ANALISIS PENGENDALIAN SOSIAL PERSUASIF KENAKALAN SISWA OLEH WALI KELAS X SMAN10 PONTIANAK

ANALISIS PENGENDALIAN SOSIAL PERSUASIF
KENAKALAN SISWA OLEH WALI KELAS X
SMAN10 PONTIANAK
Yulida Syahratul Fitri, Yohanes Bahari, Imran
Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP UNTAN, Pontianak
Email: Yulidasf16@gmail.com
Abstrak:Tujuan penelitian ini secara umum untuk mengetahui
pengendalian sosial kenakalan siswa oleh wali kelas X SMAN10 Pontianak.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Analisis dalam penelitian ini disajikan secara deskriptif kualitatif dengan
menggunakan informan sebanyak 14 orang terdiri dari 8 orang wali kelas
dan 6 orang siswa yang melakukan kenakalan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengendalian sosial persuasif kenakalan remaja dengan
cara mengajak secara lisan dan simbolik wali kelas melakukannya dengan
cara memberikan nasehat dan menempelkan kata-kata himbauan,
peringatan, serta motivasi. Selanjutnya, pengendalian sosial persuasif
kenakalan remaja dengan cara membimbing secara lisan, wali kelas
melakukannya dengan cara pendekatan, serta memberikan pembinaan rutin
setiap hari senin.
Kata Kunci : Pengendalian Sosial, Persuasif, Wali Kelas

Abstract:The general objective of this research is to investigate social
control of juvenile delinquency by homeroom teacher of tenth grade class in
SMAN10 Pontianak. This research was conducted in descriptive method.
The technique of collecting the data are in form of observation technique,
interview, and documentation. The analysis in this research was presented in
qualitative descriptive by using 14 informants; eight homeroom teachers and
6 students who commited the delinquency. The result of this research
depicted that persuasive social control of juvenile delinquency throught
persuading orally symbolically and homeroom teacher gave advices,
warnings, and motivation. Afterwards, the social control of juvenile
delinquency was done throught orally, homeroom teacher conducted it in a
form of approach and fostering every morning.
Keywords : Social Control, Persuasive, Homeroom Teacher

S

iswa saat di dalam sekolah diharapkan dapat menaati peraturan yang telah
dibuat oleh sekolah. Peraturan dibuat untuk menjadikan siswa menjadi tertib
dan teratur. Dengan adanya peraturan siswa tidak melakukan kenakalan atau hal
yang menyimpang lainnya, dengan kata lain siswa mematuhi peraturan yang ada


1

seperti mendengarkan guru saat menjelaskan, memakai atribut seragam lengkap,
izin pulang saat kegiatan belajar berlangsung, tidak ribut di dalam kelas, tidak
datang terlambat, tidak merokok, tidak berkelahi, tidak tidur saat jam pelajaran,
tidak keluar masuk kelas saat jam pelajaran, tidak maen hp saat jam pelajaran.
Di era globalisasi saat ini, banyaknya siswa yang melakukan kenakalan
atau penyimpangan di dalam sekolah. Salah satunya karena bermacam-macam
siswa dengan latar belakang kepribadian yang berbeda-beda. Siswa tersebut
heterogen sebab diantara mereka ada yang miskin, ada yang kaya, ada yang pintar,
ada yang kurang, ada yang patuh dan ada yang menentang. Dengan latar belakang
kepribadian yang berbeda tersebut dapat memungkinkan siswa melakukan
kenakalan. Kenakalan yang dilakukan oleh siswa misalnya datang terlambat, ribut
saat jam pelajaran, tidak mendengarkan guru saat menjelaskan, pulang tanpa izin,
tidur saat jam pelajaran, mencuri, merokok, berkelahi, tawuran. Ini menjadi salah
satu bukti bahwa pengendalian sosial sangat penting diperlukan bagi sekolah.
Khusunya untuk mengontrol perilaku siswa.
Dalam kehidupan sehari-hari pengendalian sosial sangatlah penting bagi
sekolah. Menurut Bruce J.Cohen (dalam Setiadi, 2011:252), mengemukakan

bahwa “Pengendalian sosial cara-cara atau metode yang digunakan untuk
mendorong seseorang agar berperilaku selaras dengan kehendak-kehendak
kelompok atau masyarakat luas tertentu.” Senada dengan Bruce, Joseph S.Roucek
(dalam Setiadi, 2011:252) membatasi bahwa “Pengendalian sosial adalah segala
proses baik direncanakan maupun tidak, yang bersifat mendidik, mengajak,
bahkan memaksa warga-warga masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah dan
nilai-nilai sosial yang berlaku”.
Pengendalian sosial juga bermacam macam salah satunya pengendalian
sosial persuasif. Menurut Saptono (2006:156) mengatakan bahwa pengendalian
sosial persuasif adalah “upaya pengendalian sosial yang dilakukan dengan
menekankan pada tindakan yang sifatnya mengajak atau membimbing warga
masyarakat agar bersedia bertindak sesuai dengan norma yang berlaku.”
Sedangkan menurut Juli Yanto (2010:26) mengatakan bahwa, “Pengendalian
sosial persuasif adalah pengendalian sosial yang dilakukan dengan cara
membimbing, mengajak atau menganjurkan. Cara membimbing, mengajak atau
menganjurkan dapat dilakukan oleh individu atau kelompok dan mempunyai triktrik tersendiri.”
Pendapat di atas menegaskan bahwa pengendalian sosial persuasif adalah
pengendalian sosial yang dilakukan dengan cara mengajak dan membimbing
siswa untuk mematuhi peraturan yang ada di sekolah baik secara lisan maupun
secara simbolik agar tidak terjerumus pada perilaku menyimpang. Menurut

Saptono (2006:156) mengatakan bahwa, “Pengendalian sosial persuasif dengan
cara mengajak adalah “upaya pengendalian yang dilakukan dengan menyuruh
warga masyarakat agar bersedia bertindak sesuai dengan norma yang berlaku”.
Sedangkan menurut Juli Yanto (2010:27), Pengendalian sosial persuasif dengan
cara mengajak adalah upaya pengendalian membawa serta individu atau lebih
untuk mengikuti berperilaku sesuai norma yang berlaku”. Pengendalian sosial
persuasif dengan cara mengajak ini dapat dilakukan dengan cara lisan dan
simbolik. Dengan cara lisan, yaitu dilakukan dengan mengajak orang mentaati

2

aturan dengan berbicara langsung dengan bahasa lisan (verbal). Dengan cara
simbolik, yaitu dapat dilakukan melalui spanduk, tulisan dan iklan layanan
masyarakat.
Pengendalian sosial persuasif dengan cara membimbing menurut Bimo
Walgito (2004,4-5) merupakan “upaya pengendalian dengan bantuan atau
pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam
menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu dapat
mencapai kesejahtateraan dalam kehidupannya”. Sedangkan menurut Juli Yanto
(2010:27), pengendalian sosial persuasif dengan cara membimbing adalah “upaya

pengendalian pemberian bantuan yang terus menerus secara sistematis kepada
perorangan atau lebih dalam memecahkan masalah yang dihadapinya”.
Pengendalian sosial persuasif dengan cara membimbing ini menggunakan cara
lisan. Secara lisan yaitu dilakukan dengan berbicara langsung dengan bahasa lisan
seperti pemberian pembinaan dan pendekatan.
Berdasarkan pra riset yang dilakukan oleh peneliti pada hari Rabu tanggal
25 November 2015 pukul 10.00 wib, peneliti melihat secara langsung berbagai
macam kenakalan yang dilakukan oleh siswa kelas X SMAN10 Pontianak di
dalam buku kasus, misalnya berbicara tidak sopan kepada guru maupun kepada
teman sekolahnya, memotong perkataan guru, mencoret dinding, berkelahi,
mencuri, merokok, bolos sekolah, memanjat pagar sekolah. Kelakuan siswa
tersebut tentunya dapat merugikan dirinya sendiri dan pihak sekolah.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di atas, di
perkuat juga oleh salah satu guru di SMAN10 Pontianak yaitu Ibu Erisah S.Pd
selaku guru Bimbingan dan Konseling di SMAN10 Pontianak, beliau mengatakan
bahwa kenakalan yang dilakukan siswa di SMAN10 khusunya kelas X tersebut
sudah sering terjadi. Adapun contoh kenakalan yang terjadi misalnya, berkelahi,
mencuri hp, mencuri barang-barang guru, manjat pagar meninggalkan pelajaran,
melawan guru, pulang tanpa izin saat KBM sedang berlangsung, berbicara tidak
sopan kepada guru, bolos, mencoret dinding. Hal ini dikarenakan sudah menjadi

kebiasaan di luar lingkungan sekolah juga, tingkat disiplin yang sangat kurang dan
pemahaman terhadap peraturan tata tertib sekolah yang sangat rendah.
Dari data-data di atas mengenai kenakalan siswa kelas X SMAN10
Pontianak, oleh karena itu wali kelas telah melakukan beberapa upaya untuk
mengendalikan kenakalan siswa tersebut. Salah satu upayanya adalah dengan
pengendalian sosial persuasif, karena siswa SMA khususnya kelas X masih sangat
memerlukan banyak bimbingan dari orang-orang terdekat agar tidak terjerumus ke
dalam hal yang tidak baik. Perilaku dan sikap mereka juga masih terbawa pada
masa usia remaja saat mereka berada di bangku Sekolah Menengah Pertama
(SMP).

METODE PENELITIAN
Menurut Sugiyono (2011:9) penelitian kualitatif adalah “Metode penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai intrument kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data

3

bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari

pada generalisasi”.
Menurut Nawawi (2007:67) metode deskriptif adalah “Prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan
keadaan subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lainlain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak, atau sebagaimana
adanya”.
Berdasarkan uraian di atas metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitian kualitatif dikarenakan menurut
peneliti akan lebih mudah mendapatkan informasi yang mendalam dimana
peneliti ikut serta langsung dalam keadaan mengenai pengendalian sosial
persuasif kenakalan siswa oleh wali kelas X SMAN10 Pontianak. Instrument
dalam penelitian kualitatif ini adalah peneliti itu sendiri dan dibantu dengan
wawancara serta observasi yang dilakukan saat penelitian. Karena peneliti secara
langsung sebagai instrument maka peneliti harus memilikki kesiapan ketika
melakukan penelitian, mulai dari awal proses penelitian hingga akhir proses
penelitian. Lokasi penelitian ini dilakukan di SMAN10 Pontianak, Jl purnama
Komplek Purnama Agung V.
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan
sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh
secara langsung melalui wawancara dengan informan. Adapun yang menjadi
informan pada penelitian ini adalah wali kelas, waka kesiswaan, guru BK dan

siswa yang melakukan kenakalan kelas X SMAN10 Pontianak. Sumber data
sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya
seperti catatan arsip yang dimiliki oleh wali kelas dan guru bimbingan dan
konseling.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Menurut Satori dan Komariah
(2011:105), “Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik
secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus
dikumpulkan dalam penelitian. Dalam observasi, cara mengumpulkan data yang
dilakukan adalah melalui pengamatan secara langsung, yaitu dengan pergi ke
SMAN10 Pontianak guna melihat keadaan yang tampak pada objek penelitian.
Wawancara menurut Prabowo 1996 (dalam Prastowo Andi 2010:145)
yang menjelaskan bahwa wawancara adalah “metode pengambilan data dengan
cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan
bercakap-cakap secara tatap muka”. Dalam penelitian ini peneliti wawancara
secara langsung kepada Wali Kelas, Waka Kesiswaan, Guru BK, dan Siswa yang
melakukan kenakalan kelas X SMAN 10 Pontianak.
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mencari dan
mengumpulkan data yang ada hubungan dengan masalah yang akan diteliti
melalui catatan yang berhubungan dengan masalah penelitian sedangkan menurut

Prastowo, Andi (2010: 193) dokumentasi merupakan “pelengkap dari penggunaan
metode pengamatan dan wawancara dalam penelitian kualitatif”. Jadi, teknik studi
dokumentasi dalam penelitian ini adalah dengan mencari dan mengumpulkan data
yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti, melalui catatan yang

4

berhubungan dengan masalah penelitian mengenai pengendalian sosial persuasif
kenakalan siswa oleh wali kelas X.
Aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan
verifikasi. Dalam reduksi data kegiatan yang dilakukan oleh peneliti berupa
pencatatan kembali hasil penelitian yang dilakukan baik dari hasil observasi
maupun wawancara yang telah dilaksanakan pada 14 informan tersebut yaitu wali
kelas, waka kesiswaan, guru BK dan siswa yang melakukan kenakalan. Penyajian
data dalam penelitian ini adalah suatu usaha dari peneliti untuk mempermudah
memberikan gambaran hasil data yang diperoleh sehingga gambaran-gambaran
secara umum mengenai pengendalian sosial persuasif kenakalan siswa oleh wali
kelas X tersebut dapat diperoleh. Verifikasi merupakan kegiatan yang dilakukan
selama penelitian berlangsung baik pada awal memasuki sekolah, pengambilan
data yang diperoleh dari observasi dan wawancara dengan 14 informan tersebut,

hingga pada saat penyajian data. Data yang diperoleh diverifikasi dari sumber data
berupa triangulasi sumber yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti,
dapat diketahui bahwa pengendalian sosial persuasif kenakalan siswa oleh wali
kelas X SMAN10 Pontianak dibagi menjadi 2 aspek yaitu pengendalian sosial
persuasif dengan cara mengajak dan pengendaian sosial persuasif dengan cara
membimbing. Dari 2 aspek tersebut yang diamati oleh peneliti. Hal ini dilakukan
setelah melewati berbagai tahap pendekatan, persetujuan, persiapan dalam proses
pelaksanaannya, selain itu peneliti menyaring dan menyajikan agar tidak keluar
dari fokus penelitian dan sasaran pokok.
Pengendalian sosial persuasif dengan cara mengajak secara lisan berupa
pemberian nasehat. Ibu Hesty secara langsung menasehati siswa yang merokok
agar merubah perilakunya, tetap berperilaku yang baik sesuai dengan aturan yang
telah ditentukan oleh sekolah. Pengendalian sosial persuasif dengan cara
mengajak secara simbolik berupa tulisan, Ibu Hesty mengajak siswa berperilaku
yang baik dengan cara menempelkan tata tertib di dalam kelasnya berisikan salah
satunya mengenai larangan berkelahi.

Pengendalian sosial persuasif dengan cara mengajak secara lisan berupa
pemberian nasehat Ibu Rosalia Nety mengajak siswa untuk selalu mematuhi
aturan yang sudah ditentukan oleh sekolah dan mengajak siswa untuk tidak
melakukan hal yang menyimpang dengan cara memberikan nasehat kepada
siswanya. Pengendalian sosial persuasif dengan cara mengajak secara simbolik
berupa tulisan, Ibu Rosalia Netty menempelkan tata tertib maupun kata-kata
himbauan dikelasnya.
Pengendalian sosial persuasif dengan cara mengajak secara lisan berupa
pemberian nasehat, Ibu Heni mengajak siswanya dengan cara memberikan
nasehat kepada siswa yang merokok agar siswa tersebut tidak mengulang
perbuatannya. Ibu Heni juga memberikan nasehat kepada siswa yang melompat

5

pagar saat jam pelajaran agar siswa tersebut dapat menjadi lebih baik.
Pengendalian sosial persuasif dengan cara mengajak secara simbolik berupa
tulisan, Ibu Heni tidak menempelkan tata tertib maupun kata-kata himbauan di
dalam kelasnya.
Pengendalian sosial persuasif dengan cara mengajak secara lisan berupa
pemberian nasehat, terlihat Ibu Fita menasehati siswa yang berkelahi dan
menasehati siswa yang sering bolos agar selalu patuh pada aturan yang sudah
ditentukan oleh sekolah, agar memperbaiki sikapnya, serta memberitahukan
akibat yang akan terjadi jika terus mengulang perbuatannya. Pengendalian sosial
persuasif dengan cara mengajak secara simbolik berupa tulisan, Ibu Fita
menempelkan tata tertib kata-kata himbauan dikelasnya agar siswa selalu menaati
apa yang telah ditulis.
Pengendalian sosial persuasif dengan cara mengajak secara lisan berupa
pemberian nasehat, Bapak Yoga memberikan nasehat kepada siswa yang sering
terlambat dan menasehati siswa yang sering buat keributan di dalam kelas.
Pengendalian sosial persuasif dengan cara mengajak secara simbolik berupa
tulisan, Bapak Yoga menempelkan tata tertib, tulisan motivasi dan himbauan di
dalam kelasnya.
Pengendalian sosial persuasif dengan cara mengajak secara lisan berupa
pemberian nasehat, Bapak Edy memberikan nasehat kepada siswa yang bolos dan
yang sering datang terlambat. Pengendalian sosial persuasif dengan cara mengajak
secara simbolik berupa tulisan, Bapak Edy tidak menempelkan tata tertib dan
kata-kata himbauan di dalam kelasnya.
Dapat dilihat bahwa pengendalian sosial persuasif dengan cara mengajak
yang dilakukan wali kelas SMAN10 Pontianak sudah dijalankan dengan baik. Hal
tersebut dapat terlihat dari upaya yang sudah dilakukan wali kelas dengan
melakukan beberapa langkah dalam mengatasi kenakalan yang dilakukan oleh
siswa. Selama peneliti melakukan observasi tidak menemukan 6 orang siswa
yang pernah berkelahi itu diberikan nasehat kembali setelah dulu sudah diberikan
nasehat oleh wali kelasnya, dampak dari pemberian nasehat yang wali kelas
lakukan kepada mereka memberikan efek jera bagi siswa tersebut. Ke enam siswa
berkelahi tersebut ada perubahan perilaku ke arah lebih baik, terlihat mereka
sudah menaati dan mematuhi peraturan sekolah, sehingga keenam siswa tersebut
tidak terlihat berkelahi lagi.
Pengendalian sosial persuasif dengan cara membimbing secara lisan
berupa pendekatan, Ibu Hesty membimbing dengan cara mendekati siswa yang
berkelahi menanyakan latar belakang dirinya dan masalah yang dihadapinya.
pengendalian sosial persuasif dengan cara membimbing secara lisan berupa
pembinaan, Ibu Hesty membimbing siswa yang berkelahi untuk selalu mematuhi
tata tertib dan mengingatkan kepada siswanya agar tidak untuk melakukan hal
yang menyimpang dengan cara diberikan pembinaan.
Pengendalian sosial persuasif dengan cara membimbing secara lisan
berupa pendekatan, Ibu Rosalia Nety memberikan bimbingan dengan cara
mendekati siswa menanyakan apa masalah yang terjadi pada siswa tersebut.
Sedangkan, pengendalian sosial persuasif dengan cara membimbing secara lisan
berupa pembinaan, Ibu Rosalia Nety tidak melakukan pembinaan.

6

Pengendalian sosial persuasif dengan cara membimbing secara lisan
berupa pendekatan, Ibu Heni memberikan bimbingan dengan cara mendekati
siswa yang berkelahi agar mengetahui lebih dalam tentang siswa tersebut. Begitu
juga pengendalian sosial persuasif dengan cara membimbing secara lisan berupa
pembinaan, Ibu Heni membimbing siswanya dengan cara pembinaan rutin setiap
senin agar siswa selalu ingat tata tertib yang harus dipatuhi.
Pengendalian sosial persuasif dengan cara membimbing secara lisan
berupa pendekatan, Ibu Fita memberikan bimbingan dengan cara mendekati siswa
agar siswa lebih terbuka dan merasa dilindungi. Begitu pula pengendalian sosial
persuasif dengan cara membimbing secara lisan berupa pembinaan, Ibu Fita
membimbing siswanya agar siswa tetap berperilaku sesuai dengan aturan yang
sudah ditentukan oleh sekolah dengan cara diberikan pembinaan.
Pengendalian sosial persuasif dengan cara membimbing secara lisan
berupa pendekatan, Bapak Yoga membimbing siswa untuk mengetahui lebih
dalam latar belakangnya dengan cara mendekati siswa tersebut. Dalam
pengendalian sosial persuasif dengan cara membimbing secara lisan berupa
pembinaan, Bapak Yoga tidak melakukan pembinaan.
Pengendalian sosial persuasif dengan cara membimbing secara lisan
berupa pendekatan, Bapak Edy membimbing siswanya untuk menanyakan apa
masalah yang terjadi dan mencari solusinya dengan cara mendekati siswa
tersebut. Pengendalian sosial persuasif dengan cara membimbing secara lisan
berupa pembinaan, Bapak Edy membimbing dengan cara memberikan pembinaan
agar siswa tetap berperilaku yang baik dan selalu mematuhi aturan yang ada
disekolah.
Dapat dilihat bahwa pengendalian sosial persuasif dengan cara
membimbing yang dilakukan wali kelas SMAN10 Pontianak sudah dijalankan
dengan baik. Hal tersebut dapat terlihat dari upaya yang sudah dilakukan wali
kelas dengan melakukan beberapa langkah dalam mengatasi kenakalan yang
dilakukan oleh siswa terutama siswa yang berkelahi.
Selama peneliti melakukan observasi tidak menemukan 6 orang siswa
yang pernah berkelahi itu diberikan bimbingan kembali setelah dulu sudah
diberikan bimbingan oleh wali kelasnya, dampak dari bimbingan yang wali kelas
lakukan kepada mereka memberikan efek jera bagi siswa tersebut. Ke enam siswa
berkelahi tersebut ada perubahan perilaku ke arah lebih baik, terlihat mereka
sudah menaati dan mematuhi peraturan sekolah, sehingga keenam siswa tersebut
tidak terlihat berkelahi lagi.

Pembahasan
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peranan penting dan
merupakan suatu kebutuhan bagi setiap anak. Seorang anak akan mengalami
perkembangan dalam perilaku sosialnya setelah dia memasuki dunia pendidikan
(sekolah). Hal tersebut menuntut sekolah agar mendidik dan mengajarkan siswa
untuk berperilaku sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekolah. Untuk
mendidik siswa diperlukan adanya kerjasama yang baik antar guru dalam
mengendalikan siswa.

7

Langkah yang dilakukan wali kelas dalam menanggulangi kenakalan siswa
dengan beberapa cara diantaranya yaitu dengan pengendalian sosial persuasif
dengan cara mengajak secara lisan berupa pemberian nasehat. Pemberian nasehat
yang dilakukan kepada siswa bertujuan untuk berperilaku yang baik, tidak
mengulang melakukan kenakalan atau melakukan hal yang menyimpang lainnya
dan selalu mematuhi aturan yang sudah ditentukan oleh sekolah.
Pengendalian sosial persuasif dengan cara mengajak secara simbolik berupa
tulisan. Wali kelas menempelkan tata tertib, kata-kata motivasi, peringatan,
himbauan yang ditempelkan di dalam kelasnya agar siswa untuk selalu taat pada
aturan, tetap semangat dalam belajar, dan tetap berperilaku yang baik dan sopan.
Peneliti menemukan beberapa hasil pengendalian sosial persuasif dengan
cara mengajak yang dominan dilakukan wali kelas dalam mengatasi kenakalan
siswa khususnya berkelahi, dapat dilihat bahwa masing-masing informan tidak
ada yang mengulangi berkelahi setelah wali kelas menasehati dengan memberi
peringatan dan ancaman pada keenam informan tersebut yang membuat mereka
takut dan jera.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat diketahui bahwa pengendalian sosial
persuasif dengan cara mengajak dalam menanggulangi kenakalan siswa pada
siswa SMAN10 Pontianak sudah berjalan dengan cukup baik. Hal ini dapat
terlihat dari beberapa cara yang dilakukan wali kelas dimulai dengan pemberian
nasehat, serta adanya tempelan tata tertib, tulisan himbauan, peringatan dan
motivasi. Dengan diberikan nasehat keenam informan tersebut tidak mengulang
kembali perkelahian yang dilakukannya.
Adapun langkah yang dilakukan wali kelas dalam menanggulangi kenakalan
siswa dengan pengendalian sosial persuasif dengan cara membimbing secara lisan
berupa pendekatan. Wali Kelas membimbing dengan cara mendekati siswa yang
berkelahi bertujuan agar siswa tersebut lebih terbuka dan merasa terlindungi untuk
menanyakan apa saja masalah yang dihadapi siswa tersebut dan mengetahui lebih
dalam latar belakang siswa tersebut sehingga siswa tersebut bisa menjadi lebih
baik.
Pengendalian sosial persuasif dengan cara membimbing secara lisan berupa
pembinaan. Pembinaan yang merupakan suatu kegiatan yang dilakukan rutin dua
minggu sekali setiap hari senin oleh wali kelas yang bertujuan untuk menanamkan
kepada mereka tentang aturan atau tata tertib yang berlaku di sekolah agar siswa
selalu taat pada aturan dan perilakunya lebih terarah. Sejak pertama masuk
sekolah wali kelas juga memberikan pembinaan mengenai larangan-larangan yang
tidak diperbolehkan dilakukan selama berada di sekolah.
Peneliti menemukan beberapa hasil pengendalian sosial persuasif dengan
cara membimbing yang dominan dilakukan wali kelas dalam mengatasi kenakalan
siswa khususnya berkelahi, dapat dilihat bahwa masing-masing informan tidak
ada yang mengulangi berkelahi setelah wali kelas membimbing dengan
melakukan pendekatan dan pembinaan pada keenam informan tersebut.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat diketahui bahwa pengendalian sosial
persuasif dengan cara membimbing dalam menanggulangi kenakalan remaja pada
siswa SMAN10 Pontianak sudah berjalan dengan cukup baik. Hal ini dapat
terlihat dari beberapa cara yang dilakukan wali kelas dimulai dengan adanya

8

pendekatan, serta adanya pembinaan rutin yang dilakukan dua minggu sekali
setiap hari senin oleh wali kelas dan dari pertama ajaran masuk juga sudah
diberikan pembinaan. Dengan dilakukan pendekatan dan pembinaan keenam
informan tidak mengulang kembali perkelahian yang dilakukannya.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa pengendalian sosial persuasif kenakalan siswa oleh wali kelas
X SMAN10 Pontianak sudah dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari
hasil penelitian yang dilakukan peneliti yaitu siswa yang melakukan kenakalan
dapat berubah menjadi lebih baik dan sudah menaati peraturan yang ada
disekolah, hal ini membuktikan bahwa wali kelas telah berhasil dalam mengatasi
kenakalan yang dilakukan oleh siswa SMAN10 Pontianak. Sedangkan kesimpulan
yang dapat ditarik dari sub masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1)
Pengendalian sosial persuasif kenakalan remaja dengan cara mengajak secara
lisan dan simbolik wali kelas melakukannya dengan cara memberikan nasehat dan
menempelkan kata-kata himbauan, peringatan, serta motivasi agar dapat merubah
perilaku siswa menjadi lebih baik sesuai dengan yang diharapkan. 2)
Pengendalian sosial persuasif kenakalan remaja dengan cara membimbing secara
lisan, wali kelas melakukannya dengan cara pendekatan, serta memberikan
pembinaan rutin setiap hari senin agar tidak mengulang perbuatan yang telah
dilakukan.
Saran
Berdasarkan hasil pembahasan yang diperoleh serta pembahasan tentang hasil
tersebut, maka dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1) Bagi siswa,
diharapkan menyadari bahwa melakukan kenakalan adalah perbuatan yang tidak
baik, serta berdampak pada hasil belajar yang akan diperoleh. 2)Bagi pihak
sekolah, diharapkan selalu dapat membantu segala kesulitan atau kekurangan
yang dialami siswa agar dapat terkendali dengan baik.
DAFTAR RUJUKAN
Bimo

Walgito.
2004.
http//ghainnex.blogspot.co.id/2012/11.pengertianbimbingan.html. (online) diakses pada tanggal 21 April 2016.
Juli Yanto. 2010. Pengendalian Sosial Sebagai Upaya Mencegah
Penyelewengan Norma di Masyarakat. Jakarta: CV. Rama Edukasitama
Nawawi, Hadari. 2007. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press
Prastowo, Andi. 2010. Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian
Kualitatif. Jogyakarta: Diva Press
Saptono, dkk. 2006. Sosiologi Untuk SMA Kelas X. Jakarta: PT. Gelora Aksara
Pratama

9

Satori, Djam’an dan Komariah, A’an. 2011. Metode Penelitian Kualitatif.
Bandung : Alfabeta
Setiadi, Elly M & Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi : Pemahaman
Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial, Teori, Aplikasi dan
Pemecahannya. Jakarta: kencana
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D.
Bandung : Alfabeta

10