PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN ALAT UKUR SMK MUHAMMADIYAH 1 IMOGIRI TAHUN AJARAN 2014/2015

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED
HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN
DAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN ALAT UKUR
SMK MUHAMMADIYAH 1 IMOGIRI
TAHUN AJARAN 2014/2015
Saleh* & Samsul Hadi**
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan prestasi belajar
mata pelajaran alat ukur kelas X TKR 4 SMK Muhammadiyah 1 Imogiri dengan penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif tipe numbered head together (NHT). Hipotesis tindakan dalam penelitian
ini adalah “Model Pembelajaran Kooperatif tipe numbered head together (NHT) dapat
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar alat ukur siswa kelas X TKR 4 SMK Muhammadiyah
1 Imogiri Tahun Ajaran 2014/2015”.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan secara
kolaboratif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa X TKR 4 SMK Muhammadiyah 1 Imogiri
yang berjumlah 35 siswa. Sedangkan objek penelitian adalah keaktifan dan prestasi belajar siswa
yang diperoleh dari penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT). Penelitian ini dilakukan 3 (tiga) siklus. Teknik pengumpulan data dilaksanakan dengan tes,
lembar observasi dan dokumentasi. Teknis analisis data untuk lembar observasi dan tes prestasi
belajar dianalisis dengan data deskripsi kuantitatif dengan rumus statistik.
Hasil penelitian dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head

Together (NHT) menunjukkan adanya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas X
TKR 4 SMK Muhammadiya 1 Imogiri pada mata pelajaran alat ukur dari tiap siklusnya. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil rata-rata lembar observasi keaktifan belajar siswa
pada siklus I 44,14% mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 17,43% menjadi 61,57% dan
pada siklus III mengalami peningkatan sebesar 21,29% menjadi 82,86%. Selain itu berdasarkan tes
prestasi belajar pada siklus I didapatkan nilai rata-rata pre-test 60,71 dan nilai rata-rata post-test
69,57 sehingga prestasi belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 8,86 dan pada siklus II
didapatkan nilai rata-rata pre-test 62,28 dan nilai rata-rata post-test 75,42 mengalami peningkatan
prestasi belajar sebesar 13,14 dan pada siklus III nilai rata-rata pre-test 65,14 dan nilai rata-rata
post-test 83,42 sehingga prestasi belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 18,28. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan keaktifan
dan prestasi belajar siswa.
Kata Kunci: Keaktifan, Prestasi Belajar, Model Numbered Head Together (NHT)

556

Jurnal Taman Vokasi 3 Nomor 32 Tahun 2015

ABSTRACT
The general objective of this research is to know the improvement of the activity and

achievement study of measuring instrument subject for tenth grade TKR 4 th Students of SMK
Muhammadiyah 1 Imogiri in Academic Year 2014/2015. The hypothesis of this research is the
model of cooperative learning type NHT to be able to improve the activity and achievement study
of measuring instrument subject for tenth grade TKR 4th students of SMK Muhammadiyah 1
Imogiri in Academic Year 2014/2015.
The type of this research is a classroom action research which done by cooperative learning.
The subject of this research is the tenth grade TKR 4th students of SMK Muhammadiyah 1 Imogiri
which consists of 35 students. The object of this research is students‟ activity and achievement
study which got from the implementation model of cooperative learning type NHT. This research is
conducted 3 cycle by using technique of collecting the data which conducted through test,
observation, and documentation. Technical data analyst for observation sheet and achievement test
data analyzed quantitative description with statistical formula.
results of using the type Cooperative Learning Model Numbered Head Together (NHT) had
showed an improvement in learning achievement and activity of the tenth grade students of SMK
Muhammadiyah 1 TKR 4 Imogiri on Subjects of each cycle the measuring instrument. It is
evidenced by an improvement in the average yield observation sheet activeness percentage of
students in the first cycle of 44.14% and an improvement in the second cycle of 17.43% to 61.57%
and in the third cycle improved by 21.29% to 82.86%. otherwise it is based on achievement test on
the first cycle the average value obtained pre-test 60.71 and the average value of post test 69.57 so
that student achievement increased by 8.86 and the second cycle of the average values obtained pre

test 62.28 and the average value of post test 75.42 increased learning achievement tests of 13.14
and in the third cycle the average value of pre-test 65.14 and the average value of post test 83.42.
So that student achievement increased by 18.28. It can be concluded that the model of cooperative
learning can enhance the activity and students‟ achievement.
Keyword: Learning Activity, Learning Achievement, Numbered Head Together (NHT)
*Pendidikan Teknik Mesin Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
**Dosen Pendidikan Teknik Mesin UST Yogyakarta

PENDAHULUAN

sepatutnya

pemerintah

memberikan

A.

LATAR BELAKANG


perhatian yang lebih dalam meningkatkan

Pendidikan merupakan media yang

sumber daya manusia yang berkualitas.

menciptakan

Oleh karena itu setiap warga negara berhak

manusia yang berkualitas dan berpotensi,

untuk mendapatkan pendidikan. Seperti

dengan adanya pendidikan akan terjadi

yang tercantum di dalam UU Nomor 20

proses pendewasaan diri sehingga dalam


tahun 2003 bab IV pasal 5 ayat 1 tentang

proses pengambilan keputusan terhadap

Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan

suatu masalah yang dihadapi selalu disertai

bahwa, “Setiap warga negara mempunyai

dengan

hak

berperan

penting

tanggung


dalam

jawab

yang

besar.

Mengingat peran tersebut maka sudah

yang

sama

untuk

memperoleh

pendidikan yang bermutu”.


Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

557

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Penggunaan alat-alat ukur mekanik, (3)

sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan

Penggunaan alat-alat ukur pneumatilk, (4)

sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan

Penggunaaan alat ukur elektrik/elektronik,

Pasal 15 Undang-undang Nomor 20 Tahun

(5) Cara perawatan alat ukur.


2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Berdasarkan observasi tanggal 14

merupakan pendidikan menengah yang

Februari 2015 pada saat Pak Eka Siswanta

mempersiapkan peserta didik terutama

melakukan proses belajar mengajar alat

untuk bekerja dalam bidang tertentu. Untuk

ukur

itu sekolah menyelenggarakan kegiatan

Muhammadiyah 1 Imogiri. Siswa terlihat


belajar mengajar sebagai realisasi dalam

tidak bersemangat, kurang memperhatikan

mencapai tujuan pendidikan nasional secara

materi yang disampaikan guru dan siswa

optimal.

jawab

kurang aktif selama mengikuti proses

kegiatan proses belajar mengajar di dalam

pembelajaran, contohnya pada saat guru

kelas adalah guru, karena gurulah yang


menerangkan materi siswa sibuk ngobrol

langsung memberikan kemungkinan bagi

sesama teman, sering menggunakan alat

siswa agar terjadi proses belajar yang

komunikasi, kurang berani mengemukakan

efektif.

pendapatnya bila diberi pertanyaan oleh

Adapun

penanggung

di


kelas

X

TKR

4

SMK

Pembelajaran alat ukur merupakan

guru. Berdasarkan hasil ulangan siswa kelas

salah satu pelajaran produktif di SMK

X TKR 4 SMK Muhammadiyah 1 Imogiri

Muhammadiyah 1 Imogiri khususnya untuk

rata-rata hasil belajar siswa 63,69 masih

kelas X Prodi Teknik Kendaraan Ringan

banyak siswa yang mendapatkan nilai di

(TKR). Dalam pembelajaran siswa harus

bawah KKM dengan data nilai sebagai

bisa

praktik

berikut:

nilai

Tabel 1

menguasai

penggunaan

alat

teori
ukur

dan
yang

Nilai ulangan siswa kelas X
TKR 4 mata pelajaran alat ukur.

ketuntasannya (KKM) adalah 75.
Mata pelajaran alat ukur merupakan
materi yang harus dikuasai oleh siswa
karena materi tersebut merupakan salah

No.
1.
2.

Nilai Siswa
0 – 74

Jumlah Siswa
22

75 – 100
Jumlah

13

Keterangan
Dibawah
KKM
Lulus KKM

35

satu materi yang menentukan kelulusan
dalam

ujian

kenaikan

kelas.

Keberhasilan

Adapun

dalam

proses

beberapa kopetensi dasar yang harus di

pembelajaran salah satunya terletak pada

capai siswa kelas X SMK Muhammadiyah

penggunaan model pembelajaran. Selama

1 Imogiri dalam proses pembelajaran yaitu:

ini

(1) Mengidentifikasi alat-alat ukur, (2)

menggunakan metode ceramah sehingga

558

proses

pembelajaran

masih

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

guru menerangkan dan siswa mencatat. Hal

meningkatkan

ini mengakibatkan rasa ingin tahu dan

belajar

ketertarikan siswa terhadap pembelajaran

berlangsung.

keaktifan

dan

proses

Keberhasilan

kurang. Proses pembelajaran yang monoton

siswa

dalam

pembelajaran

dalam

proses

mengakibatkan siswa cenderung bosan dan

pembelajaran salah satunya terletak pada

malas

penggunaan model pembelajaran. Selama

dalam

mengikuti

proses

pembelajaran, sehingga pada saat proses

ini

pembelajaran terdapat beberapa siswa yang

menggunakan metode ceramah sehingga

asyik mengobrol sendiri dengan teman

guru menerangkan dan siswa mencatat. Hal

sebangkunya.

sibuk

ini mengakibatkan rasa ingin tahu dan

menerangkan di depan kelas dan terkadang

ketertarikan siswa terhadap pembelajaran

hal tersebut lepas dari pantauan/kontrol

kurang. Proses pembelajaran yang monoton

guru.

mengakibatkan siswa cenderung bosan dan
Pada

Karena

saat

guru

proses

pembelajaran

proses

malas

pembelajaran

dalam

mengikuti

masih

proses

diharapkan siswa aktif terlibat secara

pembelajaran, sehingga pada saat proses

intelektual dan emosional yang disertai

pembelajaran terdapat beberapa siswa yang

keaktifan belajar siswa secara fisik dan

asyik mengobrol sendiri dengan teman

aktif

sebangkunya.

pada

proses

pembelajaran

Karena

guru

sibuk

secara

menerangkan di depan kelas dan terkadang

intelektual dan emosional dalam hal ini

hal tersebut lepas dari pantauan/kontrol

adalah ketika pembelajaran, pikiran dan

guru.Berdasarkan

perhatian siswa terfokus pada materi yang

mengatasi masalah pemebelajaran siswa

sedang

SMK Muhammadiyah 1 Imogiri khususnya

berlangsung.

Keaktifan

diajarkan.

siswa

Sehingga

perlu

X

TKR,

hal

perlu

tersebut

dikembangkan metode pembelajaran yang

kelas

tepat. Metode pembelajaran Numbered

pembelajaran

Head Together merupakan salah satu

keaktifan siswa dan dapat memaksimalkan

metode

yang

adanya

untuk

model

meningikatkan

pembelajaran

yang

banyak

potensi yang dimiliki dari diri siswa,

keaktifan

siswa,

metode

sehingga prestasi belajar siswa meningkat.

pembelajaran Numbered Head Together

Salah satunya dengan penerapan model

memungkinkan siswa agar lebih aktif pada

pembelajaran kooperatif tipe Numbered

saat

head together (NHT).

melibatkan

proses

memungkinkan

pembelajaran

dan

terciptanya

juga
kondisi

pembelajaran yang kondusif bagi siswa
untuk

untuk

belajar

sehingga

dapat

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

559

B.
1.

a. Memberikan

LANDASAN TEORI

atau

Keaktifan Belajar Mata Pelajaran Alat

menarik perhatian peserta didik,

Ukur

sehingga mereka berperan aktif

Keaktifan belajar adalah kegiatan

dalam kegiatan pembelajaran.

untuk melatih siswa terlibat secara

b. Menjelaskan tujuan instruksional

intelektual dan emosional sehingga

(kemampuan dasar kepada peserta

siswa

didik).

betul-betul

berperan

dan

berpartisipasi aktif dalam melakukan
kegiatan belajar. Selain itu dapat
menumbuhkan

kegairahan

c. Mengingatkan kompetensi dasar
kepada peserta didik.

dan

d. Memberikan stimulus (masalah,

kegembiraan belajar siswa sehingga

topik, dan konsep yang akan

siswa memiliki motivasi yang kuat

dipelajari).

serta keleluasaan mengembangkan

e. Memberikan

cara belajar masing-masing dan juga
siswa

memiliki

keinginan

keberanian

berpartisipasi

kegiatan

persiapan

dan
dalam

proses

dan

kelanjutan belajar (Nana Sudjana,
2010: 20).

manusia

aktif

dorongan

yang

untuk

mempunyai

berbuat

sesuatu,

mempunyai kemauan dan aspirasinya
sendiri.

petunjuk

kepada

peserta didik cara mempelajari.
f. Memunculkan aktivitas, partisipasi
peserta

didik

dalam

kegiatan

pembelajaran.
g. Memberikan

umpan

balik

(feedback).

Pada dasarnya peserta didik adalah

Belajar

hanya

h. Melakukan tagihan-tagihan kepada
peserta didik berupa tes sehingga
kemampuan peserta didik selalu
terpantau dan terukur.

mungkin

i. Menyimpulkan setiap materi yang

terjadi apabila peserta didik aktif

disampaikan diakhir pembelajaran.

mengalami

sendiri,

guru

hanya

sebagai pengarah pembimbing dan
pengarah (Zainal Arifin, 2013: 294).
Menurut
(Martinis,

Gagne
2007:

dan
87).

Briggs
keaktifan

dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor-faktor

yang

memengaruhi

keaktifan belajar siswa adalah:

560

motivasi

Menurut

Mc

mengemukakan

Keachie,

adanya

tujuan

dimensi implementasi pembelajaran
siswa

aktif

yang

meliputi:

(1)

partisipasi dalam menentukan tujuan
kegiatan pembelajaran; (2) penekanan
kepada

aspek

afektif

dalam

pembelajaran; (3) partisipasi siswa

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

dalam melaksanakan kegiatan belajar

mempunyai beberapa fungsi utama,

mengajar terutama yang membentuk

antara lain:

interaksi antarmurid; (4) penerimaan

a. Prestasi belajar sebagai indikator

guru terhadap sumbangan siswa yang

kualitas dan kuantitas pengetahuan

kurang relevan atau karena siswa

yang telah dikuasai peserta didik.

keeratan

b. Prestasi belajar sebagai lambang

hubungan kelas sebagai kelompok;

pemuasan hasrat ingin tahu. para

(6)

ahli psikologi biasanya menyebut

berbuat

kesalahan;

kesempatan

kepada

yang

siswa

keputusan
kegiatan

(5)

untuk

yang

diberikan
mengambil

penting

sekolah

dalam

(Warsono

dan

hal

ini

sebagai

“tendensi

keingintahuan (couriosity)” dan
merupakan

kebutuhan

umum

manusia.

Haryanto, 2012: 8).

c. Prestasi belajar sebagai bahan
2.

Prestasi Belajar mata Pelajaran Alat

informasi

Ukur

pendidikan

Prestasi adalah hasil yang dicapai

dalam

pendorong

harus

dalam

oleh

kesadaran

adalah

prestasi belajar dapat dijadikan

dari suatu latihan, pengalaman yang
didukung

asumsinya

inovasi

bagi

peserta

meningkatkan

didik
ilmu

seseorang atau siswa untuk belajar.

pengetahuan dan teknologi, dan

Prestasi

hasil

berperan sebagai umpan balik

pelajaran yang telah diperoleh dari

(feedback) dalam meningkatkan

kegiatan persekolahan yang bersifat

mutu pendidikan

akademik

adalah

kognitif dan biasanya ditentukan

d. Prestasi belajar sebagai indikator

melalui pengukuran atau penilaian

intern dan ekstern dari suatu

(Menurut Sumadi Suryabrata (2004:

institusi pendidikan.
e. Prestasi belajar dapat dijadikan

233).
Menurut Zainal Arifin (2013, 12),

indikator daya serap (kecerdasan)

kata prestasi berasal dari bahasa

peserta didik.

Belanda yaitu prestatie. Kemudian

Dari beberapa pengertian para ahli

dalam

bahasa

menjadi

di atas disimpulkan bahwa prestasi

“prestasi” yang berarti “hasil usaha”.

belajar yaitu perubahan tingkah laku

Prestasi belajar (achievement) pada

dan hasil yang dicapai siswa setelah

umumnya berkenaan dengan aspek

melakukan

pengetahuan.

Indonesia

Prestasi

kegiatan

pembelajaran

belajar

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

561

pengetahuan,

yang terpenting bukan mengulangi

kecakapan dan pemahaman, hasil

hal-hal yang harus dipelajari, tetapi

tersebut biasanya berupa nilai tes atau

mengerti atau memperoleh wawasan.

angka.

Dalam teori Gestalt prinsip-prinsip

yang

mencakup

belajar, dirumuskan sebagai berikut:

Menurut Oemar Hamalik (2008:
154),

belajar

adalah

(1) belajar berdasarkan keseluruhan,

perubahan

tingkah laku yang relatif mantap

(2)

berkat

pengalaman.

perkembangan, (3) anak didik sebagai

Belajar yang sesungguhnya ciri khas

organisme keseluruhan, (4) terjadi

manusia dan yang menbedakannya

transfer,

dengan

yang

reorganisasi pengalaman, (6) belajar

dilakukan oleh manusia merupakan

harus dengan wawasan dan, (7)

bagian dari hidupnya, berlangsung

belajar berlangsung terus-menerus.

latihan

dan

binatang.

Belajar

belajar

adalah

(5)

suatu

proses

belajar

adalah

seumur hidup, kapan saja, dan di

Pada proses pembelajaran alat ukur

mana saja baik di sekolah, di kelas, di

harus terjadi suatu perubahan yang

jalanan, dalam waktu yang tak dapat

nyata

ditentukan sebelumnya.

perubahan itu berupa perubahan sifat,

Belajar

adalah

kegiatan

pada

peserta

didik,

baik

tingkah laku maupun kemampuan

yang

berproses dan merupakan unsur yang

berpikir.

sangat

dalam

perubahan dalam proses pembelajaran

penyelenggaraan setiap jenis dan

dapat diartikan sebagai hasil belajar

jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa

ataupun prestasi

berhasil atau gagalnya pencapaian

belajar pada proses pembelajaran alat

tujuan

ukur

fundamental

pendidikan

itu

amat

Karena

terjadi

perubahan-

belajar.

beberapa

variasi

bergantung pada proses belajar yang

perubahan.

dialami siswa baik ketika ia berada di

tersebut

sekolah maupun di lingkungan rumah

kepahaman peserta didik tentang

atau keluarganya sendiri (Muhibbin

pembelajaran alat ukur dan tidak

Syah, 2012: 63).

meningkatnya

meningkatkan

kepahaman

peserta

alat ukur.

Djamarah 2008: 19), yang terpenting

pertama, yaitu mendapatkan respon

berupa

perubahan

didik terhadap materi pembelajaran

Menurut teori Gestalt (dalam buku

dalam belajar adalah penyesuaian

Variasi

Prestasi

3.

Model

Pembelajaran

Kooperatif

Numbered Head Together (NHT)

atau tanggapan yang tepat. Belajar
562

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Menurut Koekamto mengemuka-

Pembelajaran kooperatif merupa-

kan maksud dari model pembelajaran

kan salah satu model pembelajaran

adalah “kerangka konseptual yang

kelompok yang memiliki aturan-

melukiskan prosedur yang sistematis

aturan

dalam mengorganisasikan pemaham-

pembelajaran kooperatif adalah siswa

an belajar untuk mencapai tujuan

membentuk

belajar tertentu, dan berfungsi sebagai

saling mengerjakan sesamanya untuk

pedoman

mencapai

bagi

pembelajaran

para

dan

perancang

para

pengajar

dalam merencanakan aktivitas belajar

Prinsip

kelompok

tujuan

dasar

kecil

bersama

dan

(Made

Wena 2009: 189).
Pembelajaran kooperatif adalah
konsep yang luas meliputi semua

mengajar (Trianto, 2009: 22).
Menurut

tertentu.

Arends,

model

jenis

kerja

kelompok

termasuk

pada

bentuk-bentuk yang lebih dipimpin

pendekatan yang akan digunakan,

oleh guru atau diarahkan oleh guru

termasuk

(Agus Suprijono, 2014: 54).

pembelajaran

di

mengacu

dalam

tujuan-tujuan
dalam

Dari pengertian yang dikemukakan

kegiatan pembelajaran, lingkungan

di atas disimpulkan bahwa pembela-

pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

jaran kooperatif adalah pembelajaran

Model

dapat

yang di mana peserta didik diberi

kerangka

tugas agar dapat diselesaikan secara

konsepsi yang melukiskan prosedur

bersama-sama. Dengan pembelajaran

sistem pengorganisasian pengalaman

kooperatif

belajar untuk mencapai tujuan belajar

berpartisipasi dalam proses belajar

(Agus Suprijono, 2014: 46).

dan meningkatkan hasil belajar siswa.

pembelajaran,

tahap-tahap

pembelajaran

didefinisikan

sebagai

siswa

akan

aktif

dapat

Numbered Head Together (NHT)

dipahami bahwa model pembelajaran

atau penomoran berpikir bersama

adalah kerangka dasar pembelajaran

adalah merupakan jenis pembelajaran

yang

kooperatif

Dari

pendapat

dapat

di

atas

digunakan

berbagai

yang

dirancang

untuk

muatan mata pelajaran, sesuai dengan

memengaruhi pola interaksi siswa dan

karateristik kerangka dasarnya dan

sebagai alternatif terhadap strutur

model pembelajaran dapat muncul

kelas tradisional (Trianto, 2009: 82).

dalam beragam bentuk dan variasi

Menurut La Iru dan La Ode Safiun

sesuai dengan landasan filosofi yang

Arihi,

melatarbelakanginya.

(NHT) adalah bagian dari model

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered

Head

Together

563

pembelajaran kooperatif struktural

tangannya

yang

menjawab pertanyaan untuk seluruh

menekankan pada

struktur-

struktur khusus yang drancang untuk
memengaruhi

interaksi

siswa.

mencoba

untuk

kelas.
Kelebihan

Numbered

(NHT),

Head

menggunakan

Numbered Head Together (NHT) atau

Together

penomoran berpikir bersama adalah

model Numbered Head Together

merupakan

pembelajaran

memiliki beberapa kelebihan yaitu:

dirancang

(a) melatih siswa untuk dapat bekerja

memengaruhi pola interaksi siswa dan

sama dan menghargai pendapat orang

sebagai alternatif terhadap sumber

lain, (b) melatih siswa untuk bisa

struktur kelas tradisional (Jumanta

menjadi tutor sebaya, (c) memupuk

Hamdayama, 2014: 175).

rasa kebersamaan, (d) membuat siswa

jenis

kooperatif

Menurut

yang

Trianto

(2009:

82),

menyata bahwa dalam mengajukan
pertanyaan kepada seluruh kelas, guru

menjadi terbiasa dengan perbedaan
(Jumanta Hamdayama, 2014: 177).
Kelemahan

Numbered

Head

menggunakan struktur empat fase

Together (NHT), dalam mengguna-

sintaks Numbered Head Together

kan model Numbered Head Together

NHT: Fase 1: Penomoran, guru

(NHT) terdapat beberapa kelemahan

membagi siswa ke dalam kelompok

yang

3-5 orang dan kepada setiap anggota

dilakukan agar tidak terjadi hal-hal

kelompok diberi antara nomor 1

yang diinginkan dalam pelajaran, di

sampai

Mengajukan

antaranya: (a) siswa yang sudah

pertanyaan, guru mengajukan sebuah

terbiasa dengan cara konvensional

pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan

akan sedikit kewalahan, (b) guru

tersebut bervariasi. Pertanyaan dapat

harus bisa memfasilitasi siswa, (c)

amat spesifik dan dalam bentuk

tidak

kalimat

(Jumanta Hamdayama, 2014: 177-

5.

Fase

tanya.

2:

Fase 3:

Berpikir

bersama, siswa menyatukan pendapat
terhadap jawaban pertanyaan itu dan

564

dan

harus

diwaspadai,

semua

hal

mendapat

ini

giliran

178).
Dari

pendapat

di

bahwa

atas

dapat

meyakinkan tiap anggota dalam satu

disimpulkan

timnya mengetahui jawaban timnya.

menggunakan model Numbered Head

Fase 4: Menjawab, guru memanggil

Together

suatu nomor tertentu, kemudian siswa

penomoran peserta didik yaitu guru

yang nomornya sesuai mengacungkan

membagi beberapa kelompok kecil

(NHT)

pembelajaran

diawali

dengan

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

dalam satu kelas yang terdiri dari

pelaksanaan, tindakan pengamatan, dan

beberapa peserta didik, kemudian

refleksi. (Suharmi Arikunto,2013: 137).

setiap peserta didik diberi nomor

Subjek penelitian ini adalah siswa

yang berbeda-beda. Tahap berikutnya

kelas X TKR 4 SMK Muhammadiyah 1

guru memberi sebuah pertanyaan atau

Imogiri Tahun Ajaran 2014/2015, yang

soal kepada setiap kelompok untuk

jumlah

mendiskusikan

Sedangkan Objek penelitian ini adalah

dan

memikirkan

siswanya

35

siswa.

atas

keaktifan dan prestasi belajar alat ukur

pertanyaan yang diberikan oleh guru.

siswa yang diperoleh dari penerapan model

Tahap selanjutnya guru memanggil

pembelajaran kooperatif tipe Numbered

peserta didik yang memiliki nomor

head together (NHT).Teknik pengumpulan

yang sama pada setiap kelompok.

data yang digunakan dalam penelitian ini

Mereka diberi kesempatan untuk

adalah

menjawab atas pertanyaan atau soal

prestasi belajar, dan dokumentasi. Lembar

yang diberikan oleh guru. Hal itu

observasi digunakan untuk mengetahui

dilakukan

sampai

persentase peningkatan keaktifan siswa dari

semua peserta didik mendapat giliran

siklus I, siklus II dan siklus III, tes prestasi

untuk menjawab pertanyaan yang

belajar

diberikan oleh guru.

prestasi belajar alat ukur, dan dokumentasi

jawaban

secara

bersama

terus-menerus

dengan

lembar

digunakan

digunakan
C.

adalah

observasi,

untuk

untuk

tes

mengetahui

memperkuat

yang

METODE PENELITIAN

diperoleh dalam tahap tindakan, observasi

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X

serta

sebagai

data

hasil

penelitian.

TKR 4 SMK Muhammadiyah 1 Imogiri

Instrumen penelitian yang digunakan untuk

Tahun

Penelitian

mengambil data berupa lembar observasi

Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada bulan

dan tes yang berupa pre-test dan post-test.

Maret-April 2015, pada semester genap.

Teknik analisis data dalam penelitian ini

Ajaran

2014/2015.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

adalah statistik deskriptif kuantitatif yaitu

adalah penelitian tindakan (action research)

dengan

yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki

keaktifan

mutu praktik pembelajaran di kelas. Dalam

menggunakan

penelitian ini, peneliti menggunakan model

kooperatif tipe Numbered Head Together

penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan

(NHT). Analisis terhadap data kuantitatif

3 siklus dengan setiap siklusnya terdiri dari

yaitu analisis terhadap lembar observasi

empat

menggunakan rumus:

tindakan

yaitu

perencanaan,

menghitung
belajar

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

persentase

aspek

dan prestasi

belajar

model

pembelajaran

565

maksimal 100 yang ditetapkan oleh sekolah
yang bersangkutan dan nilai rata-rata kelas
mengalami peningkatan.

(Sugiyono, 2010: 135)

Analisis

prestasi

belajar

siswa

D.

yang siswa yang tuntas belajar pada tiap

DAN

1.

Hasil Penelitian
Pelaksanaan tindakan pada tiap siklus

ini dilakukan di kelas X TKR 4 di SMK

siklus menggunakan rumus:
a.

PENELITIAN

PEMBAHASAN

dilakukan analisis dengan menentukan ratarata nilai tes dan menghitung persentase

HASIL

Untuk menghitung penilai acuan
norma (Norm-Referenced Assesment)

Muhammadiyah 1 Imogiri. Kegiatan yang
dilakukan pada setiap siklus ini meliputi
kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan
akhir (penutup). Dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT) keaktifan siswa

(Purwanto, 2014: 207)
b.

Untuk menghitung nilai rata-rata

mengalami peningkatan keaktifan siswa
sehingga berpengaruh pada prestasi belajar

prestasi belajar siswa (mean):

siswa.
X

Dalam

penelitian

ini,

peneliti

melakukan observasi dengan mengamati
kegiatan belajar siswa kelas X TKR 4

(Hamid Darmadi, 2011: 280)

dengan lembar observasi dan indikator yang
telah

telah ditentukan untuk mengukur keaktifan

memenuhi indikator keberhasilan dalam

belajar siswa dan melakukan tes yang

penelitian ini adalah sebagai berikut. 1)

berupa

Meningkatnya keaktifan belajar siswa pada

mengetahui prestasi belajar siswa. Untuk

pembelajaran

melihat data peningkatan siklus I ke siklus

Penelitian

model

berhasil

alat

ukur

pembelajaran

Together

(NHT)

jika

menggunakan

Numbered

yang

dilihat

Head
dari

pre-test

dan

post-test

untuk

II dan siklus III.
Berdasarkan

lembar

observasi

persentase hasil observasi keaktifan siswa

keaktifan belajar siklus I ke siklus II pada

mencapai kategori baik atau sangat baik ≥

indikator membaca peningkatan sebesar

75%

Kelas

15%. Pada indikator memperhatikan siklus

dikatakan berhasil dalam belajar apabila

I ke siklus II meningkat sebesar 19,28%.

75% siswa telah memperoleh nilai kategori

Pada indikator bertanya siklus I ke siklus II

baik dan sangat baik atau ≥ 75 dengan nilai

meningkat sebesar 17,86%. Pada indikator

566

dari

jumlah

peserta.

2)

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

menjawab pertanyaan siklus I ke siklus II

sebesar 15,72%. untuk melihat peningkatan

meningkat sebesar 19,34%. Pada indikator

keaktifan tersebut dapat dilihat gambar di

bersemangat siklus I ke siklus II meningkat

bawah ini:

63.57%
64.29%
64.29%
6 1.57%
59.29%
70.00%
54.29%
48.57%
47.14%
60.00%
44.29%
44.14%
41.43%
50.00% 39.29%
40.00%
19.28%
19.72%
17.87%
30.00%
16.96%
15.72%
15.72%
20.00%
10.00%
0.00 %

Siklus I

Siklus II

Peningkatan

Gambar 1
Persentase peningkatan keaktifan belajar perindikator siklus I dan siklus II

Berdasarkan

observasi

indikator menjawab pertanyaan siklus I ke

keaktifan belajar siklus II ke siklus III

siklus II meningkat sebesar 22,14%. Pada

indikator

sebesar

indikator bersemangat siklus I ke siklus II

21,42%. Pada indikator memperhatikan

meningkat sebesar 21,42%. untuk melihat

siklus I ke siklus II meningkat sebesar

peningkatan keaktifan tersebut dapat dilihat

20,72%. Pada indikator bertanya siklus I ke

gambar di bawah ini:

membaca

lembar

meningkat

siklus II meningkat sebesar 22,85%. Pada

86.43%
85.71%
100.00%
84.29%
82.14%
82.86%
75.71%
64.29%
64.29%
80.0 0%
63.57%
61.57%
59.29%
54.29%
60.0 0%
40.0 0%
19.72%
19.28%
17.87%
16.96%
15.72%
15.72%
20.0 0%
0.00%

Siklus II

Siklus III

Peningkatan

Gambar 2
Persentase peningkatan keaktifan belajar per indikator siklus II dan siklus III

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

567

Prestasi belajar siswa pada siklus I ke

untuk mengetahui seberapa besar siswa

siklus II mengalami peningkatan. Untuk

menangkap

mengetahui prestasi belajar siswa diadakan

pembelajaran. Peningkatan prestasi belajar

tes yaitu pre-test diawal dan post-test di

pada tiap siklus secara rinci dapat dilihat

akhir pembelajaran. Tujuan tes dilakukan

pada tabel dibawah ini:

Tabel 2

atau

menguasai

materi

Peningkatan prestasi belajar siklus I ke siklus II

Siklus I
Pre-Test
Post-Test

Siklus II
Pre-Test
Post-Test

Jumlah
Peserta
35
35

Nilai
Nilai
Tertinggi
Terendah
80
70
40
50
Peningkatan nilai rata-rata
Jumlah
Nilai
Nilai
Peserta
Tertinggi
Terendah
35
75
50
35
85
60
Peningkatan nilai rata-rata

Berdasarkan tabel di atas nilai rata-

Total
Nilai
2125
2435
Total
Nilai
2180
2640

Rata-rata
60,71
69,57
8,86
Rata-rata
62,28
75,42
13,14

Belajar siswa pada siklus II ke siklus

rata prestasi belajar siklus I didapatkan

III

hasil rata-rata pre-test 60,71 dan nilai rata-

mengetahui prestasi belajar siswa diadakan

rata post-test 69,57 sehingga mengalami

tes yaitu pre-test di awal dan post-test di

peningkatan sebesar 8,86 dan pada siklus II

akhir pembelajaran. Tujuan tes dilakukan

didapatkan nilai rata-rata pre-test 62,28 dan

untuk mengetahui seberapa besar siswa

nilai rata-rata post-test 75,42 sehingga

menangkap

mengalami peningkatan sebesar 13,14. Hal

pembelajaran. Peningkatan prestasi belajar

ini menunjukkan bahwa penerapan model

pada tiap siklus secara rinci dapat dilihat

pembelajaran kooperatif tipe Numbered

pada tabel di bawah ini:

mengalami

peningkatan.

atau

menguasai

Untuk

materi

Head Together (NHT) dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa.
Tabel 3 Peningkatan prestasi belajar siklus II ke siklus III
Siklus II
Pre-Test
Post-Test

Siklus III
Pre-Test
Post-Test

568

Jumlah
Peserta
35
35
Jumlah
Peserta
35
35

Nilai
Nilai
Tertinggi
Terendah
75
50
85
60
Peningkatan nilai rata-rata
Nilai
Nilai
Tertinggi
Terendah
80
55
95
70
Peningkatan nilai rata-rata

Total
Nilai
2180
2640
Total
Nilai
2380
2595

Rata-rata
62,28
75,42
13,14
Rata-rata
65,14
83,42
18,28

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Berdasarkan tabel di atas nilai rata-

siswa pada siklus I 44,14% mengalami

rata prestasi belajar siklus II didapatkan

peningkatan pada siklus II sebesar 17,43%

hasil rata-rata pre-test 62,28 dan nilai rata-

menjadi 61,57% dan pada siklus III

rata post-test 75,42 sehingga mengalami

mengalami peningkatan sebesar 21,29%

peningkatan sebesar 13,14 dan pada siklus

menjadi 82,86% dengan kriteria sangat

III didapatkan nilai rata-rata pre-test 65,14

tinggi. Untuk melihat data peningkatan

dan nilai rata-rata post-test 83,42 sehingga

keaktifan perindikator bisa dilihat gambar

mengalami peningkatan sebesar 18,28.

di bawah ini:

2.

Pembahasan
Berdasarkan lembar observasi data

hasil peningkatan rata-rata keaktifan belajar

Tabel 4
No.
1
2
3
4
5

Rata – rata hasil observasi siklus I, siklus II dan siklus III

Indikator
Membaca
Memperhatikan
Bertanya
Menjawab pertanyaan
Bersemangat
Skor rata – rata

Siklus I
39,29
44,29
41,43
47,14
48,57
44,14%

Berdasarkan tabel di atas keaktifan
belajar siklus I ke siklus II pada indikator

Siklus II
54,29
64,67
59,29
66,43
64,29
61,57%

Siklus III
75,71
82,29
82,14
86,42
85,71
82,86%

siklus II meningkat sebesar 15,72% dan
pada siklus III meningkat sebesar 21,29%.

membaca peningkatan sebesar 15% dan

Berdasarkan tes prestasi belajar pada

pada siklus III meningkat 21,42%. Pada

siklus I didapatkan nilai rata-rata pre-test

indikator memperhatikan siklus I ke siklus

60,71 dan nilai rata-rata post-test 69,57

II meningkat sebesar 19,28% dan pada

sehingga prestasi belajar siswa mengalami

siklus III meningkat sebesar 20,42%. Pada

peningkatan sebesar 8,86 dan pada siklus II

indikator bertanya siklus I ke siklus II

didapatkan nilai rata-rata pre-test 62,28 dan

meningkat sebesar 17,86% dan pada siklus

nilai rata-rata post-test 75,42 mengalami

III

Pada

peningkatan prestasi belajar sebesar 13,14

indikator menjawab pertanyaan siklus I ke

dan tes pada siklus III nilai rata-rata pre-test

siklus II meningkat sebesar 19,34% dan

65,14 dan nilai rata-rata post-test 83,42.

pada siklus III meningkat sebesar 22,14%.

Dengan kata lain pada siklus III semua

Pada indikator bersemangat siklus I ke

aspek yang diteliti sudah memenuhi kriteria

meningkat

sebesar

22,14%.

yang diharapkan baik keaktifan dengan
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

569

rata-rata peningkatan dari siklus I ke siklus

baik atau ≥ 75 dengan nilai maksimal 100

berikutnya dengan mencapai kategori baik

yang

atau sangat baik ≥ 75% dari jumlah peserta

bersangkutan dan nilai rata-rata kelas

dan prestasi belajar siswa dengan rata-rata

mengalami peningkatan.

peningkatan

belajar

berikutnya

dari

siklus

apabila

I

75%

ke
siswa

siklus
telah

memperoleh nilai kategori baik dan sangat

ditetapkan

kelas

oleh

X

sekolah

yang

Hasil prestasi

TKR

4

SMK

Muhammadiyah 1 Imogiri disajikan dalam
diagram berikut:

Gambar
Peningkatan prestasi belajar dari siklus I, siklus II, dan siklus III

E.

II dan pada siklus III mengalami

KESIMPULAN

Berdasarkan

hasil

pembahasan,

maka

penelitian
dapat

2.

Model pembelajaran kooperatif tipe

Model pembelajaran kooperatif tipe
Numberd

Head

Together

(NHT)

(NHT)

dapat meningkatkan prestasi belajar

dapat meningkatkan keaktifan belajar

siswa bisa dilihat dari tes prestasi

siswa bisa dilihat dengan adanya

belajar pada siklus I didapatkan nilai

peningkatannya

lembar

rata-rata pre-test 60,71 dan nilai rata-

yaitu

rata post-test 69,57 sehingga prestasi

peningkatan hasil rata-rata persentase

belajar siswa mengalami peningkatan

lembar observasi keaktifan belajar

sebesar 8,86 dan pada siklus II

siswa

Numberd

observasi

Head

tiap

pada

mengalami

Together

dari data
siklusnya

I

44,14%

didapatkan nilai rata-rata pre-test

peningkatan

sebesar

62,28 dan nilai rata-rata post-test

siklus

17,43% menjadi 61,57% pada siklus

570

82,86%.

ditarik

kesimpulan bahwa:
1.

peningkatan sebesar 21,29% menjadi

dan

75,42

mengalami

peningkatan

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

prestasi belajar sebesar 13,14 dan tes

G.

DAFTAR PUSTAKA

pada siklus III nilai rata-rata pre-test
65,14 dan nilai rata-rata post-test

Arifin Zaini. 2013. Evaluasi Pembelajaran.

83,42.

Bandung: Remaja Rosdakarya
Arikunto

F.

SARAN

Suharsimi.

Tindakan

Berdasarkan

penelitian

yang

2010.

Penelitian

Jakarta:

kelas.

Bumi

Angkasa

dilaksanakan, peneliti mempunyai beberapa
Arikunto

saran sebagai berikut:
1.

Guru

mata

pelajaran

hendaknya

mencoba

menerapkan
kooperatif

alat

model
tipe

Head

Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Djamarah Bahri Syaiful. 2008. Psikologi

Together (NHT) di kelas pada saat
proses pembelajaran karena dengan

Prosedur

Darmadi Hamid. 2011. Metode Penelitian

pembelajaran

Numbered

2013.

Penelitian. Jakarta: Bumi Angkasa

ukur
untuk

Suharsimi.

belajar. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Hamdayama Jumanta. 2014. Model dan

model pembelajaran kooperatif tipe

Metode Pembelajaran Kreatif dan

Numbered Head Together (NHT)

Berkarakter.

lebih aktif dalam pembelajaran dan

Bogor:

Ghalia

Indinesia

mengoptimalkan kemampuan belajar
siswa, serta guru dapat mengukur

Hariyanto & Warsono. 2012. Pembelajaran
Aktif.

kemampuan setiap siswa.
2.

Guru

sebagai

tenaga

Bandung:

PT

Remaja

Rosdakarya offset.

pengajar

hendaknya menciptakan suatu model

Majid Abdul. 2013. Strategi pembelajaran.

pembelajaran yang dapat menum-

Bandung: PT Remaja Rosdakarya

buhkan

Offset.

semangat,

dorongan

dan

menumbuhkan
meningkatkan

Martinis Yamin. 2007. Kiat Membelajarkan

keaktifan belajar siswa, sehingga

Siswa. Jakarta. Gaung Persada Press

prestasi belajar yang diharapkan lebih
baik

seperti

kooperatif

model

tipe

Together (NHT).

pembelajaran

Numbered

Head

Oemar

Hamalik.

2008. Proses

Belajar

Mengajar. Jakarta: Bumi aksara
Purwanto. 2014. Evaluasi Hasil Belajar.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

571

Sudjana Nana. 2010. Dasar-dasar Proses
Belajar

Bandung:

Mengajar.

Remaja Rodakarya.
Sudjana Nana. 2013. Penilaian Hasil
Belajar

Bandung:

Mengajar.

Remaja Rodakarya.
Sugiyono.

2010.

Metode

Kuantitatif

Kualitatif dan R&D. Bandung. CV.
Alfabeta
Suprijono

Agus.

Learning

2014.
Teori

Cooperative
&

Aplikasi

PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Jaya.
Syah Muhibbin. 2012. Psikolgi Belajar.
Jakarta. Rajawali pers.
Tohirin. 2005. Psikologi pembelajaran
pendidikan agama islam. Jakarta:
PT Remaja Rosdakarya.
Trianto.

2009.

Mendesain

Pembelajaran

Model

Inovatif-Progresif.

Jakarta: Kencana Prenada Grup
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003
Tentang

Sistem

Pendidikan

Nasioanal. Jakarta: Depdiknas
Wena Made. 2009. Strategi Pembelajaran
Inovatif

Kontemporer.

Jakarta:

Bumi Aksara

572

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe