PENYUSUNAN KURIKULUM DAN PIHAK PIHAK PEN

Mata Kuliah : Kurikulum Dan Pembelajaran

Dosen : Nurhasanah, S.Pd.

PENYUSUNAN KURIKULUM DAN PIHAK-PIHAK
PENYUSUN KURIKULUM

DISUSUN OLEH KELOMPOK IV:

DYAH PURNASARI (201557017)
ASTRID SAKKUNG (201557035)
YUDITHA AYU BANGKARAN (201557011)
MARSELLA ANJELINA RANI (201557042)
JUWITA SIHOLE (201557029)
NURUL AZIZAH (201557004)

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PAPUA
2017


KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas
berkat dan rahmat-Nya, makalah ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman
kelompok yang telah bekerja sama untuk menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Walaupun kami telah berusaha semaksimal
mungkin serta dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang ada.
Kami menyadari, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif yang membangun, guna penulisan
karya ilmiah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Harapan kami, semoga makalah ini, dapat bermanfaat bagi pembaca.

Manokwari, 08 Februari 2017
Penulis

Kelompok IV

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………….


iii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………

iv

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………...

1

Latar Belakang………………………………………………….…………..

1

Rumusan Masalah…………………………………………………………..1
Tujuan Penulisan……………………………………………………………

1


BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………

2

Konsep Dasar penyusunan kurikulum…………………………………………

2-3

Prinsip dasar penyusunan kurikulum………………………………………….

3

Orientasi Penyusunan dan Pengembangan Kurikulum………………………..

3-4

Mekanisme penyusunan/pengembangan Kurikulum………………………….

4-5


Pihak-pihak Yang Terkait Dalam Penyusunan Kurikulum……………………….

BAB III PENUTUP………………………………………………………….
Kesimpulan………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….……….

5-7

8
8
9

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab. Sehingga pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Dasar hukum penyusunan :Undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun
2003, yang kemudian dijabarkan ke dalam peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan
Penyusunan

Kurikulum

adalah

perencanaan

kesempatan-kesempatan

belajar

yang

dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan tertentu yang diharapkan dengan

proses siklus yang tidak pernah berakhir.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, kami merumuskan rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apa saja konsep Dasar penyusunan kurikulum?
2. Bagaimanakah prinsip dasar penyusunan kurikulum?
3. BagaimanaOrientasi Penyusunan dan Pengembangan Kurikulum?
4. Bagaimana Mekanisme penyusunan/pengembangan Kurikulum?
5. Siapa Pihak-pihak Yang Terkait Dalam Penyusunan Kurikulum?

1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui konsep Dasar penyusunan kurikulum.
2. Mengetahui prinsip dasar penyusunan kurikulum.
3. Mengetahui Orientasi Penyusunan dan Pengembangan Kurikulum.
4. Dapat mengetahui Mekanisme penyusunan/pengembangan Kurikulum.
5. Mengetahui pihak-pihak Yang Terkait Dalam Penyusunan Kurikulum.

BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Penyusunan Kurikulum
1. Konsep Dasar Penyusunan Kurikulum
Dasar hukum penyusunan :Undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun
2003, yang kemudian dijabarkan ke dalam peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan
Penyusunan

Kurikulum

adalah

perencanaan

kesempatan-kesempatan

belajar

yang

dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah perubahan-perubahan tertentu yang diharapkan dengan

proses siklus yang tidak pernah berakhir.
Menurut Hamalik, 2007:96-97 terdiri dari empat unsur proses penyusunan kurikulum yaitu:
a. Tujuan : yaitu mempelajari dan menggambarkan semua sumber pengetahuan dan
pertimbangan tentang tujuan-tujuan pengajaran, baik yang berkenaan dengan mata pelajaran
maupun kurikulum secara menyeluruh.
b. Metode dan material : mengembangkan dan mencoba menggunakan metode-metode dan
material sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan awalnya agar sejalan menurut pertimbangan
guru atau pengajar.
c. Penilaian : menilai keberhasilan pekerjaan yang telah dikembangkan dalam hubungannya
dengan tujuan, dan bila mengembangkan tujuan-tujuan baru.
d. Balikan : umpan balik dari semua pengalaman-pengalaman yang telah diperoleh yang ada
pada gilirannya yang menjadi titik tolak bagi studi selanjutnya.
Penyusunan kurikulum merupakan inti dalam penyelenggaraan pendidikan dan oleh karena itu
pengembangan dan pelaksanaannya harus berdasarkan asas-asas sebagai berikut (Hamalik, 2007:15) :
1) Kurikulum dan teknologi pendidikan berdasarkan pada asas keimanan dan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Kurikulum dan teknologi pendidikan berdasarkan dan diarahkan pada asas demokrasi
pancasila.
3) Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan berdasarkan dan diarahkan pada asas
keadilan dan pemerataan pendidikan.


4) Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan diarahkan berdasarkan asas
keseimbangan, keserasian, dan keterpaduan.
5) Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan diarahkan berdasarkan asas
hukum yang berlaku.
6) Pengembangan kurikkulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan diarahkan berdasarkan
asas kemandirian dan pembentukan manusia mandiri.
7) Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dandiarahkan berdasarkan asas
nilai-nilai kejuangan bangsa.
8) Pengembangan kurikulum dan teknologi pendidikan dilandasi dan diarahkan berdasarkan asas
pemanfaatan, pengembangan, penciptaan ilmu pengetahuan, dan teknologi.

2. Prinsip Dasar Penyusunan Kurikulum
Agar kurikulum dapat berfungsi sebagai pedoman, maka ada sejumlah prinsip dalam proses
penyusunan dan pengembangannya. Di bawah ini sejumlah prinsip yang di anggap penting
yaitu:
a. Prisip relevansi. Kurikulum harus memiliki relevansi keluar dan didalam kurikulum itu
sendiri. Relevansi keluar maksudnya tujuan, isi, dan proses belaja yang tercakup dalam
kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebtuhan, dan perkembangan masyarakat.
Kurikulum menyiapka siswa untuk bisa hidup dan bekerja dalam masyarakat. Kurikulum juga

harus juga memiliki relevansi didalam yaitu ada kesesuaian atau konsistensi antara
komponen-komponen kurikulum , antar tujuan, isi, proses penyampaian, dan penilaian.
Relevasi internal ini menunjukkan suatu keterpaduan kurikulum.
b. Prinsip fleksibilitas. Kurikulum hendaknya memiliki sifat lentur atau fleksibel. Kurikulum
mempersiapkan anak untuk hidup dalam kehidupan pada masa kini dan masa yang akan
datang, diberbagai tempat dengan latar belakang dan kemmpuan yang berbeda-beda. Suatu
kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam
pelaksanaanya memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi
daerah, waktu, maupun kemampuan, dan latar belakang anak.
c. Prinsip kontinuitas. Perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara
berkesinambungan, tidak terputus-putus. Oleh karena itu, pengalaman-pengalaman yang di
sediakan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat kelas dengan
kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang pendidikan lainnya, juga antara
jenjang pendidikan dengan pekerjaan.
d. Prinsip kepraktisan/efisiensi. Kurikulum mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat
sederhana dan memerlukan biaya murah. Kurikulum yang terlalu menuntut keahlian-keahlian

dan peralatan yang sangat khusus serta biaya yang mahal merupakan kurikulum yang tidak
praktis dan sukar dilaksanakan.
e. Prinsip efektivitas. Walaupun prinsip kurikulum itu mudah, sederhana, dan murah,

keberhasilannya harus diperhatikan secara kuantitas dan kualitas karena pengembangan
kurikulum tidak dapat dilepaskan dan merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan.

3. Orientasi Penyusunan dan Pengembangan Kurikulum
Seller memandang bahwa penyusunan dan pengembangan kurikulum dimulai dari
menentukan orientasi kurikulum, yakni kebijakan-kebijakan umum, misalnya arah dan tujuan
pendidikan, pandangan tentang hakikat belajar dan hakikat anak didik, pandangan tentang
keberhasilan implementasi kurikulum, dan sebagainya.
Orientasi pengembangan kurikulum menurut Seller menyangkut enam aspek, yaitu:
a. Tujuan pendidikan menyangkut arah kegiatan pendidikan. Artinya, hendak dibawa ke mana
siswa yang kita didik itu.
b. Pandangan tentang anak. Apakah anak dianggap sebagai organisme yang aktif atau pasif.
c. Pandangan tentang proses pembelajaran. Apakah proses pembelajaran itu dianggap sebagai
proses transformasi ilmu pengetahuan atau mengubah perillaku anak.
d. Pandangan tentang lingkungan. Apakah lingkungan belajar harus dikelola secara formal, atau
secara bebas yang dapat memungkinkan anak bebas belajar.
e. Konsepsi tentang peranan guru. Apakah guru harus berperan sebagai instruksi yang bersifat
otoriter, atau guru dianggap sebagai fasilitator yang siap memberi bimbingan dan bantuan
pada anak untuk belajar.
f.

Evaluasi belajar. Apakah mengukur keberhasilan ditentukan dengan tes atau nontes.

4. Mekanisme penyusunan/pengembangan Kurikulum

Tahap 1 : Studi kelayakan dan kebutuhan
Pengembangan kurikulum yaitu melakukan kegiatan analisis kebutuhan program dan
merumuskan dasar-dasar pertimbangan bagi pengembangan kurikulum tersebut. Untuk itu perlu
melakukan studi dokumentasi dan/ atau studi lapangan.
Tahap 2 : Penyusunan konsep awal perencanaan kurikulum

Konsep awal ini di rumuskan berdasarkan rumusan kemampuan, selanjutnya merumuskan tujuan,
isi, strategi pembelajaran sesuai dengan pola kurikulum sistemik.
Tahap 3 : Pengembangan rencana untuk melaksanakan kurikulum
Penyusunan rencana ini mencakup penyusunan silabus, pengembangan bahan pelajaran dan
sumber-sumber material lainnya.
Tahap 4 : Pelaksanaan uji coba kurikulum di lapangan
Pengujian kurikulum di lapangan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kendalanya,
kemungkinan pelaksanaan dan keberhasilannya, hambatan dan masalah-masalah yang timbul dan
faktor-faktor pendukung yang tersedia, dan lain-lain yang berkaitan dengan pelaksanaan
kurikulum.
Tahap 5 : Pelaksanaan kurikulum
Ada dua kegiatan yang perlu dilakukan, yaitu:
1) Kegiatan desiminasi, yakni pelaksanaan kurikulum dalam lingkup sampel yang lebih luas
2) Pelaksanaan kurikulum secara menyeluruh yang mencakup semua satuan pendidikan pada
jenjang yang sama.
Tahap 6 : Pelaksanaan penilaian dan pemantauan kurikulum
Selama pelaksanaan kurikulum perlu dilakukan penilaian dan pemantauan yang berkenaan
dengan desain kurikulum dan hasil pelaksanaan kurikulum serta dampaknya.
Tahap 7 : Pelaksanaan perbaikan dan penyesuaian
Berdasarkan penilaian dan pemantauan kurikulum di peroleh data dan informasi yang akurat,
yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan untuk melakukan pada kurikulum tersebut bila
diperlukan, atau melakukan penyesuaian kurikulum dengan keadaan. Perbaikan dilakukan
terhadap beberapa aspek dalam kurikulum tersebut. (Hamalik, 2007:142-143).

5. Landasan Pengembangan Kurikulum
1. Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum
Filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata “philos” dan
“shopia”. Philos, artinya cinta yang mendalam, dan shopia adalah kearifan atau
kebijaksanaan. Filsafat secara harafiah dapat diartikan sebagai cinta yang mendalam
akan kearifan. Secara populer filsafat juga diartikan sebagai pandangan hidup suatu
masyarakat atau penderian hidup bagi individu.
Ada 4 fungsi filsafat dalam proses pengembangan kurikulum :
1) Filsafat dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan.
2) Filsafat dapat menentukan isi dan materi pelajaran yang harus diberikan
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
3) Filsafat dapat menentukan strategi atau cara pencapaian tujuan. Filsafat
sebagai sistem nilai dapat di jadikan pedoman dalam merancang kegiatan
pembelajaran.
4) Melalui filsafat dapat di tentukan bagaimana menentukan tolok ukur
keberhasialan proses pembelajaran.

a. Filsafat dan tujuan pendidikan
Hummuel (1977), mengemukakan ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam
mengembangkan tujuan pendidikan:
- Autonomy, artinya memberi kesadaran, pengetahuan dankemampuan yang
prima kepada setiap individu dan kelompok untuk dapat mandiri dan hidup
bersama dalam kehidupan yang lebih baik.
- Equity, artinya pendidikan harus dapat memberi kesempatan kepada seluruh
warga masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam kebudayaan dan ekonomi.
- Survival, artinya pendidikan bukan saja harus dapat menjamin terjadinya
perwarisan dan memperkaya kebudayaan dan genersi ke generasi akan tetapi
juga memberikan pemahaman akan saling ketergantungan akan manusia.
Bloom (1965), tujuan pendidikan dapat digolongkan dalam 3 klasifikasi atau
dalam tiga domain yaitu :
-

Domain kognitif berhubungan dengan
pengembanganintelektual atau
kecerdasan.
- Bidang afektif berhubungan dengan penembangan sikap
- Bidang psikomotor berhubungan dengan keterampilan.
b. Filsafat sebagi proses berfikir
Berfikir filosofis adalah berfikir yang memiliki ciri-ciri tertentu. Sidi
Gazalba seperti dikutip Uyoh Sadulloh (2004) mengemikakan ciri-ciri berfikir
filosofis yakni:
- Berfikir yang radikal (radical thinking), yaitu berfikir sampai keakar-akarnya ,
tidak tangung-tanggung, sampai pada konsekuensi yang terakhir / berfikir itu
tidak separuh-separuh, tidak berhenti dijalan tetapi terus samai keujungnya.
- Berfikir sistematis adalah berfikir logis yang bergerak selangkah demi
selangkah dengan penuh kesadaran dengan urutan yang bertanggung jawab
dan saling berhubungan yang teratur.
- Berfikir universal artinya tidak berfikiran secara khusus, yang hanya terbatas
kepada bagian=bagian tertentu, malainkan mencakup keseluruhan secara
sistematis dan logis sampai keakar-akarnya.
Orang yang berfilsafat adalah orang yang berfikir secara mendalam tentang
masalah secara menyeluhruh sebagai upaya mencari dan menemukan kebenaran.
Menurut Nasution (1989), ada empat aliran utama dalam filsafat, yaitu:
-

Aliran idealisme memandang, bahwa kebenaran iitu datangnya dari “Yang
Maha Kuasa”. Manusia tidak dapat melihatnya secara lengkap apalagi
menciptakannya.manusia hanya mampu menemukan kebenaran yang
sebetulnya sudah ada . kebenaran yang ditemukan itu hanya sebagian kecil
saja. Sebenarnya, banyak kebenaran yang tidak mungkin manusia mampu
menangkapnya. Padangan idealisme tentang hakikat kenyataan itu memiliki
pengaruh tentang pengetahuan secara nilai-nilai atau norma serta terhadap
aspek-aspek lain

-

Aliran realisme memandang, bahwa manusia pada dasarnya dapat
menemukan dan mengenal realitas sebagai hukum-hukum universal, hanya
saja dalam menemukannya itu dibatasi oleh kelembanan sesuai dengan
kemampuannya. Oleh karena itu , pengetahuan dapat diperoleh secara ilmiah
melalui fakta dan kenyataan yang dapat diindra. Dengan demikian, menurut
liran ini, sesuatu itu merupakan kebenaran manakala bisa dibuktikan melalui
pengalaman, manakala tidak dapat dibuktikan bukanlah kebenaran. Mengenai
norma atau nilai, menurut padangan realisme disesuaikan dengan penemuan
ilmiah. Norma dapat berubah sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
- Aliran pragmatisme berpendapat bahwa kenyataan itu pada hakikatnya berada
pada hubungan sosial, antara manusia dengan manusia lainnya berkat
hubungan sosial itu manusia dapat memperbaiki mutu kehidupannya.
Pengethuan diperoleh dari pengamatan dankonteks sosial yang berguna untuk
kehidupan masyarakat . karena yang menjadi ukuran adalah kehidupan sosial,
makna norma juga dapat berbeda menurut kebutuhan masyarakat.
- Aliran eksistensialis mengakui bahwa sebagia individu setiap manusia
memiliki kelemahan-kelemahan, namun demikian setiap individu itu dapat
memperbaiki dirinya sendiri sesuai dengan norma-norma dan keyakinan yang
di tentukannya sendiri.
2. Landasan Psikologis dalam Pengembangan Kurikulum
Secara psikologis anak didik memiliki keunikaan dan perbedaan-perbedaan
baik perbedaan minat, bakat, maupun potensi yang dimilikinya sesuai dengan tahapan
perkembangannya.
a. psikologi Perkembangan Anak
Menurut Piaget, kemampuan kognitif merupakan suatu yang
fundamental yang mengarahkan dan membimbing perilaku anak. Ada dua
konsep yang perlu diketahui untuk memahami teori perkembangan
kognitif dari Piaget, yaitu konsep tentang fungsi dan konsep tentang
struktur. Fungsi merupakan mekanisme biologis bawaan yang sama untuk
setiap orang. Tujuannya adalah untuk menyususn struktur kognitif internal.
Melalui fungsi terjadi kecenderungan-kecenderungan biologis untuk
mengorganisasi pengetahuan ke dalam struktur kognisi, dan untuk
beradabtasi kepada berbagai tantangan yang dating dari uar. Sedangkan,
struktur merupakan seperangkat keterampilan, pola-pola kegiatan yang
fleksibel yang digunakan untuk memahami lingkungan.
Menurut Piaget, perkembanga kognitif berlangsung dalam beberapa
tahapan yahni :
1) Sensorimotor (0-2)
Pada fase sensorimotor yang berlangsung sejak anak lahir
sampai usia 2 tahun, kemampuan kognitif anak masih sangat terbatas.
Piaget mengistilahkan dengan kemampuan yang bersifat primitif yang
artinya masih didasarkam kepada perilaku yang terbuka.

2) Praoprasianal (2-7 tahun)
Pada fase ini ditandai menurut Piaget ditandai dengan beberapa ciri
yaitu :
 Pertama, adanya kesadaran dalam diri anak tentang suatu objek
 Kedua, pada fase ini kemampuan anak dalam berbahasa mulai
berkembang
 Ketiga, pada fase ini anak mulai mengetahui perbedaan antara
objek-objek sebagai suatu bagian dari individu atau kelasnya.
 Keempat, fase ini bersifat animistic artinya bahwa segala
sesuatu yang bergerak didunia ini adalah hidup.
 Kelima, pada fase ini pengamatan dan pemahaman anak
terhadap situasi lingkungan sangat dipengaruhi oleh sifat yang
“egocentric”, yang beranggapan bahawa cara pandang orang
lain terhadap suatu objek sama seperti dirinya.
3) Oprasional konkret (7-11 tahun)
Pada fase ini pikiran anak terbatas pada objek-objek yang ia jumpai
dari pengalaman-pengalaman langsung. Pada masa ini, selain
kemampuan-kemampuan yang telah dimiliki pada masa sebelumnya,
anak memperoleh tambahan kemampuan yang disebut dengan system
operations (satuan langkah berfikir) . kemampuan kognitif yang
dimiliki anak pada fase ini meliputi :
 Conservation (pengekalan) adalah kemampuan anak dalam
memahami aspek-aspek kumulatif materi, seperti volume dan
jumlah. Anak yang mengenali sifat kuantitatif sebuah benda
akan tahu benda akan tahu bahwa sifat kuantitatif sebuah benda
tidak akan berubah secara sembaragan.
 Addition of classes (penambahan golongan benda) yaitu
kemampuan anak dalam memahami cara mengombinasikan
benda-benda yang dianggap memiliki kelas yang rendah dan
dihubungi dengan kelas yang lebih tinggi.
 Multifrication of classes (pelipatgandaan golongan benda),
yakni kemampuan yang melibatkan pengetahuan mengenai cara
mempertahankan dimensi-dimensi benda seperti warna bunga
dan jenis bunga untuk membentuk gabungan golongn
benda,seperti mawar merah,mawar putih,dan sebagainya.
4) Operasional formal (12-14 tahun ke atas)
Piaget menanamkan fase ini karena pada masa ini pola pikir
anak sudah sistematik dan meliputi proses” yang kompleks. Aktifitas

proses berfikir pada fase ini menyerupai cara berfikir oragn dewasa
karna kemampuannya sudah berkembang kepada hal-hal yang abstrak.
b. Psikologi belajar
Menurut Jhon Locke, manusia itu merupakan organisme yang pasif.
Dengan teori tabularasa-nya, Locke menganggap bahwa manusia itu
seperti kertas putih, hendak ditulisi apa kertas itu tergantung pada orang
yang menulisnya. Dari pandangan yang mendasar tentang hakikat manusia
itu, mrmunculkan aliran belajar behavioristik-elementeristik.
Leibnitz menganggap bahwa manusia adalah oraganisme yang aktif.
Manusia merupakan sumber dari pada semua kegiatan. Pada akhirnya
manusia bebas untuk berbuat; manusia bebas untuk membuat suatu pilihan
dalam setiap situasi. Menurut aliran ini tingka laku manusia hanyalah
ekspresi yang dapat diamati sebagai akibat dari eksistensi internal yan
pada hakikatnya bersifat pribadi. Pandangan hakikat manusia ini
melahirkan aliran belajar kognitif-wholistik.
Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya pembentukan
asosiasi antara kesan yang di tangkap panca indra dengan kecenderungan
untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respons. Aliran
kognitif belajar adalah kegiatan mental yang ada dalam diri setiap
individu.
3. Landasan Sosiologis-Teknologis dalam pengembangan Kurikulum
a. Kekuatan sosial yang dapat mempengaruhi kurikulum
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat
selalu mengalami perubahan bergerak menuju perkembangan yang semakin
kompleks.perubahan tidak hanya terjadi pada sistem nilai, tetapi juga pada
pola kehidupan,kebutuhan,dan tuntutan masyarakat. Oleh sebab itu menyerap
berbagai informasi yang dibutuhkan masyarakat merupakan salah satu langkah
penting dalam proses penyusunan dalam suatu kurikulum.
b. Kemajuan IPTEK sebagai bahan pertimbangan penyusunan kurikulum
Hal yang perlu diperhatikan dan diantisipasi oleh para pengembang kurikulum
sehubungan terjadinya perubahan di masyarakat yakni:
1) Perubahan pola hidup
Perubahan pola hidup itu dikatakan banyak orang sebagai perubahan
hidup yang bersifat agraris tradisional menuju pola hidup industri modern.
Pola hidup masyarakat industri modern memiliki karakteristik berbeda dari
pola kehidupan agraris. Misalnya dari pola kerja, pola hidup yang bergantung
pada hasil-hasil teknologi,dan sistem perekonomian yang baru.
2) Perubahan kehidupan sosial politik
Dengan munculnya era reformasi, semuanya mesti berubah.
Pendidikan harus diarahkan untuk menciptakan manusia=manusia yang kritis
dan demokratis. Untuk itu perubahan kearah transparansi harus ditangkap
secara utuh ole para pengembang kurikulum.
Para pengembang kurikulum dalam melaksanakan tugasnya harus
melakukan hal-hal sebagai berikut:

 Mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat seperti
yang dirumuskan dalam undang=undang, keputusan
pemerintah,peraturan-peraturan, dan sebagainya.
 Menganalisis budaya masyarakat tempat sekola berada
 Menganalisis kekuatan serta potensi-potensi daerah
 Menganalisis syarat dan tuntutan tenaga kerja
 Menginterpretasi kebutuhan individu dalam kerangka
kepentingan masyarakat.

2.2 Pihak-pihak Yang Terkait Dalam Penyusunan Kurikulum
1. Peranan Para Administrator Pendidikan
Peranan para administrator di tingkat pusat dalam pengembangan kurikulum adalah
menyusun dasar-dasar hukum, menyusun kerangka dasar serta program inti kurikulum
(Sukmadinata, 2004). Administrator pendidikan terdiri dari:
 Administrator Pusat : direktur dan kepala pusat
 Administrator Daerah: Kepala Kantor Wilayah
 Administrator Lokal: Kepala Kantor Kabupaten, Kecamatan dan Kepala Sekolah.

2. Peranan Para Ahli
Pengembangan kurikulum membutuhkan bantuan pemikiran para ahli, baik ahli pendidikan,
ahli kurikulum, maupun ahli bidang studi/disiplin ilmu. Dengan mengacu pada kebijakankebijakan yang ditetapkan pemerintah, baik pembangunan secara umum maupun pembangunan
pendidikan, perkembangan tuntutan masyarakat dan masukan dari pelaksanaan pendidikan dan
kurikulum yang sedang berjalan, para ahli pendidikan memberikan alternative konsep pendidikan
dan model kurikulum yang dipandang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat.

3. Peranan Guru
Guru adalah sebagai perencanan, pelaksana dan pengembang kurikulum bagi kelasnya.
Sekalipun ia tidak mencetuskan sendiri konsep-konsep tentang kurikulum, guru merupakan
penerjemah kurikulum.Dia yang mengolah, meramu kembali kurikulum dari pusat untuk disajikan
dikelasnya. Oleh karena itu guru bisa dikatakan sebagai barisan pengembangan kurikulum yang
terdepan.
Adapun peran guru dalam mengembangkan kurikulum antara lain:
 Guru sebagai perencana pengajaran. Artinya, guru harus membuat perencanaan

pengajaran dan persiapan sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar.

 Guru sebagai pengelola pengajaran harus dapat menciptakan situasi belajar yang

memungkinkan tujuan belajar yang telahditentukan.
 Guru sebagai evaluator. Artinya, guru melakukan pengukuran untuk mengetahui apakah

anak didik telah mencapai hasil belajar seperti yang diharapkan.

4. Peranaan Orang tua Murid
Peranan mereka dapat berkenaan dengan dua hal, pertama dalam penyusunan kurikulum.
Dalam penyusunan kurikulum mungkin tidak semua orang tua dapat ikut serta hanya terbatas
kepada beberapa orang saja yang cukup waktu dan mempunyai latar belakang yang memadai.
Kedua, dalam pelaksanaan kurikulum diperlukan kerja sama yang sangat erat antara guru dengan
para orang tua murid. Sebagian kegiatan belajar yang dituntut kurikulum dilaksanakan dirumah.
Dan orang tua mengikuti atau mengamati kegiatan belajar anakanya dirumah.

5. Peran Komite Sekolah
Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka
meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik
pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan di luar sekolah.
Secara kontekstual, peran Komite Sekolah sebagai:
 Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanan kebijakan

pendidikan di satuan pendidikan.
 Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga

dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
 Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan

dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
 Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan.

6. Peran Pengusaha
Berkaitan dengan peranan masyarakat dalam pendidikan dalam UU No.20/2005 Sisdiknas
pasal 54 tentang Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan menyebutkan : (1) Peran serta
masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi
profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian
mutu pelayanan pendidikan. (2) Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan
pengguna hasil pendidikan. (3) Ketentuan mengenai peran serta masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

BAB III
PENUTUP

3.1

Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan, yaitu:

1. Dasar hukum penyusunan :Undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun
2003, yang kemudian dijabarkan ke dalam peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan

2. Terdiri dari empat unsur proses penyusunan kurikulum yaitu:
 Tujuan
 Metode dan material
 Penilaian
 Balikan

3. Prinsip Dasar Penyusunan Kurikulum
 Prinsip relevansi
 Prinsip fleksibilitas
 Prinsip kontinuitas
 Prinsip efisiensi
 Prinsip Efektivitas

4. Mekanisme penyusunan/pengembangan Kurikulum
Tahap 1 : Studi kelayakan dan kebutuhan
Tahap 2 : Penyusunan konsep awal perencanaan kurikulum
Tahap 3 : Pengembangan rencana untuk melaksanakan kurikulum.
Tahap 4 : Pelaksanaan uji coba kurikulum di lapangan
Tahap 5 : Pelaksanaan kurikulum
Tahap 6 : Pelaksanaan penilaian dan pemantauan kurikulum
Tahap 7 : Pelaksanaan perbaikan dan penyesuaian

5. Pihak-pihak yang terkait adalah para administrator, para ahli, guru, orang tua murid, komite
sekolah, pengusaha.

DAFTAR PUSTAKA

Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Prenadamedia Group.
Tim Pengajar. 2014. Bahan Pembelajaran Pendamping mata Kuliah Kurikulum dan
Pembelajaran. Manokwari: Universitas Papua.