Membangun Sekolah yang Berkualitas Menuj

MEMBANGUN SEKOLAH YANG BERKUALITAS
MENUJU
SEKOLAH STANDAR NASIONAL (SSN)
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pendidikan di Negara Indonesia sekarang ini masih menghadapi banyak permasalahan.
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah
rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan (Departemen
Pendidikan Nasional, 2006). Disamping masalah mutu, juga terdapat masalah pemerataan,
masalah penuntasan pendidikan, dan lain-lain. Mutu pendidikan yang masih perlu
ditingkatkan itu bisa dilihat dari mutu lulusan maupun tenaga pendidik yang mengelola
pendidikan. Menurut catatan Human Development Report tahun 2000 versi UNDP,
peringkat HDI atau kualitas sumber daya manusia Indonesia berada di urutan 105 dari 108
negara. Indonesia masih berada di bawah Filipina (77), Malaysia (61), Brunei Darrussalam
(32), Korea Selatan (30), dan Singapura (24). (Departemen Pendidikan Nasional, 2004)
Secara nasional, rata-rata nilai ujian nasional pada tahun 2004-2005 baru mencapai
6,25. Kualifikasi guru juga masih memprihatinkan karena baru 54 % sekolah yang
mempunyai guru berkualifikasi sarjana. Buku dan bahan ajar masih terbatas, fasilitas,
sarana dan prasarana belum memadai karena masih ada sekita 29 % dari jumlah seluruh
sekolah di Indonesia yang tidak mempunyai laboratorium IPA dan 26 % tidak mempunyai
perpustakaan.

Persoalan yang berhubungan dengan penuntasan wajib belajar dapat dilihat dari APK
SMP yang baru mencapai 85,22 % dari target ideal sebesar 95 %. Artinya masih ada 24,78
% anak usia 13 – 15 tahun yang tidak bersekolah atau sekitar 1,4 juta anak di seluruh
Indonesia. Angka melanjutkan sekolah dari SD ke SMP juga relatif masih rendah, yaitu
83,36 %. Sedangkan angka putus sekolah di tingkat SMP masih tinggi, yaitu 2,74 % (Budi
Susetyo dalam Pelangi Pendidikan, 2006).
Ada tiga pilar pendidikan yang bertanggung jawab menyelenggaran pendidikan yang
memadai bagi seluruh anak usia sekolah di Indonesia untuk mengatasi masalah-masalah
pendidikan tersebut di atas. Ketiga pilar tersebut adalah pemerintah, masyarakat, dan orang
tua. Pemerintah mempunyai tanggung jawab terbesar untuk menyelenggarakan sekolah
formal. Masyarakat dapat membantu pemerintah dengan mengambil sebagian tugas
pemerintah dalam menyelenggarakan sekolah formal. Sedangkan orang tua, lebih
dominan peranannya untuk membentuk watak dan kepribadian anak melalui pendidikan
informal.
Semua permasalahan yang dihadapi pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan
formal tersebut di atas menjadi tantangan dan peluang bagi masyarakat untuk membangun
dan menyelenggarakan pendidikan atau sekolah swasta yang berkualitas dan mandiri.
Tidak dapat dimungkiri bahwa masih banyak masyarakat yang menjadikan alasan
ekonomi sebagai dasar untuk memilih sekolah. Artinya, masyarakat cenderung memilih
sekolah yang murah biayanya tanpa begitu memperhatikan kualitas sekolah tersebut. Hal

ini membuat sebagian besar sekolah swasta menjadi pilihan kedua setelah sekolah negeri
karena masyarakat beranggapan bahwa sekolah negeri lebih murah biayanya dibandingkan
dengan sekolah swasta walaupun mungkin sekolah swasta tidak selalu lebih rendah
kualitasnya dibadingkan dengan sekolah negeri. Kondisi semacam ini diperparah dengan
kebijakan pemerintah yang kadang-kadang tidak memihak kepada sekolah swasta.
Misalnya adanya penambahan kuota 10 % pada PSB sekolah negeri pada tahun pelajaran
2006-2007 yang lalu. Kebijakan tersebut membuat siswa yang telah diterima di sekolah
swasta ditarik ke sekolah negeri untuk memenuhi kuota tersebut.
Namun demikian, penyelenggara sekolah swasta sebenarnya tidak perlu terlalu
berkecil hati karena ternyata ada sebagian kecil masyarakat yang telah mulai berorientasi
pada kualitas dibandingkan dengan alasan biaya semata-mata. Hal itu terbukti dengan
adanya kenyataan bahwa ada banyak sekolah swasta yang biayanya relatif mahal
dibandingkan dengan sekolah lain, tetapi tetap diminati oleh masyarakat karena

1

masyarakat percaya akan kualitasnya. Masyarakat percaya bahwa sekolah tersebut lebih
bermutu dibandingkan dengan sekolah yang lain, dapat memberikan imbal balik yang
sepadan dengan biayanya, dapat mendidik anak dan menghasilkan lulusan yang lebih baik,
lebih berkualitas, lebih kompetitif dibandingkan dengan sekolah lain.

Salah satu cara untuk memacu upaya peningkatan kualitas sekolah adalah dengan
memenuhi kriteria yang ditetapkan untuk menjadi sekolah standar nasional (SSN). Dengan
kata lain, penyelenggara sekolah harus berani menetapkan sekolahnya menjadi Sekolah
Standar Nasional (SSN). Dengan keberanian tersebut, penyelenggara sekolah akan terpacu
untuk memenuhi segala persyaratan menjadi Sekolah Standar Nasional (SSN). Selama
proses pencapaian dan mempertahankan target SSN tersebut, diharapkan kualitas sekolah
akan meningkat dengan sendirinya. Apabila SSN dapat terwujud, penyelenggara sekolah
dapat menetapkan target yang lebih tinggi, yaitu Sekolah Berstandar Internasional (SBI).
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dikemukakan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
o Apakah yang dimaksud dengan Sekolah Standar Nasional (SSN)?
o Bagaimana membangun sekolah (swasta) yang berkualitas menuju SSN?
Dalam makalah ini akan diuraikan pengertian Sekolah Standar Nasional (SSN) beserta
kriterianya. Dengan mengetahui hakikat SSN dan segala persyaratan yang mengikutinya,
penyelenggara sekolah dapat menjadikannya sebagai pedoman untuk menyelenggarakan
proses pendidikan (sekolah) yang berkualitas. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, dalam
makalah ini juga akan dibicarakan upaya-upaya untuk membangun sekolah (swasta) yang
berkualitas.
C. Tujuan

Pembahasan permasalahan dalam makalah ini dimaksudkan untuk memberikan
sumbang pemikiran kepada Yayasan Pendidikan Kesatrian 67 dalam upayanya
menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas sehingga tetap lestari, sustainable, dan
dapat dipercaya oleh masyarakat luas (credible).
II. Sekolah Standar Nasional (SSN)
Sekolah Standar Nasional (SSN) pada dasarnya merupakan sekolah yang telah
memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP), yang berarti memenuhi tuntutan SPM
(Standar Pelayanan Minimal) sehingga diharapkan mampu memberikan layanan
pendidikan yang standar dan menghasilkan lulusan dengan kompetensi sesuai dengan
standar nasional yang ditetapkan. Dengan kata lain, SSN telah mampu memberikan
layanan pendidikan kepada anak didik sesuai dengan standar minimal yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu, SSN pada dasarnya dapat berfungsi sebagai model bagaimana
menyelenggarakan sekolah sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan secara
nasional (Departemen Pendidikan Nasional, 2004).
Pelayanan yang diberikan oleh sekolah meliputi tiga aspek, yaitu aspek input, aspek
proses, dan aspek output. Artinya, layanan harus diberikan secara utuh mulai dari input
yang seharusnya disediakan oleh sekolah, proses yang seharusnya terjadi di sekolah, dan
output yang seharusnya dihasilkan oleh sekolah. Sekolah dikatakan mampu memberikan
layanan yang baik jika sudah mampu memberikan layanan yang memuaskan bagi stake
holder sekolah, yaitu siswa, orang tua siswa, pengguna lulusan, dan kelompok masyarakat

lainnya.
Untuk dapat menjadikan sekolah menjadi SSN ada beberapa kriteria yang harus
dipenuhi. Kriteria tersebut meliputi kriteria umum dan kriteria khusus.
A. Kriteria Umum
Kriteria umum yang harus dipenuhi oleh SSN adalah sebagai berikut:
1. Memiliki rata-rata NEM tahun 2002 dan NUAN tahun 2003 minimal 6,5.

2

2. Termasuk sekolah yang tergolong kategori baik di kabupaten/kota yang
bersangkutan, yaitu memiliki tenaga guru dan sarana pendidikan yang cukup serta
memiliki prestasi yang baik.
3. Sekolah memiliki potensi kuat untuk berkembang.
4. Bukan sekolah yang didukung oleh yayasan yang memiliki pendanaan yang kuat,
baik dari dalam maupun luar negeri.
(Departemen Pendidikan Nasional, 2004)
B. Kriteria Khusus
Kriteria khusus pada prindsipnya didasarkan pada kesehatan sekolah. Kriteria
khusus tersebut mencakup 20 (dua puluh) butir pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah sekolah memiliki kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu yang jelas?

2. Apakah sekolah memiliki sumberdaya manusia yang kompeten dan berdedikasi
tinggi?
3. Apakah sekolah memiliki fasilitas (sarana [rasarana) yang memadai?
4. Apakah sekolah memiliki kepedulian pada kualitas pembelajaran?
5. Apakah sekolah menerapkan evaluasi secara berkelanjutan?
6. Apakah kegiatan ekstrakurikuler (olahraga, kesenian, LKIR, dll) menunjukkan
peningkatan?
7. Apakah manajemen di sekolah termasuk manajemen yang bagus?
8. Apakah sekolah memiliki kepemimpinan yang handal?
9. Apakah sekolah memiliki program-program yang inovatif?
10. Apakah program sekolah jelas dan sesuai dengan kondisi objektif sekolah?
11. Apakah program sekolah dibuat melibatkan seluruh warga sekolah?
12. Apakah administrasi keuangan sekolah transparan?
13. Apakah kerjasama dan hubungan antarwarga sekolah berjalan harmonis?
14. Apakah kerjasama antara sekolah dengan masyarakat sekitar berjalan dengan baik?
15. Apakah ruang kelas, laboratorium, kantor, KM/WC, dan taman sekolah bersih dan
terawat?
16. Apakah lingkungan sekolah bersih, tertib, rindang, dan aman?
17. Apakah guru dan tenaga kependidikan di sekolah tampak antusias dalam mengajar
dan bekerja?

18. Apakah hasil UAN siswa menunjukkan kecenderungan meningkat?
19. Apakah sekolah menerapkan reward system dan merit system secara baik?
20. Apakah sekolah memiliki program peningkatan kinerja profesional guru dan tenaga
kependidikan?
(Departemen Pendidikan Nasional, 2004)
Pada bagian awal telah dijelaskan bahwa SSN adalah sekolah yang telah memberikan
layanan sesuai dengan SPM (Standar Pelayanan Minimal). Ada banyak komponen yang
termasuk standar pelayanan minimal tersebut, di antaranya adalah komponen kurikulum,
peserta didik, ketenagaan, sarana dan prasarana, manajemen, pembiayaan, dan peran serta
masyarakat. Dalam makalah ini akan disampaikan beberapa indikator keberhasilan sekolah
dalam memberikan sesuai dengan SPM yang telah ditentukan.
Indikator keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan Sekolah Menengah Pertama
(SM)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) mencakup beberapa komponen sebagai berikut:
A. Kurikulum
Keberhasilan komponen kurikulum ini ditandai dengan adanya ketersediaan
kurikulum nasional mapun lokal, tersebarnya kurikulum dan keterlaksanaannya, serta
persentase daya serap kurikulum mencapai 80 %.
B. Peserta Didik
Keberhasilan komponen peserta didik ditandai dengan adanya kenyataan bahwa
90% anak dalam kelompok usia 13 – 15 tahun bersekolah di SMP/MTs, jumlah peserta

didik SMP/Mts per kelas/rombongan belajar antara 30 – 40 pseserta didik, indeks
paritas gender 90 %, angka putus sekolah (APS) tidak melebihi 1 % dari jumlah
peserta didik yang bersekolah, 100% peserta didik memiliki buku pelajaran yang
lengkap setiap mata pelajaran, 90% dari siswa yang mengikuti uji sample mutu

3

C.

D.

E.
F.

G.

H.

pendidikan standar nasional mencapai nilai “memuaskan” dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPS, dan IPS di kelas VII dan VIII,

persentase kelulusan minimal 95 %, dan 70 % dari lulusan SMP/Mts melanjutkan ke
SMA/MA/SMK.
Ketenagaan
Keberhasilan komponen ketenagaan meliputi kinerja kepala sekolah baik, 90 %
guru SMP/Mts memiliki kualifikasi sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan secara
nasional, 90% guru SMP/MTs yang diperlukan terpenuhi, 80 % sekolah/madrasah
memiliki tenaga kependidikan non-guru untuk melaksanakan tugas administrasi dan
kegiatan non-mengajar lainnya.
Sarana Prasarana
Keberhasilan komponen sarana prasarana meliputi 90% sekolah memiliki sarana
dan prasarana minimal sesuai dengan standar teknis yang ditetapkan secara nasional
(meliputi lahan, bangunan/perabot/peralatan/laboratorium, dan media pembelajaran),
100 % peserta didik memiliki buku pelajaran yang lengkap setiap mata pelajaran.
Organisasi
Keberhasilan komponen organisasi meliputi ketersediaan struktur organisasi,
personalia, dan uraian tugas yang lengkap, mekanisme kerja yang baik dan lancar.
Pembiayaan
Keberhasilan komponen pembiayaan meliputi ketersediaan anggaran pemerintah
daerah mencapai 70 % dan anggaran swadaya, serta kelengkapan pembiayaan pada
semua komponen di sekolah/madrasah.

Manajemen
Keberhasilan komponen manajemen sekolah/madrasah ditandai dengan adanya
pemahaman visi dan misi sekolah/madrasah yang baik, tingkat kehadiran guru, tenaga
adminsitrasi, dan tenaga kependidikan lainnya, serta tingkat kehadiran peserta didik
yang mencapai 95 %, administrasi sekolah/madrasah dikelola dengan tertib dan
lengkap serta kinerja sekolah/madrasah baik.
Peran Serta Masyarakat
Keberhasilan komponen ini ditandai dengan adanya dukungan BPM/Komite
Sekolah, perhatian orang tua peserta didik dan tokoh masyarakat serta dunia usaha.
(Pemerintah Propinsi Jawa Tengah, 2004)

III. Membangun Sekolah Yang Berkualitas
Pada pembahasan sebelumnya telah disebutkan bahwa SSN adalah sekolah yang telah
memenuhi standar layanan pendidikan yang ditetapkan pada SPM, atau paling tidak telah
memenuhi sebagian besar standar layanan pada SPM dan diyakini dalam waktu singkat
dapat mencapai standar tersebut. Sementara itu, sebagai suatu sistem pendidikan, standar
layanan pendidikan, tentu mengacu pada aspek input, proses, dan output. Untuk itu,
program kerja atau upaya untuk meningkatkan kualitas sekolah dalam rangka memenuhi
kriteria SSN, juga akan mengacu pada aspek input, proses, dan output.
Untuk mencapai tujuan yang telah dicanangkan, perlu upaya yang terarah dan terukur.

Untuk itu, perlu direncanakan program-program yang dapat digunakan sebagai sarana
untuk mencapai tujuan tersebut. Yang dimaksud terarah dan terukur di sini adalah bahwa
program yang akan dilaksanakan diharapkan betul-betul dapat menjadi sarana untuk
mencapai tujuan dan betul-betul dapat dilaksanakan atau direalisasikan.
A. Program Yang Berkaitan dengan Aspek Input
Input suatu sekolah berupa input harapan, input sumber daya, dan input perangkat
lunak. Berikut ini akan dibahas program-program yang berkaitan dengan input-input
tersebut.
1. Input Harapan-harapan
Input harapan-harapan mencakup visi, misi, dan tujuan. Visi adalah rumusan umum
mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Misi adalah
rumusan umum mengenai tindakan (upaya-upaya) yang akan dilaksanakan untuk

4

mewujudkan misi. Tujuan adalah rumusan mengenai apa yang diinginkan pada
kurun waktu tertentu (jangka panjang dan menengah) (Departemen Pendidikan
Nasional, 2006). Input harapan berperan penting pada pengelolaan organisasi,
termasuk sekolah, sebab akan mampu menjadi pendorong dan menjadi salah satu
motivator untuk mencapai harapan tersebut jika input dapat benar-benar dipahami
dan diinternaslisasi dengan baik oleh seluruh warga sekolah. Untuk itu, perlu
dirumuskan visi, misi, dan tujuan dengan jelas.
a. Visi
Berprestasi, Berbudaya, dan Kompetitif Berdasarkan Iman dan Takwa.
b. Misi
(1) Mendidik dan membina putera bangsa agar mempunyai prestasi akademis
dan non-akademis yang tinggi.
(2) Mendidik dan membina putera bangsa agar mempunyai disiplin, akhlak
mulia, dan kepribadian luhur.
(3) Mendidik dan membina putera bangsa agar dapat menghargai dan
melestarikan budaya bangsa.
(4) Mendidik dan membina putera bangsa agar mempunyai kecakapan hidup
yang kompetitif sebagai bekal untuk hidup di masyarakat dengan layak.
(5) Mendidik dan membina putera bangsa agar mempunyai kesehatan dan
kebugaran jasmani serta halus budi, perasaan, dan jiwanya.
(6) Mendidik dan membina putera bangsa agar senantiasa beriman, takwa, dan
taat kepada Tuhannya.
(7) Mewujudkan sekolah yang kondusif bagi penyelanggaraan Proses Belajar
Mengajar (PBM).
c. Tujuan
(1) Tujuan Umum
Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut
(Departemen Pendidikan Nasional, 2006).
(2) Tujuan Jangka Panjang
(a) Menghasilkan lulusan yang berprestasi secara akademis maupun nonakademis.
(b) Menghasilkan lulusan yang berdisiplin tinggi, berakhlak mulia, dan
berkepribadian luhur.
(c) Menghasilkan lulusan yang dapat menghargai (apresiatif) dan
melestarikan budaya bangsa.
(d) Menghasilkan lulusan yang cakap dan kompetitif agar dapat hidup di
masyarakat dengan layak.
(e) Menghasilkan lulusan yang bugar, sehat, mempunyai cita rasa seni yang
tinggi, halus budi, perasaan, dan jiwanya.
(f) Menghasilkan lulusan yang beriman, takwa, dan taat kepada Tuhannya.
(g) Menciptakan sekolah yang kondusif bagi penyelenggaraan PBM yang
optimal.
(c) Tujuan Jangka Pendek
(a) Meningkatkan rata-rata nilai UN sebesar 0,1 dari nilai rata-rata UN
tahun sebelumnya.
(b) Meningkatkan prestasi non-akademis satu tingkat lebih tinggi
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
(c) Meningkatkan persentase presensi siswa secara umum ke arah
persentase presensi ideal sebesar 95 %.

5

(d) Menurunkan tingkat pelanggaran tata tertib sebesar 5 % dari tahun
sebelumnya.
(e) Melengkapi dan meningkatkan kualitas sarana dan prasarana sekolah.
(f) Meningkatkan kualifikasi dan profesionalitas guru dan tenaga
pendukung PBM.
(g) Menciptakan PBM yang aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan.
(h) Menghasilkan perangkat KTSP yang lengkap, mutakhir, dan
berwawasan ke depan.
(1) Memenuhi setiap kebutuhan guru dalam upaya mendidik siswa agar
menjadi anak-anak yang berprestasi, berbudaya, kompetitif, beriman,
takwa, dan taat kepada Tuhannya.
(j) Meningkatkan kesejahteraan guru dan karyawan minimal sebesar 10 %
dari tahun sebelumnya.
2. Input Sumber Daya
Input sumber daya mencakup sumber daya manusia (guru dan tenaga
kependidikan lainnya), sarana prasarana, dan dana. Agar proses pendidikan dan
sekolah dapat berjalan dengan baik, input sumber daya tersebut harus tersedia
secara cukup dan siap untuk difungsikan.
Program-program yang berkaitan dengan input sumber daya adalah sebagai
berikut:
a. Pemenuhan Jumlah dan Peningkatan Profesionalitas Guru
o Target
: Terpenuhinya Jumlah Guru yang Cukup dan
Profesional di Bidangnya.
o Sasaran
: Guru
o Dasar Pelaksanaan :
Guru adalah ujung tombak pendidikan. Oleh karena itu, jumlah, kualitas
dan profesionalitas guru sangat berpengaruh terhadap mutu atau kualitas
pendidikan, terutama terhadap mutu lulusan yang dihasilkan dari sistem
pendidikan tersebut. Mengingat hal tersebut, sangat perlu untuk
mengupayakan agar jumlah guru yang berkualitas dan profesional cukup
sesuai dengan kebutuhan ideal.
o Strategi Pelaksanaan :
 Memenuhi kebutuhan tenaga guru minimal 90 % dari kebutuhan guru
ideal.
 Mengupayakan agar setiap guru yang mengajar mempunyai kualifikasi
minimal S1.
 Mengupayakan agar setiap guru dapat mengampu mata pelajaran sesuai
dengan latar belakang pendidikannya.
 Meningkatkan kesejahteraan guru minimal 10 % dari tahun
sebelumnya.
b. Pemenuhan Jumlah dan Profesionalitas Tenaga Pendukung Pendidikan
o Target
: Terpenuhinya
Jumlah
Tenaga
Pendukung
Pendidikan Yang Loyal dan Profesional di
Bidangnya.
o Sasaran
: - Tenaga TU
- Pengelola Perpustakaan
- Tenaga Keamanan dan Kebersihan
- Laboran dan Teknisi
o Dasar Pelaksanaan :
Guru sebagai ujung tombak pendidikan tidak dapat “berjalan sendiri”
tanpa dukungan dari tenaga-tenaga pendukung pendidikan, yaitu tenaga
tenaga TU, pengelola perpustakaan, laboran/teknisi, dan tenaga

6

keamanan/kebersihan. Tenaga TU men-suport administrasi pembelajaran
bagi guru. Pengelola perpustakaan bertanggung jawab untuk mengelola
referensi pembelajaran yang dibutuhkan guru. Laboran dan teknisi
berperan dalam pelaksanaan pelajaran yang membutuhkan banyak paktik
seperti IPA dan PTD. Tenaga keamanan dan kebersihan bertanggung jawab
terhadap situasi dan kondisi sekolah (pembelajaran) yang aman dan
nyaman.
o Strategi Pelaksanaan :
 Memenuhi kebutuhan tenaga pendudukung proses pembelajaran
minimal sebesar 90 % dari kebutuhan tenaga ideal.
 Memberikan kesempatan dan dorongan kepada
tenaga TU ,
laboran/teknisi, dan perpustakaan untuk senantiasa meningkatkan
kualifikasi pendidikannya.
 Memberikan kesempatan dan dorongan kepada setiap tenaga TU,
laboran/teknisi, dan perpustakaan untuk mengikuti program pelatihan
dan kursus yang berkaitan dengan tugas masing-masing.
 Mengupayakan agar TU, laboran/teknisi, dan perpustakaan dikelola
oleh tenaga-tenaga yang mempunyai latar belakang pendidikan sesuai
dengan pekerjaannya.
 Meningkatkan kesejahteraan tenaga TU, laboran/teknisi, perpustakaan,
keamanan, dan tenaga kebersihan minimal 10 % dari tahun sebelumnya.
c. Peningkatan Kualitas dan Penambahan Alat Bantu Pembelajaran
o Target
: Terpenuhinya Alat Bantu Pembelajaran yang
Lengkap dan Mutakhir.
o Sasaran
: Alat Bantu Pembelajaran
o Dasar Pelaksanaan :
Pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan
membutuhkan saran pendukung yang relevan. Untuk itu, sangat perlu untuk
selalu melengkapi dan menyesuaikan alat bantu pembelajaran dengan
tuntutan dan kemajuan materi mata pelajaran (kompetensi siswa).
o Strategi Pelaksanaan :
 Menginventarisasi kebutuhan alat bantu pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik mata pelajaran.
 Mendorong dan memberikan kesempatan kepada guru untuk membuat
alat bantu pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik mata
pelajaran masing.
 Membeli alat bantu pembelajaran yang tidak bisa dibuat sendiri oleh
guru mata pelajaran.
d. Peningkatan Kualitas dan Penambahan Koleksi Perpustakaan
o Target
: Terwujudnya Perpustakaan yang Lengkap dan
Berkualitas.
o Sasaran
: Perpustakaan
o Dasar Pelaksanaan :
Perpustakaan adalah pusat referensi yang dapat memperkaya materi
pembelajaran. Oleh karena itu, dapat dipahami apabila perpustakaan yang
lengkap dan modern koleksinya serta dikelola dengan baik akan sangat
membantu proses pembelajaran dan dapat memperkaya wawasan dan
pengetahuan siswa. Berpijak pada hal tersebut, maka sebuah sekolah yang
baik perlu mempunyai perpustakaan yang lengkap, modern, dan dikelola
dengan manajemen yang baik.
o Strategi Pelaksanaan :

7







Menginventarisasi koleksi perpustakaan sehingga diketahui kekurangan
apa yang perlu dipenuhi dan dibenahi.
Mengupayakan agar buku pegangan untuk setiap mata pelajaran cukup
bagi setiap anak atau siswa.
Menambah koleksi buku dari berbagai sumber: orang tua, masyarakat
umum, pemerintah, dan lain-lain..
Meningkatkan kualitas layanan perpustakaan sehingga siswa dan guru
tertarik ke perpustakaan dan “betah” di dalam perpustakaan.
Mengadakan supervisi secara teratur dan berkelanjutan.

e. Peningkatan Kualitas Sarana dan Prasarana Sekolah
o Target
: Terpenuhinya Sarana dan Prasarana Sekolah yang
Berkualitas dan Memadai..
o Sasaran
: Ruang Kelas, Aula, Laboaratorium IPA,
Laboratorium Bahasa, Laboratorium Komputer,
Ruang Media, Studio Musik, Ruang Guru, Ruang
Kepala Sekolah, Mushola, Ruang OSIS, Ruang
UKS, Ruang Pramuka, Ruang TU, Ruang BK
(termasuk Ruang Konsultasi), Ruang Sarana dan
Prasarana, dan lain-lain.
o Dasar Pelaksanaan :
Sarana dan prasarana yang lengkap, modern, dan nyaman sangat
penting bagi proses belajar mengajar yang menyenangkan. Dengan sarana
dan prasarana yang lengkap, guru mempunyai keleluasaan untuk
mengembangkan potensi dan kemampuan yang ada pada diri siswa secara
optimal. Disamping itu, sarana dan prasarana yang lengkap, modern, dan
nyaman menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk
menyekolahkan putera-puterinya di sekolah di lingkungan Yayasan
pendidikan kesatrian 67. Kualitas sekolah sudah mulai dijadikan sebagai
pertimbangan utama bagi orang tua untuk menyekolahkan anaknya. Dan itu
dapat dimulai dengan menyediakan fasilitas, sarana dan prasarana yang
lengkap, modern, dan nyaman..
o Strategi Pelaksanaan :
 Menciptakan ruang kelas dan lingkungan sekolah yang bersih dan
nyaman untuk proses belajar mengajar.
 Melengkapi alat dan bahan praktikum maupun alat bantu pembelajaran
di laboratorium IPA.
 Merawat, memperbaiki, dan men-display alat dan bahan praktikum serta
alat bantu pembelajaran di laboratorium IPA.
 Melengkapi dan merawat fasilitas yang terdapat di dalam lab. bahasa.
 Melengkapi dan meningkatkan kualitas laboratorium komputer beserta
perangkat dan isinya agas sesuai dengan kemajuan teknologi informasi.
 Melengkapi laboratorium komputer dengan fasilitas internet sebagai
sarana untuk memperluas cakrawala ilmu pengetahuan dan wawasan
guru maupun siswa.
 Membuat ruang media yang dilengkapi dengan sarana multimedia yang
modern dan representatif.
 Melengkapi dan merawat studio musik.
 Menyediakan saran pendukung seperti Aula, Mushola, Ruang OSIS,
Ruang Pramuka, Ruang UKH, Ruang BK, Ruang Guru, Ruang Kepala
Sekolah, Ruang Wakil Kepala Sekolah yang Nyaman dan Representatif.
f. Peningkatan Publikasi Sekolah

8

o Target

: Terwujudnya Sekolah yang Dikenal Masyarakat
sebagai Sekolah yang Berkualitas dan Terpercaya.
o Sasaran
: - Masyarakat Umum
- Media Massa
o Dasar Pelaksanaan :
Sehebat apa pun sebuah sekolah, setinggi apa pun sebuah sekolah,
apabila tidak diketahui oleh masyarakat luas, maka prestasi dan kehebatan
itu kurang bisa memberikan kontribusi terhadap upaya menjaga
keberlangsungan sekolah dan upaya meningkatkan mutu sekolah. Oleh
karena itu, semua prestasi yang dicapai oleh sekolah, sekecil apa pun, perlu
dipublikasikan kepada mayarakat luas.
o Strategi Pelaksanaan :
 Mempublikasikan prestasi dan kegiatan sekolah melalui media massa.
 Mempublikasikan prestasi sekolah melalui spanduk yang dipasang di
depan sekolah setiap memperoleh prestasi tersebut.
 Membuat bulletin sekolah sebagai sarana publikasi mengenai profil
sekolah dengan segala fasilitas, kegiatan, dan prestasinya untuk
disebarluaskan kepada masyarakat luas (orang tua, tamu sekolah, dan
lain-lain).
3. Input Perangkat Lunak
Input perangkat lunak mencakup struktur organisasi, uraian tugas, peraturan
dan kebijakan, kurikulum, serta rencana dan program kerja sekolah. Input
perangkat lunak inilah yang menjadi wahana pemaduan input sumber daya
sehingga berinteraksi secara sinergis menuju input harapan.
Dalam makalah ini yang mendapat pokok perhatian adalah aspek kurikulum
karena kurikulum bagi suatu sekolah merupakan “roh” yang menentukan arah
sekolah dalam mencapai tujuannnya.
(a) Pembuatan Kurikulum
o Target
: Terwujudnya KTSP yang Lengkap, Mutakhir, dan
Berwawasan ke Depan.
o Sasaran
: Perangkat KTSP dan Penyusun KTSP
o Dasar Pelaksanaan :
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu (Drs. Nurhamid H. Prajitno, 2006). Undang-undang Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nsional dan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa kurikulum pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan
dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BNSP). Hal itu membuat sekolah mempunyai
keleluasaan yang lebih luas untuk mengelola penyelenggaraan pendidikan
di sekolah masing-masing.
Karena kurikulum akan digunakan sebagai pedoman dan landasan untuk
mencapai tujuan yang telah dicanangkan, kurikulum yang disusun harus
memenuhi prnsip-prinsip sebagai berikut:
(1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungan;
(2) Beragam dan terpadu;
(3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
(4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan;

9

(5) Menyeluruh dan berkesinambungan;
(6) Belajar sepanjang hayat;
(7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
(Departemen pendidikan Nasional, 2006).
Dengan prinsip-prinsip tersebut, diharapkan sekolah dapat menghasilkan
kurikulum yang lengkap, mutakhir, adaptif, inovatif, dan berwawasan ke
depan.
o Strategi Pelaksanaan :
 Membentuk tim penyusun KTSP.
 Menyerap aspirasi, informasi, dan kebutuhan semua pihak yang
berkepentingan dengan pendidikan
(stakeholder) sebagai bahan
penyusunan kurikulum.
 Menyusun KTSP.
 Sosialisasi KTSP yang telah disusun kepada semua pihak yang
berkepentingan dengan pendidikan di sekolah.
 Mengevaluasi dan menyempurnakan KTSP sesuai dengan masukan dan
saran pada tahap sosialisasi kurikulum.
 Mengevaluasi dan menyempurnakan KTSP setiap tahun sekali sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan lingkungan.
(b) Pemantapan dan Peningkatan Ketertiban Administrasi
o Target
: Terwujudnya Administrasi yang Tertib dan Teratur.
o Sasaran
: - Administrasi Pembelajaran
- Administrasi Ketatausahaan
- Administrasi Kurikulum
- Administrasi Kesiswaan
- Administrasi Kehumasan
- Administrasi Sarana dan Prasarana
- Administrasi Perpustakaan
- Administrasi Layanan Bimbingan Konseling
o Dasar Pelaksanaan :
Untuk menyelenggarakan pendidikan yang teratur, tertib, transparan,
dan mempunyai akuntabilitas yang tinggi, perlu didukung oleh sistem
pengelolaan administrasi yang teratur, tertib, transparan, dan akuntabel
juga. Sistem administrasi yang tertib dan teratur menunjukkan bahwa
sekolah tersebut betul-betul dikelola dengan baik dan profesional.
o Strategi Pelaksanaan :
 Mengevaluasi sistem administrasi yang telah dilaksanakan untuk
mencari kelemahan dan kelebihan yang terdapat dalam sistem
administrasi tersebut.
 Mensosialisasikan urgensi sistem administrasi yang tertib dan tertib
terhadap keberhasilan PBM.
 Memasyarakatkan budaya tertib administrasi kepada semua guru dan
karyawan.
 Mengadakan supervisi administrasi secara rutin dan berkelanjutan.
 Membuat sistem pengarsipan data yang tertib, teratur, dan aman.
B. Program yang Berkaitan dengan Aspek Proses
Proses pada dasarnya merupakan pengolahan input secara selaras dan sinergis
untuk menghasilkan output yang direncanakan. Proses pendidikan di sekolah
mencakup proses pembelajaran dan pembimbingan, proses pengelolaan sumber daya
sekolah, proses pengelolaan program, proses pengambilan keputusan, dan sebagainya.
Proses pendidikan dikatakan baik apabila mampu menciptakan kondisi pembelajaran

10

yang kondusif dan mampu membantu siswa belajar sehingga mencapai hasil belajar
yang diharapkan.
1. Proses Pembelajaran
a. Peningkatan Efektivitas Pembelajaran
o Target
: Terwujudnya Proses Pembelajaran yang Efektif.
o Sasaran
: Proses Pembelajaran
o Dasar Pelaksanaan :
Proses yang paling utama di sekolah adalah proses pembelajaran karena
memang proses pembelajaran itulah tugas dan fungsi utama sekolah. Oleh
karena itu, proses pembelajaran harus diusahakan dapat berjalan dengan
efektivitas tinggi. Pembelajaran dikatakan efektif apabila dapat mencapai
hasil yang diharapkan. Hasil belajar tidak hanya berupa pencapaian nilai
yang tinggi, tetapi yang lebih penting adalah penguasaan kecakapan hidup
yang diperlukan siswa untuk hidup di masyarakat. Oleh karena itu, proses
pembelajaran tidak boleh berhenti sampai pada penguasaan bahan ajar saja,
tetapi harus mengupayakan agar bahan ajar itu terakumulasi mencapai suatu
kecakapan hidup.
o Strategi Pelaksanaan :
 Mengupayakan agar proses pembelajaran dapat bermakna bagi siswa
(meaningful).
 Mengupayakan agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan
menyenangkan (joyful).
 Mengupayakan agar proses pembelajaran dapat mengembangkan
potensi dan tipologi anak secara optimal.
 Menyediakan segala fasilitas dan kebutuhan bagi proses pembelajaran
yang bermakna dan menyenangkan.
2. Proses Pengelolaan Lingkungan Sekolah
a. Peningkatan Lingkungan Belajar yang Kondusif
o Target
: Terwujudnya Lingkungan Belajar yang Kondusif.
o Sasaran
: Lingkungan Sekolah/Lingkungan Belajar
o Dasar Pelaksanaan :
Lingkungan belajar yang kondusif sangat berpengaruh terhadap
motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, sekolah harus mengusahakan agar
dapat menyediakan lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan.
Lingkungan yang dimaksud tidak hanya mancakup lingkungan fisik saja,
tetapi juga lingkungan non-fisik, misalnya hubungan dan pergaulan antarwarga sekolah. Lingkungan non-fisik yang baik secra bertahap akan dapat
menumbuhkan budaya mutu, yaitu situasi yang mendorong setiap orang
menghargai dan mengupayakan peningkatan mutu.
o Strategi Pelaksanaan :
 Mengupayakan agar guru dan karyawan dapat menjadi contoh dalam
belajar dan bekerja keras.
 Meningkatkan budaya membaca bagi warga sekolah.
 Mengoptimalkan majalah dinding sebagai wahana mengekspresikan
hasil pemikiran dan perasaan bagi seluruh warga, termasuk guru dan
karyawan sebagai contoh bagi siswa.
 Mengupayakan agar lingkungan sekolah tetap bersih, tertata rapi, sejuk,
tenang, dan aman, nyaman, dan menyenangkan bagi proses
pembelajaran.
b. Peningkatan Hubungan Kerja Sama dengan Pihak Lain

11

o Target

: Terjalinnya Hubungan yang Harmonis antara
Sekolah dengan Lembaga atau Pihak Lain..
o Sasaran
: - Sekolah lain yang sederajat maupun yang tidak
sederajat
- Orang tua dan Masyarakat Umum
- Perusahaan dan Lembaga Ekonomi Lain
o Dasar Pelaksanaan :
Sebagian besar pembiayaan untuk operasionali sekolah swasta ditopang
oleh orang tua siswa. Untuk itu, penting sekali untuk membina hubungan
yang baik dan harmonis antara sekolah dan orang tua siswa. Disamping itu,
sekolah perlu “menggandeng” perusahaan, badan-badan usaha milik
pemerintah maupun swasta, dan lembaga perekonomian yang lain untuk
mendukung pembiayaan operasionali sekolah secara insidental, misalnya
dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan sekolah.
Lingkungan yang nyaman dan aman juga sangat dibutuhkan untuk
melaksanakan PBM yang optimal. Untuk itu, perlu dilakukan kerja sama
yang baik antara sekolah dengan masyarakat di sekitarnya, perlu diciptakan
situasi saling menghormati dan menghargai antara sekolah dan masyarakat
di sekitarnya maupun dengan sekolah-sekolah lain.
o Strategi Pelaksanaan :
 Mengadakan pertemuan dengan orang tua secara rutin dan
berkelanjutan untuk menjalin hubungan yang baik dan harmonis.
 Menyampaikan informasi yang perlu diketahui oleh orang tua secara
konsisten.
 Menginformasikan prestasi dan kemajuan sekolah kepada orang tua dan
masyarakat umum.
 Menjalin kerja sama yang saling menguntungkan antara sekolah dengan
perusahaan, badan usaha milik pemerintah maupun swasta, atau
lembaga-lembaga perekonomian lainnya.
 Memberikan bantuan, sumbangan, dan tanda kasih sebagai bentuk
perhatian sekolah kepada masyarakat di sekitar sekolah.
 Menjalin kerja sama yang baik antara sekolah dengan sekolah lain yang
sederajat maupun yang tidak sederajat.
c. Peningkatan Hubungan Yang Harmonis Antar-Warga Sekolah
o Target
: Terjalinnya Hubungan yang Harmonis dan Sinergis
Antar-Warga Sekolah
o Sasaran
: - Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru
- Karyawan TU, Perpustakaan, Laboran/Teknisi,
Keamanan, dan Kebersihan
- Yayasan Pendidikan Kesatrian 67
o Dasar Pelaksanaan :
Pelaksanaan PBM yang optimal juga membutuhkan suasana internal
yang kondusif. Untuk itu, perlu diciptakan suatu hubungan yang harmonis
dan sinergis di antara semua orang yang terlibat dalam proses pembelajaran
di sekolah, yaitu Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru, dan
Karyawan. Disamping itu, perlu juga dijalin hubungan yang harmonis
antara sekolah dengan Yayasan Pendidikan Kesatrian 67 yang menaungi
keberadaan sekolah tersebut.
o Strategi Pelaksanaan :
 Mengadakan kegiatan yang dapat mengakrabkan hubungan antarwarga
sekolah, misalnya arisan keluarga, wisata keluarga, anjangsana secara
insidental, dan sebagainya.

12




Menciptakan situasi dan kondisi sekolah yang
menghormati, dan menghargai.
Memfasilitasi pertemuan antara sekolah dan yayasan.

tertib,

saling

3. Proses Pengelolaan Tenaga Kependidikan
a. Peningkatan Kemampuan dan Komitmen Tenaga Kependidikan
o Target
: Terwujudnya
Tenaga
Kependidikan
yang
Berkompeten dan Komit terhadap Pendidikan.
o Sasaran
: Tenaga Kependidikan (Guru dan Karyawan)
o Dasar Pelaksanaan :
Tenaga kependidikan, khususnya guru, merupakan kunci utama proses
pendidikan. Apa pun kurikulum dan sarana yang dimiliki sekolah, pada
akhirnya gurulah yang menggunakan dalam proses pendidikan. Oleh karena
itu, guru dan tenaga kependidikan lainnya harus dikelola dengan baik.
Proses pengelolaan itu mencakup dua hal, yaitu kemampuan dan komitmen
kerja. Peningkatan kemampuan dapat dilaksanakan melalui berbagai
macam pendidikan dan pelatihan. Sering terjadi peningkatan kemampuan
guru itu tidak diimbangi dengan peningkatan komitmen kerja. Oleh karena
itu, pengembangan komitmen kerja bagi guru dan tenaga kependidikan
perlu diupayakan.
o Strategi Pelaksanaan :
 Memberikan kesempatan kepada para guru, tenaga TU, laboran/teknisi,
perpustakaan untuk meningkatkan kualifikasi pendidikannya seperti
yang diharapkan.
 Memberikan kesempatan dan dorongan kepada setiap guru, tenaga TU,
laboran/teknisi, perpustakaan untuk mengikuti program pelatihan dan
kursus yang sesuai untuk meningkatkan keterampilan melaksanakan
tugasnya.
 Mengadakan pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan kemampuan
dan keterampilan guru, tenaga TU, laboran/teknisi, perpustakaan dalam
melaksanakan tugasnya.
 Mendorong dan memfasilitasi setiap guru agar mau membuat buku.
 Mendorong dan memfasilitasi setiap guru agar mau mengikuti lomba
yang melibatkan guru.
 Meningkatkan ketertiban kehadiran guru, tenaga TU, laboran/teknisi,
perpustakaan, ketertiban mengajar guru, dan ketertiban adminstrasi
guru.
 Meningkatkan rasa memiliki (sense of belonging) pada setiap guru,
tenaga TU, laboran/teknisi, perpustakaan, keamanan, maupun tenaga
kebersihan terhadap semua fasilitas, sarana, dan prasarana sekolah.
 Memberikan apresiasi dan penghargaan terhadap jasa dan kerja para
guru, tenaga TU, laboran/teknisi, perpustakaan, keamanan, dan tenaga
kebersihan agar dapat meningkatkan loyalitas mereka.
5. Proses Pengelolaan Sarana Prasarana
a. Peningkatan Efisiensi dan Efektivitas Sarana Prasarana
o Target
: Terwujudnya Penggunaan Sarana dan Prasarana
secara Efektif dan Efisien.
o Sasaran
: Sarana dan Prasarana Sekolah
o Dasar Pelaksanaan :
Ada tiga hal penting dalam pengelolaan sarana dan prasarana sekolah,
yaitu pemilihan sarana dan prasarana yang diperlukan, optimalisasi

13

penggunaan, dan perawatan. Ketiga hal tersebut, harus betul-betul dijadikan
sebagai dasar pengelolaan sarana dan prasarana sekolah.
o Strategi Pelaksanaan :
 Mengadakan pemilihan dan seleksi kebutuhan sarana dan parsarana
dengan hati-hati dan cermat agar penggunaannya dapat optimal.
 Mengupayakan agar semua sarana dan prasarana yang telah dimiliki
oleh sekolah dapat digunakan secara optimal.
 Melakukan perawatan preventif terhadap semua sarana dan prasarana
sekolah.
 Mengadakan perbaikan terhadap semua sarana dan prasarana yang
masih layak digunakan.
C. Program yang Berkaitan dengan Aspek Output
Output sekolah pada umumnya dikaitkan dengan prestasi siswa karena memang
tujuan pokok sekolah adalah mengembangkan potensi siswa sehingga terwujud dalam
bentuk prestasi siswa. Prestasi tersebut dapat dipilah menjadi dua yaitu, prestasi
akademik dan non-akademik.
1. Output Akademik
Output akademik bisanya dikaitkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan
penalaran, misalnya nilai ujian, lomba karya ilmiah, dan lomba-lomba sejenis, yang
semua itu menunjukkan kemampuan berpikir seseorang. Namun, perlu disadari
bahwa pada akhirnya kemampuan berpikir digunakan untuk memahami dan
memecahkan problem kehidupan yang akan dihadapi. Oleh karena itu, pendidikan
perlu mengembangkan kemampuan berpikir siswa yang tidak hanya sekedar untuk
keperluan ujian, tetapi sampai pada pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.
Dalam makalah ini akan disampaikan beberapa program yang berkaitan dengan
output akademik.
a. Peningkatan Prestasi Akademis
o Target
: Meningkatnya Rata-rata Nilai UN Sebesar 0,1
dari Tahun Sebelumnya.
o Sasaran
: Siswa
o Dasar Pelaksanaan
:
Keberhasilan siswa dalam belajar sering diukur dari tinggi rendahnya
prestasi akademis yang dicapai siswa tersebut. Untuk itu siswa perlu
diberikan motivasi dan dikondisikan agar mereka dapat memaksimalkan
potensi dan kemampuan yang ada pada dirinya. Program ini harus dapat
mengakomodasi kebutuhan siswa yang mempunyai kemampuan di atas
rata-rata maupun yang mempunyai kemampuan di bawah rata-rata.
o Strategi Pelaksanaan :
 Menjaring siswa yang mempunyai prestasi akademis tinggi dari
sekolah-sekolah pendaftar. Input siswa sangat berpengaruh terhadap
kualitas lulusan yang dihasilkan oleh suatu sekolah. Untuk itu, sangat
penting menjaring siswa-siswa yang bermutu untuk menghasilkan
lulusan yang bermutu pula. Untuk menarik minat orang tua siswa yang
berprestasi tersebut, sekolah perlu memberikan kompensasi tertentu,
misalnya dengan membebaskan dari semua biaya sekolah atau
memberikan keringanan biaya pendidikan kepada siswa yang
mempunyai prestasi akademis tinggi (sesuai dengan kualifiksi yang
ditetapkan Yayasan Pendidikan Kesatrian 67).
 Menyelenggarakan PSB seawal mungkin untuk mengakomodasi
keinginan orang tua yang tidak mau terlalu direpotkan dengan prosedur
PSB. Ini perlu dilakukan dengan cermat dan hati-hati agar kita tidak
“terjebak” pada orientasi kuantitas tanpa mempedulikan kualitas.

14



Mengadakan program pelajaran tambahan tidak wajib bagi siswa kelas
VII dan VIII dengan dukungan dari orang tua siswa. Program ini
dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang
mempunyai prestasi di atas rata-rata untuk memperoleh pengayaan,
wawasan, serta pengetahuan secara maksimal. Disamping itu, program
ini juga dapat dimanfaatkan oleh siswa yang kurang prestasinya untuk
mengejar ketertinggalannya.
 Mengadakan program pelajaran tambahan wajib bagi siswa kelas IX
dengan dukungan orang tua siswa agar mereka dapat belajar secara
teratur, terarah, terbimbing, dan terprogram dengan baik sebagai
antisipasi terhadap pelaksanaan UN.
 Memberikan program pelajaran tambahan khusus untuk siswa kelas IX
yang mempunyai prestasi bagus dengan harapan mereka dapat
memperoleh nilai maksimal (10) pada mata pelajaran yang diujikan
secara nasional.
 Memberikan program pelajaran tambahan khusus untuk siswa kelas IX
yang mempunyai prestasi sangat kurang dengan harapan mereka dapat
mencapai standar kelulusan yang ditetapkan pemerintah.
2. Output Non-Akademik
Output non-akademik biasanya dikaitkan dengan prestasi atau hasil belajar
berupa olah raga, kesenian, keagamaan, dan hal-hal lain yang terkait dengan
keterampilan dan sikap. Dalam kehidupan sehari-hari, sering dijumpai adanya
keluhan bahwa “orang pandai itu banyak, tetapi mencari orang jujur itu sulit”. Hal
itu menunjukkan betapa pentingnya kemampuan non-akademik bagi anak untuk
hidup di masyarakat. Perlu juga dipahami bahwa, sebetulnya kemampuan
akademik dan non-akademik itu berkaitan erat satu sama lain.
Dalam makalah ini akan disampaikan beberapa program yang berkaitan dengan
output non-akademik.
a. Peningkatan Prestasi Non-akademis
o Target
: Meningkatnya Pprestasi Non-Akademis Minimal
Satu Tingkat dari Tahun Lalu.
o Sasaran
: Siswa
o Dasar Pelaksanaan
:
Prestasi non-akademis menempati posisi yang strategis dalam rangka
meningkatkan kredibilitas sekolah di mata masyarakat. Perlu disadari
bahwa prestasi akademis sekolah-sekolah di lingkungan Yayasan
Pendidikan Kesatrian 67 relatif masih perlu ditingkatkan. Oleh karena itu,
agar sekolah tersebut dikenal oleh masyarakat luas, prestasi non-akademis
perlu ditingkatkan prestasinya. Prestasi yang dimaksud adalah prestasi yang
diraih melalui kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler.
o Strategi Pelaksanaan :
 Mengadakan kegiatan ekstrakurikuler yang populer dan diminati
masyarakat.
 Menyusun program kerja kegiatan ekstrakurikuler yang terautr,
terencana, dan terprogram dengan baik.
 Melaksanakan latihan secara intensif dan teratur.
 Mengikuti kegiatan lomba yang diadakan oleh sekolah lain atau
lembaga lain.
 Menjaring siswa yang berbakat di bidang olah raga dan seni dengan
pemberian kompensasi-kompensasi tertentu dari sekolah dan Yayasan.
b. Peningkatan Kedisplinan dan Kepribadian Siswa
o Target
: Terwujudnya Siswa Yang Berdisiplin Tinggi dan
Berkepribadian Luhur.

15

o Sasaran
: Siswa
o Dasar Pelaksanaan :
Kedisiplinan dan kepribadian luhur sudah menjadi ciri khas bagi
sekolah-sekolah di lingkungan Yayasan Pendidikan Kesatrian 67. Banyak
orang tua siswa yang menyekolahkan anaknya karena mereka percaya
bahwa sekolah tersebut dapat membentuk anak yang berdisiplin tinggi dan
berkepribadian luhur. Untuk perlu, ciri khas tersebut perlu sekali senantiasa
dijaga dan dingkatkan.
o Strategi Pelaksanaan :
 Memantau kedisiplinan siswa dari awal sampai akhir (mulai masuk
halaman sekolah sampai keluar halaman sekolah).
 Memantau kedisiplinan siswa di lingkungan sekolah dengan radius 2
km dari sekolah.
 Menerapkan kedisiplinan secara ketat tanpa kekerasan.
 Membiasakan mengucapkan salam dan berjabat tangan kepada guru,
karyawan, maupun tamu sekolah.
 Membiasakan penggunaan Bahasa Jawa halus untuk berkomunikasi
dengan guru dan orang tua.
 Membiasakan siswa untuk menjaga kebersihan kelas dan lingkungan
sekolah.
c. Peningkatan Kebugaran dan Cita Rasa Seni Siswa
o Target
: Terwujudnya Siswa Yang Sehat dan Mempunyai
Cita Rasa Seni Yang Tinggi
o Sasaran
: Siswa
o Dasar Pelaksanaan :
Siswa yang sehat dan bugar akan membuat proses belajar mengajar dan
semua kegiatan sekolah dapat berlangsung dengan menyenangkan. Emosi
dan perasaan siswa perlu juga diasah agar mereka mempunyai kepekaan
sosial dan apresiasi seni yang tinggi.
o Strategi Pelaksanaan :
 Mengadakan senam massal yang diikuti oleh guru, karyawan, dan
semua siswa.
 Menyediakan fasilitas olahraga dan kesenian yang memadai bagi
seluruh aktivitas keolahragaan dan kesenian.
d. Peningkatan Kecakapan Hidup dan Budaya Kompetisi Siswa
o Target
: Terwujudnya Siswa Yang Cakap dan Kompetitif
o Sasaran
: Siswa
o Dasar Pelaksanaan :
Tujuan umum dasar dan menengah adalah membekali siswa dengan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai bekal hidup di masyarakat
dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi merupakan prioritas utama bagi
lulusan SMP maupun SMA. Namun, mengingat angka putus sekolah,
terutama di tingkat SMP, masih cukup tinggi, maka perlu dipikirkan agar
anak mempunyai kecakapan hidup yang dapat digunakan sebagai bekal
untuk hidup di dalam masyarakat.
Bangsa dan masyarakat Indonesia sekarang ini akan memasuki era
pasar bebas yang membuat setiap orang dapat melakukan berbagai aktivitas
di Indonesia dengan kompetisi objektif. Kemajuan suatu negara bergantung
pada kualitas sumber daya manusia dan kemajuan teknologi yang
dimilikinya untuk dapat bersaing secara global, kompetitif, dan kooperatif.
Hal ini membuat semua masyarakat Indonesia berhadapan dan terlibat
langsung dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

16

sangat pesat (Didi Teguh Chandra dalam Pelangi Pendidikan, 2006). Oleh
karena itu, kecakapan hidup yang perlu dikuasai anak adalah kecakapan
hidup yang berorientasi pada teknologi. Disamping itu, perlu juga
diperhatikan aspek kemudahan aplikasi dan kebutuhan masyarakat sehingga
kecakapan itu betul-betul dapat dirasakan manfaatnya oleh siswa.
o Strategi Pelaksanaan :
 Memberikan pelatihan teknik komputer kepada siswa.
 Memberikan pelatihan teknik elektronika kepada siswa.
 Memberikan pelatihan teknik pertanian dan perkebunan, misalnya
teknologi hidroponik, kepada siswa.
 Memberikan pelatihan keterampilan tata boga.
 Membekali siswa dengan teknologi sederhana yang dapat digunakan
dan diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya.
e. Peningkatan Keimanan dan Ketakwaan Siswa
o Target
: Terwujudnya Siswa yang Beriman dan Takwa
kepada Tuhannya
o Sasaran
: Siswa
o Dasar Pelaksanaan :
Keimanan dan ketakwaan siswa kepada Tuhannya merupakan hal yang
tidak bisa ditawar di era global ini. Di saat komunikasi dan pergaulan yang
semakin bebas dan trasnparan ini, siswa perlu dibekali dengan iman dan
takwa agar mereka senantiasa taat kepada Tuhannya, tidak tercerabut dari
“akar” hakikat sebagai makhluk Tuhan. Disamping itu, dengan bekal iman
dan takwa dapat dibentuk siswa yang santun, berkepribadian luhur,
bertanggung jawab, dan taat kepada aturan yang berlaku. Dengan sikap
yang demikian, diharapkan siswa dapat meraih prestasi akademis secara
maksimal.
Ada pula sisi positif lain dari kondisi semacam itu. Melihat anak-anak
yang santun, orang tua akan semakin percaya kepada sekolah di lingkungan
Yayasan Pendidikan Kesatrian 67 karena orang tua menganggap bahwa
sekolah tersebut dapat membentuk watak dan kepribadian yang baik sesuai
dengan harapan orang tua dan masyarakat.
o Strategi Pelaksanaan :
 Membiasakan siswa untuk salat sunat dan wajib secara berjamaah di
sekolah bagi siswa yang beragama Islam.
 Membiasakan mengucapkan salam sesuai dengan agama dan keyakinan
masing-masing.
 Membiasakan untuk berdoa bersama sebelum memulai pelajaran dan
sebelum pulang.
 Memberikan jam pelajaran tambahan agama untuk membekali siswa
secara khusus tentang BTA dan doa-doa harian.
 Membiasakan siswa non-muslim untuk menerapkan ajaran agama
masing-masing dalam kehidupan sehari-hari.
III.

Penutup
Sekolah standar nasional (SSN) adalah sekolah yang telah memenuhi standar layanan
pendidikan yang ditetapkan SMP atau paling tidak telah memenuhi sebagian besar standar
layanan pada SPM dan diyakini dalam waktu dekat akan mencapai standar tersebut. Untuk
SSN dapat dijadikan sebagai model atau tolok ukur untuk menyelenggarakan sekolah yang
berkualitas atau sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan secara nasional.
Kualitas sekolah tampak dari prestasi siswa (lulusan) maupun kualitas sarana dan
prasarana sekolah, kualitas pengelola, dan kualitas proses belejar mengajarnya. Agar dapat
menciptakan sekolah yang berkualitas diperlukan kerja sama yang sinergis, solid, dan

17

harmonis antara semua pihak yang terlibat di dalam proses pendidikan di sekolah. Prestasi ini
perlu dipublikasikan kepada masyarakat luas secara konsisten dan be