PEMANFAATAN ALOKASI DANA BAGI HASIL PAJAK ROKOK BAGI PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT DI KABUPATEN WAY KANAN

  PEMANFAATAN ALOKASI DANA BAGI HASIL PAJAK ROKOK BAGI PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT DI KABUPATEN WAY KANAN JURNAL ILMIAH Oleh Ratu Marina Pratiwi Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM Pada Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

  

ABSTRAK

PEMANFAATAN ALOKASI DANA BAGI HASIL PAJAK ROKOK BAGI PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT

DI KABUPATEN WAY KANAN

Oleh

Ratu Marina Pratiwi, Prof. Dr. Yusswanto, S.H., M.Hum.,Marlia Eka Putri, S.H., M.H.

Email : [email protected]

  Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu Sumber Pendapatan Daerah, untuk mendukung PAD maka dibentuknya UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dalam undang-undang tersebut lahir kebijakan khusus mengenai pajak rokok, disebutkan bahwa pajak rokok di gunakan paling sedikit 50% untuk pelayanan kesehatan dan penegakan hukum dibidang rokok. Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan: (1) Bagaimanakah pemanfaatan alokasi dana bagi hasil pajak rokok untuk pelayanan kesehatan masyarakat di Kabupaten Way Kanan? (2) Apa sajakah faktor-faktor penghambat Pemerintah Kabupaten Way Kanan dalam mewujudkan pemanfaatan alokasi dana bagi hasil pajak rokok untuk pelayanan kesehatan masyarakat? Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan hukum normatif dan empiris. Jenis data terdiri dari data sekunder dan data primer, dilakukan dengan studi lapangan dan studi kepustakaan. Berdasarkan hasil penelitian, Dana Bagi Hasil (DBH) pajak rokok yang diterima way kanan pada tahun 2017 adalah 14.058.799.362 dan dimanfaatkan 85% untuk pelayanan kesehatan umum serta penegakan hukum di bidang rokok, sedangkan 15% dari DBH pajak rokok tersebut digunakan untuk kepentingan umum lainnya di Kabupaten Way Kanan, Namun DBH pajak rokok sering mengalami keterlambatan pencairan, karena keterlambatan pemerintah pusat dalam menetapkan besaran alokasi yang akan disalurkan ke pemerintah daerah, belum adanya Perda Kabupaten yang mengatur tentang pemanfaatan DBH pajak rokok, belum disediakannya sarana yang memadai bagi para perokok, dan kurangnya pengawasan terhadap anak di bawah umur dalam pembelian rokok serta warga sekitar yang masih merokok pada Kawasan Tanpa Rokok.

  Kata kunci : Bagi Hasil Pajak, Pajak Rokok, Pemanfaatan Pajak Rokok

  

ABSTRACT

THE UTILIZATION OF ALLOCATION REVENUE SHARING FAUND OF

CIGARETTES TAX FOR THE MINISTRY OF PUBLIC HEALTH

  

IN WAY KANAN REGENCY

By

Ratu Marina Pratiwi, Prof. Dr. Yusswanto, S.H., M.Hum.,Marlia Eka Putri, S.H., M.H.

  

Email : [email protected]

  Pendapatan Asli Daerah (PAD) is one of the sources local revenue, to support the PAD then formed the Local Tax Law and Local Retribution Number 28/2009, in the legislation have specific policies regarding taxation of cigarettes, mentioned that tax cigarettes used at least 50% for the public health service and law enforcement in the field of smoking. Problems in the research was formulated: (1) how the utilization of allocation revenue sharing fund of cigarette tax for the ministry of public health in Way Kanan Regency? (2) what are the factors restricting Way Kanan Government Districts in the utilization of allocation revenue sharing fund of cigarette tax for the ministry of public health in Way Kanan Regency? The approach used is the issue of legal normative and empirical approaches. Data type consists of primary data and secondary data, done with the study of the field and the study of librarianship. Based on research results, PADcigarettes tax receivedin Way Kanan Regency in 2017 are 14.058.799.362 and utilized 85% for public health services and law enforcement in the field of smoking, whereas 15% of the cigarette tax used for other public interests in Way Kanan Regency, but often the cigarette tax experience delays in disbursements, because of the delay in determining the magnitude of the Central Government appropriations that will be distributed to local governments, Yet the existence of District Regional Regulation set about the utilization of allocation revenue sharing fund of cigarette tax, has not provided the means for smokers,and a lack of supervision of minors in cigarette purchases and residents who are still smoking in Non Smoking Areas.

  

Keywords: Revenue Sharing Fund , Cigarettes Tax, The Utilization of Cigarettes Tax

  Negara Indonesia merupakan negara hukum, hal tersebut berdasarkan Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ke-4. Ketentuan tersebut merupakan landasan konstitusional bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum dan hukum ditempatkan sebagai satu- satunya aturan main dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (supremacy of law). Segala tindakan dan perbuatan tidak boleh bertentangan dengan hukum yang berlaku, termasuk untuk merealisasikan keperluan atau kepentingan negara maupun warganya dalam bernegara.

  Untuk merealisasikan keperluan atau kepentingan negara maupun warganya dalam bernegara maka kita akan berbicara mengenai pajak. Pajak merupakan sumber utama untuk pembiayaan penyelenggaraan pemerintah suatu negara. Secara umum tujuan adanya pajak adalah sebagai alat untuk memasukkan dana secara optimal ke Kas Negara berdasarkan Undang- Undang Perpajakan yang berlaku. Memperoleh dana yang digunakan untuk pembangunan, pertahanan negara, kesejahteraan, dan pelayanan umum masyarakat serta biaya rutin administrasi negara. Keperluan dan kepentingan yang ada di Negara Indonesia tidak hanya terletak pada Pusat saja namun juga terdapat pada Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota, untuk menoptimalkan keperluan serta kepentingan daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota maka di berlakukannya Era Otonomi Daerah yaitu negara menghendaki daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri termasuk mencari sumber penerimaan yang dapat membiayai pengeluaran pemerintah pemerintahan dan pembangunan.

  Sesuai dengan UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah, menyatakan Otonomi Daerah adalah hak, kewenangan, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

  1 Daerah Otonom merupakan

  kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem negara kesatuan Republik Indonesia.

  2 Untuk mengurus rumah

  tangga daerah sebaik-baiknya, maka daerah memerlukan sumber-sumber keuangan untuk pembiayaan pembangunan yang sangat besar. Salah satu sumber pendapatan daerah berdasarkan Pasal 285 UU No. 23 Tahun 2014 adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD).

  PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah perundang-undangan.

  3 Upaya yang di lakukan dalam

  mendukung PAD adalah dengan dibentuknya UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

  Dalam rangka perluasan basis PAD, terdapat banyak jenis pajak daerah salah satunya adalah Pajak Rokok yang 1 Nurmayani, Hukum Administrasi Daerah,

  Universitas Lampung, Lampung, 2015, hlm 4. 2 Yuswanto, Hukum Pajak Daerah, Program Pascasarjana Program Magister Hukum, Lampung, 2010 hlm ix 3 di dalam UU No. 28 Tahun 2009. Pajak rokok termasuk ke dalam pajak provinsi. Definisi pajak rokok sesuai

  Pasal 1 angka 19 UU No. 28 Tahun 2009, Pajak rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh pemerintah. Pajak rokok bertujuan untuk meningkatakan PAD. Selain itu untuk mengendalikan konsumsi rokok, mengendalikan peredaran rokok ilegal, serta melindungi masyarakat atas bahaya rokok. Dasar pengenaan pajak rokok Pasal 48 UU No. 28 Tahun 2009 yaitu cukai yang ditetapkan Pemerintah terhadap rokok.

  Alokasi dana bagi hasil pajak rokok, dialokasikan paling sedikt 50% (lima puluh persen) untuk mendanai pelayanan kesehatan dan penegakan hukum oleh aparat yang berwenang. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat. Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan diatas, hal tersebutlah yang melatar belakangi penulisan skripsi dengan judul Pemanfaatan Alokasi Dana Bagi Hasil Pajak Rokok Bagi Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Way Kanan, untuk mengetahui apakah pemanfaatan alokasi dana bagi hasil pajak rokok di Way Kanan sudah sesuai atau belum sesuai dengan Pasal 31 UU No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah yaitu di gunakan untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat. dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

  1. Bagaimanakah pemanfaatan alokasi dana bagi hasil pajak rokok untuk pelayanan kesehatan masyarakat di Kabupaten Way Kanan? 2. Apa sajakah faktor-faktor penghambat Pemerintah Kabupaten Way Kanan dalam mewujudkan pemanfaatan alokasi dana bagi hasil pajak rokok untuk pelayanan kesehatan masyarakat?

  II. METODE PENELITIAN

  2.1. Pendekatan Masalah

  Penelitian Hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang di dasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisannya.

  4 Pendekatan masalah

  yang dipergunakan oleh peneliti ini adalah normatif empiris. Penelitian hukum empiris dilakukan dengan meneliti secara langsung ke lapangan untuk melihat secara langsung penerapan peraturan perundang- undangan atau antara hukum yang berkaitan dengan penegakan hukum, serta melakukan wawancara dengan beberapa informan yang dianggap dapat memberikan informasi mengenai pelaksanaan penegakan hukum tersebut.

  Penelitian hukum normatif dilakukan dengan cara mendekati permasalahan dari segi hukum, membahas kemudian mengkaji bahan-bahan kepustakaan berupa buku-buku dan ketentuan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah. 4 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Sumber data yang dipergunakan oleh peneliti ini adalah data primer dan data sekunder, data primer adalah data yang di dapat dari studi lapangan yang berupa hasil wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh dari pustaka dengan caramembaca dari bahan-bahan hukum terdiri dari :

  1. Data Primer

  Data primer merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data diperoleh dengan wawancara dengan informan dari Kepala Subbidang Pendataan dan Penetapan di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Way Kanan, dan Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Primer Dinas Kesehatan Kabupaten Way Kanan, dan wawancara dengan penjual rokok di sekitar Kelurahan Blambangan Umpu, Kabupaten Way.

  2. Data Sekunder

  Data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan, data sekunder diperoleh dengan mempelajari dan mengkaji literatur- literatur, dan perundangundangan. Data sekunder ini mengasilkan bahan hukum sekunder.

  Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan, dengan studi pustaka dan studi lapangan.

  Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari undang-undang, peraturan pemerintah dan literatur hukum yang berkaitan dengan kekuatan pembuktian keterangan saksi. Hal ini dilakukan dengan cara membaca, mengutip dan mengidentifikasi data ruang lingkup penelitian ini.

  2. Studi lapangan (Field Research) Studi

  Studi lapangan dilakukan langsung di lapangan guna memperoleh informasi dan memperoleh data primer yang akurat, lengkap, dan valid dengan melakukan wawancara kepada informan dan responden, wawancara dengan informan yaitu Kepala Subbidang Pendataan dan Penetapan di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Way Kanan, dan Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Primer Dinas Kesehatan Kabupaten Way Kanan dilakukan dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan yang sudah disiapkan terlebih dahulu, dan wawancara dengan kepada penjual rokok di sekitar Kelurahan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan.

  2.4. Analisis Data

  Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif, yaitu dengan mengangkat fakta keadaan, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi selama penelitian dan menyajikan dengan apa adanya. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian yang bersifat sosial adalah analisis secara deskriptif kualitatif, yaitu proses pengorganisasian dan pengurutan dalam keadaan pola, kategori dan satu urutan dasar sehingga dapat dirumuskan sesuai dengan tujuan penelitian. Dengan kata lain analisis deskriptif kualitatif merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif yaitu apa yang dinyatakan oleh narasumber secara tertulis dan/atau lisan dan perilaku yang nyata.

2.3. Prosedur Pengumpula Data

1. Studi Pustaka (Library Research)

  III. PEMBAHASAN

  Hasil Pajak Rokok di Kabupaten Way Kanan.

1. Alokasi Dana Bagi Hasil Pajak Rokok di Kabupaten Way Kanan

  Penerimaan Alokasi Dana Bagi Hasil Pajak Rokok Kabupaten Way Kanan diperoleh dari Daerah Provinsi Lampung. Daerah Provinsi Lampung sebelumnya mendapat penerimaan pajak rokok dari dana transfer oleh pusat , pajak rokok yang diperoleh oleh Provinsi Lampung didapatkan setelah Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Negara membagi dana pajak tersebut berdasarkan rasio jumlah penduduk provinsi terhadap rasio jumlah penduduk nasional, penghitungannya sebagai berikut :

  Jumlah penduduk provinsi x 100% Jumlah penduduk nasional

  = …..% x Besaran pajak rokok nasional = Rp……. (dana pajak rokok yang diterima provinsi) Setelah dilakukan perhitungan seperti di atas maka akan di dapat jumlah pajak rokok yang akan diterima oleh Provinsi-provinsi yang ada di indonesia dalam hal ini adalah Provinsi Lampung, selanjutnya setelah dana tersebut diterima oleh Daerah Provinsi Lampung kemudian disalurkan kembali ke Rekening Keuangan Umum Daerah (RKUD) 15 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Lampung, dengan ketentuan pelaksanaan dana sebesar 13,6 persennya diperuntukkan bagi pemerintah kota, dan 86,4 persennya dibagi hasilkan kepada Daerah Kabupaten, salah satunya adalah Kabupaten Way Kanan.

  Kabupaten Way Kanan yang merupakan bagian dari Provinsi kabupatennya, dan sudah beberapa tahun belakangan menerima dana bagi hasil pajak rokok dari daerah provinsi.

  Dana bagi hasil yang di terima oleh Kabupaten Way Kanan dari Daerah Provinsi Lampung pada 4 tahun terakhir yaitu 2014 sebesar Rp.

  2.076.229.905, tahun 2015 Rp. 10.043.717.701, tahun 2016 11.250.000.000 dan tahun 2017 14.058.799.362.

  Kenaikan tersebut menunjukan bahwa orang-orang yang mengkonsumsi rokok di Indonesia lambat laun makin melonjak pesat, selain dari jumlah perokok makin bertambah, faktor yang menjadi dasar kenaiakan dana bagi hasil pajak rokok yang diterima Kabupaten Way Kanan adalah karena naiknya jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Way Kanan setiap tahunnya, dari tahun 2014 sebesar 423.195 jiwa, kemudian pada tahunn 2015 sebanyak 428.097 jiwa dan pada tahun 2016 naik sebanyak 432. 914 jiwa. Banyaknya jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Way Kanan secara otomatis akan menaikkan pula dana bagi hasil pajak rokok yang di terima, karena pembagian dana bagi hasil pajak rokok dari Provinsi Lampung ke kabupaten-kabupaten yang ada di bawahnya termasuk Kabupaten Way Kanan di hitung berdasarkan rasio jumlah penduduk kabupaten terhadap rasio jumlah penduduk provinsi.

  Setelah mendapat dan mengetahui jumlah dana bagi hasil yang sesuai dengan rasio jumlah penduduk di Kabupaten Way Kanan, dana bagi hasil pajak rokok dari daerah Provinsi Lampung tersebut selanjutnya masuk ke dalam Kas Daerah Kabupaten Way Kanan, dan kemudian di arahkan ke Kanan dan instansi lain yang membutuhkan guna memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di daerah tersebut dan untuk memenuhi kebutuhan umum lainnya dengan tata cara, sebagai berikut :

  1.Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) membuat usulan anggaran di dinas / badannya masing-masing.

  2.Usulan tersebut kemudian diserahkan/ disampaikan kepada Bupati

  3.Bupati membahas usulan tersebut bersama dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) melalui panitia anggaran

  4.Bila usulan tersebut di setujui maka uang yang ada di kas daerah diserahkan kepada SKP yang bersangkutan sesuai dengan jumlah dari usulan tersebut.

  Kabupaten Way kanan, hingga saat ini belum ada Peraturan Daerah maupun Peraturan Bupati Kabupaten Way Kanan yang khusus untuk mengatur tentang Pemanfaatan Dana Bagi Hasil Pajak Rokok, jadi hingga saat ini Dinas Kesehatan Kabupaten Way Kanan masih hanya mengacu pada Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Bahwa berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Penerimaan pajak rokok, baik bagian provinsi dan kabupaten/kota dialokasika paling sedikit 50% (lima puluh persen) untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum oleh aparat yang masyarakat antara lain pembangunan/ pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana unit pelayanan kesehatan, penyediaan sarana umum yang memadai bagi perokok, kegiatan memasyarakatkan tentang bahaya merokok, dan iklan layanan masyarakat mengenai bahaya merokok, serta penegakan hukum sesuai dengan kewenangan Pemerintah Daerah yang dapat dikerjasamakan dengan pihak/ instansi lain, antara lain pemberantasan peredaran rokok ilegal dan penegakan aturan menganai larangan merokok seuai dengan peraturan perundang- undangan.

  Dana yang diterima Dinas Kesehatan dari Kas Daerah Kabupaten Way Kanan terkait dengan Pajak rokok yaitu 85% dari Alokasi Dana Bagi Hasil yang diterima kabupaten, DBH Pajak Rokok yang diterima oleh Kabupaten pada tahun 2017 adalah sebesar Rp. 14.058.799.362. DBH Pajak Rokok yang diterima oleh Dinas Kesehatan pada tahun 2017 adalah 85% dari total Rp.14.058.799.362 yaitu berjumlah Rp. 11.949.979.457,7 sedangkan 15% dari DBH Pajak Rokok tersebut digunaakan untuk keperluan umum lainnya yang ada di Kabupaten Way Kanan. Dana bagi hasil pajak rokok yang didapat oleh Dinas Kesehatan tersebut di gunakan/dimanfaatkan untuk pelayanan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan penegakan hukum di bidang rokok. Pemanfaatan untuk pelayanan kesehatan Kabupaten Way Kanan dirinci, sebagai berikut: 1.

2. Pemanfaatan Alokasi Dana Bagi Hasil Pajak Rokok di Kabupaten Way Kanan

  Kegiatan pengadaan alat-alat kedokteran umum

  2. Belanja modal pengadaan alat-alat kedokteran alkes Belanja bahan percontohan untuk pencapaian keluarga sadar gizi

  4. Belanja alat kesehatan sekali pakai 5.

  Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan (DAK)

  5.Lingkungan tempat belajar mengajar,

  4. Tempat bermain dan berkumpulnya anak-anak,

  3. Tempat ibadah,

  2. Tempat kerja,

  1. Tempat umum,

  Kawasan Tanpa Rokok (KTR) berdasarkan Pasal (7) Peraturan Bupati Kabupaten Way Kanan Nomor 41 tahun 2013 Tentang Kawasan Tanpa Rokok, meliputi:

  Convention Centre , Yogyakarta pada 12 Juli 2017.

  33. Sumur bor PKM Banjit Pemanfaatan alokasi dana bagi hasil pajak rokok bukan hanya digunakan untuk pelayanan kesehatan saja namun juga di gunakan di bidang penegakan hukum, pemanfaatan alokasi DBH pajak rokok pada bidang penegakan hukum sendiri di tandai dengan dibuatnya Rancangan Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati Kabupaten Way Kanan Nomor 41 Tahun 2013 Tentang Kawasan Tanpa Rokok, atas keberhasilan Pemerintahan Kabupaten Way Kanan menetapkan peraturan tentang kawasan tanpa rokok, Kementerian Kesehatan RI memberikan penghargaan Paramesti kepada Pemerintah Kabupaten Way Kanan, di The Alana Hotel dan

  32. Belanja percontohan PMTberbahan lokal

  Pengadaan alat-alat angkutan darat bermotor ambulance

  Sumur bor PKM Serupa Indah Sumur bor PKM Negeri Agung 31.

  28. Sumur bor PKM Sukabumi 29.

  PKM Blambangan Umpu 25. Sarana prasarana penunjang kesehatan 26. Pengadaan AC puskesmas 27.

  Jasa perencanaan pembangunan puskesmas Kecamatan Baradatu

  Blambangan Umpu 24. Perehaban rumah dinas perawat

  Pengadaan kursi tunggu 23. Perehaban rumah dinas bidan PKM

  21. Belanja alat kesehatan sekali pakai 22.

  20. Jasa pengawasan rehab rumah dinas medis dan paramedis.

  Rehab PKM Bumi Agung 15. Rehab PKM Mesir Ilir 16. Rehab PKM Way Tuba 17. Rehab PKM Rebang Tangkas 18. Rehab PKM Blambangan Umpu 19. Jasa pengawasan rehab gedung pelayanan

  13. Rehab gedung pelayanan 14.

  12. Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan

  11. Jasa pihak ketiga study kelayakan rumah sakit

  10. Belanja cetak buku pemantauan pertumbuhan balita posyandu

  9. Jasa perencanaan pembangunan puskesmas Rebang Tangkas

  8. Jasa perencanaan pembangunan puskesmas Negeri Besar

  7. Jasa perencanaan pembangunan puskesmas Negeri Baru

  6. Jasa perencanaan pembangunan puskesmas Mesir Ilir

  6. Sarana kesehatan, 7. Sarana Olahraga. hukum dibidang Kawasan Tanpa Rokok tersebut sesuai dengan Pasal (16) Peraturan Bupati Kabupaten Way Kanan Nomor 41 tahun 2013 Tentang Kawasan Tanpa Rokok juga melakukan pembinaan umum atas perlindungan terhadap warga masyarakat dari bahaya rokok, dan terwujudnya kawasan tanpa rokok. Pembinaan tersebut meliputi penyebarluasan informasi dan sosialisasi melalui media cetak dan elektronik dalam hal ini menggunakan pamflet/banner yang disebar/dipasang di Kawasan Tanpa Rokok (KTR) tersebut serta menggunakan media online, koordinasi dengan seluruh instansi, organisasi masyarakat, kalangan pendidikan, tokoh-tokoh masyarakat, dan tokoh agama, dan melakukan kampanye Kawasan Tanpa Rokok.

  Faktor yang menjadi penghambat dalam bagi hasil pajak rokok dari provinsi adalah seringnya mengalami keterlambatan pencairan alokasi dana bagi hasil pajak rokok, karena keterlambatan pemerintah pusat dalam menetapkan besaran alokasi yang akan disalurkan ke pemerintah daerah, dan hal tersebut tentu saja menjadi faktor penghambat dalam pemanfaatan pajak rokok di Kabupaten Way Kanan karena dengan terlambatnya dana tersebut masuk ke kabupaten maka akan terhambat pula pemanfaatan dari dana dapat merugikan bagi para pihak.

  5 Faktor penghambat dari segi pelayanan

  kesehatan adalah belum adanya Peraturan Daerah Kabupaten Way Kanan yang mengatur langsung mengenai pemanfaatan dana bagi hasil pajak rokok padahal sudah beberapa tahun belakangan ini Kabupaten Way Kanan mendapatkan Dana Bagi Hasil Pajak Rokok dari Daerah Provinsi sehingga saat ini Kabupaten Way Kanan hanya mengacu pada Undang- Undang Nomor

  28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah untuk menentukan dan memanfaatkan alokasi dana bagi hasil dari pajak rokok tersebut.

  Faktor penghambat dari segi penegakan hukum adalah masih lemahnya pengawasan tentang kawasan tanpa rokok di Kabupaten Way Kanan karena masih banyak di lingkungan Sekolah Menengah Atas dan tempat-tempat umum yang merupakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) ditemukan siswa-siswa SMA maupun warga sekitar terlihat merokok, dan akses anak di bawah umur yang hendak membeli rokok juga masih sangat mudah, saat melakukan penelitian lapangan di kawasan Kelurahan Blambangan Umpu, Way Kanan pembelian rokok hampir 25-30% dilakukan oleh siswa-siswa SMP dan 5 Wawancara dengan Risep Fantri Roza SE, 16

3.2. Faktor Penghambat Dalam Pemanfaatan Alokasi Dana Bagi Hasil Pajak Rokok di Kabupaten Way Kanan.

  November di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Way Kanan ada larangan secara nyata yang dilakukan oleh aparatur dalam hal ini adalah Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) apabila menemukan anak dibawah umur/ anak-anak sekolah yang sedang merokok atau sedang membeli rokok di warung-warung yang ada di sekitar daerah tersebut,

  ada sanksi kepada warung-warung dikawasan tanpa rokok yang masih memperlihatkan secara jelas rokok jualannya, dan ini tidak sesuai dengan

  pasal 15 Perub Way Kanan Nomor 41 Tahun 2012 tentang Kawasan Tanpa Rokok yang berbunyi “orang dan/atau lembaga dan/atau badan yang menjual rokok di kawasan dilarang merokok dilarang mempelihatkan secara jelas jenis dan produk rokok” ,dan juga belum ada sanksi yang dijatuhkan kepada penjual rokok yang masih menjual rokok pada anak di bawah umur. Tentu saja hal tersebut menjadi faktor penghambat dari segi penegakan hukum di bidang rokok yang ada di Kabupaten Way Kanan.

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dijelaskan maka dapat di simpulkan, sebagai berikut:

  1. Pemanfaatan Alokasi Dana Bagi Hasil Pajak Rokok di Kabupaten Way Kanan.

  6 Wawancara dengan bapak rustam, 16 November di KM2 Blambangan Umpu, Way

  rokok di Kabupaten Way Kanan dialokasikan 85% (delapan puluh lima persen) untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum oleh aparat yang berwenang dan 15% (lima belas persen) digunaakan untuk keperluan umum lainnya yang ada di Kabupaten Way Kanan , sedangkan Pemanfaatan dana bagi hasil pajak rokok di bidang penegakan hukum ditandai dengan adanya Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Kabupaten Way Kanan tentang Kawasan Tanpa Rokok dan dengan adanya Peraturan Bupati Kabupaten Way Kanan Nomor 41 Tahun 2013 Tentang Kawasan Tanpa Rokok, dan pengadaan banner-banner tentang bahaya merokok yang sudang dipasang pada kawasan-kawasan sekolah, RSUD Zainal Abidin Pagaralam, dan lingkungan Pemerintahan Daerah Kabupaten Way Kanan.

6 Serta belum

  2. Faktor-Faktor Penghambat Dalam Pemanfaatan Alokasi Dana Bagi Hasil Pajak Rokok di Kabupaten Way Kanan.

  Faktor yang menjadi penghambat dalam pemanfaatan alokasi dana bagi hasil pajak rokok adalah seringnya mengalami keterlambatan pencairan alokasi dana bagi hasil pajak rokok, karena keterlambatan pemerintah pusat dalam menetapkan besaran alokasi yang akan disalurkan ke pemerintah daerah, belum adanya Peraturan Daerah Kabupaten Way Kanan yang mengatur mengenai pemanfaatan dana bagi hasil pajak rokok, pemanfaatan Dana Bagi Hasil Pajak Rokok di Way Kanan hingga saat ini masih berpaku kepada pelayanan kesehatan umum saja belum terkhusus kepada pelayanan yang berhubungan dengan rokok, dan belum adanya sarana yang memadai bagi para

IV. PENUTUP

4.1.Kesimpulan

  bahkan siswa SMA yang masih di Kabupaten Way Kanan. merokok di tempat umum maupun

  3.Perlunya pengawasan yang lebih ketat lingkungan sekolah yang merupakan terhadap masyarakat yang masih kawasan tanpa rokok, dari segi merokok di Kawasan Tanpa Rokok penegakan hukum yaitu, masih (KTR), serta pengawasan terhadap kurangnya pengawasan aparat-aparat anak di bawah umur yang dengan terhadap Kawasan Tanpa Rokok (KTR), mudah membeli rokok di warung- serta kurangnya pengawasan terhadap warung yang ada di kawasan Daerah pembelian rokok oleh anak-anak Kabupaten Way Kanan. dibawah umur contohnya anak SMP dan SMA pada warung-warung yang

DAFTAR PUSTAKA

  ada di sekitar daerah Kabupaten Way Kanan khususnya Kecamatan Nurmayani. 2015. Hukum Administrasi Blambangan Umpu, dan tidak di Negara . Lampung : Universitas berikannya sanksi kepada penjual rokok Lampung. yang masih menjual rokok jualannya kepada anak-anak dibawah umur dalam Soekanto, Soerjono. 2003. Pengantar hal ini adalah siswa-siswa SMP dan Penelitian Hukum , Jakarta, SMA.

  Rineka Cipta.

4.2. Saran Yuswanto, 2010, Hukum Pajak Daerah,

  Berdasarkan kesimpulan dari hasil Bandar Lampung : Program penelitian dan pembahasan yang telah Pasca Sarjana Megister Hukum. dikemukakan maka beberapa saran ang dapat diberikan dalam penelitian ini

  Peraturan Perundang-Undangan

  adalah : Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009

  1.Perlunya koordinasi antara lapisan Tentang Pajak Daerah dan pemerintah baik Pemerintah Pusat, Retribusi Daerah

  Pemeritah Daerah Provinsi, dan Daerah Kabupaten/Kota untuk

  Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 menimalisir keterlambatan dalam bagi Tentang Kesehatan. hasil tersebut.

  2. Perlunya dibuat Rancangan Peraturan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

  Daerah (Raperda) Kabupaten Way Tentang Pemerintahan Daerah. Kanan mengenai pemanfaatan dana bagi hasil pajak rokok agar

  Peraturan Menteri Keuangan Nomor: pemanfaatan dari pajak rokok dapat 115/PMK/07/2013 Tentang Tata berfungsi dan terstruktur dengan baik, Cara Pemungutan dan Penyetoran dan pemanfaatan alokasi dana bagi Pajak Rokok. hasil pajak rokok untuk yang mendatang tidak hanya digunakan

  Peraturan Daerah Provinsi Lampung untuk kepentingan pelayanan Nomor 2 Tahun 2011 Tentang kesehatan umum saja namun juga Pajak Daerah terkhusus kepada pelayanan yang berhubungan dengan rokok, serta

  Peraturan Bupati Kabupaten Way perlu disediakannya sarana yang Kanan Nomor 41 Tahun 2013 Wiajaya, Candra Putra.

  “ Terapkan Kawasan Tanpa Rokok, Way Kanan Terima Penghargaan 12 Juli 2017. Paramesti”.