KONSEP PERILAKU DAN DAMPAK KEKERASAN TER

KONSEP PERILAKU DAN DAMPAK KEKERASAN TERHADAP MANUSIA
DI INDONESIA

Josua Crystovel Pangihutan S
Mahasiswa Program Pascasarjana, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran
2017

Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Jumlah
penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Peningkatan jumlah penduduk tersebut
dapat menimbulkan berbagai macam gejala sosial. Gejala sosial dapat berupa perilaku sosial dan
tindakan yang ada pada masyarakat. Perilaku sosial merupakan suatu kondisi dimana seseorang
menunjukkan keadaan jati diri seseorang. Perilaku sosial digunakan dalam masyarakat untuk
menggambarkan perilaku yang biasanya dilakukan oleh individu. Masyarakat menunjukkan respon
terhadap gejala yang dianggap dapat diterima atau tidak diterima oleh individu tersebut. Perilaku
individu ditunjukkan oleh tindakan, sikap, perasaan, keyakinan, kenangan dan rasa hormat terhadap
yang lain. Perilaku sosial juga dapat berupa hal psikis seseorang terhadap orang lain dan aktifitas
fisik yang disesuaikan dengan tutuntan sosial.
Perilaku secara umum juga dapat diartikan sebagai cara berbuat seorang individu dalam
menjalankan segala sesuatu, sifat dan sikap ditengah-tengah masyarakat. Perilaku dapat diartikan
sebagai moral (akhlak) manusia. Moral manusia yaitu kelakuan maupun tindakan yang sesuai

dengan ukuran nilai masyarakat. Tindakan yang sesuai berasal dari sikap yang ada pada masyarakat
dan bukan dari paksaan dari luar masyarakat. Hal tersebut disertai dengan rasa tanggungjawab atas
tindakan dilakukan oleh individu. Oleh karena itu, rasa tanggung jawab seseorang perlu ditegakkan
berdasarkan nilai moral yang berkembang di tengah masyarakat luas.

Isi
Kekerasan (violence) merupakan salah satu gejala sosial yang menyimpang pada masyarakat
di Indonesia. Gejala sosial yang menyimpang ini dapat menyakiti dan melukai individu lain. Gejala
pada korban kekerasan di Indonesia dapat diketahui melalui wawancara dan observasi secara
langsung. Hasil wawancara dari korban kekerasan dapat diketahui sesuatu hal seperti mengepalkan
tangan, muka memerah, wajah tegang, pandangan tajam, suara tinggi dan jalan mondar-mandir. Hal
tersebut dapat menyebabkan resiko terhadap orang lain yakni menciderai, melukai diri dan
lingkungan.
Respon kemarahan dari korban perilaku kekerasan di Indonesia dapat berfluktuasi pada
kondisi aditif hingga maladitif. Kondisi tersebut terdiri dari sikap yang ditunjukkan oleh seseorang
diantaranya kondisi asertif, frustasi, pasif, agresif dan amuk secara langsung. Kondisi asertif dapat
dilihat berupa ungkapan rasa tidak berkompromi tanpa menyakiti orang lain. Ungkapan tersebut
juga dapat berupa perasaan dan perhatian terhadap orang lain. Frustasi merupakan respon dari
seseorang yang gagal dalam mencapai tujuan. Sikap pasif seseorang dapat diketahui melalui
tindakkan seseorang, tindakan tersebut tidak mampu diungkapkan perasaannya karena tidak

menemukan alternatif lain dari masalah yang telah timbul. Sikap agresif adalah perilaku seseorang
yang disertai amarah dan bertindak destruktif tetapi masih dapat dikontrol. Hal tersebut ditunjukkan
melalui sikap kasar, muka masam, bicara kasar dan menuntut. Perilaku amuk merupakan tindakan
maladatif. Tindakan tersebut dapat dilihat melalui sikap perilaku kekerasan secara langsung,
kehilangan kontrol diri, perasaan marah dan merusak.
Kekerasan secara fisik merupakan perbuatan yang berdampak pada rasa sakit terhadap
seseorang. Selain itu, kekerasan fisik juga sering terjadi dalam bentuk kekerasan yang menyebabkan
seseorang mengalami jatuh sakit dan luka berat. Tindakan kekerasan ini antara lain seperti
meludahi, memukul, menampar, menjambak (menarik rambut), menyudutkan dengan api,
menyepak (menendang), memukul dengan alat senjata dan lain sebagainya. Umumnya, tindakan

perilaku ini berdampak pada sesuatu pada korban seperti badan lebam, muka memerah, bilur pada
sekujur tubuh, gigi patah, bekas luka dan lainnya.
Kekerasan secara ekonomi yang terjadi saat ini jarang terdengar tetapi cukup
mengkahwatirkan pada masyarakat Indonesia. Kekerasan ini terjadi secara disengaja maupun tidak
langsung oleh pelaku. Korban pelaku kekerasan ekonomi merasakan ditelantarkan dan kurang
diperhatikan dalam kebutuhan hidup sehari-hari. Contoh kasus lainnya dari tindakan kekerasan
ekonomi seperti tidak memberi nafkah keluarga, anak dan istri.
Kekerasan terhadap seksual merupakan tindakan pelecehan terhadap seksual seseorang.
Tindakan pelecehan ini terjadi seperti memaksa hubungan seksual, memaksakan selera seksual

sendiri, pengisolasian seksual, menjauhkan aktivitas seksual suami maupun istri, tidak
memperhatikan kepuasan seksual dan lain sebagainya. Perilaku lainnya yang dapat terjadi yaitu
secara verbal maupun fisik merusuk pada seks. Pelaku pelecehan seksual terjadi dari berbagai
kalangan umur, latar belakang, pendidikan, status sosial dan jenis kelamin. Korban dari kekerasan
seksual diharapkan mencatat atau merekam setiap kejadian dan melaporkan kepada pihak berwajib.
Kejadian kekerasan seksual yang dilaporkan dapat berupa identitas pelaku, lokasi, waktu, tempat
dan saksi. Saksi merupakan seseorang yang melihat maupun mendengar kejadian.
Kekerasan secara psikologis diakibatkan karena penganiayaan secara emosional seperti
penghinaan, merendahkan harga diri seseorang, komentar yang menyakitkan diri korban,
mengisolor keluarga dari dunia luar, mengancam dan menakuti, memaksakan kehendak. Kekerasan
psikologis merupakan perbuatan yang berdampak pada hilangnya percaya diri, ketakutan, hilangnya
kemampuan untuk bertindak, penderitaan baik secara psikis maupun emosional seseorang, rasa
tidak berdaya. Perbuatan ini tidak hanya terjadi secara langsung ditengah masyarakat, tetapi juga
terjadi secara tidak langsung seperti buku, koran, media elektronik, dunia maya dan televisi.
Perlakuan kekerasan psikologis juga dapat berupa bullying, meme dan komentar pedas dari
seseorang. Oleh karena itu, tindakan kekerasan psikologis tersebut cukup menyita kekhawatiran
pada masyarakat Indonesia.

Kasus bullying merupakan salah satu kejadian sosial yang menyimpang di masyarakat dan
memjadi perhatian khusus di Indonesia. Tindakan bullying dilakukan oleh seseorang terhadap orang

lainnya. Hal ini terjadi dikarenakan seseorang tersebut memiliki perilaku dominan yang lebih kuat.
Perilaku dominan kepada seseorang yang lebih lemah dengan cara menggertak, menyakiti dengan
tindakan kekerasan, menciptakan ketidaknyamanan terhadap korban sehingga merasa kejiwaan
terganggu dan paranoid. Tindakan bullying terhadap sesama yang terjadi belakangan ini menjadi
kekhawatiran dari berbagai kalangan. Tindakan bullying terjadi tidak hanya pada lingkungan
institusi pendidikan saja, tetapi juga terjadi di tengah kehidupan masyarakat sehari-hari. Tindakan
bullying terjadi pada semua umur, dimulai dari usia anak-anak hingga orang dewasa. Belakangan
ini, pemberitaan media sedang ramai tentang kasus bullying. Kasus bullying umumnya terjadi di
lingkungan sekolah. Hal ini sedang menjadi keprihatinan bagi masyarakat Indonesia terutama
terhadap remaja dan anak-anak.
Isu perubahan sosial dalam kemajemukan budaya merupakan salah satu hal menjadi perhatian
di Indonesia. Dalam hal ini, semua pihak diharapkan dapat mengembangkan sikap kesetaraan
perbedaaan dalam kelompok sosial seperti seni moral, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan,
pengetahuan dan hukum. Sosial dalam masyarakat merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan
sistem hidup bersama dalam bermasyarakat. Hidup bersama tersebut mencakup nilai-nilai sosial,
struktur dan organisasi masyarakat Indonesia. Sistem sosial terdiri dari aktivitas individu manusia
yang saling mengadakan kontak, bergaul dan berinteraksi dengan individu lainnya. Manusia
berinteraksi dengan lainnya berdasarkan tata kelakuan yang dapat diamati dalam kehidupan seharihari. Lembaga sosial memberikan peran yang banyak dalam hubungan antar masyarakat. Sistem
sosial yang dibentuk akan menjadi konsep dan dasar yang berlaku. Dalam kehidupan masyarakat
Indonesia perlu mengembangkan sistem kepercayaan yang baik. Sistem kepercayaan dapat

mempengaruhi kebiasaan dan cara pandang individu.
Budaya lokal merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Tetapi, hal
ini perlu diperhatikan secara serius dalam memasuki era globalisasi. Budaya lokal secara tidak

langsung menjadi pengaruh dalam pembentukan karakter diri bangsa. Pengaruh tersebut diperlukan
dalam regenerasi penerus bangsa Indonesia. Peningkatan tindakan kekerasan yang terjadi sejalan
dengan perkembangan teknologi, kebutuhan masyarakat dan sifat individualis manusia. Manusia
sebagai makhluk sosial membutuhkan sesama manusia dan makhluk lainnya dalam keperluan
hidupnya. Dalam keperluan hidupnya, manusia bekerja, makan, minum, menikah, berkunjung dan
melakukan aktivitas sosial lainnya. Tetapi di sisi lain, manusia juga sebagai satu individu. Manusia
memiliki sifat yang berbeda. Hal tersebut diakibatkan oleh karakter, tujuan dan pandangan hidup
yang berbeda. Selain itu terdapat hal lain yang dapat mempengaruhi seperti suku, kebiasaan, agama,
budaya dan asal daerah. Perbedaan tersebut sering mempengaruhi proses interaksi sosial dan
perbedaan kepentingan (conflict of interest).
Gejala kekerasan sebagai akibat adanya reaksi interaksi antar manusia. Reaksi tersebut dapat
secara halus seperti konflik ide maupun secara berupa kekerasan. Tindakan kekerasan terhadap
orang lain aktifitas manusia yang menyimpang. Aktifitas manusia yang menyimpang memiliki
indikasi bertentang dengan undang-undang yang berlaku dan melawan hukum. Kegiatan melawan
hukum dapat berupa ucapan dan perbuatan fisik. Perbuatan fisik dalam hal ini seperti memukul,
melukai, membunuh dan kerusakan terhadap harta benda. Perbuatan dalam bentuk kekerasan

biasanya disertai motif dari pelaku. Contohnya, dendam dapat bermotif cemburu, pembunuhan
bermotifkan harta benda, penganiayaan bermotifkan persaingan usaha dan sebagainya.
Aspek penyebab terjadinya kekerasan dapat dilihat dari analisis kausa kekerasan. Analisis
kausa kekerasan dapat dilihat dalam berbagai sudut pandang seperti pendekatan psikologi,
sosiologi, yuridis hukum dan antropologi. Sudut pandang psikologi menyatakan bahwa kekerasan
merupakan salah satu bentuk kejahatan yang terjadi melalui proses meniru (imitation) oleh
pelakunya. Manusia memiliki kemampuan untuk meniru (imitasi) sesuatu. Dalam hal ini, peniruanpeniruan yang dibentuk melalui jalinan interaksi sosial dan tersusun dalam kehidupan sosialnya.
Proses imitasi dari pelaku tindakan kekerasan dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti minat
perhatian yang cukup besar terhadap apa yang ditiru, adanya sikap mengagumi sesuatu dari

seseorang yang ditiru. Hal tersebut bergantung pada pengertian dan tingkat pengetahuan dari
pelaku. Beberapa kasus kekerasan yang terjadi di Indonesia oleh pelaku dipengaruhi dan didapatkan
melalui media sosial seperti telivisi, surat kabar, jejaring sosial internet (cyber) dan lainnya.
Pada sudut pandang aspek sosiologi, bahwa perilaku kekerasaan dipengaruhi oleh keadaan
masyarakat. Keadaan masyarakat Indonesia akan selalu mengalami perkembangan seiring dengan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan tersebut akan membentuk perubahan masyarakat.
Perubahan yang terjadi seperti sistem nilai moral dan etika yang telah ada pada masyarakat.
Perkembangan kekerasan kriminal (crime violence) yang terjadi belakangan ini mengalami
peningkatan. Peningkatan tindakan kriminal dalam bentuk kekerasan dapat menuju wabah epidemik
kejahatan. Kekerasan yang terjadi pada berbagai strata golongan dalam masyarakat seperti dari

golongan bawah, menegah, dan atas (high class). Kejahatan dalam bentuk kekerasan juga
dipengaruhi oleh opini pendapat masyarakat (public opinion) sebagai contoh seperti pencurian
barang harta benda dalam rumah akan sering terjadi frekuensinya jika masyarakat tidak
menganggap tidak serius, kasus mutilasi akan lebih jarang terjadi frekuensinya jika masyarakat
menganggap serius kejadian tesebut. Bahkan hal terburuk dalam sudut pandang sosiologi jika suatu
masyarakat berpandangan bahwa kekerasan sering terjadi karena dianggap sebagai budaya (culture
of violence).
Dilihat dari sisi aspek yuridis di Indonesia, bahwa pendekatan hukum dilaksanakan dalam
rangka untuk ketertiban masyarakat. Selain itu, bertujuan kepada keadilan dan kepastian hukum.
Hukum merupakan norma yang mengarah dan mengendalikan masyarakat dalam mencapai cita-cita
suatu keadaan yang tertib, aman dan nyaman. Penindakan kasus kekerasan kriminal merupakan
otoritas penegakan hukum dari negara. Tetapi, pada kenyataannya, banyak kasus kekerasan
kriminal terjadi akibat campur tangan masyarakat dengan mengabaikan aspek hukum yang berlaku.
Kondisi tersebut membahayan bagi keberlangsungan proses penegakan hukum di Indonesia.
Pada sudut pandang pendekatan antropologi menyatakan tindakan kekerasan berkaitan dengan
budaya. Budaya bersifat heterogen di Indonesia. Hal terebut dipengaruhi oleh keadaan dan jumlah

penduduk yang besar. Keadaan budaya di Indonesia didominasi oleh bahasa, watak, nilai-nilai,
agama dan pemahaman yang berbeda. Kecemburuan sosial juga mempengaruhi tindakan
kekerasaan di Indonesia. Motif kecemburuan sosial dipengaruhi oleh kedudukan sosial dan ekonomi

seseorang sehingga menjadi kebiasaan budaya (culture) dalam melakukan tindakan kekerasan.
Dalam menganalisis tindakan kekerasan dapan digunakan konsepsi budaya premanisme. Budaya
premanisme seringkali dalam bentuk perbuatan mengancam, menekan orang lain baik secara fisik
maupun psikis.
Manusia adalah makhluk sosial. Makhluk sosial tersebut sejak lahir hingga hayatnya akan
selalu membutuhkan individu lainnya seperti melakukan relasi interpersonal. Relasi interpersonal
dapat dilihat dari berbagai aktivitas. Aktivitas itu berdasarkan naluri dan proses pengalaman
individu tersebut. Naluri dan pengalaman seseorang berkaitan pada hubungan relasi interpersonal
disebut perilaku sosial. Setiap individu akan selalu berusaha memenuhi tuntutan sosial. Oleh karena
itu, individu tersebut membutuhkan naluri dan pengalaman sosial untuk menjadi landasan hubungan
masyarakat.
Suatu sikap perilaku dari seseorang akan dianggap menyimpang ketika perbuatan tingkah laku
individu tersebut tidak sesuai dengan norma sosial. Tingkah laku yang tidak sesuai norma sosial
adalah bentuk pelanggaran terhadap norma. Bentuk pelanggaran terhadap norma merupakan gejala
dari wujud kemerosotan nilai moral sosial. Norma dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan
sesuatu yang dianggap menimpang atau sikap tidak menyimpang. Pada dasarnya, perilaku sosial
seseorang dapat dikatakan karakter kepribadian yang dapat diamati ketika seseorang berinteraksi
dengan orang lain. Seseorang yang memiliki sikap pemberani umumnya suka mempertahankan
haknya. Sikap pemberani tersebut dengan cara tidak memiliki rasa malu (segan) dalam melakukan
sesuatu perbuatan serta lebih mementingkan tujuan diri atau kelompoknya.

Sikap berkuasa dalam perilaku sosial ditunjukkan bila diri seseorang bertindak seperti suka
memberi perintah, beorientasi kepada kekuatan, tegas, berkemauan keras dan percaya diri.
Seseorang yang memiliki sifat inisiatif umumnya ditunjukkan dengan suka memberikan saran dan

masukkan terhadap orang lain. Selain itu sifat inisiatif dapat dilihat melalui dari tidak begitu
mempersoalkan lalar belakangnya seseorang, mengajukan diri dan suka mengorganisasi orang lain.
Sifat suatu individu dapat diterima oleh yang lainnya bila tidak memiliki perasaan buruk
terhadap orang lain, dapat dipercaya, memiliki sikap loyal, menghargai orang lain dan pemaaf. Di
dalam pergaulan sering kali seseorang yang memiliki sifat mudah bergaul lebih mudah menjaga
hubungan sosial dengan baik, senang

dan bersama terhadap lainnya. Seseorang yang ramah

umumnya memiliki sikap hangat, periang, terbuka, bersosialisasi dan mudah menerima orang lain.
Dalam sosial, perilaku ekspresif dapat ditunjukkan melalui sifat suka bersaing. Sifat suka bersaing
umumnya melihat segala suatu sebagai perlombaan dan mengutamakan diri sendiri. Sifat agresif
dapat dilihat melalui seseorang yang suka

menyerang individu lainnya baik secara langsung


maupun tidak langsung, menentang, tidak patuh dan tidak kooperatif. Orang yang tenang (calm)
umunya merasa tidak nyaman bila memiliki pendapat yang berbeda dengan orang lain dan tidak
suka memamerkan apa yang dimilikinya. Sifat suka pamer umumnya selalu menonjolkan diri,
berperilaku berlebihan, mencari perhatian dan pengakuan terhadap orang lainya.
Perilaku terdiri dari dua faktor yang mempengaruhi yaitu faktor dari dalam (internal) dan
faktor dari luar (eksternal). Faktor internal merupakan faktor yang dipengaruhi keputusan dari
dalam diri individu. Faktor tersebut dapat berupa nafsu, motif dan sikap sendiri. Faktor internal juga
dapat dipengaruhi oleh faktor biologis dan sosio-psikologis. Faktor biologis yaitu faktor bawaan
(genetic), kebutuhan makan dan minum, kebutuhan akan seksual, melindungi diri sendiri.
Sedangkan faktor sosio-psikologis dapat dilihat dari kemampuan kognitif dan emosional dalam diri
orang tersebut. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor yang
terjadi akibat pengaruh individu lain seperti lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
Pengaruh dari lingkungan terhadap perilaku seseorang dapat berupa keadaan masyarakat dan
faktor keadaan ekonomi. Keadaan masyarakat Indonesia yang stabil akan berdampak baik pada
perilaku individu didalamnya. Tetapi, jika keadaan tidak aman akan menimbulkan perilaku yang
menyimpang sebagai cara perwujudan emosional dan perasaan. Kemudian, faktor keadaan ekonomi

merupakan faktor kondisi yang berkaitan dengan keuangan seseorang. Keadaan tersebut
mempengaruhi perilaku dari dalam diri sendiri. Keadaan ekonomi yang sulit akan membuat
seseorang lebih nekat dan tidak mempertimbangkan hubungan dengan orang lain. Seseorang akan

melakukan tindakan apapun dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup yang
terpenuhi tetapi melanggar norma, tidak mempedulikan keadaan, dan aturan sekitarnya. Seseorang
tidak memiliki rasa malu melakukan kegiatan itu. Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan yang semakin mendesak.
Faktor hadiah dan hukuman merupakan faktor yang menjadi pendorong semangat seseorang
dalam perubahan perilaku seseorang. Seorang individu akan melakukan perilaku yang baik dengan
harapan mendapatkan sesuatu seperti hadiah. Hadiah tersebut dapat berupa pujian, ucapan selamat,
uang, barang dan sebagainya. Faktor hukuman adalah dimana seseorang akan menerima resiko jika
melakukan sesuatu tindakan yang menyimpang dari perilaku sosial. Resiko tersebut akan menjadi
kendali dan kontrol pada seseorang. Dengan adanya sistem hadiah dan hukuman maka seorang
individu akan selalu berhati-hati dalam berperilaku dan bertindak di masyarakat.
Pengalaman sosial merupakan peristiwa atau kejadian yang telah dialami seorang individu.
Persitiwa tersebut dapat berupa pengalaman menyenangkan maupun tidak menyenangkan.
Pengalaman yang menyenangkan akan membuat seseorang untuk mengulangi kejadian tersebut,
sedangkan pengalaman yang tidak menyenangkan dapat membuat seseorang untuk tidak menyukai
sosial (anti sosial). Proses terjadinya perilaku kekerasan dapat dilihat dari gejala cemas, stres,
marah. Gejala tersebut merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Stress dapat menyebabkan
kecemasan seseorang lebih tinggi. Keadaan tersebut berdampak perasaan tidak menyenangkan.
Gejala marah dapat dilihat melalui ungkapan secara verbal, menantang dan menekan.
Lingkungan merupakan salah satu agen perubahan (agent of change) dari perilaku manusia.
Agent of change tersebut dapat menjadi faktor terbesar dalam terbentuknya suatu sikap seseorang.
Terbentuknya sikap seseorang dikarenakan bergaul pada lingkungan yang buruk tanpa self defence

yang kuat. Self defence tersebut merupakan pertahanan dari nilai sikap diri seseorang. Sikap diri
seseorang berupa respon yaitu bagaimana cara menerima atau menolak pengaruh dari luar.

Penutup
Kekerasan merupakan salah satu bentuk penyimpangan sosial di Indonesia. Penyimpangan
sosial yaitu bentuk kejahatan yang ada di masyarakat. Peningkatan penegakan hukum dan
penjatuhan sanksi pidana yang tegas supaya memberikan efek jera dan tobat kepada pelaku tindak
kejahatan. Sistem hukum yang jelas akan memberikan batasan dan menakuti masyarakat dalam
melakukan tindakan kekerasan. Tindakan pencegahan terhadap kekerasan yaitu tindakan preventif
dengan cara merubah cara berpikir dan membuat sikap anti terhadap kekerasan. Selain itu,
pencegahan kekerasan dibutuhkan keterlibatan kelembagaan sosial, keluarga, masyarakat dan
negara.

Referensi
Herman, J.L. 2015. Trauma and recovery: The aftermath of violence--from domestic abuse to
political terror. Basic Books Press: US
Krug, E.G., J.A. Mercy, L.L. Dahlberg, and A.B. Zwi. 2002. The world report on violence and
health. Journal of The Lancet, 360(9339): 1083-1088
Meron, T. 1989. Human rights and humanitarian norms as customary law (p. 82). Clarendon Press:
Oxford
Pogge, T.W. 2008. World poverty and human rights. Polity Press: UK
Risse-Kappen, T., S.C. Ropp, and K. Sikkink. 1999. The power of human rights: International
norms and domestic change (Vol. 66). Cambridge University Press: UK
Turnley, W.H., and D.C. Feldman. 1999. The impact of psychological contract violations on exit,
voice, loyalty, and neglect. Journal of Human relations, 52(7): 895-922
Waluya, B. 2007. Sosiologi: menyelami fenomena sosial di masyarakat. PT Grafindo Media
Pratama: Bandung
Wolfgang, M.E., F. Ferracuti, and H. Mannheim. 1967. The subculture of violence: Towards an
integrated theory in criminology (Vol. 16). Tavistock Publications Press: London
Žižek, S. 2008. Violence: Six sideways reflections. Philosophy Documentation Center Press:
Canada