KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DALAM KO

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DALAM KONSTRUKSI
(Menganalisis Penerapan sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Terhadap PT Jasa Marga)

Disusun Sebagai Tugas
Mata Kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Dosen Pangampu : FahmiArifan, S.T. M.T

Oleh :
Mirra Lisyandita Gustiarani

(21030114060008)

Mata KuliahKesehatan dan Keselamatan Kerja
D3 Teknik Kimia
Universitas Diponegoro
Semester Ganjil 2014
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmatNya sehingga paper tentang “Perlindungan Kesehatan Dalam K3 Merupakan Kewajiban
Terhadap Pekerja” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Paper ini dibuat guna
menunjukkan partisipasi saya dalam menyelesaikan tugas pembuatan paper sebagai salah satu
penunjang nilai mata kuliah K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).
Semoga paper ini bermanfaat untuk memberikan kontribusi kepada
mahasiswa prodi teknik kimia sebagai bekal pengalaman nyata. Dan tentunya paper ini
masih sangat jauh dari sempurna. Untuk itu saya minta masukannya demi perbaikan
pembuatan paper kami di masa yang akan datang.

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

i

KATA PENGANTAR


ii

DAFTAR ISI

iii

BAB I PENDAHULUAN

1

1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

1
1
1

BAB II PEMBAHASAN


2

2.1 Pengertian K3
2
2.2 Potensi Bahaya.......................................................................................3
2.3 Sistem Manajemen K3
3
2.4 PT Jasa Marga
3
2.5 Penerapan Sistem Manajemen K3 di PT Jasa Marga
4

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Daftar Pustaka

6
6
6


iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan
keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan
dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh
pekerja tersebut, resiko yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan
nyaman jika para pekerja yang bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa
nyaman dan betah, sehingga tidak mudah capek.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga
kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dengan menerapkan
teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan
mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu

keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja
dan keselamatan kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan
keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan
psikologi.
1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.3

Rumusan Masalah
Apa yang simaksud K3?
Yang dimaksud potensi bahaya apa?
Sistem manajemen K3 apa?
PT Jasa Marga itu bergerak dalam bidang apa?
Bagaiamana penerapan sistem manajemen K3 di PT Jasa Marga?

Tujuan

1.3.1
Mengetahui apa itu K3
1.3.2
Mengetahui sistem manajemen K3 di PT Jasa Marga

1

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian K3
Keselamatan kerja adalah membuat kondisi kerja yang aman dengan
dilengkapi alat-alat pengaman, penerangan yang baik, menjaga lantai dan tangga
bebas dari air, minyak, nyamuk dan memelihara fasilitas air yang baik Agus, (1989).
Menurut Malthis dkk (2002), Keselamatan kerja menunjuk pada perlindungan
kesejahteraan fisik dengan dengan tujuan mencegah terjadinya kecelakaan atau cedera
terkait dengan pekerjaan. Pendapat lain menyebutkan bahwa keselamatan kerja berarti
proses merencanakan dan mengendalikan situasi yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan kerja melalui persiapan prosedur operasi standar yang menjadi acuan
dalam bekerja (Rika, 2009). Suma’mur (1981), tujuan keselamatan kerja adalah a)
Para pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja, b) Agar setiap

perlengkapan dan peralatan kerja dapat digunakan sebaik-baiknya.c) Agar semua hasil
produksi terpelihara keamanannya d) Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan
peningkatan gizi pegawai. e) agar dapat meningkatkan kegairahan, keserasian dan
partisipasi kerja f) terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
lingkungan kerja. g) agar pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
Husni,L (2005) menyatakan bahwa keselamatan kerja bertalian dengan
kecelakaan kerja, yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja atau dikenal dengan
istilah kecelakaan industri. Kecelakaan industri ini secara umum dapat diartikan
sebagai suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang
mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas. Menurut Hadiguna (2009),
kecelakaan kerja merupakan kecelakaan seseorang atau kelompok dalam rangka
melaksanakan kerja di lingkungan perusahaan, yang terjadi secara tiba-tiba, tidak
diduga sebelumnya, tidak diharapkan terjadi, menimbulkan kerugian ringan sampai
yang paling berat, dan bisa menghentikan kegiatan pabrik secara total.
Menurut Undang-undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, Bab I Pasal
2, keadaan sehat diartikan sebagai kesempurnaan yang meliputi keadaan jasmani,
rohani dan kemasyarakatan, dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat
dan kelemahan-kelemahan lainnya. Menurut Rivai,V (2003) pemantauan kesehatan
kerja dapat dilakukan dengan cara a) Mengurangi timbulnya penyakit, b)
Penyimpanan catatan tentang lingkungan kerja, c)Memantau kontak langsung, d)

Penyaringan genetik.

2

2.2 Potensi Bahaya
Potensi Bahaya (Hazard) adalah suatu kondis/keadaan pada suatu proses, alat,
mesin, bahan atau cara kerja yang secara intrisik/alamiah dapat menjadikan luka,
cidera bahkan kematian pada manusia serta menimbulkan kerusakan pada alat dan
lingkungan. Bahaya (danger) adalah suatu kondisi hazard yang terekspos atau
terpapar pada lingkungan sekitar dan terdapat peluang besar terjadinya
kecelakan/insiden. Identifikasi bahaya guna mengetahui potensi bahaya dalam setiap
pekerjaan dan poses lerja. Identifikasi Bahaya dilakukan bersama pengawas pekerjaan
atau petugas K3. Identifikasi Bahaya menggunakan teknik yang sudah dibakukan,
misalnya seperti Check List, JSA, JSO,What If, Hazops, dan sebagainya. Semua hasil
identifikasi Bahaya harus didokumentasikan dengan baik dan dijadikan sebagai
pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.
Menurut Safety Enginer Career Workshop (2003), Phytagoras Global
Development teknik identifikasi bahaya adalah alat untuk mengidentifikasi berbagai
kelemahan potensi resiko yang terdapat dalam proses desain atau operasi suatu sistem
atau unit plan yang dapat menimbulkan berbagai konsekuensi yang tidak diinginkan

terjadi dan menentukan rekomendasi atau tindakan yang dapat dilakukan untuk
eliminasi berbagai resiko atau permasalahan yang mengganggu jalannya proses
tersebut atau mengurangi konsekuensi yang dapat ditimbulkan secara sistematis,
terstruktur dan baku.

2.3 Sistem manajemen K3
Pengertian (Definisi) Sistem Manajemen K3 (Keselamatan dan Kesehatan
Kerja) secara umum merujuk pada 2 (dua) sumber, yaitu Permenaker No 5 Tahun
1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan pada Standar
OHSAS 18001:2007 Occupational Health and Safety Management Systems.
Pengertian (Definisi) Sistem Manajemen K3 (Keselamatan dan Kesehatan
Kerja) menurut Permenaker No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja ialah bagian dari sistem secara keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung-jawab, pelaksanaan, prosedur,
proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengajian dan pemeliharaan kebijakan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Sedangkan Pengertian (Definisi) Sistem Manajemen K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) menurut standar OHSAS 18001:2007 ialah bagian dari sebuah

sistem manajemen organisasi (perusahaan) yang digunakan untuk mengembangkan
dan menerapkan Kebijakan K3 dan mengelola resiko K3 organisasi (perusahaan)
tersebut.
2.4 PT Jasa Marga
Untuk mendukung gerak pertumbuhan ekonomi, Indonesia membutuhkan
jaringan jalan yang handal. Melalui Peraturan Pemerintah No. 04 Tahun 1978, pada
tanggal 01 Maret 1978 Pemerintah mendirikan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Tugas
utama Jasa Marga adalah merencanakan, membangun, mengoperasikan dan
memelihara jalan tol serta sarana kelengkapannya agar jalan tol dapat berfungsi

sebagai jalan bebas hambatan yang memberikan manfaat lebih tinggi daripada jalan
umum bukan tol.
3

Pada awal berdirinya, Perseroan berperan tidak hanya sebagai operator tetapi
memikul tanggung jawab sebagai otoritas jalan tol di Indonesia. Hingga tahun 1987
Jasa Marga adalah satu-satunya penyelenggara jalan tol di Indonesia yang
pengembangannya dibiayai Pemerintah dengan dana berasal dari pinjaman luar negeri
serta penerbitan obligasi Jasa Marga dan sebagai jalan tol pertama di Indonesia yang
dioperasikan oleh Perseroan, Jalan Tol Jagorawi (Jakarta-Bogor-Ciawi) merupakan

tonggak sejarah bagi perkembangan industri jalan tol di Tanah Air yang mulai
dioperasikan sejak tahun 1978.
Pada akhir dasawarsa tahun 80-an Pemerintah Indonesia mulai
mengikutsertakan pihak swasta untuk berpartisipasi dalam pembangunan jalan tol
melalui mekanisme Build, Operate and Transfer (BOT). Pada dasawarsa tahun 1990an Perseroan lebih berperan sebagai lembaga otoritas yang memfasilitasi investorinvestor swasta yang sebagian besar ternyata gagal mewujudkan proyeknya. Beberapa
jalan tol yang diambil alih Perseroan antara lain adalah JORR dan Cipularang.
Dengan terbitnya Undang Undang No. 38 tahun 2004 tentang Jalan yang
menggantikan Undang Undang No. 13 tahun 1980 serta terbitnya Peraturan
Pemerintah No. 15 yang mengatur lebih spesifik tentang jalan tol terjadi perubahan
mekanisme bisnis jalan tol diantaranya adalah dibentuknya Badan Pengatur Jalan Tol
(BPJT) sebagai regulator industri jalan tol di Indonesia, serta penetapan tarif tol oleh
Menteri Pekerjaan Umum dengan penyesuaian setiap dua tahun. Dengan demikian
peran otorisator dikembalikan dari Perseroan kepada Pemerintah. Sebagai
konsekuensinya, Perseroan menjalankan fungsi sepenuhnya sebagai sebuah
perusahaan pengembang dan operator jalan tol yang akan mendapatkan ijin
penyelenggaraan tol dari Pemerintah.
2.5 Penerapan Sistem Manajemen K3 di PT Jasa Marga
Bagi Perseroan, sumber daya manusia adalah aset yang sangat berharga yang
harus terus dijaga dan diberdayakan. Pemberdayaan dan perhatian yang tinggi
terhadap SDM Perseroan dilakukan dengan menciptakan lingkungan kerja yang aman,
nyaman dan menyehatkan dengan menerapkan standar Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) yang tinggi pada setiap level operasional Perseroan.
Didalam penerapan program K3, Perseroan secara rutin melakukan inspeksi
terhadap faktor-faktor atau hazards yang berpotensi menyebabkan cedera,sakit atau
kecelakan, mengidentifikasi ketidakfungsian peralatan, memonitor kondisi lingkungan
yang berpotensi menimbulkan masalah K3, serta tindakan-tindakan yang tidak sesuai
dengan Standard Operating Procedure (SOP).
Selain hal-hal preventif diatas, Unit K3 Perseroan juga secara periodik
melakukan analisis keselamatan kerja untuk meninjau ulang metode dan
mengidentifikasi praktek pekerjaan yang tidak selamat yang selanjutnya dilakukan
suatu tindakan korektif.
Dalam Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
terintegrasi dengan sistem manajemen Perseroan. Perseroan telah melakukan langkahlangkah sebagai berikut:
 Pembentukan Organisasi Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
adalah badan pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah kerja
sama antara pengusaha dan karyawan untuk mengembangkan kerja
sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan
4

keselamatan dan kesehatan kerja. Pembentukan organisasi P2K3
merupakan amanat dalam
Undang Undang No. 01 tahun 1970 dimana P2K3 bertugas
memberikan pertimbangan dan dapat membantu pelaksanaan usaha
pencegahan kecelakaan kerja dan sakit penyakit akibat kerja dalam
Perseroan serta dapat memberikan penerangan efektif pada para
pekerja.
Dalam rangka memenuhi Undang Undang tersebut, maka
Perseroan telah membentuk Organisasi P2K3 di lingkungan PT Jasa
Marga (Persero) Tbk. Sampai dengan saat ini ada 8 Cabang, Kantor
Pusat dan 1 Anak Perusahaan yang sudah membentuk P2K3,
sedangkan Cabang Purbaleunyi belum membentuk P2K3 namun hanya
memiliki Koordinator K3 pada struktur organisasi perbaikan mutu.
Susunan pengurus P2K3 berasal dari unit yang bervariasi dan
keterlibatan wakil dari pekerja.
 Sertifikasi OHSAS 18001:2008 dan Sertifikasi SMK3
Seluruh Cabang Jasa Marga (Kecuali Cabang Palikanci) Serta
PT JLJ telah malaksanakan sertifikasi keselamatan berbasis OHSAS
18001: 2008, namun untuk sertifikasi SMK3 hanya PT JLJ yang baru
melksanakan audit.

5

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat pekerja
maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan akibat kerja dan
penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan
dan penyakit akibat kerja.
Tujuannya adalah untuk menciptakan tempat kerja yang aman ,sehat sehingga dapat
menekan serendah mungkin resiko kecelakaan dan penyakit.
3.2 Daftar Pustaka
“Makalah kesehatan dan keselamatan kerja” Retrieved August,15,2012from
http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/08/makalah-keselamatan-dan-kesehatankerja.html
“Contoh Makalah Perlindungan Kesehatan Dalam K3 Merupakan Kewajiban Terhadap
Pekerja” Retrieved April,22,2013 from http://hierone1.blogspot.com/2013/04/contohmakalah-perlindungan-kesehatan.html

6