ANALISIS KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR MAHASISWA CALON GURU KIMIA BERBASIS MODEL CORE TEACHING STANDARDS PADA MATA KULIAH PPL 1 (MICROTEACHING) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
Vol. 6 No. 1, Februari 2018
Ar-Razi Jurnal Ilmiah
ISSN. 2503-4448
ANALISIS KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR MAHASISWA
CALON GURU KIMIA BERBASIS MODEL CORE TEACHING STANDARDS
PADA MATA KULIAH PPL 1 (MICROTEACHING)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
Rusninawiyah*, Tuti Kurniati dan Rizmahardian Ashari Kurniawan
Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak
Jalan Ahmad Yani No 111 Pontianak Kalimantan Barat
*Email: [email protected]
ABSTRAK
Keterampilan dasar mengajar mahasiswa calon guru kimia berbasis model core teaching standards
diperlukan untuk meningkatkan kompetensi calon guru kimia ketika memasuki dunia pendidikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses kegiatan belajar mengajar dan keterampilan dasar
mengajar mahasiswa calon guru kimia dengan (core teaching standards) pada praktik PPL 1
(microteaching) di Universitas Muhammadiyah Pontianak. Jenis penelitian ini termasuk penelitian
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Subyek penelitian sebanyak 16 orang mahasiswa. Teknik
yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 yaitu teknik observasi langsung dan komunikasi
langsung dengan alat pengumpul data berupa lembar obsevasi dan pedoman wawancara yang
meliputi 10 standar yaitu (1) Pengembangan pelajar, (2) Perbedaan belajar, (3) Lingkungan belajar,
(4) Pengetahuan materi, (5) Penerapan materi, (6) Penilaian, (7) Perencanaan pembelajaran, (8)
Strategi mengajar, (9) Professional dalam mengajar (10) Kepemimpinan dan kolaborasi.
Keterampilan dasar mengajar mahasiswa calon guru kimia berbasis model core teaching standards
pada praktik PPL 1 (microteaching) memiliki persentase nilai tertinggi dan kategori sangat baik
yaitu pada standar 9 ((profesional dalam mengajar) sebesar 81,65 %, sedangkan persentase nilai
terendah dan kategori cukup yaitu pada standar 6 (penilaian) sebesar 58,21 %.
Kata Kunci: Core Teaching Standards, keterampilan dasar mengajar, PPL 1(Microteahing)
ABSTRACT
Basic teaching skills of Core Teaching Standards model for prospective Chemistry teachers are
important in enhancing the competence as they deal with world of education. This study aimed at
determining the process of teaching and learning activities as well as basic teaching skills using
Core Teaching Standards among prospective chemistry in Microteaching Program 1 (PPL 1) class
at Muhammadiyah University of Pontianak. Using descriptive design and quantitative approach, 16
students participated as the subjects. The techniques used in this research were direct observation
and direct communication. The data collection technique included observation sheet and interview
guide that covered 10 standards. They were student development, learning difference, learning
environment, materials, application of materials, assessment, lesson plan, teaching strategy,
professionalism in teaching, and leadership and collaboration. The study reveals that the students
gained the highest score on standard 9 (professionalism in teaching) by 81,65% and was considered
very good. Whereas, they hed the lowest score on standard 6 (assessment) by 58,21% and was
considered fair by 58,21%.
Keywords: Core Teaching Standards, basic teaching skills, Microteaching 1 (PPL 1)
109
Vol. 6 No. 1, Februari 2018
Ar-Razi Jurnal Ilmiah
PENDAHULUAN
ISSN. 2503-4448
pembelajaran atas dasar performa yang
tekniknya dilakukan dengan cara
melatihkan
komponen-komponen
kompetensi dasar mengajar (teaching
skill) dalam proses pembelajaran yang
disederhanakan ditinjau dari aspek
kompetensi
mengajar,
penguasaan
materi, pengelolaan peserta didik,
maupun mengelola waktu (Mulyatun,
2014). Pembelajaran mikro diarahkan
dalam pembentukan kompetensi guru
sebagai agen pembelajaran seperti yang
termuat dalam UU Nomor 14 Tahun
2005 (Depdiknas, 2005).
Berdasarkan nilai ujian akhir
semester mahasiswa calon guru kimia
semester V Prodi Pendidikan Kimia,
FKIP
Universitas
Muhammadiyah
Pontianak tahun 2015/2016 pada mata
kuliah Kemampuan Dasar Mengajar
Kimia (KDMK) menunjukkan bahwa
keterampilan mengajar mahasiswa calon
guru kimia sudah baik, dengan nilai
rata–rata mahasiswa sudah memenuhi
standar KKM (75) yang telah
ditentukan.
Namun
dari
hasil
wawancara dengan mahasiswa yang
melakukan praktek PPL 2 di sekolah,
diperoleh informasi bahwa mahasiswa
calon guru masih banyak yang
mengalami kesulitan, (1) dalam proses
belajar mengajar, mahasiswa calon guru
masih kurang percaya diri, (2)
mahasiswa
calon
guru
kurang
menguasai materi, (3) mahasiswa calon
guru kurang bisa menyampaikan materi,
dan (5) mahasiswa calon guru kurang
mampu
mengkondisikan
kelas.
Informasi ini selaras dengan hasil
wawancara dengan dosen Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Pendidikan
Kimia
Universitas
Muhammadiyah (UM) Pontianak yang
Guru merupakan suatu jabatan
profesi, sehingga untuk menjadi guru
perlu dilatih dan disiapkan secara
khusus. Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK) berperan penting
dalam mempersiapkan dan menyediakan
calon-calon guru yang kompeten dan
profesional dalam berbagai jenjang
pendidikan (Siswanto, 2010). Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Universitas Muhammadiyah Pontianak
merupakan salah satu LPTK penyedia
tenaga
keguruan
yang
akan
dimanfaatkan
untuk
menyediakan
tenaga pendidik ditingkat Sekolah
Menengah Atas. FKIP Universitas
Muhammadiyah Pontianak khususnya
Program Studi Pendidikan Kimia
memiliki andil yang besar dalam
menyediakan tenaga kerja tingkat
menengah
yang
handal
dengan
penyediaan tenaga pendidik yang
professional.
Menurut Undang-Undang No. 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
pada Bab VI pasal 3 ditegaskan bahwa
kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang guru meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional, dan kompetensi
sosial. Di dalam kompetensi pedagogik
memuat keterampilan dasar mengajar.
Guru yang memiliki keterampilan dasar
mengajar dapat mengemas proses
pembelajaran dengan baik dan menarik
sehingga dapat menumbuhkan kemauan
siswa untuk belajar (Depdiknas, 2005).
Keterampilan dasar mengajar dapat
dilatih melalui pembelajaran mikro
(microteaching) (Depdiknas, 2005).
Pembelajaran mikro merupakan metode
110
Vol. 6 No. 1, Februari 2018
Ar-Razi Jurnal Ilmiah
ISSN. 2503-4448
mengatakan bahwa mahasiswa dan
mahasiswi
calon
guru
dapat
mengembangkan keterampilan dasar
mengajarnya menggunakan model core
teaching
standards.
Standar
ini
merangkul
penekanan
baru
dan
menjelaskan bagaimana pengajaran
yang efektif yang mengarah untuk
meningkatkan prestasi siswa, dan
terdapat 10 standar dalam mengajar
yaitu pengembangan pelajar, perbedaan
belajar, lingkungan belajar, pengetahuan
materi, penerapan materi, penilaian,
perencanaan pembelajaran, strategi
mengajar,
professional
dalam
pembelajaran, serta kepemimpinan dan
kolaborasi (CCSSO, 2010).
Berdasarkan uraian di atas maka
peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Analisis
Keterampilan
Dasar
Mengajar
Mahasiswa Calon Guru Kimia Berbasis
Model Core Teaching Standards Pada
Mata Kuliah PPL 1 (Microteaching)
Universitas Muhammadiyah Pontianak.
mengajar
mata
kuliah
KDMK
menyatakan bahwa memang masih ada
sebagian mahasiswa yang kurang
menguasai keterampilan mengajar pada
saat praktek di kelas dan kurang bisa
mengembangkan dirinya. Kesulitan
yang dialami oleh mahasiswa calon guru
ini dipengaruhi oleh keterampilan dasar
mengajar yang dimiliki mahasiswa itu
sendiri.
Menurut Suyanto & Asep (2013),
guru harus memiliki keterampilan dalam
melaksanakan tugas sebagai pendidik,
pengajar, dan pelatih. Sebagai seorang
pengajar, guru dituntut untuk dapat
merencanakan proses pembelajaran
yang meliputi penggunaan metode,
penggunaan media pembelajaran, dan
penilaian proses pembelajaran. Menurut
Usman (2010), terdapat delapan
keterampilan dasar mengajar yang harus
dimiliki oleh calon guru yaitu: (1)
keterampilan bertanya, (2) keterampilan
memberi penguatan, (3) keterampilan
mengadakan variasi, (4) keterampilan
menjelaskan,
(5)
keterampilan
membuka dan menutup pelajaran, (6)
keterampilan membimbing diskusi
kelompok kecil, (7) keterampilan
mengelola kelas, dan (8) keterampilan
mengajar perseorangan.
Council of Chief State School
Officers (CCSSO), (2010) untuk melihat
keterampilan mengajar calon guru yang
profesional dalam mengajar ditemukan
model core teaching standards yang
merupakan
pengembangan
model
microteaching.
Model
ini
lebih
menekankan pada tiga aspek yaitu:
kinerja, pengetahuan dan disposisi yang
harus dimiliki guru untuk memastikan
bahwa semua peserta didik belajar.
Suko dkk (2014) dalam penelitiannya
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
merupakan
penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Penelitian dilaksanakan di
Prodi
Pendidikan
Kimia,
FKIP
Universitas Muhammadiyah Pontianak
dengan melibatkan 16 orang mahasiswa
calon guru yang mengikuti mata kuliah
PPL 1 (Microteaching). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui proses
kegiatan
belajar
mengajar
dan
keterampilan dasar mengajar mahasiswa
calon guru kimia dengan (core teaching
standards) pada praktik PPL 1
(microteaching)
di
Universitas
Muhammadiyah Pontianak.
111
Vol. 6 No. 1, Februari 2018
Ar-Razi Jurnal Ilmiah
Pengumpulan
data
dalam
penelitian ini menggunakan teknik
observasi langsung dan komunikasi
langsung dengan alat pengumpul data
berupa lembar obsevasi dan pedoman
wawancara dengan rating skor (skor 13) yang meliputi 10 standar yaitu (1)
Pengembangan pelajar, (2) Perbedaan
belajar, (3) Lingkungan belajar, (4)
Pengetahuan materi, (5) Penerapan
materi, (6) Penilaian, (7) Perencanaan
pembelajaran, (8) Strategi mengajar, (9)
Professional dalam mengajar (10)
Kepemimpinan
dan
kolaborasi.
Penilaian keterampilan dasar mengajar
berbasis model core teaching standards
dianalisis dengan menghitung jumlah
perolehan skor dari setiap aspek. Setelah
mendapat data skor keterampilan dasar
mengajar berbasis model core teaching
standards, diukur berdasarkan kriteria
interprestasi
keterampilan
dasar
mengajar mahasiswa calon guru.
Kualifikasi keterampilan dasar mengajar
berbasis model core teaching standards
dilakukan dengan menggunakan rentang
skor 1-3, Kemudian hasil penilaian
dihitung
dengan
menggunakan
komponen dan indikator di buat menjadi
persentase untuk setiap penilaian.
Pengolahan data dilakukan dengan
langkah-langkah
sebagai
berikut
(Mulyatun, 2014):
Persentase penilaian =
ISSN. 2503-4448
kategori interprestasi keterampilan dasar
mengajar pada Tabel 1 berikut ini
(Mulyatun, 2014):
Tabel 1. Kategori Interprestasi
Keterampilan dasar mengajar
Rata-rata Nilai
Kelas
80% > x ≤100%
Kategori
67% > x ≤ 80%
Baik
53% > x ≤ 67%
Cukup
40% > x ≤ 53%
Kurang
x < 40%
Sangat kurang
Sangat baik
HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
Keterampilan dasar mengajar
mahasiswa calon guru kimia dapat
diketahui dari hasil observasi dan data
wawancara mahasiswa calon guru kimia
yang
dilakukan
pada
Praktek
Pengalaman Lapangan (PPL) 1.
Persentase keterampilan dasar mengajar
mahasiswa calon guru kimia berbasis
model core teaching standars dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Persentase Keterampilan
Dasar Mengajar Mahasiswa Calon
Guru Kimia Berbasis Model Core
Teaching Standards Tahun Ajaran
2016/2017
Aspek Yang Dinilai
x 100 %
Standar 1
(Pengembangan Pelajar)
Standar 2
(Perbedaan Belajar)
Standar 3
(Lingkungan Belajar)
Standar 4
(Pengetahuan Materi)
Standar 5
(Penerapan Materi)
Standar 6
(Penilaian)
Selanjutnya mencari persentase rata-rata
dengan rumus (Marlina, 2015):
X=
Setelah
diperoleh
persentasenya,
kemudian keterampilan dasar mengajar
berbasis model core teaching standards
dikualifikasikan dengan menggunakan
112
RataRata
(%)
77,81
Kriteria
66,26
Cukup
80,21
Sangat Baik
74,89
Baik
76,76
Baik
58,21
Cukup
Baik
Vol. 6 No. 1, Februari 2018
Standar 7
(Perencanaan Pembelajaran)
Standar 8
(Strategi Mengajar)
Standar 9
(Professional Dalam
Mengajar)
Standar 10
(Kepemimpinan Dan
Kolaborasi))
Ar-Razi Jurnal Ilmiah
81,35
Sangat Baik
76,30
Baik
81,65
Sangat Baik
61,51
Cukup
ISSN. 2503-4448
lebih
tertarik
untuk
mengikuti
pembelajaran.
Mahasiswa calon guru juga sudah
mengetahui cara menggunakan strategi
yang baik dan benar untuk menghadapi
peserta didik, serta harus menyesuaikan
dengan cara berpikir peserta didik
sehingga bisa menggunakan strategi yang
tepat untuk peserta didik agar tujuan
pembelajaran tercapai. Strategi yang
digunakan mahasiswa calon guru yaitu
bertanya
dan
pemberian
tugas.
Mahasiswa calon guru memahami strategi
tersebut dapat membangun pengetahuan,
keterampilan dan proses berpikir peserta
didik.
Mahasiswa calon guru juga
menyadari
bahwa
penting
untuk
menghargai perbedaan kemampuan dan
kebutuhan dari setiap peserta didik.
Untuk menghargai perbedaan tersebut
mahasiswa calon guru memberikan
perlakuan yang sama kepada semua
peserta didik. Misalnya ada peserta didik
yang memiliki kemampuan rendah,
sedang dan tinggi memberikan pertayaan
atau pendapat maka mahasiswa calon
guru yang berperan sebagai guru harus
mampu memberikan tanggapan yang baik
dan tidak memihak pada salah satu
dengan memberikan jawaban dan
pendapat yang menjadi inti dari semua
pertanyaan. Begitu pula sebaliknya ketika
mahasiswa calon guru memberikan
pertanyaan, tidak memilih peserta didik
yang berkemampuan tinggi saja atau
rendah
saja
namun
dilakukan
menyeluruh, agar tercipta interaksi
peserta didik dalam pembelajaran.
Mahasiswa calon guru sudah berusaha
menghargai perbedaan tersebut karena
peserta didik akan merasa dihargai
apabila seorang guru menerima pendapat
Standar 1 (pengembangan pelajar),
terlihat penguasaan standar ini dalam
kategori baik dengan persentase rata-rata
penilaian yang diperoleh 77,81%. Dengan
indikator pada aspek kinerja yaitu
mengembangkan metode yang sesuai
dengan
kemampuan,
minat,
dan
kebutuhan serta yang memungkinkan
peserta
didik
mempercepat
pembelajarannya. Indikator pada aspek
pengetahuan yaitu memahami cara
peserta didik membangun pengetahuan,
keterampilan dan proses berpikir serta
tahu cara menggunakan strategi yang
mendukung peserta didik dalam belajar,
serta pada aspek disposisi yaitu
menghargai perbedaan kemampuan dan
kebutuhan
peserta
didik
serta
berkomitmen
untuk
menggunakan
informasi ini untuk pengembangan
peserta didik selanjutnya.
Pada saat praktik mengajar di kelas
mahasiswa calon sudah berusaha
menggunakan metode pembelajaran yang
menarik dan sesuai dengan kemampuan,
minat dan kebutuhan peserta didik, ini
dapat dilihat dari RPP yang dibuat dan
kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Misalnya mahasiswa calon guru A pada
pertemuan ketiga melakukan praktikum
sederhana pada materi kesetimbangan
kimia, terlihat kegiatan pembelajaran di
kelas menjadi lebih menarik karena ketika
melakukan praktikum sederhana peserta
didik ikut terlibat dan menjadi aktif serta
113
Vol. 6 No. 1, Februari 2018
Ar-Razi Jurnal Ilmiah
ISSN. 2503-4448
dengan teman-teman di kelas, agar
peserta didik merasa dihargai dan bisa
menghargai orang lain.
Namun mahasiswa calon guru
masih belum bisa melakukan pendekatan
pembelajaran yang tepat, hal ini berarti
pemahaman mahasiswa calon guru pada
pendekatan pembelajaran peserta didik
dalam
kategori
sangat
rendah.
Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan, mahasiswa calon guru belum
memahami pendekatan pembelajaran dan
model pembelajaran yang digunakan pada
saat pembelajaran, misalnya mahasiswa
calon guru B menggunakan model
pembelajaran NHT (Numbered Head
Together) dengan pendekatan saintifik,
pada saat mengajar di kelas mahasiswa
calon guru B belum bisa menggunakan
model pembelajaran tersebut dengan
benar, serta belum bisa menyesuaikan
langkah-langkah pembelajaran dengan
pendekatan
pembelajaran
yang
digunakan,
hal
ini
dikarenakan
mahasiswa calon guru belum memahami
cara menggunakan model dan pendekatan
pembelajaran tersebut. Sehingga tujuan
yang ingin dicapai pada pembelajaran
tidak optimal.
Standar 3 (lingkungan belajar)
dengan indikator pada aspek kinerja yaitu
bekerja sama dengan peserta didik,
keluarga dan teman sejawat untuk
membangun lingkungan belajar yang
positif meliputi keterbukaan, saling
menghormati, saling mendukung dan
saling mengkritisi. Aspek pengetahuan
yaitu mengetahui cara menggunakan
teknologi dan mengarahkan peserta didik
untuk menggunakan teknologi tersebut,
serta aspek disposisi yaitu berkomitmen
untuk bekerjasama dengan peserta didik
dalam membangun lingkungan belajar
atau memberikan saran terhadap pendapat
yang mereka berikan.
Standar 2 (perbedaan belajar)
dengan indikator pada aspek kinerja yaitu
merancang,
menyesuaikan
dan
memberikan metode pembelajaran untuk
mengatasi beragam kemampuan dan
kebutuhan belajar peserta didik serta
menciptakan peluang bagi peserta didik
menunjukkan cara belajar yang berbedabeda. Pada aspek pengetahuan yaitu
memahami
dan
mengidentifikasi
perbedaan
dalam
pendekatan
pembelajaran dan kinerja peserta didik
serta tahu cara merancang pembelajaran
yang digunakan pada setiap kemampuan
peserta didik yang berbeda, dan pada
aspek disposisi yaitu membuat peserta
didik merasa dihargai dan membantu
mereka menghargai orang lain. Terlihat
penguasaan standar ini dalam kategori
cukup baik dengan pesentase rata-rata
penilaian yang diperoleh 66,26%.
Mahasiswa calon guru sudah bisa
merancang,
menyesuaikan
dan
memberikan metode pembelajaran yang
tepat karena sebelum melakukan praktek
mengajar di kelas mahasiswa calon guru
melakukan
persiapan
pembelajaran
seperti membuat RPP. Terlihat dalam
RPP yang telah dibuat, mahasiswa calon
guru berusaha menyusun perencanaan
pembelajaran yang menarik dan metode
yang digunakan selalu berbeda-beda pada
setiap pertemuan. Mahasiswa calon guru
juga sudah bisa menghargai peserta didik
dengan cara merespon apabila ada peserta
didik bertanya atau memberikan pendapat
serta memberikan hadiah atau tepuk
tangan kepada peserta didik yang berani
memberikan pendapatnya sebagai bentuk
penghargaan yang diberikan, serta
membantu peserta didik berkomunikasi
114
Vol. 6 No. 1, Februari 2018
Ar-Razi Jurnal Ilmiah
ISSN. 2503-4448
dengan guru dan teman di kelas dengan
tujuan membuat peserta didik tertarik dan
tidak bosan saat mengikuti pembelajaran.
Azzahra (2016) dalam penelitiannya
mengatakan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan metode eksperimen dapat
membuat proses pembelajaran menjadi
lebih menarik bagi peserta didik dan
menjadi termotivasi untuk mengikuti
pembelajaran serta meningkatkan hasil
belajar peserta didik. Mahasiswa calon
guru pada saat mengajar sudah bisa
menyesuaikan dengan lingkungan belajar
peserta didik sehingga penguasaan pada
standar ini sangat baik.
Standar 4 (pengetahuan materi)
dengan indikator pada aspek kinerja yaitu
menggunakan multi representasi dan
penjelasan secara efektif yang sesuai
dengan bidang ilmu serta standar isi.
Aspek pengetahuan yaitu mengetahui
cara memadukan materi yang relevan
sesuai dengan kebiasaan peserta didik
untuk membangun pengetahuan dasarnya,
dan aspek disposisi yaitu menghargai
berbagai sudut pandang yang berbeda
dalam suatu materi pembelajaran dan
memfasilitasi peserta didik dalam
menganalisis secara kritis. Penguasaan
pada standar ini termasuk dalam kategori
baik, terlihat dari hasil persentase
penilaian rata-rata yang diperoleh
74,89%.
Mahasiswa calon guru sudah bisa
menggunakan multi representasi dan
penjelasan secara efektif yang sesuai
dengan bidang ilmu serta standar isi.
Terlihat ketika mengajar di kelas
mahasiswa
calon
guru
C
saat
menyampaikan materi larutan penyangga
pada pertemuan kedua sudah berusaha
menyampaikan
materi
secara
makroskopik, mikroskopik dan simbolik
yang positif dan mendukung. Penguasaan
pada standar ini termasuk dalam kategori
sangat baik, terlihat dari hasil persentase
penilaian rata-rata yang diperoleh
80,20%.
Pada saat praktik mengajar di kelas
mahasiswa calon guru sudah berusaha
bekerjasama dengan peserta didik, seperti
apabila peserta didik merasa kesulitan
ketika mengerjakan soal, guru akan
membantu dan membimbing peserta didik
untuk menemukan jawaban bersama.
Kemudian ketika guru mengajar dengan
menggunakan metode
pembelajaran
seperti praktikum maka pada saat
melakukan praktikum sederhana di kelas
akan terjadi komunikasi dan interaksi
peserta didik dengan guru dan teman di
kelas. Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan mahasiswa calon guru paham
cara
menggunakan
teknologi
pembelajaran, karena sudah biasa
menggunakan teknologi tersebut.
Mahasiswa calon guru juga sudah
bisa berkomitmen yakni dengan cara
selalu
melibatkan
diri
dalam
pembelajaran, bertanya kepada peserta
didik dan berkomunikasi dengan peserta
didik. Hal ini terlihat pada saat mengajar
mahasiswa calon guru sudah mampu
mengelola kelas, apabila ada peserta didik
yang kurang memperhatikan saat guru
menjelaskan materi maka guru berusaha
mengkondisikan
kelas
agar
tidak
mengganggu
pembelajaran
dengan
menegur atau mengajak peserta didik
untuk mengikuti pembelajaran kembali.
Serta pada saat pembelajaran mahasiswa
calon guru biasanya melakukan kegiatan
praktikum atau menggunakan media yang
membuat peserta didik terlibat langsung
dalam proses pembelajaran, sehingga
terjadi interaksi antara peserta didik
115
Vol. 6 No. 1, Februari 2018
Ar-Razi Jurnal Ilmiah
ISSN. 2503-4448
interaktif
untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran secara efisien dan efektif,
dan aspek disposisi yaitu menghargai
lingkungan belajar yang sesuai untuk
mendorong peserta didik menelusuri,
menemukan
dan
mengungkapkan
pengetahuan yang berkaitan dengan
materi. Terlihat penguasaan standar ini
termasuk dalam kategori baik dengan
persentase yang diperoleh 76,76%. Pada
saat praktik mengajar mahasiswa calon
guru sudah berusaha mengembangkan
dan mengimplementasikan proyek dalam
pembelajaran. Biasanya mahasiswa calon
guru memberikan tugas kepada peserta
didik untuk setiap pertemuan sesuai
dengan materi yang disampaikan.
Mahasiswa calon guru juga sudah
bisa membuat media pembelajaran
sendiri. Media yang biasa digunakan
yaitu poster, peta konsep, alat peraga
berupa pratikum sederhana di kelas serta
menampilkan video pembelajaran dengan
proyektor. Menurut Agustina dan Dian
(2012), media pembelajaran berbasis
video memberikan pengaruh positif
dalam kegiatan pembelajaran dan
berorientasi
untuk
kemampuan
memecahkan masalah pada materi yang
disampaikan. Mahasiswa calon guru
juga sudah menghargai lingkungan
belajar peserta didik dengan cara
membuat suasana belajar yang hidup di
kelas dengan gaya mengajar yang sesuai.
Misalnya mahasiswa calon guru D
menyeimbangkan gerakan ke kiri dan ke
kanan pada saat mengajar karena gaya
yang digunakan mahasiswa calon guru
dalam mengajar mempengaruhi suasana
kelas selama proses pembelajaran
berlangsung,
dan
menciptakan
lingkungan yang dapat membuat peserta
didik
memberanikan
diri
untuk
agar peserta didik mudah memahami
materi yang disampaikan.
Mahasiswa calon guru juga
menyadari sebagai seorang calon guru
harus mampu menyampaikan materi yang
diajarkan kepada peserta didik dengan
cara dan bahasa yang sederhana seperti
memberikan contoh dalam kehidupan
sehari-hari
sehingga
materi
yang
disampaikan
mudah
dipahami.
Mahasiswa calon menggunakan cara,
dengan memberikan apersepsi, untuk
mengetahui pengetahuan awal peserta
didik sebelum menyampaikan materi
berupa
pertanyaan-pertanyaan
yang
berkaitan dengan materi atau memberikan
contoh yang berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari.
Mahasiswa calon guru juga sudah
bisa menghargai peserta didik yakni
dengan cara memberikan tanggapan
terhadap perbedaan pendapat peserta
didik pada materi yang diajarkan. Hal ini
terlihat
pada
saat
pembelajaran,
mahasiswa calon guru menghargai
pendapat yang berbeda dari peserta didik
kemudian menyamakan persepsi sesuai
dengan pertanyaan yang diajukan dan
materi yang disampaikan. Selain itu
mahasiswa calon guru membantu peserta
didik untuk mampu berpikir kritis dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
merangsang kemampuan berpikir berpikir
kritis.
Standar 5 (penerapan materi)
dengan indikator pada aspek kinerja yaitu
mengembangkan
dan
mengimplementasikan
proyek
yang
mengarahkan peserta didik dalam
menganalisis secara keseluruhan sebuah
isu dari berbagai bidang ilmu. Aspek
pengetahuan yaitu memahami cara
menggunakan teknologi digital dan
116
Vol. 6 No. 1, Februari 2018
Ar-Razi Jurnal Ilmiah
ISSN. 2503-4448
Pada praktik mengajar di kelas
mahasiswa calon guru sudah melakukan
evaluasi dan penilaian yang dapat terlihat
dalam RPP yang dibuat. Mahasiswa calon
guru sudah bisa membuat penilaian
sumatif, namun untuk penilaian formatif
belum dapat dilakukan karena pada saat
mahasiswa calon guru praktik mengajar
materi yang disampaikan setiap minggu
tidak berurutan sehingga sulit untuk
melakukan penilaian formatif, selain itu
mahasiswa calon guru belum memahami
cara membuat penilaian formatif.
Mahasiswa calon guru juga belum
mempelajari cara pembuatan evaluasi
lebih dalam lagi, sehingga belum bisa
membuat dan melakukan evaluasi
formatif dan sumatif, evaluasi yang
digunakan mahasiswa calon guru dalam
RPP hanya untuk pelengkap RPP saja,
tidak dibuat dengan format evaluasi
dengan benar. Mahasiswa calon guru
belum mengetahui format melakukan
evaluasi dengan baik karena belum
memahami format evaluasi tersebut.
Mahasiswa calon guru belum menyadari
perlu untuk memahami evaluasi dalam
pembelajaran karena evaluasi merupakan
salah satu aspek yang penting dalam
melihat kemampuan peserta didik,
sehingga sebagai seorang calon guru
harus mampu untuk melakukan evaluasi
karena menurut Suyanto dan Asep
(2013), evaluasi merupakan tolak ukur
dari suatu pembelajaran agar ke depannya
menjadi lebih baik. Karena kurangnya
pemahaman mahasiswa calon guru dalam
memberikan
penilaian,
sehingga
penguasaan standar ini masih rendah.
Standar
7
(perencanaan
pembelajaran) dengan indikator pada
aspek kinerja yaitu memilih dan
menyusun RPP yang sesuai dengan tujuan
berinteraksi satu sama lain, memberikan
kesempatan kepada peserta
didik
berpartisipasi dalam belajar sehingga
peserta didik menjadi lebih tertarik dalam
belajar. Menurut Winarno (2012),
lingkungan belajar yang baik dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar
peserta didik.
Standar 6 (penilaian) dengan
indikator pada aspek kinerja yaitu
menyeimbangkan penggunaan penilaian
formatit dan sumatif yang sesuai untuk
peserta didik. Aspek pengetahuan yaitu
memahami perbedaan evaluasi formatif
dan sumatif serta tahu cara dan waktu
menggunakannya, serta aspek disposisi
yaitu berkomitmen menggunakan etika
dalam penilaian dan data penilaian untuk
mengidentifikasi
kemampuan
dan
kebutuhan
peserta
didik
dalam
meningkatkan perkembangan peserta
didik. Terlihat penguasaan standar ini
dalam kategori cukup baik dengan
persentase yang diperoleh 58,21%.
Mahasiswa calon guru sudah
berkomitmen untuk memberikan nilai
yang sesuai kepada peserta didik dan
dapat dilihat dari RPP yang telah dibuat,
penilaian yang diberikan sesuai dengan
indikator dalam RPP. Mahasiswa calon
guru memberikan nilai sesuai denga
kriteria penilaian yaitu apabila peserta
didik diberikan soal kemudian menjawab
soal dengan benar maka akan diberikan
nilai dan peserta didik yang tidak bisa
menjawab atau mengerjakan soal maka
tidak akan diberikan nilai.
Namun mahasiswa calon guru
masih belum bisa menyeimbangkan
penggunaan penilaian formatif dan
sumatif. Hal ini dikarenakan mahasiswa
calon guru belum memahami cara
membuat penilaian formatif dan sumatif.
117
Vol. 6 No. 1, Februari 2018
Ar-Razi Jurnal Ilmiah
ISSN. 2503-4448
pendapat dan kemampuan belajar peserta
didik, tentunya di dalam kelas peserta
didik yang kurang aktif dibantu agar
tertarik dengan pembelajaran. Serta
berkomitmen membuat perencanaan
pembelajaran yang lebih baik pada
pertemuan selajutnya. Penguasaan standar
ini sangat baik karena mahasiswa calon
guru sudah memahami perencaraan
pembelajaran
yang baik
sebelum
mengajar di kelas.
Standar 8 (strategi mengajar)
dengan indikator pada aspek kinerja yaitu
menggunakan strategi dan sumber belajar
yang sesuai kebutuhan individu dan
kelompok
peserta
didik.
Aspek
pengetahuan yaitu memahami proses
kognitif
dengan
berbagai
jenis
pembelajaran yang diterapkan serta tahu
cara menstimulasinya, dan aspek disposisi
yaitu berkomitmen untuk menggali lebih
dalam dan memahami kemampuan serta
kebutuhan
peserta
didik
dalam
merencanakan
dan
menyesuaikan
pembelajaran.
Terlihat
penguasaan
standar ini dalam kategori baik dengan
persentase rata-rata penilaian yang
diperoleh 76,30%.
Ketika praktik mengajar di kelas
mahasiswa calon guru sudah berusaha
menggunakan strategi pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Mahasiswa calon guru pada saat mengajar
sudah bisa menggunakan strategi
pembelajaran.
Strategi
kegiatan
pendahuluan yang dilakukan mahasiswa
calon guru yaitu pada saat meberikan
apersepsi
mahasiswa
calon
guru
memperkenalkan materi yang akan
diajarkan dengan mengaitkan materi yang
akan dipelajari dengan materi yang
sebelumnya dan memberikan contohcontoh ilustrasi dalam kehidupan sehari-
kurikulum dan standar isi serta relevan
untuk peserta didik secara individu dan
kelompok. Aspek pengetahuan yaitu
memahami isi dan standar isi serta
menyusunnya berdasarkan kurikulum.
Dan aspek disposisi yaitu menghargai
kemampuan dan kebutuhan peserta didik
yang
berbeda
serta
berkomitmen
menggunakan informasi tersebut untuk
membuat RPP. Terlihat penguasaan
standar ini dalam kategori sangat baik
dengan persentase rata-rata penilaian
yang diperoleh 81,35%. Mahasiswa calon
guru sudah berusaha memilih dan
menyusun RPP yang sesusai dengan
tujuan kurikulum dan standar isi, terlihat
dalam RPP yang dibuat sudah membuat
Kompetensi Inti(KI), Kompetensi Dasar
(KD) dan Indikator serta tujuan
pembelajaran. Pada saat mengajar di
kelas mahasiswa calon guru sudah bisa
menyesuaikan pembelajaran dengan
langkah-langkah kegiatan pembelajaran
dalam RPP yang dibuat.
Mahasiswa calon guru sebelum
mengajar di kelas harus membuat
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), sehingga mahsiswa calon guru
juga sudah bisa memahami isi dan standar
isi yang menjadi syarat pembuatan
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Mahasiswa calon guru merasa
karena
sudah
terbiasa
membuat
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) memudahkan untuk memahami isi
dan standar isi yang harus dibuat sebelum
melakukan pembelajaran. Pembuataan
RPP berdasarkan silabus yang bertujuan
untuk mengarahkan kegiatan belajar
peserta didik dalam upaya mencapai KI
dan KD. Mahasiswa calon guru juga
sudah bisa menghargai perbedaan dari
setiap peserta didik seperti perbedaan
118
Vol. 6 No. 1, Februari 2018
Ar-Razi Jurnal Ilmiah
ISSN. 2503-4448
kepada peserta didik dengan cara
menunjuk peserta didik yang akan
menjawab pertanyaan yang diberikan, dan
dapat membuat pembelajaran lebih
menarik, tidak monoton karena adanya
interaksi peserta didik dengan guru dan
teman di kelas.
Mahasiswa calon guru juga sudah
berkomitmen dengan cara membuat
perencanaan pembelajaran yang sesuai
dengan karakter dari peserta didik dan
menggunakan strategi mengajar yang
sesuai agar mudah dipahami oleh peserta
didik. Misalnya pada saat menyampaikan
materi
menggunakan
strategi
penyampaian dengan cara memberikan
contoh-contoh atau melatih peserta didik
dengan
soal-soal.
Dengan
tujuan
pembelajaran dapat tercapai, kemudian
mahasiswa calon guru pada setiap praktik
microteaching yang dilakukan berusaha
untuk memperbaiki penampilannya dari
penampilan sebelumnya.
Standar 9 (profesional dalam
mengajar) dengan indikator pada aspek
kinerja yaitu melibatkan diri dalam
berbagai
kesempatan
untuk
mengembangkan
pengetahuan
dan
keterampilan. Aspek pengetahuan yaitu
memahami dan tahu cara menggunakan
berbagai penilaian diri dan strategi
pemecahan masalah untuk menganalisis
dan
merefleksikan
praktik
pembelajarannya serta merencanakan
penyesuaian diri. Aspek disposisi yaitu
bertanggung
jawab
terhadap
pembelajaran
peserta
didik
dan
melakukan analisis langsung serta untuk
memperbaiki perencanaan dan proses
pembelajaran.
Terlihat
penguasaan
standar ini dalam kategori sangat baik
dengan persentase rata-rata penilaian
yang diperoleh 81,65%.
hari peserta didik. Kemudian strategi
penyampaian informasi dalam kegiatan
pembelajaran yakni strategi mahasiswa
calon guru dalam menyampaikan materi,
biasanya dalam menyampaikan materi
mahasiswa calon guru memberikan
contoh-contoh, misalnya pada materi
perhitungan mahasiswa calon guru lebih
banyak memberikan contoh perhitungan
sedangkan pada materi teori biasanya
disampaikan dengan memberikan contohcontoh dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi selanjutnya yaitu strategi
partisipasi peserta didik, terjadinya
umpan balik dari contoh soal atau latihan
yang diberikan oleh mahasiswa calon
guru. Pada strategi pemberian tes
biasanya dilakukan di akhir pembelajaran,
sedangkan strategi lanjutan yakni cara
guru menanggapi hasil dari tes atau
evaluasi yang diberikan. Setelah peserta
didik selesai mengerjakan soal maka
maka mahasiswa calon guru memberikan
nilai kepada peserta didik, ketika ada
peserta didik yang tidak bisa menjawab,
mahasiswa calon guru menanyakan
penyebab atau kesulitan peserta didik
pada sub materi yang mana kemudian
memberikan penjelasan lagi.
Mahasiswa calon guru juga sudah
bisa memahami kemampuan berpikir
peserta
didik
serta
tahu
cara
menstimulasinya. Misalnya mahasiswa
calon guru E pada saat mengajar di kelas
untuk memahami kemampuan berpikir
peserta didik, menggunakan strategi
bertanya lanjut seperti mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
yang
menimbulkan rasa ingin tahu peserta
didik, sehingga membuat peserta didik
berpikir untuk menemukan jawaban
pertayaan tersebut. Mahasiswa calon guru
E memberikan pertanyaan secara acak
119
Vol. 6 No. 1, Februari 2018
Ar-Razi Jurnal Ilmiah
ISSN. 2503-4448
rata-rata penilaian yang diperoleh
61,51%.
Mahasiswa calon guru sudah
berusaha bekerjasama dengan peserta
didik untuk membangun harapan bersama
dan komunikasi yang berkelanjutan dan
mendukung
perkembangan
serta
pencapaian peserta didik, pada saat
praktik mengajar di kelas mahasiswa
calon
guru
sebagai
komunikator,
diharapkan
mampu
menyampaikan
rencana-rencana pembelajaran pada pada
peserta didik, mengatur dan menjelaskan
bahan ajar apabila menggunakan bahan
ajar.
Mahasiswa calon guru juga sudah
berkontribusi dan berkomunikasi dengan
peserta didik serta bekerjasama dalam
proses
pembelajaran
berlangsung.
Berkomunikasi dan bekerjasama dengan
peserta
didik
dapat
membuat
pembelajaran menjadi lebih menarik
karena adanya interaksi, sehingga peserta
didik menjadi lebih bersemangat. Namun
mahasiswa calon belum bisa bertanggung
jawab
dalam
memajukan
dunia
pendidikan karena mahasiswa calon guru
belum pernah terjun kelapangan secara
langsung
dan
kegiatan
Praktik
Pengalaman Lapangan (PPL 1) ini
dilakukan hanya dalam kelas saja,
sehingga belum ada interaksi mahasiswa
di sekolah dengan teman sejawat seperti
guru, staff dan kepala sekolah.
Berdasarkan data hasil observasi
dan wawancara dapat dilihat keterampilan
dasar mengajar mahasiswa calon guru
kimia berbasis model core teaching
standards sudah baik, dengan persentase
tertinggi dan kategori sangat baik yaitu
pada standar 9 (profesional dalam
mengajar),
standar
ini
memiliki
persentase lebih tinggi dibandingkan
Mahasiswa calon guru sudah
melibat diri dalam pembelajaran dan
melakukan interaksi dengan peserta didik
agar dapat mengetahui kemampuan
peserta
didik,
sehingga
untuk
pembelajaran selanjutnya mahasiswa
calon guru dapat melakukan perencanaan
lebih baik lagi. Terlihat ketika mahasiswa
calon guru F pada pertemuan ketiga
melakukan demonstrasi pada materi
aplikasi koloid dalam kehidupan seharihari.
Mahasiswa calon guru juga sudah
melakukan penilaian diri karena pada saat
praktek mengajar selesai selalu diadakan
evaluasi bersama teman dan dosen agar
penampilan selanjutnya menjadi lebih
baik. Mahasiswa calon guru juga sudah
bisa
bertanggung jawab terhadap
pembelajarannya
yakni
dengan
menyelesaikan
pembelajaran
yang
diberikan di kelas sesuai dengan RPP
yang telah dibuat. Kemudian apabila
merasa pembelajaran yang diberikan
belum maksimal mahasiswa calon guru
melakukan perbaikan untuk pembelajaran
selanjutnya agar lebih baik lagi.
Standar 10 (kepemimpinan dan
kolaborasi), indikator pada aspek kinerja
yaitu bekerjasama dengan peserta didik
dan keluarga untuk membangun harapan
bersama
dan
komunikasi
yang
berkelanjutan
untuk
mendukung
perkembangan dan pencapaian peserta
didik.
Aspek
pengetahuan
yaitu
mengetahui cara berkontribusi dan
mendukung harapan yang tinggi untuk
peserta didik dalam pembelajaran. Dan
aspek disposisi yaitu bertanggung jawab
untuk berkontribusi dan memajukan
profesi. Penguasaan standar ini dalam
kategori cukup baik dengan persentase
120
Vol. 6 No. 1, Februari 2018
Ar-Razi Jurnal Ilmiah
ISSN. 2503-4448
baik karena terjadi peningkatan pada
setiap pertemuan.
dengan standar lainnya karena mahasiswa
calon guru pada praktik mengajar sudah
mampu melibatkan diri, melakukan
interaksi dan penilaian diri serta sudah
bertanggung
jawab
terhadap
pembelajarannya. Mahasiswa calon guru
merasa memiliki tanggung jawab
terhadap setiap pembelajaran yang akan
diberikan sehingga membuat mahasiswa
calon guru menyadari perlu untuk
melakukan perbaikan pembelajaran agar
pembelajaran selanjutnya menjadi lebih
baik. Keterampilan dasar mengajar
mahasiswa calon guru yang memiliki
persentase paling rendah dengan kategori
cukup yaitu pada standar 6 (penilaian),
standar ini memperoleh nilai yang paling
rendah dibandingkan standar lain,
dikarenakan mahasiswa calon guru belum
memiliki kesempatan untuk melakukan
penggunaan penilaian formatif, meskipun
mahasiswa calon guru sudah mempelajari
tentang penilaian pembelajaran pada mata
kuliah Evaluasi Proses dan Hasil Belajar
Kimia, namun mahasiswa calon guru
masih belum memahami lebih dalam
tentang penilaian pembelajaran.
SARAN
1. Bagi dosen diharapkan core teaching
standards dapat di gunakan pada
praktek microteaching agar dapat
meningkatkan keterampilan dasar
mengajar calon guru.
2. Bagi mahasiswa diharapkan dapat
memperdalam pengetahuan dasar
mengajar sabagai calon guru dengan
baik sehingga dapat mengatasi
kesulitan pada saat praktek mengajar
di kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, A dan Dian N.
(2012).
Pengembangan
Media
Pembelajaran Video Untuk Melatih
Kemampuan Memecahkan Masalah
Pada Materi Larutan Asam Basa.
Unesa Journal of Chemical
Education. Vol. 1(1): 16.
Azzahra, S.F. (2010). Pengaruh Metode
Eksperimen Terhadap Hasil Belajar
Siswa Pada Konsep Laju Reaksi.
Skripsi. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Council of Chief State School Officers
(CCSSO). 2010. Interstate Teacher
Assessment
and
Support
Consortium (InTASC) Model Core
Teaching Standards. A Resource
for State Dialogue. Washington,
DC. Author
Departemen
Pendidikan
Nasional
(Depdiknas). (2005). Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang
Standar
Nasional
Pendidikan. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
Keterampilan dasar mengajar
mahasiswa calon guru kimia berbasis
model core teaching standards pada
praktek PPL 1 (microteaching) secara
keselurahan baik dengan persentase nilai
tertinggi dan kategori sangat baik yaitu
pada standar 9 ((profesional dalam
mengajar) sebesar 81,65 %, sedangkan
persentase nilai terendah dan kategori
cukup yairu pada standar 6 (penilaian)
sebesar 58,21 %. Terlihat juga kegiatan
belajar mengajar yang telah dilakukan
oleh mahasiswa calon guru kimia sudah
121
Vol. 6 No. 1, Februari 2018
Ar-Razi Jurnal Ilmiah
Marlina, R. (2015). Analisis Kemampuan
Dasar Mengajar Calon Guru
Biologi
di
Program
Studi
Pendidikan
Biologi
FKIP
Universitas Tanjungpura. Seminar
Nasional
Pendidikan
Biologi.
Pontianak: Tanjungpura
Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru
Profesional. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya.
Mulyatun. (2014). Analisis Keterampilan
Dasar Mengajar Mahasiswa Calon
Guru Kimia (Studi Pada Praktik
Pengalaman Lapangan Mahasiswa
Tadris Kimia). Jurnal Phenomenon.
Vol. 4(1): 79-80.
Siswanto, (2010). Tingkat Peguasaan
Keterampilan Dasar Mengajar
Mahasiswa
Prodi.Pendidikan
Akuntansi Fakultas Ilmu Sosial Dan
Ekonomi
Universitas
Negeri
Yogyakarta. Jurnal Pendidikan
Akuntansi Indonesia, Vol.3 (2): 4151.
Suko, M dan Sada, C. (2014).
Pengembangan
Model
Microteaching Calon Guru di
Sekolah Tinggi Pastoral Santo
Agustinus
Keuskupan
Agung
Pontianak. Jurnal Pendidikan. Vol.
3 (2): 11-12.
Suyanto dan Asep, D. (2013). Bagaimana
Menjadi Calon Guru dan Guru
Profesional. Yogyakarta: Multi
Pressindo.
Winarno
B.
(2012).
Pengaruh
Lingkungan Belajar dan Motivasi
Berprestasi Terhadap Hasil Belajar
Siswa Kompetensi Keahlian Teknik
Otomasi Industri di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 2
Depok
Yogyakarta.
Skripsi.
Universitas Negeri Yogyakarta.
122
ISSN. 2503-4448
Ar-Razi Jurnal Ilmiah
ISSN. 2503-4448
ANALISIS KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR MAHASISWA
CALON GURU KIMIA BERBASIS MODEL CORE TEACHING STANDARDS
PADA MATA KULIAH PPL 1 (MICROTEACHING)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
Rusninawiyah*, Tuti Kurniati dan Rizmahardian Ashari Kurniawan
Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak
Jalan Ahmad Yani No 111 Pontianak Kalimantan Barat
*Email: [email protected]
ABSTRAK
Keterampilan dasar mengajar mahasiswa calon guru kimia berbasis model core teaching standards
diperlukan untuk meningkatkan kompetensi calon guru kimia ketika memasuki dunia pendidikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses kegiatan belajar mengajar dan keterampilan dasar
mengajar mahasiswa calon guru kimia dengan (core teaching standards) pada praktik PPL 1
(microteaching) di Universitas Muhammadiyah Pontianak. Jenis penelitian ini termasuk penelitian
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Subyek penelitian sebanyak 16 orang mahasiswa. Teknik
yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 yaitu teknik observasi langsung dan komunikasi
langsung dengan alat pengumpul data berupa lembar obsevasi dan pedoman wawancara yang
meliputi 10 standar yaitu (1) Pengembangan pelajar, (2) Perbedaan belajar, (3) Lingkungan belajar,
(4) Pengetahuan materi, (5) Penerapan materi, (6) Penilaian, (7) Perencanaan pembelajaran, (8)
Strategi mengajar, (9) Professional dalam mengajar (10) Kepemimpinan dan kolaborasi.
Keterampilan dasar mengajar mahasiswa calon guru kimia berbasis model core teaching standards
pada praktik PPL 1 (microteaching) memiliki persentase nilai tertinggi dan kategori sangat baik
yaitu pada standar 9 ((profesional dalam mengajar) sebesar 81,65 %, sedangkan persentase nilai
terendah dan kategori cukup yaitu pada standar 6 (penilaian) sebesar 58,21 %.
Kata Kunci: Core Teaching Standards, keterampilan dasar mengajar, PPL 1(Microteahing)
ABSTRACT
Basic teaching skills of Core Teaching Standards model for prospective Chemistry teachers are
important in enhancing the competence as they deal with world of education. This study aimed at
determining the process of teaching and learning activities as well as basic teaching skills using
Core Teaching Standards among prospective chemistry in Microteaching Program 1 (PPL 1) class
at Muhammadiyah University of Pontianak. Using descriptive design and quantitative approach, 16
students participated as the subjects. The techniques used in this research were direct observation
and direct communication. The data collection technique included observation sheet and interview
guide that covered 10 standards. They were student development, learning difference, learning
environment, materials, application of materials, assessment, lesson plan, teaching strategy,
professionalism in teaching, and leadership and collaboration. The study reveals that the students
gained the highest score on standard 9 (professionalism in teaching) by 81,65% and was considered
very good. Whereas, they hed the lowest score on standard 6 (assessment) by 58,21% and was
considered fair by 58,21%.
Keywords: Core Teaching Standards, basic teaching skills, Microteaching 1 (PPL 1)
109
Vol. 6 No. 1, Februari 2018
Ar-Razi Jurnal Ilmiah
PENDAHULUAN
ISSN. 2503-4448
pembelajaran atas dasar performa yang
tekniknya dilakukan dengan cara
melatihkan
komponen-komponen
kompetensi dasar mengajar (teaching
skill) dalam proses pembelajaran yang
disederhanakan ditinjau dari aspek
kompetensi
mengajar,
penguasaan
materi, pengelolaan peserta didik,
maupun mengelola waktu (Mulyatun,
2014). Pembelajaran mikro diarahkan
dalam pembentukan kompetensi guru
sebagai agen pembelajaran seperti yang
termuat dalam UU Nomor 14 Tahun
2005 (Depdiknas, 2005).
Berdasarkan nilai ujian akhir
semester mahasiswa calon guru kimia
semester V Prodi Pendidikan Kimia,
FKIP
Universitas
Muhammadiyah
Pontianak tahun 2015/2016 pada mata
kuliah Kemampuan Dasar Mengajar
Kimia (KDMK) menunjukkan bahwa
keterampilan mengajar mahasiswa calon
guru kimia sudah baik, dengan nilai
rata–rata mahasiswa sudah memenuhi
standar KKM (75) yang telah
ditentukan.
Namun
dari
hasil
wawancara dengan mahasiswa yang
melakukan praktek PPL 2 di sekolah,
diperoleh informasi bahwa mahasiswa
calon guru masih banyak yang
mengalami kesulitan, (1) dalam proses
belajar mengajar, mahasiswa calon guru
masih kurang percaya diri, (2)
mahasiswa
calon
guru
kurang
menguasai materi, (3) mahasiswa calon
guru kurang bisa menyampaikan materi,
dan (5) mahasiswa calon guru kurang
mampu
mengkondisikan
kelas.
Informasi ini selaras dengan hasil
wawancara dengan dosen Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Pendidikan
Kimia
Universitas
Muhammadiyah (UM) Pontianak yang
Guru merupakan suatu jabatan
profesi, sehingga untuk menjadi guru
perlu dilatih dan disiapkan secara
khusus. Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK) berperan penting
dalam mempersiapkan dan menyediakan
calon-calon guru yang kompeten dan
profesional dalam berbagai jenjang
pendidikan (Siswanto, 2010). Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Universitas Muhammadiyah Pontianak
merupakan salah satu LPTK penyedia
tenaga
keguruan
yang
akan
dimanfaatkan
untuk
menyediakan
tenaga pendidik ditingkat Sekolah
Menengah Atas. FKIP Universitas
Muhammadiyah Pontianak khususnya
Program Studi Pendidikan Kimia
memiliki andil yang besar dalam
menyediakan tenaga kerja tingkat
menengah
yang
handal
dengan
penyediaan tenaga pendidik yang
professional.
Menurut Undang-Undang No. 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
pada Bab VI pasal 3 ditegaskan bahwa
kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang guru meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional, dan kompetensi
sosial. Di dalam kompetensi pedagogik
memuat keterampilan dasar mengajar.
Guru yang memiliki keterampilan dasar
mengajar dapat mengemas proses
pembelajaran dengan baik dan menarik
sehingga dapat menumbuhkan kemauan
siswa untuk belajar (Depdiknas, 2005).
Keterampilan dasar mengajar dapat
dilatih melalui pembelajaran mikro
(microteaching) (Depdiknas, 2005).
Pembelajaran mikro merupakan metode
110
Vol. 6 No. 1, Februari 2018
Ar-Razi Jurnal Ilmiah
ISSN. 2503-4448
mengatakan bahwa mahasiswa dan
mahasiswi
calon
guru
dapat
mengembangkan keterampilan dasar
mengajarnya menggunakan model core
teaching
standards.
Standar
ini
merangkul
penekanan
baru
dan
menjelaskan bagaimana pengajaran
yang efektif yang mengarah untuk
meningkatkan prestasi siswa, dan
terdapat 10 standar dalam mengajar
yaitu pengembangan pelajar, perbedaan
belajar, lingkungan belajar, pengetahuan
materi, penerapan materi, penilaian,
perencanaan pembelajaran, strategi
mengajar,
professional
dalam
pembelajaran, serta kepemimpinan dan
kolaborasi (CCSSO, 2010).
Berdasarkan uraian di atas maka
peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Analisis
Keterampilan
Dasar
Mengajar
Mahasiswa Calon Guru Kimia Berbasis
Model Core Teaching Standards Pada
Mata Kuliah PPL 1 (Microteaching)
Universitas Muhammadiyah Pontianak.
mengajar
mata
kuliah
KDMK
menyatakan bahwa memang masih ada
sebagian mahasiswa yang kurang
menguasai keterampilan mengajar pada
saat praktek di kelas dan kurang bisa
mengembangkan dirinya. Kesulitan
yang dialami oleh mahasiswa calon guru
ini dipengaruhi oleh keterampilan dasar
mengajar yang dimiliki mahasiswa itu
sendiri.
Menurut Suyanto & Asep (2013),
guru harus memiliki keterampilan dalam
melaksanakan tugas sebagai pendidik,
pengajar, dan pelatih. Sebagai seorang
pengajar, guru dituntut untuk dapat
merencanakan proses pembelajaran
yang meliputi penggunaan metode,
penggunaan media pembelajaran, dan
penilaian proses pembelajaran. Menurut
Usman (2010), terdapat delapan
keterampilan dasar mengajar yang harus
dimiliki oleh calon guru yaitu: (1)
keterampilan bertanya, (2) keterampilan
memberi penguatan, (3) keterampilan
mengadakan variasi, (4) keterampilan
menjelaskan,
(5)
keterampilan
membuka dan menutup pelajaran, (6)
keterampilan membimbing diskusi
kelompok kecil, (7) keterampilan
mengelola kelas, dan (8) keterampilan
mengajar perseorangan.
Council of Chief State School
Officers (CCSSO), (2010) untuk melihat
keterampilan mengajar calon guru yang
profesional dalam mengajar ditemukan
model core teaching standards yang
merupakan
pengembangan
model
microteaching.
Model
ini
lebih
menekankan pada tiga aspek yaitu:
kinerja, pengetahuan dan disposisi yang
harus dimiliki guru untuk memastikan
bahwa semua peserta didik belajar.
Suko dkk (2014) dalam penelitiannya
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
merupakan
penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Penelitian dilaksanakan di
Prodi
Pendidikan
Kimia,
FKIP
Universitas Muhammadiyah Pontianak
dengan melibatkan 16 orang mahasiswa
calon guru yang mengikuti mata kuliah
PPL 1 (Microteaching). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui proses
kegiatan
belajar
mengajar
dan
keterampilan dasar mengajar mahasiswa
calon guru kimia dengan (core teaching
standards) pada praktik PPL 1
(microteaching)
di
Universitas
Muhammadiyah Pontianak.
111
Vol. 6 No. 1, Februari 2018
Ar-Razi Jurnal Ilmiah
Pengumpulan
data
dalam
penelitian ini menggunakan teknik
observasi langsung dan komunikasi
langsung dengan alat pengumpul data
berupa lembar obsevasi dan pedoman
wawancara dengan rating skor (skor 13) yang meliputi 10 standar yaitu (1)
Pengembangan pelajar, (2) Perbedaan
belajar, (3) Lingkungan belajar, (4)
Pengetahuan materi, (5) Penerapan
materi, (6) Penilaian, (7) Perencanaan
pembelajaran, (8) Strategi mengajar, (9)
Professional dalam mengajar (10)
Kepemimpinan
dan
kolaborasi.
Penilaian keterampilan dasar mengajar
berbasis model core teaching standards
dianalisis dengan menghitung jumlah
perolehan skor dari setiap aspek. Setelah
mendapat data skor keterampilan dasar
mengajar berbasis model core teaching
standards, diukur berdasarkan kriteria
interprestasi
keterampilan
dasar
mengajar mahasiswa calon guru.
Kualifikasi keterampilan dasar mengajar
berbasis model core teaching standards
dilakukan dengan menggunakan rentang
skor 1-3, Kemudian hasil penilaian
dihitung
dengan
menggunakan
komponen dan indikator di buat menjadi
persentase untuk setiap penilaian.
Pengolahan data dilakukan dengan
langkah-langkah
sebagai
berikut
(Mulyatun, 2014):
Persentase penilaian =
ISSN. 2503-4448
kategori interprestasi keterampilan dasar
mengajar pada Tabel 1 berikut ini
(Mulyatun, 2014):
Tabel 1. Kategori Interprestasi
Keterampilan dasar mengajar
Rata-rata Nilai
Kelas
80% > x ≤100%
Kategori
67% > x ≤ 80%
Baik
53% > x ≤ 67%
Cukup
40% > x ≤ 53%
Kurang
x < 40%
Sangat kurang
Sangat baik
HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
Keterampilan dasar mengajar
mahasiswa calon guru kimia dapat
diketahui dari hasil observasi dan data
wawancara mahasiswa calon guru kimia
yang
dilakukan
pada
Praktek
Pengalaman Lapangan (PPL) 1.
Persentase keterampilan dasar mengajar
mahasiswa calon guru kimia berbasis
model core teaching standars dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Persentase Keterampilan
Dasar Mengajar Mahasiswa Calon
Guru Kimia Berbasis Model Core
Teaching Standards Tahun Ajaran
2016/2017
Aspek Yang Dinilai
x 100 %
Standar 1
(Pengembangan Pelajar)
Standar 2
(Perbedaan Belajar)
Standar 3
(Lingkungan Belajar)
Standar 4
(Pengetahuan Materi)
Standar 5
(Penerapan Materi)
Standar 6
(Penilaian)
Selanjutnya mencari persentase rata-rata
dengan rumus (Marlina, 2015):
X=
Setelah
diperoleh
persentasenya,
kemudian keterampilan dasar mengajar
berbasis model core teaching standards
dikualifikasikan dengan menggunakan
112
RataRata
(%)
77,81
Kriteria
66,26
Cukup
80,21
Sangat Baik
74,89
Baik
76,76
Baik
58,21
Cukup
Baik
Vol. 6 No. 1, Februari 2018
Standar 7
(Perencanaan Pembelajaran)
Standar 8
(Strategi Mengajar)
Standar 9
(Professional Dalam
Mengajar)
Standar 10
(Kepemimpinan Dan
Kolaborasi))
Ar-Razi Jurnal Ilmiah
81,35
Sangat Baik
76,30
Baik
81,65
Sangat Baik
61,51
Cukup
ISSN. 2503-4448
lebih
tertarik
untuk
mengikuti
pembelajaran.
Mahasiswa calon guru juga sudah
mengetahui cara menggunakan strategi
yang baik dan benar untuk menghadapi
peserta didik, serta harus menyesuaikan
dengan cara berpikir peserta didik
sehingga bisa menggunakan strategi yang
tepat untuk peserta didik agar tujuan
pembelajaran tercapai. Strategi yang
digunakan mahasiswa calon guru yaitu
bertanya
dan
pemberian
tugas.
Mahasiswa calon guru memahami strategi
tersebut dapat membangun pengetahuan,
keterampilan dan proses berpikir peserta
didik.
Mahasiswa calon guru juga
menyadari
bahwa
penting
untuk
menghargai perbedaan kemampuan dan
kebutuhan dari setiap peserta didik.
Untuk menghargai perbedaan tersebut
mahasiswa calon guru memberikan
perlakuan yang sama kepada semua
peserta didik. Misalnya ada peserta didik
yang memiliki kemampuan rendah,
sedang dan tinggi memberikan pertayaan
atau pendapat maka mahasiswa calon
guru yang berperan sebagai guru harus
mampu memberikan tanggapan yang baik
dan tidak memihak pada salah satu
dengan memberikan jawaban dan
pendapat yang menjadi inti dari semua
pertanyaan. Begitu pula sebaliknya ketika
mahasiswa calon guru memberikan
pertanyaan, tidak memilih peserta didik
yang berkemampuan tinggi saja atau
rendah
saja
namun
dilakukan
menyeluruh, agar tercipta interaksi
peserta didik dalam pembelajaran.
Mahasiswa calon guru sudah berusaha
menghargai perbedaan tersebut karena
peserta didik akan merasa dihargai
apabila seorang guru menerima pendapat
Standar 1 (pengembangan pelajar),
terlihat penguasaan standar ini dalam
kategori baik dengan persentase rata-rata
penilaian yang diperoleh 77,81%. Dengan
indikator pada aspek kinerja yaitu
mengembangkan metode yang sesuai
dengan
kemampuan,
minat,
dan
kebutuhan serta yang memungkinkan
peserta
didik
mempercepat
pembelajarannya. Indikator pada aspek
pengetahuan yaitu memahami cara
peserta didik membangun pengetahuan,
keterampilan dan proses berpikir serta
tahu cara menggunakan strategi yang
mendukung peserta didik dalam belajar,
serta pada aspek disposisi yaitu
menghargai perbedaan kemampuan dan
kebutuhan
peserta
didik
serta
berkomitmen
untuk
menggunakan
informasi ini untuk pengembangan
peserta didik selanjutnya.
Pada saat praktik mengajar di kelas
mahasiswa calon sudah berusaha
menggunakan metode pembelajaran yang
menarik dan sesuai dengan kemampuan,
minat dan kebutuhan peserta didik, ini
dapat dilihat dari RPP yang dibuat dan
kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Misalnya mahasiswa calon guru A pada
pertemuan ketiga melakukan praktikum
sederhana pada materi kesetimbangan
kimia, terlihat kegiatan pembelajaran di
kelas menjadi lebih menarik karena ketika
melakukan praktikum sederhana peserta
didik ikut terlibat dan menjadi aktif serta
113
Vol. 6 No. 1, Februari 2018
Ar-Razi Jurnal Ilmiah
ISSN. 2503-4448
dengan teman-teman di kelas, agar
peserta didik merasa dihargai dan bisa
menghargai orang lain.
Namun mahasiswa calon guru
masih belum bisa melakukan pendekatan
pembelajaran yang tepat, hal ini berarti
pemahaman mahasiswa calon guru pada
pendekatan pembelajaran peserta didik
dalam
kategori
sangat
rendah.
Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan, mahasiswa calon guru belum
memahami pendekatan pembelajaran dan
model pembelajaran yang digunakan pada
saat pembelajaran, misalnya mahasiswa
calon guru B menggunakan model
pembelajaran NHT (Numbered Head
Together) dengan pendekatan saintifik,
pada saat mengajar di kelas mahasiswa
calon guru B belum bisa menggunakan
model pembelajaran tersebut dengan
benar, serta belum bisa menyesuaikan
langkah-langkah pembelajaran dengan
pendekatan
pembelajaran
yang
digunakan,
hal
ini
dikarenakan
mahasiswa calon guru belum memahami
cara menggunakan model dan pendekatan
pembelajaran tersebut. Sehingga tujuan
yang ingin dicapai pada pembelajaran
tidak optimal.
Standar 3 (lingkungan belajar)
dengan indikator pada aspek kinerja yaitu
bekerja sama dengan peserta didik,
keluarga dan teman sejawat untuk
membangun lingkungan belajar yang
positif meliputi keterbukaan, saling
menghormati, saling mendukung dan
saling mengkritisi. Aspek pengetahuan
yaitu mengetahui cara menggunakan
teknologi dan mengarahkan peserta didik
untuk menggunakan teknologi tersebut,
serta aspek disposisi yaitu berkomitmen
untuk bekerjasama dengan peserta didik
dalam membangun lingkungan belajar
atau memberikan saran terhadap pendapat
yang mereka berikan.
Standar 2 (perbedaan belajar)
dengan indikator pada aspek kinerja yaitu
merancang,
menyesuaikan
dan
memberikan metode pembelajaran untuk
mengatasi beragam kemampuan dan
kebutuhan belajar peserta didik serta
menciptakan peluang bagi peserta didik
menunjukkan cara belajar yang berbedabeda. Pada aspek pengetahuan yaitu
memahami
dan
mengidentifikasi
perbedaan
dalam
pendekatan
pembelajaran dan kinerja peserta didik
serta tahu cara merancang pembelajaran
yang digunakan pada setiap kemampuan
peserta didik yang berbeda, dan pada
aspek disposisi yaitu membuat peserta
didik merasa dihargai dan membantu
mereka menghargai orang lain. Terlihat
penguasaan standar ini dalam kategori
cukup baik dengan pesentase rata-rata
penilaian yang diperoleh 66,26%.
Mahasiswa calon guru sudah bisa
merancang,
menyesuaikan
dan
memberikan metode pembelajaran yang
tepat karena sebelum melakukan praktek
mengajar di kelas mahasiswa calon guru
melakukan
persiapan
pembelajaran
seperti membuat RPP. Terlihat dalam
RPP yang telah dibuat, mahasiswa calon
guru berusaha menyusun perencanaan
pembelajaran yang menarik dan metode
yang digunakan selalu berbeda-beda pada
setiap pertemuan. Mahasiswa calon guru
juga sudah bisa menghargai peserta didik
dengan cara merespon apabila ada peserta
didik bertanya atau memberikan pendapat
serta memberikan hadiah atau tepuk
tangan kepada peserta didik yang berani
memberikan pendapatnya sebagai bentuk
penghargaan yang diberikan, serta
membantu peserta didik berkomunikasi
114
Vol. 6 No. 1, Februari 2018
Ar-Razi Jurnal Ilmiah
ISSN. 2503-4448
dengan guru dan teman di kelas dengan
tujuan membuat peserta didik tertarik dan
tidak bosan saat mengikuti pembelajaran.
Azzahra (2016) dalam penelitiannya
mengatakan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan metode eksperimen dapat
membuat proses pembelajaran menjadi
lebih menarik bagi peserta didik dan
menjadi termotivasi untuk mengikuti
pembelajaran serta meningkatkan hasil
belajar peserta didik. Mahasiswa calon
guru pada saat mengajar sudah bisa
menyesuaikan dengan lingkungan belajar
peserta didik sehingga penguasaan pada
standar ini sangat baik.
Standar 4 (pengetahuan materi)
dengan indikator pada aspek kinerja yaitu
menggunakan multi representasi dan
penjelasan secara efektif yang sesuai
dengan bidang ilmu serta standar isi.
Aspek pengetahuan yaitu mengetahui
cara memadukan materi yang relevan
sesuai dengan kebiasaan peserta didik
untuk membangun pengetahuan dasarnya,
dan aspek disposisi yaitu menghargai
berbagai sudut pandang yang berbeda
dalam suatu materi pembelajaran dan
memfasilitasi peserta didik dalam
menganalisis secara kritis. Penguasaan
pada standar ini termasuk dalam kategori
baik, terlihat dari hasil persentase
penilaian rata-rata yang diperoleh
74,89%.
Mahasiswa calon guru sudah bisa
menggunakan multi representasi dan
penjelasan secara efektif yang sesuai
dengan bidang ilmu serta standar isi.
Terlihat ketika mengajar di kelas
mahasiswa
calon
guru
C
saat
menyampaikan materi larutan penyangga
pada pertemuan kedua sudah berusaha
menyampaikan
materi
secara
makroskopik, mikroskopik dan simbolik
yang positif dan mendukung. Penguasaan
pada standar ini termasuk dalam kategori
sangat baik, terlihat dari hasil persentase
penilaian rata-rata yang diperoleh
80,20%.
Pada saat praktik mengajar di kelas
mahasiswa calon guru sudah berusaha
bekerjasama dengan peserta didik, seperti
apabila peserta didik merasa kesulitan
ketika mengerjakan soal, guru akan
membantu dan membimbing peserta didik
untuk menemukan jawaban bersama.
Kemudian ketika guru mengajar dengan
menggunakan metode
pembelajaran
seperti praktikum maka pada saat
melakukan praktikum sederhana di kelas
akan terjadi komunikasi dan interaksi
peserta didik dengan guru dan teman di
kelas. Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan mahasiswa calon guru paham
cara
menggunakan
teknologi
pembelajaran, karena sudah biasa
menggunakan teknologi tersebut.
Mahasiswa calon guru juga sudah
bisa berkomitmen yakni dengan cara
selalu
melibatkan
diri
dalam
pembelajaran, bertanya kepada peserta
didik dan berkomunikasi dengan peserta
didik. Hal ini terlihat pada saat mengajar
mahasiswa calon guru sudah mampu
mengelola kelas, apabila ada peserta didik
yang kurang memperhatikan saat guru
menjelaskan materi maka guru berusaha
mengkondisikan
kelas
agar
tidak
mengganggu
pembelajaran
dengan
menegur atau mengajak peserta didik
untuk mengikuti pembelajaran kembali.
Serta pada saat pembelajaran mahasiswa
calon guru biasanya melakukan kegiatan
praktikum atau menggunakan media yang
membuat peserta didik terlibat langsung
dalam proses pembelajaran, sehingga
terjadi interaksi antara peserta didik
115
Vol. 6 No. 1, Februari 2018
Ar-Razi Jurnal Ilmiah
ISSN. 2503-4448
interaktif
untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran secara efisien dan efektif,
dan aspek disposisi yaitu menghargai
lingkungan belajar yang sesuai untuk
mendorong peserta didik menelusuri,
menemukan
dan
mengungkapkan
pengetahuan yang berkaitan dengan
materi. Terlihat penguasaan standar ini
termasuk dalam kategori baik dengan
persentase yang diperoleh 76,76%. Pada
saat praktik mengajar mahasiswa calon
guru sudah berusaha mengembangkan
dan mengimplementasikan proyek dalam
pembelajaran. Biasanya mahasiswa calon
guru memberikan tugas kepada peserta
didik untuk setiap pertemuan sesuai
dengan materi yang disampaikan.
Mahasiswa calon guru juga sudah
bisa membuat media pembelajaran
sendiri. Media yang biasa digunakan
yaitu poster, peta konsep, alat peraga
berupa pratikum sederhana di kelas serta
menampilkan video pembelajaran dengan
proyektor. Menurut Agustina dan Dian
(2012), media pembelajaran berbasis
video memberikan pengaruh positif
dalam kegiatan pembelajaran dan
berorientasi
untuk
kemampuan
memecahkan masalah pada materi yang
disampaikan. Mahasiswa calon guru
juga sudah menghargai lingkungan
belajar peserta didik dengan cara
membuat suasana belajar yang hidup di
kelas dengan gaya mengajar yang sesuai.
Misalnya mahasiswa calon guru D
menyeimbangkan gerakan ke kiri dan ke
kanan pada saat mengajar karena gaya
yang digunakan mahasiswa calon guru
dalam mengajar mempengaruhi suasana
kelas selama proses pembelajaran
berlangsung,
dan
menciptakan
lingkungan yang dapat membuat peserta
didik
memberanikan
diri
untuk
agar peserta didik mudah memahami
materi yang disampaikan.
Mahasiswa calon guru juga
menyadari sebagai seorang calon guru
harus mampu menyampaikan materi yang
diajarkan kepada peserta didik dengan
cara dan bahasa yang sederhana seperti
memberikan contoh dalam kehidupan
sehari-hari
sehingga
materi
yang
disampaikan
mudah
dipahami.
Mahasiswa calon menggunakan cara,
dengan memberikan apersepsi, untuk
mengetahui pengetahuan awal peserta
didik sebelum menyampaikan materi
berupa
pertanyaan-pertanyaan
yang
berkaitan dengan materi atau memberikan
contoh yang berkaitan dengan materi
yang akan dipelajari.
Mahasiswa calon guru juga sudah
bisa menghargai peserta didik yakni
dengan cara memberikan tanggapan
terhadap perbedaan pendapat peserta
didik pada materi yang diajarkan. Hal ini
terlihat
pada
saat
pembelajaran,
mahasiswa calon guru menghargai
pendapat yang berbeda dari peserta didik
kemudian menyamakan persepsi sesuai
dengan pertanyaan yang diajukan dan
materi yang disampaikan. Selain itu
mahasiswa calon guru membantu peserta
didik untuk mampu berpikir kritis dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
merangsang kemampuan berpikir berpikir
kritis.
Standar 5 (penerapan materi)
dengan indikator pada aspek kinerja yaitu
mengembangkan
dan
mengimplementasikan
proyek
yang
mengarahkan peserta didik dalam
menganalisis secara keseluruhan sebuah
isu dari berbagai bidang ilmu. Aspek
pengetahuan yaitu memahami cara
menggunakan teknologi digital dan
116
Vol. 6 No. 1, Februari 2018
Ar-Razi Jurnal Ilmiah
ISSN. 2503-4448
Pada praktik mengajar di kelas
mahasiswa calon guru sudah melakukan
evaluasi dan penilaian yang dapat terlihat
dalam RPP yang dibuat. Mahasiswa calon
guru sudah bisa membuat penilaian
sumatif, namun untuk penilaian formatif
belum dapat dilakukan karena pada saat
mahasiswa calon guru praktik mengajar
materi yang disampaikan setiap minggu
tidak berurutan sehingga sulit untuk
melakukan penilaian formatif, selain itu
mahasiswa calon guru belum memahami
cara membuat penilaian formatif.
Mahasiswa calon guru juga belum
mempelajari cara pembuatan evaluasi
lebih dalam lagi, sehingga belum bisa
membuat dan melakukan evaluasi
formatif dan sumatif, evaluasi yang
digunakan mahasiswa calon guru dalam
RPP hanya untuk pelengkap RPP saja,
tidak dibuat dengan format evaluasi
dengan benar. Mahasiswa calon guru
belum mengetahui format melakukan
evaluasi dengan baik karena belum
memahami format evaluasi tersebut.
Mahasiswa calon guru belum menyadari
perlu untuk memahami evaluasi dalam
pembelajaran karena evaluasi merupakan
salah satu aspek yang penting dalam
melihat kemampuan peserta didik,
sehingga sebagai seorang calon guru
harus mampu untuk melakukan evaluasi
karena menurut Suyanto dan Asep
(2013), evaluasi merupakan tolak ukur
dari suatu pembelajaran agar ke depannya
menjadi lebih baik. Karena kurangnya
pemahaman mahasiswa calon guru dalam
memberikan
penilaian,
sehingga
penguasaan standar ini masih rendah.
Standar
7
(perencanaan
pembelajaran) dengan indikator pada
aspek kinerja yaitu memilih dan
menyusun RPP yang sesuai dengan tujuan
berinteraksi satu sama lain, memberikan
kesempatan kepada peserta
didik
berpartisipasi dalam belajar sehingga
peserta didik menjadi lebih tertarik dalam
belajar. Menurut Winarno (2012),
lingkungan belajar yang baik dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar
peserta didik.
Standar 6 (penilaian) dengan
indikator pada aspek kinerja yaitu
menyeimbangkan penggunaan penilaian
formatit dan sumatif yang sesuai untuk
peserta didik. Aspek pengetahuan yaitu
memahami perbedaan evaluasi formatif
dan sumatif serta tahu cara dan waktu
menggunakannya, serta aspek disposisi
yaitu berkomitmen menggunakan etika
dalam penilaian dan data penilaian untuk
mengidentifikasi
kemampuan
dan
kebutuhan
peserta
didik
dalam
meningkatkan perkembangan peserta
didik. Terlihat penguasaan standar ini
dalam kategori cukup baik dengan
persentase yang diperoleh 58,21%.
Mahasiswa calon guru sudah
berkomitmen untuk memberikan nilai
yang sesuai kepada peserta didik dan
dapat dilihat dari RPP yang telah dibuat,
penilaian yang diberikan sesuai dengan
indikator dalam RPP. Mahasiswa calon
guru memberikan nilai sesuai denga
kriteria penilaian yaitu apabila peserta
didik diberikan soal kemudian menjawab
soal dengan benar maka akan diberikan
nilai dan peserta didik yang tidak bisa
menjawab atau mengerjakan soal maka
tidak akan diberikan nilai.
Namun mahasiswa calon guru
masih belum bisa menyeimbangkan
penggunaan penilaian formatif dan
sumatif. Hal ini dikarenakan mahasiswa
calon guru belum memahami cara
membuat penilaian formatif dan sumatif.
117
Vol. 6 No. 1, Februari 2018
Ar-Razi Jurnal Ilmiah
ISSN. 2503-4448
pendapat dan kemampuan belajar peserta
didik, tentunya di dalam kelas peserta
didik yang kurang aktif dibantu agar
tertarik dengan pembelajaran. Serta
berkomitmen membuat perencanaan
pembelajaran yang lebih baik pada
pertemuan selajutnya. Penguasaan standar
ini sangat baik karena mahasiswa calon
guru sudah memahami perencaraan
pembelajaran
yang baik
sebelum
mengajar di kelas.
Standar 8 (strategi mengajar)
dengan indikator pada aspek kinerja yaitu
menggunakan strategi dan sumber belajar
yang sesuai kebutuhan individu dan
kelompok
peserta
didik.
Aspek
pengetahuan yaitu memahami proses
kognitif
dengan
berbagai
jenis
pembelajaran yang diterapkan serta tahu
cara menstimulasinya, dan aspek disposisi
yaitu berkomitmen untuk menggali lebih
dalam dan memahami kemampuan serta
kebutuhan
peserta
didik
dalam
merencanakan
dan
menyesuaikan
pembelajaran.
Terlihat
penguasaan
standar ini dalam kategori baik dengan
persentase rata-rata penilaian yang
diperoleh 76,30%.
Ketika praktik mengajar di kelas
mahasiswa calon guru sudah berusaha
menggunakan strategi pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Mahasiswa calon guru pada saat mengajar
sudah bisa menggunakan strategi
pembelajaran.
Strategi
kegiatan
pendahuluan yang dilakukan mahasiswa
calon guru yaitu pada saat meberikan
apersepsi
mahasiswa
calon
guru
memperkenalkan materi yang akan
diajarkan dengan mengaitkan materi yang
akan dipelajari dengan materi yang
sebelumnya dan memberikan contohcontoh ilustrasi dalam kehidupan sehari-
kurikulum dan standar isi serta relevan
untuk peserta didik secara individu dan
kelompok. Aspek pengetahuan yaitu
memahami isi dan standar isi serta
menyusunnya berdasarkan kurikulum.
Dan aspek disposisi yaitu menghargai
kemampuan dan kebutuhan peserta didik
yang
berbeda
serta
berkomitmen
menggunakan informasi tersebut untuk
membuat RPP. Terlihat penguasaan
standar ini dalam kategori sangat baik
dengan persentase rata-rata penilaian
yang diperoleh 81,35%. Mahasiswa calon
guru sudah berusaha memilih dan
menyusun RPP yang sesusai dengan
tujuan kurikulum dan standar isi, terlihat
dalam RPP yang dibuat sudah membuat
Kompetensi Inti(KI), Kompetensi Dasar
(KD) dan Indikator serta tujuan
pembelajaran. Pada saat mengajar di
kelas mahasiswa calon guru sudah bisa
menyesuaikan pembelajaran dengan
langkah-langkah kegiatan pembelajaran
dalam RPP yang dibuat.
Mahasiswa calon guru sebelum
mengajar di kelas harus membuat
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), sehingga mahsiswa calon guru
juga sudah bisa memahami isi dan standar
isi yang menjadi syarat pembuatan
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Mahasiswa calon guru merasa
karena
sudah
terbiasa
membuat
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) memudahkan untuk memahami isi
dan standar isi yang harus dibuat sebelum
melakukan pembelajaran. Pembuataan
RPP berdasarkan silabus yang bertujuan
untuk mengarahkan kegiatan belajar
peserta didik dalam upaya mencapai KI
dan KD. Mahasiswa calon guru juga
sudah bisa menghargai perbedaan dari
setiap peserta didik seperti perbedaan
118
Vol. 6 No. 1, Februari 2018
Ar-Razi Jurnal Ilmiah
ISSN. 2503-4448
kepada peserta didik dengan cara
menunjuk peserta didik yang akan
menjawab pertanyaan yang diberikan, dan
dapat membuat pembelajaran lebih
menarik, tidak monoton karena adanya
interaksi peserta didik dengan guru dan
teman di kelas.
Mahasiswa calon guru juga sudah
berkomitmen dengan cara membuat
perencanaan pembelajaran yang sesuai
dengan karakter dari peserta didik dan
menggunakan strategi mengajar yang
sesuai agar mudah dipahami oleh peserta
didik. Misalnya pada saat menyampaikan
materi
menggunakan
strategi
penyampaian dengan cara memberikan
contoh-contoh atau melatih peserta didik
dengan
soal-soal.
Dengan
tujuan
pembelajaran dapat tercapai, kemudian
mahasiswa calon guru pada setiap praktik
microteaching yang dilakukan berusaha
untuk memperbaiki penampilannya dari
penampilan sebelumnya.
Standar 9 (profesional dalam
mengajar) dengan indikator pada aspek
kinerja yaitu melibatkan diri dalam
berbagai
kesempatan
untuk
mengembangkan
pengetahuan
dan
keterampilan. Aspek pengetahuan yaitu
memahami dan tahu cara menggunakan
berbagai penilaian diri dan strategi
pemecahan masalah untuk menganalisis
dan
merefleksikan
praktik
pembelajarannya serta merencanakan
penyesuaian diri. Aspek disposisi yaitu
bertanggung
jawab
terhadap
pembelajaran
peserta
didik
dan
melakukan analisis langsung serta untuk
memperbaiki perencanaan dan proses
pembelajaran.
Terlihat
penguasaan
standar ini dalam kategori sangat baik
dengan persentase rata-rata penilaian
yang diperoleh 81,65%.
hari peserta didik. Kemudian strategi
penyampaian informasi dalam kegiatan
pembelajaran yakni strategi mahasiswa
calon guru dalam menyampaikan materi,
biasanya dalam menyampaikan materi
mahasiswa calon guru memberikan
contoh-contoh, misalnya pada materi
perhitungan mahasiswa calon guru lebih
banyak memberikan contoh perhitungan
sedangkan pada materi teori biasanya
disampaikan dengan memberikan contohcontoh dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi selanjutnya yaitu strategi
partisipasi peserta didik, terjadinya
umpan balik dari contoh soal atau latihan
yang diberikan oleh mahasiswa calon
guru. Pada strategi pemberian tes
biasanya dilakukan di akhir pembelajaran,
sedangkan strategi lanjutan yakni cara
guru menanggapi hasil dari tes atau
evaluasi yang diberikan. Setelah peserta
didik selesai mengerjakan soal maka
maka mahasiswa calon guru memberikan
nilai kepada peserta didik, ketika ada
peserta didik yang tidak bisa menjawab,
mahasiswa calon guru menanyakan
penyebab atau kesulitan peserta didik
pada sub materi yang mana kemudian
memberikan penjelasan lagi.
Mahasiswa calon guru juga sudah
bisa memahami kemampuan berpikir
peserta
didik
serta
tahu
cara
menstimulasinya. Misalnya mahasiswa
calon guru E pada saat mengajar di kelas
untuk memahami kemampuan berpikir
peserta didik, menggunakan strategi
bertanya lanjut seperti mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
yang
menimbulkan rasa ingin tahu peserta
didik, sehingga membuat peserta didik
berpikir untuk menemukan jawaban
pertayaan tersebut. Mahasiswa calon guru
E memberikan pertanyaan secara acak
119
Vol. 6 No. 1, Februari 2018
Ar-Razi Jurnal Ilmiah
ISSN. 2503-4448
rata-rata penilaian yang diperoleh
61,51%.
Mahasiswa calon guru sudah
berusaha bekerjasama dengan peserta
didik untuk membangun harapan bersama
dan komunikasi yang berkelanjutan dan
mendukung
perkembangan
serta
pencapaian peserta didik, pada saat
praktik mengajar di kelas mahasiswa
calon
guru
sebagai
komunikator,
diharapkan
mampu
menyampaikan
rencana-rencana pembelajaran pada pada
peserta didik, mengatur dan menjelaskan
bahan ajar apabila menggunakan bahan
ajar.
Mahasiswa calon guru juga sudah
berkontribusi dan berkomunikasi dengan
peserta didik serta bekerjasama dalam
proses
pembelajaran
berlangsung.
Berkomunikasi dan bekerjasama dengan
peserta
didik
dapat
membuat
pembelajaran menjadi lebih menarik
karena adanya interaksi, sehingga peserta
didik menjadi lebih bersemangat. Namun
mahasiswa calon belum bisa bertanggung
jawab
dalam
memajukan
dunia
pendidikan karena mahasiswa calon guru
belum pernah terjun kelapangan secara
langsung
dan
kegiatan
Praktik
Pengalaman Lapangan (PPL 1) ini
dilakukan hanya dalam kelas saja,
sehingga belum ada interaksi mahasiswa
di sekolah dengan teman sejawat seperti
guru, staff dan kepala sekolah.
Berdasarkan data hasil observasi
dan wawancara dapat dilihat keterampilan
dasar mengajar mahasiswa calon guru
kimia berbasis model core teaching
standards sudah baik, dengan persentase
tertinggi dan kategori sangat baik yaitu
pada standar 9 (profesional dalam
mengajar),
standar
ini
memiliki
persentase lebih tinggi dibandingkan
Mahasiswa calon guru sudah
melibat diri dalam pembelajaran dan
melakukan interaksi dengan peserta didik
agar dapat mengetahui kemampuan
peserta
didik,
sehingga
untuk
pembelajaran selanjutnya mahasiswa
calon guru dapat melakukan perencanaan
lebih baik lagi. Terlihat ketika mahasiswa
calon guru F pada pertemuan ketiga
melakukan demonstrasi pada materi
aplikasi koloid dalam kehidupan seharihari.
Mahasiswa calon guru juga sudah
melakukan penilaian diri karena pada saat
praktek mengajar selesai selalu diadakan
evaluasi bersama teman dan dosen agar
penampilan selanjutnya menjadi lebih
baik. Mahasiswa calon guru juga sudah
bisa
bertanggung jawab terhadap
pembelajarannya
yakni
dengan
menyelesaikan
pembelajaran
yang
diberikan di kelas sesuai dengan RPP
yang telah dibuat. Kemudian apabila
merasa pembelajaran yang diberikan
belum maksimal mahasiswa calon guru
melakukan perbaikan untuk pembelajaran
selanjutnya agar lebih baik lagi.
Standar 10 (kepemimpinan dan
kolaborasi), indikator pada aspek kinerja
yaitu bekerjasama dengan peserta didik
dan keluarga untuk membangun harapan
bersama
dan
komunikasi
yang
berkelanjutan
untuk
mendukung
perkembangan dan pencapaian peserta
didik.
Aspek
pengetahuan
yaitu
mengetahui cara berkontribusi dan
mendukung harapan yang tinggi untuk
peserta didik dalam pembelajaran. Dan
aspek disposisi yaitu bertanggung jawab
untuk berkontribusi dan memajukan
profesi. Penguasaan standar ini dalam
kategori cukup baik dengan persentase
120
Vol. 6 No. 1, Februari 2018
Ar-Razi Jurnal Ilmiah
ISSN. 2503-4448
baik karena terjadi peningkatan pada
setiap pertemuan.
dengan standar lainnya karena mahasiswa
calon guru pada praktik mengajar sudah
mampu melibatkan diri, melakukan
interaksi dan penilaian diri serta sudah
bertanggung
jawab
terhadap
pembelajarannya. Mahasiswa calon guru
merasa memiliki tanggung jawab
terhadap setiap pembelajaran yang akan
diberikan sehingga membuat mahasiswa
calon guru menyadari perlu untuk
melakukan perbaikan pembelajaran agar
pembelajaran selanjutnya menjadi lebih
baik. Keterampilan dasar mengajar
mahasiswa calon guru yang memiliki
persentase paling rendah dengan kategori
cukup yaitu pada standar 6 (penilaian),
standar ini memperoleh nilai yang paling
rendah dibandingkan standar lain,
dikarenakan mahasiswa calon guru belum
memiliki kesempatan untuk melakukan
penggunaan penilaian formatif, meskipun
mahasiswa calon guru sudah mempelajari
tentang penilaian pembelajaran pada mata
kuliah Evaluasi Proses dan Hasil Belajar
Kimia, namun mahasiswa calon guru
masih belum memahami lebih dalam
tentang penilaian pembelajaran.
SARAN
1. Bagi dosen diharapkan core teaching
standards dapat di gunakan pada
praktek microteaching agar dapat
meningkatkan keterampilan dasar
mengajar calon guru.
2. Bagi mahasiswa diharapkan dapat
memperdalam pengetahuan dasar
mengajar sabagai calon guru dengan
baik sehingga dapat mengatasi
kesulitan pada saat praktek mengajar
di kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, A dan Dian N.
(2012).
Pengembangan
Media
Pembelajaran Video Untuk Melatih
Kemampuan Memecahkan Masalah
Pada Materi Larutan Asam Basa.
Unesa Journal of Chemical
Education. Vol. 1(1): 16.
Azzahra, S.F. (2010). Pengaruh Metode
Eksperimen Terhadap Hasil Belajar
Siswa Pada Konsep Laju Reaksi.
Skripsi. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Council of Chief State School Officers
(CCSSO). 2010. Interstate Teacher
Assessment
and
Support
Consortium (InTASC) Model Core
Teaching Standards. A Resource
for State Dialogue. Washington,
DC. Author
Departemen
Pendidikan
Nasional
(Depdiknas). (2005). Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang
Standar
Nasional
Pendidikan. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
Keterampilan dasar mengajar
mahasiswa calon guru kimia berbasis
model core teaching standards pada
praktek PPL 1 (microteaching) secara
keselurahan baik dengan persentase nilai
tertinggi dan kategori sangat baik yaitu
pada standar 9 ((profesional dalam
mengajar) sebesar 81,65 %, sedangkan
persentase nilai terendah dan kategori
cukup yairu pada standar 6 (penilaian)
sebesar 58,21 %. Terlihat juga kegiatan
belajar mengajar yang telah dilakukan
oleh mahasiswa calon guru kimia sudah
121
Vol. 6 No. 1, Februari 2018
Ar-Razi Jurnal Ilmiah
Marlina, R. (2015). Analisis Kemampuan
Dasar Mengajar Calon Guru
Biologi
di
Program
Studi
Pendidikan
Biologi
FKIP
Universitas Tanjungpura. Seminar
Nasional
Pendidikan
Biologi.
Pontianak: Tanjungpura
Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru
Profesional. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya.
Mulyatun. (2014). Analisis Keterampilan
Dasar Mengajar Mahasiswa Calon
Guru Kimia (Studi Pada Praktik
Pengalaman Lapangan Mahasiswa
Tadris Kimia). Jurnal Phenomenon.
Vol. 4(1): 79-80.
Siswanto, (2010). Tingkat Peguasaan
Keterampilan Dasar Mengajar
Mahasiswa
Prodi.Pendidikan
Akuntansi Fakultas Ilmu Sosial Dan
Ekonomi
Universitas
Negeri
Yogyakarta. Jurnal Pendidikan
Akuntansi Indonesia, Vol.3 (2): 4151.
Suko, M dan Sada, C. (2014).
Pengembangan
Model
Microteaching Calon Guru di
Sekolah Tinggi Pastoral Santo
Agustinus
Keuskupan
Agung
Pontianak. Jurnal Pendidikan. Vol.
3 (2): 11-12.
Suyanto dan Asep, D. (2013). Bagaimana
Menjadi Calon Guru dan Guru
Profesional. Yogyakarta: Multi
Pressindo.
Winarno
B.
(2012).
Pengaruh
Lingkungan Belajar dan Motivasi
Berprestasi Terhadap Hasil Belajar
Siswa Kompetensi Keahlian Teknik
Otomasi Industri di Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 2
Depok
Yogyakarta.
Skripsi.
Universitas Negeri Yogyakarta.
122
ISSN. 2503-4448