PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, EMOSIONAL, DAN SPIRITUAL (ESQ) DAN LOKUS PENGENDALIAN (LOCUS OF CONTROL) TERHADAP PENERIMAAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT (STUDI PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN PERWAKILAN SULAWESI TENGGARA)

Jurnal Akuntansi dan Keuanngan Volume II/2/Oktober 2017
ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

“PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, EMOSIONAL, DAN SPIRITUAL (ESQ)
DAN LOKUS PENGENDALIAN (LOCUS OF CONTROL) TERHADAP
PENERIMAAN PERILAKU DISFUNGSIONAL AUDIT
(STUDI PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN PERWAKILAN SULAWESI
TENGGARA)”

OLEH
1

2

Nasrullah Dalli ,Nur Asni ,Dwi Febrian Arba Suaib

3

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Halu Oleo Kendari
Sulawesi Tenggara
ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effect of Intellectual, Emotional,
and Spiritual Quotient (ESQ) and Locus of Control on acceptance of audit dysfunctional
behavior by the respondent of the Auditor/Investigator who worked at Badan Pemeriksa
Keuangan, Province of South East Sulawesi. Theories related to this research are the theory
ESQ, locus of control and Audit Dysfunctional Behavior. The number of samples was
determined that as many as 20 respondents using census method. Data taken from the
questionnaire was distributed to all respondents and analyzed using descriptive and multiple
regression analyss.
The results showed 1) ESQ showed significant negative effect on acceptance of
audit dysfunctional behavior, 2) Locus of Control showed insignificant positive effect on
acceptance of audit dysfunctional behavior, 3) ESQ gave dominant effect on acceptance of
audit dysfunctional behavior.
Keywords: Intelligence, emotional, and spiritual quotient, locus of control, and audit
dysfunctional behavior
I.
Pendahuluan
Indonesia tampaknya belum bisa lepas dari peringkat positif sebagai negara yang
bebas dari korupsi.Pada 2013 lalu, organisasi dunia, transparency.org merilis ada 10 negara
terkorup di dunia.Dan dari 10 daftar negara itu, Indonesia berada di peringkat ke-5, di bawah
Azerbaijan, Bangladesh, Bolivia, dan Kamerun.Sedangkan di wilayah Asia Pasifik, Indonesia

menjadi negara paling korup dengan menempati posisi pertama.Namun Data terbaru yang
dirilis Transparency International (TI) pada 2014, posisi Indonesia sebagai negara terkorup
masih belum membaik.Indeks Persepsi Korupsi (IPK) berdasar 13 indeks data korupsi,
menempatkan Indonesia pada posisi ke-64 negara terkorup di dunia.Kondisi ini jauh
berbeda dengan peringkat dua negara tetangga.Singapura menduduki peringkat ke-173.
Singapura berada di posisi lima negara paling bersih versi TI. Sedangkan Malaysia
menduduki peringkat 125 negara korup.Malaysia berada di posisi 52 di jejeran negara paling
bersih. Meski begitu, peringkat itu lebih baik dibandingkan 2012 saat Indonesia menduduki
peringkat 60 besar negara paling korup. (Republika, 26 Maret 2014).
Peringkat tersebut masihmenimbulkan pertanyaan besar mengenai pengawasan dan
pertanggungjawaban di lembaga pemerintahan.Kondisi ini jauh berbeda dengan peringkat
dua negara tetangga, Malaysia dan Singapura.Peringkat tersebut mengindikasikan masih
kurang berfungsinya para akuntan, terutama auditor dan penegak hukum yang merupakan
tenaga profesional teknis yang secara sistematis bekerjasama untuk mencegah dan
mengungkapkan kasus korupsi di Indonesia (Arif, 2002) secara tuntas. Penyebab utama
yang mungkin adalah karena kelemahan dalam audit pemerintahan di indonesia.
Jur nal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO

Page 86


Jurnal Akuntansi dan Keuanngan Volume II/2/Oktober 2017
ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja auditor, khususnya
di lingkup BPK masih diragukan oleh beberapa pihak. Namun masih belum bias diketahui
apakah memang kinerja auditor yang masih belum bias dipercaya atau memang ada
oknum-oknum tertentu yang sengaja ingin mencoreng nama baik BPK.
Kartika dan Provita (2007:2) mengatakan bahwa penyebab utama korupsi yang
mungkin adalah karena adanya kelemahan dalam audit. Keterlibatan para auditor eksternal
pemerintah dalam kasus korupsi tersebut membuat kinerja para auditor pemerintah
Indonesia ini seringkali dipertanyakan. Kinerja dan tindakan auditor memberikan kontribusi
untuk membentuk kepercayaan masyarakat terhadap hasil laporan keuangan yang telah
diaudit.
Kualitas audit ditentukan oleh proses yang tepat yang harus diikuti dan pengendalian
personal pengaudit. Penelitian dalam sistem pengendalian menyatakan bahwa sistem
pengendalian yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya konflik yang mengarah pada
perilaku disfungsional (Otley & Pierce, 1996).
Laporan keuangan yang telah diaudit haruslah dapat dijamin relevansi dan
keandalannya, mengingat besarnya pengaruh informasi ini bagi para penggunanya dalam
merumuskan kebijakan dan pengambilan keputusan. Material misstatement dalam laporan

keuangan merupakan salah satu contoh yang dapat mengarah pada pengambilan
keputusan yang kurang tepat (misleading) dan tentunya merugikan pihak pemakai informasi.
Tindakan auditor dalam kaitannya dengan pentingnya informasi keuangan yang telah diaudit
menjadikan masalah mengenai perilaku auditor tersebut perlu untuk dikaji.
Harini et al., (2010:3) mengatakan “Locus pengendalian berbicara tentang cara
pandang auditor mengenai keberhasilan dalam pekerjaan mereka dan juga berkaitan
dengan penggolongan individu menjadi dua kategori yaitu internal control dan eksternal
control.” Individu yang memiliki Locus of Control Internal cenderung percaya dan memiliki
keyakinan bahwa mereka memiliki kendali atas peristiwa yang terjadi pada dirinya.
Sedangkan individu yang memiliki Locus of Control eksternal yang kuat adalah sebaliknya.
Seseorang dengan Locus of Control eksternal yang kuat merupakan individu yang percaya
bahwa ia tidak memiliki kendali atas apa yang terjadi pada dirinya dan suatu peristiwa yang
terjadi dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan dari luar seperti nasib, kemujuran, dan peluang.
Pada dasarnya manusia diciptakan dengan membawa unsur-unsur kecerdasan.
Awalnya kecerdasan yang dipahami banyak orang hanya merupakan kecerdasan intelijensi
(Intelegency Quotient), sesuai dengan perkembangan pengetahuan manusia, maka
ditemukan tipe kecerdasan lainnya melalui penelitian-penelitian empiris dan longitudinal oleh
para akademisi dan praktisi psikologi, yakni kecerdasan emosional (emotional quotient) dan
kecerdasan spiritual (spiritual quotient). Ketiga bentuk kecerdasan ini tidak dapat berdiri
sendiri untuk meraih kesuksesan dalam bekerja dan kehidupan. Kesuksesan paripurna

adalah jika seseorang mampu menggunakan dengan baik ketiga model kecerdasan ini,
menyeimbangkannya, serta mengaplikasikannya dalam kehidupan. Bagi para pekerja dalam
lingkungan organisasi manapun ketiga bentuk kecerdasan ini adalah sesuatu yang mutlak
harus dimiliki, kesuksesan dalam karir tidak hanya dimiliki oleh karyawan yang berintelijensi
tinggi saja, namun semua orang dapat meraih kesuksesan karier, dan memperoleh tempat
terbaik dalam bekerja.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya diatas, maka rumusan
masalah yang akan diteliti oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Apakah kecerdasan
Intelektual, Emosional, dan Spiritual berpengaruh signifikan terhadap penerimaan perilaku
disfungsional audit ? Dan Apakah Locus pengendalian eksternal berpengaruh signifikan
terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit ? Sedangkan Penelitian ini bertujuan
untuk menguji hubungan secara empiris apakah kecerdasan Intelektual, Emosional, dan
Spiritual (ESQ) berpengaruh signifikan terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit.
Serta untuk menguji secara empiris apakah locus pengendalian eksternal berpengaruh
signifikan terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit.

Jur nal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO

Page 87


Jurnal Akuntansi dan Keuanngan Volume II/2/Oktober 2017
ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

II. Kajian Teori
1. Kecerdasan Intelektual, Emosional, dan Spiritual (ESQ)
Walters & Gardner (dalam Safaria, 2005) mendefinisikan bahwa kecerdasan adalah
sebagai suatu kemampuan atau serangkaian kemampuan-kemampuan yang
memungkinkan individu memecahkan masalah atau produk sebagai konsekuensi eksistensi
suatu budaya tertentu. Pernyataan yang senada juga disampaikan Wechsler (1985 dalam
Safaria, 2005) yang memandang kecerdasan sebagai suatu kumpulan atau totalitas
kemampuan individu untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berpikir secara rasional, serta
menghadapi lingkungannya dengan efektif. Alfred Binet (dalam Safaria, 2005) menyatakan
bahwa kecerdasan merupakan kemampuan mengarahkan pikiran maupun tindakan,
kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila dituntut demikian, dan kemampuan untuk
mengkritik diri sendiri.
Intelegency Quotient (IQ) merupakan kecerdasan seseorang yang dibawa sejak lahir
dan pengaruh didikan dan pengalaman (Thoha, 2000). IQ adalah kemampuan yang
diperlukan untuk menjalankan kegiatan mental (Robin, 1996). Emotional Quotient (EQ)
merupakan kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya serta
kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi

(Cooper dan Sawaf, 1998). Dan Spiritual Quotient (SQ) sebagai kecerdasan untuk
menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku
dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai
bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain
(Zohar dan Marshall (2000).
2.

Lokus Pengendalian (Locus of Control)
Lokus Pengendalian adalah sebuah keyakinan individu yang mencerminkan tingkat
dimana mereka percaya bahwa perilaku mereka mempengaruhi apa yang terjadi pada
dirinya. Gibson et.al (1996:161) dalam Sulistyaningsih (2009:9) mendeskripsikan bahwa lous
of control merupakan karakteristik kepribadian menguraikan orang yang beranggapan
bahwa kendali kehidupan mereka datang dari dalam diri mereka sendiri sebagai
internalizers kendali kehidupan. Orang yang yakin bahwa kehidupan mereka dikendalikan
oleh factor eksternal disebut Lokus Pengendalian Eksternal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Lokus Pengendalian seorang individu yaitu
sebagai berikut:
a.


b.

c.

Faktor keluarga
Menurut Kuzgun (dikutip Hamedoglu, Kantor & Gulay, 2012) lingkungan keluarga
tempat seorang individu tumbuh dapat memberikan pengaruhterhadap Lokus
Pengendalian yang dimilikinya. Orangtua yang mendidik anak,pada kenyataannya
mewakili nilai-nilai dan sikap atas kelas sosial mereka.Kelas sosial yang disebutkan
di sini tidak hanya mengenai status ekonomi,tetapi juga memiliki arti yang luas,
termasuk tingkat pendidikan, kebiasaan,pendapatan dan gaya hidup. Individu dalam
kelas sosial ekonomi tertentu mewakili bagian dari sebuah sistem nilai yang
mencakup gaya membesarkan anak, yang mengarah pada pembangunan karakter
kepribadian yang berbeda.
Faktor Motivasi
Menurut Forte (dikutip Karimi & Alipour, 2011), kepuasan kerja, harga diri,
peningkatan kualitas hidup (motivasi internal) dan pekerjaan yang lebih baik, promosi
jabatan, gaji yang lebih tinggi (motivasi eksternal) dapat mempengaruhi Lokus
Pengendalian seseorang. Reward dan punishment (motivasi eksternal) juga
berpengaruh terhadap Lokus Pengendalian menurut Mischel (dikutip Nevid, 2009,

p498).
Faktor Pelatihan
Program pelatihan telah terbukti efektif mempengaruhi Lokus Pengendalian individu
sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan peserta pelatihan dalam mengatasi
hal-hal yang memberikan efek buruk. Pelatihan adalah sebuah pendekatan terapi

Jur nal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO

Page 88

Jurnal Akuntansi dan Keuanngan Volume II/2/Oktober 2017
ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

untuk mengembalikan kendali atas hasil yang ingin diperoleh. Pelatihan diketahui
dapat mendorong Lokus Pengendalian internal yanglebih tinggi, meningkatkan
prestasi dan meningkatkan keputusan karirmenurut Luzzo, Funk & Strang (dikutip
Huang & Ford, 2011).
3. Perilaku Disfungsional Audit
Perilaku audit disfungsional adalah setiap tindakan yang dilakukan auditor selama
pelaksanaan program audit yang dapat mereduksi kualitas audit baik secara langsung

maupun tidak langsung (Kelley dan Margheim, 1990; Otley dan Pierce, 1996a).
SAS No. 82 dalam Donelly et al (2003) menyatakan bahwa sikap auditor menerima
perilaku disfungsional merupakan indikator perilaku disfungsional aktual. Dysfunctional
Audit Behaviour merupakan reaksi terhadap lingkungan (Donelly et al, 2003). Beberapa
perilaku disfungsional yang membahayakan kualitas audit yaitu :
a. Premature Sign-Off merupakan suatu keadaan yang menunjukkan auditor
menghentikan satu atau beberapa langkah audit yang di perlukan dalam prosedur
audit tanpa menggantikan dengan langkah yang lain (Marxen, 1990 dalam cristina,
2003).
b. Underreporting of Time merupakan perilaku disfungsional yang dilakukan oleh
auditor/Pemeriksa dengan tidak melaporkan waktu yang sebenarnya atau
menggunakan waktu pribadinya dalam mengerjakan prosedur audit/pemeriksaan
dengan motivasi untuk menghindari atau mengurangi anggaran yang berlebihan
4. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang relvan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan
oleh Kartika, Indri & Wijayanti, Provit (2007) yangmelakukan penelitian di BPKP Provinsi
Jawa Tengah serta Daerah Istimewa Yogyakarta dengan judul “Pengaruh Locus of Control
Sebagai Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai dan Penerimaan Perilaku Disfungsional
Audit”. Penelitian ini dilakukan karena menurut peneliti angka korupsi di tingkat
pemerintahan masih terbilang tinggi, selain itu kasus korupsi sering melibatkan para auditor

di pemerintahan. Hasil penelitian ini yaitu Locus of Control eksternal berpengaruh positif
terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit.
Penelitian yang dilakukan oleh Araminta, Rahmah & Muid, Dul (2013) melakukan
penelitian dengan judul “Emotional Spiritual Quotient dan Locus of Control sebagai
Anteseden Hubungan Kinerja Pegawai dan Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit”.
Kesamaaan dengan penelitian ini ialah ESQ dan Locus of Control sebagai variabel
dependen. Dalam penelitian ini diuji apakah ESQ dan Locus of Control berpengaruh
terhadap kinerja pegawai dan penerimaan perilaku disfungsional audit pada sebuah kantor
akuntan publik. Hasil penelitian ini yaitu ESQ berpengaruh negatif signifikan terhadap
penerimaan perilaku disfungsional audit, dan Locus of Control tidak berpengaruh positif
signifikan terhadap penerimaan perilaku dsfungsional audit.
5. Paradigma Penelitian
Paradigma dalam penelitian ialah pada Peneriaan perilaku disfungsionL audit. Alat
analisis yang digunakan ialah analisis regresi linier berganda, sehingga hasil analisis
diharapkan dapat memberikan gambaran tentang apakah perilaku disfungsional audit
dipengaruhi oleh ESQ dan Lokus Pengendalian. Dari uraian tersebut maka dapat disusun
paradigma penelitan sebagai berikut:
KECERDASAN EMOSIONAL,
INTELEKTUAL, DAN
SPIRITUAL (ESQ)

Perilaku Disfungsional
Audit

Lokus Pengendalian
6. Hipotesis Penelitian
Jur nal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO

Page 89

Jurnal Akuntansi dan Keuanngan Volume II/2/Oktober 2017
ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

Adapun hipotesis dari penelitian ini yaitu:
1. ESQ berhubungan negatif terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit.
2. Lokus Pengendalian berhubungan positif terhadap penerimaan perilaku
disfungsional audit
III. Metode Penelitian
Obyek penelitian ini yaitu Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Emosional, dan Spiritual
(ESQ) dan Lokus Pengendalian Terhadap Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit, Yang
dilakukan di Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) Perwakilan Sulawesi Tenggara. Adapun
populasi dalam penelitian ini ialah para auditor yang bekerja di Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) Perwakilan Sulawesi Tenggara tahun 2015 yang berjumlah 40 orang. Penentuan
sampel dilakukan dengan metode Non Probability Sampling, dengan metode Convenience
Sampling.
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan palikasi SPSS versi 20 dan
dilakukan dengan beberapa tahap pengujian. Tahap-tahap pengujian tersebut antara lain uji
alat instrumen penelitian, uji asumsi klasik, uji normalitas data, dan analisis regresi linier
berganda untuk menguji hipotesis.
Untuk menguji apakah terdapat pengaruh Emotional Spiritual Quotient (ESQ) dan
Locus of Control terhadap Penerimaan perilaku Disfungsional Audit pada Kantor Badan
Pemeriksaan Keuangan Provinsi Sulawesi Tenggara, maka pengujian hipotesis dilakukan
dengan menggunakan regresi linear berganda atau multi regression yang menghubungkan
beberapa variabel independen dalam hal ini personal auditor (ESQ dan locus of control) dan
satu variabel dependen yakni penerimaan perilaku disfungsional audit.
Persamaan operasional model analisis regresi berganda tersebut dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Y’ = a + b1X1+ b2X2+…..+ bnXn
Keterangan:
Y’
X1 dan X2
A
B

=
=
=
=

Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
Variabel independen
Konstanta (nilai Y’ apabila X1, X2…..Xn = 0)
Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)

Adapun definisi operasional variabel yaitu sebagai berikut:

1. ESQ terdiri dari tiga model kecerdasan, yaitu kecerdasan konvensional
(Intelegency Quotient), kecerdasan emosional (Emotional Quotient), hingga
model kecerdasan ultimat, yakni kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient).
Seluruhnya masih menjelaskan kesadaran manusia dengan sikap aspekaspeknya sebagai proses yang secara esensial berlangsung pada jaringan syaraf
(Adhipurna, 2001; Pasiak, 2002).
Pengukuran ESQ dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
a. Kecerdasan Intelijensi diukur dengan kemampuan seseorang dalam
menyusun program jangka panjang, prediksi kemasa depan, dan menyusun
pemikiran-pemikiran strategis (Zohar dan Marshall, 2000).
b. Kecerdasan emosional diukur dengan skala interpersonal: penghargaan diri,
emosional kesadaran diri, ketegasan, kebebasan, aktualisasi diri, empati,
pertanggungjawaban sosial, hubungan interpersonal; skala kemampuan
penyesuaian diri: tes kenyataan, fleksibilitas, pemecahan masalah; skala
manajemen stress: daya tahan stress, control impuls (gerak hati); skala
suasana hati umum: optimism, dan kebahagiaan (Stein dan Book, 2002).
c. Kecerdasan spiritual diukur dengan kemampuan untuk menghayati nilai dan
makna-makna, memiliki kesadaran diri, fleksibel dan adaptif, kecenderungan
untuk memandang sesuatu secara hilistik, dan kecenderungan untuk
menjawab situasi hidup (Zohar dan Marshall, 2000).
Jur nal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO

Page 90

Jurnal Akuntansi dan Keuanngan Volume II/2/Oktober 2017
ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

2. Locus of control yang dimaksudkan dalam penelitian ini berkaitan dengan sejauh
mana seseorang merasa yakin bahwa kendalinya akan memengaruhi
tindakannya. Locus of control dibedakan menjadi dua yaitu locus of control
internal dan locus of control eksternal. Kepribadian yang bersifat pengendalian
internal adalah kepribadian dimana seseorang percaya bahwa ia mengendalikan
apa yang terjadi padanya. Sedangkan sifat kepribadian pengendalain eksternal
adalah keyakinan seseorang bahwa apa yang terjadi padanya tidak dapat
dikendalikan oleh dirinya sendiri melainkan dikendalikan oleh kekuatan dari luar
seperti kebutuhan dan nasib (Gitosudarmo dan Sudita, 2008:21). Locus of control
internal dan eksternal masing-masing memiliki pengaruh yang berbeda terhadap
penerimaan penyimpangan perilaku dalam audit. Pengukuran locus of control
memodifikasi pertanyaan-pertanyaan dari Spector (1988) dalam Hapsari(2010)
yang diukur dengan Work Locus of Control Scale (WLCS).
3. Perilaku Disfungsional audit merupakan variabel independen. Variabel perilaku
disfungsional diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh Donely etal.,
(2003) yang terdiri dari beberapa item pertanyaan dengan menggunakan skala
Likert 1 sampai 5. Perilaku disfungsional merupakan variabel independen dalam
penelitian ini. Perilaku disfungsional yang diuji dalam penelitian ini adalah :
a. Premature Sign-Off merupakan suatu keadaan yang menunjukkan
auditor menghentikan satu atau beberapa langkah audit yang diperlukan
dalam prosedur audit tanpa menggantikan dengan langkah-langkah yang
lain. Variabel ini diuji dengan 9 pertanyaan.
b. Underreporting of Time Merupakan perilaku disfungsional yang dilakukan
oleh auditor dengan tidak melaporkan waktu yang sebenarnya atau
menggunakan waktu pribadinya dalam mengerjakan prosedur audit
dengan motivasi untuk menghindari atau mengurangi anggaran yang
berlebihan. Variabel ini diuji dengan 3 pertanyaan.

IV.Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Hasil Penelitian
Analisis regresi linier berganda bertujuan untuk mengetahui pengaruh kecerdasan
Intelektual, Emosional, dan Spiritual (ESQ) dan Lokus pengendalian (Locus of Control)
terhadap Peneriman perilaku disfungsional audit. Berdasarkan hasil regresi berganda
dengan bantuan program SPSS versi 20 diperoleh koefisien sebagai berikut:
Tabel 1. Koefisien Regresi
Coefficients
Model

Unstandardized Coefficients

a

Standardized

T

Sig.

Coefficients
B

1

Std. Error

(Constant)

4.286

.797

X1

-.878

.270

X2

.278

.200

Beta
5.380

.000

-.820

-3.253

.005

.350

1.387

.183

a. Dependent Variable: Y1

Sumber: Data diolah SPSS 20
Berdasarkan hasil koefisien regresi pada tabel diatas, diperoleh persamaan
sebagai berikut :
Jur nal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO

Page 91

Jurnal Akuntansi dan Keuanngan Volume II/2/Oktober 2017
ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

Y

=

4,286 – 0,878(X1) + 0,278(X2) + e

1. Nilai konstan bersifat positif, yaitu sebesar 4,286 kali. Hal ini berarti bahwa
jika variabel Kecerdasan intelektual, emosional, dan Spiritual dan Lokus
pengendalian memiliki nilai konstan atau sama dengan nol, maka perilaku
disfungsional audit akan tetap sebesar 4,286.
2. Koefisien regresi untuk variabel Kecerdasan intelektual, emosional, dan
Spiritual (ESQ) adalah -0,878 kali, dapat diartikan bahwa terdapat hubungan
yang negatif antara Kecerdasan intelektual, emosional, dan Spiritual (ESQ)
terhadap perilaku disfungsional audit. Sehingga apabila variabel Kecerdasan
intelektual, emosional, dan Spiritual (ESQ) terjadi kenaikan satu kali dan
variabel bebas Lokus Pengendalian (Locus of control) diasumsikan konstan
atau sama dengan nol, maka variabel terikat Perilaku Disfungsional Audit
akan mengalami penurunan sebesar 0,878 kali.
3. Koefisien regresi untuk variabel Lokus Pengendalian (locus of control) adalah
0,278 kali, dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang positif antara
Lokus pengendalian (locus of control) terhadap perilaku disfungsional audit
Sehingga apabila variabel Lokus pengendalian (locus of control) terjadi
kenaikan satu kali dan variabel bebas Kecerdasan intelektual, emosional, dan
Spiritual (ESQ) diasumsikan konstan atau sama dengan nol, maka variabel
terikat Perilaku Disfungsional Audit akan mengalami kenaikan sebesar 0,278
kali.
Pada uji Hipotesis (Uji t), variabel Kecerdasan Intelektual, Emosional, dan Spiritual
(ESQ) diperoleh thitungsebesar -3.253 dengan tingkat t-sig sebesar 0,005< α dimana α = 0,05,
maka H1 diterima atau H0 ditolak, yang berarti bahwa secara Kecerdasan Intelektual,
Emosional, dan Spiritual (ESQ) secara parsial berpengaruh terhadap Penerimaan Perilaku
disfungsional audit. Untuk variabel Lokus Pengendalian (locus of Control) diperoleh thitung
sebesar 1.387 dengan tingkat t-sig sebesar 0,183> α dimana α = 0,05, maka H1 ditolak
atau H0 diterima, yang berarti bahwa Lokus Pengendalian (locus of Control) secara parsial
tidak berpengaruh terhadap Penerimaan Perilaku disfungsional audit.
Tabel 2. Uji F
a

ANOVA
Model

1

Sum of Squares

df

Mean Square

Regression

1.585

2

.792

Residual

2.291

17

.135

Total

3.876

19

F
5.881

Sig.
.011

b

a. Dependent Variable: Y1
b. Predictors: (Constant), X2, X1

Sumber: Data diolah SPSS 20
Hasil pengujian diatas menunjukkan nilai F-hitung sebesar 5,881 dengan tingkat
signifikan F sebesar 0,011< α , dimana α = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel
Kecerdasan Intelektual, Emosional, dan Spiritual (ESQ) dan Lokus Pengendalian (locus of
Control) secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap Penerimaan Perilaku
Disfungsional audit.
Tabel 3. Hasil Uji Determinasi

Jur nal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO

Page 92

Jurnal Akuntansi dan Keuanngan Volume II/2/Oktober 2017
ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656
b

Model Summary
Model

1

R

.639

a

R

Adjusted

Std. Error of

Square

R Square

the Estimate

.409

.339

.36709

Change Statistics
R Square

F

Change

Change

.409

5.881

df1

Durbin-

df2

Watson

Sig. F
Change

2

17

.011

1.745

a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y1

Sumber: Data diolah SPSS 20
Hasil pengujian diatas menunjukkan nilai koefisien R2 sebesar 0,409 atau 40,9%
sehingga dapat disimpulkan bahwa variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh
variabel independen sebesar 0,409 atau 40,9%, nilai ini termasuk kecil yang berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangatlah
terbatas, sedangkan sisanya 59,1% dijelaskan oleh variabel yang tidak termasuk dalam
penelitian ini.
2. Pembahasan
a. Kecerdasan Intelektual, emosional, dan Spiritual terhadap penerimaan perilaku
disfungsional audit
Berdasarkan hasil perolehan analisis regresi linier berganda yang dipaparkan
sebelumnya,penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh negatif dan signifikan antara
Kecerdasan Intelektual, emosional, dan Spiritual terhadap penerimaan perilaku
disfungsional audit yang ditunjukkan dengan t-hitung sebesar -3,235. Nilai ini lebih kecil dari
t-tabel (-3,235> 2,110), dimana t-tabel = 2,110 . dengan koefisien regresi sebesar -0,878
dan tingkat signifikasi sebesar 0,005. Berdasarkan nilai t-sig tersebut menunjukkan bahwa
nilai tersebut lebih besar daripada nilai taraf signifikansi 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
pada taraf 5% ESQ berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan perilaku disfungsional
audit. Dengan demikian pengujian menunjukkan H1diterima. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi ESQ seorng auditor, maka semakin rendah penerimaan
terhadap perilaku disfungsional.
Dari jawaban responden ini dapat disimpulkan bahwa hampir seluruhnya percaya
bahwa mereka masih mempunyai ESQ dalam diri mereka, artinya mereka percaya bahwa
untuk melakukan perilaku disfungsional audit mereka harus berpikir ulang bahwa perilaku
tersebut bukanlah perilaku terpuji untuk mereka, karena selain merugikan bagi mereka,
perilaku ini sudah pasti akan mencoreng nama baik Badan Pemeriksa Keuangan itu sendiri.
Badan Pemeriksa Keuangan sejatinya menanamkan beberapa nilai dasar yaitu;
Independensi, Integritas, serta Profesionalisme.
b. Lokus Pengendalian (Locus of control) terhadap penerimaan perilaku
disfungsional audit
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Lokus pengendalian secara tidak signifikan
berpengaruh positif terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit. Artinya meskipun
lokus pengendalian berhubungan kuat terhadap perilaku disfungsional audit, maka belum
tentu akan terjadi perilaku disfungsional audit diantara para pemeriksa di BPK. setuju”
sebesar 27,2%. Berdasarkan hasil perolehanan analisis regresi linier berganda yang
dipaparkan sebelumnya, penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh positif namun tak
signifikan antara Lokus Pengendalian (Locus of control) terhadap penerimaan perilaku
disfungsional audit yang ditunjukkan dengan t-hitung sebesar 1,387. Nilai ini lebih kecil dari
t-tabel (1,387< 2,110), dimana t-tabel = 2,110 . dengan koefisien regresi sebesar 0,278 dan
tingkat signifikasi sebesar 0,183. Berdasarkan nilai t-sig tersebut menunjukkan bahwa nilai
tersebut lebih besar daripada nilai taraf signifikansi 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pada
taraf 5% Lokus Pengendalian tidak berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan perilaku
Jur nal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO

Page 93

Jurnal Akuntansi dan Keuanngan Volume II/2/Oktober 2017
ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

disfungsional audit. Hal ini menunjukkan bahwa para auditor/pemeriksa yang bekerja di
Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara meyakini bahwa
perilaku mereka mempengaruhi apa yang terjadi pada dirinya. Mereka mempunyai kendali
penuh terhadap diri mereka, dan kendali tersebut secara langsung mereka menyadarinya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa auditor yang memilikikecenderungan locus of control akan
lebih memberikan toleransi/menerima perilaku disfungsional audit.
c. Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Emosional, dan Spiritual (ESQ) dan Lokus
Pengendalian (Locus of Control) terhadap Penerimaan Perilaku disfungsional audit
Berdasarkan hasil perolehan analisis regresi linier berganda pada lampiran diatas
menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh lebih dominan terhadap perilaku
disfungsional audit ialah variabel Kecerdasan Intelektual, Emosional, dan Spiritual (ESQ).
Hal ini dibuktikan melalui uji-t, dimana t-hitung untuk variabel lokus pengendalian adalah
sebesar -3,253 yang merupakan nilai tertinggi dari variabel lokus pengendalian (1,387).
ESQ sebagai variabel yang berpengaruh dominan terhadap perilaku disfungsional
audit karena ESQ merupakan salah satu pembentuk karakter manusia itu sendiri. Dalam
penelitian ini dikatakan bahwa jika semakin tinggi nilai ESQ seseorang, maka sudah pasti
perilaku disfungsional akan mereka hindari, begitupun sebaliknya, semakin rendah nilai ESQ
seseorang, maka kemungkinan melakukan perilaku menyimpang juga semakin tinggi.
Dalam penelitian ini, para pemeriksa yang bekerja di BPK percaya bahwa berbuat
curang merupakan perbuatan yang kurang terpuji, selain menghancurkan karir mereka, juga
dapat mencoreng nama baik instansi atau organisasi itu sendiri, dalam hal ini Badan
Pemeriksa Keuangan. Namun tergantung dari para pemeriksa itu sendiri karena sebenarnya
tingginya nilai ESQ seseorang belum tentu juga dapat menghindari perilaku disfungsional.
Karena perilaku disfungsional ini bisa siapa saja yang melakukannya, meskipun itu yang
mempunyai nilai ESQ yang tinggi. Ini dikarenakan dalam penelitian ini ditemukan bahwa
lokus pengendalian berpengaruh positif tidak signifikan dengan perilaku disfungsional audit.
Yang berarti bahwa semakin tinggi lokus pengendalian seseorang, maka sudah pasti juga
perilaku disfungsional akan mereka lakukan, meskipun dalam presentase tertentu ini sulit
terwujud.
V. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas maka penulis dapat simpulkan
bahwa: (1) Hasil Penelitian mengenai pengaruh Kecerdasan Intelektual, Emosional, dan
Spiritual (ESQ) terhadap Penerimaan perilaku disfungsional audit pada Badan Pemeriksa
Keuangan Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukan hasil berpengaruh negatif
signifikan terhadap terhadap perilaku disfungsional audit. Artinya semakin tinggi nilai ESQ
seseorang, maka perilaku disfungsional akan mereka hindari; (2) Hasil penelitian mengenai
pengaruh Lokus Pengendalian terhadap Penerimaan perilaku disfungsional audit pada
Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap perilaku disfungsional audit. Artinya semakin tinggi lokus
pengendalian seseorang, maka kecenderungan untuk berperilaku disfungsional akan terjadi,
meskipun dalam hal ini belum pasti terjadi selama merka mampu mengendalikan dirinya;
(3)asil Penelitian mengenai pengaruh dominan terhadap Penerimaan perilaku disfungsional
audit pada Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara
menunjukkan bahwa variabel Kecerdasan Intelektual, Emosional, dan Spiritual (ESQ)
mempunyai pengaruh dominan terhadap perilaku disfungsional audit. Hal ini ditunjukkan
dengan hasil nilai t-hitung untuk variabel ESQ lebih besar daripada variabel Lokus
Pengendalian.
Saran yang diajukan oleh penulis adalah: (1) Para auditor, khususnya auditor BPK
harus selalu memperhatikan dan menghindari praktik-praktik disfungsional audit. Auditor
BPK harus selalu bekerja sesuai dengan visi misi yang diusung oleh BPK itu sendiri, yaitu
Independensi, Integritas, serta Profesionalisme; (2) Untuk penelitian selanjutnya, peneliti
Jur nal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO

Page 94

Jurnal Akuntansi dan Keuanngan Volume II/2/Oktober 2017
ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

menyarankan agar memperluas sampel penelitian seperti memasukkan akuntan pendidik,
akuntan manajemen, dan lain-lain agar topik mengenai penelitian ini semakin akurat. Selain
itu, penambahan variabel-variabel lain yang mungkin juga dapat memengaruhi perilaku
disfungsional audit sangat disarankan.

DAFTAR PUSTAKA
Adhipurna, Lucky G. 2001. “Ulasan Kritis terhadap Model-modelKecerdasan Berbasis
Neuroscience : IQ, EQ, dan SQ”.
Agus, Soekrisno. 1996. Auditing. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
Salemba Empat.
Agustian, Ari Ginanjar 2001. ESQ: Kecerdasan Emosi dan Spiritual. Jakarta: Penerbit Arga.
Ahmadi, A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta : Rineka Cipta.
Alice Crow, Lester D. Crow, Psikologi Pendidikan, Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1984.
April, K. A., Dharani, Babar., Peters, Kai. 2012. Impact of Locus of ControlExpectancy on
Level of Well Being.Review of European Studies, Vol. 4,No. 2.
Bachtiar,Arif dkk, 2002. Akuntansi Pemerintahan, Edisi Pertama, Salemba. Empat, Jakarta.
Christina Sososutikno, 2003. “ Hubungan Tekanan Anggaran Waktu dengan Perilaku
Disfungsional serta Pengaruhnya terhadap kualitas Audit. Simposium Nasional
Akuntansi VI. Surabaya.
Choiriah, Anis. 2013. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual,
Kecerdasan Spiritual, Dan Etika Profesi Terhadap Kinerja Auditor Dalam Kantor
Akuntan Publik. Skripsi. Padang: Program Sarjana Fakultas Ekonomi, Universitas
Negeri Padang.
Cooper, Robert and Ayman Sawaf, 1998, Executive EQ, Emotional Intelligency in Business,
London: Orion Business Book.
D. Helniyoman, Maria. 2014. “Pengaruh Personalitas Auditor Dan Etika Profesi Terhadap
Penerimaan Perilaku Audit Disfungsional Pada Auditor Bpk Di Makassar. Skripsi.
Makassar: Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hassanudin.
Donnely, David P., Jeffrey J. Q, and David O., 2003. ”Auditor Acceptance of Dysfunctional
Audit Behavior : An Explanatory Model Using Auditors’PersonalCharacteristics.”
Journal ofBehavioral Research In Accounting: vol 15.
Gable, M., and F. D Angello. 2003. “Locus of Control, Machiavellianism, and Managerial Job
Performance.” Journal of Psychology 128.
Ghozali, Imam, 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi. Keempat,
Penerbit Universitas Diponegoro.
Gitosudarmo, Indriyo; Nyoman Sudita. 2008. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: BPFE.
Yogyakarta.
Gustati. 2012. Persepsi Auditor Tentang Pengaruh Locus Of Control Terhadap Penerimaan
Perilaku Disfungsional Audit (Survey Pada Auditor BPKP Perwakilan Provinsi
Sumatera Barat). Jurnal. Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Padang.
Hamedoglu MA, Kantor J and Gülay E. The effect of locus of control and culture on leader
preferences. IOJES. 2012; 4(2): 319-324. PubMed | Google Scholar
Hapsari, A. S. N. 2010. Hubungan Karakteristik Personal dan Subyek Penilai Kinerja Auditor
Terhadap Penerimaan Dysfunctional Audit Behaviour. Thesis. Jakarta: Program
Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Kristen Satya
Wacana.
Hyatt, T., and D. Prawitt. 2001. “Does Congruence Between Audit Structure and Auditors
Locus of Control Affect Job Performance?.” The Accounting Review 76. IAI, Media
Akuntansi No. 20/ th.IV/1997
Harini, D., Wahyudi, A., dan Anisykurlilah, I. 2010. Analisis Penerimaan Auditor Atas
Disfunctional Audit Behavior: Sebuah Pendekatan KarakteristikPersonal Auditor.
Simposium Nasional Akuntansi. Purwokerto.

Jur nal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO

Page 95

Jurnal Akuntansi dan Keuanngan Volume II/2/Oktober 2017
ISSN (Online) : 2503-1635, ISSN (Print): 2088-4656

Huang, J.L & Ford, K. J. 2011. Driving Locus Of Control And Driving Behaviors : Including
Change Trough Driver Training. Transportation Research Part F
Indriantoro, Nur, danSupomo, Bambang. 2002. Metodologi Penelitian. Edisi 1. Yogyakarta:
Penerbit BPFE Yogyakarta.
Karimi, R dan Alipour, F. 2011. Reduce Job Stress in Organization: Role of Locus of Control.
International Journal of Business and Social Science. Vol. 2 No. 18. Hal. 231-236
Kartika, I. Wijayanti, Provita. 2007. “Locus Of Control Sebagai Anteseden Hubungan
KinerjaPegawai Dan Penerimaan Perilaku Disfungsional Audit (Studi pada Auditor
Pemerintah yang Bekerja pada BPKPDi Jawa Tengah Dan DIY)”, Simposium
nasional Akuntansi, makasar, 26-28 juli.
Lestari, Ayu Puji. 2010. “Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Auditor Dalam
Penghentian Prematur Prosedur Audit”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro Semarang
Malone, C.F, dan R.W Robberts (1996) “Factors Assosiated With The Incidence of Reduced
Audit Quality Behaviors. Auditing”. A Journal Practice And Theory. Vol 15. No 2.
Mardiasmo. 2000. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Maramis, W.P. (2006). Ilmu Perilaku dalam pelayanan Kesehatan. Surabaya : Airlangga
University Press.
Munir, Saima. & Sajid, Mehsoon. (2010). Examining Locus of Control (LOC) as a
Determinant of Organizational Commitment among University Professors in Pakistan.
Journal of Business Studies Quarterly. Vol.1, No.3, pp. 78 – 93
Nevid, Jeffrey S., Spencer A. Rathus, Beverly Greene. Psikologi abnormal.Ed.Kelima.Jilid 1.
Jakarta: PT Gelora aksara pratama; 2003
Ozen, Kutanis Rana, Mesci Muammer, dan Ovdur Zeynep. “The Effects of Locus of
Control on Learning Performance: A Case of Academic Organization.” The Journal of
Economic and Social Studies. Volume 1 Number 2, 2011, hh. 113-133
Pasiak, Taufik. 2002. Revolusi IQ, EQ, SQ: Antara Neurosains dan Al Qur’an,Penerbit
Mizan, Bandung.
Priyatno, Duwi, 2011, Buku Saku Analisis Statistik Data SPSS, Mediakom,
Robbins, Stephen P. and Marry Coulter. 1996. Manajemen. (judul asli: Management 6th
edition). Jilid 1. Penerjemah T. Hermaya. Jakarta: PT. Prenhallindo.
Safaria, T. 2005. Interpersonal Intelligence: Metode Pengembangan Kecerdasan
Interpersonal Anak. Yogyakarta: Penerbit Amara Books.
Saifullah, Ach dan NineAdien Maulana. Melejitkan Potensi Kecerdasan Anak, Mewujudkan
Dambaan Memiliki Anak Berakal Brilian Berhati Gemilang. Yogyakarta: Katahati,
2005.
Silaban, Adnan. 2009. “Perilaku Disfungsional Auditor Dalam Pelaksanaan Program Audit
(Studi Empiris Di Kantor Akuntan Publik). Disertasi. Program Ilmu Doktor Akuntansi,
Universitas Diponegoro.
Stein, Steven J. dan Book, Howard E.2002. Ledakan EQ: 15 prinsip dasar kecerdasan
Emosional Meraih Sukses. Alih Bahasa: Trinada Rainy Januarsari. Bandung: Kaifa
Suartana W. I. 2010. Akuntansi Keprilakuan: Teori dan Implementasi. Andi
Offset: Yogyakarta.
Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.
Suwarsi, S. Budianti, N. 2009. Influence of Locus of Control and Job Involvement to
Organizational Culture Appliedby Employees on Bank X. Journal World Academy of
Science,
Engineering
and
Technology
Vol:3.
Disadur
dari
http://waset.org/Publication/influence-of-locus-of-control-and-job-involvement-toorganizational-culture-appliedby-employees-on-bank-x/5213 (diakses 31 Januari
2015)

Jur nal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UHO

Page 96

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25