Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Peserta Didik Melalui Model Belajar Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII di SMP Kristen 04 Salatiga Semester

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran IPS di SMP

  IPS adalah mata pelajaran yang terdiri dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta nama mata pelajaran Ilmu Sosial lainnya. Sejak tahun 1970-an istilah IPS di Indonesia mulai muncul sebagai hasil persetujuan dari lembaga- lembaga pendidikan dan secara sah mulai dipakai dalam lembaga pendidikan nasional dalam kurikulum 1975, dalam dokumen kurikulum tersebut IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada semua tingkat pendidikan mulai dari dasar dan menengah Sapriya (2016: 7).

  Menurut Sapriya, (2016: 19) IPS merupakan mata pelajaran sosial “sosial

  

Studies” yang ada di semua jenjang pendidikan baik dari tingkat sekolah dasar

  sampai dengan tingkat perguruan tinggi. Suatu program pendidikan dan bukan sub- disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak dapat ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan, berikut merupakan pengertian IPS menurut Gunawan (2016: 7). Berdasarkan uraian dari pendapat beberapa ahli tersebut dapat diambil kesimpulan, IPS merupakan mata

  pelajaran Ilmu Sosial dan program pendidikan dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tiinggi. Dalam kurikulum pendidikan di Indonesia IPS menjadi salah satu matapelajaran wajib, dalam pelaksanaanya IPS lebih menekankan siswa belajar lingkungan sosial, misalnya adat istiadat daerah, sejarah sebuah tempat, proses terjadinya hujan, dan letak geografis dari sebuah tempat.

  Mata pelajaran IPS memakai Pendekatan korelasi untuk Penggolongan materi, artinya materi pelajaran disusun dan dikembangkan berpatokan pada beberapa disiplin ilmu secara khusus kemudian dikaitkan dengan aspek kehidupan nyata peserta didik yang sesuai dengan tingkat perkembangan berfikir, karakteristik atau pengelompokan usia, kebiasaan bersikap dan berperilaku. Adapun tujuan mata

  pelajaran IPS SMP menurut Supriya (2016:200-201) sebagai berikut: 1)

  Memahami rancangan yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

  2) Mempunyai kecakapan awal untuk berfikir yang masuk akal dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial.

  3) Mempunyai kesadaran terhadap komitmen, nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

  4) Mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi, berkompetensi dan bekerja sama dalam masyarakat majemuk ditingkat nasional dan global.

  Berdasarkan tujuan tersebut dapat diuraikan bahwa tujuan IPS mengarahkan peserta didik untuk berfikir logis dan kritis, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, menanamkan komitmen pada diri peserta didik sehingga peserta didik mempunyai kesadaran dan kemampuan dalam kehidupan di lingkungan tempat dimana ia tinggal.

  Penelitian ini dalam penerapannya menggunakan Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar yang sesuai digunakan oleh guru dan mengikuti alur pencapaiannya. Untuk itu SK dan KD yang akan peneliti gunakan adalah SK 5, KD 5.1 dan 5.2, berikut peliti paparkan dalam bentuk tabel:

  Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

  Mata pelajaran IPS kelas VIII Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

  5. Memahami usaha persiapan

  5.1 Mendeskripsikan proses kemerdekaan Repubik Indonesia terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dan peristiwa- peristiwa sekitar proklamasi

  5.2 Menjelaskan proses persiapan Kemerdekaan Indonesia

  Sumber: BSNP

2.1.2 Motivasi Belajar

  Kurangnya motivasi dalam belajar peserta didik akan berdampak terhadap penurunan hasil dari belajar peserta didik tersebut, maka dari itu motivasi dalam belajar mempunyai peran penting dalam ketercapaian hasil belajar peserta didik. Menurut Slavin (2011:99) bahwa motivasi sebagai proses yang timbul dalam diri seseorang yang mengaktifkan, mengarahkan, dan mempertahankan tingkah laku seseorang dari waktu ke waktu. Dalam pengertian yang sederhana, motivasi merupakan suatu usaha pencapaian terhadap tujuan dengan mencoba melangkah dan tetap melangkah ke arah yang dituju. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 80) motivasi dipandang sebagai suatu dorongan yang mengarahkan mental untuk menggerakkan perilaku manusia, termasuk perilaku dalam belajar.

  Tujuan tertentu yang diperoleh manusia melalui dorongan berupa energi yang timbul dari diri manusia tersebut untuk melakukan aktivitas tertentu merupakan motivasi menurut Sani (2013:49). Begitu juga dengan pendapat Santrok (2014:165), mengartikan motivasi sebagai proses seseorang dalam mempertahankan perilaku, mengarahkan perilaku dan memberikan energi terhadap perilaku seseorang. McDonal dalam (Sardiman, 2014: 73) menyatakan bahwa motivasi adalah munculnya “feeling” akibat adanya perubahan energi pada diri individu. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang menciptakan kegiatan belajar dan memberikan tujuan pada kegiatan belajar supaya keinginan yang dimiliki subyek belajar dapat terpenuhi, (Sardirman 2014:75)

  Motivasi juga dapat dikatakan sebagai Pendorong mental seseorang yang memberikan energi untuk mengaktifkan dan mengarahkan perilaku manusia untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai sesuatu hal yang abstrak atau tidak bisa digambarkan atau tidak dapat dinilai yang mempengaruhi kinerja atau aktivitas menjadi lebih terarah sehingga memberikan sebuah hasil yang lebih baik. Individu maupun kelompok ketika mempunyai tujuan yang ingin dicapai dalam hidupnya pasti mereka mempunyai usaha agar apa yang diinginkan dapat dimilikinya, usaha seseorang tersebut secara tidak langsung didorong oleh keinginan atau motivasi yang ada pada diri sendiri maupun kelompok.

  Motivasi belajar menurut Nashar (2004:42), merupakan pencapaian prestasi atau hasil belajar oleh peserta didik yang didorong melalui kecenderungan peserta didik ketika melakukan kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah tujuan yang ingin dicapai oleh subyek belajar melalui kegiatan belajar yang didorong oleh daya penggerak didalam diri siswa (Keke 2008: 4). Sedangkan menurut pendapat Sani (2013:49) Motivasi belajar merupakan sesuatu yang berperan memotivasi siswa atau individu dalam belajar. Tanpa motivasi dalam belajar, seseorang peserta didik tidak dapat mempunyai keinginan untuk belajar dan akhirnya tidak akan mencapai keberhasilan dalam belajar. Pengaruh dari motivasi belajar sangat penting bagi kecercapaianya hasil belajar, karena peserta didik tidak akan mampu mencapai hasil yang baik jika keinginan atau dorongan yang membantu untuk semangat belajar tidak ada.

  Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat diambil simpulan bahwa motivasi belajar merupakan proses internal yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku belajar untuk mendapatkan pengetahuan untuk mendapatkan suatu perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman yang menyangkut pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Keberhasilan maupun kegagalan dalam belajar sangat dipengaruhi oleh motivasi pada diri peserta didik, oleh sebab itu dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, ketertarikan dalam belajar dan dorongan yang dimiliki oleh peserta didik. Memberikan motivasi belajar bukan sekedar mendorong dengan paksaan atau memerintah peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar dengan baik, namun merupakan upaya yang dibentuk dengan rasa atau ajakan yang membuat keinnginan dalam diri peserta didik untuk belajar itu terbangun.

  Santrok (2014: 169) membagi motivasi menjadi 2 jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Dimana motivasi intrinsik merupakan motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai minat sendiri (tujuan itu sendiri), sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari pengaruh luar diri seseorang untuk melakukan sesuatu yang lain (sarana untuk mencapai tujuan). Sardiman (2014:89-91) mengartikan motivasi intrinsik sebagai gejala-gelaja yang menjadikan aktif atau mempunyai fungsi tidak perlu adanya pengaruh dari luar, karena sudah ada sesuatu yang mendorong dari dalam diri setiap manusia untuk melakukan kegiatan. Sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu gejala-gelaja aktif yang bertujuan dan mempunyai fungsi karena adanya rangsangan dari luar.

  Sani (2013:49) mendeskripsikan motivasi ekstrinsik sebagai motivasi untuk melakukan kegiatan yang mempunyai tujuan, karena adanya pengaruh dari luar diri seseorang, misalnya: tuntutan, imbalan atau hukuman. Adapun faktor yang mempengarui motivasi ekstrinsik adalah: 1) karakteristik tugas, 2) perilaku guru, dan 3) pengaturan pembelajaran. Sedangkan motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul akibat adanya keinginan dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu berdasarkan tujuan yang ingin dicapainya. Misalnya seorang peserta didik belajar dengan giat untuk mendapatkan nilai yang bagus.

  Jenis-jenis motivasi tersebut, mempuyai masing masing fungsi, dimana dalam motivasi intrinsik seseorang melakukan sesuatu berdasarkan tujuannya tanpa rangsangan dari luar. Sedangkan motivasi entrinsik didorong oleh pengaruh luar, jadi tujuan dilakukannya agar mendapat tujuan lainnya juga. Namun pada intinya motivasi tergantung pada tujuan yang ingin dicapai, apakah tujuan itu baik atau tidak, motivasi akan baik kalau tujuan yang diharapkan baik dan sebaliknya.

  Selain jenis-jenis motivasi belajar, terdapat juga faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar salah satunya adalah strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran yang digunakan guru juga berpengaruh bagi motivasi belajar peserta didik, apakah strategi pembelajaran yang digunakan berpusat pada guru, atau berpusat pada peserta didik, dan bersifat interaktif. Pengunaan strategi berpusat kepada guru ini menekankan guru sebagai sumber belajar, sedangkan dalam strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, peserta didiklah yang menjadi sumber belajarnya dimana peserta didik aktif menciptakan pengetahuan dan guru hanya berperan sebagai fasilitator. Begitu juga dengan interaktif, strategi ini menekankan kepada diskusi sesama peserta didik sehingga mampu memberikan opini atau pendapatnya dalam diskusi tersebut, dan hasil dari diskusi menjadi pengetahuan baru dari peserta didik. dari semua stretegi yang ada ini, gurulah yang dapat menentukannya ingin menggunakan strategi yang seperti apa untuk perkembangan motivasi belajar dari peserta didik tersebut.

2.1.3 Hasil Belajar

  Dimyati dan Mujiono (2009: 3) mengatakan bahwa Hasil belajar sebagai sebuah interaksi kegiatan pembelajaran antara guru dan peserta didik. Sedangkan Suprihatiningrum (2014: 37) mendefinisikan hasil belajar sebagai penampilan siswa (

  

leaner’s performance) yang diperoleh melalui kemampuan siswa sebagai akibat

  perbuatan belajar. Definisi-definisi tersebut dapat di ambil simpulan mengenai hasil belajar, yang merupakan tampilan dari sebuah kemampuan siswa dalam berinterkasi ketika belajar dan mengajar kemudian menghasilkan nilai yang disebut sebagai hasil dari belajar. Hasil dari belajar dapat diperoleh melalui sistem penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan atau terus-menerus.

  Menurut Sudjana (2010:22), hasil belajar merupakan pengalaman proses belajar yang diterima siswa dan kemudian menghasilkan kemampuan dalam belajar yang disebut dengan hasil belajar. Hasil belajar terlihat sebagai proses perubahan pengtahuan, sikap, dan ketrampilan yang diukur dari tingkah laku peserta didik setelah menghadapi kegiatan pembelajaran (Hamalik 2010:155). Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut mengenai hasil belajar dapat diambil simpulan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu perubahan dalam proses belajar mulai dari awal hingga ahir siswa menerima hasil belajar. Perubahan yang dimaksud adalah adanya peningkatan atau pengembangan yang lenih baik dibandingkan dengan sebelummnya misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dapat membedaka hal yang baik maupun buruk dan sebagainya.

  Hasil belajar dilalui melalui proses pembelajaran yang melibatkan dua aspek yaitu guru dan peserta didik. Proses tersebut akan memberikan perubahan pada peserta didik sebagai dari hasil pembelajaran. Hasil belajar sangat penting bagi pesrta didik karena peserta didik dapat mengetahui sejauh mana keberhasilanya dalam menangkap materi dalam belajar. Selain bermanfaat bagi peserta didik, hasil belajar juga mempunyai manfaat bagi guru yaitu dapat mengukur keberhasil guru dalam menyampaikan pembalajan, dari hasil belajar juga guru dapat melihat peserta didik yang sudah tuntas KKM yang ditentukan dan peserta didik yang belum tuntas KKM, dengan hasil ini memberikan petunjuk kepada guru agar lebih memperhatikan peserta didik yang belum tuntas KKM.

2.1.4 Model Belajar Numbered Heads Together (NHT)

  Model belajar Numbered Heads Together merupakan salah satu model belajar kooperatif. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) sebagai cara belajar peserta didik dalam sebuah kelompok dengan pemberian tugas-tugas yang terstruktur untuk didiskudikan peserta didik dalam kelompok (Taniredja, 2011:55).

  Pembelajaran kooperatif dilaksanakan dengan prosedur model pembelajaran kooperatif yang dapat memungkinkan guru mengelola suasana kelas menjadi lebih efektif, sehingga pembelajaran kooperatif itu tidaksekedar membagi peserta didik dalam kelompok dengan asal-asalan, pernyataan tersebut menurut pendapat Taniredja (2011: 56)

  Tujuan dari pembelajaran kooperatif mempunyai perbedaan dengan kelompok konvensional yang menerapkan sistem kompetisi, dimana ketercapaian seseorang diperoleh dari ketidaktercapaian orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah membuat keadaan dimana ketercapaian seseorang ditentukan dan dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya (Taniredja dkk ,2011: 60). Adapun ciri- ciri dari pembelajaran kooperatif menurut Taniredja (2011: 59) adalah (1) belajar dengan teman didalam kelompok, (2) selama proses pembelajaran tatap muka bersama teman, (3) saling berdiskudi dan menghargai pendapat di antara anggota kelompok, (4) saling belajar dari teman sendiri didalam kelompok, (5) melakukan kegiatan belajar didalam kelompok kecil, (6) saling menyatakan pendapat, (7) keputusan berada pada kelompok, dan (8) siswa aktif.

  Berdasarkan uraian tersebut maka maksud dari pembelajaran kooperatif dalam penelitian ini adalah siswa belajar didalam sebuah kelompok kecil dengan bekerja sama menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru untuk memecahkan sebuah masalah sehingga keputusan berada didalam kelompok tersebut. Pembelajaran kooperatif ini lebih menekankan pada kesadaran peserta didik untuk saling membantu mencari dan mengolah informasi. Mempertahan pola pikir yang masuk akal dan berbagai ketrampilan yang berguna untuk menjalin hubungan dalam kelompok, melatih ketrampilan sosial seperti tenggang rasa, bersikap sopan santu terhadap teman, mengkritik ide orang lain merupakan tujuan dari pembelajaran kooperatif (Sani, 2013: 131).

  Model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) atau kepala bernomor merupakan pengembangan bembelajaran tipe (TGT). Model ini dikembangkan oleh Spencer Kagan. Ciri-ciri khusus pembelajaran kelompok melalui penyelesaian tugas dengan saling membagi ide/gagasan, setiap kelompok harus memastikan bahwa anggotanya memahami dan menguasai tugas agar semua peserta didik memahami konsep secara seksama. Model pembelajaran ini mengakomondasikan peningkatan intensitas diskusi antar kelompok, kebersamaan kolaborasi, dan kualitas interaksi dalam kelompok serta memudahkan penilaian (Tampubolon, 2013: 94).

  Menurut Hamdani (2010: 89), NHT adalah suatu metode belajar dengan cara siswa dikelompokan menjadi beberapa kelompok dan memberikan nomor pada setiap siswaa, kemudian pelaksanaanya dengan siswa dpanggil oleh guru secara acak. Model pembelajaran kooperatif NHT salah satu model belajar yang membagi siswa kedalam beberapa kelompok, setiap siswa dalam kelompok mempunyai kesempatan untuk menyatakan ide-idenya dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru mengenai materi yang terkait, serta mempertimbangkan jawaban yang tepat dari tugas yang didapat. Selain itu model pembelajaran NHT dapat mendorong siswa dalam mencari, mengolah, dan memaparkan informasi dari berbagai sumber yang ahirnya akan dipresentasikan di depan kelas, sehingga model pembelajaran ini diharapkan cocok diterapkan pada pembelajaran yang menekankan interaksi dan menuntut keaktifan siswa (Mustasyir, 2014: 4). Berikut adalah Langkah-langkah model belajar Numberes Heads Together menurut (Hamdani 2010: 90):

  a) Guru membagi siswa kedalam kelompok kemudian memberikan nomor kepada siswa yang berbeda-beda dalam kelompoknya.

  b) Guru memberikan materi untuk dipelajari dan dikerjakan siswa didalam kelompok.

  c) Peserta didik dalam kelompok bersama-sama menentukan jawaban yang tepat dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok dapat memahami dan mengerjakannya.

  d) Guru memanggil salah satu siswa dan siswa yang nomornya terpanggil harus memaparkan hasil kerja sama mereka.

  e) Siswa yang lain diminta untuk memberi tanggapan, kemudian guru menunjuk nomor lain sampai semua soal terselesaikan.

  f) Kesimpulan.

  1. Kelebihan belajar Numberes Heads Together Berikut adalah kelebihan model belajar Numberes Heads Together menurut (Hamdani 2010: 90).

  a) Siswa menjadi lebih siap dalam belajar. b) Siswa dapat bersungguh- sungguh ketika mendiskusikan tugas.

  c) Siswa yang pandai dapat membantu siswa yang kurang pandai.

  2. Kelebihan belajar Numberes Heads Together Berikut adalah kelemahan model belajar Numberes Heads Together menurut (Hamdani 2010: 90).

  a) Kemungkinan nomor yang dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru.

  b) Tidak semua anggota kelompok dipanggil semua.

2.2 Penelitian Yang Relevan

  Model pembelajatan Numbered Heads Together pernah diteliti dan diuji sebelumnya oleh peneliti lain. Penelitian ini dilakukan oleh H.A. Melati pada tahun 2011 dengan judul “ Meningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa SMAN 1 Sungai Ambawang Melalui Pembelajaran Model Advance Organizer Berlatar Numbered

  Heads Together

  (NHT) Pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan”. Penelitian dilakukan di kelas XI yang berjumlah 25 orang, hasil dari penelitian menunjukan adanya peningkatan dari aktivitas dan hasil belajar siswa. Kondisi awal sebelum dilakukan tindakan menunjukan hasil belajar 50% belum tuntas dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 62, pada siklus I menunjukan peningkatan hasil belajar 17 siswa memperoleh nilai ketuntasan ≤ 67 dengan presentase 68%, meningkat lagi pada siklus II 22 siswa tuntas KKM dengan presentase 88%. Sedangkan untuk aktivas belajar siswa sebelum dilakukan tindakan yaitu visual

  

activities 24%, oral activities 28%, writing activities 28% dan mental activites 8%,

  perlakuan tindakan pada siklus I menghasilkan visual activities dilakukan oleh 22 siswa(88%), oral activities 49,33% yang bertanya kepada guru dilakukan 5 siswa (20%), bertanya kepada teman dilakukan oleh 20 siswa (80%), mengeluarkan pendapat dilakukan oleh 12 siswa (48%), writing activities dilakukan oleh 23siswa(92%)dan mental activites dilakukan 2 siswa (8%). Pada siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi visual activities dilakukan oleh 25 siswa(100%), oral

  

activities 78,67% yang bertanya kepada guru dilakukan 14 siswa (56%), bertanya

  kepada teman dilakukan oleh 25 siswa (100%), mengeluarkan pendapat dilakukan oleh 20 siswa (80%), writing activities dilakukan oleh 24 siswa (96%) dan mental

  

activites dilakukan 6 siswa (24%). Dirinci, penelitian melati menunjukan bahwa

  aktivitas dan hasil belajar dapat meningkat karena implementasi NHT. Maka di penelitian ini dimungkinkan juga demikian, walaupun objek dan mata pelajarannya berbeda.

  Peneliti lain juga pernah meneliti model belajar tipe Numbered Heads Together (NHT) yaitu Agni Era Hapsari pada tahun 2016 y ang berjudul “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Berbantuan Media Interaktif Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa”. Penelitian dilakukan dikelas XI berjumlah 30 siswa, penelitian ini relevan terlihat pada kondisi sebelum dilakukan tindakan, aktivitas belajar siswa tinggi hanya 6 siswa atau 20%, 6 siswa dengan presentase 20% sedang, dan 18 siswa presentase 60% aktivitas rendah. Sedangkan kondisi awal dari prestasi belajar siswa yang lenbih dari KKM 75 ada 6 siswa dengan presentase 20%, nilai tertinggi 80 dan terendah 50 dengan rentang nilai 0 - 100. Terjadi peningkatan aktivitas belajar pada siklus I yaitu skor tinggi 12 siswa dengan presentase 40%, skor sedang 9 siswa dengan presentase 30% dan skor rendah dari 9 siswa presentase 30%. Sedangkan untuk prestasi belajarnya tertinggi 85, terendah 60 dan 9 siswa dengan presentase 30% nilai masih dibawah KKM. Pada perlakuan di siklus ke II terjadi peningkatan lagi skor tinggi 24 siswa dengan presentase 80%, skor sedang 6 siswa dengan presentase 20% dan skor rendah dari 0 siswa dengan presentase 0%. Sedangkan untuk prestasi belajarnya tertinggi 95, terendah 77. Penelitian milik Agni Era Hapsari mempunyai perbedaan dengan penelitian penulis yaitu terletak pada jenjang sekolah, matapelajaran, variabel Y1 dan Y2, persamaan hanya terletak pada variabel X.

  Beberapa penelitian tersebut telah menunjukan terjadinya peningkatan terhadap hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

  

Numbered Heads Together (NHT). Untuk mengetahui pemahaman siswa pada

  penilitian ini, peneliti akan menggukan kartu soal benar salah, soal akan ditulis pada sebuah kartu. Peneliti menggunakan tipe soal benar salah karena pada tipe ini semua pokok bahasan dapat terwakili sehingga siswa dapat memahami semua materi.

2.3 Kerangka Berfikir

  Kondisi awal yang terjadi di SMP Kristen 04 Salatiga pada mata pelajaran IPS terdapat 57% peserta didik yang belum mencapai KKM dalam matapelajaran IPS dikarenakan motivasi belajar yang masih rendah. Maksud dari penelitian ini adalah peneliti akan meningkatkan motivasi dan hasil belajar mencapai presentase 80% dan pemberian toleransi terhadap 3 peserta didik karena diangap lamban dalam menerima materi dan berada pada lingkungan belajar kurang baik. Penelitian dilakuka dengan tindakan kelas menggunakan model belajar Numbered Heads Together (NHT) sebagai alat untuk membatu ketercapaian proses dalam pembelajaran. Melalui model NHT ini semua peserta didik akan ikut ambil bagian sehingga tidak ada peserta didik pasif di kelas. Pembelajaran akan lebih menyenangkan karena model ini membuat pembelajaran tidak monoton sehingga suasana kelas akan terkondisi dengan baik karena setiap pembelajaran akan diselingi game. Adapun gambaran dalam kerangka pikir ini adalah sebagai berikut:

  Gambar 1, kerangaka berfikir Guru menggajar Motivasi dan menggunakan model hasil belajar

  Kondisi awal konvensional dan siswa rendah

kurang menyukai

belajar mandiri

  Siklus 1 ( hasil Tindakan

Model belajar

penelitian NHT kurang)

  

Motivasi dan

Kondisi ahir Siklus 2 ,3…(

hasil belajar

hasil penelitian Meningkat meningkat)

1.4 Hipotesis Penelitian 1.

  Hasil belajar Ho : π HB< 70 H1 : π HB≥ 70 2. Motivasi belajar

  Ho : π MB≤ 3 H1 : πMB > 3

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Problem Based Learning Berbantuan Papan Pecahan untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Muatan Pelajaran Matematika Siswa Kelas 4 SD N Kopek Kecamatan Godong

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning Berbantuan Media Gambar pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Cukil 01 Kabupaten Semarang Semester II

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Metode Group Investigation untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Kelas V SD Negeri 1 Ngadirejo Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe “Think Pair Share” untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas XI Pemasaran SMK Kristen BM Salatiga

0 1 28

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Gaya Belajar dan Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Getasan Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Gaya Belajar dan Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Getasan Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018

0 0 19

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Gaya Belajar dan Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Getasan Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018

0 1 47

HUBUNGAN GAYA BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 GETASAN SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20172018

0 5 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Gaya Belajar dan Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Getasan Semester II Tahun Pelajaran 2017/2018

0 1 46

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Peserta Didik Melalui Model Belajar Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Mata Pelajaran IPS Kelas

0 0 10