Strategi Pemenangan Partai Dalam Kontest (1)

Strategi Pemenangan Partai Dalam
Kontestasi Pemilu 2014
OPINI | 12 May 2013 | 10:25

Dibaca: 5774

Komentar: 0

0

Bila tak ada aral melintang, hajatan Pemilu Legislatif akan digelar pada 9 April 2014, tahun
depan. Sebanyak 15 partai peserta Pemilu yang terdiri dari 12 partai nasional dan 3 partai lokal
(Aceh) akan bertarung memperebutkan kursi legislatif di tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan
pusat (nasional). 12 Partai nasional dimaksud yaitu: (1) Partai NasDem; (2) PKB; (3) PKS; (4)
PDI Perjuangan; (5) Partai Golkar; (6) Partai Gerindra; (7) Partai Demokrat; (8) PAN; (9) PPP;
(10) Partai Hanura; (14) PBB; dan (15) PKP Indonesia. Sementara 3 partai lokal Aceh (dan
nomor urutnya) yang akan bertarung yaitu Partai Damai Aceh (11); Partai Nasional Aceh (12);
dan Partai Aceh (13). Pertarungan itu juga melibatkan 6.576 Caleg DPR RI, ribuan Caleg DPD
RI, dan puluhan ribu Caleg DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota.
Bagi partai nasional, kontestasi Pemilu 2014 dipastikan lebih berat ketimbang kontestasi Pemilu
2009 lalu. Sebab, PT (parliamentary threshold) atau ambang batas perolehan suara partai secara

nasional untuk bisa menempatkan wakilnya di parlemen (DPR RI) pada Pemilu 2014 lebih
tinggi, yakni 3,5 %. Sementara PT dalam Pemilu 2009 hanya 2,5 % suara. Selain itu, biaya yang
harus dikeluarkan partai juga dipastikan akan semakin besar.
Dalam kontestasi Pemilu, tidak ada satu pun partai yang ingin kalah. Semuanya bermaksud
meraih kemenangan. Minimal, target lolos PT 3,5 % tercapai. Contohnya, target PKP Indonesia.
Sebuah target minimal yang terlihat mudah diraih seandainya suara pemilih terbagi rata ke dalam
12 partai peserta Pemilu. Akan diperoleh rata-rata 8,33 % suara. Namun, hal itu merupakan
sesuatu yang hampir mustahil. Persebaran suara pemilh ke partai selalu merata. Itu terjadi mulai
dari Pemilu pertama 1955 di era orde lama, 6 kali Pemilu orde baru, sampai Pemilu 2009 atau
pemilu ketiga di era reformasi ini.
Untuk bisa menang dalam pertarungan, partai mutlak membutuhkan strategi pemenangan yang
tepat. Pada titik inilah, ada kesamaan antara kontestasi Pemilu dan perang dalam militer. Perang
membutuhkan strategi. Tidak ada kemenangan yang lahir tanpa strategi. Menang dan kalahnya
sebuah peperangan sangat bergantung pada tepat atau tidaknya strategi yang digunakan. Begitu
pun kontestasi Pemilu.
Secara etimologis, strategi berasal dari kata Yunani strategia, yang diartikan art and science of
directing military forces, seni atau ilmu tentang mengatur dan mengarahkan kekuatan militer.
Dengan kata lain, strategia atau strategos berarti seni menjadi seorang jenderal atau panglima
perang. Dalam konteks di atas, strategi dimaknai sebagai cara untuk mendapatkan kemenangan
atau mencapai tujuan. Jadi, partai yang ingin menang atau hanya sekedar lolos PT 3,5 %

membutuhkan strategi untuk mencapainya. Di dalam strategi, tercakup taktik dan logistik.
Antara Perang dan Pemilu

Di dunia militer, ada adagium, “kenali dirimu sendiri, kenali musuhmu maka seribu kali perang
engkau akan menang”. Oleh karena itu, dalam strategi perang seorang panglima perang harus
mengenal kekuatan pasukannya dan kekuatan pasukan musuh, untuk menyusun strategi dan
taktik pertempuran yang akan digunakan. Untuk bisa memilih strategi dan taktik yang tepat,
seorang panglima perang harus mengenal betul kondisi CUMEMU (istilah dunia militer yakni
Cuaca, Medan dan Musuh). Ini penting mengingat CUMEMU sangat mempengaruhi
keberhasilan dalam pertempuran.
Pada dasarnya, strategi dalam memenangi kontestasi Pemilu memiliki kemiripan dengan strategi
perang. Tentu, ada pula yang membedakannya. Pembeda yang sangat kentara terletak pada target
yang disasar untuk mencapai kemenangan. Dalam perang, target yang disasar adalah
melemahkan dan merusak atau menghancurkan pasukan musuh baik fisik maupun moral (baca:
mental), dan segala logistik perang serta hal pendukung lainnya sehingga pasukan musuh
menyerah atau binasa. Dengan itu, kemenangan diraih. Sementara dalam kontestasi Pemilu,
target yang disasar partai adalah simpati pemilih agar ia menjatuhkan pilihannya dalam Pemilu
pada partai bersangkutan. Partai yang paling banyak dipilih oleh pemilih akan keluar sebagai
pemenang. Jadi, pasukan menang dalam perang kalau musuh menyerah, sementara partai
memenangi kontestasi pemilu kalau mendapatkan suara pemilih terbanyak.

Namun demikian, perbedaan tersebut tak menghalangi untuk mengadopsi dan memodifikasi
strategi perang menjadi strategi pemenangan partai dalam Pemilu. Hal pertama yang harus
dilakukan adalah menerjemahkan istilah CUMEMU untuk kepentingan strategi pemenangan
partai. Cuaca dapat diterjemahkan sebagai timing dan momentum, preferensi pemilih, budaya
politik, perilaku pemilih, dan regulasi pemilu. Medan bisa diterjemahkan sebagai pemilih dan
lingkungannya. Sementara musuh adalah partai kompetitor dan segala aspek pendukungnya.
Terjemahan target yang disasar adalah menguasai medan atau pemilih dan lingkungannya.
Strategi pemenangan yang tepat hanya bisa dihasilkan tatkala interpretasi CUMEMU di atas
dapat diidentifikasi dengan tuntas dan jelas, dan dijadikannya sebagai salah satu input pembuatan
strategi. Input lainnya adalah pengetahuan mengenai kondisi eksisting partai dan kapasitas yang
dimilikinya. Misalnya, struktur kepengurusan partai dan dana yang dimilikinya, serta para
calegnya. Dalam konteksnya ini, caleg diibaratkan sebagai senjata utama yang berfungsi sebagai
vote getter.
Dengan kedua input di atas, maka strategi pemenangan yang tepat dapat dibuat. Baru kemudian
merumuskan taktik untuk tiap-tiap strategi yang dipilih, dan menyiapkan logistiknya.
Kemenangan bisa diraih bila strategi dan taktik tersebut dapat diimplementasikan atau dieksekusi
secara efektif.
Kontestasi Pemilu 2009: Sebuah Referensi
Pemilu 2009 yang digelar pada 9 April 2009 diikuti 38 partai nasional dan 6 partai lokal (Aceh),
dengan sistem yang relatif berbeda dengan pemilu sebelumnya (2004). Dalam pemilu 2009 ini

kali pertama diberlakukan sistem proporsional terbuka dikombinasikan dengan ketentuan PT
(Parliamentary Treshold) 2,5 % perolehan suara partai untuk bisa menempatkan wakilnya di
parlemen (pusat). Kursi parlemen diberikan kepada caleg terpilih dengan suara terbanyak dari

partai yang mencapai 2,5 % perolehan suara secara nasional. Perhitungan suara partai dan caleg
untuk dikonversi menjadi kursi bisa sampai tiga tahap.
Fakta Pemilu yang memperebutkan 560 kursi DPR RI itu menunjukkan bahwa angka Golput
masih demikian tinggi. Dari 171.265.442 DPT Pemilu 2009, terdapat 49.677.076 (29,01%)
pemilih yang tidak memberikan suaranya.
Terlepas dari uraian data dan fakta di atas, kontestasi Pemilu 2009 telah memberikan gambaran
mengenai strategi pemenangan yang digunakan partai dalam hajatan reguler demokrasi lima
tahunan. Secara garis besar, terdapat 3 model strategi jangka pendek yang bisa diidentifikasi dari
partai kontestan Pemilu 2009 lalu. Pertama, strategi pencitraan dan PR (public relations) politik.
Hampir semua partai politik menjadikan strategi ini sebagai strategi utama untuk bisa
meningkatkan elektabilitas partainya. Partai Demokrat sebagai rulling party sangat piawai
memainkan strategi ini dengan mengklaim keberhasilan-keberhasilan pemerintah sebagai
keberhasilan partainya. Sementara partai koleganya di koalisi pemerintahan SBY-JK, Partai
Golkar, tidak optimal mengidentifikasikan keberhasilan Pemerintahan SBY-JK sebagai
keberhasilan Partai Golkar.
Untuk pendatang baru, Partai Gerindra adalah partai sangat massif menggunakan strategi

pencitraan lewat media. Iklan kampanye muncul setiap hari di seluruh stasiun TV. Belanja iklan
kampanye Partai Gerindra tercatat sangat besar.
Kedua, strategi rekrutmen anggota dan/atau publik figure sebagai vote getter. Banyak partai yang
terobsesi merekrut anggota sebanyak-banyaknya dalam waktu cepat. Caranya dengan pembuatan
dan pembagian KTA (Kartu Tanda Anggota). Konon, Partai Gerindra telah membuat KTA
sampai pemilu 2009 itu sebanyak 13 juta KTA. Realitas, hasil perolehan suara Partai Gerindra
hanya 4.642.795 suara. Berarti, ada sesuatu yang salah dalam implementasi strateginya.
Selain itu, public figure-seperti kalangan artis-banyak direkrut partai dengan harapan bisa
berfungsi efektif sebagai pendulang suara. Banyak kalangan artis yang dipasang menjadi Caleg.
PAN, termasuk partai yang dianggap banyak merekrut kalangan artis. Tidak heran, bila PAN
pernah diplesetkan kepanjangannya menjadi Partai Artis Nasional.
Ketiga, strategi ekstensifikasi kepengurusan. Strategi ini dilakukan dengan memperbanyak
struktur kepengurusan dan jumlah pengurus partai. Dengan jumlah pengurus yang banyak,
diharapkan mampu merekrut pendukung yang banyak pula. Mereka berasumsi, bahwa 1
pengurus bisa merekrut pendukung rata-rata 10 orang. Partai yang terlihat menonjol
mengedepankan strategi ini adalah PDP (Partai Demokrasi Pembaharuan) yang dipimpin oleh
Roy BB Janis dan Laksamana Sukardi. Pimpinan PDP itu pernah mengatakan bahwa partainya
memiliki 2 juta orang pengurus. Dengan itu, mereka menargetkan perolehan suara di Pemilu
2009 sebanyak 20 juta suara. Hasil Pemilu 2009 menunjukkan perolehan suara PDP jauh lebih
kecil ketimbang jumlah pengurusnya, yakni hanya 896.959 suara. Hal ini menunjukkan ada

masalah dengan klaim jumlah 2 juta pengurus di atas.

Selain 3 model strategi di atas, sebenarnya terdapat strategi kaderisasi. Namun, strategi ini tidak
dipilih sebagai strategi utama yang berorientasi meraih kemenangan dalam waktu dekat atau
tujuan jangka pendek. PKS, termasuk partai yang berkesinambungan kaderisasinya.
Strategi Partai Peserta Pemilu 2014
Secara umum, tak ada perbedaan signifikan yang dilakukan partai kontestan Pemilu 2014 dengan
partai kontestan Pemilu 2009. Tiga model strategi jangka pendek tersebut di atas masih menjadi
pilihan. Kalau pun ada yang berbeda, terletak pada cara atau taktiknya saja. Sebagai contoh,
rekrutmen anggota dengan pembuatan KTA yang pernah dilakukan Partai Gerindra secara
manual, saat ini dilakukan Partai pendatang baru, Partai NasDem, dengan memanfaatkan
jaringan internet melalui program O250. Melalui program itu ditargetkan terekrut sekitar 25 juta
lebih.
Strategi pencitraan dan PR politik masih menjadi primadona, terutama melalui media TV.
Saluran media sosial atau media baru juga semakin intens digunakan. Prabowo dan Partai
Gerindra terlihat semakin agresif memanfaatkan dunia maya untuk kepentingan pencitraan dan
PR politiknya.
Hal terkait dengan pilihan strategi kemenangan yang semakin diterima sebagai input dan
evaluasi-baik terus terang maupun sembunyi-sembunyi-adalah hasil survei politik. Hasil survei
yang paling banyak mendapat perhatian adalah mengenai tingkat elektabilitas.

Pada akhirnya, apapun pilihan strategi yang digunakan 12 partai kontestan Pemilu 2014, akan
diuji efektifitasnya pada Pemilu 2014 mendatang. Apakah strategi yang digunakan mampu
mengantarkan partai tertentu menjadi pemenang, atau sebaliknya, menjadi pecundang dan
terhalang masuk senayan.
Semoga bermanfaat. Amien.

GAMBARAN UMUM
Pola dan strategi pemenangan merupakan sebuah kebutuhan yang paling mendasar untuk
memantapkan diri menjadi calon anggota legislative terpilih. Secara umum pola dan strategi
pemenangan ini dapat dipastikan sudah di dipersiapkan sejak awal oleh masing-masing calon
anggota legislative tingkat kabupaten kota, provinsi, hingga tingkat pusat, dengan tujuan agar
bisa mendulang suara sebanyak-banyaknya. Dalam proses penyusunan pola dan strategi
pemenangan ini, para calon anggota legislative umumnya menitikberatkan pada upaya mobilisasi
suara lewat money politik sebagaimana yang terjadi pada pemilu-pemilu legislative sebelumnya,
namun dalam pelaksanaannya, pola dan strategi ini tidak cukup efektif untuk mengantarkan
calon yang bersangkutan menduduki kursi lembaga legislative. Pola dan strategi seperti ini
sesungguhnya cenderung hanya membentuk masyarakat (pemilih) untuk berpikir praktis (politik
transaksional) yang tidak hanya merugikan calon anggota legislative yang bersangkutan tetapi
juga merugikan masyarakat (pemilih). Sebagai contoh, banyak di antara caleg yang sudah


mengeluarkan dana yang sangat besar, namun hanya mendapat suara kecil atau dalam arti kata
bahwa dana yang di keluarkan tidak sebanding dengan jumlah suara yang di dapatkan.
Banyak di antara calon anggota legislative melakukan sosialisasi melalui diskusi, pertemuan
maupun pemasangan stiker, baliho dan kartu nama yang sebanyak-banyaknya, tanpa memahami
karakter dan budaya masyarakat yang menjadi calon pemilihnya. Banyak di antara caleg terjebak
pada hitung-hitungan angka pembagian sembako, uang maupun barang, menjelang hari H
pemilihan, tanpa mempertimbangkan target dan kebutuhan masyarakat, dan banyak pula caleg
yang hanya mengandalkan nama besar pribadinya maupun keluarganya (mantan pejabat, anak
pejabat dll) tanpa memperhatikan persentase tingkat kesukaan atau tingkat penerimaan
masyarakat, bahkan tak sedikit pula, ada calon anggota legislative berani menggunakan jasa
konsultan politik (lembaga survey) yang di bayar mahal untuk memuluskan langkah mereka
duduk di lembaga legislative meskipun tak ada jaminan pasti untuk terpilih menjadi anggota
legislative.
Tak bisa di pungkiri bahwa paradigma berpikir masyarakat kita selama cenderung terjebak pada
asumsi bahwa hanya Caleg yang memiliki persiapan “UANG BANYAK” yang paling berpotensi
terpilih menjadi anggota legislative, sementara yang tidak memili “DUIT” atau hanya memiliki
“DUIT” pas-pasan, hampir dipastikan GAGAL, padahal kegagalan seorang Caleg dalam Pemilu
legislative sangatlah di tentukan oleh POLA & STRATEGI pemenangan yang di gunakan.
Memang, setiap Caleg yang maju pada pemilu legislative 2014 pastilah sudah menyiapkan
sejumlah strategi pemenangan yang siap dijalankan, akan tetapi pola dan strategi pemenangan

tersebut hanya disusun berdasarkan logika-logika sederhana tanpa menggunakan data-data
pendukung sebagai pijakan awal untuk melahirkan sebuah konsep yang di wujudkan menjadi
pola dan strategi pemenangan.
Factor kunci untuk menyusun Pola & strategi pemenangan adalah tersedianya data-data real yang
di butuhkan. Dari data-data ini kemudian akan di kembangkan secara sistematis dengan bentuk
piramida utuh.
1. KEBUTUHAN DATA
Data-data real yang sangat di butuhkan dalam menyusun pola dan strategi pemenangan adalah :
1. Cakupan wilayah administrasi yang berada dalam satu daerah pemilihan.
2. Total jumlah penduduk dan klasifikasinya pada setiap jenjang wilayah yang ada di daerah
pemilihan.
3. Total jumlah wajib pilih terdaftar (Data DPT Pingub 2012) dan klasifikasinya pada setiap
jenjang wilayah administrasi dalam satu daerah pemilihan.
4. Jumlah RT dan dusun
5. Sebaran jumlah penduduk menurut jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, suku,
dan agama.

Data ini di ibaratkan untuk membangun sebuah rumah haruslah lebih dulu menyiapkan
materialnya.
2. MENGETAHUI POLA PERHITUNGAN KURSI

3. MENGHITUNG ANGKA BPP AKUMULATIF
4. MENGHITUNGAN ANGKA BPP MASING-MASING CALEG
5. MEMBUAT PERHITUNGAN TARGET SUARA YANG DAPAT.
(MOHON MAAF, SELURUH DATA YANG DI SAMPAIKAN DI ATAS TIDAK BISA DI
TAMPILKAN).

Minggu, 23 Juni 2013
Membangun Dan Mengelola Tim Sukses : Menggerakkan Mesin Pemenangan
Pemilu Legislatif Secara Efektif
Prakata
Tulisan ini merupakan pengalaman bagaimana Tim Sukses berhasil mengoalkan caleg legislatif Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah pada periode 2009-20014.
Pada tanggal 9 April 2009, lebih dari 100 juta pemilih telah memberikan suara mereka dalam pemilihan
legislatif untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Begitu saat ini, misalnya Anda adalah caleg DPRD, buku ini ibarat sebuah peta bagaimana mengelola tim
sukses yang memiliki gairah juang yang tinggi untuk memenangkan Anda.
Namun demikian, selain tepat untuk DPRD, buku ini mungkin sangat berguna bagi siapa saja yang sedang
menghadapi persaingan perebutan posisi dan jabatan, dimana mekanismenya melalui pemungutan
suara.
Membangun sebuah tim sukses yang efektif memberikan harapan besar untuk membuahkan

kebahagiaan berupa kemenangan yang di idam-idamkan.
Yang makin menambah menarik diantaranya adalah tim sukses ini adalah tim sukses ekternal (non
struktur partai). Karena saat itu, struktur partai tidak menunjukkan dukungan kepada sang caleg, mereka
lebih condong kepada caleg tertentu.
Bahkan kami tidak pernah berkomunikasi dengan struktur secara formal atau pun informal, kecuali hanya
say halo, itu pun kebetulan saat bertatap muka. Memang ada yang ikut mendukung itu pun hanya
sedikit, bisa dihitung dengan jari.
Ketiadaan dukungan pengurus partai justru membuat kami semakin bertekad untuk membuktikan
bahwa kami siap memenangkan caleg dukungan kami. Hingga akhirnya kemenangan pun menjadi bukti
keseriusan kami. Yakinlah tanpa dukungan struktur partai anda bisa menang.

Bukan hanya itu, karena caleg dukungan kami tidak berduit seperti calon lainnya, pernah kami mendapat
banyak cemoohan, dan cibiran, bahkan langsung dilontarkan kepada penulis. "Kalau gak punya modal,
gak usah nyalon." dan cemoohan-cemoohan senada lainnya.
Inilah sekelumit peristiwa yang buat kami semakin mengkristalkan ingatan kami bahwa ditengah-tengah
tekanan ternyata siapapun dengan langkah dan strategi yang tepat, dengan niat yang benar, akan
mampu meraih kemenangan.

Inilah 2 Zona Sengit Persaingan Pemilu Legislatif
Pernahkan Anda mendeteksi adanya kenyataan ini, jelang persaingan di pemilu 2014. Anda mungkin
sudah memiliki sederet daftar kira-kira siapa saja prosfek pemilih Anda. Anda melihat yang jauh, padahal
orang-orang dekat Anda sendiri ternyata belum tentu akan memilih Anda. Siapa saja mereka dan apa
alasannya?
Bila kurang piawai mengelola strategi dan langkah kemenangan, maka banyaknya uang bukan lagi
menjadi sebuah jaminan untuk menang di pemilu 2014. Pemilu serkarang adalah sebuah wilayah
persaingan total yang dilakukan secara individu, caleg itu sendiri. Persaingan total terjadi karena harus
menghadapi pihak internal dan eksternal. Pihak internal yang harus anda hadapi adalah caleg lain di
partai anda. Pihak eksternal adalah caleg-caleg dari partai lain.
Makin berat lagi adalah sebagaimana disebutkan di awal. Orang-orang dekat anda yang belum tentu
memilih Anda.Ini memang kondisi membingungkan, namun benar-benar nyata terjadi.

Seperti yang mungkin sudah Anda pikirkan. Persaingan sengit dalam Pemilu Legislatif tergolong menjadi
2 zona persaingan. Anda perlu bertarung di dua zona itu sekaligus. Partai dipastikan tidak menjamin
caleg mana yang pasti menang.
Pertama, zona internal. Anda bersaing dengan internal. Dengan teman-teman satu partai. No urut tidak
banyak membantu kemenangan Anda. Anda kini harus bersaing untuk mendapatkan suara terbanyak,
menyingkirkan rekan-rekan Anda. Struktur partai tidak menjamin akan mendukung Anda, kecuali Anda
punya power di struktur. Bila tidak, jangan harap. Ada yang mungkin pro Anda, tapi lihatlah, bisa dihitung
dengan jari. Mereka tentu memilih netral. Namun berdasarkan pengalaman saya Yang pernah menjati
Ketua Tum Sukses Caleg di pileg 2009, Netral itu tidak pernah Ada. Struktur meskipun secara lisan netral
tapi tindakan dilapangan, sangat bisa di amati, bercerita lain.
Kedua, Zona Eksternal. Anda bersaing dengan caleg di partai lain. Ini tentu suatu kewajaran. Jadi tak
perlu ada pembahasan lebih detail disini.
Anda harus bersaing total disini, dan kelihatannya, persaingan pemilu kali ini, lebih cenderung,
merupakan persaingan individu. Makanya semakin hebat strategi dan langkah, maka berpeluang akan

mampu menyaingi para saingan. Semoga Anda menemukan langkah dan strategi yang mantap.
BAGAIMANA DENGAN STRATEGI MEMBAGIKAN UANG?
Sangat mungkin akan salah perhitungan. Bila seorang caleg, yang membagikan uang, mengira dirinya
akan dipilih, sebaiknya angapan ini perlu dipikir ulang?Asumsi ini salah besar.
Bila tidak menang, ya kalah. Tidak ada pilihan lain, hanya dua pilihan. Sementara kenyataan yang Ada
saat ini strategi money politik hanya akan mengotori tangan saja, namun Menang belum tentu.
Ini sangat memungkin terjadi karena bukan satu caleg saja di dapil itu yang bagi-bagi uang. Beberapa
caleg pesaing juga sangat mungkin melakukannya. Bagi yang awalnya tidak akan melakukan pun hampirhampir akan tergoda untuk melakukannya karena melihat suasana dilapangan, pesaing melakukan
langkah ini.
Bila perang uang, hingga satu orang hak pilih mendapatkan 3-4 amplop, maka tentu yang akan dipilih
hanya satu, tidak mungkin semuanya. Siapa kira?Tidak ada yang tahu. Bisa jadi yang paling besar isi
amplopnya. atau, Bisa jadi justru yang tidak ngasih amplop, tapi ada kedekatan dengan sang caleg. Ini
benar-benar terjadi dilapangan. Atau........?blank, tak ada yang tau, hanya dia dengan Tuhan.

JUMLAH CALEG PEMILU 2014:
Persaingan pemilu legislatif, Data hasil verifikasi DCS oleh KPU di Jakarta, dari 12 partai politik (parpol)
peserta Pemilu 2014, Selasa, 7 Mei 2013, oleh Ketua KPU Husni Kamil Manik dikatakan bahwa, ” Hasil
verifikasi KPU menunjukkan hanya 1.327 bakal caleg yang memenuhi semua persyaratan. Sebanyak
4.701 caleg tidak memenuhi syarat, dan 549 caleg tidak menyertakan berkas,”
Total bakal caleg yang diterima KPU 6.577 orang, terdiri dari 4.138 laki-laki dan 2.441 perempuan. Berkas
yang sudah diterima 6.028, belum diterima 549 berkas. Persentase keterwakilan perempuan sebanyak
38 persen.

Memilih Zona Garapan Kampanye Biar Menang
Ada sebuah pemahaman yang mungkin perlu menjadi pertimbangan sang caleg dalam kampanye yaitu ia
tidak perlu melakukan kampanye di semua wilayah, kampung atau desa.
Fokuskan hanya menggarap wilayah-wilayah tertentu berdasarkan hasil pemetaan kekuatan dan peluang
suara Anda.
Anda bisa melihat sebuah fakta dari pemilu legislatif tahun 2009 yang menunjukkan ternyata untuk bisa
menang meraih satu kursi tidak perlu suara puluhan ribu. Dengan suara di bawah 5000 saja sudah bisa
berhasil mendapat satu kursi.
Tentu bukan berarti Anda berlenggang kangkung tanpa kerja keras. Hanya saja ini untuk memperlengkap

data sehingga Anda tidak buang-buang waktu dan tenaga sehingga Anda menjadi fokus wilayah mana
saja yang perlu di optimalkan pada periode kampanye.
Pada daerah pemilihan Anda, yang terdiri dari beberapa kecamatan dan terdiri dari puluhan desa. Maka
Anda bisa memilah kecamatan dan desa mana yang harus jadi prioritas.
Demikian juga dalam satu desa tidak semua kampung menjadi wilayah garapan.
Wilayah-wilayah yang bukan prioritas, posisinya hanya untuk suara tambahan saja. Ada yang milih sang
caleg, Alhamdulillah. Tida juga, tidak ada masalah. Namun bila ada kemungkinan mereka masih mau
memilih partai maka mereka diorientasikan untuk menambah angka pada suara partai saja.
Jadi suara sang caleg di jagokan dari wilayah-wilayah yang sedang fokus menjadi sasaran kampanye.

Presentase Kampanye Dengan Teknologi
Apakah Anda pernah melihat sesuatu yang tidak lajim dilakukan saat seorang calon anggota legislatif
ketika menyampaikan presentasi kampanye di tengah kumpulan masyarakat? Presentase kampanye yang
benar-benar berbeda dengan kampanye yang dilakukan kebanyakan caleg.
Tidak banyak program secara komprehensif yang mereka paparkan, yang ada hanya ngobral janji mau
ngasih ini dan itu sebelum pemilihan dilakukan. Terkadang ada pula yang memberi sumbangan kepada
mushola berupa karpet, misalnya.
Visi misi mereka tidak jelas, ngambang. Langkahnya kelihatan timpang dan rapuh. Ini terlihat dari
penguasaan sang caleg terhadap konsep yang mentah bahkan nyaris tidak ada. Berbicara langkah dan
strategi apalagi, nyaris tidak pernah terucap.
Ada yang berbeda cara kampanyeu yang dilakukan salah satu caleg. Jadwal kampanye disiapkan; setiap
pertemuan kampanye di dampingi oleh tim teknologi, pembawa acara, dan tim-tim lainya.
Sebelum jam kampanyeu tiba, peralatan dipastikan sudah disiapkan oleh tim khusus kampanye.
Meliputi, pengeras suara, laptop, infocus, dan layar.
Isi materi kampanyeu di periksa sehingga dipastikan sudah siap. Termasuk film-film yang menghibur
untuk mencairkan suasana dan tidak terkesan terlalu formal. Jadi metode kampanye-nya tidak hanya
lisan saja.
Ini sudah menjadi prosedur standar kampanye caleg tersebut.
Salah satu film atau dokumen yang disampaikan diantaranya film atau dokumen kegiatan-kegiatan sang
caleg, prestasi-prestasinya, profilenya dan sebagainya. Diramu menjadi sebuah rangkaian yang tidak
menjemukan.

Di salah satu sesi acara disediakan waktu khusus untuk tanya jawab, curah pendapat, dan menampung
keluhan-keluhan masyarakat.

TIM SUKSES UJUNG TOMBAK KEMENANGAN
Anda mungkin sudah membayangkan dan mengukur posisi TIM SUKSES caleg merupakan sisi yang harus
sangat diperhatian secara serius untuk menembus kabut pekat persaingan pemilu. Mereka memiliki
posisi kunci untuk memenangkan Anda.
Seperti yang sudah Anda maklumi keberadaannya. Peranan Tim Sukses dalam pemilihan Umum
(Presiden , Gubernur, Bupati/Walikota), Bahkan hingga ke tinggkat pemilihan Kepala Desa dan karang
taruna, merupakan UJUNG TOMBAK bagi kandidat untuk MENANG pemilu.
Yang sangat tampak adalah tanpa tim sukses yang baik dan solid, kelihatannya sulit bagi calon kandidat
untuk bisa meraih suara dari masyarakat.
Inilah pekerjaan rumah politik bagi CALEG dalam menghadapi pemilu.Lihatlah banyak hal, diantaranya
melalui tim sukses, tidak terlepas publikasi yang giat kepada masyarakat umum, berharap mendapat
apresiasi masyarakat luas.
Tentu sudah disadari pula, Tim sukses mengatur strategi komunikasi politik sehingga visi dan misi yang
dijanjikan dapat didengarkan dan diterima publik dan basis dukungannya.

Dalam proses sosialisasi keliling, turun lapangan, perkenalan caleg kepada masyarakat, tim sukses
sangatlah menentukan.Tim sukses adalah ujung tombak untuk merebut kemenangan.
HATI-HATI, TIM SUKSES YANG KONTRA PORUKTIF SANGAT MEMBAHAYAKAN
Dua pengalaman dalam kasus pemilu legislatif 2009 dan Pilkades ini diharapkan jadi pelajaran penting
untuk caleg dalam memilih dan menyeleksi TIM SUKSESnya. Kami mengistilahkannya "CALO POLITIK".
Peristiwa ini menimpa pada orang yang sama. Ditemukan dari pengamatan sederhana kami di lapangan.
Dan dua kali pencalonan itu selalu kalah. Inilah bagaimana potret memilih tim sukses yang sembarangan.
Asal Comot.
1. Tim sukses ini, tidak pernah menujukkan secara tegas bahwa ia mendukung sang kandidat. "Milih
boleh siapa saja." Dari pembicaraannya, ia tidak punya kepercayaan diri untuk menujukkan dirinya
berada di pihak siapa, padahal semua orang tahu ia berada di pihak sang kandidat. Anehnya ia tidak
pernah menunjukkannya dengan tegas.
2. Tidak pernah memanfaatkan kesempatan saat berkumpul dengan rekan-rekannya untuk
menyampaikan, setidaknya, permintaan bantuan, pada saat hari H, mereka memilih sang kandidat.

3. Kebanyakan waktu, hanya duduk di rumah sang kandidat, kumpul dengan orang-orang yang hampir
tiap waktu datang ke rumah sang kandidat.
4. Tim Sukses tersebut, sangat kentara terlihat tidak punya konsep marketing politik, sama sekali.
Anehnya masih saja dipelihara. Mungkin ada kualitas tertentu yang dilihat sehingga orang ini tetap dipilih
menjadi tim sukses.
5. Tim sukses itu, terlihat semangat saat ketika dikasih uang jalan, atau uang operasional. Ada uang baru
bergerak. Disuruh baru bergerak, seperti goong, yang baru berbunyi setelah ada yang memukul.
6. Tim Sukses itu, apa2 minta ongkos. Tak ada ongkos tak bergerak. Bergerak hanya asal terlihat tidak
diam.
7. Tidak ada jalur komunikasi yang jelas, Tidak ada ring yang jelas, sehingga sang kandidat sangat mudah
di manfaatkan oleh orang-orang yang tiba-tiba mengaku2 mendukung dirinya. Yang ujung-ujungnya
minta ongkos atau minta opersional untuk kegiatan pendukungannya.
8. Tim sukses kelihatan ada gerak program berkeliling, di malah hari H, itu pun saat bagi-bagi uang saja,
selebihnya tidak tampak. Suatu saat dimalam hari H pemilihan, seorang TIM SUKSES ditugaskan untuk
membagikan Amplop. Setelah beberapa hari diketahui ia bekanja beberapa furnitur rumah. Kometar
orang bermacam-macam bernada miring. "Wah ia dapat uang besar rupanya, soalnya tumben belanja
perlengkapan rumah."
Kemudian terdengar kabar, tidak semua amplop dibagikan sesuai rencana. Dan Amplop diganti,
sementara jumlah isi amplopnya dikurangi.
Hasil pemilihan mengatakan, Setelah selesai perhitungan, suara di lokasi TPS tempat untuk bagi-bagi
uang, yang ditargetkan mendapat ratusan pemilih, buktinya, hanya dapat belasan. KEMANA uang itu
larinya. Kemana target pemilih itu memberikan suaranya.
Setidaknya, ada dua kemungkinan jawabannya :
Pertama, Kemungkinan uang itu tidak di bagikan
Kedua, Kemungkinan orang yang di kasih uang, ternyata memilih kandidat lain yang ternyata
memberikan uang lebih besar.
Seperti inikah TIM SUKSES yang Anda harapkan? Pengorbanan waktu, uang, tenaga, dan pikiran, ternyata
sia-sia. Terbuang begitu saja.

Inilah Strategi Kampanye Pemilu Legislatif Murah Meriah Dan Efektif
Bagian ini memang akan mengungkapkan sesuatu yang mengejutkan dan sedikit tidak lajim dalam
melakukan kampanye pemilu legislatif. Bagian ini menyajikan strategi kampanye pemilu legislatif yang

murah meriah, bermanfaat sekaligus efektif.
Ingatkan Anda, ini mungkin sangat menarik. Mari ingat-ingat, berapa kali Anda mendiskusikan bersamasama secara serius rencana strategi dan taktik membahas topik mengenai strategi kampanye atau
strategi kemenangan Anda?
Kampanye Cara Lama
Beberapa kampanye cara lama tentu sudah Anda kenal. Anda bisa mengidentifikasinya sendiri. Bagi kaos,
sebarkan uang, memasang baliho dengan gambar-gambar yang aneh, bagi-bagi sembako, sosialisasi
keliling. Dsb.
Ini tentu sah-sah saja untuk Anda lakukan. Ternyata ada juga strategi lain yang mungkin belum Anda
sentuh, atau bahkan baru kali ini melihat kemungkinanya, yaitu sebuah strategi kampanye yang mungkin
belum lazim dilakukan dalam kampanye di pemilu-pemilu sebelumnya.
Strategi Kampanye Yang Tak Lajim
Berikut ini strategi yang tidak lajim dilakukan pada pemilu legislatif sebelumnya. Anda mungkin
melihatnya ini sebuah terobosan baru yang sangat bagus. Menurut Hendra Sipayung, di
politik.kompasiana.com, menyebutkan 3 strategi yang mungkin bisa Anda terapkan jelang pemilu
legislatif. Strategi ini mungkin yang paling murah untuk dilakukan dibanding cara-cara lama.

Cara yang paling murah adalah dengan berbagi “hal yang produktif”. Apa itu?
Pertama, Pengetahuan
Kedua, Alat produktif
Ketiga, Menyampaikan visi dan misi melalui sarana tertulis.
Pengetahuan. Untuk berbagi pengetahuan, Anda bisa membuat pelatihan untuk menjawab tantangan
yang sedang dihadapi dapil Anda. Misalnya untuk target pemilih kaum Ibu, Anda bisa berbagi
pengetahuan tentang usaha, kesehatan anak, dsb.
Anda juga bisa menyebarkan buku atau hal-hal yang bermanfaat dimana Anda sebagai narasumbernya,
melalui buku atau internet. Internet mampu menjangkau orang dimanapun berada. Anda bisa bayangkan
kemungkinanya.
Tapi apakah dengan strategi itu cukup? Tidak. Anda harus membuat sebuah sistem dan strategi. Misalnya
Anda mengajarkan petani cara berbisnis maka Anda bisa melatih mereka untuk berusaha dengan modal
pinjaman kecil, yang Anda titipkan melalui koperasi. Atau Anda bisa membantu masyarakat untuk
menjual produk kerajinannya setelah Anda mengajarkan tentang membuat sebuah hiasan unik.
Dengan strategi ini Anda hanya mungkin mengeluarkan biaya untuk mendatangkan narasumber, dan
akan lebih murah jika Anda lakukan sendiri. Mungkin untuk penerbitan buku atau website modalnya juga
tidak terlalu mahal, bahkan beberapa diantaranya gratis.

Alat Produktif. Anda bisa menyediakan peralatan yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
melakukan tindakan produktif. Misalnya mesin pengolahan untuk petani, mesin untuk membuat
minuman, dsb. Dimana peralatan tersebut bisa dimanfaatkan masyarakat secara kolektif.
Visi dan Misi. Mengenai visi-misi Anda sampaikan kepada target Anda secara tertulis. Untuk golongan
yang terdidik Anda bisa menyajikannya dalam bentuk buku yang memberikan penjelasan secara rasional.
Namun untuk masyarakat kurang terdidik, Anda bisa menyampaikan visi secara lebih umum, dalam
tulisan yang singkat dan tidak terlalu tebal dan lebih banyak visual dan ilustrasi.
Jadi ada banyak strategi yang bisa Anda lakukan untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat.
Diantaranya memberikan hal yang produktif bagi masyarakat sebelum Anda menjadi anggota legislatif.
Dan telah bisa mendatangkan solusi sebelum Anda memiliki power untuk menghasilkan penyelesaian
masalah yang lebih besar.
Apakah Anda sudah memperhatikan setidaknya ada 6 kategori calon pemilih Anda, dimana dari masingmasing kategori itu memerlukan sentuhan yang berbeda satu sama lain, untuk menggiring mereka
sehingga memilih Anda. Beda kategori beda cara menyentuhnya.
Untuk mengetahui 6 kategori calon pemilih Anda dan bagaimana langkah yang perlu dilakukan untuk
menyentuh masing-masing, luangkah waktu untuk membaca buku "Menang Cemerlang Tanpa Uang
Merebut Kursi Legislatif".
Mengelola Perode Waktu Jelang Pemilu
Apakah Anda pernah memperhatikan waktu yang masih luang ini. Setidaknya ada 3 pembagian periode
waktu yang perlu Anda perhatikan yang kemudian menggunakannya se-efektif mungkin untuk merebut
kemenangan.
Sudahkah anda mengamati? Pemilu legislatif 2014, juga 2009, sudah masuk kedalam wilayah zona
persaingan individu. Maka sudah seharusnya Anda lebih jeli lagi memperhatikan berbagai segi
kemungkinan untuk dimanfaatkan menjadi sarana pendulang suara.
Pertama, waktu sebelum Anda ditetapkan jadi CALEG. Bila ada wacana kuat dan memang Anda pasti
akan menjadi caleg di partai Anda. Maka manfaatkan waktu ini untuk membangun opini, membangun
citra. Anda bisa membuat alat produktif sebagai mana sudah Anda ketahui di bagian Atas. Anda bisa
mempelajari cara obama bekampanye saat jelang pemilihan presiden yang pertama. Ada beberapa
kategori calon pemilih dimana masing-masing diberikan sentuhan yang berbeda.
Satu hal yang dilakukan pada saat-saat awal adalah, melakukan kampanye, namun tidak pernah ada katakata atau himbauan berupa ajakan untuk memilih Obama. Tahap ini yang disampaikan adalah kisah-kisah
Obama, dan hal lainnya diluar tema ajakan memilih. Bahkan kadang kegiatan yang sama sekali
kelihatannya tidak nyambung dengan tema kampanye atau tema politik, seperti kisah lucu atau humor.
Tak melulu tema-tema serius.
Kedua, Waktu Setelah Penetapan Caleg. Sekarang Anda sudah ditetapkan menjadi Caleg oleh partai dan

sudah resmi terdata di KPU. Saat penetapan Caleg tentu waktu yang Anda miliki masih sangat banyak.
Masih sangat luang. Waktu yang masih sangat jauh untuk kampanye habis-habisan. Kelihatannya
merupakan langkah yang sangat tidak efektif dan pemborosan jika waktu diperode ini Anda langsung
melakukan sosialisasi.
Bayangkan berapa uang yang harus Anda gelontorkan dalam waktu yang sangat lama ini. Tahap ini
langkah Anda adalah harus sudah mulai melakukan kategorisasi calon pemilih Anda. Manfaatkan buku
"Menang Cemerlang Tanpa Uang Merebut Kursi Legislatif" untuk mengetahui 6 kategori calon pemilih
Anda. Mungkin buku ini bisa membantu Anda.
Gerakkanlah tim sukses Anda untuk melakukan beberapa hal. Salah satunya mengindentifikasi 6 calon
pemilih Anda.
Berikut Tips Manajemen Tim Sukses.
- Jangan semua tim sukses Anda langsung berhubungan dengan Anda, buat sistem terkoordinasi melalui
TIM SUKSES Ring 1
- Buat Ring 2, 3 dan 4.....4 Lapis Ring sudah cukup
- Pilih Tim Sukses yang bisa digerakkan dan menggerakkan
- Pahamkan TIM SUKSES mengenai 6 kategori calon pemilih (Bisa lihat di buku"Menang Cemerlang
Merebut Kursi Legislatif), dan diskusikan cara untuk menyentuhnya supaya memilih. Bukan hanya
memilih tapi mereka mau mengajak orang lain untuk memilih
- Fungsi TIM SUKSES :
* Mengajak
* Mengkaunter (Fitnah/Opini/Isu Kontraprodukti)
* Menggerakkan
* Membangun Citra
* Pribadi Sebagai Simbol
* Spionase
Lebih jelasnya klik sekarang ikuti di facebook.

Setelah Anda sudah mengidentifikasi 6 calon pemilih maka ini senjata yang memudahkan Anda untuk
melakukan langkah yang efektif dan tepat sasaran.
Ketiga, Waktu Dekat Jelang Hari Pemilihan. Periode ini kira-kira sekitar 1 tahun atau 6 bulan menjelang
hari H Pemilihan. Jangan heran bila diperiode ini mulai terlihat spanduk, dan berbagai macam bentuk
kampanye. Di periode ini saatnya mulai melakukan pertarungan sesungguhnya. Periode ini masamasanya sengit dan ketat. Namun Anda sudah berhasil melakukan start sejak awal tanpa tertangkap
radar.
Pada periode ini mulai banyak dermawan dadakan. Mulai banyak program-program sosial dadakan,
dengan berbagai cara dan bentuk. Inilah pertarungan terberat, bila Anda baru memulai.
Mungkin ada nilai positifnya. Namun kelihatannya tidak ada cara lama yang dianggap efektif di periode

ini. Dengan berbekal identifikasi 6 kategori calon sangat membantu sekali. Diperiode ini tidak mungkin
semua wilayah, RT, atau Desa, di dapil Anda digarap semua. Maka anda bisa menyimpulkan mana yang
tidak perlu lagi disentuh, mana yang perlu sentuhan sekedarnya, dan mana yang perlu intens disentuh
dan ini yang harus menjadi prioritas Anda.

6 Jenis Calon Pemilih Anda
Pertama Tipe : Antipati
Orang dalam kategori ini dipastikan tidak akan memilih Anda, bukan hanya itu ia mungkin menjelekjelekan Anda yang pada intinya orang lain supaya tidak memilih Anda.
Kedua Tipe : Acuh
Orang dalam kategori ini mungkin karena tidak kenal Anda atau masa bodoh dengan Anda. Orang dalam
kategori ini kemungkinan tidak memilih Anda.
Ketiga Tipe : Memperhatikan
Orang dalam kategori ini berpeluang besar akan memilih Anda. Ia akan mempelajari latar belakang Anda,
kehidupan sehari-hari Anda dan lainnya. Ada rasa penasaran mereka yang ingin diketahui dari Anda.
Orang dalam kategori ini berpeluang besar memilih Anda.
Keempat Tipe : Simpati
Orang dalam kategori ini simpatik dengan Anda. Mungkin tidak bisa dipastikan alasannya. Bisa jadi
karena Anda dipandang orang baik, tepat janji, punya kinerja bagus, pemberani, punya prestasi yang
dianggap bisa diandalkan, dsb. Hampir dipastikan orang dalam kategori ini akan memilih Anda.
Kelima Tipe : Loyal
Orang dalam kategori ini apapun isu dilapangan tentang Anda, apapun kejadian yang menimpa Andapositif atau negative- ia tetap akan memilih Anda.
Keenam Tipe : Mengajak
Orang dalam kategori ini merupakan orang-orang yang sebaiknya anda himpun. Bila Anda memiliki
semakin banyak orang-orang pada kategori ini maka Anda berpeluang besar dapat meraih kemenangan
secara gemilang.
Orang dalam kategori ini bukan hanya akan memilih Anda tetapi mereka akan mengajak orang lain untuk
memilih Anda. Bahkan mereka akan mengklarifikasi fitnah-fitnah yang akan menjatuhkan Anda.
Langkah Anda tentu semakin mantap dan penuh optimis meraih kemenangan begitu Anda memiliki
banyak orang dalam kategori mengajak.
Untuk itu langkah-langkah Anda yang perlu dilakukan adalah mengarahkan orang-orang dari kategori
Antipati menjadi kategori Acuh dan seterusnya, hingga mereka berada pada kategori “mengajak”.

14 Tip Membangun Tim Sukses hebat

Bagian ini akan menunjukkan 14 resep untuk membangun sebuah tim sukses yang efektif. Seperti yang
Anda lihat, TIM SUKSES merupakan salah satu kunci yang menentukan apakah sang caleg meraih
kemenangan atau tidak.Mengelola tim secara tidak tepat setidaknya dapat merugikan sang caleg. Rugi
yang paling tidak diharapkan adalah KALAH, rugi lainnya, setidaknya uang yang dirogoh selama ini,
mubajir tanpa hasil. Pemilu 2014 sebentar lagi datang. Karenanya, memerlukan ambil langkah segera.
Ada pemaparan menarik dari Djajendra, Apr 27, 2009, di djajendra-motivator.com/?p=1093, mengatakan
dalam setiap tindakkan untuk merealisasikan rencana menjadi hasil yang diharapkan, pemimpin harus
fokus untuk mempekerjakan orang-orang yang kreatif, proaktif, strategis, disiplin, dan optimistis di dalam
sebuah tim sukses.
Kecerdasan pemimpin dalam membangun tim sukses yang efektif akan sangat membantu si pemimpin
untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan strategis yang membutuhkan konsentrasi dan fokus yang lebih
intensif.
Kemampuan pemimpin untuk menempatkan pribadi-pribadi yang loyal, antusias, selalu berjuang dalam
motivasi yang tinggi, dan yang mau bekerja keras untuk menyelesaikan semua tugas dan tanggung
jawab, adalah sebuah syarat terpenting di dalam pembentukan tim sukses yang efektif.
Berikut ini 14 tips untuk membangun tim sukses yang efektif dan yang dapat memberikan keberhasilan
buat si pemimpin.
1. Pemimpin wajib menetapkan tujuan utama tim, kemudian memotivasi tim untuk membangun mind
set bahwa tujuan utama dari tim adalah membuat sukses setiap program .
2. Tim sukses harus menetapkan tujuan yang spesifik, terukur, terdefinisi, dan konsisten.
3. Setiap anggota tim sukses harus berkomitmen untuk Menunaikan tanggung jawab mereka secara
total.
4. Pemimpin harus cerdas dalam memilih karakter dari pribadi-pribadi yang akan berada di dalam tim
sukses.
5. Pemimpin harus memiliki pemahaman yang jelas tentang bakat dan potensi dari masing-masing
pribadi tim sukses tersebut.
6. SOP, aturan, dan kebijakan wajib ditetapkan sebagai fondasi dasar untuk membangun etos kerja tim
sukses yang efektif.
7. Setiap anggota tim sukses harus tahu tentang fungsi dan peran mereka di dalam tim sukses.
8. Tim sukses harus bekerja melalui sebuah proses kerja yang selalu fokus dalam menjaga keutuhan dan
kekompakkan tim sukses.
9. Setiap melakukan tindakan tim harus melakukan pertemuan di antara anggota dan pemimpin, baru
kemudian membuat keputusan yang tepat sasaran, dan mendefinisikan semua perkembangan baru
dalam sebuah rencana kerja yang disetujui oleh semua anggota dalam tim.
10. Apapun perbedaan di antara anggota tim. Setiap orang wajib saling menghormati, saling mendengar,
dan saling peduli.

11. Setiap konflik harus dikelola dengan besar hati dan penuh empati, kemudian diselesaikan dengan
menghormati semua pihak secara profesional.
12. Pemimpin harus menggunakan kekuatan intuisi untuk melihat hal-hal yang tak terlihat oleh panca
indera. Lalu, membuat tindakan-tindakan yang memotivasi anggota tim untuk bekerja dengan emosi baik
dan pikiran terang.
13. Tim sukses dan pemimpin harus membangun hubungan dan komunikasi positif dengan
“stakeholder” dalam sebuah suasana yang saling menguntungkan.
14. Tim sukses harus membuat tabel rencana kerja dengan memasukan semua tips di atas sebagai
faktor-faktor kerja tim yang harus diperhatikan secara terus-menerus.