KERANGKA BUKU PEDOMAN TEKNIS INFRASTRUKT (1)

BAB 1 PENDAHULUAN

APA YANG BARU di INFRASTRUKTUR PL-PBK

(1) Pembatasan nilai total biaya setiap kegiatan lingkungan terbuka sesuai dengan

kebutuhan pembangunan dilapangan tanpa dibatasi dengan nilai tertentu bagi setiap KSM/Panitia;

(2) Beberapa kegiatan tahap perencanaan teknis yang selama ini menjadi

tugas/tanggungjawab Panitia/KSM/Pakem pada PNPM-MP dan Paket, disini menjadi tugas/tanggungjawab UPL/TPP, untuk selanjutnya hasil-hasil kegiatan tersebut menjadi acuan/standar untuk dipergunakan oleh KSM/Panitia. Kegiatan dimaksud, yaitu :

a. Penyediaan Lahan & Perijinan pembangunan yang diperlukan;

b. Penyusunan Desain/Gambar & Spesifikasi Teknik Bangunan;

c. Rencana Pengamanan Dampak Lingkungan & Sosial;

d. Survey Teknis, Harga Satuan, berikut kesepakatan Harga Satuan.

e. Rencana Anggaran Biaya dilakukan perhitungan secara teknik sejak awal untuk selanjutnya menjadi acuan/pembanding nilai biaya proposal pelaksanaan kegiatan yang disusun oleh setiap KSM/Panitia;

f. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan secara garis besarnya (Jadwal Induk); Dalam menjalankan tugas/tanggungjawab tersebut, UPL/TPP difasilitasi oleh Fasilitator/Tim Teknis Pemda. Dan pelaksanaan kegiatannya tetap dilaksanakan secara partisipatif (melibatkan masyarakat/warga calon pengguna prasarana, termasuk tokoh- tokoh masyarakat dan pemerintahan desa/kelurahan setempat).

(3) BKM (UPL/TPP) menyusun Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) penyediaan Pelaksana Pekerjaan (KSM/Panitia) untuk menjadi acuan bersama;

(4) Pembentukan/pengembangan lembaga Pengelola O&P prasarana yang akan dibangun,

disepakati bersama oleh warga pemanfaat sejak awal dan menjadi tugas/tanggungjawab BKM (UPL/TPP). Secara Individu maupun secara kelembagaan, Pengelola O&P ini dapat ditunjuk oleh BKM menjadi pelaksana pembangunan prasarana yang akan dikelolanya.

1. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari buku ini adalah untuk dijadikan pegangan dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan sarana & prasarana guna memenuhi persyaratan pelaksanaan kegiatan lingkungan program Pembangunan Lingkungan Permukiman Berbasis Komuntas (PL- PBK).

Tujuannya adalah untuk memberikan petunjuk dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan sarana & prasarana guna agar memenuhi ketentuan teknis dan administrasi kegiatan sesuai dengan persyaratan kegiatan lingkungan yang telah ditetapkan program PL-PBK.

2. RUANG LINGKUP

Buku ini mencakup maksud, tujuan, ruang lingkup, ketentuan-ketentuan kegiatan infrastruktur, Uraian kegiatan infrastruktur, langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pelaksanaan kegiatan infrastruktur.

3. KETENTUAN KEGIATAN INFRASTRUKTUR PROYEK PL-PBK a). Umum

(1) Kegiatan pembangunan infrastruktur PL-PBK secara substansi bermakna sebagai media pembelajaran untuk menumbuh kembangkan kemampuan serta proses bekerja dan belajar masyarakat dalam pembangunan lingkungan permukiman, khususnya dalam pelaksanaan dan pengelolaan kegiatan sarana & prasarana (fisik). Sehingga hasil dari pembangunan ini akan mewujudkan lingkungan yang aman, tertib, sehat, selaras dan lestari yang menjunjung nilai-nilai budaya lokal;

(2) Seluruh kegiatan infrastruktur yang dibangun dalam proyek ini harus dapat memberikan manfaat secara langsung dan sebesar-besarnya bagi warga miskin, khususnya pemanfaatan dana BLM;

(3) Untuk proyek/sub-proyek yang berskala semi publik, maka calon pemanfaat dapat mengorganisasi diri dalam KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) dan bertindak sebagai pelaksana kegiatan. Untuk sub-proyek yang berskala publik, maka BKM/LKM dapat membentuk satu atau lebih Panitia selaku pelaksana kegiatan yang dalam lingkup kerjanya akan dikoordinasikan oleh unit pengelola kegiatan lingkungan (UPL)

(4) Seluruh kegiatan sarana & prasarana yang dibangun melalui program ini harus memenuhi persyaratan kelayakan/standar teknis bangunan & peraturan yang berlaku;

(5) Jenis kegiatan infrastruktur dapat memilki sifat kemanfaatan : Publik/Umum, Komunal/Kelompok dan Individu/Pribadi (Individu hanya boleh untuk KK miskin);

(6) Petunjuk Teknis disediakan sebagai pedoman yang diharapkan bermanfaat bagi perencana dan pengawas (fasilitator bersama masyarakat), dan jarang terdapat sesuatu hal yang dilarang secara mutlak karena setiap prasarana mempunyai keadaan yang unik. Sehingga masukan teknis dapat diterima dari banyak sumber, termasuk Konsultan ditingkat Kab/Kota, Provinsi/Wilayah, SNVT/Satker/PPK atau SKPD/Dinas Pekerjaan Umum/Instansi Teknis terkait setempat.

b). Kriteria Umum Prioritas Pemilihan Kegiatan Infrastruktur/Lingkungan

(1) Masyarakat/warga pemanfaat bersedia memelihara sarana dan prasarana yang dibangun;

(2) Memberikan prioritas untuk memenuhi kebutuhan Infrastruktur bagi masyarakat miskin yang diusulkan dan disepakati bersama oleh warga setempat sebagaimana tertuang dalam Dokumen PJM-Nangkis Kelurahan/Desa atau perubahannya;

(3) Mempunyai dampak sosial-ekonomi yang paling optimal terhadap kegiatan masyarakat, terutama warga miskin;

(4) Memberikan prioritas kegiatan infrastruktur yang merupakan integrasi antara kebutuhan lokal dengan upaya pengembangan wilayah/kawasan kelurahan/desa yang lebih luas;

(5) Lahan untuk pembangunan telah tersedia atau dapat disediakan sendiri oleh masyarakat/pemda tanpa menggunakan dana BLM program;

(6) Memberikan prioritas pada pembangunan infrastruktur yang menggunakan teknologi sederhana, sehingga pembangunan dan pemeliharaannya dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat tanpa mendatangkan keahlian atau peralatan dari luar wilayah setempat;

(7) Tidak bertentangan dengan Kegiatan yang Dilarang oleh program, tidak

menimbulkan Dampak Negatif (merusak) terhadap Lingkungan dan Sosial; (8) Tidak mempunyai masalah teknis yang sangat berat dan dapat dilaksanakan oleh

masyarakat dalam kurun waktu singkat sesuai ketentuan program;

(9) Tidak tumpang tindih dengan yang dibangun oleh pemerintah atau program lain; (10) Untuk prasarana yang bersifat jaringan, harus terintegrasi dengan

sistem/jaringan pelayanan yang sudah ada (seperti prasarana jalan, jembatan, drainase, irigasi, persampahan).

(11) Untuk usulan prasarana yang memerlukan dukungan (prasarana atau tenaga bantuan teknis) dari pemda/pihak ketiga lainnya agar dapat berfungsi atau dioperasikan maka hanya dapat disetujui setelah ada bukti komitmen yang pasti antara masyarakat (BKM/LKM) dengan pihak yang akan memberikan dukungan tersebut.

a). Kriteria Umum Pemilihan Teknologi Kegiatan Infrastruktur/Lingkungan :

(1) Memberikan prioritas sebanyak-banyaknya penggunaan tenaga kerja setempat sesuai kualifikasi yang diperlukan;

(2) Memberikan prioritas pemanfaatan bahan/material lokal yang memenuhi standar teknis/spesifikasi teknis;

(3) Dalam pemilihan bahan bangunan, teknologi konstruksi dan pelayanan prasarana harus menerapkan kriteria keberlanjutan dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan serta harus mempertimbangkan kemungkinan bencana alam (tanggap bencana);

(4) Dapat dibangun dengan harga yang seimbang; (5) Memenuhi standar teknis bangunan yang ditetapkan oleh pemerintah/instansi

teknis terkait, seperti PU sehingga bangunan dapat menjamin Keselamatan (Kekuatan, Keamanan) dan Kesehatan warga pengguna, dapat berfungsi optimal serta tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat (sosial);

(6) Dicari karya yang bermutu dan dapat memberikan nilai tambah estetika- arsitektural sehingga dapat memberikan pandangan yang sesuai dan harmonis dengan kondisi lokasi/lingkungan prasarana dan budaya setempat;

BAB 2 URAIAN KEGIATAN LINGKUNGAN

1. Manfaat Yang Diperoleh Dari Pembangunan Infrastruktur

Sesuai dengan konsepsi kegiatan PL-PBK, maka manfaat yang diharapkan dapat diperoleh melalui pembangunan infrastruktur adalah :

1. Meningkatnya akses masyarakat terhadap lingkungan hunian yang sehat, tertib, aman dan lestari;

2. Masyarakat puas dengan pengembangan permukiman dan pelayanan publik;

3. Infrastruktur yang dibangun 20% lebih murah dibandingkan dengan yang dibangun melalui pola yang tidak berbasis komunitas/masyarakat;

4. Terlaksananya aturan-aturan yang disepakati bersama masyarakat dan pemerintah daerah, khususnya terkait aturan pengembangan permukiman dan pelayanan publik;

2. Hasil Yang Ingin Dicapai Dari Pembangunan Infrastruktur

Sejalan dengan manfaaat yang diharapkan tersebut diatas, maka dalam konsepsi kegiatan PL-PBK, diharapkan dapat dicapai hasil melalui pembangunan infrastruktur adalah :

1. UPL terlatih dan berfungsi efektif melaksanakan pengembangan permukiman dan peningkatan pelayanan publik;

2. Alokasi Dana BLM/APBN untuk Pelaksanaan Fisik dapat dicairkan/disalurkan kepada kelurahan/desa;

3. Kegiatan Infrastruktur yang dilaksanakan dengan dana BLM/APBN dapat diselesaikan;

4. Kegiatan Infrastruktur yang dibangun memiliki kualitas baik;

5. Kegiatan Infrastruktur yang dibangun memiliki system O&P yang baik;

6. Adanya Kontribusi Masyarakat, Pemda/Kelurahan/Desa, Swasta dan pihak lainnya, minimum 40% dari total dana BLM pembangunan Infrastruktur;

3. Jenis-jenis Kegiatan Infrastruktur

Kegiatan lingkungan atau infrastruktur yang dibangun melalui P2KP/PNPM Mandiri Perkotaan pada dasarnya bersifat sangat luwes (flexible) sesuai usulan/kebutuhan masyarakat, terutama bagi masyarakat miskin .

Secara umum jenis – jenis sarana/prasarana yang dibangun melalui program ini sebagaimana diuraikan dalam diagram berikut.

DIAGRAM : RINCIAN JENIS SARANA & PRASARANA BESERTA SATUAN PENGUKURANNYA

Prasarana Jalan & Prasarana

Prasarana

Prasarana

Penerangan

Bangunan

Prasarana Prasarana

Pelengkapnya MCK

Persampaha

Air Bersih

Umum

Air/

Perdagangan Perumahan

Pasar/Kios Rehab Rabat Beton

Sumur Gali

Penerangan

Box

Tempat Rumah Sirtu/Kerikil

Cuci Kakus

Sumur P.

(Kabel +Tiang

Pelelangan Warga

Meter Makadam

Ikan (TPI) Miskin Telford

Air Hujan

Pemb. Listrik

(Genset/PLTM

Paving Blok Drainase

Meter Box Bagi

Tembok Permukiman

Meter/ Air Bersih

Rmh Genset)

Pembuang

Penhan Beton

Turap Kayu

Sal. Pas.

Penangkap

Cerucuk

Tembok Ps

Bata/Batu

Mata Air

Meter

Bend.

Bata/Batu

Meter Bronjong

Tanah

Pengolah

Unit Pintu Air

Sal. Ps. Bata/

(SPL/SKNT)

Tanah

Resapan

Sumur Bor

Saluran Beton

Kran Umum

Gorong2 Unit Beton/Plat

Prasarana Jembatan

Prasarana

Prasarana

Prasarana

Kayu

Baja/pipa besi

Kesehatan

Pendidikan

Lain-Lain

Balai Pelimpas

Meter Beton

Poskesdes

PAUD/

Unit Pertemuan Gantung

Unit

Posyandu Polindes Rehab. Unit

Prasarana T. Perahu

Rehab. SMP

Tambatan Unit

Pedoman Teknis Pembangunan Sarana & Prasarana 5

4. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan

Secara umum mekanisme pelaksanaan Kegiatan Pembangunan sarana & prasarana, mencakup 3 tahapan yaitu a). Tahap Perencanaan Teknis, b). Tahap Pelaksanaan Pembangunan (Konstruksi/Fisik) dan c). Tahap Pasca Konstruksi (Operasi/Pemanfaatan & Pemeliharaan). Masing-masing tahapan mencakup lingkup kegiatan sebagai berikut :

1) Tahap Perencanaan Teknis

A. Persiapan, mencakup kegiatan Pengembangan/Pembentukan Organisasi dan Coaching/Konsolidasi Penguatan Tim inti Pelaksana Pembangunan (TPP);

B. Pelaksanaan Perencanaan Teknis Usulan Kegiatan yang dibagi atas 2 sub kegiatan utama, yaitu :

1) Tahap Perencanaan Teknis, yang dilakukan oleh TPP, mencakup : a). Penyediaan Lahan dan perijinan yang dibutuhkan; b). Survey dan Identifikasi (Teknik Infrastruktur, Swadaya Masyarakat dan

Harga Satuan Upah/Bahan/Alat, termasuk dokumentasi (Photo-photo) Infrastruktur kondisi awal (0%);

c). Pembuatan Desain/gambar-gambar perencanaan, Spesifikasi Teknis dan Pedoman Operasi & Pemeliharaan; d). Pengamanan Dampak Lingkungan dan Sosial; e). Pembuatan Rencana Anggaran Biaya (RAB); f). Pembuatan Jadwal Induk Pelaksanaan Pekerjaan; g). Pembuatan dokumen ”Contoh Bentuk Proposal” Pelaksanaan Kegiatan; h). Kesepakatan Pelaksanaan (Pola dan Pemaketan Pelaksanaan Kegiatan); i). Penyusunan Dokumen Pengadaan Pelaksana Pekerjaan atau RKS (untuk

pekerjaan yang akan dipihak ketigakan); j). Pembentukan/Pengembangan Organisasi Pengelola O&P (termasuk rencana kerja dan aturan mainnya);

2) Tahap Penyiapan Pelaksana Kegiatan Pembangunan Infrastruktur : a). Pembentukan/Pengembangan Organisasi KSM/Panitia;

b). Coaching/Pelatihan KSM/Panitia; c). Penyusunan Dokumen Proposal Pelaksanaan Kegiatan; d). Verifikasi Kelayakan Proposal Usulan Pelaksanaan Kegiatan;

Catatan : Bila ada kegiatan yang dilaksanakan dengan sumberdana dari APBD/Swasta/pihak ketiga lainnya yang menginginkan tidak dengan pola swakelola masyarakat maka pola pelaksanaan dapat dikembangkan sesuai kesepakatan dengan pihak penyandang dana tersebut.

2) Tahap Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur (Tahap Konstruksi)

a. Persiapan Pelaksanaan Konstruksi, meliputi kegiatan :

a) Penandatangan Surat Perjanjian Kerjasama/Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana-Lingkungan (SPPD-L);

b) Musyawarah/Rapat Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (MP2K/RPPK);

c) Coaching/Pelatihan Teknis dan Administrasi bagi KSM/Panitia;

d) Pembuatan & Pemasangan Papan Nama Kegiatan dilokasi proyek;

b. Pelaksanaan Konstruksi : Pada tahap ini, dilaksanakan kegiatan-kegiatan pembangunan infrastruktur dan

pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut. Kegiatan- kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi :

a) Pencairan Dana;

b) Mobilisasi Tenaga Kerja/Bahan/Alat; b) Mobilisasi Tenaga Kerja/Bahan/Alat;

d) On The Job Trainning/Praktek Kerja Lapangan yang diselenggarakan oleh Tim Fasilitator dan UPL bagi KSM/Panitia, termasuk pihak Kontraktor untuk Pola KSO;

e) Pelaksanaan pembangunan fisik;

f) Supervisi kegiatan Konstruksi;

g) Membuat Administrasi/Laporan Harian, Mingguan dan Kemajuan Pekerjaan;

h) Membuat Dokumentasi (Photo-photo) kondisi 50%, 100%;

i) Pemantauan Dampak Lingkungan kondisi 50%, 100%; j) Melakukan Rapat Evaluasi Kemajuan Mingguan Lapangan; k) Pelaksanaan Pemeriksaan/Sertifikasi & Membuat Berita Acara

Penyelesaian Pekerjaan (BAP2) dan SP3; l) Pembuatan Laporan Akhir/Pertanggungjawaban Pelaksanaan Kegiatan kepada BKM/UPL; m) Serah Terima Prasarana Kepada Pengelola O&P;

3) Tahap Pasca Konstruksi, yaitu pelaksanaan Operasi/Pemanfaatan & Pemeliharaan sarana & prasarana yang telah dibangun.

Secara lebih rinci keseluruhan tahapan tersebut dapat dilihat pada diagram -1 & 2. Mekanisme pelaksanaan kegiatan lingkungan berikut :

DIAGRAM 1. : TAHAP PERENCANAAN TEKNIS ( & PENYIAPAN PELAKSANA ) PEMBANGUNAN SARANA & PRASARANA PROGRAM PLPBK

PERSI APAN

PERENCANAAN TEKNI S / PENYUSUNAN DTPL

PENYI APAN PELAKSANA KEGI ATAN

Desain/ Gambar &

Penyusunan ”Contoh

PEMBENTUKAN TPP

Pengamanan

Bentuk Proposal”

Harga Satuan

Upah/Bahan/

(Teknis & Biaya)

COACHI NG / KONSOLI DASI

SURVEY & INV

(Safeguards) Anggaran

sian & Teknis

Pengelola O&P

L KM / TPP

KSM / PA N ITIA COACHING

KSM/Panitia

an & Teknis Penyusunan

Penyampaian

KSM/ PANI TI A

ke BKM/TPP

Proposal

CATATAN :

Untuk Kegiatan Pembangunan Infrastruktur yang sumberdananya bukan dari sumber BLM/APBN Program PLPBK maka Pola Pelaksanaan dapat dsesuaikan dengan kesepakatan masyarakat dengan penyandang dana/donor.

Pedoman Teknis Pembangunan Sarana & Prasarana 8

DIAGRAM 2. : TAHAP PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN SARANA & PRASARANA (POLA SWAKELOLA MASYARAKAT) PERSIAPAN PELAKSANAAN

PELAKSANAAN KONSTRUKSI/FISIK

OPERASI &

KONSTRUKSI

PEMELIHARAAN

Rembug Pengadaan

(MP2K)

SPPDL

Coaching Pelaksana

Supervisi Pelaksanaan

Rapat2 Evaluasi

L KM / TPP

KSM / PA N ITIA

Penjaman

Mobilisasi

Praktek Kerja Lapangan

Rencana

(T. Kerja,

(OJT)

Kerja KSM

Bahan, Alat)

Pelaksanaan Konstruksi, Pencairan Dana, Pengamanan Dampak, Laporan Kemajuan, Administrasi/Pembukuan Photo (50%, 100%)

Suplemen : Pedomana Teknis Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur 9

BAB 3 LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN KEGIATAN

Perencanaan kegiatan yang dimaksudkan disini adalah perencanaan detail/rinci atas proyek/sub-proyek infrastruktur yang akan dilaksanakan sesuai dengan hasil kesepakatan RPLP/RT-PLP. Secara garis besarnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat diuraikan sebagai berikut.

A. Ditingkat BKM/LKM

1. Persiapan

(a). Pembentukan Tim Pelaksana Pembangunan (TPP) BKM/LKM bersama Lurah/Kades memfasilitasi pembentukan TPP melalui

musyawarah warga. TPP dapat dipilih dari warga, kelompok peduli dan unsur pemerintah kelurahan/desa, termasuk dari instansi teknis pemda.

Peran utama TPP adalah membantu UPL, meliputi : a). Memfasilitasi penyusunan prioritas investasi kelurahan, atas dasar kelayakan

kegiatan (teknis, ekonomi, sosial dan lingkungan) dan memberikan dampak sosial-ekonomi yang paling optimal bagi warmis, serta integrasi antara kebutuhan lokal dengan upaya pengembangan kawasan kelurahan/desa yang lebih luas;

b). Memfasilitasi penyediaan lahan lokasi proyek infrastruktur dan perijinan-perijinan pembangunan yang diperlukan; c). Menyusun perencanaan teknis kegiatan infrastruktur dan meminta verifikasi kelayakannya pada SKPD/Dinas teknis terkait diwilayah setempat; d). Memfasilitasi koordinasi untuk keterpaduan perencanaan & pelaksanaan kegiatan dengan berbagai pihak terkait; e). Menyusun Dokumen Pengadaan Jasa Pemborongan (bila ada) dan memfasilitasi Panitia Pengadaan dalam proses pengadaan (bila ada); f). Memfasilitasi pembentukan Organisasi Pengelola O&P (termasuk penyusunan Rencana Kerja dan Kesepakatan Pembiayaannya); g). Memfasilitasi pembentukan/pengembangan KSM/Panitia pelaksana pembangunan infrastruktur; h). Memfasilitasi Coaching penyusunan proposal & pengorganisasian pelaksanaannya bagi KSM/Panitia; i). Memverifikasi kelayakan usulan proposal kegiatan KSM/Panitia; j). Memeriksa kelengkapan dokumen SPPD-L berikut lampirannya dan memfasilitasi

penandatanganannya antara BKM/LKM dengan KSM/Panitia; k). Memfasilitasi Musyawarah/Rapat Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (MP2K) bagi semua KSM/Panitia kegiatan lingkungan; l). Memfasilitasi kegiatan Coaching/On The Job Training (OJT) Teknis/Administrasi proyek kepada KSM/Panitia; m). Memfasilitasi pengadaan bahan, alat dan tenaga terampil/ahli/jasa konstruksi (bila ada) yang dilakukan oleh KSM/Panitia; n). Memverifasi dan merekomendasikan pencairan dana kepada KSM/Panitia; o). Mengkoordinasikan untuk sinkronisasi dan keterpaduan pelaksanaan seluruh

pembangunan infrastruktur yang dilaksanakana oleh KSM/Panitia; p). Melakukan pengendalian/pengawasan pelaksanaan konstruksi fisik yang dilakukan KSM/Panitia :

¾ Memastikan KSM/Panitia mempelajari dan memeriksa semua dokumen untuk pelaksanaan konstruksi yang akan dijadikan dasar dalam pelaksanaan

pekerjaan konstruksi;

¾ Mengawasi pemakaian bahan/peralatan (kuantitas, kualitas, ukuran) dan metode pelaksanaan serta mengawasi ketepatan waktu dan biaya pekerjaan; ¾ Mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi dari segi ukuran, kualitas, kuantitas dan laju pencapaian volume; ¾ Mengendalikan pelaksanaan program pengamanan dampak lingkungan & sosial dan program keselamatan kerja pekerjaan konstruksi; ¾ Memfasilitasi rapat-rapat evaluasi rutin bersama KSM/Panitia untuk mengevaluasi kemajuan kegiatan infrastruktur dan mendorong upaya-upaya

percepatan atau penyelesaiaan permasalahan dilapangan; ¾ Memverifikasi laporan-laporan (Harian, Mingguan, Bulanan, LPJ, termasuk

photo2 dokumentasi) yang dibuat KSM/Panitia; ¾ Menyusun Berita Acara perubahan (amandemen) kontrak/SPPD-L akibat adanya perubahan pekerjaan dilapangan (bila ada), termasuk penyesuaian

spesifikasi dan gambar-gambar; ¾ Menyusunan laporan perkembangan kemajuan pekerjaan konstruksi yang dikelola BKM berdasarkan hasil-hasil pengawasan dan laporan KSM/Panitia; ¾ Melakukan Sertifikasi Kegiatan Infrastruktur;

¾ Memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang muncul ditingkat kelurahan, termasuk merekomendasikan sanksi/peringatan atas pelanggaran

pemanfaatan dana dan atau pelanggaran atas ketentuan-ketentuan dalam SPPD-L;

(b). Coaching/Konsolidasi TPP

BKM/UPL memfasilitasi dan menyelenggarakan coaching/konsolidasi bagi anggota- anggota TPP, terutama untuk pengorganisasian dan peningkatan pemahaman/keterampilan dalam melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya. Untuk menjalankan tugas-tugasnya, TPP dapat mengorganisasi warga (pokja-pokja) untuk berpartisipasi sebanyak-banyaknya, misalnya untuk pelaksanaan survey teknis atau monitoring partisipatif oleh warga;

2. Penyediaan Lahan

Untuk mewujudkan bangunan infrastruktur, tentunya diperlukan ketersediaan lahan/tanah (termasuk bangunan/tanaman produktif/aset berharga lainnya yang terkena) sebagai lokasi pembangunannya. Sementara disisi lain, tanah memiliki sifat yang terbatas dan keberadaannya dilindungi oleh hukum. Tidak ada pihak manapun yang diperkenankan membangun tanpa seijin pemilik tanah karena bukti kepemilikan diakui secara sah dalam hukum. Dan jika terjadi pelanggaran (membangun diatas tanah tanpa seijin pemiliknya) maka pihak yang melakukan pelanggaran akan dikenai sanksi sesuai ketentuan hukum yang berlaku.

Oleh karena itu, program P2KP menempatkan kegiatan penyediaan lahan untuk lokasi pembangunan infrastruktur sebagai bagian penting yang tak terpisahkan dari proses pembangunan infrastruktur tersebut. Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat sejak awal penyiapan kegiatan pembangunan infrastruktur.

Keluaran Kegiatan yang diharapkan, antara lain adalah : √ Tersedia lahan yang sesuai kebutuhan bangunan yang diinginkan (dan mendukung

tercapainya mutu/manfaat bangunan); √ Pemilik/warga yang terkena dampak pembangunan termasuk penduduk asli

disekitarnya, terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan memahami sepenuhnya konsekuensi/akibat-akibat penyediaan lahan tersebut bagi dirinya;

√ Kepuasan pemilik/warga yang terkena dampak atas terselesaikannya persyaratan-

persyaratan atau tuntutan yang diinginkan, seperti kompensasi/ganti rugilainnya (bila ada);

√ Adanya bukti-bukti administratif yang benar dan lengkap, mencakup 1). proses musyawarah (Daftar Hadir, Notulen, BA) dan 2). Hasil Kesepakatan persetujuan lahan dari pemilik. sesuai cara penyediaan lahannya, seperti Surat Pernyataan

Kontribusi lahan (Hibah/Ijin Pakai/Dilalui/Gantirugi), Surat Permohonan Pelepasan Hak Milik, Bukti/Kuitansi Ganti rugi (bila ada),

Indikator keluaran kegiatan, adalah : √ Luas lahan yang tersedia sesuai kebutuhan bangunan yang diinginkan (dan

mendukung tercapainya mutu/manfaat bangunan); √ Jumlah kontribusi penyediaan lahan (tanah/bangunan/aset berharga lainnya yang terkena lokasi kegiatan) dari masyarakat diketahui. √ Jumlah pemilik/warga yang terkena dampak pembangunan termasuk penduduk asli disekitarnya diketahui; √ Jumlah pemilik/warga terkena dampak yang terlibat dalam pertemuan-pertemuan penyediaan lahan diketahui; √ Jumlah pemilik/warga terkena dampak yang puas atas terselesaikannya persyaratan- persyaratan atau tuntutan yang diinginkan, seperti kompensasi/ganti rugilainnya (bila

ada); √ Jumlah dan kelengkapan bukti-bukti administratif proses musyawarah (Daftar Hadir, Notulen, BA) dan Hasil Kesepakatan persetujuan lahan dari pemilik/yang terkena

dampak (Surat Pernyataan Kontribusi lahan (Hibah/Ijin Pakai/Dilalui/Gantirugi), Surat Permohonan Pelepasan Hak Milik, Bukti/Kuitansi Ganti rugi (bila ada)),

Beberapa prinsip dalam proses penyediaan lahan adalah : √ Menghindarkan atau meminimalkan adanya dampak sosial bagi masyarakat,

termasuk bagi penduduk asli setempat; √ Transparan, semua pihak (termasuk yang terkena dampak/pemiliknya) dapat mengetahui dan memahami semua informasi yang ada termasuk konsekuensi atau

akibat-akibatnya, √ Partisipatif, melibatkan semua pihak (termasuk yang terkena dampak/pemiliknya) dalam proses/forum pengambilan keputusannya; √ Akuntabel/dapat dipertanggungjawabkan, bahwa semua proses dilakukan secara benar sesuai ketentuan yang berlaku, proses didokumentasikan dan hasil-hasil

kesepakatan/keputusan dibuat secara tertulis dan dihadapan saksi-saksi. Cara kontribusi Lahan, dapat dilakukan melalui :

1) Hibah , kontribusi secara sukarela yang disertai dengan pelepasan hak milik dari pemiliknya kepada pihak lain tanpa ada batas waktu tertentu (selamanya);

2) Ijin pakai , kontribusi secara sukarela tanpa disertai pelepasan hak milik dari pemiliknya kepada pihak lain dan hanya dalam kurun waktu tertentu;

3) Ijin dilalui , pada prinsipnya sama dengan ijin pakai, hanya disini bahwa pemilik masih tetap diperbolehkan memanfaatkan tanah tersebut sepanjang tidak merusak kepentingan pihak yang diberi ijin. Contoh sederhana adalah ijin pemasangan pipa air bawah tanah yang melewati pekarangan rumah warga, dimana pemilik masih diperbolehkan memanfaatkan tanah tersebut (bagian atas/permukaannya) sebagai tempat lalulintas orang atau ternaknya, dll.

4) Kompensasi atau gantirugi tunai, penyediaan lahan yang diberikan oleh pihak pemilik dengan persyaratan ada ganti rugi tunai.

Dalam penyediaan lahan ini, bentuk kontribusi warga dapat berupa tanah, tanaman produktif atau aset lain didalamnya dan tidak harus melalui satu cara yang digunakan, tetapi dapat merupakan kombinasi dari kesemua cara dan pola tersebut diatas. Khusus untuk proyek yang bersifat rehabilitasi/peningkatan bangunan lama dimana tidak memerlukan lahan baru atau diatas tanah desa/kelurahan maka Surat Kontribusi Tanah Dalam penyediaan lahan ini, bentuk kontribusi warga dapat berupa tanah, tanaman produktif atau aset lain didalamnya dan tidak harus melalui satu cara yang digunakan, tetapi dapat merupakan kombinasi dari kesemua cara dan pola tersebut diatas. Khusus untuk proyek yang bersifat rehabilitasi/peningkatan bangunan lama dimana tidak memerlukan lahan baru atau diatas tanah desa/kelurahan maka Surat Kontribusi Tanah

Proses pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara partisipatif dengan langkah-langkah kegiatan adalah sebagaimana pada diagram proses penyediaan lahan. Khusus untuk penyediaan lahan yang melibatkan proses pengurusan Surat Pemisahan Hak dari Pejabat Pembuat Akta Tanah/Instansi lain yang berwenang setempat yang memerlukan waktu yang cukup panjang maka administrasi ini boleh tidak tidak menjadi persyaratan memulai pelaksanaan pembangunan fisik tetapi tetap harus disediakan dan diharapkan dapat rampung sebelum pemanfaatan prasarana.

3. Penyusunan Desain/Gambar, Spesifikasi Teknis dan Panduan O&P

(a). Survey Teknis Sebelum dilakukan penyusunan Desain bangunan maka terlebih dahulu harus

dilakukan Survey teknis. Sasaran survey teknis ini adalah untuk mendapatkan data- data/informasi kondisi/situasi awal lokasi pembangunan infrastruktur yang sebenarnya. Jenis data/informasi yang diperlukan tergantung pada jenis infrastruktur yang akan dibangun, seperti : kondisi fisik lokasi (luasan, batas-batas, topografi), dilakukan Survey teknis. Sasaran survey teknis ini adalah untuk mendapatkan data- data/informasi kondisi/situasi awal lokasi pembangunan infrastruktur yang sebenarnya. Jenis data/informasi yang diperlukan tergantung pada jenis infrastruktur yang akan dibangun, seperti : kondisi fisik lokasi (luasan, batas-batas, topografi),

Data-data/informasi tersebut selanjutnya akan dipergunakan dalam menentukan desain/rancangan dan gambar rencana bangunan yang akan dibangun.

Pelaksanaan Survey ini dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan warga. Oleh karena itu, sebelum melakukan survey, relawan/masyarakat yang akan terlibat perlu dibekali dengan pemahaman teknik dan diorganisasi, terutama mencakup :

ƒ Jadwal, Urutan kegiatan, cara pelaksanaan dan hasil Survey yang akan diperoleh; ƒ Cara penggunaan formulir survey dan cara penggunaan alat survey yang akan

digunakan; ƒ Kebutuhan dan penyediaan peralatan dan instrument yang dibutuhkan, seperti : patok-patok, meteran, formulir suirvey, peta desa, dll;

Apabila jenis kegiatan yang akan disurvey cukup banyak maka sebaiknya relawan/masyarakat dibagi atas beberapa tim kerja sehingga proses survey dapat berlangsung lebih efektif.

Perlu menjadi perhatian juga sebelum melakukan survai untuk perencanaan, harus dilakukan konsultasi awal dengan pemerintah setempat (Lurah/Kepala Desa). Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan suatu koordinasi yang sebaik-baiknya dengan pihak Institusi, sehingga pekerjaan perencanaan ini tidak akan mendapatkan rintangan.

Pada kegiatan survey teknis ini, juga sekaligus membuat dokumentasi/photo awal (0%) pada lokasi yang akan dibangun Infrastruktur. Jumlah titik lokasi yang diambil/potret disesuaikan dengan kondisi lapangan dan jenis infrastruktur yang akan dibangun, misalnya untuk Jalan/drainase/saluran irigasi/air bersih perpipaan dapat diambil pada beberapa titik lokasi (awal, tengah dan ujung akhir atau tempat lain yang dianggap penting) sedangkan untuk bangunan seperti MCK, jembatan, air bersih non perpipaan, rehab perumahan/pendidikan/kesehatan, dll, cukup diambil dari sisi yang berbeda yaitu sisi depan, samping atau belakang). Penting untuk diperhatikan bahwa titik lokasi dan arah pengambilan gambar kondisi 0% ini, nantinya akan menjadi pengambilan gambar pada saat pelaksanaan konstruksi, yaitu kondisi 50% dan 100%.

Selain survey teknis prasarana juga perlu dilakukan survey ketersediaan tenaga kerja/bahan/alat. Hal ini untuk membantu dalam pemilihan teknologi konstruksi yang akan dipergunakan dimana sedapat mungkin menggunakan konstruksi/bahan lokal yang berkualitas dan konstruksi yang mudah dilaksanakan oleh masyarakat/tenaga kerja setempat.

Beberapa prosedur yang umum dilakukan untuk pelaksanaan kegiatan survei prasarana dapat dilihat pada penjelasan Survey Teknis Prasarana, buku Suplemen Teknis, Perencanaan Teknis, Jilid 2 (buku untuk Fasilitator PNPM-MP) atau buku 1 Persiapan dan Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana (buku untuk BKM/Masyarakat).

(b). Pembuatan Desain, Gambar-gambar, Spesifikasi Teknis Persyaratan utama suatu infrastruktur yang dibangun adalah terpenuhinya

mutu/manfaat bangunan tersebut sebagaimana yang dikehendaki. Oleh karena itu siapapun yang menginginkan suatu bangunan, perlu menentukan syarat penggunaan seperti apa yang diinginkannya dari bangunan tersebut.

Membuat Desain, Spesifikasi & Gambar-gambar perencanaan teknik, secara sederhana dapat dikatakan sebagai upaya untuk menentukan persyaratan bangunan yang diinginkan agar bangunan dapat berfungsi baik, menjamin keselamatan

(keamanan/kekuatan termasuk kenyamanan) dan kesehatan masyarakat penggunanya.

Dalam praktek pengelolaan proyek infrastruktur, lazimnya pernyataan-pernyataan tentang mutu bangunan dituangkan secara tertulis dan dalam proses penyusunannya diawali dari proses Desain/perancangan, Gambar-gambar & Spesifikasi Teknis, kemudian diuraikan juga secara terbatas dalam Daftar Kuantitas (jenis pekerjaan dan volumenya), RAB (jenis pekerjaan dan volume yang diperhitungkan/dibiayai) dan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan seperti SPPD-L/SPPB. Kemudian pada tahap pelaksanaan pembangunannya, semua dokumen tersebut menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan sebagai pedoman mewujudkan mutu bangunan.

Selain itu, mengingat bahwa wujud bangunan sebagai tujuan bersama masih merupakan sesuatu yang akan datang atau masih bersifat belum nyata maka dokumen-dokumen tersebut sangatlah penting keberadaanya sejak awal hingga akhir proyek, sebagai media komunikasi yang sangat penting bagi semua orang yang berkepentingan, khususnya bagi semua orang yang membutuhkan bangunan tersebut dan yang akan melaksanakan pembangunanannya sehingga memperoleh pemahaman yang sama tentang wujud tujuan itu (tidak hanya ada dalam bayangan sang perencana/orang-perorangan yang mengusulkan saja).

Sasaran kegiatan ini adalah untuk menentukan persyaratan mutu sesuai kriteria dan persyaratan teknis bangunan. Adapun indikator keluarannya, adalah :

Diketahuinya tingkat pelayanan prasarana (siapa/apa dan berapa banyak yang menggunakan) sesuai kebutuhan, termasuk mengetahui apakah ada keterkaitan kesatuan fungsi pelayanan dengan infrastruktur lainnya);

Diketahuinya kelengkapan system/komponen bangunan sesuai standar teknis

bangunan tersebut; Adanya perhitungan dimensi konstruksi sesuai tingkat pelayanan (bila perlu),

termasuk bila kondisi tanah dasar jelek; Diketahuinya tataletak (termasuk keadaan sekitar) dimana bangunan akan dibuat

sesuai kebutuhan; Diketahuinya ukuran-ukuran bagian bangunan/konstruksi secara detail, seperti

tebal plesteran; ukuran daun pintu, ukuran balok/kolom, ukuran papan lantai jembatan, tebal plat beton jembatan/gorong-gorong, Dinding pasangan ½ bata/Batako, dll, sesuai persyaratan teknis bangunan;

Diketahuinya ukuran-ukuran pokok bangunan (panjang, tinggi/kedalaman,

lebar/diameter), termasuk bangunan pelengkap sesuai persyaratan teknis bangunan (bila ada);

Diketahuinya bidang-bidang mana yang terletak dimuka, sampaing kiri/kanan dan

belakang bangunan sesuai persyaratan teknis bangunan; Diketahuinya perbandingan campuran yang digunakan, misalnya plesteran

campuran 1 semen : 4 pasir; pondasi pasangan batu kali camp. 1: 4, beton bertulang campuran 1 semen : 3 pasir : 5 kerili, pasangan bata/Batako camp 1sm : 5psr dll, sesuai persyaratan teknis bangunan;

Diketahuinya jenis bahan yang digunakan, misalnya Kuda-kuda/gelagar/lantai

kayu kelas II, atap seng/genteng beton, dll.

a) Desain , berdasarkan hasil Survey kondisi lapangan dimana bangunan akan

dibuat dan persyaratan/kriteria desain bangunan yang telah ditetapkan maka dipilih alternatif-alternatif desain/rancangan bangunan yang sesuai. Dalam pemilihan desain ini juga harus telah mempertimbangkan kemungkinan dampak lingkungan yang muncul akibat dari pelaksanaan pekerjaan nanti. Bila bangunan yang dikehendaki cukup kompleks atau kondisi tanah jelek maka seringkali dibuat dibuat dan persyaratan/kriteria desain bangunan yang telah ditetapkan maka dipilih alternatif-alternatif desain/rancangan bangunan yang sesuai. Dalam pemilihan desain ini juga harus telah mempertimbangkan kemungkinan dampak lingkungan yang muncul akibat dari pelaksanaan pekerjaan nanti. Bila bangunan yang dikehendaki cukup kompleks atau kondisi tanah jelek maka seringkali dibuat

Kriteria desain untuk setiap jenis infrastruktur yang direncanakan harus mengacu pada kriteria desain standar yang dikeluarkan oleh Departemnen Pekerjaan Umum atau instansi teknis terkait lainnya.

b) Spesifikasi Teknis , dibuat untuk memberikan informasi lebih lengkap mengenai

persyaratan-persyaratan teknis dan ketentuan-ketentuan pelaksanaan pekerjaan/bangunan yang ingin diwujudkan tersebut. Spesifikasi Teknis merupakan dokumen persyaratan teknis/standar bangunan yang secara garis besarnya berisi : uraian penjelasan dari tiap jenis pekerjaan (lingkup kegiatan), komposisi campuran, persyaratan material/peralatan, ketentuan/peraturan terkait yang harus diikuti, Metode Pelaksanaan, Cara pengukuran pekerjaan, dll).

c) Gambar-gambar , berdasarkan desain/sketsa hasil perhitungan dan spesifikasi

teknis ini, lalu dibuat gambar-gambar teknis bangunan dimana sering gambar- gambar tersebut dicantumkan juga hal-hal penting yang berkenaan dengan mutu prasarana tersebut.

Terdapat beberapa macam gambar rencana yang dibuat pada tahap ini, yaitu :

1) Gambar Peta Lokasi, kita dapat mengetahui lokasi dimana bangunan akan dibangun;

2) Gambar Situasi, kita dapat mengetahui tataletak termasuk mana awal dan akhir pekerjaan atau menjelaskan keadaan sekitar dimana bangunan akan dibuat.

3) Gambar Denah, kita dapat mengetahui (membaca) ukuran-ukuran pokok (panjang dan lebar) bangunan termasuk bangunan pelengkap (bila ada).

4) Gambar Pandangan/Tampak, kita dapat mengetahui bidang-bidang mana yang terletak dimuka, sampaing kiri/kanan dan belakang bangunan.

5) Gambar Penampang/Potongan, biasanya gambar ini dibuat dalam 2 arah (memanjang dan melintang). Dari gambar ini kita dapat mengetahui ukuran tinggi, lebar bangunan/bagian bangunan. Selain itu, pada gambar ini juga dicantumkan spesifikasi teknis tiap konstruksi seperti perbandingan campuran yang digunakan, jenis bahan yang digunakan (misalnya kayu kelas II, atap genteng beton), dll. Untuk lebih memahami hubungan bagian-bagian struktur yang dianggap sangat penting maka perlu dibuat gambar lebih detail dari gambar potongan, seperti Detail Sambungan Kuda-kuda, detail sambungan balok/kolom, detail Pondasi, detail Kusen Pintu/Jendela, dll.

6) Khusus untuk bangunan yang mempunyai bentuk sama seluruhnya atau sebahagian dapat menggunakan gambar typikal/prototype.

Semua Desain/Gambar-Gambar Teknik dan spesifikasi teknis yang dibuat harus diverifikasi kelayakannya oleh Konsultan Pendamping (bidang Teknik) dan Disetujui oleh Tim Teknis dari SKPD/Dinas PU setempat. Hasil Verifikasi ini sekurang-kurangnya harus memberikan jaminan bahwa rencana bangunan dapat bermanfaat bagi warga miskin, rencana teknis bangunan sesuai standar teknis (bangunan dapat berfungsi optimal, menjamin keselamatan (kekuatan & keamanan) dan kesehatan warga pengguna, tidak menimbulkan dampak negatif atas lingkungan dan sosial-budaya setempat serta mudah & aman diakses oleh warga pengguna bangunan).

(c). Penyusunan Panduan Operasi & Pemeliharaan (O&P) Prasarana

Penyusunan panduan teknis Operasi & Pemeliharaan prasarana dimaksudkan untuk memberikan panduan atau pegangan bagi masyarakat atau Pengelola O&P yang Penyusunan panduan teknis Operasi & Pemeliharaan prasarana dimaksudkan untuk memberikan panduan atau pegangan bagi masyarakat atau Pengelola O&P yang

Panduan ini sekurang-kurangnya berisi tatacara pemanfaatan/penggunaan prasarana secara benar dan tatacara pemeliharaan prasarana.

Untuk penyusunan tatacara pemanfaatan/penggunaan dan tatacara pemeliharaan setiap jenis prasarana dapat mengacu pada buku Pedoman Teknis Sederhana Pembangunan Prasarana yang diterbitkan oleh Departemen PU (dicetak dan distribusikan kepada KMW/Korkot/Tim Fasilitator P2KP/PNPM MP Tahun 2007).

4. Rencana Pengamanan Dampak Lingkungan dan Sosial (Safeguards)

Selain ketentuan terkait dengan penyediaan tanah/lahan, ketentuan/peraturan lain yang menjadi persyaratan pelaksanaan pembangunan infrastruktur adalah adanya perlindungan/pelestarian terhadap lingkungan.

Sasaran kegiatan adalah : untuk mewujudkan bangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif sosial dan lingkungan. Adapun Indikator keluaran kegiatan adalah :

Ada/tidaknya kegiatan yang dibangun atau bahan bangunan yang digunakan tidak

termasuk dalam Daftar/List Negatif yang telah ditetapkan; Ada/tidaknya Dampak negatif terhadap Lingkungan & Sosial akibat dari

pembangunan infrastruktur yang akan dilaksanakan; Tersedia atau tidaknya tindakan antisipasi/pengamanan dampak negatif sosial dan

lingkungan sesuai dengan prosedur dan ketentuan proyek ini; Prinsip-prinsip dasar dalam penilaian kelayakan lingkungan adalah :

1). Usulan yang diajukan sedapat mungkin menghindari atau mengurangi dampak

negatif terhadap lingkungan. Usulan tersebut harus telah mengkaji alternatif desain lainnya yang tepat untuk memperkecil dampak negatifnya;

2). Usulan tersebut harus mengacu pada Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan

Rencana Detail Tata Ruang (RTDR), serta menghindari kawasan lindung yang telah ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup, kecuali jika usulan kegiatan tersebut untuk mengembangkan kawasan lindung; dan

3). Usulan yang membawa dampak negatif terhadap lingkungan, harus dilengkapi

dengan suatu perencanaan pengelolaan dampak lingkungan untuk mengurangi dampak negatifnya.

Setiap proposal kegiatan infrastruktur(proyek/sub-proyek) akan diperiksa dengan prosedur/kriteria pemeriksaan lingkungan Pemerintah untuk memastikan tidak ada sub- proyek/proyek yang membutuhkan pemeriksaan lingkungan secara penuh. Pada pemeriksaan awal, tipe proyek, skala, lokasi, sensitifitas dan potensi dampak terhadap alam dan lingkungan hidup akan diidentifikasi untuk menentukan kegiatan tersebut layak atau tidak, sesuai kriteria pemeriksaan berikut :

9 Usulan Kegiatan yang membutuhkan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) secara

menyeluruh tidak akan didanai oleh program;

9 Usulan kegiatan yang membutuhkan UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan) dan UPL

(Upaya Pemantauan Lingkungan) berdasarkan kajian yang terbatas dan spesifik lokasi sub-proyek hanya akan didanai bilamana telah disetujui hasil study UKL/UPLnya sesuai kriteria yang ditetapkan Menteri PU dan Menneg LH. Diharapkan tidak ada proposal yang masuk kategori ini.

9 Usulan-usulan yang cukup ditangani dengan prosedur operasi standar (standard operation procedure), dimana praktek yg baik (good practice) cukup menyelamatkan

lingkungan. Diharapkan sebagian proposal akan masuk kategori ini. Pendekatan penanganan pengamaman dampak (safeguards) kegiatan yang tidak

memerlukan study AMDAL atau UKL-UPL, akan dilakukan melalui :

(1) Desain perencanaan teknis bangunan yang mengacu pada kriteria desain/standar teknis pembangunan infrastruktur yang telah ditetapkan instansi teknis seperti Departemen Pekerjaan Umum; dan

(2) Pemeriksaan terhadap dampak lingkungan kegiatan skala kecil/sederhana melalui prosedur khusus atau prosedur operasi standar/POS untuk setiap kegiatan infrastruktur yang diusulkan, yaitu Daftar Periksa/Uji Identifikasi Dampak Lingkungan dan Daftar Periksa Kegiatan Terlarang. ¾ Daftar Periksa Kegiatan Terlarang (Negatif List) : Formulir ini telah menyediakan

identifikasi semua masalah/kegiatan yang dilarang untuk dibiayai melalui dana bantuan (APBN) Program. Pengerjaannya dengan melakukan pemeriksaan kegiatannya terhadap butir-butir kegiatan yang dilarang, apakah ada yang sama atau termasuk dalam salah satu kegiatan yang dilarang sebagaimana telah tercantum dalam formulir tersebut. Caranya dengan mengisi ceklist pada kolom yang disediakan.

Apabila terdapat kegiatan yang dilarang maka usulan kegiatan ditolak atau tidak dapat didanai.

¾ Daftar Periksa/Uji Identifikasi Dampak Lingkungan : Formulir ini merupakan daftar

identifikasi awal berupa, Potensi sumber dampak, usulan alternatif tindakan penanganannya dan rencana pemantauannya. Pengerjaannya dengan melakukan pemeriksaan desain/usulan kegiatan dengan mengidentifikasi potensi sumber dampak lalu membuat jenis tindakan pengamanan/mitigasinya yang sesuai. Hasil identifikasi potensi dan tindakan pengamanan selanjutnya dituangkan dalam formulir tersebut.

Untuk memudahkan kegiatan ini maka telah disedikan referensi Daftar Periksa Dampak Lingkungan sebagai panduan. Sesuai dengan jenis infrastruktur yang akan dibangun, pemeriksaan potensi sumber dampak lingkungan mengacu pada potensi sumber dampak lingkungan seperti butir-butir potensi yang telah dicantumkan dalam Daftar (tersedia pada kolom potensi sumber dampak). Apabila Ada, maka pilih tindakan penanganannya/mitigasi yang sesuai (tersedia pada kolom alternatif penanganan dampak).

Bersama dengan Desain/Gambar-Gambar Teknik dan spesifikasi teknis yang telah dibuat, Rencana Pengamanan Dampak Lingkungan & Sosial ini juga harus diverifikasi kelayakannya oleh Konsultan Pendamping (bidang Teknik) dan Disetujui oleh Tim Teknis dari SKPD/Dinas PU setempat.

Secara lebih detail penjelasan terkait hal ini dapat dilihat pada penjelasan buku Buku Pedoman Pelaksanaan Program dan buku Suplemen, Petunjuk Teknis Pengamanan Dampak Lingkungan dan Sosial (Safeguards).

5. Menentukan Lingkup Pekerjaan Konstruksi

Lingkup pekerjaan konstruksi/proyek adalah keseluruhan pekerjaan/kegiatan konstruksi yang harus dilakukan untuk menghasilkan bangunan yang memenuhi persyaratan mutu sesuai standar teknis bangunan yang telah ditetapkan. Kemudian dari setiap pekerjaan tersebut perlu diketahui Kuantitas/Volumenya, Metode Pelaksanaannya dan Urutan pelaksanaannya.

(1). Menentukan/Mengidentifikasi jenis-jenis pekerjaan konstruksi Untuk menentukan jenis-jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam

pembangunan infrastruktur maka secara teknis harus ada gambar perencanaan infrastruktur, minimal gambar denah dan potongan dari infrastruktur yang akan dibangun tersebut, termasuk spesifikasi teknisnya. Sebab dari gambar-gambar tersebut dapat diketahui kegiatan-kegiatan apa saja yang harus dilakukan untuk membangun infrastruktur tersebut sampai selesai.

Pada tahap ini juga termasuk mengetahui lingkup aktivitas dari setiap jenis-jenis pekerjaan, satuan pengukurannya, batasan/syarat teknis kekuatannya seperti komposisi campurannya, dimensi, persyaratan material/peralatan, ketentuan/peraturan terkait yang harus diikuti dalam pelaksanaannya.

Hasil identifikasi ini selanjutnya dapat dibuat dalam bentuk Tabel seperti contoh untuk Pekerjaan Pembangunan Jalan Sirtu, berikut :

No Item Pekerjaan Satuan

1. Pekerjaan Penyiapan Tanah Dasar/Badan Jalan

M2

2. Penimbunan Badan Jalan

M3

3. Lapis Pondasi Bawah Kelas C (Sirtu)

M3

4. Galian Tanah Parit

M3

5. Pekerjaan Beton

M2

6. Pekerjaan Ps. Batu Kali

M3

Catatan : • Oleh karena hasil identifikasi jenis-jenis pekerjaan tersebut akan menjadi dasar

dalam penyusunan biaya kegiatan maka perlu dipahami/diketahui cakupan lingkup aktivitas didalam setiap jenis pekerjaan tersebut, sehingga tidak terjadi pengulangan kegiatan/tumpang tindih pembiayaan. Misalnya Pekerjaan Galian Tanah, Pekerjaan Galian tanah ini mencakup aktivitas/biaya : membersihkan lokasi pekerjaan, memasang patok/bouwplank, mendatangkan tenaga kerja/peralatan kerja, melaksanakan penggalian tanah sesuai ukuran yang ditetapkan pada gambar, membuang tanah bekas galian dan pengamanan pekerjaan. Dari contoh tersebut maka dalam daftar Hasil Identifikasi Pekerjaan seharusnya tidak ada item pekerjaan tersendiri untuk pembuangan tanah bekas galian tetapi kegiatan tersebut telah diperhitungkan pada pembiayaan pekerjaan Galian Tanah (tidak akan terjadi tumpang tindih pembiayaan).

• Dari pengalaman pekerjaan yang dilaksanakan masyarakat dalam P2KP, banyak

dijumpai tidak dilakukan dan tidak ada pekerjaan pembersihan lapangan dalam daftar kuantitas pekerjaan pada hal kondisi lapangan diperlukan, oleh karena itu pada tahap identifikasi ini perlu menjadi perhatian agar identifikasi pekerjaan dilakukan secara lengkap agar dapat diketahui dan dilaksanakan oleh masyarakat. Terkait dengan pembiayaannya nanti, masyarakat diharapkan dapat berkontribusi melalui gotong- royong.

• Untuk beberapa pekerjaan persiapan yang lazim ada dalam pekerjaan kontraktor

proyek, disini perlu dipertimbangkan secara matang karena pendekatan pelaksanaan pekerjaan akan dilakukan oleh warga setempat. Misalnya pengadaan kantor/direksi keet, gudang, barak tenaga kerja, dll. Hal seperti ini mungkin tidak diperlukan secara khusus atau dapat disediakan melalui swadaya masyarakat (mengoptimalkan sumberdaya dimasyarakat setempat).

(2). Menentukan Kuantitas/Volume Jenis-jenis pekerjaan Kuantitas/Volume pekerjaan yang dimaksudkan disini adalah banyaknya pekerjaan

yang harus dibuat (rencana) menurut satuan pengukuran pekerjaannya. Data yang diperlukan adalah Daftar Pekerjaan yang telah diidentifikasi dan Gambar rencana (untuk mengetahui dimensi/ukuran pekerjaan).

Ketentuan perhitungan volume tiap item pekerjaan adalah : ƒ Volume harus sesuai dengan satuan pengukuran pekerjaannya atau dengan kata

lain bahwa setiap item pekerjaan yang satuan pengukurannya berbeda mempunyai cara perhitungan volume pekerjaan yang berbeda pula. Misalnya: - Volume pekerjaan penyiapan badan jalan yang diukur dalam satuan meterpersegi

(m 2 ) = panjang tanah dasar yang akan disiapkan x lebar yang harus disiapkan; Berbeda dengan

- Volume Penimbunan Badan Jalan yang diukur dalam satuan meterkubik (m 3 )= panjang timbunan x lebar x tinggi (atau tebal) timbunan. ƒ Sedangkan ukuran (panjang, lebar, tinggi/tebal) harus sesuai dengan yang

direncanakan (sesuai ukuran pada gambar). Berdasarkan jenis pekerjaan yang telah diidentifikasi sebelumnya maka selanjutnta

dapat dilakukan perhitungan volume setiap pekerjaan, sebagai berikut :

1. Siapkan Daftar Pekerjaan dan Gambar-gambar Rencana untuk mengetahui ukuran- ukuran dari pekerjaan (panjang, lebar, tinggi/tebal);

2. Agar diperoleh ketelitian dan memudahkan perhitungan volume pekerjaan maka sebaiknya perhitungan dilakukan per item pekerjaan sesuai urutan item pekerjaan pada daftar pekerjaan yang telah dibuat sebelumnya. Cara melakukan perhitungan dapat dibuat Tabel seperti Contoh perhitungan berikut :

No

Uraian Pekerjaan

Satuan

Sketsa dan Perhitungan

Volume

1. Lapis Pondasi Bawah

M3

T= 20cm

Kelas C (Sirtu)

L= 2,5m

P ( panj ang) = 200m

Vol. = P x L x T = 200 x 2,5 x 0,2 = 100

Dst.

Karena Perhitungan Volume Pekerjaan tersebut akan menjadi acuan pada perhitungan biaya dan pelaksanaan pembangunan prasarana maka perhitungan volumenya harus cukup teliti, sederhana dan jelas sehingga mudah dipahami.

3. Buat Rekapitulasi Daftar Kuantitas/Volume seluruh pekerjaan. Setelah seluruh jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan selesai dihitung

volumenya (langkah 2 diatas), buuatlah Daftar Rekapitulasi Kuantitas berupa tabel yang menggambarkan/memuat volume dan satuan tiap jenis pekerjaan secara keseluruhan kegiatan (proyek). Contoh bentuk Daftar Kuantitas Pekerjaan dapat dibuat seperti tabel / formulir berikut .

Cara Pengerjaan Formulir :

9 No. Urut : Isi nomor urut jenis pekerjaan;

9 Uraian Pekerjaan : Diisi nama jenis pekerjaan

9 Satuan : Diisi dengan satuan pengukuran pekerjaan

9 Volume/Kuantitas Diisi dengan nilai volume pekerjaan (3). Menentukan Metode/Cara Pelaksanaan Pekerjaan

Secara sederhana yang dimaksudkan dengan metode kerja disini adalah cara bagaimana setiap kegiatan/pekerjaan akan dilaksanakan atau lebih terkait dengan teknologi apa yang akan dipergunakan, Apakah setiap pekerjaan akan dilakukan dengan menggunakan tenaga kerja (manual) atau dengan peralatan (mekanis) atau kombinasi dari keduanya. Hasil kegiatan ini dapat diketahui metode kerja dari setiap jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan.