UNSUR UNSUR DAN IDENTITAS BUDAYA.docx

MATA KULIAH
KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
TUGAS INDIVIDU
RESUM

Dosen :
Dr, Ir, Ni Wayan Sri Astiti, MP

Oleh:
Nur Aini

1517351027

KONSENTRASI PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN AGRIBISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2018

BAB 11.1
UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN MANUSIA

1. Sejarah Kebudayaan
Sejarah kebudayaan suatu masyarakat merupakan batu sendi bagi
kepentingan menganalisis dan memahami kebudayaan Pada sebagian besar
masyarakat kita, upaya untuk menelusuri keturunan suatu keluarga dapat
diketahui melalui "pohon keluarga" susunan perkawinan dari suatu generasi
kepada generasi berikut). Yang pasti penelusuran itu pun turut meng- gambarkan
nilai-nilai budaya, norma budaya dan perilaku indi vidu, nilai dan norma serta
perilaku kelompok budaya tertentu. Misalnya jika anda hendak berkomunikasi
dengan orang Indian di AS bagian selatan seperti Texas, Lousiana, New Mexico
maka anda harus mengetahui betapa mereka sangat anti pada orang luar, apalagi
orang kulit putih, misalnya White American.
Orang Indian umumnya merasa sakit hati karena selama lebih dari 450
tahun dijajah oleh orang Spanyol (kulit putih). Di kota San Antanio, Texas, saya
memasuki kompleks swalayan "KK" dan menyaksikan betapa besarnya
kebudayaan suku bangsa Aztek Di swalayan itu ditampilkan kejayaan Aztek
dalam karya-karya seni mereka mulai dari rumah tangga, pa an dan ukiran,
tenunan dan anyaman dll Dalam beberapa kebudayaan, catatan masa lalu tentang
sejarah kebudayaan mereka terekam dengan baik dalam buku namun yang lain
hanya terekam dalam artefak.
Kebudayaan Jawa sangat beruntung karena dikenal oleh orang Indonesia

umumnya mereka mempunyai catatan sejarah misalnya berbentuk prasasti dll.
Mereka juga memiliki peninggalan bersejarah seperti, candi- candi, masjid dan
gereja tua, perkampungan tradisional yang sejarah kejayaan kebudayaan mereka
masa Bahkan sebagai lambang pengikat di antara suku bangsa.
Contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa sejarah kebudayaan suatu
suku bangsa melalui peninggalan nenek moyang terdahulu dapat menggambarkan
kepada kita tentang sikap, pengetahuan dan perilaku, termasuk perilaku
komunikasi suku bangsa tersebut dengan suku lain.
2. Identifikasi Sosial
Para anggota dari setiap budaya mempunyai suatu keunikan yang
dijadikan sebagai identitas sosial untuk menyatakan tentang siapa mereka dan
mengapa mereka ada. Dengan kata lain ke budayaan dapat mewakili suatu
perilaku personal atau kelompok. Berbagai penelitian yang dilakukan oleh Cattel
(1951) tentang mental kelompok atau sintalitas menerangkan bahwa orientasi

individu cenderung tampil sebagai identitas kelompok. Secara historis, negaranegara tetangga di Asia, terutama Cina, melihat Korea sebagai salah satu negara
dari orang-orang ramah di Timur. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa
identitas sosial dapat terlihat pada setiap orang dan kelompok dari suatu rumpun
suku bangsa karena dalam komunikasi antarbudaya faktor-faktor tersebut sangat
diperhatikan.

3. Budaya Material
Yang dimaksudkan dengan budaya material adalah hasil produksi suatu
kebudayaan berupa benda yang dapat,ditangkap indera, misalnya makanan
pakaian, metode perjalanan, alat-alat teknologi dll. Budaya material tidak hadir
dengan sendirinya tetapi dia dibangun berdasarkan nilai tertentu: Kita dapat
membedakan antara material yang merefleksikan benda nyata menjadi simbol
kebudayaan. Sedangkan sebaliknya Covert ma- terial merupakan nilai-nilai utama
kebudayaan yang bersifat abstrak .
Orang Yin Yoront di Australia menjadikan kapak batu sebagai simbol
utama suku. Anggota suku itu begitu yakin atas kapak batu yang dapat menjaga
tanaman, mengawal rumah dan menjauhkan pemiliknya dari hawa dingin. Pemilik
kapak batu dinilai memiliki keberanian, kejantanan, hingga ke pengakuan atas seorang yang patut dituakan. Kapak sebagai artefak adalah budaya material yang
bersifat covert, sedangkan nilai keberanian dan kekuasaan adalah non material
(covert). Status kapak batu bagi orang Yir Yoront mirip dengan badik bagi orang
Makasar, keris bagi orang Jawa
Efektivitas komunikasi antarbudaya dimulai dari melihat kemudian
memahami makna bentuk utama adat istiadat mereka. Manakah ciri kebudayaan
utama mereka (covert material)
4. Peran Relasi
Salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan dalam peran adalah satus

sosial. Apabila status merupakan gambaran tentang kedudukan seorang dalam
suatu masyarakat maka peran menunjukkan aspek dinamis dari kedudukan oran
itu. Ditilik dari Komunikasi antarbudaya maka setiap orang vang berada pada
suatu status diharapkan oleh masyarakatnya menjalankan peran tertentu
berdasarkan status yang disandangnya. Berdasarkan pemikiran itu maka setiap
kebudayaan selalu mem- punyai norma-norma tertentu yang membenarkan peran
se seorang berdasarkan umur, pekerjaan, asas sopan santun, dan gender.
a. Peran Berdasarkan Umur

Semua manusia dilahirkan dalam perbedaan umur sehingga dalam setiap
keluarga, kelompok atau masyarakat dikenal konsep usia tua dan muda. Setiap

kebudayaan membedakan peran-peran berdasarkan usia, ada peran yang wajib
atau tabu bagi orang tua, ada peran yang wajib tabu bagi mereka yang berusia
muda. Sejak kecil anak-anak dilatih untuk menghormati orang tua, sang adik
dilatih menghormati kakak. Akibat dari itu maka di semua peran kehidupan
disosialisasikan norma bahwa orang lebih muda menghormati yang lebih tua. Jadi
setiap ke- budayaan memanifestasikan perilaku komunikasi yang berbeda-beda.
a. Peran Berdasarkan Pekerjaan/Profesi
Relasi relasi dalam komunikasi budaya juga dilakukan berdasarkan

profesi. Dan fungsi yang sering dihubungkan dengan struktur jabatan.
Kebudayaan juga telah menetapkan jenis jenis pekerjaan mulai dari sederhana
hingga yang paling modem. Di lingkungan pertanian ditemukan peran
berdasarkan hubungan pemilik tanah penggarap-petani upahan, di bidang
peternakan ada pemilik ternak dan gembala, hubungan antara dokter dengan
perawat. Kita mengenal pula hubungan antara sesama profesi dan fungsional yang
bersifat horisontal karena sesama profesi, perhatikan hubungan antardokter,
antarpengacara, antardosen.
Ada juga hubungan yang vertikal misalnya hubungan atasan dengan
bawahan Perhatikan kebiasaan orang-orang Korea, meskipun orang Korea
mengakui bahwa berpakaian formal kurang nyaman, namun dia tidak mempunyai
pilihan yang lain karena kebudayaan orang Korea mengajarkan bahwa sejak
nenek moyang mereka dituntut berpakaian yang baik berdasarkan hubungan
kegiatan. Sebagai orang asing, mungkin anda tidak perlu berpakaian sepenuhnya
formal, kecuali jika anda pengusaha. Untuk sesama relasi ditunjukkan dengan
pegangan tangan yang serentak dan dengan bungkukan sedikit badan dan
anggukan ringan. Praktek komunikasi antarbudaya selalu berhubungan dengan
struktur pekeriaan yang mengatur hubungan itu secara vertikal maupun horisontal.
Dan hubungan itu dilatarbelakangi oleh perbedaan suku bangsa, agama,
ras serta golongan dalam masyarakat. Dan ketika anda berada pada posisi-posisi

profesi dan fungsi tersebut, maka seluruh masyarakat berharap agar anda
memainkan peran sesuai dengan jabatan itu Dokter berperan sebagai dokter
sehingga berbeda dengan dukun, dosen harus berperan beda dengan seorang guru
dan lain-lain.
b. Peran Berdasarkan Sopan Santun
Hubunngan antarmanusia harus didasari oleh sopan satun Namun
persoalan yang selalu dihadapi dalam hubungan itu akan muncul manakala
hubungan itu dilatarbelakangi oleh perbedaan suku, bangsa, agama dan golongan.
Ringkasnya perbedaan antarbudaya karena apa yang menjadi kesopanan untuk
suatu ke- budayaan mungkin merupakan pelanggaran bagi kebudayaan lain.

Unsur-unsur Kebudayaan jerman mencerminkan hubungan perusahaan
Boeing dengan penumpang, dimana perusahaan sangat menghormati para
penumpang dan memperlakukan mereka sebagai tamu terhormat. Mereka disapa
dengan 'Sie'. Versi bahasa Inggris tidak demikian. Petunjuk 'no smoking' hanya
sekedar pengumuman dengan pernyataan 'tidak dibenarkan merokok'. Dalam versi
bahasa Indonesia petunjuk tersebut lebih bermakna larangan, instruksi untuk tidak
melakukan sesuatu, "Dilarang Merokok Dengan membandingkan ketiga versi di
atas, kita dapat berke- simpulan bahwa perusahaan-perusahaan Jerman lebih
sopan tingkah laku bahasanya perusahaan-perusahaan p nerbangan Inggris dan

Indonesia. dijumpai dalam cara masyarakat bahasa Jawa berkomunikasi
membedakan sopan santun bahasa (honoriftcs) sesuai dengan kata ganti orang,
sistem sapaan, penggunaan gelar dan sebagainya. Sehingga dalam struktur bahasa
Jawa dikenal madyo, kromo, dan kromo inggil
c. Peran Berdasarkan Gender
Dalam hal berkomunikasi pun demikian, ada perbedaan pola pola perilaku,
termasuk perilaku komunikasi yang dibeda kan berdasarkan gender. Malah dalam
hal berkomunikasi melalui bahasa verbal dikenal sebuah hipotesis (Sachiko lde, et
al 1986 dalam Ohoiwutun, 1996) katanya wanita lebih sopan daripada lelaki
dalam berbahasa.
Hipotesis ini kemudian dibuktikan bahwa wanita lebih banyak
menggunakan ragam bahasa sopan Kata Lakoff, sebagaimana dikutip Ohoiwutun,
bahwa ciri-ciri bahasa kaum wanita bersifat intuitif, penuh pertimbangan. Kata
bunyi dan tata kalimat pada "bahasa" kaum wanita memberi sumbangan cukup
besar dalam membangun gaya berkomuni kasi yang lebih sopan
Bob kutipan di atas memperlihatkan bahwa ada perbedaan perilaku
perilaku tertentu yang harus dan tidak harus diberikan kepada wanita. Sebaliknya,
ada perilaku tertentu yang hanya khusus untuk pria. Contoh, di Ende anda tidak
boleh menyebut semacam "jargon" tertentu terhadap wanita, misalnya kata "ngaro
Tucapan ini disebut kalau anda kaget Kata ngero" terlalu kasar untuk wanita

namun baik untuk laki-laki. Berbicara dengan suara keras apalagi menatap
langsung wajah wanita merupakan sesuatu yang tidak lazim, namun mencium
anita Rote dan Sabu di depan umummerupakan sesuatuwang dianjurkan.
5. Kesenian
Semua kebudayaan meliputi gagasan dan perilaku yang menampilkan pula
segi segi estetika untuk dinikmati dan itu yang seringkali disebut dengan seni.
Meskipun harus diakui bahwa standar untuk apa yang disebut dengan keindahan
itu berbeda dari suatu kebudayaan kepada kebudayaan lain, bahkan dari satu

waktu ke waktu lain, dari seorang Antropolog dengan lainnya. Jadi tidak ada
standar yang baku dan universal Oaylor 1988)
Menurut Taylor, seni dipandang sebagai sebuah proses yang nelatih
ketrampilan, aktivitas manusia untuk menyatakan atau unikasikan perasaan atau
nilai yang dia miliki. Sambil mengutip Honigmann, kata Taylor, paling tidak ada
beberapa kegiatan yang dikategorikan sebagai seni, misalnya folklor (seni burcuri
era mengeriterakan dongeng, upacara ritual, seni bur seni rpantun, dan lain-lain),
musik, tarian, drama, sen mengecat, permainan 'olahraga menunggan Ris
memahat. domba dan ayam, dan lain-lain. Beberapa suk aspek teknologi
tergolong pula s misalnya memahat, menganvam, dan mengukir
a. Foklor

Kebudayaan masyarakat Polinesia menggambarkan bahwa mereka masih
mempunyai yang mengandung mitos dengan sarat akan muatan filosofis. Mitosmitos menunjukkan identitas kelompok, mengandung ceritera pada generasi
berikut yang membuktikan perilaku budaya yang sangat tinggi. Juga berisi tentang
nilai-nilai pendidikan, hiburan untuk dinikmati serta menggalang solidaritas.
Ceritera rakyat memberikan inspirasi bagi para pemeluk suatu kebudayaan untuk
memiliki perasaan bangga atas suku bangsanya.
b. Seni Musik
Studi studi kebudayaan maupun antarbudaya yang mempelajari musik
disebut etnomusikologi. Studi seperti ini ingin membuktikan bahwa musik
merupakan media dan pesan budaya bagi anggotanya maupun anggota masyarakat
lain. Musik, apakah itu irama musik atau alat musik, dapat menunjuk kan ciri atau
identitas sosial suatu etnik/suku bangsa tertentu.
c. Tarian
Selain seni musik maka dalam kesenian ada tarian. Tarian selalu dikaitkan
dengan musik. Dengan dalam beragam kebudayaan di dunia musik diolah untuk
mengiringi tarian. Tarian dan musik dapat menggambarkan suasana atau konteks
kegembiraan dan kesedihan (pesta panen, perkawinan, kematian, dan lain-lain).
d. Drama
Seringkali dalam berbagai kebudayaan (terutama modern), sulit dibedakan
antara Drama dan film. Kata Giannetii (987), meskipun drama dan film diakui

sebagai seni untuk menyatakan pesan budaya tertentu namun keduanya tidak bisa
dibedakan hanya karena drama bersifat tampilan langsung dan film tampil dalam
bentuk "rekaman".
Dalam media massa elektronika ju waktu tayang (durasi) tetap dalam shot,
atau permainan kamera ang penting adalah drama merupakan kegiatan seni untuk
menceritakan suatu tema, apaka sebagai pernyataan dari diri tau kelompok budaya
tertentu, atau alur cerita yang dikarang untuk menyampaikan nilai, perasaan.
fantasi, keinginan ke- butuhan peristiwa dan kondisi tertentu dapat

diulang,kembali dalam suatu alur ceritera Orang dapat menikmati drama sebagai
sen yang menceriterakan tentang nilai budaya etnik lain Perhatikan drama modern
yang ditampilkan media massa (televisi) seperti Tutur Tinular yang berceritera
tentang kerajaan, Siti Nurbaya tentang adat kawin paksa di Minang kabau Angin
Rumput Sabana tentang kawin lari dipulau Sumba dan lain-lain

e. Seni permainan
Seni permainan dikategorikan sebagai bagian dari seni yang dimiliki oleh
setiap masyarakat yang berbudaya, permainan dianggap sebagai wahana untuk
melatih sikap sportif , persaingan sehat/ kompetitif.
f. Teknologi Seni

Ada beberapa aspek teknologi kebudayaan yang dapat digolongkan dalam
seni yaitu menurut taylor (1977) misalnya teknologi artefak kerajinan tangan,
pakaian, ornament dll, dan teknologi makanan misalnya teknik mengumpulkan
makanan, berburu dan meramu, menangkap ikan dll.
6. Bahasa dan Interaksi
a. Hakikat Bahasa
Definisi pertama Bahasa berasal dari rumpun maupun berasal dari satu
nenek moyang bahasa yang sama. Dalam mempelajari Bahasa, pragmatis dapat
diartikan juga sebagai cabang semiotika (ilmu tentang tanda) tentang asal-usul,
pemakaian, dan akibat lambang dan tanda, ilmu tentang penuturan, konteks dan
maknanya. Dalam kaitannya dengan bahasa maka pragma berhubungan dengan
penggunaan bahasa yang bersifat praktis dan berguna bagi umum. Pragmatisme
kepercayaan bahwa kebenaran atau nilai suatu ajaran (paham, doktrin, gagasan,
pernyataan ucapan termasuk bahasa bergantung pada penerapannya bagi
kepentingan manusia.
Jadi penggunaan bahasa dapat dipandang memberikan penjelasan yang
bermanfaat tentang suatu permasalahan dengan melihat sebab akibat berdasarkan
kenyataan untuk tujuan praktis. Kebanyakan studi tentang bahasa dari segi
pragmatis berkaitan erat dengan masalah penggunaan bahasa dari sekelompok
orang, suatu komunitas atau masyarakat (segmen tertentu) yang meng- unakan
bahasa tertentu. Perhatikan istilah-istilah atau konsep maupun jargon' yang
beredar di kalangan kedokteran, kewartawanan, pengacara, dosen, jaksa dan lainlain
b. Bahasa dan Kebudayaan
Dalam studi kebudayaan (culture), bahasa ditempatkan sebagai sebuah
unsur penting selain unsur-unsur lain seperti sistem pengetahuan, mata

pencaharian, adat istiadat, kesenian, sistem peralatan hidup dan lain-lain. Bahkan
bahasa dapat dikategorika sebagai unsur kebudayaan yang berbentuk non material
selain nilai, norma, dan kepercayaan.

c. Bahasa dan Cara Berpikir
Semua manusia berpikir. Setelah berpikir dia ingin menyatakan pikirannya
dalam bentuk kata-kata. Lalu manusia mengikuti aturan pembentukan suatu kode
verbal yang merupa- kan suatu rangkaian aturan tentang bagaimana kita
menggunakan kata-kata dalam penciptaan pesan untuk percakapan secara lisan
atau tulisan.Sejak itulah manusia menyatakan kebutuhannya bagi sesama.
Mengapa kita butuh sesama? Dalam prinsip berbahasa, kebahagiaan dapat dicapai
setelah itu, karena ini masalah motivasi kepuasan berbahasa,jadi bagaimana
lingkaran kesadaran itu dimulai. Berbahasa adalah pernyataan kepuasan. Bahasa
dipelajari secara tidak disadari dan dia acapkali secara kebetulan.
Karena itu benar jika bahasa berkaitan dengan sistem kepercayaan.
Sedangkan sebuah kebudayaan sebagai bagian dasar atau komponen pola budaya
yang penting adalah: kepercayaan. Sebuah kepercayaan atau keyakinan, meliputi
apa yang oleh budaya ditetapkan sebagai baik atau buruk, benar atau salah, adil
atau tidak adil, cukup atau tidak cukup, indah atau jelek bersih atau kotor, bernilai
atau tak berharga, tepat atau tidak tepat jenis atau campuran, nilai itu acapkali
menjelaskan cara-cara kita berkomunikasi dengan orang lain.
d. Pengaruh sikap Budaya Terhadap Pesan Verbal
Perbedaan sikap kebudayaan terhadap pesan verbal ditentu- kan oleh
tempat di mana kata-kata itu diucapkan. Ada baiknya kita belajar dari pepatah
Cina tentang sikap terhadap pentingnya sebuah percakapan Lao Tsu mengatakan
Barang siapa yang tahu, dia jangan bicara. Barang siapa yang bicara artinya dia
tidak tahu'. Dalam budaya HCC (High Context Culture), studi tentang Speech
tidak sepenuhnya dikembangkan ke dalam disiplin akademik.
Contoh sikap orang Asia terhadap Speechdan retorika cenderung holistik,
karena kata-kata hanya merupakan sebagian kecil, dan merupakan inspirasi dari
seluruh konteks komunikasi yang ditentukan oleh relasi antarpribadi atau antar
peserta komunikasi Penggunaan "kata" dipertimbangkan sebagai alat untuk mengekspresikan manusia, kata sekedar menunjukkan bahwa pengguna nya mengakui
keterbatasan dan bias yang mereka miliki.
e. Variasi Berbahasa Antar budaya

Dalam berkomunikasi antarbudaya kita mengenal beberapa variasi
berbahasa yang bersumber pada
1. Dialek, yakni variasi bahasa di suatu daerah, dengan kosa kata yang khas,
seperti coke, soda, pop, cola dan lain-lain.
2. Aksen, yang menunjukkan pemilikan pronounciation, tekanan dalam
pengucapan yang kita bisa bedakan atas, Car, New Orleans dan lain-lain.
3. Jargon, adalah sebuah unit kata-kata atau istilah yang di- bagikan atau
dipertukarkan oleh mereka yang sama profesi- nya atau pengalamannya.
4. Argot bahasa-bahasa khusus yang digunakan oleh suatu kelompok yang
luas dalam sebuah kebudayaan untuk mendefinisikan batas-batas kelompok
mereka dengan orang lain yang, dan juga untuk menunjukkan posisi
mereka yang kuat dalam suatu masyarakat.
7. Stabilitas Kebudayaan
Pembicaraan tentang stabilitas kebudayaan berkaitan erat dengan dinamika
kebudayaan, yakni studi yang mempelajari proses dan kondisi yang berkaitan
dengan stabilitas kebudayaan dan perubahan kebudayaan. Para antropolog
mengemukakan emua kebudayaan selalu mengalami perubahan, juga mem punyai
kemampuan untuk mempertahankan diri dari ancaman perubahan baik dari dalam
maupun dari luar. (Taylor, 1988).
Dalam kaitannya dengan komunikasi antarbudaya maka perubahanperubahan yang datang dari dalam maupun dari luar sangat berpengaruh terhadap
perubahan relasi antar budaya.
8. Kepercayaan atas Kebudayaan dan Nilai Nilai
Komunikasi sangat tergantung dari eksistensi daripada persepsi. Persepsi
yang kita miliki dapat dikatakan merupakan frame of reference, dia ibarat layar
tempat di mana informasi lewat Sejak kerangka pandangan itu menjadi saringan
untuk menyaring pesan yang dikirim dan disandi balik maka kita dapat meng
hitung seberapa banyak perbedaan antara kenyataan dengan apa yang diucapkan.
Persepsi itu ibarat jendela ke arah mana akan anda akan melihat sesuatu
Namun yang patut diperhatikan adalah bahwa setiap kebudayaan harus
memiliki nilai-nilai dasar yang merupakan pandangan hidup dan sistem
kepercayaan di mana semua peng ikutnya berkiblat. Nilai dasar itu membuat para
pengikutnya melihat diri mereka ke dalam, dan mengatur bagaimana caranya
mereka melihat keluar. Nilai dasar itu merupakan filosofi hidup yang mengantar
anggotanya ke mana dia harus pergi.
9. Einosentrisme

Thomas Sowell, mengemukakan bahwa kelompok agama, asal bangsa,
kelompok ras, semua berada di bawah bendera yang namanya kelompok etrik
Glazzer mengemukakan kelompok etnik adalah suatu keluarga atau identitas
keluarga yang meliputi agama (Belanda), bahasa (Belgia), dan semuanya yang
berkaitan dengan pengertian tersebut, pengalaman sejarah dll (Feagin and Feagin,
1993)
Yang dimaksud dengan etnosentrisme merupakan "paham di mana para
pen suatu kebudayaan atau suatu kelompok suku bangsa selalu merasa lebih
superior daripada kelompok lain diluar mereka.
Etrosentrisme dapat
membangkitkan sikap "kami" dan "mereka lebih khusus lagi dapat membentuk
sub- kultur subkultur yang bersumber dari suatu kebudayaan yang besar Sikap
nasionalisme merupakan salah satu bentuk etnosentrisme, misalnya Irak merasa di
atas Iran, India merasa lebih tinggi dari Pakistan, orang Thai merasa lebih superior
daripada Malaysia E sangat berpengaruh dalam komunikasi- irl uday misalnya
meningkatkan kecenderungan untuk memilih dengan siapa anda berkomunikasi.
10. Perilaku Non Verbal
a. Pengertian Pesan Non Verbal
Apa yang dimaksudkan dengan komunikasi non verbal itu?
1. Komunikasi non verbal merupakan tindakan dan atribusi (lebih dari
penggunaan kata-kata) yang dilakukan seorang kepada orang lain bagi
pertukaran makna, yang selalu di- kirimkan dan diterima secara sadar oleh
dan untuk mencapai umpan balik atau tujuan tertentu. (Burgoon and Saine
1978).
2. Komunikasi ekspresi wajah, nada suara gerakan anggota tubuh, kontakmat
rancangan ruang, pola erbedaan budaya dan pola per abaan tindak non-verb
yang tak menggunakan kata-kata. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
komunikasi non verbal itu sangat penting untuk memahami perilaku antar
manusia daripada memahami kata-kata verbal.
3. Studi tersendiri untuk menggambarkan bagaimana orang berkomunikasi
melalui per sik, tanda-ta wokat dan relasi ang atau jarak.
4. Komunikasi non verbal merujuk pada variasi bentuk-bentuk komunikasi
yang meliputi bahasa. Bagaimana seorang itu berpakaian, bagaimana
seseorang melindungi dirinya, menampilkan ekspresi wajah, gerakan tubuh,
suara, nada dan kontak mata dll. (Eugene Matusov Email: mamonaco
@cats ucsc edu, University of California at Santa Cruz-1996).
5. Komunikasi non verbal meliputi semua stimuli non verbal yang dalam
setting komunikatif digeneralisasikan oleh individu dan lingkungan yang
memakainya.
6. Komunikasi non verbal meliputi pesan non verbal yang me miliki tujuan
ataupun tidak memiliki tujuan tertentu

Kita dapat menarik kesimpulan bahwa komunikasi non verbal adalah cara
berkomunikasi melalui pernyataan wajah, nada suara, syarat-syarat, kontak mata
dll.

b. Fungsi fungsi Pesan Non verbal
Menurut Simon Capper (Suzugamine Women's College Hiroshima, 1997),
setidaknya ada lima kategori fungsi komunikasi non verbal:
1. Fungsi Regulasi
Fungsi regulasi menjelaskan bahwa imbolnon verbal yang digunakan
mengisyaratkan bahwa proses komunikasi verbal sudah berakhir. Dalam
percakapan dengan anda akan mengalami kesulitan menyatakan diri, atau
memberikan reaksi balik redback). Jadi fungsi regulasi bermanfaat untuk
mengatur pesan non verbal secara seksama untuk me yakinkan orang la
menginterpretasi makna yang disampaikan ecara verbal.
2. Fungsi Interpersonal
Fungsi ini membantu kita untuk menyatakan sikap dan emosi alarm
relasi anta ribadi (bisa disebut pula dengan efect displays). Dalam beberapa
penelitian yang berkaitan dengan pertukaran non verbal ditunjukkan bahwa
ada sinkronisasi, kongruens dan konvergensi yang dapat di- tunjukkan oleh
pesan non verbal (Wallbott, 1995)
3. Fungsi Emblematis
Emblematic function menerangkan bahwa esan non verbal rat gerakan
anggota dapat disampaikan melalui isyara ini adalah ketika tubuti erutama
tangan Contoh yang baik untuk anda menyatakan kemenangan dalam
pemilihan Bupati dan Wakil Bupati anda menyatakan kemenangan itu
dengan membuat huruf v dengan jari telunjuk dan jari tengah.
4. Fungsi Ilustrasi Illustrative function.
Fungsi ilustrasi menerangkan bahwa pesan non verbal digunakan
untuk mengindikasikan ukuran bentuk, jarak, dll. Contoh, ketika anda
memberikan pengarahan kepada seseorang maka anda akan menunjukkan
jarak suatu obyek, apakah dekat-jauh, besar-kecil, tinggi rendah. (Simon
Capper 1997)
5. Fungsi Adaptasi Adaptive function.
Fungsi adaptif dimaksudkan sebagai fungsi pesan non verbal untuk
menyesuaikan pelbagai pesan baik ver- bal maupun non verbal. Misalnya,
anda menciptakan jenis-jenis tanda atau simbol yang menyenangkan diri
sendiri (kesukaan) Kadang-kadang tanda-tanda itu anda lakukan secara
tidak sadar gerakan-gerakan refleks seperti memegang megang jenggot,
mencabut kumi dll.

a.

b.

c.

d.

e.

Selain lima fungsi di atas, komunikasi non verbal juga memiliki
beberapa fungsi lagi:
Fungsi Mengulang
Pesan-pesan non verbal digunakan untuk mengulangi apa yang sudah
anda katakan atau apa yang orang lain katakan secara verbal, bahkan
mengulangi ungkapan pesan cara non verbal. Waktu anda mengingat ingat
kembali kata-kata yang baru saja diucapkan maka anda memegang kepala,
lalu anda mulai ingat, kemudian anda mengatakan sesuatu, inilah fungsi
non verbal bagi anda untuk mengulangi pesan tertentu.
Fungsi Menyisip/Menyela
Fungsi menyisip atau menyela dilakukan tatkala anda menampilkan
simbol no verbal untuk mengganti simbo verbal Waktu anda bicara dengan
orang lain maka kadang- kadang anda menyela (interupsi pembicaraan)
Anda mengacungkan telapak tangan dan melambai tanda tak setuju, lalu
anda katakan: "bukan buku itu yang saya maksudkan, tetapi buku ini mbil
menggunakan jari telunjuk yang diarahkan ke laci meja”.
Fungsi Melengkapi
Pesan-pesan non verbal juga berfungsi untuk melengkapi makna yang
sudah dinyatakan secara verbal. Anda dapat me- lengkapi percakapan
dengan memasukkan pesan non verbal. Waktu anda ingin mengatakan:
"Maksud saya adalah besarnya bungkusan narkoba vang dibawa polisi dari
Bandara El Tari itu sebesar bungkusan aqua tuk mengatakan ini anda mem
berikan ilustrasi.
Fungsi Menekankan
Pesan-pesan non verbal berfungsi memberikan tekanan kepada kata
yang sudah anda katakana atau yang dikatakan orang lain.
Fungsi Mempertentangkan
Pesan non verbal berfungsi mempertentangkan pesan yang telah
disampaikan secara verbal maupun non verbal. Umumnya eorang
menganggap menganggukkan kepala berarti setuju, dan menggelengkan
kepala berarti tidak setuju.

11. HuBungan Antarruang
Kalau anda becakap-cakap dengan orang Sabu, Rote atau Timor maka
jarak fisik anda bisa didekatkan namun hal itu tidak disukai orang Flores. orang
Arab lebih sukar berbicara dalam jarak dekat hingga emosi yang ditunjukkan
melalui desah napas dapat didengar oleh teman bicara. Anda mungkin harus
belajar dari budaya orang Cina dalam menilai fungsi rumah. Anda beruntung
kalau diundang orang Cina untuk makan di rumahnya. Beberapa alas yang masuk

akan mengapa orang Cina enggan mengundang tamunya makan di rumahnya
karena terbatasnya ruangan.
Korea sangat tegas dalam membuat garis pemisah antara tempat kerja
dengan rumah mereka. Umumnya orang Korea tidak membawa keluarganya ke
tempat kerja atau mendiskusikan urusan bisnis dengan sang isteri. Mereka juga
membiarkan pintu WC tetap tertutup, apakah dipakai atau tidak. Hal ini tentu
membingungkan bagi pengunjung barat. Jika ini anda hadapi maka anda harus
mengetuk pintu perlahan-lahan dan menunggu ketukan balasan dalam rangka
memastikan apakah sedang dipakai atau tidak. Kadang-kadang orang Korea akan
memberi tahu anda dengan batuk kecil atau berdehem bahwa dia ada di dalam
WC itu.
12. Konsep tentang waktu
Salah satu unsur dari kebudayaan d masyarakat kita adalah konsep waktu
yang disebut kronemik) Orang Ibrani (yunani) mempunyai konsep tentang "bulan
misalnya dalam penanggalan Ibrani kuno mulai dihitung dari musim gugur. Ada
empat nama bulan yang disebut dalam kitab Peranjian Lama, bulan pertama
disebut Etanim, bulan keempat disebut Bul, bulan ketujuh disebut Abib dan bulan
kedelapan disebut dengan Ziw Sesudah pembuangan maka penanggalan bibel
diambil alih dan dihitung mulai dari bulan Maret, misalnya disebut mulai dari
Nisan, lyar, Siwan, Tamus, Ab, Elul, Tisyri, Markhesy wan, Kisiwe, Tebet,
Syebat, Adar.
Jadi pandangan kita tentang waktu selalu mengakar pada suatu
kebudayaan, namun bagaimana kita menggunakan waktu maka hal itu berkaitan
dengan persepsi tentang waktu. Kalau anda kebetulan sedang berada di Jepang
dan diundang untuk mengikuti suatu rapat maka anda harus ingat bahwa mereka
selalu datang mengikuti rapat dan selesai tepat pada waktunya apalagi rapat itu
merupakan rapat pertama, namun orang Arab lebih mengutamakan konteks
historis dengan banyak ceritera dan basa-basi emosional, sedangkan orang
Amerika selalu tepat waktu sama dengan Jepang tambahan lagi si Amerika selalu
berorientasi ke depan.
Beberapa kebudayaan tertentu kalau berkomunikasi sangat ketat tentang
penggunaan waktu, makin cepat atau makin lambat itu menggambarkan
konsistensi merek atau waktu. Kata-kata ini sering kita dengar misalnya maaf saya
datang terlambat beberapa menit, wow! Lihat waktu sekarang, saya harus pergi
sekarang juga. Kata-kata itu menunjukkan kesan pertama atas manajemen atau
orientasi kebudayaan atas waktu Sebaliknya, beberapa kebudayaan seperti Afrika,
Amerika Latin dan Malaysia kurang menghargai waktu. Dalam ke- budayaan
tersebut, waktu merupakan sesuatu yang dapat di sesuaikan. Meskipun waktu
telah ditetapkan secara umum namun masalah skedul itu urutan kedua.
Kebudayaan dalam hal ini merupakan pusat segalanya dan bukan masalahwaktu;
waktu bisa ditunda.

13. Pengakuan dan Ganjaran
Setiap kebudayaan memiliki nilai untuk memahami perihal sukses dan
kegagalan Dalam hal sistem sosial setiap hubungan selalu menggambarkan
pengakuan dan ganjaran kepada setiap budaya) terima kasih. Kebudayaan
memberikan ganjaran dan ucapan bahaya kepada mereka yang atas maut, lulus
ujian dll.
Demikian juga memberikan hukuman bagi mereka yan telah melanggar
norma budaya. Hal memberikan hukuman dan ganjaran tentu berbeda dari satu
kebudayaan kepada kebudayaan lain. Uang mungkin diperlukan oleh semua suku,
namun cara memberi tip dan cara menyuap ten berbeda, ada yang terang-terangan,
ada yang memakai cek,ada yang lewat anak, ada yang melalui nomor rekening,
resepsionis dan lain-lain.
Ada konsensus umum di antara para turis asing belakangan ini bahwa kota
Soul adalah salah satu tempat terbaik di dunia untuk belanja. Apakah itu barangbarang produksi Korea yang khas seperti keramik, ginseng atau sutera atau barang
lain. Anda bisa berbelanja di daerah InsaDong yang terkenal dengan pusat belanja
keramik atau di Itaewon untuk mencari semua jenis barang yang anda inginkan.
Uniknya barang 1 tidak diberi label harga sehingga harus anda tawar sendiri dan
sebaiknya tawaran anda jangan terlalu tinggi. Sedangkan kalau anda memberikan
tip hal itu tidak umum dilakukan di restoran atau rumah-rumah, di bar atau taksi.
Tip dibenarkan kepada petugas portir di lapangan terbang atau kepada hostes
kelas eksekutif di yojong atau salang ruangan.
BAB 11.2
SISTEM BUDAYA
1. Sistem Budaya
Sistem budaya merupakan wujud yang abstrak dari kebudayaan. Sistem
budaya atau cultural system merupakan ide-ide dan gagasan manusia yang hidup
bersama dalam suatu masyarakat. Gagasan tersebut tidak dalam keadaan lepas
satu dari yang lainnya, tetapi selalu berkaitan dan menjadi suatu sistem. Dengan
demikian sistem budaya adalah bagian dari kebudayaan, yang diartikan pula adatistiadat. Adatistiadat mencakup sistem nilai budaya, sistem norma, norma-norma
menurut pranata-pranata yang ada di dalam masyarakat yang bersangkutan,
termasuk norma agama.
Fungsi sistem budaya adalah menata dan memantapkan tindakan-tindakan
serta tingkah laku manusia. Proses belajar dari sistem budaya ini dilakukan
melalui pembudayaan atau institutionalization (pelembagaan). Dalam proses
pelembagaan ini, seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran
serta sikapnya dengan adat-adat, sistem norma dan peraturan yang hidup dalam
kebudayaan. Proses ini dimulai sejak kecil, dimulai dari lingkungan keluarganya,

kemudian dengan lingkungan di luar rumah, mula-mula dengan meniru berbagai
macam tindakan. Setelah perasaan dan nilai budaya yang memberikan motivasi
akan tindakan meniru itu diinternalisasi dalam kepribadiannya, maka tindakannya
itu menjadi suatu pola yang mantap, dan norma yang mengatur tindakannya
dibudayakan. Tetapi ada juga individu yang dalam proses pembudayaan tersebut
yang mengalami deviants, artinya individu yang tidak dapat menyesuaikan dirinya
dengan sistem budaya di lingkungan sosial sekitarnya.
Menurut Bakker (1984 : 37) kebudayaan sebagai penciptaan dan
perkembangan nilai meliputi segala apa yang ada dalam alam fisik, personal dan
sosial, yang disempurnakan untuk realisasi tenaga manusia dan masyarakat.
Jelaslah bahwa usaha membudaya selalu dapat dilanjutkan lebih sempurna lagi
dan tak akan terbentur pada suatu batas terakhir. Tetapi jelas pula bahwa bukan
jumlah kuantitatif atau mutu kuantitatif nilai-nilai tersendiri mengandung
kemajuan kebudayaan. Yang menentukan adalah kesatuan, sintesis atau
konfigurasi nilai-nilai yang wajar. Untuk kebudayaan hasil penciptaan dan
perkembangan nilai tersebut meliputi kebudayaan subjektif dan kebudayaan
objektif.
a. Kebudayaan Subjektif
Dipandang dari aspirasi fundamental yang ada pada manusia, nilai-nilai
batin dalam kebudayaan subjektif terdapat dalam perkembangan kebenaran,
kebajikan dan keindahan. Dalam hierarki nilai perwujudannya tampak dalam
kesehatan badan, penghalusan perasaan, kecerdasan budi, bersama-sama dengan
kecakapan untuk mengkomunikasikan hasil pemakaian budi kepada lain-lain,
serta kerohanian.
Kesehatan, gaya indah, kebajikan dari kebijaksanaan merupakan puncakpuncak bakat (ultimatum potetiae) dari badan, rasa, kemauan dan akal. Itulah
dikonkretisasikan lebih lagi dalam keterampilan, kecekatan, keadilan,
kedermawanan, elokuensi dan fungsi-fungsi lain yang diperkembangkan dalam
tabiat manusia oleh pengalaman dan pendidikan. Lewat fungsi-fungsi itu manusia
menyempurnakan kosmos dan menghumanisasikan dirinya. Keselarasan nilainilai subjektif diutamakan oleh humanisme klasik.
b.

Kebudayaan Objektif
Nilai-nilai imanen dalam kebudayaan subjektif harus menyatakan diri
dalam tata lahir sebagai materialisasi dan institusionalisasi. Disana terbentanglah
dunia Kebudayaan Objektif yang amat luas dan serba guna, yang dihasilkan oleh
usaha raksasa ratusan angkatan sepanjang serajah. Sedikit demi sedikit dibina,
dengan “trial and error” dengan maju mundur, dengan pinjammeminjam antar
kebudayaan. Di sana dialog manusia-alam memuncak. Nilai-nilai yang
direalisasikan secara batin sekali diproyeksi secara serupa, merupakan landasan
untuk perkembangan batin lebih lanjut dan demikian terus-menerus dalam sarang

yang semakin kompleks. Nilai-nilai objektif itu, yang juga disebut hasil unsurunsur kebudayaan itu dapat disistematisasikan menurut beberapa prinsip
pembagian, antara lain : ilmu pengetahuan, teknologi, kesosialan, ekonomi,
kesenian dan agama.
2. Identitas Budaya
Identitas adalah jati diri yang dimiliki seseorang yang ia peroleh sejak
lahir hingga melalui proses interaksi yang dilakukannya setiap hari dalam
kehidupannya dan kemudian membentuk suatu pola khusus yang mendefinisikan
tentang orang tersebut. Sedangkan Budaya adalah cara hidup yang berkembang
dan dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang dan diwariskan dari generasi
ke generasi. Sehingga Identitas Budaya memiliki pengertian suatu karakter
khusus yang melekat dalam suatu kebudayaan sehingga bisa dibedakan antara
satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain.Dalam Lintas Budaya, setiap
orang seharusnya memahami masing-masing budaya yang ada di sekitarnya
sehingga dapat beradaptasi ketika berada di kebudayaan yang berbeda. Identitas
budaya memiliki beberapa pendekatan dalam pengertiannya yaitu adalah :
1) Kesempurnaan rasa dalam seni dan kemanusiaan.
2) Pola yang terintegrasi dari pengetahuan manusia, keyakinan, dan perilaku,
yang bergantung pada kemampuan atau kapasitasnya dalam pemikiran
secara simbolik dan pembelajaran secara sosial.
3) Seperangkat sikap, nilai – nilai, sasaran dan tindakan yang diyakini
bersama, yang kemudian menjadi ciri, sifat atau karakter dari sebuah
organisasi atau kelompok.
Adapun faktor-faktor pembentuk Identitas budaya sebagai berikut :
1) Kepercayaan.
Kepercayaan menjadi faktor utama dalam identitas budaya, tanpa adanya
kepercayaan yang di anut maka tidak akan terbentuk suatu identitas budaya yang
melekat pada suatu kebudayaan. Biasanya kepercayaan ini muncul dari amanah
para leluhur terdahulu yang menyakini tentang suatu kegiatan yang biasa
dilakukan oleh suatu budaya yang tentunya berbeda antara budaya satu dengan
budaya lainnya. Contohnya mempercayai tradisi pecah telur pada saat resepsi
pernikahan yang dipercaya sebagai salah satu tradisi penting masyarakat Jawa
dalam resepsi pernikahan.
2) Rasa aman
Perasaan aman atau positif bagi penganut suatu kebudayaan menjadi
faktor terbentuknya identitas budaya, karena tanpa adanya rasa aman dari pelaku

kegiatan budaya maka tidak akan dilakukan secara terus menerus sesuatu yang
dianggapnya negatif dan tidak aman. Contohnya tidak ada kebiasaan menyakiti
sesama karena dianggap saling menyakiti adalah tidak memberikan rasa aman
bagi siapapun.
3) Pola perilaku.
Pola perilaku juga menjadi faktor pembentuk identitas budaya, bagaimana
pola perilaku kita dimasyarakat mencerminkan identitas budaya yang kita anut.
Dalam hal ini biasa terjadinya diskriminasi terhadap orang-orang tertentu yang
berprilaku kurang baik menurut orang sekitarnya yang pada umumnya didalam
budaya orang tersebut adalah sesuatu yang wajar dilakukan.
Dari penjabaran pengertian di atas kemudian berhubungan dengan faktorfaktor yang mempengaruhi identitas budaya maupun yang berkaitan erat dengan
identitas budaya yaitu :
a. Asimilasi budaya
Pengertian asimilasi budaya adalah pembauran dua kebudayaan yang
disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk
kebudayaan baru. Suatu asimilasi ditandai oleh usaha-usaha mengurangi
perbedaan antara orang atau kelompok. Untuk mengurangi perbedaan itu,
asimilasi meliputi usaha-usaha mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan
dengan memperhatikan kepentingan serta tujuan bersama.
Golongan yang biasanya mengalami proses asimilasi adalah golongan
mayoritas dan beberapa golongan minoritas. Dalam hal ini, kebudayaan
minoritaslah yang mengubah sifat khas dari unsur-unsur kebudayaannya, dengan
tujuan menyesuaikan diri dengan kebudayaan mayoritas; sehingga lambat laun
kebudayaan minoritas tersebut kehilangan kepribadian kebudayaannya dan masuk
ke dalam kebudayaan mayoritas.
Contoh dari asimilasi budaya adalah : Salah satu contoh proses asimilasi
adalah program transmigrasi yang dilaksanakan di Riau pada masa pemerintahan
Orde Baru. Program transmigrasi ini tidak hanya berhasil meratakan jumlah
penduduk di berbagai pulau di Indonesia, tetapi program transmigrasi ini juga
mengakibatkan terjadinya asimilasi, terutama diwilayah Riau. Hal ini terlihat dari
banyaknya transmigran yang menghasilkan budaya baru, misalnya Jawa-Melayu,
Mandailing-Melayu, dan lain sebagainya.
b. Akulturasi budaya
Akulturasi (acculturation atau culture contact) adalah proses sosial yang
timbul bila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan
dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa,
sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke

dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan
itu sendiri.
3. Proses terbentuknya identitas budaya:
1. Identitas budaya yang tidak disengaja (ikut-ikutan terhadap budaya yang
lebih dominan)
2. Pencarian identitas budaya. (melalui proses penjajakan, bertanya dan uji coba)
Contoh: biarawan/wati
3. Identitas budaya yang diperoleh. (contoh: internalisasi peran sebagai dosen,
anggota TNI)
4. Resistensis dan separatisme: Penolakan terhadap (norma-norma) budaya
dominan. (aliran agama)
5. Integrasi: integrai budaya beberapa budaya yang menghasilkan budaya baru