BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN - Improvisasi dan Perilaku Politik Figuratif: Suatu Studi Marketing Politik Dalam Pilkada Karo Tahun 2010
BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
1. Sejarah Singkat Kabupaten Karo
Meletusnya revolusi sosial di Sumatera Utara yang dikumandangkan oleh Wakil Gubernur Sumatera Dr. M. Amir pada tanggal 3 Maret 1946, tidak terlepas dari sikap sultan- sultan, raja-raja dan kaum feodal pada umumnya, yang tidak begitu antusias terhadap kemerdekaan Indonesia. Akibatnya rakyat tidak merasa puas dan mendesak kepada komite nasional wilayah Sumatera Timur supaya daerah istimewa seperti Pemerintahan swapraja/kerajaan dihapuskan dan menggantikannya dengan pemerintahan demokrasi rakyat sesuai dinamika perjuangan kemerdekaan. Sistem yang dikehendaki ialah pemerintah yang demokratis berporos kepada kedaulatan rakyat.
Gerakan itu begitu cepat menjalar ke seluruh pelosok daerah Sumatera Timur.Puluhan orang yang berhubungan dengan swapraja ditahan dan dipenjarakan oleh laskar-laskar yang tergabung dalam Volks Front. Di Binjai, Tengku Kamil dan Pangeran Stabat ditangkap bersama beberapa orang pengawalnya. Istri-istri mereka juga ditangkap dan ditawan ditempat berpisah. Sultan langkat di Tanjung pura pun tertangkap. Demikian juga sultan-sultan lainnya seperti Sultan Kualoh Leidong, Sultan Asahan, dan sultan-sultan lainnya ditangkap walaupun melakukan perlawanan tetapi pasukan-pasukannya dapat dikalahkan oleh laskar-laskar rakyat. Pada saat itu di Sumatera Timur ada 21 swapraja atau kerajaan-kerajaan dan kesultanan-kesultanan yang dalam Bahasa Belanda dinamakan Inlands Zelfbestuur (swapraja bumiputera).
Demikian pula sebagai follow up dari revolusi sosial itu, pada tanggal 8 Maret 1946, keadaan pun semakin genting di Tanah Karo. Pemimpin pemerintahan di Tanah Karo Ngerajai Meliala beserta pengikut-pengikutnya ditangkap dan diungsikan ke tanah alas Aceh Tenggara. Menghadapi keadaan yang semakin tidak menentu ini, Panglima Divisi X Sumatera Timur, memperlakukan keadaan darurat. Khusus untuk Tanah Karo Panglima mengangkat Mayor M. Kasim, komandan resimen I Devisi X Berastagi menjadi pejabat sementara kepala pemerintahan sebagai pengganti Ngerajai Meliala. Selanjutnya pada tanggal 13 Maret 1946, Komite Nasional Indonesia Tanah Karo bersama barisan pejuang Tanah Karo, dalam sidangnya berhasil memutuskan antara lain: membentuk pemerintahan Kabupaten Karo dengan melepaskan diri dari keterikatan administrasi kerajaan dan menghapus sistem pemerintahan swapraja pribumi di Tanah Karo dengan sistem pemerintahan demokratis berdasarkan kedaulatan rakyat, kemudian Kabupaten Karo diperluas dengan memasukkan daerah Deli Hulu dan daerah Silima Kuta Cingkes dan selanjutnya mengangkat Rakutta Sembiring Brahmana menjadi Bupati Karo, KM Aritonang sebagai Patih, Ganin Purba sebagai Sekretaris dan Kantor Tarigan sebagai Wakil Sekretaris dan mengangkat para lurah sebagai penganti raja urung yang sudah dihapuskan.
Usul itu disetujui sepenuhnya oleh peserta sidang dan Mr. Luat Siregar mewakili Gubernur Sumatera Utara dan disahkan oleh residen Yunus Nasution yang saat itu ikut di dalam rapat tersebut. Dengan demikian terbentuklah sudah Tanah Karo sebagai suatu daerah dan Rakutta Sembiring ditetapkan sebagai Bupati Karo yang pertama.
2. Keadaan Daerah a.
Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Pegunungan Bukit Barisan dan merupakan Daerah Hulu Sungai. Luas wilayah Kabupaten Karo adalah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha atau 2,97 persen dari luas Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara, dan secara geografis terletak diantara 2°50’–3°19’ Lintang Utara dan 97°55’–98°38’ Bujur Timur. Batas-batas wilayah Kabupaten Karo adalah:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Toba Samosir -
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten
- Simalungun Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara (Propinsi Nangroe Aceh - Darusalam).
b.
Kabupaten Karo terletak pada ketinggian 120–1.600 Meter di atas permukaan laut dengan perbandingan luas sebagai berikut: Daerah ketinggian 120-200 Meter dari permukaan laut seluas 28.606 Ha (13,45%)
- Daerah ketinggian 200-500 Meter dari permukaan laut seluas 17.856 Ha (8,39%)
- Daerah ketinggian 500-1.000 Meter dari permukaan laut seluas 84.892 Ha (39,91%)
- Daerah ketinggian 1.000-1.400 Meter dari permukaan laut seluas 70.774 Ha (33,27%)
- Daerah ketinggian > 1.400 Meter di atas permukaan laut seluas 10.597 Ha (4,98%)
- c.
Bila dilihat dari sudut kemiringan/lereng tanahnya dapat dibedakan sebagai berikut: Datar 2 % = 23.900 Ha = 11,24 %
Landai 2 – 15 % = 74.919 Ha = 35,22 %
- Miring 15 – 40 % = 41.169 Ha = 19,35 %
- Curam 40 % = 72.737 Ha = 34,19 %
- d.
Sejak zaman Belanda Kabupaten Karo sudah terkenal sebagai tempat peristirahatan.
Setelah kemerdekaan Republik Indonesia kemudian dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata di Propinsi Sumatera Utara. Objek-objek pariwisata di Kabupaten Karo adalah panorama yang indah di daerah pegunungan, air terjun, air panas, dan kebudayaan yang unik. Kabupaten Karo terkenal sebagai daerah penghasil berbagai buah-buahan dan bunga-bungaan, dan mata pencaharian penduduk yang terutama adalah usaha pertanian pangan, hasil hortikultura dan perkebunan rakyat. Keadaan hutan cukup luas yaitu mencapai 129.749Ha atau 60,99 persen dari luas Kabupaten Karo. Kabupaten Karo merupakan Daerah Hulu Sungai (DHS) dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Wampu/Ular, sub Daerah Aliran Sungai Laubiang. Potensi Industri yang ada adalah Industri kecil dan aneka industri yang mendukung pertanian dan pariwisata. Potensi sumber-sumber mineral dan pertambangan yang ada di Kabupaten Karo diduga cukup potensial namum masih memerlukan survei lapangan.
e.
Iklim (Suhu, Musim, Angin, Curah Hujan) Suhu udara rata-rata di Kabupaten Karo berkisar antara 18,4
- ° C - 19,3 °
C, dengan kelembaban udara pada tahun 2006 rata-rata setinggi 88,39 persen, tersebar antara 86,3 persen sampai dengan 90,3 persen. Di Kabupaten Karo seperti daerah lainnya terdapat dua musim yaitu musim
- penghujan dan musim kemarau. Musim hujan pertama mulai bulan Agustus sampai dengan bulan Januari dan musim hujan kedua mulai bulan Maret sampai dengan bulan Mei.
- angin 1,32 M/DT.
Pada tahun 2006 ada sebanyak 172 hari jumlah hari hujan dengan rata-rata kecepatan
- kira-kira bulan Oktober sampai dengan bulan Maret, Dari arah Timur dan Tenggara antara bulan April sampai dengan bulan September.
Arah angin terbagi 2 (dua) arah/gerak yaitu angin yang berhembus: Dari arah Barat
3. Sosial Budaya
- Karo-Karo
- Ginting -
- Tarigan -
- Senina/Sembuyak
- Kalimbubu -
- Sipemeren -
- Sipengalon -
- Anak Beru Menteri -
- Kalimbubu -
- Nini -
- Kempu -
- Nande -
Tutur Siwaluh yaitu:
Bapa
Bulang
Perkade-kaden Sepuluh Dua:
Puang Kalimbubu
Anak Beru Singikuri
Anak Beru
Siparibanen
Anak Beru
a.
Rakut Sitelu yaitu:
Merga ini maka tersusunlah pola kekerabatan atau yang dikenal dengan Rakut Sitelu, Tutur Siwaluh dan Perkade-kaden Sepuluh Dua Tambah Sada.
Perangin-angin Dari kelima Merga tersebut di atas, masih terdapat sub-sub Merga. Berdasarkan
Sembiring
yakni:
Merga Silima
Suku Bangsa Karo ini mempunyai adat istiadat yang sampai saat ini terpelihara dengan baik dan sangat mengikat bagi Suku Bangsa Karo sendiri. Suku ini terdiri 5 (lima) Merga, Tutur Siwaluh, dan Rakut Sitelu.
Penduduk asli yang mendiami wilayah Kabupaten Karo disebut Suku Bangsa Karo.
Anak
Bengkila
- Bibi -
Permen
- Mama -
Mami
- Bere-bere
- Dalam perkembangannya, adat Suku Bangsa Karo terbuka, dalam arti bahwa Suku Bangsa Indonesia lainnya dapat diterima menjadi Suku Bangsa Karo dengan beberapa persyaratan adat.
b.
Masyarakat Karo terkenal dengan semangat keperkasaannya dalam pergerakan merebut Kemerdekaan Indonesia, misalnya pertempuran melawan Belanda, Jepang, politik bumi hangus. Semangat patriotisme ini dapat kita lihat sekarang dengan banyaknya makam para pahlawan di Taman Makam Pahlawan di Kota Kabanjahe yang didirikan pada tahun 1950.
c.
Penduduk Kabupaten Karo adalah dinamis dan patriotis serta taqwa kepada Tuhan Yang Esa. Masyarakat Karo kuat berpegang kepada adat istiadat yang luhur, merupakan modal yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembangunan.
Dalam kehidupan masyarakat Karo, idaman dan harapan (sura-sura pusuh peraten) yang ingin diwujudkan adalah pencapaian 3 (tiga) hal pokok yang disebut Tuah,
Sangap , dan Mejuah-juah.
- banyak kawan dan sahabat, cerdas, gigih, disiplin dan menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk generasi yang akan datang.
Tuah berarti menerima berkah dari Tuhan Yang Maha Esa, mendapat keturunan,
- bagi masyarakat serta bagi generasi yang akan datang.
Sangap berarti mendapat rejeki, kemakmuran bagi pribadi, bagi anggota keluarga,
- keseimbangan dan keselarasan antara manusia dengan manusia, antara manusia dan lingkungan, dan antara manusia dengan Tuhannya. Ketiga hal tersebut adalah merupakan satu kesatuan yang bulat yang tak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain.
Mejuah-juah berarti sehat sejahtera lahir batin, aman, damai, bersemangat serta
4. Pemerintahan a.
Sistim pemerintahan tertua yang dijumpai di wilayah Kabupaten Karo ialah Penghulu, yang menjalankan pemerintahan di Kampung (Kuta) menurut adat. Terbentuknya suatu Kuta harus memenuhi persyaratan adat antara lain: ada Merga pendiri (Merga taneh/simantek Kuta), ada Senina Simantek Kuta, ada Anak Beru simantek Kuta (Anak Beru Taneh) serta ada Kalimbubu Simantek Kuta (Kalimbubu Taneh).
b.
Pada masa penjajahan Belanda mulai tahun 1906, sistem pemerintahan di wilayah Kabupaten Karo pada dasarnya ialah:
- pimpinan pemerintahan selalu ditangan bangsa Belanda.
Pemerintahan oleh Onderafdeling Karo Landen yang dipimpin oleh Controleur
- dibentuk berdasarkan perjanjian pendek dengan pemerintahan Onderafdeling. Berdasarkan perjanjian pendek (Korte Verklaring) tahun 1907, maka di Tanah Karo terdapat 5 (lima) Landschaap yang dikepalai oleh SIBAYAK yang membawahi beberapa URUNG yang dikepalai oleh RAJA URUNG yaitu: i.
Landschaap, yaitu pemerintahan Bumi Putra. Pemerintahan (Landschaap) ini
Landschaap Lingga, membawahi 6 (enam) urung:
Sepuluh Dua Kuta di Kabanjahe
- Telu Kuta di Lingga -
Tigapancur di Tigapancur
- Empat Teran di Naman -
Lima Senina di Batu Karang, dan
- Tiganderket di Tiganderket - ii.
Landschaap Kutabuluh, membawahi 2 (dua) urung:
Namo Haji di Kutabuluh, dan
- Liang Melas di Samperaya - iii.
Landschaap Sarinembah, membawahi 4 (empat) urung:
Sepuluhpitu Kuta di Sarinembah
- Perbesi di Perbesi -
Juhar di Juhar, dan
- iv.
Kuta Bangun di Kuta Bangun
Landschaap Suka, membawahi 4 (empat) urung:
Suka di Suka
- Sukapiring/Seberaya di Seberaya -
Ajinembah di Ajinembah, dan
- Tongging di Tongging - v.
Landschaap Barusjahe, membawahi 2 (dua) urung:
Sipitu Kuta di Barusjahe, dan
- Sinaman Kuta di Sukanalu -
Pada masa penjajahan Jepang (Tentara Jepang masuk ke Tanah Karo bulan Maret 1942) susunan pemerintahan di Tanah Karo adalah serupa dengan masa penjajahan Belanda, dengan pergantian orang-orangnya yakni yang setia kepada penjajah Jepang.
c.
Pada masa Kemerdekaan RI Struktur pemerintahan di Tanah Karo adalah sebagai berikut: i.
Pemerintahan Tanah Karo sebagai alat pemerintahan Pusat yang pada saat itu dikepalai oleh Sibayak Ngerajai Milala ii.
Pemerintahan Swapraja yaitu Landschaap: Lingga dengan 6 Urung
- Barusjahe dengan 2 Urung -
Suka dengan 4 Urung
- Sarinembah dengan 4 Urung -
- Oleh Komite Nasional Indonesia, Tanah Karo dalam sidangnya tanggal 13 Maret 1946, Kabupaten Karo diperluas dengan Daerah Deli Hulu dan Cingkes, dibagi kedalam 3 (tiga) Kewedanaan dengan masing-masing membawahi 5 (lima) Kecamatan yaitu: i.
Kutabuluh dengan 2 Urung
Kewedanaan Kabanjahe membawahi 5 Kecamatan yaitu: Kabanjahe
- Tigapanah -
Barusjahe
- Simpang Empat, dan
- ii.
Payung
Kewedanaan Tigabinanga membawahi 5 Kecamatan yaitu: Tigabinanga
- Juhar -
Munte
- Kutabuluh,
- Mardingding - iii.
Kewedanaan Deli Hulu membawahi 5 Kecamatan yaitu: Pancur Batu
- Sibolangit -
Kutalimbaru
- Biru-Biru, dan
- Namo Rambe - d.
Bentuk dan Susunan Pemerintahan Daerah i. Susunan Pemerintah Daerah seperti yang diatur menurut UU No. 22 Tahun 1999 bahwa di daerah dibentuk DPRD sebagai Badan Legislatif Daerah dan Pemerintah Daerah sebagai Badan Eksekutif Daerah. Kepala Daerah Kabupaten disebut Bupati, dan dalam melaksanakan tugas dan kewenangan selaku Kepala Daerah, Bupati dibantu oleh seorang Wakil Bupati. Sejak Terbentuknya Kabupaten Karo hingga saat ini tercatat yang memimpin Kabupaten Karo adalah Sbb :
Tabel 1. Daftar Bupati Karo
No Nama Bupati Masa Bakti
1 Ngerajai Meliala (Pemimpin Pemerintahan) -- 1946
2 Rakutta Sembiring Berahmana 1946-1955
3 Abdullah Eteng
4 Baja Purba
5 Mayor Matang Sitepu
6 Baharudin Siregar
7 Kol. Tampak Sebayang, SH 1970-1981
8 Drs. Rukun Sembiring 1981-1986
9 Ir. Menet Ginting 1986-1991
10 Drs. Rupai Perangin-angin 1991-1995
11 Kol. Drs. D.D. Sinulingga 1995-2000
12 Sinar Perangin-angin 2000-2005
13 Drs. D.D. Sinulingga 2005-2010
Kecamatan Juhar, sebanyak 24 Desa
11 Natangsa Suka Tendel 1997-1999
Kecamatan Kutabuluh, sebanyak 16 Desa
Kecamatan Payung, sebanyak 8 Desa
Kecamatan Naman Teran sebanyak 14 Desa
Kecamatan Barusjahe, sebanyak 19 Desa
Kecamatan Dolat Rayat sebanyak 7 Desa
Kecamatan Berastagi, sebanyak 5 Desa dan 4 Kelurahan
Wilayah pemerintahan Kabupaten Karo sejak tanggal 29 Desember 2006 resmi berubah dari 13 kecamatan menjadi 17 Kecamatan dan 262 Desa/Kelurahan yaitu:
14 Siti Aminah Br. Peranginangin 2009-2014 Sumber: ii.
13 R. Romanus Purba 2004-2009
12 Bon Purba 1999-2004
10 Musim Firman Tarigan 1992-1997
14 DR (HC) Kena Ukur Surbakti 2010-2015 Sumber: Pada lembaga Legislatif dipimpin oleh:
9 Kursi Singarimbun 1987-1992
8 Kursi Singarimbun 1982-1987
7 Muli Sembiring 1977-1982
6 Panjang Barus 1971-1977
5 Kolam Bukit 1969-1971
4 Tampe Perangin-angin 1962-1965
3 Matang Sitepu 1959-1962
2 Tokoh Purba 1955-1959
1 Selamat Ginting 1950-1955
No. Nama Ketua DPRD Masa Bakti
Tabel 2. Daftar Ketua DPRD Karo
- Kecamatan Kabanjahe, sebanyak 8 desa dan 5 Kelurahan -
- Kecamatan Tigapanah, sebanyak 22 Desa -
- Kecamatan Merek, sebanyak 19 Desa -
- Kecamatan Simpang Empat, sebanyak 17 Desa -
- Kecamatan Merdeka sebanyak 9 Desa -
- Kecamatan Tiganderket sebanyak 17 Desa -
- Kecamatan Munte, sebanyak 22 Desa -
Kecamatan Tigabinanga, sebanyak 18 Desa dan 1 Kelurahan
- Kecamatan Laubaleng, sebanyak 15 Desa -
- 5. Kependudukan
Kecamatan Mardingding, sebanyak 12 Desa
Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kabupaten Karo adalah 350.479 orang, yang terdiri atas 174.391 laki-laki dan 176.088 perempuan. Dari hasil SP2010 tersebut Kecamatan Kabanjahe, Berastagi dan Tigapanah merupakan 3 kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu masing-masing berjumlah 63.290 orang (18,06 persen), 42.555 orang (12,14 persen), dan 29.411 orang (8,39 persen). Kecamatan yang penduduknya paling sedikit adalah Kecamatan Dolat Rayat dengan jumlah penduduk 8.311 orang (2,37 persen). Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 yang didiami 350.479 orang maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Karo adalah sebanyak 165 orang per kilo meter persegi. Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Kabanjahe yakni sebanyak 1.417 orang per kilo meter persegi sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Dolat Rayat yakni sebanyak 44 orang per kilo meter persegi.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Kabupaten Karo Tahun 2010 No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Laki-laki + Sex Perempuan Ratio
1 Mardingding 8.526 8.546 17.072 100
2 Laubaleng 8.889 8.815 17.704 101
3 Tigabinanga 9.945 9.944 19.889 100
4 Juhar 6.578 6.634 13.212
99
5 Munte 9.719 9.915 19.634
98
6 Kutabuluh 5.256 5.329 10.585
99
7 Payung 5.365 5.454 10.819
98
8 Tiganderket 6.451 6.730 13.181
96 28
9 Simpang Empat 9.482 9.453 18.935 100
Data Berasal dari Karo Dalam Angka (KDA) yang merupakan data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
melalui internet untuk mempermudah akses pengambilan data.10 Naman Teran 6.453 6.191 12.644 104
11 Merdeka 6.652 6.562 13.214 101
12 Kabanjahe 30.977 32.313 63.290
96
13 Berastagi 21.245 21.310 42.555 100
14 Tigapanah 14.584 14.827 29.411
98
15 Dolat Rayat 4.113 4.198 8.311
98
16 Merek 9.280 8.752 18.032 106
17 Barusjahe 10.876 11.115 21.991
98 KABUPATEN KARO 174.391 176.088 350.479
99 Sumber: BPS Kabupaten Karo
6. Pendidikan
Tingkat partisipasi sekolah merupajkan indikator yang paling sesuai untuk menggambarkan keadaan pendidikan di Kabupaten Karo. Tingkat partisipasi sekolah menggambarkan persentase penduduk yang masih sekolah yaitu umur 7-12 tahun dan umur 13-15 tahun sebagai pendidikan dasar, 16-18 tahun pendidikan menengah dan usia 19-24 tahun pada pendidikan tinggi. Pada umumnya, partisipasi pendidikan dasar masih cukup tinggi, dan angka ini akan semakin menurun untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Angka Partisipasi Sekolah (APS)merupakan indikator penting dalam pendidikan yang menunjukkan persentase penduduk usia 7-12 tahun yang masih terlibat dalam sistem pedidikan, tetapi ada sebagian kecil dari kelompok mereka yang sudah menyelesaikan jenjang pendidikan setingkat SD.
Tabel 4 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi sekolah penduduk Kabupaten Karo terus meningkat. Pada usia 7-12 tahun meningkat dari 98,67 persen pada tahun 2009 menjadi 99,14 persen pada tahun 2010. Kemudian pada kelompok umur 13-15 meningkat dari 92,06 persen menjadi 97,28 pada tahun yang sama. Demikian juga pada kelompok umur 16-18, meningkat dari 67,28 persen menjadi 70,46 persen dan kelompok 19-24 tahun 2009 sebesar 5,55 persen meningkat menjadi 6,76 persen pada tahun 2010.
Berdasarkan hasil Susenas (Survei Ekonomi Nasional) 2010, persentase penduduk usia 10 tahaun ke atas menurut status skolah, terlihat bahwa lebih dari setengah penduduk Kabupaten Karo tidak bersekolah lagi., yaitu 77,20 persen (76,53 persen penduduk laki-laki dan 77,89 persen untuk penduduk perempuan). Adapun penduduk yang masih sekolah sekitar 2,18 persen (1,34 persen untuk laki-laki dan 3,06 persen untuk penduduk perempuan). Dari gambaran tersebut terlihat bahwa keterlibatan penduduk laki-laki di dunia pendidikan masih dominan dibandingkan penduduk perempuan.
Tabel 4. Persentase Penduduk yang Masih Sekolah Menurut Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin Tahun 2010AKTIVITAS PENDIDIKAN MENURUT KELOMPOK UMUR PERSENTASE Laki- laki
Perempuan Jumlah Penduduk 7-12 tahun 99, 12 99,16 99,14 Penduduk 13-15 tahun 98,14 96,19 97,28 Penduduk 16-18 tahun 74,45 64,46 70,46 Penduduk 19-24 tahun 6,88 3,74 5,55 Penduduk 7-15 tahun 98,80 98,37 98,59 Penduduk 7-24 tahun 71,09 72,34 71,66
Sumber: BPS Kabupaten Karo
Tabel 5. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Status Pendidikan dan
Jenis Kelamin Tahun 2010STATUS PENDIDIKAN PERSENTASE
Laki-laki Perempuan Jumlah Tidak/belum bersekolah 1,34 3,06 2,18
Masih Sekolah
SD 7,32 8,83 8,06
SMTP 8,21 5,37 6,81
SMTA 6,04 4,63 5,34
Diploma/Sarjana 0,56 0,22 0,39
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Karo Keadaan pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Kabupaten Karo mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang pada umumnya di tingkat SD sampai dengan tingkat perguruan tinggi. Hasil Susenas 2010 menunjukkan prersentasi penduduk usia 10 tahun ke atas menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan yang dimulai dari tingkat SD sampai dengan perguruan tinggi sebesar 81,69 persen, selebihnya sekitar 18,30 persen adalah mereka yang berpendidikan SD ke bawah.
Tabel 6. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Ijasah Tertinggi yang
Dimiliki dan Jenis KelaminIJASAH TERTINGGI YANG PERSENTASE DIMILIKI
Laki-laki Perempuan Jumlah TIDAK PUNYA IJASAH 15,65 21,05 18,30 SD/MTS/SEDERAJAT/KEJURUAN 27,28 22,87 25,11 SLTP/MTS/SEDERAJAT/KEJURUAN 24,91 21,35 23,16 SMU/MA/SEDERAJAT 22,14 24.77 24,43 SM KEJURUAN 5,08 4,52 4,81 Diploma I/II 0,20 0,91 0,55 DiplomaIII 1,50 2,19 1,84 Diploma IV/Sarjana 3,23 2,19 1,84
- S2/S3 Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Karo Dari gambaran diatas pendidikan di Kabupaten Karo masih rendah oleh karena itu upaya untuk meningkatkan derajat pendidikan di Kabupaten Karo masih perlu terus menerus ditingkatkan. Jika dibandingkan antara penduduk menurut jenis kelamin, maka terlihat bahwa kondisi pendidikan laki-laki lebih baik dibandingkan perempuan, khususnya tamayan SLTA ke atas. Penduduk laki-laki yang memiliki ijasah SD/MI sekitar 27,28 persen sedangkan penduduk perempuan sekitar 22,87 persen. Untuk pendidikan tinggi sekitar 4,93 persen laki- laki usia 10 tahun ke atas yang telah menyandang ijasah/diploma D-I sampai dengan sarjana (S-1 atau lebih), sedangkan untuk perempuan hanya sekitar 5,45 persen.
7. Peta Politik Kabupaten Karo
Untuk menganalisis peta politik di Kabupaten Karo, maka yang pertama dilihat adalah rekapitulasi suara di pemilu 2009 dan membandingkannya dengan pilkada di tahun 2010. Pasangan Kena Ukur Surbakti – Terkelin Brahmana merupakan pasangan yang diusung olehsepuluh partai pendukung yang pada pemilu 2009 masing-masing memperoleh suara sebagai berikut:
Tabel 7. Perolehan Suara Partai Pengusung Pasangan Kena Ukur Surbakti – Terkelin
Brahmana pada Pemilu Tahun 2009 NO Partai Pengusung pasangan Kena Ukur Perolehan Surbakti – Terkelin Brahmana Suara1 Partai Karya Peduli Bangsa 7.131
2 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 5.630
3 Partai Gerakan Indonesia Raya 4.752
4 Partai Nasional Benteng Kerakyatan Indonesia 3793
5 Partai Perjuangan Indonesia Baru 3.625
6 Partai Kebangkitan Bangsa 2.265
7 Partai Pemuda Indonesia 1.777
8 Partai Bulan Bintang 1.593
9 Partai Buruh 1.409
10 Partai Merdeka 788
32.763 JUMLAH
Sumber: KPUD Kabupaten Karo Dari tabel tersebut dapat dilihat jumlah total suara yang diraih oleh partai-partai politik pengusung pasangan Kena Ukur Surbakti – Terkelin Brahmana yakni 32.763 dengan total 6 kursi. Kemudian dibandingkan dengan hasil pemilihan kepala daerah pada tahun 2010 di kabupaten karo, pada pada putaran pertama pasangan Kena Ukur Surbakti – Terkelin Brahmana meraih suara sebanyak 25.310 suara, suatu jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan perolehan suara total pada saat pemilu tahun 2009. Hal ini menandakan partai politik pengusung pasangan pasangan Kena Ukur Surbakti – Terkelin Brahmana yang berperan sebagai mesin politik kurang berfungsi dengan baik, hal ini dapat dikatakan sebab partai politik gagal mempertahankan jumlah suara yang ada pada pemilu di tahun sebelumnya.
Berbeda dengan pasangan Kena Ukur Surbakti – Terkelin Brahmana, kandidat yang ada di peringkat pertama putaran pertama yakni pasangan pasangan Siti Aminah Br. Peranginangin – Sumihar Sagala yang diusung hanya oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang pada pemilu tahun 2009 meraih peringkat pertama di Kabupaten Karo yakni 22.012 suara dan 7 kursi kemudian pada pilkada tahun 2010 kandidat yang diusung berhasil meraih 30.804 suara. Dari hasil tersebut dengan jelas dapat dilihat bahwa mesin politik pengusung pasangan pasangan Siti Aminah Br. Peranginangin – Sumihar Sagala yaitu Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia menjalankan fungsinya dengan baik, terlihat dari penambahan jumlah suara yang relatif banyak. Jumlah yang diraih pasangan pasangan Siti Aminah Br. Peranginangin – Sumihar tak lepas dari masih kuatnya pengaruh basis Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan di Kabupaten Karo.
Pada putaran kedua yakni putaran yang menyisakan dua pasang calon disusul dengan munculnya perbedaan signifikan dalam perolehan suara. Pasangan Kena Ukur Surbakti – Terkelin Brahmana berhasil menempati peringkat pertama dengan meraih 85.343 suara diatas pasangan pasangan Siti Aminah Br. Peranginangin – Sumihar Sagala yang meraih 53.598 suara. Pada putaran kedua ini mesin politik pasangan Kena Ukur Surbakti – Terkelin Brahmana berhasil menjalankan fungsinya lebih baik daripada mesin politik yang pasangan pasangan Siti Aminah Br. Peranginangin – Sumihar Sagala. Hal ini terjadi diyakini karena mulai munculnya isu-isu etnisitas yang sangat kuat di Kabupaten Karo yang pada akhirnya dapat menggoyahkan kekuatan basis politik PDIP di Kabupaten Karo.