TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB KOMISARIS INDEP

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB KOMISARIS INDEPENDEN
DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

Firi Putra
Program Studi Administrasi Niaga, Politeknik Anika
Email : firiputra@yahoo.co.id
Abstrak
Komisaris independen menjadi organ utama bagi penerapan praktik Good
Corpoate Governance, dengan melihat fungsi yang dimiliki. Oleh karena itu, sesuai
dengan nama yang diemban sebagai komisaris independean, maka harus memiliki
independensi, menjalankan fungsinya yaitu sebagai fungsi pengawasan, memiliki
profesionalisme dan kepemimpinan yang merupakan hal dasar yang dibutuhkan dari
perannya tersebut.

Kata Kunci: Kamisaris Independen, Tugas dan Tanggung Jawab.

pemegang saham (shareholders value)
serta mengakomodasi berbagai pihak yang
berkepentingan
dengan
perusahaan

(stakeholders) seperti kreditor, suplier,
asosiasi perusahaan, konsumen, pekerja,
pemerintah dan masyarakat luas.

I. PENDAHULUAN.
Globalisasi
ekonomi
dan
perdagangan bebas merupakan trend dan
perkembangan terpenting saat ini. Bagi
negara-negara
tertentu,
memasuki
perdagangan
bebas
memerlukan
persiapan, misalnya mengefektifkan dan
mengefisienkan perekonomian adalah
suatu prasyarat kondisional. Belajar dari
krisis keuangan dan ekonomi di Asia,

lembaga-lembaga keuangan internasional
seperti Word bank. Asian Development
Bank (ADB), inernational monetary Fund
(IMF), Consultatif Group on Indonesia
(CGI) berkesimpulan bahwa penerapan
good Corporate Governance (GCG)
adalah hal yang cukup mendesak untuk
segera di implementasikan oleh kalangan
pelaku usaha dan solusi bagi krisis.

OECD (organization for economic
Co-opeation
and
Development)
mendefinisikan corporate Governance
(Iman Syahputra Tunggal: 2002:1)
sebagai sekumpulan hubungan antara
pihak manajemen perusahaan, Bord dan
pemegang saham dan pihak lain yang
mempunyai

kepentingan
dengan
perusahaan. Corporate governance juga
mensyaratkan adanya struktur, perangkat
untuk mencapai tujuan dan pengawasan
atas kinerja. Corporate Governace yang
baik dapat memberikan rangsangan atau
insentif yang baik bagi bord dan
manajemen untuk mencapai tujuan yang
merupakan kepentingan perusahaan dan
pemegang saham dan harus memfasilitasi
pemonitoran yang efektif, sehingga

Corporete
governace
(Iman
Syahputra Tunggal, 2002:1) adalah sistem
dan struktur untuk mengelola perusahaan
dengan tujuan meningkatkan nilai


67

perusahaan (Dewan direksi dan para
manajer
tingkat
puncak).
Guna
mengawasi lebih lanjut kinerja perusaaan
melalui kepentingan para pemilik modal
secara
profesional,
maka
pemilik
perusahaan melalui RUPS, mengangkat
Anggota Komisaris untuk duduk dalam
Dewan
Komisaris,
termasuk
juga
komisaris independen.


mendorong
perusahaan
untuk
menggunakan sumber daya dengan lebih
efisien.
Dari pengertian itu dapat dikatakan
bahwa
corporate
Governance
mengandung
prinsip
pengelolaan
perusahaan
dengan
memperhatikan
keseimbangan kewenangan pelaksana
perusahaan
dengan
kepentingan

pemegang saham serta kepentingan
masyarakat luas sebagai bagian dari
stakeholder.
Secara
internal,
keseimbangan kewenangan direksi dan
komisaris dan hak pemegang saham
diracang sedemikian rupa melalui prinsipprinsip
corporate
govevrnance
mekanisme dan struktur kelembagaan
perusahaan dapat bergerak sesuai dengan
kepentingan pemegang saham dan
masyarakat umum.

Istilah komisaris independen diatur
didalam Pasal 120 Unndang-Undang
Perseroan No. 40 Tahun 2007 ayat (1)
dalam anggaran dasar perseroan dapat
mengatur adanya 1 (satu) orang atau lebih

komisaris independen dan 1 (satu)
komisaris utusan. Hanya saja dalam pasal
ini tidak dijelaskan lebih lanjut apa yang
dimaksud dengan komisaris independen.
Dan tidak juga diatur secara tegas tentang
kedudukan komisaris independen di dalam
undang-undang
perseroan.
Undangundang
perseroan
hanya
memuat
ketentuan secara umum tentang komisaris
independen dalam suatu perseroan.

Dalam
mengelola
perusahaan
menurut prinsip-prinsip good Corpoarte
Governance, peran komisaris independen

sangat diperlukan. Komisaris independen
dapat berfungsi untuk mengawasi jalannya
perusahaan dengan memastikan bahwa
perusaaan tersebut telah melakukan
praktik-praktik transparansi, akuntabilitas,
kemandirian dan keadilan menurut
ketentuan yang berlaku di suatu sistem
perekonomian.

II. PERMASALAHAN
Dari uraian tersebut maka yang menjadi
isu hukum adalah
1. Apakah persyaratan dan prosedur
memilih dan mengangkat komisaris
independen
2. Apakah ada perbedaan persyaratan
antara komisaris independen dengan
komisaris lainnya
3. Bagimana tanggung jawab hukum
komisaris independen?


Tatakelola perusahaan yang baik
merupakan jalinan keterkaitan antara
stakeholder perusahaan yang digunakan
untuk menetapkan dan mengawasi arah
srategik dan kinerja usaha suatu
organisasi. Dalam praktiknya good
corporate governance merupakan acuan
tertulis (pedoman) mengenai kesepakatan
antar
para
stakeholder
dalam
mengidentifikasi
dan
merumuskan
keputusan-keputusan strategis secara
efektif dan terkoordinasi. Dengan bekal
dari pedoman tersebut maka dapat
dibangun saling kepercayaan antara

pemilik perusahaan dan para pimpinan

III. PEMBAHASAN
3.1 Syarat dan prosedur mengangkat
Komisaris Independen
Dalam pasal 44 Kitab UndangUndang Hukum dagang (KUHD),
Perseroan terbatas dapat mempunyai

68

Umum Pemegang saham dalam waktu
satu bulan
d. Mengurus perseroan untuk sementara
waktu apabila karena alasan tertentu
perseroan tidak mempu nyai Direksi
sama sekali, dengan kewajiban dalam
waktu satu bulan setelah kejadian
tersebut segera mengadakan Rapat
Umum Pemegang Saham untuk
mengangkat Direksi yang baru.


Dewan Komisaris ataupun tidak. Jadi
sifatnya fakultatif, maka wajar kalau ada
anggapan bahwa jabatan Komisaris dalam
suatu Perseroan Terbatas semata-mata
sebagai pelengkap karena sefatnya
fakultatif artinya boleh ada boleh tidak.
Namun dalam praktik apabila diteliti
Anggaran Dasar (AD) Perseroan Terbatas
ketika masih mengacu kepada (KUHD),
hampir seluruh Perseroan Terbatas yang
didirikan ada organ komisaris. Sedangkan
dalam Undang-Undang Perseroan yang
lama undang-undang No. 1 tahun 1995
secara implisit disebutkan komisaris
sebagai salah satu organ dalam Perseroan
terbatas.

Di dalam undang-undang No. 40
tahun 2007 tentang perseroan Terbatas
Pasal 108 Dewan komisaris melakukan
pengawasan
atas
kebijaksanaan
pengurusan jalannya pengurusan pada
umumnya, baik mengenai perseroan
maupun usaha perseroan dan memberi
nasihat kepada direksi.

Perkataan komisaris mengandung
pengertian baik sebagai organ maupun
sebagai orang perseorangan. Sebagai
organ, komisaris lazim disebut Dewan
Komisaris, sedangkan sebagai orang
perseorangan disebut anggota komisaris
termasuk juga badan-badan lain yang
menjalankan tugas pengawasan khusus di
bidang tertentu.

Mencermati kedudukan Dewan
Komisaris cukup penting dalam perseroan
maka tidaklah mengherankan, jika
pembentuk undang-undang merasa perlu
mengatur syarat-syarat yang harus
dipenuhi untuk dapat diangkat menjadi
Dewan Komisaris. Hal ini dijabarkan
dalam Pasal 110 Undang-Undang
Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007
sebagai berikut:

Di Dalam akta pendirian atau
Anggaran Dasar ataupun oleh Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) dapat
ditetapkan adanya Komisaris atau Dewan
Komisaris yang tugasnya ditentukan di
dalam akta pendirian atau Anggaran
Dasarnya, sebagai berikut.

1. Yang dapat diangkat menjadi Dewan
Komisaris adalah orang perorangan
yang cakap melakukan perbuatan
hukum, kecuali dalam waktu 5 (lima)
tahun
sebelum
pengangkatannya
pernah:
a. dinyatakan pailit
b. menjadi anggota Direksi atau
anggota Dewan Komisaris yang
dinyatakan bersalah menyebabkan
suatu perseroan dinyatakan pailit,
atau
c. dihukum karena melakukan tindak
pidana yang merugikan keuangan
negara dan/atau yang berkaitan
dengan sektor keuangan.
2. Ketentuan persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak

a. Mengawasi tindakan pengurusan dan
pengelolaan perseroan yang dilakukan
oleh Direksi
b. Memeriksa buku-buku, dokumendukomen serta kekayaan perseroan,
memasuki gedung-gedung, kantorkantor dan memberikan segela
keterangan yang diperlulan yang
berhubungan dengan perseroan
c. Memberhentikan sementara waktu
anggota direksi dengan diserta alasanalasan pemberhentiannya dan wajib
memberitahukannya kepada Rapat

69

mengurangi kemungkinan instansi
teknis yang berwenang menetapkan
persyaratan tambahan berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
3. Pemenuhan persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dibuktikan dengan surat yang disimpan
oleh perseroan.

a. Tidak mempunyai hubungan afiliasi
dengan pemegang saham pengendali
perusahaan tercatat yang bersangkutan
b. Tidak mempunyai hubungan afiliasi
dengan direktur dan/atau komisaris
lainnya perusahaan tercatat yang
bersangkutan
c. Tidak bekerja rangkap sebagai direkur
di perusahaan lainnya yang terafiliasi
dengan perusahaan tercatat yang
bersangkutan
d. Memahami
peraturan
perundangundangan di bidang pasar modal.

Ketentuan pasal 110 undang-undang
perseroan tersebut di atas memberikan
syarat secara umum untuk menjadi Dewan
Komisaris,
baik
sebagai
anggota
komisaris pada umunya maupun terhadap
komisaris independen. Akan tetapi dalam
ayat (2) pasal 110 memberikan
kewenangan kepada perseroan untuk
menetapkan persyaratan tambahan untuk
menjadi Dewan komisaris biasa dan
Komisaris independen sepanjang tidak
bertentangan
dengan
peraturan
perundang-undangan.

Sedangkan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) diatur dalam Surat
Keputusan Menteri Negara Badan Usaha
Milik Negara Nomor Kep-117/MMBU/2002 tentang Penerapan Good
Corporare Governence pada Perusahan
Milik Negara. Yang mengatur syarat
Dewan Komisaris

Bursa Efek Jakarta Bapepam
menerbitkan serangkaian peraturan. Satu
di antara peraturan yang dimaksud adalah
Keputusan Direksi PT. Bursa Efek jakarta
Nomor: Kep-339/BEJ/07-2001 tanggal 21
juli 2001. Peraturan pencatatan efek
Nomor I-A tentang ketentuan umum
pencatatan efek bersifat Ekuitas di Bursa.
Pada butir C..1.a. di peraturan lampiran
tersebut ditegaskan, dalam rangka
penyelenggaraan pengelolaan perusaaan
yang baik (good corporate governance),
perusahaan tercatat wajib memiliki
Komisaris independen yang jumlahnya
secara proporsional sebanding dengan
jumlah saham yang dimiliki oleh bukan
pemegang saham pengendali dengan
ketentuan jumlah Komisaris Independen
sekurang-kurangnya 30% dari seluruh
anggota komisaris. Selanjutnya dalam
butir 3.2 dikemukakan, persyaratan
menjadi Komisaris independen pada
perusahaan tercatat adalah sebagai
berikut:

3.2
Persyaratan
dan
Komposisi
Komisaris
Persyaratan yang harus dipenuhi
oleh seorang calon anggota komisaris
meliputi
persyaratan
formal
dan
persyaratan material. Persyaratan formal
merupakan persyaratan yang bersifat
umum
sesuai
dengan
peraturan
perundang-undangan
sedangkan
persyaratan
material
merupakan
persyaratan yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan sifat bisnis perusahaan
1. Persyaratan formal
Persyaratan formal bagi komisaris
adalah orang perorangan yang
a. Mampu melaksanakan perbuatan
hukum
b. Tidak pernah dinyatakan pailit
c. Tidak pernah menjadi anggota
Direksi atau Komisaris yang
dinyatakan bersalah menyebabkan
suatu perseroan dinyatakan pailit
d. Tidak pernah melakukan tindak
pidana yang merugikan keuangan

70

perusahaan yang berkaitan dengan fungsi
manajemen, dan memiliki pengetahuan
yang memadai di bidang usaha perseroan
tersebut, serta dapat menyediakan waktu
yang cukup untuk melaksanakan tugasnya
.
Undang-undang perseroan terbatas
tidak memberikan syarat secara khusus
untuk menjadi Komisaris independen,
seperti latar belakang pendidikan,
keahlian dan pengalaman dibidangnya,
akan tetapi bila di intepretasikan makna
dari pasal 110 ayat (2) undang-undang
perseroan terbatas tersbut mengandung
makna yang cukup luas, maka sudah
sewajaranya kalau komisaris independen
memiliki integritas
dan moral yang
tinggi, profesional, memiliki kompetensi
dibidangnya
dan
memiliki
jiwa
kepemimpinan.

negara dalam waktu 5 (lima) tahun
sebelum pengangkatan
e. Tidak boleh ada hubungan keluarga
sedarah sampai mderajat ketiga baik
menurut garis lurus maupn garis ke
samping atau hubungan semenda
(menantu atau ipar) dengan anggota
Komisaris dan.atau anggota direksi
lainnya.
f. Tidak boleh merangkap jabatan lain
sebagai Direktur Utama atau
Direktur pada Badan Usaha Milik
Negara, Bdan Usaha Milik daerah
dan Badan Usaha Milik Swasta atau
jabatan lain yang berhubungan
dengan pereroan dan/atau pada
jabatan
lain
yang
dapat
menimbulkan benturan kepentingan
secara langsung atau tidak langsung
dengan perusahaan yang diawasinya
dan atau bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
g. Memiliki
komitmen
untuk
menyediakan waktu yang memadai.
2. Persyaratan material
Persyaratan material meliputi sebagai
berikut:
a. Memiliki intergritas, yaitu tidak
pernah secara langsung maupun
tidak langsung terlibat dalam
perbuatan rekayasa dan praktikpraktik menyimang, cedera janji
serta perbuatan lain yang merugikan
perusahaan
di
mana
yang
bersagkutan bekerja atau pernah
bekerja
b. Memahmi
masalah-masalah
manajemen yang berkaitan dengan
salah satu fungsi manajemen
c. Memiliki
pengetahuan
yang
memadai
di
bidang
usaha
perusahaan.

Selanjutnya pasal 112 ayat (1)
pengangkatan anggota dewan Komisaris
yang tidak memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud pasal 110 ayat (1)
dan (2) batal karena hukum sejak saat
anggota Dewan Komisaris Lainnya atau
Direksi mengetahui tidak terpenuhinya
persyaratan terebut. Pasal 112 tersebut di
atas berlaku umum bagi semua Dewan
Komisaris termasuk juga Komisaris
Independen. Dengan demikian ketentuan
syarat yang diatur di dalam pasal 110 ayat
(1) dan (2) bersifat absolut atau mutlak
bagi setiap anggota dewan Komisaris
termasuk juga komisaris independen.
Prosedur pengangkatan komisaris
independen melalui mekanisme Rapat
Umum Pemegang saham Pasal 111
Undang-Undang
Perseroan
Terbatas
menyebutkan anggota Dewan Komisaris
diangkat oleh Rapat Umum Pemegang
saham. Di Badan Usaha Milik Negara
prosedur
pencalonan
Komisaris
independen dilakukan dengan cara sebagai
berikut:

Daeng Nadja (Daing Naja, 2009:
38) mengemukakan komisaris diangkat
dari tenaga yang memiliki integritas,
dedikasi, memahami masalah manajemen

71

1. Komisaris mengajukan nama-nama
yang diusulkan menjadi komisaris
independen
2. Dalam
pencalonan
komisaris
independen harus diupayakan agar
pendapat pemegang saham minoritas
diperhatikan antara lain dalam bentuk
hak pemegang saham minoritas untuk
mengajukan
calon
komisaris
independen
3. Calon yang diajukan harus lebih dari
satu.

3.3 Perbedaan tugas dan wewenang
antara
komisaris
independen
dengan komisaris pada umumnya
Fungsi
pengawasan
Dewan
Komisaris,
keberadaan
Komisaris
Independen adalah sangat diperlukan.
Secara langsung keberadaan komisaris
independen sangat penting, karena
didalam praktek sering ditemukan
transaksi yang mengandung benturan
kepentingan
yang
mengabaikan
kepentingan pemegang saham publik
(pemegang saham minoritas) serta
stakeholder lainnya, terutama pada
perusahaan
di
indonesia
yang
menggunakan dana masyarakat di dalam
pembiayaan usahanya.

Selanjutnya pasal 120 ayat (1)
anggaran dasar perseroan dapat mengatur
adanya 1 (satu) orang atau lebih
Komisaris indpenden dan 1 (satu) orang
Komisaris utusan. Ayat (2) Komisaris
independen sebagaimana dimaksud ayat
(1) diangkat berdasarkan Keputusan Rapat
Umum Pemegang Saham dari pihak yang
tidak terafiliasi dengan pemegang saham
utama, anggota direksi dan/atau anggota
dewan komisaris lainnya. Komisaris
Independen yang ada di dalam pedoman
tata kelola Perseroan yang baik (code of
good corporate governance) adalah
“Komisaris dari pihak luar

Komisaris
independen
adalah
anggota dewan komsaris yang tidak
terafiliasi dengan direksi, anggota dewan
komisaris lainnya dan pemegang saham
pengendali, serta bebas hubungan bisnis
atau hubungan lainnya yang dapat
mempengarui
kemampuannya
untuk
bertindak independen atau bertindak
semata-mata
demi
kepentingan
perusahaan.

Antonius Alijoyo dan Subarto Zaini
(Sentosa
Sembiring:
2012:54).
mengemukakan komisaris independen
adalah anggota komisaris yang berasal
dari luar perusaaan (tidak memiliki
hubungan afiliasi dengan perusahaan)
yang dipilih secara transparan dan
independen, memiliki integritas dan
kompetensi yang memadai, bebas
pengaruh yang berhubungan dengan
kepentingan pribadi atau pihak lain, serta
dapat bertindak secara objektif dan
independen dengan berpedoman pada
prinisp-prinsip
good
corporate
governance (transparacy, accuntability,
responsibility, fairness).

Undang-Undang Perseroan Terbatas
Tugas komisaris independen tidak diatur
secara rinci, akan tetapi secara umum
tugas dari pada komisaris termasuk juga
komisaris independen adalah melakukan
pengawasan atas kebijakan pengurusan
jalannya pengurusan pada umumnya, baik
mengenai perseroan maupun usaha
perseroan dan memberi nasihat kepada
direksi.
Tugas komisaris yang utama adalah
mengawasi pekerjaan direksi, dimana
tugas pengawasan ini meliputi:
a. Pengawasan preventif, tujuan untuk
menjaga agar tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan sebelumnya, yang
dapat merugikan perseroan yang
dilakukan oleh direksi
72

Dewan Komisaris tidak untuk kepentingan
pihak atau golongan tertentu, tetapi untuk
kepentingan perseroan secara menyeluruh
dan sesuai dengan maksud dan tujuan.

b. Pengawasan represif, untuk mengontrol
tindakan direksi, apakah semua
tindakan yang telah dilakukannya tidak
merugikan perseroan ataukah tidak
bertentangan
dengan
akta
pendirian/atau aggaran dasar dan
undang-undang, dan apakah segala
sesuatu yang telah ditentukan di dalam
RUPS telah dijalankan. Apabila
Direksi
dalam
tindakannya
bertentangan dengan anggaran dasar
atau undang-undang ataupun keputusan
RUPS maka dapat diberhentikan untuk
sementara (geschort), namun apabila
dapat membuktikan bahwa mereka
tidak bersalah, dapat diangkat kembali.

Menurut Fred B.G. Tumbuan,
Dewan Komisaris bukan mewakili
pemegang saham. Hal ini termaktub
dalam Pasal 85 ayat (4) Undang-Undang
Perseroan yang melarang anggota dewan
komisaris untuk bertindak selaku kuasa
pemegang saham dalam pemungutan
suara sewaktu RUPS, meskipun dewan
komisaris bisa memberhentikan sementara
anggota direksi, namun tidak berarti
bahwa dewan komisaris membawahi
direksi. Kedua organ yang dimaksud yaitu
direksi
dan
komisaris
setara
kedudukannya, tidak ada urutan hirarkhi.

Tugas-tugas yang harus dilakukan oleh
Dewan Komisaris dijabarkan dalam pasal
108 Undang-Undang Perseroan Terbatas,
sebagai berikut:

Tugas yang wajib dilakukan oleh
Dewan Komisaris diatur dalam pasal 116
Undang-Undang
Perseroan
Terbatas
sebagai berikut, Dewan Komisaris wajib:

1. Dewan
Komisaris
melakukan
pengawasan atas kebijakan pengurus
jalannya pengurusan pada umumnya
baik mengenai perseroan maupun
usaha perseroan dan memberi nasihat
kepada direksi.
2. Pengawasan dan pemberian nasihat
sebagimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan untuk kepentingan perseroan
dan sesuai dengan maksud dan tujuan
perseroan.

a. Membuat
risalah
rapat
Dewan
Komisaris dan menyimpan salinannya
b. Melaporkan
kepada
perseroan
mengenai
kepemilikan
sahamnya
dan/atau keluarganya pada perseroan
tersebut dan perserian lain; dan
c. Memberikan laporan tentang tugas
pengawasan yang telah dilakukan
selama tahun buku yang baru lampau
kepada RUPS.

Ketentuan pasal di atas, tampak
bahwa dewan komisaris sebagai lembaga
pengawas dalam menjalankan tugasnya,
harus mengacu kepada maksud dan tujuan
perseroan. Jadi penekanannya kepada
maksud dan tujuan perseroan. Penekanan
seperti ini tentu punya alasan, sebab salah
satu karakteristik Perseroan Terbatas
sebagai Badan Hukum adalah mempunyai
kepentingan sendiri. Dalam penjelasan
Pasal 108 ayat (2) dikemukakan yang
dimaksud dengan untuk kepentingan dan
sesuai dengan maksud dan tujuan
perseroan adalah bahwa pengawasan dan
pemberian nasihat yang dilakukan oleh

Tugas komisaris menarik disimak
apa yang dikemukakan oleh Todung
Mulya Lubis, (sentosa Sembiring :2012:
66) bahwa dalam dekade terakhir ini dapat
dilihat pada jajaran komisaris, terlihat
mulai didominasi pemegang saham
mayoritas di mana posisi presiden
komisaris atau komisaris utama hampir
semuanya diduduki oleh para pemilik
modal.
Terhadap tugas dari komisaris
independen secara umum diatur didalam
pasal 108 dan pasal 116 Undang-Undang
73

b. Perlakuan
yang
adil
terhadap
pemegang saham minoritas dan
stakeholder lainnya
c. Diuangkapnnya
transaksi
yang
mengandung benturan kepentingan
secara wajar dan adil
d. Kepatuhan
perusaaan
pada
perundangan dan peraturan yang
berlaku
e. Menjamin
akuntabilitas
organ
perseroan.

Perseroan Terbatas, akan tetapi tugas dari
komisaris independen ada tugas lainnya
yang diberikan kepadanya sebagai
pelaksanaan dari prinsip Good Corporate
Govevrnance. Itulah yang membedakan
antara tugas komisaris umumnya dengan
komisaris independen.
Prinsif-prinsif yang terkandung di
dalam Good Corporate Governance di
perusahaan, seluruh anggota Komisaris
atau komisaris independen perlu mengerti
dan menjalankan tugasnya dengan
mengacu pada prinsip-prinsip GCG
berikut ini
a.
b.
c.
d.
e.

Salah satu prinsip yang termuat
dalam prinsi-prinsip Good Corporate
Governanace adalah prinsip yang ke 5
(lima)
yaitu
akuntabilitas
Dewan
Komisaris.
Kerangka
corporate
governance harus memastikan pedoman
strategik
perusahaan,
pemonitoran
manjemen yang efektif oleh dewan
komisaris, dan akuntablitas dewan
komisaris terhadap perusahaan dan
pemegang saham.

Transparansi
Disclosure
Akuntbilitas
Kemandirian
Keadilan

Task
Force
Nasional
Kebijakan
Corporate
Governence
membuat
pedoman tentang Komisaris Independen.
Dalam Bab III dijelaskan misi komisaris
independen, antara lain sebagai berikut:

Untuk menciptakan kegiatasan
usaha fair dalam penerapan good
corporate
Governance.
Dalam
menjalankan tugasnya Dewan Komisaris
dapat membentuk berbagai komite yang
membantu fungsi Dewan Komisaris agar
berjalan secara efektif.

1. Misi komisaris independen adalah
mendorong terciptanya iklim yang
lebih objektif dan menempatakan
kesetaraan (fainess) di antara berbagai
kepentingan termasuk kepentingan
perusahaan
dan
kepentingan
stakeholders sebagai prinsp utama
dalam pengambilan keputusan oleh
dewab komisaris.
2. Komisaris
independen
harus
mendorong diterapkannya prinsip dan
praktik tata kelola perusahaan yang
baik (good Corporate governance)
pada perusahaan di indonesia.

1.

2.

3.

Selanjutnya dalam Bab IV dijelaskan
Tugas Komisaris independen antara lain:
a. Menjamin
keterbukaan
perusahaan

transparansi
dan
laporan
keuangan

74

Komite
audit
memastikan
terselenggaranya
efektif
dari
pngendalian intern, pelaksana tugas
eksternal auditor dan internal auditor.
Komite nominasi yang menyusun
kriteria sleksi dan prosedur nominasi
anggota komisaris dan direksi dan
eksekutif lainnya, merancang sistem
penilaian,
dan
memberikan
rekomendasi tentang jumlah direksi
Komite Remunerasi yang menetapkan
arahan dalam penyusunan penggajian
dan pemberian tunjangan serta
rekomendasi atas penilaian sistem
remunerasi, pemberian saham, sistem
dan kompensasi dalam pengurangan
pegawai.

4.

samping bertugas mengawasi direksi dan
perusahaan, komisaris independen juga
sebagai ketua Komite Audit yang
mengaudit keuangan perusahaan secara
independen. Dan harus menerapkan
prisip-prinsip good corporate governance.

Komite asuransi dan resiko Usaha
yang melakukan penilaian berkala
dan pemberin rekomendasi resiko
usaha dan jenis serta jumlah asuransi.

Komite
Audit.
Keanggotaan
Komite audit sekurang-kurangnya terdiri
dari 3 (tiga) orang anggota, seorang
diantaranya
merupakan
Komisaris
independen perusahaan Tercatat yang
sekaligus merangkap sebagai ketua
Komite Audit, sedangkan anggota lainnya
merupakan pihak ektern yang independen
di mana sekurang-kurangnya satu
diantaranya memiliki kemampuan di
bidang akuntani dan atau keuangan.

Chatamarrasjid
Ais
(Sentosa
sembiring, 2012: 115) mengemukakan,
tugas yang harus dilakukan komisaris
independen
cukup
berat,
disebut
demikian, karena komisaris independen
berkewajiban bersikap independen dan
objektif walaupun ia dipilih oleh
pemegang saham mayoritas. Pengertian
independen tidaklah berarti bahwa ia tidak
terikat
pada
kaidah,
etika
dan
profesionalitas, tetapi ia independen
dalam memecahkan dan menganalisis
permasalahan yang dihadapi. Komisaris
independen
diharapkan
dapat
menghilagkan
praktik-praktik
yang
kurang atau tidak fair, baik teradap
pemegang saham publik maupun terhadap
pemegang saham minoritas. Dengan kata
lain seorang komisaris independen harus
mengungkap kebenaran yang fair.

Komite audit bertugas untuk
memberikan pendapat profesional yang
independen kepada dewan komisaris
terhadap laporan keuangan atau hal-hal
yang disampaikan oleh direksi kepada
dewan komisaris serta identifikasi hal-hal
yang memerlukan perhatian dewan
komisaris yang antara lain meliputi:
a.

b.
c.

d.
e.
f.

Melakukan penelaahan atas informasi
keuangan yang akan dikeluarkan
perusahaan seperti laporan keuangan,
proyeksi dan informasi keuangan
lainnya.
Menelaan
indepedensi
dan
objektifitas akuntan publik
Melakukan penelaah atas kecukupan
pemeriksaan yang dilakukan oleh
akuntan publik untuk memastikan
semua risiko yang penting telah
dipertimbangkan
Melakukan penelaahan atas efektifitas
pengendalian internal perusahaan
Menelaah
tingkat
kepatuhan
perusahaan
Melakukan pemeriksaan terhadap
dugaan adanya kesalahan dalam
keputusan rapat direksi.

Dewan
Komisaris
dalam
menjalankan tugasnya tidak dapat
dipengaruhi oleh siapapun. Yang dia
wakili saat ini adalah kepentingan
masyarakat (publik) yang harus benarbenar
diperhatikan.
Sebagaimana
dimaklumi, di negara-negara maju
pengelolaan perusahaan tidak lagi
berpusat pada kepentingan pemegang
saham maupun manajemen semata-mata,
akan tetapi sudah bergeser ke kepentingan
publik, masalah mutu atau kualitas dari
produk yang dihasilkan oleh perusahaan,
harga yang wajar dan layanan purna jual.
Oleh karena itu fungsi utama komisaris
adalah
mengawasi
kegiatan
yang
dilakukan oleh manajemen agar maksud
dan tujuan pendirian perseroan dapat
tercapai.

Dari uraian tersebut, maka tugas
komisaris independen lebih berat daripada
komisaris pada umumnya karena di

75

3.4
Tanggung
independen

jawab

kewenangan untuk menyetujui atau tidak
menyetujui tindakan-tindakan tertentu
yang akan dilakukan oleh Direksi
Perseoan, termasuk untuk menyetujui
laporan Tahunan yang akan disampaikan
kepada pemegang saham untuk dibahas
dalam rapat Umum Pemegang Saham
tahunan perseroan.

komisaris

Dalam kaitannya dengan tugas yang
diemban oleh Dewan Komisaris patut
disimak apa yang dikemukakan oleh Mas
Achmad Daniri, Sentosa Sembiring:
2012:118) sebagai salah satu organ
perusahaan, Dewan Komisaris
harus
memiliki tanggung jawab dan wewenang
mengawasi tindakan direksi. Bukan hanya
itu, dewan komisaris juga berhak memberi
nasihat kepada direksi jika sewaktu-waktu
diperlukan. Dewan komisaris diharapkan
untuk bertindak independen dan kritis,
baik antara satu sama lain maupun
terhadap direksi. Independen di sini
berarti
komisaris
bukan
sekedar
rubberstamp dari direksi tetapi aktif
dalam
mempertimbangkan
(review)
bahkan mengkritisi (challenge) kebijakan
strategis direksi.

Secara umum tanggung jawab
Dewan Komisaris diatur di dalam Pasal
114 undang-undang perseroan:
1.

2.

Undang-Undang No. 1 Tahun 1995
tentang Perseroan Terbatas mengatur two
board system, yaitu direksi dan komisaris.
Ini merupakan sistem yang dianut dari
kontinental, Belanda. Ada Direksi sebagai
pengurus
dan
Koimisaris
sebagai
pengawas. Sedangkan Amerika Menganut
single Board system yang disebut board of
director.

3.

4.

Sebuah perusahaan, kita mengenal
adanya direksi dan manajemen. Namun,
ada sebuah peran penting lagi dalam
sebuah perusahaan yaitu peran dari
Komisaris.
Dalam
undang-undang
perseroan Terbatas perkataan komisaris
meliputi dua pengertian, yang pertama
adalah organ perseroan yang lazim
dikenal dengan nama Dewan Komisaris,
dan anggota Dewan Komisaris. Komisaris
adalah organ perseroan yang bertugas
melakukan pengawasan secara umum dan
atau khusus serta memberikan nasihat
kepada Direksi dalam menjalankan
perseroan Pada umumnya dalam praktek
kegiatan perseroan, Komisaris diberikan

5.

76

Dewan Komisaris bertanggung jawab
atas
pengawasan
perseroan
sebagaimana dimaksud dalam pasal
108 ayat (1)
Setiap anggota Dewan Komisaris
wajib dengan itikad baik, kehatihatian dan bertanggung jawab dalam
menjalankan tugas pengawasan dan
pemberian nasihat kepada Direksi
sebagimana dimaksud dalam pasal
108 ayat (1) untuk kepentingan
perseroan dan sesuai dengan maksud
dan tujuan perseroan.
Setiap anggota Dewan Komisaris ikut
bertanggung jawab secara pribadi atas
kerugian perseroan apabila yang
bersangkutan bersalah atau lalai
menjalankan tugasnya sebagaimana
dimaksud ayat (2).
Dalam hal Dewan Komisaris terdiri
atas 2 (dua) anggota Dewan
Komisaris atau lebih, tanggung jawab
sebagimana dimaksud pada ayat (3)
berlaku secara tanggung renteng bagi
setiap anggota Dewan Komisaris.
Anggota Dewan Komisaris tidak
dapat dipertanggungjawabkan atas
kerugian sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) apabila dapat membuktikan
a. Telah melakukan pengawasan
dengan itikad baik dan kehatihatian
untuk
kepentingan
Perseroan dan sesuai dengan
maksud dan tujuan perseroan.
b. Tidak mempunyai kepentingan
pribadi baik langsung maupun

6.

dengan maksud dan tujuan
perseroan.
c. Tidak mempunyai kepentingan
pribadi, baik langsung atau tidak
langsung atas tindakan pengurusan
oleh Direksi yang mengakibatkan
kepailitan
d. Telah memberikan nasihat kepada
Direksi untuk mencegah terjadinya
kepailitan.

tidak langsung atas tindakan
pengurusan
Direksi
yang
mengakibatkan kerugian, dan
c. Telah memberikan nasihat kepada
direksi untuk mencegah timbul
atau
berlanjutnya
kerugian
tersebut.
Atas nama perseroan, pemegang
saham yang mewakili paling sedikit
1/10 (satu persepuluh) bagian dari
jumlah seluruh saam dengan hak
suara dapat menggugat anggota
Dewan Komisaris yang karena
kesalahan
atau
kelalaiannya
menimbulkan
kerugian
pada
perseroan ke pengadilan negeri.

Sifat keputusan Dewan Komisaris
Menurut Munir Fuady (Munir Fuadi:
2009 : 116) bersifat kolektif kolegial hal
ini sesuai dengan ketentuan Pasal 108 ayat
(4) Dewan Komisaris yang terdiri dari 1
(satu) orang anggota merupakan majelis
dan setiap anggota Dewan komisaris tidak
dapat bertindak sendiri-sendiri, melainkan
berdasarkan keputusan Dewan Komisaris.
Dewan komisaris merupakan suatu
institusi hukum yang bersifat kolektif
(kolegial) dengan memiliki tugas yang
kolektif dan tanggung jawab yang kolektif
pula.

Selanjutnya Pasal 115 Undang-Undang
Perseroan menyebutkan:
1.

2.

3.

Dalam hal terjadi kepailitan karena
kesalahan atau kelalaian Dewan
Komisaris
dalam
melakukan
pengawasan terhadap pengurusan
yang dilaksanakan oleh Direksi dan
kekayaan Perseroan tidak cukup
untuk membayar seluruh kewajiban
perseroan akibat kepailitan tersebut,
setiap anggota Dewan Komisaris
secara
tanggung
renteng
ikut
bertanggung jawab dengan anggota
Direksi atas kewajiban yang belum
dilunasi.
Tanggung
jawab
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berlaku juga
bagi anggota Dewan Komisaris yang
sudah tidak menjabat 5 (lima) tahun
sebelum putusan pernyataian pailit
diucapkan.
Anggota
Dewan
Komisaris
sebagimana dimaksud pada ayat (1)
apabila dapat membuktikan:
a. Kepailitan tersebut bukan karena
kesalahan atau kelalaiannya
b. Telah
melakukan
tugas
pengawasan dengan itikad baik
dan
kehati-hatian
untuk
kepentingan perseroan dan sesuai

Terkait dengan tanggung jawab
komisaris independen secara umum diatur
didalam Pasal 114 dan Pasal 115 UndangUndang Perseroan. Tetapi kalau ditinjau
secara substansi dari pengertian komisaris
independen, maka komisaris independen
tanggung jawabnya lebih besar. Karena
komisaris independen memiliki tanggung
jawab
utama
untuk
mendorong
diterapkannya
prinsip
tatakelola
perusahaan yang baik (good Corporate
governance) di dalam perusahaan melalui
pemberdayaan Dewan Komisaris agar
dapat melakukan tugas pengawasan dan
pemberian nasihat kepada direksi secara
efektif dan lebih memberikan nilai tambah
perusahaan.
Dalam upaya untuk melaksanakan
tanggung jawabnya dengan baik maka
Komisaris Independen harus secara
proaktif mengupayakan agar Dewan
Komisaris melakukan pengawasan dan

77

memberikan nasihat kepada Direksi yang
terkait dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Memastikan
bahwa
perusahaan
memiliki strategi bisnis yang efektif,
termasuk di dalamnya memantau
jadwal dan efektivitas strategi tersebut.
2. Memastikan
bahwa
perusahaan
mengangkat eksekutif dan manajermanajer profesional
3. Memastikan
bahwa
perusahaan
memiliki
informasi,
sistem
pengendalian dan sistem audit yang
bekerja dengan baik.
4. Memastikan
bahwa
perusahana
mematui hukum dan perundangan yang
berlaku maupun nilai-nilai yang
ditetapkan
perusahaan
dalam
menjalankan operasinya
5. Memastikan risiko dan potensi krisis
selalu diidentifikasikan dan dikelola
denga baik.
6. Memastikan prinsip-prinsip dan praktik
Good Corporate Governance dipatuhi
dan diterapkan dengan baik

2.

3.

Komisaris independen menjadi
organ utama bagi penerapan praktik Good
Corpoate Governance, dengan melihat
fungsi yang dimiliki. Oleh karena itu,
sesuai dengan nama yang diemban
sebagai komisaris independean, maka
harus
memiliki
independensi,
menjalankan fungsinya yaitu sebagai
fungsi
pengawasan,
memiliki
profesionalisme dan kepemimpinan yang
merupakan hal dasar yang dibutuhkan dari
perannya tersebut.
IV. KESIMPULAN
Dari uraian tersebut di atas, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.

Persyaratan
dan
prosedur
pengangkatan Komisaris Independen
tidak diatur secara khusus di dalam
Undang-Undang Perseroan Terbatas
No. 40 Tahun 2007. Pasal 110 UUPT
hanya mengatur syarat menjadi

78

Dewan Komisaris Secara Umum
termasuk juga Komisaris Indpenden
sebagai salah satu anggota dari
Dewan Komisaris. Akan tetapi dalam
ayat (2) Pasal 110 memberikan
kewenangan kepada perseroan untuk
menetapkan persyaratan tambahan
untuk menjadi Dewan komisaris biasa
dan Komisaris independen sepanjang
tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan. Seperti di BEJ,
BUMN dan Pasar Modal.
Secara umum tugas dari Dewan
Komisaris diatur didalam Pasal 108
dan Pasal 116 UUPT termasuk juga
tugas dari Komisaris Independen.
Akan tetapi tugas dari komisaris
independen ada tugas lainnya yang
diberikan
kepadanya
sebagai
pelaksanaan dari prinsip Good
Corporate Govevrnance. Itulah yang
membedakan antara tugas komisaris
umumnya
dengan
komisaris
independen.
Terkait dengan tanggung jawab
komisaris independen secara umum
diatur didalam Pasal 114 dan Pasal
115 Undang-Undang Perseroan.
Tetapi kalau ditinjau secara substansi
dari pengertian komisaris independen,
maka komisaris independen tanggung
jawabnya lebih besar. Karena
komisaris
independen
memiliki
tanggung jawab
utama
untuk
mendorong diterapkannya prinsip
tatakelola perusahaan yang baik
(good Corporate governance) di
dalam
perusahaan
melali
pemberdayaan Dewan Komisaris agar
dapat melakukan tugas pengawasan
dan pemberian nasihat kepada direksi
secara efektif dan lebih memberikan
nilai tambah perusahaan.

Sembiring, Sentosa.
2012. Hukum
Perusaaan
tentang
Perseroan
Terbatas. Bandung. Nuansa Aulia.

DAFTAR PUSTAKA
Yani, Ahmad dan Widjaya, Gunawan.
1999. Seri Hukum Bisnis Perseroan
Terbatas. Jakarta. PT. RajaGrafindo
Persada.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas.
Keputusan Menteri BUMN No Kep117/M-MBU/2002
Panduan
Komisaris
independen
yang
dikeluarkan oleh Komite Kabijakan
nasional kebijakan governance.

Antonius dan Zaini, Subarto. 2004.
Komisaris Independen Penggerak
Praktik GCG di Perusahaan.
Indeks, Jakarta.
Naja, Daeng. 2009. Pengantar Hukum
Bisnis.
Yogyakarta.
Pustaka
Yustisia.

Pedoman
tentang
Komisaris
Indepependen oleh Task Force
Komite
nasional
Kebijakan
Corporate Governance.

Moeljono, Djokosantoso. 2005. Good
Corporate Cultur inti dari Good
Corporat Governance. Jakarta. PT.
Gramedia.
Widjaya,
I.G. Rai. 2003. Hukum
Perusahaan-Undang-Undag
dan
Pelaksanaan Undang-Undang di
Bidang Usaha. Jakarta. Mogapoin.
Tunggal, Iman Sjahputra dan Tunggal
Amin Widjaja. 2002. Membangun
Good
Corporate
Governance
(GCG). Jakarta Harvarindo.
Nasarudin, M. Irsan dan Surya, Indra.
Aspek Hukum Pasar Modal
Indonesia. 2011. Prenada Media
Group, Jakarta,
Simatupang, Richard Burton. 1996. Aspek
Hukum Dalam Bisnis, Jakarta,
Renika Cipta.
R.T.

Sutantya R Hadhikusuma dan
Sumantoro. 1991. Pengertian Pokok
Hukum Perusahaan (bentuk Bentuk Perusahaan yang berlaku di
Indonesia) Jakarta. Rajawali Press,

Fuady, Munir. 2009. Perseroan Terbatas
Paradigma Baru. PT. Citra Aditya
Bahkati. Bandung.

79