September 2014)

37.Moritsuka M, Kitasako Y, Burrow MF, Ikeda M, Tagami J. The pH change after HCl tritation into resting and stimulated saliva for a buffering capacity test. Australian Dent J 2006; 51(2): 170-174.

38.Wall T, Nasseh K. Dental-related emergency department visits on the increase in the united states. Health Policy Institute ADA 2013: 3.

39.Eaton KA, Carlile MJ. Tooth brushing behaviour in Europe: opportunities for dental public health. Intl Dent J 2008; 58: 289.

40.Zhu L, Petersen PE, Wang HY, Bian JY, Zhang BX. Oral health knowledge, attitudes and behavior of adults in China. Intl Dent J 2005; 55: 235,239.

41.Davidovich E, Davidovits M, Peretz B, Shapira J, Aframian DJ. The correlation between dental calculus and disturbed mineral metabolism in paediatric patients with chronic kidney disease. Nephrol Dial Transplant 2009; 24: 2439-45.

42.Wong L, Sissons CH, Pearce EI, Cutress TW. Calcium phosphate deposition in human dental plaque microcosm biofilms induced by an ureolytic pH rise procedure: Arch Oral Biol 2002: 47(11): Abstract.

43.Motamayel FA, Goodarzi MT, Hendi SS, Abdolsamadi H, Rafieian N. Evaluation of salivary flow rate, pH, buffering capacity, calcium and total protein levels in caries free and caries active adolescence. J of Dent and Oral Hygiene 2013; 5(4): 35-39.

44.Fenoll-Pallomares C, Montagud JVM, Sanchiz V, Herreros B, Hernandez V, Minguez M, Benages A. Unstimulated salivary flow rate, pH and buffer


(59)

59 capacity of saliva in healthy volunteers. Rev Esp Enferm Dig 2004; 96(11): 773-783.

45.Rantonen P. Salivary flow and composition in healthy and diseased adults. Dissertation. Helsinki: University of Helsinki 2003: 46,69.

46.Tanabe M, Takahashi T, Shimoyama K, Toyoshima Y, Ueno T. Effects of rehydration and food consumption on salivary flow, pH and buffering capacity in young adult volunteers during ergometer exercise. J of the Intl Society of Sports Nutrition 2013; 10(49): 1-6.


(60)

60 Lampiran 1

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Kepada Yth : Saudara/Saudari ...

Bersama ini saya, Fellicia Lestari, yang sedang menjalani program pendidikan sarjana pada Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara, memohon kesediaan Saudara/i untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian

saya yang berjudul :

PENGARUH pH DAN KAPASITAS BUFFER SALIVA TERHADAP PEMBENTUKAN KALKULUS PADA PASIEN DI INSTALASI PERIODONSIA RSGM USU

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pH dan kemampuan menetralkan asam dari air liur/air ludah terhadap pembentukan karang gigi pada pasien di Instalasi Periodonsia RSGM USU. Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk melihat apakah pH dan kemampuan menetralkan asam dari air liur pasien berpengaruh terhadap pembentukan karang gigi pasien. Keuntungan bagi subjek antara lain adalah untuk mengetahui apakah pH dan kemampuan menetralkan asam dari air liur subjek berisiko terhadap pembentukan karang gigi, apabila berisiko, maka kedepannya dapat dilakukan tindakan pencegahan yang lebih baik.

Penelitian ini bersifat observasional analitik dimana akan dilakukan pemeriksaan jaringan periodontal/jaringan rongga mulut subjek oleh peneliti dan teman sejawat peneliti. Selain itu, akan dilakukan pengumpulan air liur/air ludah yang distimulasi dari subjek dengan menggunakan permen karet yang tidak berasa selama 5 menit dan diperiksa pH dan kemampuan menetralkan asam pada air liur tersebut oleh peneliti. Pada penelitian ini, apabila timbul efek mau muntah atau kelelahan pada sendi rahang subjek karena mengunyah permen karet, maka


(61)

61 pengunyahan permen karet dapat segera dihentikan. Selain itu, pada penelitian tersebut, untuk mendapatkan identitas Saudara/i yang lebih rinci mengenai subjek yang diteliti maka subjek penelitian diminta untuk mengisi kuesioner. Identitas Saudara/i sebagai subjek penelitian akan dirahasiakan oleh peneliti. Seluruh biaya pada penelitian ini akan ditanggung oleh peneliti.

Jika Saudara/i mengerti isi dari lembar penjelasan ini dan bersedia untuk menjadi subjek penelitian, maka mohon kiranya Saudara/i untuk mengisi dan menandatangani surat pernyataan persetujuan sebagai subjek penelitian yang terlampir pada lembar berikutnya. Saudara/i perlu mengetahui bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat dan Saudara/i dapat mengundurkan diri dari penelitian ini bila Saudara/i merasa keberatan dan apabila Saudara/i mengalami keluhan maka dapat menghubungi peneliti di no. HP 089633934354.

Demikian lembar penjelasan ini saya perbuat, semoga keterangan ini dapat dimengerti dan atas kesediaan Saudara/i untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan, ...2015


(62)

62 Lampiran 2

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : L / P

Alamat :

Menyatakan telah membaca lembar penjelasan kepada subjek penelitian dan sudah mengerti serta bersedia untuk turut serta sebagai subjek penelitian, dalam penelitian atas nama Fellicia Lestari yang berjudul “Pengaruh pH dan Kapasitas Buffer Saliva Terhadap Pembentukan Kalkulus Pada Pasien di Instalasi Periodonsia RSGM USU”.

Demikian pernyataan ini saya perbuat dalam keadaan sehat, penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Medan, 2015

Pembuat Pernyataan

(...) Tanda tangan dan nama jelas


(63)

(64)

64 Lampiran 3

DEPARTEMEN PERIODONSIA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

A. BIODATA

No Kartu Pendaftaran : Nama : Usia : Jenis Kelamin : P/L

No Telp/Hp :

Alamat :

Suku :

Pekerjaan :

Tingkat Pendidikan : Tidak Sekolah/ SD/ SMP/ SMU/ D3/ S1/S2/ S3 Status Perkawinan : Menikah/ Tidak Menikah

Bila Menikah : Jumlah Anak yang dimiliki :...orang Lingkari jawaban pada pertanyaan pilihan !

B. Kebiasaan Oral Higiene

1. Berapa kali anda menyikat gigi anda dalam sehari ? A. 1 kali

B. 2 Kali C. 3 Kali D. > 3 kali

2. Kapan anda menyikat gigi anda?

A. Pagi hari sebelum sarapan dan malam hari saat mau tidur B. Pagi hari setelah sarapan dan malam hari saat mau tidur

C. Pagi hari setelah sarapan, siang hari setelah makan siang dan malam sebelum tidur

D. Pagi hari sebelum sarapan, siang hari setelah makan siang dan malam sebelum tidur


(65)

65

3. Permukaan bagian mana saja dari gigi anda yang anda sikat? A. Depan pada Rahang Atas

B. Belakang pada Rahang Atas C. Depan pada Rahang Bawah D. Belakang pada Rahang Bawah

E. Depan dan Belakang hanya pada Rahang Atas F. Depan dan Belakang hanya pada Rahang Bawah G. Semua permukaan pada Rahang Atas dan Bawah 4. Bagaimana gerakan menyikat gigi anda ?

A. Keatas B. Kebawah

C. Keatas dan kesamping

D. Keatas, kebawah dan kesamping E. Kesamping

5. Apakah anda menggunakan pasta gigi saat menyikat gigi anda ? ( Ya/ Tidak) Bila Ya, Sebutkan...

6. Apakah anda menggunakan obat kumur setelah menyikat gigi anda ? (Ya/Tidak) Bila Ya, Sebutkan...

7. Apakah anda rutin mengganti sikat gigi anda? (Ya/Tidak) 8. Berapa kali dalam 1 tahun anda mengganti sikat gigi anda?

A. 1 kali setahun B. 2 kali setahun C. 3 kali setahun D. > 3 kali setahun E. Setiap bulan

9. Sikat gigi jenis apa yang anda pakai untuk menyikat gigi anda? A. Manual

B. Elektrik (memakai tenaga baterai/listrik)

10. Bagaimana bulu sikat gigi yang anda pakai saat menyikat gigi? A. Lembut

B. Sedang/ Medium C. Keras

11. Bagaimana anda menyikat gigi anda? A. Dengan kekuatan keras


(66)

66 B. Dengan kekuatan sedang

C. Dengan lembut

12. Apakah setelah menyikat gigi anda berkumur –kumur lagi? (Ya/Tidak) Bila ya : berapa kali anda berkumur setelah menyikat gigi

A. 1 kali B. 3 kali C. 5 kali D. > 5 kali

13. Apakah anda sering mengkonsumsi makanan ataupun minuman yang asam? (Ya/Tidak)

C. Riwayat Perawatan Gigi

14. Apakah anda pernah ke dokter gigi sebelumnya? (Ya/Tidak)

15. Kalau ya, apakah anda berobat secara rutin ke dokter gigi? (Ya/Tidak) 16. Apa tujuan anda ke dokter gigi?

A. Untuk menambal gigi

B. Untuk membersihkan karang gigi C. Untuk mencabut gigi

D. Untuk memasang gigi palsu

E. Untuk memasang pesawat gigi (Ortodonti)

F. Untuk memperoleh informasi tentang perawatan gigi

17. Menurut anda, berapa lama sebaiknya kita berkunjung ke dokter gigi? A. 1 tahun sekali

B. 6 bulan sekali C. 3 bulan sekali D. Kalau sakit gigi saja

18. Menurut anda, mengapa orang terkadang malas datang ke dokter gigi? A. Biayanya mahal

B. Perawatannya membutuhkan waktu lama

C. Penyakit gigi bukan penyakit yang membahayakan D. Takut dengan peralatan dokter gigi

E. Belum tahu akan pentingnya perawatan gigi 19. Apakah anda pernah merasakan sakit gigi? (Ya/Tidak)


(67)

67 20. Kalau ya, Bagaimana anda mengatasi rasa sakit pada gigi anda?

A. Berkunjung ke dokter gigi untuk pemeriksaan B. Hanya meminum obat-obatan penghilang rasa sakit C. Hanya berkumur-kumur dengan air hangat saja

21. Apakah anda pernah meminum obat penghilang rasa sakit gigi? (Ya/Tidak) Bila ya, sebutkan nama obat yang sering anda konsumsi

:...

22. Apakah anda menderita penyakit : A. Diabetes Melitus

B. Tekanan darah tinggi C. Kelainan darah

D. Tidak menderita penyakit sistemik apapun

23. Apakah kalau anda menyikat gigi, gusi anda pernah berdarah? ( Ya/Tidak) Telah berapa lama anda mengalami gusi anda berdarah ketika menyikat gigi?

A. 1 minggu B. 1 bulan C. 3 bulan D. 6 bulan E. 1 tahun F. > 1 tahun

G. Jawaban lain :...

24. Apakah anda sering merasakan mulut anda berbau? (Ya/Tidak) Bila Ya, bagaimana cara anda mengatasi rasa bau mulut tersebut?

A. Memakai pewangi untuk menghilangkan bau mulut B. Memakan permen

C. Berkumur-kumur dengan obat kumur D. Menyikat gigi berulang-ulang


(68)

68

Periodontal Disease Index

Gigi Indeks Skor

16 21 24 36 41 44 Total

Kriteria untuk PDI

Skor

0 Tidak ada peradangan, tidak ada perubahan pada gingiva 1 Gingivitis ringan – sedang pada beberapa lokasi margin gingiva 2 Gingivitis ringan – sedang menyeluruh pada margin gingiva yang

mengelilingi gigi

3 Gingivitis berat ditandai dengan warna gingiva merah terang, perdarahan, dan ulserasi

4 Hilang perlekatan kurang dari 3 mm, diukur dari cementoenamel junction (≤ 3mm)

5 Hilang perlekatan antara 3-6 mm

6 Hilang perlekatan lebih dari 6 mm ( > 6mm)

Periodontal Disease Index = Total skor gigi Jumlah gigi yang diperiksa


(69)

69 =

The Volpe-Manhold Calculus Scoring

Permukaan gigi yang diukur

Gigi Indeks Mesial Tengah (mid) Distal

33 32 31 41 42 43 Total

Skor pengukuran kalkulus

0 Tidak ada kalkulus

1 Penumpukan kalkulus sebanyak 1mm 2 Penumpukan kalkulus sebanyak 2mm 3 Penumpukan kalkulus sebanyak 3mm

VMI = Jumlah skor VMI

Jumlah gigi anterior yang diperiksa =


(70)

70

Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S)

Permukaan gigi yang diukur

Gigi Indeks Skor Debris Skor Kalkulus

16 bukal 11 labial 26 bukal 36 lingual 31 labial 46 lingual

Skor pengukuran debris

0 Tidak ada debris atau stain

1 Plak menutup tidak lebih dari 1/3 permukaan servikal, atau terdapat stain ekstrinsik dipermukaan yang diperiksa

2 Plak menutup lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3 permukaan yang diperiksa 3 Plak menutup lebih dari 2/3 permukaan yang diperiksa

Skor pengukuran kalkulus 0 Tidak ada kalkulus

1 Kalkulus supragingiva menutup tidak lebih dari 1/3 permukaan servikal yang diperiksa

2 Kalkulus supragingiva menutup lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3 permukaan yang diperiksa, atau ada bercak-bercak kalkulus subgingiva di sekeliling servikal gigi


(71)

71 subgingiva yang kontinu di sekeliling servikal gigi

OHIS = ODIS + OCIS =

Kriteria indeks debris dan kalkulus

Baik 0-0,6

Sedang 0,7-1,8

Buruk 1,9-3,0

Kriteria OHIS

Baik 0,0-1,2

Sedang 1,3-3,0


(72)

72 pH dan Kapasitas Buffer Saliva

pH saliva:... (pH meter) pH saliva:... (pH strip)

No. Kriteria Nilai

1. Tingkat keasaman tinggi 5,0-5,8 2. Tingkat keasaman sedang 6,0-6,6

3. Saliva normal 6,8-7,8

Kapasitas buffer saliva:...

No. Kriteria Nilai

1. Kapasitas buffer sangat rendah 0-5 2. Kapasitas buffer rendah 6-9 3. Kapasitas buffer normal 10-12


(1)

85

Sering konsumsi makanan atau minuman asam

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 16 40.0 40.0 40.0

tidak 24 60.0 60.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Kunjungan dokter gigi sebelumnya

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 31 77.5 77.5 77.5

tidak 9 22.5 22.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Rutin ke dokter gigi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 11 27.5 27.5 27.5

tidak 29 72.5 72.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Tujuan ke dokter gigi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Untuk menambal gigi 13 32.5 32.5 32.5


(2)

86

Untuk mencabut gigi 4 10.0 10.0 95.0

Untuk memperoleh informasi

tentang perawatan gigi 2 5.0 5.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Berapa lama kunjungan ke dokter gigi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 tahun sekali 6 15.0 15.0 15.0

6 bulan sekali 23 57.5 57.5 72.5

3 bulan sekali 5 12.5 12.5 85.0

Kalau sakit gigi saja 6 15.0 15.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Alasan malas ke dokter gigi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Biayanya mahal 13 32.5 32.5 32.5

Perawatannya membutuhkan

waktu lama 8 20.0 20.0 52.5

Penyakit gigi bukan penyakit yang


(3)

87

Takut dengan peralatan dokter

gigi 8 20.0 20.0 92.5

Belum tahu akan pentingnya

perawatan gigi 3 7.5 7.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Pernah sakit gigi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 28 70.0 70.0 70.0

tidak 12 30.0 30.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Mengatasi sakit gigi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak pernah 2 5.0 5.0 5.0

Berkunjung ke dokter gigi untuk

pemeriksaan 21 52.5 52.5 57.5

B.Hanya meminum obat-obatan

penghilang rasa sakit 14 35.0 35.0 92.5

Hanya berkumur-kumur dengan

air hangat saja 3 7.5 7.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Minum obat penghilang rasa sakit gigi


(4)

88

Valid ya 25 62.5 62.5 62.5

tidak 15 37.5 37.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Menderita penyakit sistemik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid DM 0 0.0 0.0 0.0

Tekanan darah tinggi 0 0.0 0.0 0.0

Kelainan darah 0 0.0 0.0 0.0

Tidak menderita penyakit sistemik

apapun 40 100.0 100.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Gusi pernah berdarah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 24 60.0 60.0 60.0

tidak 16 40.0 40.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Mulut berbau

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid ya 14 35.0 35.0 35.0

tidak 26 65.0 65.0 100.0


(5)

89

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

ODIS OCIS OHIS VMI PDI pH Buffer

N 40 40 40 40 40 40 40

Normal Parametersa Mean .7045 .6920 1.4258 2.7086 1.1308 7.4225 8.8000

Std. Deviation .65447 .75499 1.27940 2.35208 1.08929 .44978 2.54397

Most Extreme Differences Absolute .141 .180 .145 .214 .198 .140 .146

Positive .123 .162 .145 .214 .198 .140 .139

Negative -.141 -.180 -.133 -.125 -.150 -.083 -.146

Kolmogorov-Smirnov Z .891 1.136 .917 1.353 1.251 .883 .922

Asymp. Sig. (2-tailed) .405 .151 .369 .051 .088 .417 .363


(6)

90

Correlations

ODIS OCIS OHIS VMI PDI pH Buffer

ODIS Pearson Correlation 1 .648** .895** .419** .342* .268 .324*

Sig. (2-tailed) .000 .000 .007 .031 .095 .042

N 40 40 40 40 40 40 40

OCIS Pearson Correlation .648** 1 .917** .816** .652** .519** .488**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .001 .001

N 40 40 40 40 40 40 40

OHIS Pearson Correlation .895** .917** 1 .696** .565** .437** .452**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .005 .003

N 40 40 40 40 40 40 40

VMI Pearson Correlation .419** .816** .696** 1 .768** .658** .604**

Sig. (2-tailed) .007 .000 .000 .000 .000 .000

N 40 40 40 40 40 40 40

PDI Pearson Correlation .342* .652** .565** .768** 1 .421** .472**

Sig. (2-tailed) .031 .000 .000 .000 .007 .002

N 40 40 40 40 40 40 40

pH Pearson Correlation .268 .519** .437** .658** .421** 1 .699**

Sig. (2-tailed) .095 .001 .005 .000 .007 .000

N 40 40 40 40 40 40 40

Buffer Pearson Correlation .324* .488** .452** .604** .472** .699** 1

Sig. (2-tailed) .042 .001 .003 .000 .002 .000

N 40 40 40 40 40 40 40

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).